Tugas 1 PBM SANIMAS-Parwoto 25715001.pdf
-
Upload
papang-parwoto -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of Tugas 1 PBM SANIMAS-Parwoto 25715001.pdf
-
8/18/2019 Tugas 1 PBM SANIMAS-Parwoto 25715001.pdf
1/7
MATA KULIAH : IS5102 PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT
DOSEN : PROF. DR. TRESNA DERMAWAN KUNAEFI
TUGAS I : KAJIAN SANIMAS
NIM : 25715001
NAMA : PARWOTO
_______________________________________________________________
Salah satu solusi dalam penyediaan prasarana dan sarana air limbah permukiman bagi
MBR di lingkungan padat penduduk, kumuh, dan rawan sanitasi, adalah kegiatan Sanitasi
Berbasis Masyarakat (SANIMAS). Kegiatan ini merupakan sebuah inisiatif untuk
mempromosikan penyediaan prasarana dan sarana air limbah permukiman yang berbasis
masyarakat dengan pendekatan tanggap kebutuhan. Fokus kegiatan Sanitasi Berbasis
Masyarakat adalah penanganan air limbah rumah tangga khususnya tinja manusia., tetapi
tidak tertutup juga untuk menangani limbah cair industri rumah tangga yang dapat terurai
secara alamiah seperti industri tahu, tempe, dan sejenisnya. Melalui pelaksanaan Sanitasi
Berbasis Masyarakat ini, masyarakat memilih sendiri prasarana dan sarana air limbah
permukiman yang sesuai, membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), ikut aktif
menyusun rencana aksi, dan melakukan pembangunan fisik termasuk mengelola kegiatan
operasi dan pemeliharaannya, bahkan bila perlu mengembangkannya.
Sanitasi Berbasis Masyarakat mulai dilaksanakan dari tahun 2003 hingga 2005 oleh
BAPPENAS, DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM, dan BORDA dengan wilayah uji coba di
Provinsi Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali. Kegiatan Sanitasi Berbasis
Masyarakat sejauh ini berhasil direplikasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum melalui
Direktorat Jenderal Cipta Karya sejak tahun 2006. Replikasi kegiatan Sanitasi Berbasis
Masyarakat sampai dengan tahun 2012 telah dilaksanakan di 30 Provinsi yang menyebar di
hampir 575 lokasi.
Pendekatan
Sanitasi Berbasis Masyarakat merupakan salah satu penyelenggaraan prasarana dan
sarana air limbah dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat melalui :
Keberpihakan pada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
Orientasi kegiatan baik dalam proses maupun pemanfaatan hasil, ditujukan kepada
MBR yang ada di permukiman padat dan kumuh perkotaan.
Otonomi dan Desentralisasi
-
8/18/2019 Tugas 1 PBM SANIMAS-Parwoto 25715001.pdf
2/7
Masyarakat memperoleh kepercayaan dan kesempatan yang luas dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemanfaatan, dan pengelolaan prasarana
dan sarana sanitasi terbangun.
Mendorong Inisiatif Masyarakat dengan Iklim Keterbukaan
Masyarakat mengidentifikasi permasalahan, merumuskan kebutuhan, serta
pemecahan permasalahan secara demokratis, transparan, dan berpihak kepada
perempuan serta anak-anak.
Partisipatif.
Masyarakat terlibat secara aktif dalam proses perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, pemanfaatan, dan pengelolaan.
Keswadayaan
Kemampuan masyarakat menjadi faktor pendorong utama dalam keberhasilan
kegiatan, baik proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemanfaatan,
dan pemeliharaan prasarana dan sarana sanitasi terbangun
Prinsip
Prinsip Sanitasi Berbasis Masyarakat
Dalam penyelenggaraan Sanitasi Berbasis Masyarakat diterapkan beberapa prinsip dasar
sebagai berikut :
Tanggap Kebutuhan, masyarakat bersaing untuk mendapatkan program ini dengan
cara menunjukkan komitmen serta kesiapan untuk melaksanakan kegiatan sesuai
kebutuhan;
Pengambilan Keputusan, berada sepenuhnya ditangan masyarakat sedang
pemerintah hanya sebagai fasilitator;
Partisipasi Masyarakat, dalam menentukan, merencanakan, membangun dan
mengelola prasana dan saranaa sanitasi yang dipilih, dengan difasilitasi oleh TFL/LSM/Konsultan pendamping yang profesional (Teknik maupun Sosial). Apabila
-
8/18/2019 Tugas 1 PBM SANIMAS-Parwoto 25715001.pdf
3/7
masyarakat secara teknis tidak mampu melaksanakan konstruksi sendiri maka
masyarakat (KSM) dapat menunjuk pihak ketiga, melalui KSO, yang memiliki
keahlian khusus melalui cara upah borongan kerja dan/atau pengadaan barang
yang tidak dapat dilakukan oleh masyarakat dan KSM ;
Dapat Diterima Masyarakat, pilihan kegiatan berdasarkan musyawarah sehingga
memperoleh dukungan dan diterima masyarakat;
Dapat Dipertanggungjawabkan, pengelolaan kegiatan harus dapat
dipertanggungjawabkan;
Bermanfaat, prasarana dan sarana sanitasi terbangun mudah diakses dan
dimanfaatkan oleh masyarakat. Termasuk oleh kelompok rentan sanitasi (wanita,
orang lanjut usia, anak kecil dan tuna daksa (disable));
Berkelanjutan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana sanitasi
terbangun dapat dilaksanakan secara berkelanjutan oleh masyarakat. Sesuai
dengan keefektifan biaya (effectiveness cost), keterjangkauan (affordability),
kesediaan untuk membayar (willingness to pay), dan kesediaan untuk menyambung
(willingness to connect).
Peran Pemerintah Kabupaten/Kota dalam Pembinaan dan Monitoring, rantai
pengelolaan limbah tidak dapat dibebankan sepenuhnya hanya pada masyarakat,
peran dan fungsi pemerintah daerah masih sangat penting. Untuk itu perlu
diterapkannya prinsip co-manajemen dalam pengelolaannya. Masyarakat dalam
partisipasinya bertanggungjawab dalam pembangunan, pemeliharaan dan
operasional, sedangkan pemerintah kota dan mitra lainnya bertindak
menyediakan bantuan teknis (seperti pengurasan limbah, manajemen pengolahan
dan pembuangan akhir lumpur, dan pemeliharaan yang besar, perbaikan setelah
bencana), maupun dukungan non-teknis. (termasuk didalamnya dukungan
keuangan, sumberdaya manusia, dan lainnya.) yang diperlukan
-
8/18/2019 Tugas 1 PBM SANIMAS-Parwoto 25715001.pdf
4/7
KESUKSESAN PROGRAM SANIMAS:
1. Secara umum, dampak kegiatan SANIMAS yang bisa dirasakan sebagai berikut:
Adanya perubahan cara pandang terhadap sanitasi. Perubahan cara pandang ini
terjadi di beberapa level: pemerintah, masyarakat dan juga LSM/donor atau swasta.
Di level pemerintah sekarang mulai memandang masalah air limbah juga sebagai
salah satu prioritas dengan memberikan pengalokasian dana untuk penanganan
sanitasi secara terus-menerus. Di level masyarakat juga mulai ada anggapan bahwa
air limbah bukan sesuatu yang harus dibuang dan dihindari tetapi harus dikelola dan
diolah agar tidak mencemari lingkungan dan menimbulkan penyakit.
2. SANIMAS bisa menjadi salah satu opsi dalam upaya penanganan terhadap masalah
sanitasi, khususnya air limbah rumah tangga di perkotaan. Sistem penanganan air
limbah terdesentralisasi (decentralized) bisa menjadi alternatif yang terjangkau dari
segi biaya, mudah cara perawatannya, masyarakat (pengguna) bisa mengelola
sendiri, mengurangi subsidi operasional dan perawatan dari pemda, sebelum pemda
bisa/mampu membangun sarana sanitasi kota.
3. Sanitasi bisa dikelola dengan prinsip cost recovery-basis dalam lingkup unit terkecil
di tingkat masyarakat. Artinya, dengan biaya mandiri dari masyarakat, dana tersebut
bisa berputar sehingga mencukupi untuk biaya operasional dan perawatan.
4. Sarana SANIMAS juga telah menjadi salah satu alternatif public space yang
jumlahnya semakin berkurang di wilayah perkotaan, apalagi di daerah padat
pensanitasi duduk. Tidak jarang bisa dilihat sekarang, ibu-ibu sedang melakukan
aktifitas menyuapi anak balita di MCK karena tempatnya bersih dan tidak berbau,
bahkan tempat tersebut telah menjadi sarana untuk bertemu antar warga
pemukiman. Dengan makin sering bertemu maka komunikasi antar warga menjadi
lebih baik. Selain itu, banyak IPAL komunal yang dimanfaatkan oleh warga menjadi
lapangan olahraga.
5. Sebanyak 292 orang warga memperoleh pekerjaan tetap sebagai operator sarana
sanitasi, baik pada sistem pemipaan maupun MCK plus, dengan pendapatan
minimal sesuai dengan standar upah minimum provinsi (UMP).
-
8/18/2019 Tugas 1 PBM SANIMAS-Parwoto 25715001.pdf
5/7
6. Dampak tidak langsung SANIMAS dibidang ekonomi juga dapat dirasakan oleh
masyarakat. Seiring dengan membaiknya kondisi kesehatan masyarakat,
produktifitas mereka semakin meningkat. Hal ini tentunya akan lebih menaikkan taraf
kesejahteraan karena mereka bekerja dengan lebih optimal sehingga pendapatan
yang diterima meningkat, sementara disisi lain, pengeluaran untuk pengobatan
penyakit yang terkait dengan sanitasi menurun.
KENDALA PELAKSANAAN PROGRAM SANIMAS:
Pernah dalam satu seminar, ada peserta yang bertanya kenapa yang diceritakan aspek
bagus dan keberhasilan SANIMAS saja, apakah tidak ada kendalanya? Apapun
programnya, termasuk SANIMAS, pasti ada kendalanya. Namun demikian untuk melengkapi
pemahaman tentang perkembangan SANIMAS maka disini penting juga ditulis aspek-aspek
atau fakor-faktor yang menjadi kendala, terutama dalam implementasi.
Bahkan kendala implementasi SANIMAS tidak bisa dikatakan sedikit dan ringan, tetapi
banyak dan cukup berat. Kendala yang umumnya masih terus menerus diperdebatkan
antara lain:
1. Pemahaman konsep partisipatif, masih banyak yang beranggapan bahwa-
pendekatan partisipatif tidak boleh dibuat target waktu. Memang banyak pihak
berpandangan seperti itu, sehingga SANIMAS tidak bisa digolongkan kedalam
pendekatan partisipatif. Banyak kalangan yang tidak mengerti bahwa partisipatif
untuk masyarakat perkotaan esensinya adalah dialog.
2. Pendanaan, sebenarnya SANIMAS mengkombinasikan antara pendekatan
pemberdayaan dan pendanaan dari berbagai stakeholder , terutama pemerintah
karena permasalahan sanitasi sampai hari ini adalah merupakan tanggung jawab
publik. Memang kegiatan pemberdayaan butuh waktu lama, namun penggunaan
dana publik (pemerintah) juga harus sesuai dengan aturan penganggaran. Oleh
karena itu, SANIMAS harus mengkombinasikan dua pendekatan tersebut, sehingga
sering terjebak pada kegiatan yang berbasis anggaran, meski harus terus
diupayakan bahwa aspek pemberdayaan masyarakat tidak bisa dilupakan. Karena
-
8/18/2019 Tugas 1 PBM SANIMAS-Parwoto 25715001.pdf
6/7
dengan melupakan proses pemberdayaan masyarakat maka sistem SANIMAS tidak
akan sustainable.
3. Jadwal implementasi, pada umumnya, penyelesaian pekerjaan fisik (konstruksi)
SANIMAS berlangsung sampai bulan Januari atau Februari pada tahun berikutnya,
sehingga hal ini sering menjadi masalah bagi para pelaksana. Beberapa pihak
mengusulkan agar jadwal pelaksanaan SANIMAS dibuat menjadi 2 tahun
anggaran (multi-year budgeting).
4. Tetapi aspek terpenting sebetulnya adalah menjaga semangat masyarakat yang
baru saja menjadi “pemenang” lokasi. Untuk mulai membangun SANIMAS
dibutuhkan energi dan keswadayaan masyarakat yang juga lebih tinggi lagi, maka
memanfaatkan moment semangat masyarakat adalah sangat penting apalagi
menyangkut masalah sanitasi yang tidak pernah menjadi prioritas masyarakat.
Jangankan bagi masyarakat, bahkan Pemerintah Daerah pun tidak meletakkan
sanitasi menjadi prioritas pembangunan nomor satu.
5. Kondisi budaya masyarakat setempat juga menimbulkan beberapa permasalahan
pada saat implementasi SANIMAS. Permasalahan yang muncul berkaitan dengan
budaya masyarakat setempat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lain,
sehingga memerlukan penanganan yang berbeda pula.
Sumber :
1. Kisah Sukses Sanimas di Indonesia, Kementerian Pekerjaan Umum dan Borda,
Agustus 2009
2. Buku Pedoman Sanitasi Berbasis Masyarakat, Kementerian Pekerjaan Umum,
Novembr 2012
-
8/18/2019 Tugas 1 PBM SANIMAS-Parwoto 25715001.pdf
7/7
KOMENTAR
Program SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat) dalam konteks Pembangunan Berbasis
Masyarakat merupakan program yang melibatkan masyarakat yang diawali dari pemahaman
masyarakat akan persoalan sanitasi/air limbah di tempat masyarakat itu tinggal yang
diantaranya adalah pemetaan sanitasi di lingkungan masyarakat. Masyarakat secara aktif
dilibatkan dalam perencanaan kegiatan mulai dari pembentukan Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) dimana pengurusnya adalah masyarakat setempat yang dipilih melalui
rembug masyarakat, pemilihan teknologi yang akan digunakan yang sesuai dengan budaya
dan kemampuan masyarakat setempat, merencanakan Detail Engineering Design (DED)
dan Rencana Anggaran Biaya (RAB), survey harga material setempat dan upah, pendataan
masyarakat yang akan berkontribusi baik inkind maupun incash. Setelah fasilitas dibangun
masyarakat mengelola fasilitas sanitasi tersebut, ada bagian masyarakat yang kemudian
menjadi kelompok pengelola dan masyarakat yang menerima manfaat dari fasilitas tersebut
diajak berkontribusi dalam hal operasional dan pemeliharaannya.