Tugas 2

11
Nama : Lina M. F. F. Naitkakin Nim : 0908012853 Anatomi dan fisiologi jaras visual Secara fungsional rangsang visual ditangkap oleh retina (sebagai stasiun I), kemudian diteruskan melalui serabut saraf otak kedua (saraf optik). Saraf optik yang berasal dan sisi nasal kedua mata akan menyilang di daerah kiasma opikum sedangkan yang berasal dari sisi temporal tidak bersilangan di daerah kiasma ini. Selanjutnya serabut saraf ini akan melanjutkan perjalanannya sebagai traktus optikum. Traktus optikus ini selanjutnya menuju ke thalamus sebagai kumpulan sel-sel saraf yang mengolah dan bertindak sebagai stasiun informasi ke II. Bagian thalamus yang berhubungan dengan fungsi visual disebut Corpus Geniculaturn Laterale (CGL). Stasiun ke II ini bertugas menyampaikan informasi ke korteks serebri bagian oksipital. Dengan sampainya informasi ke korteks penglihatan akan hal-hal yang terlihat oleh mata dapat disadari. Dari stasiun ke II ini informasi visual juga disebarkan ke seluruh SSP yang mempunvai hubungan dengan

description

T

Transcript of Tugas 2

Page 1: Tugas 2

Nama : Lina M. F. F. NaitkakinNim : 0908012853

Anatomi dan fisiologi jaras visual

Secara fungsional rangsang visual ditangkap oleh retina (sebagai stasiun I), kemudian

diteruskan melalui serabut saraf otak kedua (saraf optik). Saraf optik yang berasal dan sisi

nasal kedua mata akan menyilang di daerah kiasma opikum sedangkan yang berasal dari sisi

temporal tidak bersilangan di daerah kiasma ini. Selanjutnya serabut saraf ini akan

melanjutkan perjalanannya sebagai traktus optikum. Traktus optikus ini selanjutnya menuju

ke thalamus sebagai kumpulan sel-sel saraf yang mengolah dan bertindak sebagai stasiun

informasi ke II. Bagian thalamus yang berhubungan dengan fungsi visual disebut Corpus

Geniculaturn Laterale (CGL). Stasiun ke II ini bertugas menyampaikan informasi ke korteks

serebri bagian oksipital. Dengan sampainya informasi ke korteks penglihatan akan hal-hal

yang terlihat oleh mata dapat disadari. Dari stasiun ke II ini informasi visual juga disebarkan

ke seluruh SSP yang mempunvai hubungan dengan indera penglihatan ke pusat

keseimbangan motorik, medulla spinalis, pendengaran, dan sebagainya.

Corpus geniculatum laterale ( CGL ) merupakan terminal dan seluruh serabut saraf

aferen jaras visual. CGL merupakan bagian dari thalamus. Pada CGL terjadi rotasi 90° dari

serabut saraf, sehingga serabut saraf yang berasal dari retina bagian superior akan berada di

bagian medial CGL, sedangkan yang berasal dan bagian inferior retina akan berada di bagian

lateral. Perputaran akan terjadi lagi serabut meninggalkan CGL sehingga retina bagian

superior dan inferior terletak superior dan inferior dalam radiasio optika dan korteks serebri.3

Page 2: Tugas 2

Radiasio optika mengandung 3 kelompok besar serabut yaitu (1) bagian superior

(berisi serabut yang mengurus lapangan pandang inferior), (2) bagian inferior (berisi serabut

yang mengurus lapang pandang superior), (3) bagian sentral (berisi serabut makula).

Jadi pada radiasio optika (traktus genikulo-kalkarina) terjadi pemutaran, sehingga

posisi serabut penglihatan kembali seperti sebelum memasuki CGL yaitu bagian atas retina

berjalan dan diproyeksikan di bagian atas korteks serebri dan sebaliknya. Korteks proyeksi

penglihatan disebut juga korteks striata (area 17), berada di sepanjang bibir superior dan

fissure kalkarina. Ketika impuls sampai di area 17, maka akan terbentuk sensasi visual

sederhana. Impuls ini akan rnempunyai arti dan bentuk dengan perantaraan korteks asosiasi

area 18 dan 19.

Gambar Perjalanan Serabut Saraf Nervus Optikus (tampak basal)

Retina merupakan reseptor permukaan untuk informasi visual. Sebagaimana halnya

nervus optikus, retina merupakan bagian dari otak meskipun secara fisik terletak di perifer

dari sistem saraf pusat (SSP). Komponen yang paling utama dari retina adalah sel-sel reseptor

sensoris atau fotoreseptor dan beberapa jenis neuron dari jaras penglihatan. Lapisan terdalam

(neuron pertama) retina mengandung fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) dan dua

lapisan yang lebih superfisial mengandung neuron bipolar (lapisan neuron kedua) serta sel-sel

ganglion (lapisan neuron ketiga). Sekitar satu juta akson dari sel-sel ganglion ini berjalan

Page 3: Tugas 2

pada lapisan serat retina ke papila atau kaput nervus optikus. Pada bagian tengah kaput

nervus optikus tersebut keluar cabang-cabang dari arteri centralis retina yang merupakan

cabang dari arteri oftalmika.

Gambar Lapisan Neuron pada Retina

Nervus optikus memasuki ruang intrakranial melalui foramen optikum. Di depan

tuber sinerium (tangkai hipofisis) nervus optikus kiri dan kanan bergabung menjadi satu

berkas membentuk kiasma optikum. Di depan tuber sinerium nervus optikus kanan dan kiri

bergabung menjadi satu berkas membentuk kiasma optikum, dimana serabut bagian nasal

dari masing-masing mata akan bersilangan dan kemudian menyatu dengan serabut temporal

mata yang lain membentuk traktus optikus dan melanjutkan perjalanan untuk ke korpus

genikulatum lateral dan kolikulus superior. Kiasma optikum terletak di tengah anterior dari

sirkulus Willisi. Serabut saraf yang bersinaps di korpus genikulatum lateral merupakan jaras

visual sedangkan serabut saraf yang berakhir di kolikulus superior menghantarkan impuls

visual yang membangkitkan refleks opsomatik seperti refleks pupil. Setelah sampai di korpus

genikulatum lateral, serabut saraf yang membawa impuls penglihatan akan berlanjut melalui

radiatio optika (optic radiation) atau traktus genikulo kalkarina ke korteks penglihatan primer

di girus kalkarina. Korteks penglihatan primer tersebut mendapat vaskularisasi dari arteri

Page 4: Tugas 2

kalkarina yang merupakan cabang dari arteri serebri posterior. Serabut yang berasal dari

bagian medial korpus genikulatum lateral membawa impuls lapang pandang bawah

sedangkan serabut yang berasal dari lateral membawa impuls dari lapang pandang atas.

Gambar Radiatio Optika

Pada refleks pupil, setelah serabut saraf berlanjut ke arah kolikulus superior, saraf

akan berakhir pada nukleus area pretektal. Neuron interkalasi yang berhubungan dengan

nukleus Eidinger-Westphal (parasimpatik) dari kedua sisi menyebabkan refleks cahaya

menjadi bersifat konsensual. Saraf eferen motorik berasal dari nukleus Eidinger-Westphal

dan menyertai nervus okulomotorius (N.III) ke dalam rongga orbita untuk mengkonstriksikan

otot sfingter pupil.

Page 5: Tugas 2

Gambar Jaras Refleks Pupil

Gambar Lintasan visual dan gangguan medan penglihatan akibat lesi di lintasan visual

Jika tidak ada penyakit intraokular, kerusakan penglihatan pada satu mata selalu

menandakan lesi pada bagian orbita, foramen atau kranial dari saraf opticus. Jika pusat

chiasma opticum mengalami kerusakan sehingga serat yang menyebrang menjadi terganggu

misal karena tumor hipofise, hasilnya adalah hemianopsia bitemporal. Biasanya, serat yang

datang dari separuh bawah retina dan mengisi bagian ventral chiasma, adalah yang pertama-

tama rusak. Menjelaskan mengapa hemianopia dimulai pada kuadran atas bitemporal dari

lapangan pandangan. Berlawanan dengan heteronimitas dari lesi chiasma, lesi yang

mencederai traktus opticus menghasilkan hemianopia homonimus. Sebagai contoh, lesi pada

traktus opticus kanan mengganggu impuls yang berasal dari separuh kanan kedua retina.

Akibatnya kerusakan penglihatan melibatkan kedua separuh kiri dari lapangan pandang.

Page 6: Tugas 2

Kelainan lapangan penglihatan yang dihubungkan dengan lesi-lesi pada lintasan

penglihatan:

1. Buta sirkumferensial sisi kanan akibat neuritis retrobulbar.

2. Buta total mata kanan akibat pemotongan n.opticus kanan.

3. Hemianopsia nasalis kanan akibat lesi parsial chiasma opticum kanan.

4. Hemianopsia bitemporalis akibat lesi total chiasma opticum.

5. Hemianopsia temporalis kiri dan hemianopsia nasalis kanan akibat lesi pada tractus opticus

kanan.

6. Hemianopsia nasalis kanan dan temporalis kiri akibat lesi pada radiation optica kanan.

7. Hemianopsia temporalis kiri dan nasalis kanan akibat lesi pada korteks penglihatan kanan

Jaras penglihatan sensoris

Setelah meninggalkan mata, saraf optikus memanjang ke kiasma optikum yang

berlokasitepat di bawah-depan kelenjar pituitari. Di kiasma optikum serat-serat saraf optikus

yangberasal dari bagian nasal retina masing-masing mata kanan dan kiri menyeberang ke sisi

yanglain, namun serat-serat saraf yang berasal dari sisi temporal tidak menyeberang. Dari

kiasmaoptikum serat-serat saraf bersatu menjadi traktus optikus yang melewati talamus,

kemudianberubah menjadi radiasi optikus hingga mencapai korteks visual di lobus

oksipitalis. Korteksvisual inilah yang akan menterjemahkan sinyal-sinyal listrik yang

diproduksi oleh stimulasicahaya di retina menjadi gambaran visual.

Page 7: Tugas 2

Gambar Jalur Penglihatan

Papil saraf Optikus

Permulaan saraf optikus di retina inilah yang disebut sebagai papil saraf optikus

(Optic disc). Karena ketiadaan fotoreseptor di papil saraf optikus, maka bagian retina ini

tidak dapat berespon terhadap stimulus cahaya. Karenanya bagian ini disebut juga sebagai

blind spot, dan memiliki diameter sekitar 1,5 mm.

  Papil saraf optikus merupakan tanda oftalmoskopik penting pada pemeriksaanfunduskopi.

Yang perlu diperhatikan dari papil saraf optikus adalah warna, batas, cup-discratio dan

lingkaran neuroretinal. Papil yang normal akan berwarna merah musa kekuningan,dengan

batas yang jelas, non-elevated, dan memilki cup-disc ratio kurang dari 0,3.4

Page 8: Tugas 2

Gambar gambaran papil saraf optikus (kiri) dan cup-disc ratio (kanan).

Patogenesis Toksisitas Ethambutol

Efek toksik etambutol telah dibuktikan secara in vivo dan in vitro pada tikus, dimana

terjadi kematian sel-sel ganglion retina akibat jalur eksotoksik glutamate yang diinduksi

etambutol .Etambutol dapat mengikat Cu dan Zn di sel-sel ganglion retina dan serabut-

serabut saraf optik. Metabolit etambutol ,asam ethylenediiminodibutyric adalah pengikat Cu

dan Zn yang kuat. Cuprum dan Zn diperlukan sebagai kofaktor sitokrom c oksidase, enzim

utama untuk rantai transport dan untuk metabolism oksidase selular di dalam mitokondria.

Selain mengurangi kadar Cu dan Zn yang berguna untuk sitokrom oksidase, etambutol juga

mengurangi energy yang diperlukan untuk transport aksonal di sekitar saraf optik.

Insufisiensi mitokondria di serabut nervus optikus dapat menyebabkan kerusakan transport di

dalam nervus optikus sehingga terjadi neuropati optik.

Etambutol bersifat toksik pada saraf retina terutama akson sel ganglion retina.

Toksisitas akan akan lebih tampak dan makin memberat pada individu yang mempunyai

kadar ion Zinc serum yang rendah . Hal ini karena kemampuan Etambutol dalam mengikat

ion Zinc intraseluer menyebabkan konsentrasi ion tersebut di serum menurun. Penelitian

Hence, penurunan konsentrasi ion Zinc menimbulkan terjadinya atrofi optik toksik yang

selektif . Sebaliknya, Heng melakukan penelitian pada kultur retina tikus didapatkan

glutamate neurotoksik sebagai mekanisme selular dari etambutol yang menyebabkan

kematian saraf ganglion.

Gambaran hilangnya sel (khususnya sel ganglion retina) akibat toksisitas etambutol

menyerupai kerusakan yang diperantarai glumat. Penelitian pada sistem saraf pusat

menemukan bahwa kerusakan saraf akibat iskemik atau traumatik diperantarai oleh kadar

eksitatory asam amino yang berlebihan, khususnya glutamat. Lucas dan Newhouse

melaporkan efek toksik glutamat pada mata golongan mamalia ,dengan melakukan injeksi

glutamat sehingga menyebabkan kerusakan yang berat pada lapisan dalam retina . Penelitian

Lipton menyatakan bahwa bentuk predominan eksitotoksisk dari sel ganglion retina di

perantarai oleh stimulasi yang berlebihan reseptor glutamat yang dapat menimbulkan kadar

berlebihan dari Ca inraseluler .