Tugas Agama Buddha 4 (Hukum Karma)

19
AGAMA BUDDHA HUKUM KARMA DISUSUN OLEH HESTI MARGARETHA GAUTAMI NIM : 04101004001 FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Transcript of Tugas Agama Buddha 4 (Hukum Karma)

Page 1: Tugas Agama Buddha 4 (Hukum Karma)

AGAMA BUDDHA

HUKUM KARMA

DISUSUN OLEH

HESTI MARGARETHA GAUTAMI

NIM : 04101004001

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2010

Page 2: Tugas Agama Buddha 4 (Hukum Karma)

KATA PENGANTAR

Namo Buddhaya,

Puji dan syukur penyusun haturkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Tuhan

Yang Maha Esa, karena berkat karunia dan anugerah-Nya penyusun dapat

menyelesaikan tugas ini dengan baik. Tugas ini merupakan tugas mata kuliah Agama

Buddha.

Penyusun mengharapkan agar penyusunan tugas ini dapat memberikan

manfaat yang besar bagi semua orang. Selain itu, penyusun juga mengharapkan agar

memperoleh nilai yang baik dalam tugas ini, khususnya untuk mata kuliah Agama

Buddha.

Ucapan terima kasih disampaikan penysun kepada dosen pengasuh yang telah

memberikan banyak pengarahan kepada kami, teman, dan semua pihak yang telah

banyak membantu dalam penyusunan tugas ini.

Tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, penyusun memohon maaf

apabila ada kesalahan-kesalahan dalam penyusunan tugas ini. Kritik dan saran yang

membangun sangat penyusun harapkan.

Sabbe Satta Bhavantu Sukhittata.

Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Sadhu, Sadhu, Sadhu.

Palembang, September 2010

Dosen Pengasuh, Hormat Saya,

Drs. Darwis Hidayat, MM Penyusun

DAFTAR ISI

i

Page 3: Tugas Agama Buddha 4 (Hukum Karma)

Kata Pengantar.................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................... ii

A. Berita........................................................................................................... 1

B. Pendahuluan................................................................................................ 2

C. Pembahasan................................................................................................ 3

Proses Bekerjanya Karma........................................................................... 4

Syarat-syarat yang bisa disebut Karma....................................................... 6

Pembagian Karma....................................................................................... 7

D. Kesimpulan................................................................................................. 9

Daftar Pustaka................................................................................................... 10

ii

Page 4: Tugas Agama Buddha 4 (Hukum Karma)

HUKUM KARMA

A. Berita

Sriwijaya Post

Kamis, 9 September 2010

1

Page 5: Tugas Agama Buddha 4 (Hukum Karma)

B. Pendahuluan

Berita pada Koran Sriwijaya Post, Kamis, 9 September 2010 mengenai Intel

Kodam yang tewas terjepit pohon dan mobil merupakan salah satu berita yang

berhubungan dengan hukum karma.

Pada berita tersebut, sangat jelas terlihat bahwa setiap makhluk hidup

memiliki karmanya sendiri, mewarisi karmanya sendiri, lahir dari karmanya

sendiri, berhubungan dengan karmanya sendiri dan terlindung oleh karmanya

sendiri.

Mengapa demikian? Pada berita tersebut, Serda Edy (21), anggota Inteldam

Kodam Palembang tewas setelah mobil yang ditumpangi menabrak pohon.

Korban bersama David Iskandar (21), warga jalan Kapten Arivai Lorong

Swadaya Asrama Den Intel Palembang dan Abdi (22), warga kelurahan

Timbangan Kecamatan Inderalaya sedang berada di dalam mobil Suzuki Carry

pick up BG 9246 AC.

Mobil yang mereka tumpangi menabrak pohon di Jalinsum Inderalaya-

Prabumulih tepatnya di Km 35 Desa Permata Biru Inderalaya Utara, Selasa, 7

September 2010 pada pukul 20.40. Mobil tersebut melaju dari arah Prabumulih

menuju masuk Inderalaya Kota, dikemudikan oleh David.

Korban duduk di tengah diapit Abdi dan David, ketika melaju di tempat

kejadian berusaha menghindari tabrakan dengan mobil berlawanan arah sehingga

sopir banting setir ke kiri. Akibatnya mobil keluar jalur dan masuk ke semak-

semak di pinggir jalan dan tepat di depannya ada pohon besar sehingga menabrak

pohon bagian tengah mobil. Kaca mobil pecah berantakan dan bagian depan

mobil melesak ke dalam.

Korban Edy tewas di TKP setelah mengalami luka benturan di kepala dan

kedua tangannya patah. Ia sempat terjepit ringsekan bodi mobil dan pohon.

Sedangkan, Abdi dan David hanya mengalami luka ringan akibat pecahan kaca.

Polisi pun langsung, melakukan evakuasi setelah mendapatkan laporan dari

warga sekitar.

2

Page 6: Tugas Agama Buddha 4 (Hukum Karma)

C. Pembahasan

Sang Buddha bersabda : "Sesuai dengan benih yang ditanam, itulah buah

yang akan Anda peroleh. Pelaku kebaikan akan mengumpulkan kebaikan. Pelaku

keburukan, memperoleh keburukan. Jika Anda menanamkan benih yang baik,

maka Anda menikmati buah yang baik." (Samyutta Nikaya I, 227).

Ketika seseorang sedang bahagia dan bersuka cita, dia cenderung menilai

hidup ini menyenangkan. Tetapi jika seseorang sedang menderita, maka

dia akan menilai hidup ini sangat sulit, sehingga dia akan mulai mencari alasan

dan cara untuk menanggulangi kesulitan tersebut.

Kita cenderung bertanya, kenapa ada yang dilahirkan miskin dan menderita,

sedangkan yang lainnya dilahirkan dalam berbagai keberuntungan. Kita merasa

tidak mampu untuk bisa hidup sebagaimana yang diidamkan, yaitu mengalami

hidup yang selalu bahagia. Sebagian orang percaya bahwa ini karena nasib,

kesempatan, atau suatu kekuasaan yang tidak kelihatan diluar pengendalian

kita. Akibatnya kita cenderung menjadi bingung dan putus asa. Bagaimanapun

Sang Buddha mampu menjelaskan kenapa ada orang yang dilahirkan berbeda

keadaannya, dan kenapa sebagian orang lebih beruntung dalam menjalani

kehidupan dari yang lainnya.

Sang Buddha mengajarkan, bahwa suatu kondisi yang terjadi sekarang

apakah bahagia atau menderita adalah merupakan hasil akumulasi perbuatan

yang dilakukan sebelumnya atau disebut karma. Sang Buddha mengatakan

bahwa semua makhluk hidup mempunyai karma mereka sendiri,

warisan mereka, sebab awal mereka, kerabat mereka, pelindung

mereka. Karmalah yang membedakan setiap makhluk hidup itu dalam keadaan

rendah atau tinggi.

Karma berasal dari kata Sanskerta (Pali; kamma) yang berarti tindakan,

pekerjaan atau perbuatan. Setiap perbuatan, ucapan atau pikiran yang dilakukan

dengan suatu tujuan atau niat dapat disebut karma. Karma berarti suatu kehendak

3

Page 7: Tugas Agama Buddha 4 (Hukum Karma)

atau niat (cetana) yang baik (kusala) dan buruk (akusala). Setiap tindakan yang

kita lakukan apabila berdasarkan suatu niat maka akan menciptakan karma.

Sang Buddha bersabda :"Aku nyatakan, O para Bhikkhu, bahwa niat (cetana)

itulah Kamma, dengan niat seseorang bertindak melalui badan jasmani, ucapan

dan pikiran." (Anguttara Nikaya III ,I-117).

Dengan kata lain, Karma merupakan suatu hukum moral sebab-akibat, suatu

hukum alam dimana menjelaskan bahwa setiap tindakan akan membuahkan hasil

tindakan tertentu atau buah karma (karma vipaka) . Sehingga apabila seseorang

melakukan perbuatan mulia seperti memberikan sumbangan kepada suatu

yayasan kemanusiaan, maka dia akan merasakan kebahagiaan. Sebaliknya, jika

seseorang melakukan suatu perbuatan yang tercela, misalnya membunuh

makhluk hidup, maka dia akanmerasakan penderitaan. Sehingga dapat

disimpulkan, akibat dari perbuatan karma sebelumnya menentukan keberadaan

orang tersebut pada kehidupan saat ini. Karma dapat dikategorikan menurut

matangnya, yaitu karma yang matang pada kehidupan ini, karma yang matang

pada kehidupan berikutnya dan karma yang matang pada beberapa kehidupan

yang akan datang.

Sang Buddha bersabda : "Pembuat kejahatan hanya melihat hal yang baik

selama buah perbuatan jahatnya belum masak, tetapi bilamana hasil perbuatan

jahatnya telah masak, ia akan melihat akibat-akibatnya yang buruk. Pembuat

kebajikan hanya melihat hal yang buruk selama buah perbuatan bajiknya belum

masak, tetapi bilamana hasil perbuatannya itu telah masak, ia akan melihat

akibat-akibatnya yang baik." (Dhammapada, 119-120 ).

Proses Bekerjanya Karma

Memang proses bekerjanya karma tidak dapat kita amati atau dibuktikan

secara ilmiah, namun prinsip bahwa kita akan menuai sesuai dengan apa yang

kita tanam itulah yang penting untuk kita renungkan. Proses bekerjanya karma

hanyalah dapat dipahami sepenuhnya oleh seorang Buddha atau Yang Telah

Tercerahkan.

4

Page 8: Tugas Agama Buddha 4 (Hukum Karma)

Untuk mengetahui karma dari kelahiran kita sebelumnya, maka renungkanlah

berbagai kejadian baik berupa penderitaan (dukkha) ataupun kebahagiaan

(sukkha) yang menimpa kita dalam kehidupan saat ini. Sehingga kita tidak

tersudut ke dalam suatu kondisi dimana kita harus mencela orang lain sewaktu

menderita ataupun terlalu menjunjung orang lain sewaktu kita berbahagia. Karma

yang berbuah dalam kehidupan ini apakah menghasilkan kebahagiaan ataupun

penderitaan haruslah kita syukuri sebagai makin berkurangnya timbunan karma

kita sehingga makin terbukalah peluang untuk kita keluar dari arus kelahiran dan

kematian. Namun demikian kitapun tidak perlu terjebak pada sikap pesimistik

dengan menyalahkan kehidupan sebelumnya yang menciptakan karma buruk

pada kehidupan saat ini karena Buddhisme tidak mengajarkan fatalisme yaitu

suatu sikap yang menyalahkan segala sesuatu kejadian sebagai kodrat, takdir

ataupun nasib. Buddhisme mengajarkan suatu tuntunan buat kita untuk melihat

kehidupan saat ini sebagai alam kehidupan yang memungkinkan manusia untuk

berlatih diri keluar dari lingkaran kehidupan dan kematian.

Untuk memahami kondisi bekerjanya karma sebagai suatu Hukum Sebab

Akibat, kita dapat memulainya dengan mengenali adanya hukum yang bekerja di

alam semesta ini. Dalam Abhidhamma Vatara 54, dan Dighanikaya Atthakatha

II-432, dapat ditemui adanya Lima Hukum Alam (Pancaniyama Dhamma), yaitu:

1. Rtu Niyama (Utu Niyama), yaitu hukum sebab-akibat yang berkaitan dengan

suhu, contohnya gejala timbulnya angin dan hujan, bergantinya musim,

perubahan iklim, sifat panas, dan sebagainya.

2. Bija Niyama, yaitu hukum sebab-akibat mengenai biji-bijian, contohnya

sesawi berasal dari biji sesawi, gula berasal dari tebu, dan sebagainya.

3. Karma Niyama (Kamma Niyama), yaitu hukum sebab-akibat yang berkaitan

dengan perbuatan, contohnya perbuatan baik akan menghasilkan akibat baik,

dan perbuatan buruk akan menghasilkan akibat buruk.

4. Citta Niyama, yaitu hukum sebab-akibat yang berkiatan dengan hasil pikiran,

misalnya proses kesadaran, timbul dan lenyapnya kesadaran, sifat kesadaran,

kekuatan batin, telepati, kemampuan membaca pikiran orang lain,

kemampuan mengingat hal-hal yang telah terjadi, dan sebagainya.

5

Page 9: Tugas Agama Buddha 4 (Hukum Karma)

5. Dharma Niyama (Dhamma Niyama), yaitu hukum sebab-akibat yang

berkaitan dengan gravitasi, berupa gejala alam yang

menandai akan terlahirnya atau meninggalnya seorang Bodhisattva ataupun

seorang Buddha.

Hukum Karma (Kamma Niyama) merupakan salah satu dari Hukum Alam

tersebut di atas yang terjadi karena prinsip Hukum Sebab dan Akibat, dimana

setiap suka ataupun duka pasti ada penyebabnya. Tiada sebab maka tiada

akibat. Segala penderitaan akan dapat dihindari apabila dapat diketahui

sebabnya. Penyebab tunggal dari segala bentuk penderitaan adalah kemelekatan

terhadap nafsu keinginan duniawi.

Syarat-syarat yang bisa disebut Karma

Oleh karena adanya badan (kaya), kemudian tercetuslah Cetana dalam

perbuatan badan itu, maka timbullah kebahagiaan atau kesengsaraan. Oleh karena

adanya pengucapan (vaci), kemudian tercetuslah Cetana dalam perbuatan badan

itu, maka timbullah kebahagiaan atau kesengsaraan. Oleh karena adanya pikiran

(mano), kemudian tercetuslah Cetana dalam perbuatan badan itu, maka timbullah

kebahagiaan atau kesengsaraan.

Oleh karena Avijja, orang didorong oleh perasaan melakukan sebuah bentuk

kamma melalui perbuatan badan, ucapan dan pikiran, yang menimbulkan

kebahagiaan maupun kesengsaraan dirinya sendiri atau yang dipengaruhi oleh

orang lain yang melakukan hal itu.

Maka itu, Cetana yang tercetus dalam perbuatan badan, ucapan dan pikiran

itulah yang disebut kamma dan yang merupakan pula benih untuk bertumimbal-

lahir.

Jadi, suatu perbuatan dapat disebut Kamma bila terjadinya karena adanya

Cetana dan dilaksanakan dengan kesadaran atau dengan sengaja.

6

Page 10: Tugas Agama Buddha 4 (Hukum Karma)

Pembagian Karma

Menurut jangka waktunya (Pakakala Catuka) :

1. Karma yang berlaku segera/ dalam kehidupan sekarang ini

(ditthadhammavedaniya kamma)

2. Karma yang berlaku sesudahnya (upapajjavedaniya kamma)

3. Karma yang berlaku untuk jangka waktu tidak terbatas (aparapariyavedaniya

kamma)

4. Karma yang kadaluarsa (ahosi kamma)

Pada berita tersebut, termasuk dalam karma yang berlaku dalam

kehidupan sesudahnya (upapajjavedaniya kamma). Korban Edy tersebut

tewas terjepit pohon dan mobil mungkin akibat dari perbuatan masa

lalunya yang berakibat atau membuahkan hasil pada kehidupannya

sekarang ini. Mungkin pada masa lalunya, korban sering melakukan

pemotongan hewan dan tidak pernah melepaskan makhluk hidup sehingga

pada kehidupannya yang sekarang ia tewas dalam usia yang masih muda.

Berbeda dengan kedua orang temannya yang hanya mengalami luka ringan

akibat pecahan kaca.

Menurut sifat bekerjanya (Kicca Catuka) :

1. Karma penghasil (janaka kamma)

2. Karma penunjang (upatthambaka kamma)

3. Karma pelemah (upapilaka kamma)

4. Karma penghancur (upaghataka kamma)

Pada berita tersebut, termasuk dalam karma penghancur (upaghataka

kamma), bagian Akusala Upaghataka Kamma memotong Rupa Nama yang

menjadi Kusala Vipaka. Alat-alat tubuh manusia, semuanya termasuk

Kusala Vipaka. Dengan alat-alat tubuh inilah sewaktu melihat, mendengar,

mencium, merasakan dan menyentuh sesuatu yang baik, disebut juga

Kusala Vipaka. Tetapi, sewaktu orang itu mengalami kecelakaan, seperti

tergilas mobil, jatuh dari tempat tinggi, yang menyebabkan mata buta,

7

Page 11: Tugas Agama Buddha 4 (Hukum Karma)

telinga tuli, dll. Jika orang tersebut meninggal akibat kecelakaan inilah yang

disebut Akusala Upaghataka Kamma memotong Rupa Nama yang menjadi

Kusala Vipaka.

Menurut sifat hasilnya (Pakadanapariyaya Catuka) :

1. Karma yang berat (garuka kamma)

2. Karma menjelang kematian (asanna kamma)

3. Karma kebiasaan (acinna kamma)

4. Karma yang bertimbun (katatta kamma)

Pada berita tersebut, tidak dapat diketahui dalam golongan apa, karena kita

tidak mengetahui apa saja karma baik dan karma buruk yang telah

dilakukan korban pada masa lalu dan pada masa sekarang. Jenis karma ini

tidak berdiri sendiri-sendiri melainkan menjadi satu kesatuan. Oleh karena

itu, segala sesuatunya belum tentu disebabkan oleh satu jenis karma, tetapi

semuanya saling berhubungan.

Menurut kedudukannya (Pakatthana Catuka) :

1. Akusala Kamma (perbuatan jahat)

2. Kusala Kamma (perbuatan buruk)

Pada berita tersebut, kemungkinan pada masa lalu korban melakukan

perbuatan jahat (Akusala Kamma) melalui perbuatan jasmani (Kaya

Kamma), seperti pembunuhan, sehingga pada kehidupannya yang sekarang

ia harus tewas karena terjepit pohon dan mobil. Berbeda dengan kedua

temannya, yang hanya mengalami luka ringan. Mungkin mereka berdua

sering melakukan perbuatan baik (Kusala Kamma) pada kehidupan yang

lalu maupun pada masa sekarang, sehingga mereka terhindar dari

kecelakaan tersebut.

D. Kesimpulan

8

Page 12: Tugas Agama Buddha 4 (Hukum Karma)

Karma berasal dari kata Sanskerta (Pali; kamma) yang berarti tindakan,

pekerjaan atau perbuatan. Setiap perbuatan, ucapan atau pikiran yang dilakukan

dengan suatu tujuan atau niat dapat disebut karma. Karma berarti suatu kehendak

atau niat (cetana) yang baik (kusala) dan buruk (akusala). Setiap tindakan yang

kita lakukan apabila berdasarkan suatu niat maka akan menciptakan karma.

Setiap makhluk hidup memiliki karmanya sendiri (kammasaka), mewarisi

karmanya sendiri (kammadayada), lahir dari karmanya sendiri (kammayoni),

berhubungan dengan karmanya sendiri (kammabandhu) dan terlindung oleh

karmanya sendiri (kammapatisarana).

Untuk memahami kehidupan yang lalu, lihat saja apa yang didapat pada

kehidupan sekarang. Untuk mendapatkan gambaran kehidupan yang akan datang,

periksalah semua perbuatan masa sekarang.

Karma trerdiri dari beberapa jenis. Jenis-jenis karma ini tidak dapat berdiri

sendiri-sendiri, melainkan merupakan suatu kesatuan. Oleh karena itu, segala

sesuatunya belum tentu disebabkan oleh satu jenis karma, tetapi berhubungan

dengan karma yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

9

Page 13: Tugas Agama Buddha 4 (Hukum Karma)

http://artikelbuddhis.blogspot.com/2010/07/hukum-karma-oleh-yang-mulia

bhikkhu.html

Yayasan Buddhakirti. 2006. Kumpulan Naskah Dharma. Palembang.

Yayasan Penerbit Karaniya dan Ehipassiko Foundation. 2005. Jadilah Pelita Ajaran

Universal Buddha. Jakarta.

CV Nitra Kencana Buana. 2004. Pendidikan Agama Buddha Tingkat Menengah.

Jakarta.

Buku The Buddha Speaks of: The Cause And Effect Sutra

Penerbit Svarnadipa Sriwijaya. 2006. Paritta (Buku Tuntunan Puja Bhakti).

Palembang.

10