Tugas-2-Hidrograf
-
Upload
ksatrio-pinayung-rizqi -
Category
Documents
-
view
18 -
download
0
description
Transcript of Tugas-2-Hidrograf
Tugas II Hidrograf Mk.Pengelolaan DAS Bos Ariadi Muis/A165110021
1
Oleh:
Bos Ariadi Muis
I. Latar Belakang
Perkembangan pembangunan dibidang pemukiman, pertanian, perkebunan, industri,
ekploitasi sumber daya alam berupa penambangan, dan ekploitasi hutan
menyebabkan penurunan kondisi hidrologis suatu daerah aliran sungai (DAS). Gejala
penurunan fungsi hidrologis DAS ini dapat dijumpai di beberapa wilayah Indonesia, seperti di
Pulau Jawa, Pulau Sumatera, dan Pulau Kalimantan, terutama sejak tahun dimulainya Pelita I
yaitu pada tahun 1972.
Penurunan fungsi hidrologis tersebut menyebabkan kemampuan DAS untuk berfungsi
sebagai “storage” air pada musim kemarau dan kemudian dipergunakan melepas air sebagai
“base flow” pada musim kemarau, telah menurun. Ketika air hujan turun pada musim
penghujan air akan langsung mengalir menjadi aliran permukaan yang kadang-kadang
menyebabkan banjir dan sebaliknya pada musim kemarau aliran “base flow” sangat kecil
bahkan pada beberapa sungai tidak ada aliran sehingga ribuan hektar sawah dan tambak ikan
tidak mendapat suplai air tawar.
Besarnya aliran permukaan yang terjadi pada musim penghujan dan berkurangnya luas
kawasan hutan serta semakin luasnya bagian permukaan lahan DAS yang terbuka
menyebabkan erosi permukaan menjadi semakin besar sehingga angkutan sedimen aliran
permukaan bertambah besar pula. Angkutan sedimen yang terbawa aliran air akan mengendap
di alur sungai bagian sebelah hilir dan pada bangunan pengairan, seperti bendung, dan saluran
irigasi. Walaupun masih banyak parameter lain yang dapat dijadikan ukuran kondisi suatu
daerah aliran sungai, seperti parameter kelembagaan, parameter peraturan perundang-
undangan, parameter sumber daya manusia, parameter letak geografis, parameter iklim, dan
parameter teknologi, akan tetapi parameter air masih merupakan salah satu input yang paling
relevan dalam model DAS untuk mengetahui tingkat kinerja DAS tersebut, khususnya apabila
dikaitkan dengan fungsi hidrologis DAS.
Sinukaban (2011) mengatakan bahwa pembenaran ilmu tidak hanya dibuktikan
dengan logika (rasional) tapi juga harus melalui pembuktian (empiris), sehingga apabila satu
kesimpulan yang ditarik berdasarkan salah satu alasan saja maka kebenaran ilmu masih
Tugas II Hidrograf Mk.Pengelolaan DAS Bos Ariadi Muis/A165110021
2
diragukan. Akan tetapi sebaliknya apabila dalam pembuktian suatu hipotesis yang
berdasarkan satu parameter saja ditemukan kesalahan maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis tersebut salah.
Teori yang demikian berdasarkan teori “inductive logic” yaitu menarik suatu
kesimpulan umum berdasarkan suatu hal yang spesifik. Dengan demikian maka apabila
berdasarkan analisa hidrograf aliran ternyata perbedaan besar debit pada musim penghujan
dan musim kemarau cukup besar dan apabila berdasarkan analisa angkutan sedimen sungai
ternyata besar angkutan sedimen melebihi batas yang dapat ditoleransi maka dapat
disimpulkan bahwa kondisi DAS dalam keadaan rusak.
Pada model pengelolaan DAS dibawah input hidrograf aliran air sungai dan input
angkutan sedimen dijadikan sebagai dasar apakah cukup signifikan hipotesis yang
menyebutkan bahwa kerusakan DAS yang ditunjukkan oleh kedua parameter tersebut.
Apabila hasil analisa menunjukkan tidak cukup signifikan maka kondisi DAS disimpulkan
dalam keadaan baik, sebaliknya apabila cukup signifikan maka penelitian dilanjutkan dengan
memasukkan input yang lain seperti input institusi, input sumber daya manusia, input sumber
daya alam dan input sosial ekonomi. Hasil analisa dengan masukan masing-masing input
tersebut dipergunakan untuk menentukan kebijakan, strategi dan perencanaan daerah aliran
sungai yang paling tepat dan selanjutnya dituangkan dam program pelaksanaan pengelolaan
DAS.
Berdasarkan pertimbangan hal tersebut, maka makalah ini akan membahas tentang
kondisi DAS dalam lingkup analisis hidrograf sebagai ukuran tingkat kinerja DAS dan untuk
menjawab tugas mata kuliah pengelolaan daerah aliran sungai yang dibimbing oleh Prof. Dr.
Ir. Naik Sinukaban, M.Sc.
II. Morfometri dan Pergerakan Air dalam DAS
Daerah aliran sungai (DAS) merupakan daerah yang dibatasi oleh topografi secara
alami sehingga semua air hujan yang jatuh diatas DAS tersebut akan mengalir melalui titik
pembuangan (outlet) yang sama.
Dalam suatu sistem DAS terdapat suatu sifat khas yang menunjukkan sifat tangkapan
DAS terhadap suatu masukan tertentu yaitu air hujan yang jatuh di DAS. Sifat yang khas dari
suatu DAS dapat dilihat dari morfometri DASnya. Morfometri DAS adalah pengukuran
bentuk dan pola DAS yang dapat dilihat dari suatu peta. Gordon (1992) menjelaskan bahwa
parameter dalam morfometri DAS berhubungan satu sama lain, sehingga seringkali salah satu
Tugas II Hidrograf Mk.Pengelolaan DAS Bos Ariadi Muis/A165110021
3
parameter dapat dijadikan perwakilan parameter lainnya. Parameter morfometri DAS terpilih
yang saling berhubungan tersebut dapat digunakan untuk menduga respon hidrologi dari suatu
DAS terhadap masukan curah hujan di kawasan tersebut.
Respon hidrologi dari suatu DAS terhadap masukan curah hujan dijelaskan pula oleh
Asdak (2001) yang menyatakan bahwa beberapa parameter morfometri DAS seperti luas,
kemiringan lereng, bentuk, kerapatan drainase dapat berpengaruh terhadap besaran dan timing
dari hidrograf aliran yang dihasilkannya. Pengaruh luasan DAS terhadap bentuk hidrograf
aliran adalah pada waktu konsentrasi aliran air di daerah dimana semakin besar luas DAS
maka semakin banyak pula curah hujan yang diterima namun semakin lama waktu
konsentrasi aliran air untuk mencapai debit puncaknya. Sehingga bentuk hidrograf dari DAS
yang mempunyai luasan yang besar cenderung menjadi lebih panjang.
Kemiringan lereng DAS mempengaruhi cepat lambatnya laju run-off yang kemudian
dapat mempercepat respon DAS terhadap curah hujan yang terjadi. DAS yang memiliki
topografi relatif datar akan menghasilkan run-off yang lebih kecil dibandingkan dengan DAS
yang memiliki topografi yang miring.
Bentuk DAS mempengaruhi laju run-off dan waktu konsentrasi aliran di daerah outlet,
sehingga dari faktor bentuk DAS ini dapat menghasilkan bentuk hidrograf yang berbeda
antara DAS yang mempunyai bentuk yang memanjang dan sempit dengan DAS yang
berbentuk cenderung membulat dan lebar. DAS yang memanjang dan sempit cenderung
menurunkan laju run-off sehingga waktu konsentrasi untuk mencapai debit puncak di daerah
outlet cenderung lebih lama dari pada DAS yang membulat dan lebar.
Kerapatan drainase sangat berpengaruh dalam menentukan kecepatan run-off di DAS.
Hubungannya adalah semakin tinggi kerapatan drainase maka semakin besar kecepatan run-
off untuk curah hujan yang sama di DAS. Oleh karena itu, DAS dengan kerapatan drainase
tinggi, maka debit puncaknya akan tercapai dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan
dengan DAS dengan kerapatan drainase rendah.
Perjalanan air di dalam DAS dapat diasumsikan sebagai limpasan total (total runoff),
yang terdiri dari limpasan langsung (direct runoff) dan aliran dasar (base flow). Limpasan
langsung sendiri terdiri dari aliran permukaan (surface runoff) dan aliran bawah permukaan
yang mengalir langsung (prompt sub surface flow) serta hujan yang jatuh langsung di
permukaan sungai (channel precipitation). Sedangkan aliran dasar terdiri dari aliran bumi
(ground water flow) yang masuk melalui perkolasi dan aliran bawah tanah permukaan
kemudian (delayed sub surface flow) yang tidak masuk ke saluran, tetapi bergabung dengan
Tugas II Hidrograf Mk.Pengelolaan DAS Bos Ariadi Muis/A165110021
4
air perkolasi dan memperbesar aliran dasar. Aliran dasar dan limpasan langsung akhirnya
bersatu menuju ke sungai.
III. Hidrograf
Hidrograf adalah gambaran suatu aliran sungai (aliran permukaan) secara kontinyu
dari waktu ke waktu. Gambaran tersebut berupa fluktuasi aliran sungai sepanjang waktu
(harian, bulanan, tahunan) atau satu kejadian hujan. Hidrograf menggambarkan grafik
hubungan antara besar aliran persatuan waktu (m3/detik), yang biasa disebut debit aliran (Q)
dengan waktu (t). Hasil yang diperoleh dari grafik tersebut nantinya adalah sebuah lengkung
hidrograf. Hidrograf yang menggambarkan suatu DAS yang baik adalah hidrograf yang
menggambarkan hubungan yang tidak terlalu berbeda besar debit aliran pada saat musim
penghujan dan musim kemarau.
Bentuk hidrograf dipengaruhi oleh sifat-sifat watershed seperti topografi, vegetasi,
panjang, bentuk dan ukuran, jenis tanah, perkembangan (bangunan/konstruksi), depression
storage, antecedant moisture condition dan distribution of water courses. Juga dipengaruhi
oleh sifat-sifat hujan seperti antecedant moisture condition, rainfall intensitas, volume of
rainfall, time dan spatial distribution serta arah hujan.
Suatu hidrograf mempunyai 4 unsur penyusun yaitu :
1. Aliran permukaan (direct surface runoff)
2. Rembesan bawah permukaan (interflow)
3. Aliran bawah tanah (ground water atau base-flow)
4. Hujan yang langsung turun di sungai (channel presipitation)
Air sungai pada hidrograf berasal dari empat sumber, yaitu:
1. Air yang berasal langsung dari hujan (porsinya kecil)
2. Limpasan atas permukaan (direct runoff, DRO) yang mencapai sungai setelah melelui
suatu proses penguapan, infiltrasi dan tampungan di cekungan.
3. Aliran antara (interflow) yang merupakan bagian air hujan yang terinfiltrasi dan mengalir
di lapisan tanah atau di lapisan yang tidak jenuh air.
4. Limpasan bawah permukaan, aliran ini mencapai sungai setelah melalui proses perkolasi
dan tampungan air tanah.
Tugas II Hidrograf Mk.Pengelolaan DAS Bos Ariadi Muis/A165110021
5
Berdasarkan sumber air diatas dapat disimpulkan bahwa limpasan atas permukaan
terdiri dari hujan langsung, limpasan DRO dan interflow, sedangkan limpasan bawah
permukaan sebagai aliran dasar (baseflow). Hidrograf terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu :
1. Kurva naik (rising limb)
2. Puncak (crest)
3. Kurva turun (recesion limb)
Tiga sifat pokok yang menandai bentuk hidrograf antara lain :
1. Waktu naik (time of rise atau time to peak) / (TR)
Waktu yang diukur dari saat hidrograf mulai naik sampai waktu terjadinya debit puncak.
2. Debit puncak (peak discharge) / (Qp)
Debit maksimum yang terjadi dalam kasus tertentu.
3. Waktu dasar (base time) / (TB)
Waktu yang diukur dari saat hidrograf mulai naik sampai saat debit kembali pada suatu
besaran yang ditetapkan sebagai aliran dasar.
Gambar 1. Hidrograf Debit (discharge hydrograph)
Untuk menentukan besarnya banjir di dalam sungai, perlu diketahui besarnya aliran
langsung (direct runoff) yang disebabkan oleh hujan. Hidrograf tersebut dipisah menjadi dua
bagian, yaitu :
TR
Qp
TB
Q (
m3/d
t)
T (jam)
Tugas II Hidrograf Mk.Pengelolaan DAS Bos Ariadi Muis/A165110021
6
1. Aliran langsung (direct runoff) atau aliran hujan yaitu aliran permukaan sungai (channel
precipitation), dan aliran bawah tanah (interflow).
2. Aliran air tanah atau aliran dasar (base flow)
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk pemisahan aliran air tanah (base flow)
antara lain straight line method, fixed base length method, dan variable slope method. Cara
manapun yang dipakai tidak ada patokan yang jelas, karena ditinjau dari segi ketelitian tidak
banyak berpengaruh jika dibandingkan terhadap debit puncak. Dengan demikian cara mana
pun dapat dipergunakan. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa hidrograf aliran langsung
berhubungan dengan hujan efektif atau kehilangan air dan penurunan hidrograf banjir
pengamatan menjadi hidrograf satuan pengamatan.
Berikut beberapa cara yang dapat digunakan untuk pemisahan aliran air tanah (base
flow) sebagai berikut :
1. Straight Line Method
Straight line method dilakukan dengan menghubungkan titik saat limpasan mulai (pada
titik belok atau inflection point) dengan titik pemisahan aliran dasar (pada titik belok atau
inflection point).
2. Fixed Base Length Method
Fixed base length method dimulai dari garis singgung pada saat limpasan (titik belok P
atau inflection point), berpotongan dengan garis vertikal yang melalui puncak dan sejajar
sumbu Q, di titik M, kemudian dihubungkan dengan perpotongan antara garis vertikal
sejauh T dari puncak dan sejajar sumbu Q dengan akhir hidrograf di titik N.
3. Variable Slope Method
Pada variable slope method, aliran dasar dimulai dari garis singgung pada awal periode
limpasan (titik belok awal T, inflection point) hingga memotong garis vertikal yang
melalui puncak hidrograf dan sejajar dengan sumbu Q (vertikal), yaitu titik U. Kemudian
dibuat garis singgung pada akhir resesi (M, titik belok diakhir hidrograf yang memotong
garis yang melalui titik belok (titik P) di bagian kurva turun sejajar sumbu Q di titik M.
Tugas II Hidrograf Mk.Pengelolaan DAS Bos Ariadi Muis/A165110021
7
Gambar 2. Hidrograf Aliran Dasar
Hidrograf aliran sungai selalu berubah tergantung pada sifat masukan hujannya. Hal
tersebut terjadi karena sistem DAS yang sebenarnya adalah sistem nonlinier yang berubah
terhadap waktu (nonlinier time variant). Namun demikian, dengan andaian DAS sebagai
sistem linier yang tidak berubah terhadap waktu (nonlinier time variant), maka
pengalihragaman hujan menjadi aliran sederhana. Dengan anggapan tersebut, maka masukan
yang terjadi setiap saat akan mengakibatkan aliran yang sama atau bahwa suatu DAS tertentu
mempunyai tanggapan khas terhadap masukan hujan tertentu.
Hidrograf satuan adalah hidrograf limpasan langsung yang dihasilkan oleh hujan
efektif merata di DAS dengan intensitas tetap (diambil 1 mm/jam) dalam satu satuan waktu
yang ditetapkan (diambil 1 jam). Hidrograf satuan ini dianggap tetap selama faktor fisik DAS
tidak mengalami perubahan. Upaya ini bisa digunakan untuk menghitung debit sungai.
Daerah aliran sungai dengan ukuran yang sangat lebar, pusat hujan dapat berbeda-
beda dari hujan yang satu dengan hujan yang lain, dan masing-masing dapat menyebabkan
limpasan yang berbeda untuk berbagai keadaan. Ukuran DAS menentukan patokan
maksimum penggunaan hidrograf satuan. Hidrograf satuan yang dihitung dari suatu kasus
banjir belum merupakan hidrograf yang mewakili DAS yang bersangkutan. Oleh sebab itu
diperlukan hidrograf satuan yang diturunkan dari banyak kasus banjir, kemudian dirata-rata.
T
N
K
P
Q
t
Fixed Base Length Method
Aliran Dasar
Straight Line Method
Q
t
Variable Slope Method
Q
t
M
N
P
U
a
b
Tugas II Hidrograf Mk.Pengelolaan DAS Bos Ariadi Muis/A165110021
8
Namun tidak ada petunjuk tentang berapa jumlah kasus banjir yang diperlukan untuk
memperoleh hidrograf satuan ini.
Hidrograf satuan pengamatan merupakan hidrograf yang menggambarkan rangkaian
kejadian curah hujan yang hanya menghasilkan satu curah hujan efektif dalam satuan waktu,
yang dapat diturunkan dari data hujan terpisah dengan intensitas merata atau hujan periode
tunggal. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi, yang banyak terjadi adalah hujan
dengan periode kompleks, yaitu curah hujan yang dihasilkan lebih dari satu periode
(Subarkah, 1980).
Konsep dasar hidrograf satuan dicirikan dengan adanya input (hujan efektif) yang
merupakan input pada suatu sistem (proses), kemudian akan menghasilkan output (hidrograf
limpasan).
Ada 3 (tiga) dalil linearitas yang dipakai dalam analisis hidrograf yaitu :
1. Lebar Dasar Konstan
Dalam suatu DAS, hidrograf satuan yang dihasilkan oleh hujan-hujan efektif yang sama
durasinya, akan menghasilkan lebar dasar yang sama (tidak bergantung pada intensitas
hujan).
2. Prinsip Linearitas
Dalam suatu DAS, besarnya limpasan langsung berbanding lurus dengan tinggi hujan
efektif (berlaku bagi semua hujan dengan durasi yang sama).
3. Prinsip Supersisi
Limpasan langsung yang dihasilkan oleh hujan efektif yang berurutan, besarnya merupakan
jumlah limpasan langsung yang dihasilkan oleh masing-masing hujan efektif (dengan
memperhitungkan jangka waktu terjadi).
INPUT (Hujan Efektif)
SISTEM (Proses)
OUTPUT (Hidrograf Limpasan Langsung)
Tugas II Hidrograf Mk.Pengelolaan DAS Bos Ariadi Muis/A165110021
9
Q
(m3/dt)
t (jam)
Lebar Dasar
Hidrograf Lebar Dasar Konstan
Q
(m3/dt)
t (jam)
Q2
Q1
Hidrograf Prinsip Linearitas
Q
(m3/dt)
t (jam)
b + T
b T
Hidrograf Prinsip Supersisi
Tugas II Hidrograf Mk.Pengelolaan DAS Bos Ariadi Muis/A165110021
10
IV. Analisa Hidrograf
Diketahui suatu data hidrograf pada Bulan Oktober 1984 yaitu sebagai berikut :
Tanggal Debit
(m3/detik)
10 278
11 265
12 5350
13 8150
14 6580
15 1540
16 505
17 280
18 219
19 195
20 179
21 167
22 157
23 147
24 139
25 131
26 123
27 117
28 111
29 105
30 100
Untuk menghitung konstanta resesi surface runoff (SRO), interflow (IF) dan baseflow
(BF) dari data hidrograf tersebut maka harus diplotkan terlebih dahulu pada kertas grafik semi
logaritma. Selanjutnya dengan melihat perubahan kemiringan garis pada begian resesi dari
hidrograf tersebut baru ditentukan waktu terjadinya pemisahan aliran. Kemudian dapat
ditentukan berapa konstanta resesinya.
Hasil ploting data hidrograf dapat dilihat pada kertas grafik semi logaritma, untuk
perhitungan konstanta resesi dan pemisahan aliran dapat dilihat pada Tabel 1.
Tugas II Hidrograf Mk.Pengelolaan DAS Bos Ariadi Muis/A165110021
11
Tabel 1. Perhitungan Konstanta Resesi dan Pemisahan Aliran
Tanggal Debit
(m3/detik)
Kr.BF BF
(m3/detik)
IF + DRO
(m3/detik)
Kr. IF
(m3/detik)
IF
(m3/detik)
DRO
(m3/detik)
10 278 274 4 466 0
11 265
260 5
325 0
12 5350
248 5102
227 4875
13 8150
236 7914
159 7755
14 6580
224 6356
111 6245
15 1540
213 1327
78 1249
16 505
203 302
54 248
17 280
193 87
38 49
18 219
184 35
27 9
19 195
175 20
19 2
20 179
166 13 0.70 13
21 167
158 9 0.75 9
22 157
150 7 0.60 7
23 147
143 4 0.75 4
24 139
136 3 0.55 3
25 131
129 2
2
26 123 0.95 123
27 117 0.95 117
28 111 0.95 111
29 105 0.95 105
30 100
100
Total 24838
3647 21191
1541 20432
Dari Tabel 1 dapat diketahui :
a. Koefisien Baseflow = 0,95
b. Koefisien Interflow = 0,55. 0,60. 0,70 dan 0,75
c. Volume BF = 3647 m3/detik
d. Volume IF + DRO = 21191 m3/detik
e. Volume IF = 1541 m3/detik
f. Volume DRO = 20432 m3/detik