Tugas Agama Kristen

4

Click here to load reader

description

Globalisasi

Transcript of Tugas Agama Kristen

Page 1: Tugas Agama Kristen

Globalisasi dalam bentuk neoliberalisme atau perdagangan

bebas dalam banyak hal tidak mampu memberikan solusi bagi

rakyat Indonesia. Indikasi tersebut dapat terlihat karena:

1. Anti terhadap keadilan

Pilihan ekonomi kapitalistik pemerintah Indonesia, berdampak

pada ketidakadilan penguasa terhadap rakyatnya sendiri. Di

Indonesia ketidakadilan tersebut sangat nyata terlihat dari sikap

pemerintah yang hanya berpihak pada pemilik modal asing.

Bentuk keberpihakannya lebih mencabut subsidi BBM untuk

kepentingan pemilik modal ketimbang untuk rakyatnya, lebih

memilih menambah hutang ketimbang menolak hutang, memilih

kebijakan investasi pihak asing ketimbang menguatkan industri

nasional, menjual aset atau perusahaan asing ketimbang

diberikan kepada rakyat. Tindakan tersebut dilakukan dengan

logika ekonomi kapitilistik yang memang lebih berorientasi pada

akumulasi modal pada beberapa orang saja. Dalam pemaknaan

global, ketidakadilan tersebut dapat juga dilihat dari tingkat

kesejahteraan negara-negara maju jauh lebih baik ketimbang

negara-negara berkembang, bahkan dalam perjalanannya

negara-negara maju malah melakukan penghisapan kekayaan

alam untuk kepentingan negara mereka.

2. Meminimkan kesejahteraan sosial

Kampanye globalisasi adalah untuk kesejahteraan umat manusia

di seluruh muka bumi. Kesejahteraan tidak hanya menjadi milik

negara-negara maju, tetapi juga milik negara berkembang atau

terbelakang. Memang kesejahteraan meningkat, tetapi

peningkatan kesejahteraan hanya berlaku bagi kelas masyarakat

yang memiliki akses ekonomi dan kekuasaan yang besar. Kalau

akses rakyat terhadap ekonomi dan kekuasaan minim maka

tentunya bukan kesejahteraan yang didapatkan tetapi

keterpurukan dan pemiskinan.

Page 2: Tugas Agama Kristen

Ukuran yang paling nyata dari meminimkan kesejahteraan

sosial, pemerintah atau penguasa dalam bidang ketenagakerjaan

sangat sedikit aturan yang memihak pada buruh. Kalaupun ada

aturan yang berpihak pada buruh maka sangatlah sulit untuk

dipenuhi. Misalnya masalah hak-hak normatif saja buruh sangat

sulit untuk mendapatkannya apalagi hak-hak lebih politis.

Contoh paling anyar saat rencana kenaikan upah minimum dari

tahun ke tahun akan didahului dengan aksi demonstrasi buruh

agar upah minimum dapat meningkatkan kesejahteraan. Bahkan

ketika pemerintah akan merevisi UU No 13 tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan, kembali gelombang besar demonstrasi buruh

menolaknya.

Petani sebagai kelas masyarakat mayoritas di Indonesia sampai

saat ini belum memperoleh kesejahteraannya. Lahan pertanian

yang seharusnya diperuntukkan kepada petani ternyata lebih

diperuntukkan kepada pengusaha atau pemilik modal besar

untuk membuka perkebunan. Akibatnya petani hanya bekerja

diatas tanahnya sendiri. Kondisi ini hampir sama dengan sistem

kultur stelsel (sistem tanam paksa) yang diterapkan oleh

Kolonial Belanda. Menyempitnya lahan kelola petani ternyata

diperparah lagi dengan harga pupuk yang makin mahal, tetapi

tidak diikuti dengan kenaikan harga pangan utamanya

beras/gabah. Apalagi BULOG membuat kebijakan impor beras,

sebuah tindakan ironi bagi Indonesia yang merupakan negara

agraris. Penguasa/pemerintah tidak berusaha meningkatkan

kesejahteraan petani misalnya dengan mengembangkan

teknologi pertanian yang murah dan membuat kebijakan

distribusi hasil pangan yang berpihak petani.

Keluarnya Pepres No.36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah

untuk Kepentingan Umum lebih memperparah kondisi agraria di

Page 3: Tugas Agama Kristen

Indonesia. Dalam aturan ini pemerintah memiliki kekuasaan

penuh atas tanah. Dengan alasan kepentingan umum setiap

orang mendiami tanah akan dapat digusur. Kondisi tersebut

dapat kita lihat di hampir seluruh Indonesia, Pemerintah dengan

Satuan Polisi Pamong Praja seringkali melakukan penggusuran.

Penggusuran yang dilakukan sebuah tindakan ironi di tengah

masyarakat yang terhimpit berbagai kesulitan hidup dan

kesulitan ekonomi.

3. Ketidakadilan terhadap lingkungan hidup dan pertanian

Globalisasi menuntut eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alam.

Tuntutan ini ternyata berdampak pada ketidakadilan terhadap

lingkungan hidup. Ketidakadilan terhadap lingkungan hidup

dapat terlihat dengan meningkatnya polusi hampir berbagai

wilayah Indonesia. Memang tidak dapat dipungkiri untuk

meningkatkan produktifitas sebuah bangsa maka peningkatan

industri harus digalakkan. Namun sayang kebijakan pemerintah

Indonesia untuk meningkatkan produktifitas bangsa tidak

dibarengi dengan pengelolaan lingkungan yang baik pula. Kasus-

kasus penebangan hutan liar atau ilegal logging yang dilakukan

oleh pengusaha-pengusaha kayu menunjukkan betapa

eksploitasi alam atau hutan hanyak diperuntukkan untuk

keuntungan segelintir orang. Sudah pasti ilegal logging akan

merusak lingkungan dan merupakan penyebab utama banjir.

Dalam hal pertanian, revolusi hijau yang dimulai sekitar tahun

1970an merupakan awal dari keterpurukan petani di Indonesia.

Penggunaan pupuk kimia dan penggunaan bibit padi yang

mengejar waktu tanam dan panen ternyata berdampak buruk

pada hilangnya bibit lokal yang tahan akan hama dan hilangnya

kearifan lokal yang menghargai proses penanaman padi sebagai

bagian dari alam. Memang bangsa kita tidak ingin kembali ke

Page 4: Tugas Agama Kristen

zaman tradisional dalam hal pengelolaan pertanian. Rakyat

membutuhkan pangan dengan cepat, tetapi akibat dari revolusi

hijau ternyata malah menurunkan produktifitas tanah.

Penggunaan pupuk kimia selama puluhan tahun ternyata menurunkan kadar kesuburan tanah. Ibarat Pecandu Narkoba, tanaman tidak akan atau sulit tumbuh jika tidak menggunakan pupuk kimia.