Artikel Sanimas

14
Sanitasi berbasis Masyarakat (SANIMAS) Latar Belakang Sanitasi berbasis masyarakat atau yang lebih dikenal dengan Sanimas merupakan salah satu pilihan program untuk peningkatan kualitas di bidang sanitasi khususnya pengelolaan air limbah yang diperuntukkan bagi masyarakat yang tinggal di kawasan padat kumuh miskin perkotaan dengan menerapkan pendekatan berbasis masyarakat. Program Sanimas telah berlangsung sejak tahun 2003 yang merupakan inisiatif kerjasama pemerintah Indonesia dengan pemerintah Australia melalui Australian International Agency for International Development (AusAID) dan dikelola oleh Water and Sanitation Program (WSP) World Bank. Prinsip utama Sanimas didasarkan pada upaya untuk memastikan sarana sanitasi yang dibangun dapat berkelanjutan (sustainable), yaitu digunakan dan dikelola serta dirawat dengan baik oleh masyarakat. Adapun prinsip utama Sanimas ada enam yaitu (i) pendekatan tanggap kebutuhan, (ii) seleksi sendiri, (iii) pilihan sarana teknologi sanitasi, (iv) pendanaan multi-sumber, (v) pemberdayaan, dan (vi) partisipasi. Sedangkan tahapan Sanimas secara umum juga terbagi menjadi enam yaitu. (i) Road show, berupa seminar multi kabupaten/kota,

description

PTL

Transcript of Artikel Sanimas

Sanitasi berbasis Masyarakat (SANIMAS)

Latar BelakangSanitasi berbasis masyarakat atau yang lebih dikenal dengan Sanimas merupakan salah satu pilihan program untuk peningkatan kualitas di bidang sanitasi khususnya pengelolaan air limbah yang diperuntukkan bagi masyarakat yang tinggal di kawasan padat kumuh miskin perkotaan dengan menerapkan pendekatan berbasis masyarakat. Program Sanimas telah berlangsung sejak tahun 2003 yang merupakan inisiatif kerjasama pemerintah Indonesia dengan pemerintah Australia melalui Australian International Agency for International Development (AusAID) dan dikelola oleh Water and Sanitation Program (WSP) World Bank. Prinsip utama Sanimas didasarkan pada upaya untuk memastikan sarana sanitasi yang dibangun dapat berkelanjutan (sustainable), yaitu digunakan dan dikelola serta dirawat dengan baik oleh masyarakat. Adapun prinsip utama Sanimas ada enam yaitu (i) pendekatan tanggap kebutuhan, (ii) seleksi sendiri, (iii) pilihan sarana teknologi sanitasi, (iv) pendanaan multi-sumber, (v) pemberdayaan, dan (vi) partisipasi.Sedangkan tahapan Sanimas secara umum juga terbagi menjadi enam yaitu.(i) Road show, berupa seminar multi kabupaten/kota,(ii) Pelatihan tenaga fasilitator lapangan kabupaten/kota terpilih,(iii) Seleksi kampung,(iv) Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat (RKM)(v) Konstruksi dan peningkatan kapasitas,(vi) Operasional dan pemeliharaanHingga akhir tahun 2009, Sanimas telah dibangun di 22 provinsi, 124 kota/kabupaten, 420 titik/lokasi di seluruh Indonesia, khususnya di lingkungan masyarakat yang tinggal di perkampungan padat dan kumuh serta miskin (PAKUMIS). Fasilitas yang dibangun sesuai preferensi masyarakat adalah sistem terdesentralisasi yang bisa melayani antara 50-150 KK meliputi sistem pemipaan langsung dari komunal/rumah, MCK ++, dan kombinasi keduanya. Hingga tahun 2009, fasilitas yang telah dibangun sebanyak 420 unit terdiri 327 unit MCK++, 68 unit pemipaan komunal, dan 25 kombinasi unit MCK++ dengan pemipaan komunal. Telah tercatat bahwa Sanimas telah berhasil meningkatkan akses terhadap sanitasi yang baik bagi warga masyarakat yang tinggal di perkampungan padat, kumuh dan miskin sebanyak 37.451 KK atau sekitar 172.619 jiwa. Kendati begitu, dalam perjalanannya, program Sanimas yang diusung tidak selamanya berjalan mulus atau membuahkan keberhasilan dalam mengatasi masalah sanitasi di masyarakat. Pembangunan Sanimas di beberapa daerah tertentu memiliki kendala dalam pengelolaan dan perawatan seperti artikel yang dilansir oleh Percik mengenai program Sanimas di salah satu wilayah di Pasuruan dan Mojokerto.

siLain

SanimasTak Selalu Berhasil

Hujan baru saja reda saat Perciktiba di RW 2, kelurahan Bakalan, kecamatan Bugul Kidul, Pasuruan. Di kampung yangdekat dengan sungai Kalimas inilah lokasi Sanimas pertama di kota Pasuruan berada. Mulai beroperasi sejak 2003, Sanimas yang menggunakan sarana perpipaan komunal ini sudah tujuh tahun lamanya melayani warga. Percikditerima oleh Nur Hasyim, Ketua KSM Kalimas, di kediamannya yang berdekatan dengan bangunan mesjid. Dia adalah ketua KSM Kalimas yang kedua. Orang pertama yang menjadi ketua KSM, termasuk saat memasuki masa persiapan dan pembangunan, namanya Buang, meninggal dunia pada 2006. Nur Hasyim akhirnya dipercaya oleh pengurus KSM lainnya untuk menggantikan posisi Buang. Sebelum menjadi Ketua KSM, dia menjabat sebagai bendahara KSM. Sembari menyusuri gang-gang di sekitar rumahnya menuju lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah, dia bercerita sejumlah kesulitan yang dihadapi sejak menjabat sebagai Ketua KSM. Yang paling menyolok adalah partisipasi warga yang mulai menurun. Ia menuturkan, sudah setahun lebih tak ada lagi penarikan iuran. Petugas yang menarik iuran seringkali gagal menagih iuran dariwarga yang rumahnya terhubung dengan Sanimas. Besaran iurannya sebenarnya tidak terlalu besar.Sejak pertama kali beroperasi, di sini iuran hanya sebesar 3 ribu rupiah saja. Tidak pernah naik. Saya sendiri yang dulu bertanggung jawab soal iuran ini karena jabatan saya di KSM memang sebagai bendahara, urai Nur Hasyim yang sore itu mengenakan baju batik dengan warna dasar coklat.Sesampainya di lokasi IPAL, Nur Hasyim menjelaskan beberapa hal teknis terkait kondisi dan situasi IPAL dikampungnya. Percik lantas kembali bertanya padanya soal iuran yang macet itu. Ia bercerita, dulu sempat menerima masukan agar iuran itu dinaikkan. Pak Surur dari BORDA pernah bilang iuran 3 ribu itu terlalu kecil. Tapi mau bagaimana lagi? Lha, wong, segitu saja sudah susah ditariknya, katanya lagi. Ia mengaku sudah banyak cara yang coba diterapkan untuk mengatasi persoalan ini, tapi tetap saja warga masih relatif susah dilibatkan untuk berpartisipasi. Ini tentu saja menyulitkan proses pengelolaan dan perawatan fasilitas Sanimas. Padahal, kalau ada pipa sambungan rumah yang tersumbat, tetap saja mereka minta bantuan pengurus KSM. Tapi kalau disuruh iuran, itu susahnya minta ampun, ungkapnya lagi. Sebenarnya ia tidak terlalu mempersoalkan perkara itu. Ia hanya berharap warga mau menjaga fasilitas Sanimas yang sudah dibangun lama itu. Minimal, katanya, tidak membuang sampah-sampah padat ke jamban. Tapi masih saja ada sampah padat dengan berbagai bentuk yang masuk ke pipa. Ini membuat pipa-pipa itu tersumbat dan jika sudah begitu tetap juga Nur Hasyim yang turun tangan.Pengelolaan dan perawatan Sanimas di Bakalan ini memang tetap ditangani Nur Hasyim. Ia sendiri, kendati berstatus sebagai Ketua KSM, seringkali turun langsungjika ada persoalan. Bukan sekali dua dia turun ke IPAL untuk mengambil benda-benda padat yang menyumbat pipa.Sebenarnya ada dua operator yaitu Pak Sarnam dan Pak Yusuf, tapi karena tidak ada iuran yang rutin, saya sendiri bingung untuk membayar honor mereka, ujar Hasyim lagi. IPAL Sanimas di Bakalan sendiri sudah disedot tiga kali. Dua kali masih menggunakan dana iuran karena waktu itu masih lancar. Penyedotan yang terakhir itu baru bisa dilakukan saat ada warga baru yang menyambungkanjamban di rumahnya dengan IPAL. Dari dana itulah mereka bisa menyedot untuk yang ketiga kalinya. Tapi karena uang itu pun tidak cukup, aku Hasyim, terpaksa cuma dua operator saja yang bekerja. Operator satunya mau tidak mau terpaksa tidak dilibatkan. Hasyim sendiri bertekad untuk terus mempertahankan Sanimas ini. Bersama orang-orang yang masih peduli dan menjadi pengurus KSM, Hasyim berharap bisa membangkitkan lagi partisipasi warga. Pengurus KSM sendiri sudah menunjuk orang baru sebagai petugas yang akan menarik iuran dari warga. Petugas itu akan mendatangi rumah per rumah sebanyak tiga kali setiap bulannya untuk berjaga-jaga jika ada warga yang enggan membayar saat ditagih pertama kali. Untuk kunjungan kedua dan ketiga, Hasyim berencana akan mendampingi langsung petugas yang ditunjuk itu. Hampir di setiap lokasi Sanimas yang dikunjungi Percik, terutama yang menggunakan sarana perpipaan komunal, selalu ada warga yang agak susah saat ditarik iuran. Tapi, di lokasi-lokasi itu, jumlahnya tidak signifikan. Artinya, proporsi antara warga yang aktif dan susah dalam iuran itu masih jauh lebih besar warga yang kooperatif. Di sini paling ya cuma dua atau tiga rumah saja yang kadang agak susah. Harus lebih dari sekali ditagih, minimal dua kali atau kadang sampai tiga kali. Tapi ya akhirnya tetap membayar. Mungkin mereka memang sedang kesulitan keuangan, makanya terpaksa menunda membayar iuran, aku Suyatmi, warga yang ditunjuk sebagai petugas iuran Sanimas di Kampung Penca (penyandang cacar), Kadipiro, Surakarta.Kasus di KSM Kalimas Pasuruan sendiri menunjukkan kendati ada persoalan di dalam partisipasi warga dalam bentuk iuran, fasilitas Sanimas sendiri masih berfungsi dengan baik. Lepas dari apakah warga cukup rutin mau membayar iuran atau tidak, mereka setidaknya tetap bisa menikmati keberadaan jamban pribadi yang terhubung dengan pipa-pipa menuju IPAL komunal. Problem yang lebih serius sebenarnya bukan di soal iuran. Beberapa lokasi Sanimas di tempat lain, kendati sarananya masih berfungsi dengan baik, sayangnya justru ada yang mangkrak dan tidak maksimal penggunaannya. Beberapa di antaranya adalah soal rasio pengguna yang tidak ideal atau terlalu rendah sehingga dana besar untuk membangun Sanimas terkesan mubazir.Di Sidoarjo sendiri sempat ada persoalan dalam penentuan tanah yang akan digunakan sebagai lokasi MCKPlus++. Mulanya warga sepakat di tanah yang dekat aliran sungai, tapi tidak dapat izin dari dinas perairan karena memang tidak boleh membangun di daerah sempadan sungai. Akhirnya mereka mencari lokasi tanah yang lain. Sayangnya tanah pengganti itu justru agakjauh dari perumahan warga yang memang membutuhkan MCK Plus++, malah lebih dekat dari perumahan warga yang orangnya relatif lebih tinggi pendapatannya dan sudah banyak yang memiliki septic tankdi rumah. Jadi praktis MCK Plus++ di lokasi itu tidak maksimal penggunaannya. Terlalu sedikit yang menggunakan, papar Abdullah Basri, Koordinator BEST di Jawa Timur. Jika penentuan lokasi lahan itu tidak memperhitungkan dengan teliti dan tepat sebaran para penggunanya, besar kemungkinan warga akan sulit atau malas untuk menggunakan lokasi MCK Plus++, seperti yang diceritakan oleh Abdullah Basri di atas. Seumpama saja waktu itu warga bisa diarahkan untuk mencari dan menggunakan lahan lain yang lebih dekat dengan lokasi pemukiman mereka sendiri, mungkin MCK di sana bisa lebih maksimal lagi digunakan. Mungkin ini terjadi karena di lapangan banyak orang yang tidak cukup sabar untuk secara perlahan-lahan menemukan lahan pengganti atau mencari peluang-peluang lainnya, ujar Abdullah Basri lagi. Faktor kesabaran ini menjadi penting dalam tahapan pemberdayaan masyarakat sebelum bangunan Sanimas dibangun. Berbeda dengan pengerjaan bangunan yang relatifbisa diprediksi berapa lama waktu pengerjaannya, aspek sosialisasi, pemberdayaan dan penyiapan masyarakat itu tidak bisa dipastikan waktunya. Setiap lokasi berbeda-beda tingkat pemahaman dan penerimaannya, juga berbeda-bedapula tingkat resistensinya. Ada lokasi yang mudah dimasuki gagasan baru, termasuk gagasan dan konsep Sanimas, ada lokasi yang alot dan susah untuk dimasuki konsep pembangunan berbasis masyarakat seperti Sanimas. Sayangnya, tidak semua pihak punya cukup kesabaran untuk mengikuti tahapan-tahapan yang sudah menjadi standar dalam pengembangan Sanimas, terutama dalam aspek pemberdayaan masyarakatnya. Tidak terkecuali instansi pemerintah sendiri.Ir. Handy B. Legowo, dari Direktorat Penyehatan Lingkungan Permukiman, Ditjen Cipta Karya, DepartemenPekerjaan Umum (PU), sendiri mengakui hal itu terjadi di PU. Di PU sendiri, konsep pemberdayaan masyarakatyang partisipatoris itu memang hal baru. Bahkan sampai sekarang masih ada yang tetap bilang hal itu sebagai buang-buang waktu. Dulu itu kan otak saya otak top-down. Di otak saya cuma buat desain yang bagus, tidak terlalu memikirkan masyarakat mau terima atau tidak, yang penting dibangun dulu saja. Terserah masyarakat, mau terima apa tidak, urainya saat mengenang awal-awal masuknya konsep pemberdayaan masyarakat di lingkungan PU. Handy B. Legowo juga mengaku sering menemukan pemerintah daerah yang tidak cukup sabar mengikuti tahapan-tahapan Sanimas. Penentuan lokasi yang terpilih sebagai penerima Sanimas sebenarnya panjang dan melibatkan kompetisi di antara beberapa kandidat calon penerima. Tapi, katanya, di daerah-daerah yang utamanya baru mengenal dan mengembangkan Sanimas tahapan itu dilewati.Ada yang langsung saja menunjuk lokasinya, karena pertimbangan-pertimbangan tertentu. Kadang pertimbangan subyektif karena di sana ada Mbah-nya atau apa, tapi kadang juga karena memang tidak sabar untuk mengikuti tahapan-tahapan itu, urai Handy lagi.

DAK SanitasiTahapan-tahapan yang dilewati itu belakangan sering disorotkan pada program sanitasi yang dibangun dengan dana DAK (Dana Alokasi Khusus) yang menggunakan sistem kontraktual. Di situ, para kontraktor yang memenangkan lelang diberi wewenang untuk membangun fasilitas sanitasi yang pilihan teknologinya mirip dengan Sanimas. Di Mojokerto, misalnya, ini sempat menjadi isu yang hangat dan menjadi wacana politis yang cukup menghebohkan. Seturut Sony Basuki, Senior TFL untuk wilayah Jawa Timur bagian Barat sekaligus anggota Komisi II DPRD kota Mojokerto, banyak masalah yang muncul, terutama dalam aspek partisipasi dan pemberdayaan masyarakatnya serta penentuan lokasi. Orang tahunya kalau Sanimas itu prosesnya panjang, warga dilibatkan, termasuk dalam kontrol kualitas bangunan dan materialnya. Banyak yang mengeluh materialnya jelek. Banyak yang tidak tepat sasaran. Banyak kawasan yang tidak memenuhi kriteria. Ini karena efek sanitasi yang pembangunannya diserahkan pada kontraktor dengan sistem kontraktual, ujar Sony. Ada lokasi yang dulu mengajukan diri untuk menerima Sanimas tapi tidak terpilih, tapi justru terpilih dalam pembangunan sanitasi DAK. Menurut Novri HendraPerdana, TFL di Mojokerto, enam lokasi pembangunan sanitasi DAK pada 2009 di Mojokerto justru merupakan lokasi yang dulu tidak terpilih dalam Sanimas.Di kawasan Mblotho (kecamatan Prajurit Kulon), ada lokasi MCK Plus++ yang letaknya lebih dari 100 meter dari perumahan warga. Lha nanti siapa yang mau pakai? Di Pekuncen, ada lokasi Sanimas yang rasio penggunanya itu tampaknya akan sangat rendah, di bawah 10 KK. Ini kan mubazir, beber Novri lagi.Perciksendiri menemukan lokasi MCK Plus++ dengan dana DAK di kelurahan Wates, kecamatan Magersari,kota Mojokerto. Di sana, ada beberapa bagian yang sudah rusak padahal sama sekali belum diresmikan dan belum digunakan. Pantauan Percik menemukan semen di halaman depan itu sudah mengelupas sehingga batu batanya terlihat. Belum lagi keretakan di bagian samping. Bahkan di bagian bak kontrol sendiri ada yang amblas beberapa sentimeter. Sukid, warga di sekitar lokasi MCK yang juga mengaku ditunjuk oleh Dinas PU untuk menjaga sementara waktu,menyebutkan bahwa listriknya sempat korsleng. Saya sampai harus keluar biaya sendiri untuk mengganti saklar. Ini kan aneh. Saya belum pakai, tapi kok malah sudah harus keluar duit. Saya juga tidak tahu kapan ini akan bisa dioperasikan. Sampai sekarang belum ada kabar, urai Sukid saat ditemui Percik.

Berikut profil gambar mengenai realisasi program Sanimas yang tidak berjalan dengan lancar :

TanggapanDari artikel di atas, kita dapat belajar bahwa dalam melakukan suatu rencana program pembangunan infrastruktur bagi masyarakat, seperti Sanimas, bukan hanya pemerintah saja yang perlu terlibat tetapi melibatkan setiap elemen/lapisan masyarakat. Untuk masyarakat setempat, diperlukan upaya untuk memberdayakan mereka, agar mau berpartisipasi dalam proses pembangunan hingga pengelolaan dan perawatan fasilitas Sanimas. Pemberdayaan masyarakat ini hendaknya dilakukan lebih awal, jangan membangun sarana fisik terlebih dahulu. Hal ini guna menghindari timbulnya kesalahpahaman antara pihak perencana dengan masyarakat setempat yang dapat memicu keengganan masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan/dibangun. Untuk perencana sendiri, pembangunan fasilitas umum harus dilakukan dengan konsep yang sangat matang, salah satunya dalam penentuan lokasi pembangunan. Perlu dilakukan social mapping yang cukup dalam dan intensif agar pembangunan ini tergolong tepat guna dan tepat sasaran.

Sumber artikel: https://www.academia.edu/3425411/PERCIK._Edisi_Khusus._Media_Informasi_Air_Minum_dan_Penyehatan_Lingkungan._7_Tahun_SANIMAS