Tugas 3 kimia pemisahan
Click here to load reader
Transcript of Tugas 3 kimia pemisahan
NAMA : RESA FAZARWATI MK: KIMIA PEMISAHAN
NIM : 1102546
JUR/KELAS : PENDIDIKAN KIMIA SL/ A
1. Komponen GC dan cara kerja tiap komponen?
Jawab:
Komponen GC
Gambar komponen GC
Cara kerja tiap komponen:
a. Gas pembawa
Fase gerak pada GC juga disebut dengan gas pembawa karena tujuan awalnya adalah
untuk membawa solut ke kolom, karenanya gas pembawa tidak berpengaruh pada
selektifitas. Syarat gas pembawa adalah: tidak reaktif (inert) dengan sampel maupun
dengan fasa diam; murni/kering karena kalau tidak murni akan berpengaruh pada detektor;
dan dapat disimpan dalam tangki baja bertekanan tinggi. Gas yang biasa digunakan
diantaranya helium, nitrogen, argon, dan hidrogen. Karena gas disimpan dalam tangki baja
bertekanan tinggi maka gas tersebut akan mengalir dengan sendirinya secara cepat sambil
membawa komponen-komponen campuran yang akan dipisahkan.
Gambar Karakteristik Gas Pembawa H2, He, Ar
Adapun karakteritik dari gas pembawa hidrogen, helium, dan nitrogen, ketiganya
memberikan harga HETP yang sama tapi pada kecepatan alir yang berbeda. Gas N2
memerlukan kecepatan alir yang lambat (10 cm/det) untuk mencapai kinerja (efisiensi)
optimum dengan HETP minimum. Sementara gas H2 dapat dialirkan dcengan cepat (25
cm/det) dan He (35 cm/det) untuk memperoleh efisiensi yang optimum. Kinerja H2
berkurang sedikit demi sedikit dengan kenaikan kecepatan alir. Sedangkan kinerja N2
berkurang secara drastis dengan kenaikan kecepatan alir. Hal tersebut menunjukkan bahwa
H2 dapat memberikan resolusi yang hampir sama dengan yang lain pada kecepatan alir
yang lebih cepat. Solut berdifusi dengan cepat melalui H2 dan He daripada melalui N2
maka H2 dan He memberikan resolusi yang lebih baik pada kecepatan alir tinggi.
b. Ruang Pemasukan Sampel
Sampel yang dapat dianalisis melalui teknik kromatografi gas dapat berupa zat cair atau
gas. Dengan syarat sampel mudah menguap dan stabil (tidak rusak pada kondisi
operasional). Lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel secara cepat dan efisien.
Desain yang populer terdiri atas saluran gelas yang kecil atau tabung logam yang
dilengkapi dengan septum karet pada satu ujung untuk mengakomodasi injeksi dengan
semprit (syringe). Di tempat injeksi terdapat pemanas yang suhunya dapat diatur untuk
menguapkan sampel. Suhu tempat penyuntikan sampel biasanya sekitar 500C di atas titik
didih sampel. Bila sampel rusak pada suhu tersebut maka tidak dapat dianalisis dengan
GC.
Tempat pemasukan cuplikan cair ke dalam pak kolom biasanya terbuat dari tabung gelas
di dalam blok logam panas. Cuplikan disuntikan dengan bantuan alat suntik melalui karet
septum kemudian diuapkan di dalam tabung gelas. Karena helium (gas pembawa)
mengalir melalui tabung, sejumlah volume cairan yang diinjeksikan (biasanya antara 0,1-
10,0 μL) akan segera diuapkan untuk selanjutnya di bawa menuju kolom. Berbagai macam
ukuran semprit saat ini tersedia di pasaran sehingga injeksi dapat berlangsung secara
mudah dan akurat. Septum karet, setelah dilakukan pemasukan sampel secara berulang,
dapat diganti dengan mudah. Sistem pemasukan sampel (katup untuk mengambil sampel
gas) dan untuk sampel padat juga tersedia di pasaran.
Pada dasarnya, ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas, yaitu:
Injeksi langsung (direct injection), yang mana sampel yang diinjeksikan akan diuapkan
dalam injector yang panas dan 100 % sampel masuk menuju kolom.
Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan diuapkan dalam
injector yang panas dan selanjutnya dilakukan pemecahan.
Injeksi tanpa pemecahan (splitness injection), yang mana hampir semua sampel
diuapkan dalam injector yang panas dan dibawa ke dalam kolom karena katup pemecah
ditutup; dan
Injeksi langsung ke kolom (on column injection), yang mana ujung semprit dimasukkan
langsung ke dalam kolom.
Teknik injeksi langsung ke dalam kolom digunakan untuk senyawa-senyawa yang mudah
menguap; karena kalau penyuntikannya melalui lubang suntik secara langsung
dikhawatirkan akan terjadi peruraian senyawa tersebut karena suhu yang tinggi atau
pirolisis
c. Kolom
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di dalamnya terdapat fase
diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral pada GC. Jenis kolom
pada GC diantaranya: kolom kemas/kolom pak (packed column), kolom terbuka (open
tubular column)/kolom kapiler (capillary column); dan kolom preparative (preparative
column). Perbandingan kolom pak dan kolom kapiler ditunjukkan oleh gambar berikut :
Kolom pak Kolom kapiler
Kolom pak terbuat dari gelas atau logam yang tahan karat atau dari tembaga dan
aluminium (stainless steel). Panjang kolom jenis ini adalah 1–5 meter dengan diameter
dalam 3-6 mm. Kolom diisi dengan serbuk zat padat halus atau zat padat sebagai zat
pendukung yang dilapisi zat cair kental yang sukar menguap sebagai fasa diam. Jenis
kolom pak ini lebih disukai untuk tujuan preparatif karena dapat menampung jumlah
cuplikan yang banyak.
Kolom kapiler ukurannya lebih kecil dan lebih panjang daripada kolom pak. Panjang
kolom kapiler sekitar antara 15-100 m dengan diameter sekitar 0,1-0,7 mm. Biasanya
kolom kapiler disimpan dalam bentuk spiral dengan diameter 18 cm. Kolom kapiler bisa
memiliki panjang sampai 100 m karena kolom tidak terhalang oleh fasa diam, akan tetapi
kolom kapiler tidak dapat menampung volum cuplikan yang banyak. Kolom kapiler sangat
banyak dipakai karena memberikan efisiensi yang tinggi (harga jumlah pelat teori yang
sangat besar > 300.000 pelat). Kolom kapiler terdiri dari 3 jenis, yaitu: wall-coated open
tubular column (wcot), fasa diam cairan kental dilapiskan secara merata pada dinding
dalam kolom. Porous-layer open tubular column (plot), partikel zat padat yang
ditempelkan pada dinding dalam kolom bertindak sebagai fasa diam. Dan support-cated
open tubular column (scot), partikel zat padat pendukung seperti silika atau alumunium
ditempelkan pada dinding dalam kolom.
Gambar jenis kolom kapiler
Kolom preparatif digunakan untuk menyiapkan sampel yang murni dari adanya senyawa
tertentu dalam matriks yang kompleks.
d. Detektor
Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar fase
gerak (gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan. Detektor pada
kromatografi gas adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas
pembawa dan komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik. Sinyal
elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif
terhadap komponen-komponen yang terpisah di antara fase diam dan fase gerak.
Karakteristik detektor
Detektor Integral, memberikan suatu pengukuran setiap saat dari jumlah total bahan
yang dielusi yang telah melewatinya sampai waktu itu. Kromatogram yang diperoleh
dengan detektor Integral
Detektor Diferensial, menghasilkan kromatogram familiar yang terdiri dari puncak-
puncak dan bukan langkah-langkah.Dibagi menjadi 2 kelas besar : detektor yang
mengukur konsentrasi zat terlarut dengan memakai beberapa sifat fisika dari aliran
gas buangan, dan detektor yang merespons secara langsung zat terlarut dengan
demikian berarti mengukur laju alir massanya. Kromatogram yang diperoleh dengan
detektor diferensial.
Pada garis besarnya detektor pada KG termasuk detektor diferensial, dalam arti respons
yang keluar dari detektor memberikan relasi yang linier dengan kadar atau kecepatan
aliran massa komponen yang teresolusi. Kromatogram yang merupakan hasil pemisahan
fisik komponen-komponen denagn GC disajikan oleh detektor sebagai deretan luas puncak
terhadap waktu. Waktu tambat tertentu dalam kromatogram dapat digunakan sebagai data
kualitatif, sedangkan luas puncak dalam kromatogram dapat dipakai sebagai data
kuantitatif yang keduanya telah dikonfirmasikan dengan senyawa baku. Akan tetapi
apabila kromatografi gas digabung dengan instrumen yang multipleks misalnya GC/FT-
IR/MS, kromatogram akan disajikan dalam bentuk lain.
Detektor diferensial paling banyak digunakan dan termasuk berikut :
Flame Ionization Detector (F.I.D)
Thermal Conductivity Detector (T.C.D)
Electron Capture Detector (E.C.D)
Flame Photometric Detector (F.P.D)
Thermionic Spesific Detector N, P spesific (T.S.D)
Photo Ionization Detector (P.I.D)
Alkali Flame Detector (A.F.D)
Thermal Conductivity Detector (T.C.D)
Prinsip Operasional
Thermal conductivity detector didasarkan pada prinsip bahwa suatu badan yang panas
akan melepaskan panas pada suatu tingkat yang tergantung pada komposisi dari
lingkungan sekitarnya. Kebanyakan T.C.D berisi kawat/filamen logam yang
dipanaskan secara elektrik dan menjulang pada aliran gas. Gas pembawanya hidrogen
dan helium.
Gambar Thermal Conductivity Detector (T.C.D)
Detektor Ionisasi
Sejumlah besar detektor dalam kromatografi gas diklasifikasikan sebagai Ionization
Detectors. Dalam ionization detectors, konduktivitas elektrik dari gas diukur pada
kehadiran komponen analit. Konduktivitas elektrik dapat meningkat sebagai hasil dari
analit yang terionisasi dalam aliran gas atau menurun sebagai hasil dari analit yang
menyerap elektron dari gas yang terionisasi. Sumber ionisasi ditentukan dari jenis
ionization detector yang termasuk di dalamnya adalah: Flame Ionization Detector (F.I.D),
Electron Capture Detector (E.C.D), Thermionic Spesific Detector N, P spesific (T.S.D),
dan Photo Ionization Detector (P.I.D)
Flame Ionization Detector (F.I.D)
Pada F.I.D, sumber ionisasi adalah pembakaran biasanya berasal dari hidrogen dan
udara atau oksigen di dalam detektor.
Gambar Flame Ionization Detector (F.I.D.)
Electron Capture Detector (E.C.D.)
E.C.D mengukur kehilangan sinyal ketika analit terelusi dari kolom kromatografi. N2 kering
atau 5% metana dalam argon berfungsi sebagai gas pembawa mengalir melalui detektor dan
terionisasi oleh sumber elektron berenergi tinggi (sinar beta) yang teradsorbsi pada Titanium
atau Scandium (TiH3, ScH3) atau Nickel 63 (Ni63). Elektron yang terbentuk ditarik ke anoda dan
menghasilkan arus. Bila molekul analit yang mempunyai afinitas elektron yang tinggi
memasuik detektor maka sebagian elektron ditangkap, sehingga arus yang mengalir ke anoda
semakin berkurang. Detektor sangat sensitif pada senyawa yang mengandung halogen (alkil
halida), karbonil terkonjugasi, nitril, nitro, dan organologam, dan tidak peka terhadap
hidrokarbon, alkohol, dan keton.
Gambar Electron Capture Detector (E.C.D.)
Thermionic Spesific Detector N, P spesific (T.S.D.)
Dengan mengoperasikan flame ionization detector pada temperatur lebih rendah dan
memasukkan atom-atom logam alkali ke dalam resulting plasma, maka detektor dapat
dibuat selektif terhadap nitrogen dan phosphorus.
Gambar Thermionic Spesific Detector N, P spesific (T.S.D.)
Photo Ionization Detector (P.I.D.)
PID khas mengukur senyawa organik yang mudah menguap dan gas lainnya dalam
konsentrasi sub bagian per miliar untuk 10 000 bagian per juta (ppm).
Gambar Photo Ionization Detector (P.I.D.)
Detektor Spektroskopi Massa (MS)
MS adalah suatu teknik analitis yang mengukur rasio massa-untuk-biaya dari partikel
bermuatan. Hal ini digunakan untuk menentukan massa partikel, untuk menentukan
komposisi unsur dari suatu sampel atau molekul , dan untuk menjelaskan kimia struktur
molekul, seperti peptida dan senyawa kimia . MS bekerja dengan senyawa kimia pengion
untuk menghasilkan molekul bermuatan atau fragmen molekul dan spektra massa .
prosedur MS:
Sampel dimuat ke instrumen MS dan mengalami penguapan
Komponen sampel yang terionisasi oleh salah satu berbagai metode (misalnya, dengan
mempengaruhi mereka dengan berkas elektron ), yang menghasilkan pembentukan
partikel bermuatan ( ion )
Ion-ion dipisahkan dalam analyzer dengan elektromagnetik berupa sinyal ion diolah
menjadi spektra massa.
Gas hidrogen dan helium digunakan pada detektor konduktivitas termal sedangkan
nitrogen digunakan pada detektor pengionan nyala.
e. Komputer
GC modern menggunakan komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunaknya
(software) untuk digitalisasi signal detektor dan mempunyai beberapa fungsi antara lain:
Memfasilitasi seting parameter-parameter instrumen seperti: aliran fase gas; suhu
oven dan pemrograman suhu; serta penyuntikan sampel secara otomatis.
Menampilkan kromatogram dan informasi-informasi lain dengan menggunakan grafik
berwarna.
Merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan dengan statistik.
Menyimpan data parameter analisis untuk analisis senyawa tertentu
2. Bagaimana pemisahan dengan GC berlangsung?
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-komponen campuran di
mana cuplikan berkesetimbangan di antara dua fasa, fasa gerak yang membawa cuplikan
dan fasa diam yang menahan cuplikan secara selektif. Pemisahan dengan kromatografi
didasarkan pada perbedaan kesetimbangan komponen-komponen campuran diantara fasa
geraknya dan fasa diam, yang disebut dengan koefisien partisi.
Pengukuran kromatografi gas dapat dilakukan dengan mode operasi isotermal, yaitu suhu
kolom dijaga tetap selama pengukuran. Atau mode pemograman suhu, dimana suhu kolom
dapat diprogram misalnya pada keadaan awal pengukuran suhu kolom 500C dan pada
akhir pengukuran suhu kolom 1500C dengan kenaikan suhu 50C/menit.
Bila suatu detektor yang peka terhadap komponen-komponen tersebut ditempatkan
diujung kolom dan sinyalnya diplot sebagai fungsi waktu (volum fasa gerak yang
ditambahkan), sederet puncak-puncak simetri diperoleh. Plot tersebut disebut
kromatogram yang berguna untuk analisis secara kualitatif maupun kuantitatif. Jumlah
puncak pada sumbu waktu berharga untuk mengidentifikasi jumlah komponen cuplikan,
sedangkan luas puncak merupukan ukuran kuantitatif komponen.
Waktu yang diperlukan suatu komponen untuk mencapai detektor disebut waktu retensi
(tR), sedangkan waktu yang diperlukan molekul fasa gerak untuk melewati kolom
dinyatakan tM. Kemampuan kolom untuk memisahkan dua komponen campuran disebut
faktor selektivitas (α). Faktor ini berhubungan dengan koefisien partisi kedua komponen.
.
Prinsip kerja
• Gas pembawa (biasanya menggunakan helium, argon / nitrogen) dengan tekanan
tertentun dialirkan secara konstan melalui kolom yang berisi fase diam.
• Komponen sampel akan terabsorbsi oleh fase dim dengan kecepatan berbeda.
Cara kerja
• Sampel diinjeksikan ke injektor yang suhunya telah diatur.
• Setelah sampel menjadi uap, akan dibawa oleh aliran gas pembawa menuju kolom.
• Sehingga komponen akan terabsorbsi oleh fase diam sampai terjadi pemisahan.
• Komponen yang terpisah menuju detektor akan menghasilkan sinyal listrik yang
besarnya proporsional.
• Sinyal listrik tersebut akan diperkuat oleh amplifier.
• Kromatogram akan dicatat oleh rekorder berupa puncak.