Tugas 1 - Makalah an Pemikiran Manusia - Handayani

download Tugas 1 - Makalah an Pemikiran Manusia - Handayani

of 12

Transcript of Tugas 1 - Makalah an Pemikiran Manusia - Handayani

PERKEMBANGAN PIKIRAN MANUSIA DI DAERAH TANGERANGdisusun guna menyelesaikan tugas Ilmu Alamiah Dasar

disusun oleh : Handayani 11404241039 Pendidikan Ekonomi FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011 Daftar Isi

Daftar isi.......................................................................................................................... Bab I Pendahuluan Latar Belakang................................................................................................................ Rumusan Masalah........................................................................................................... Bab II Pembahasan Kajian Pustaka................................................................................................................ Hasil Analisis Data......................................................................................................... Kesimpulan..................................................................................................................... Daftar Pustaka................................................................................................................

2

3 3

4 10 11 12

BAB I2

PENDAHULUANA. Latar Belakang Perkembangan pikiran manusia merupakan sesuatu yang mutlak terjadi. Bukti nyata adalah teori tentang alam semesta. Anaximander mengatakan bahwa langit yang kita lihat adalah setengah saja, langit dan isinya beredar mengelilingi bumi. Dari satu pemikiran ini kemudian bermunculan teori-teori lain yang mendukung ataupun menyanggah teori ini. Hingga manusia saat ini sampai pada suatu kesimpulan bahwa bentuk bumi itu bulat pepat, dan sama seperti planet-planet lain, bumi juga mengelilingi matahari. Semua itu adalah hasil dari perkembangan pikiran manusia. Perkembangan pemikiran manusia ini disebabkan adanya sifat unik manusia. Manusia selalu berusaha mendapatkan jawaban atas segala keingintahuannya. Entah hanya asal membuat jawaban, mulai menggunakan akalnya, berdasarkan pengalaman, ataupun menggunakan akal bersamaan dengan pengalaman. Semua itu dilakukan karena manusia ingin hasrat ingin tahunya terpuaskan. Berdasarkan fakta diatas, penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai perkembangan pemikiran manusia di wilayahnya.

B. Rumusan Masalah 1. Pada tahap apakah perkembangan pikiran manusia di wilayah Tangerang? 2. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perkembangan pikiran manusia di wilayah Tangerang?

BAB II3

PEMBAHASANA. Kajian Pustaka Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai ciri-ciri: 1. Memiliki organ tubuh yang kompleks dan sangat khusus, terutama otaknya, 2. Mengadakan pertukaran zat yang masuk dan keluar, 3. Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam maupun luar, 4. Memiliki potensi berkembang biak, 5. Tumbuh dan bergerak, 6. Berinteraksi dengan lingkungannya, 7. Mati. Bila dibandingkan dengan makhluk hewan lain, maka tubuh manusia lemah, sedangkan rohaninya yaitu akal budi dan kemauannya sangat kuat. Manusia tidak dapat terbang seperti burung, tidak dapat berenang secepat buaya, tidak mampu mengangkat benda seperti gajah dan sebagainya. Tetap dengan akal budi dan kemauannya, manusia dapat menjadi makhluk yang lebih dari makhluk lain. Kelebihan manusia itu karena memiliki akal budi dan kemauan yang keras, sehingga dapat mengendalikan tubuh jasmaninya. Manusia sebagai makhluk berpikir dibeklai hasrat ingin tahu, tentang benda dan peristiwa yang terjadi di sekitarnya termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu ini mendorong manusia untuk dan memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, baik alam besar (makrokosmos) maupun alam kecil (mikrokosmos), serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi, akhirnya manusia dapat mengumpulkan pengetahuan. Pengetahuan yang terkumpul semakin banyak, disebabkan karena rasa ingin tahu dari manusia dapat berkembang juga daya pikirnya. Hewan tidak memiliki rasa ingin tahu seperti manusia, melainkan hanya terbatas pada instink. Pada hewan, usaha untuk mengeksplorasi ke alam sekitar didorong oleh instink, yang terpusat pada usaha untuk mempertahankan dan melangsungkan kehidupannya.

4

Pengetahuan yang diperoleh ini akhirnya tidak hanya terbatas pada obyek yang dapat diamati (dengan) pancaindera saja, tetapi juga masalah masalah lain. Misalnya yang berhubungan dengan baik atau buruk, indah atau tidak indah. Kalau suatu masalah dapat dipecahkan, timbul masalah lain menunggu pemecahannya; manusia bertanya terus setelah tahu apanya, mereka ingin tahu bagaimana dan mengapa. Manusia mampu menggunakan pengetahuannya yang dahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru menjadi pengetahuan yang lebih baru. Hal yang demikian telah berlangsung berabad-abad, sehingga terjadi penumpukan pengetahuan. Rasa ingin tahu yang bterus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia itu sendiri. Hal ini tidak saja meliputi pengetahuan tentang kebutuhan praktis untuk hidupnya sehari-hari seperti bercocok tanam atau membuat panah atau lembing yang lebih efektif untuk berburu, tetapi juga berkembang sampai kepada hal-hal yang menyangkut keindahan atau seni. Rasa ingin tahu yang terdapat pada manusia ini menyebabkan pengetahuan mereka dapat berkembang. Setiap hari mereka berhubungan dan mengamati benda-benda dan peristiwaperistiwa yang terjadi di alam sekitarnya. Pengamatan-pengamatan yang ditangkap melalui pancainderanya merupakan obyek rasa ingin tahunya. Manusia tidak akan merasa puas jika belum memperoleh jawaban mengenai apa yang diamatinya. Mereka berusaha mencari jawabannya untuk itu mereka harus berpikir. Rasa ingin tahunya terus berlanjut. Bukan hanya apanya saja yang ingin diketahui jawabannya, tetapi juga jawaban dari bagaimana dan kemudian berlanjut mengapa tentang hal-hal yang bersangkutan dengan benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang diamatinya. Rasa ingin tahu semacam itu tidak dimiliki oleh hewan. Ras aingin tahu pada hewan terbatas pada rasa ingin tahu yang tetap, yang tidak berubah dari zaman ke zaman. Hewan bergerak dari suatu tempat ke tempat lain terutama didorong rasa ingin tahunya yang bersnagkutan erat dengan nalurinya saja. Mereka hanya sekedar ingin tahu, apakah di tempat lain terdapat makanan, atau mungkin apakah ditempat lain aman dari bahaya yang mengancam dirinya dan anak-anaknya atau tidak. Hewan memerlukan tempat tinggal (sarang) yang dapat untuk melindungi diri dan tempat berkembang biak, membesarkan anak-anaknya. Tetapi berbeda

5

dengan manusia, pengetahuan hewan mengenai makanan ataupun tempat tinggal (sarang) sepanjang zaman akan selalu tetap. Kemampuan berpikir manusia menyebabkan rasa ingin tahunya selalu berkembang. Dengan kemampuannya mengingat dan berpikir, manusia dapat mendayagunakan pengetahuannya yang terdahulu dan kemudian menggabungkan dengan pengetahuan yang baru. Proses demikian ini terus berlangsung. Akibatnya, terjadi akumulasi pengetahuan seperti yang kita rasakan pada dewasa ini. Berlangsungnya perkembangan pengetahuan tersebut lebih dipermudah/diperlancar dengan adanya kemampuan ini maka dapat dilakukan tukar menukar informasi mengenai pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki masing-masing. Perkembangan sifat manusia yang ingin maju, sifat manusia yang selalu tidak puas, dan sifat yang ingin lebih baik. Mereka selalu berusaha mengerti atau memperoleh pengetahuan yang lebih banyak. Dengan demikian maka akumulasi pengetahuan akan berlangsung lebih cepat. Sejalan dengan perkembangan pengetahuan tersebut, rasa keindahan manusia juga berkembang. Maka dalam kehidupannya pengetahuan yang telah dimiliki tersebut bukan hanya diterapkan dan digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan hidupnya sehari-hari yang meliputi kebutuhan praktis saja, tetapi juga menyangkut hal-hal yang bertalian dengan keindahan. Dengan selalu berlangsungnya perkembangan pengetahuan itu tampak lebih nyata bahwa manusia berbeda daripada hewan. Manusia merupakan makhluk hidup yang berakal serta mempunyai derajat tertinggi bila dibandingkan dengan hewan atau makhluk hidup lainnya. Menurut Auguste Comte (1798-1857), dalam sejarah perkembangan jiwa manusia baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung dalam tiga tahap : a. Tahap teologi b. Tahap filsafatc. Tahap positif a.

Tahap Teologi

6

Pada tahap teologi atau fiktif manusia berusaha untuk mencari dan menemukan sebab yang pertama dan tujuan yang terakhir dari segala sesuatu, dan selalu dihubungkan dengan kekuatan gaib. Hal ini biasa disebut mitos. Dalam mitos sebenarnya manusia berusaha bersungguh-sungguh dan dengan imajinasinya menerangkan gejala alam yang ada, tetapi belum dapat tepat karena kurang pengetahuannya, sehingga untuk bagian tersebut orang mengaitkannya dengan seorang tokoh atau dewa ataupun dewi. Dalam zaman mitologi suatu cerita penduduk memang masih dalam mistis peradabannya. Mereka percaya akan adanya kekuatan-kekuatan gaib melebihi kekuatan manusia biasa. Dalam zaman demikianlah, mitos dipercayai kebenarannya karena beberapa faktor. Pertama, karena keterbatasan pengetahuan manusia. Pada masa tersebut manusia masih terbatas pengetahuannya, belum banyak yang mereka ketahui. Pengetahuan mereka peroleh dari cerita orang karena seseorang mengetahui sesuatu hal, kemudian memberitahukannya lagi kepada orang lain. Apakah yang diketahui sudah benar belum merupakan permasalahan. Dari hal yang tidak benar, kemudian dikalahkan setelah ada kebenaran, maka pengetahuan orang tentang sesuatu jadi bertambah. Kedua, karena keterbatasan penalaran manusia. Manusia memang makhluk berpikir, namun pemikirannya perlu terus-menerus dilatih. Pemikiran itu sendiri dapat benar dapat salah. Akhirnya penalaran yang salah akan kalah terhadap penalaran yang benar. Ketiga, karena keingintahuan manusia buat sementara terpenuhi. Telah dikemukakan bahwa kebenaran memang harus dapat diterima oleh akal, tetapi sebagian lagi dapat diterima oleh intuisi, yaitu penerimaan atas dasar kata hati tentang sesuatu yang benar. Kata hati irrasional dalam kehidupan masyarakat awam sudah dapat diterima sebagai suatu kebenaran. Khususnya pada anak-anak yang cara penalarannya masih terbatas, kisah-kisah dalam dongeng rakyat sudah merupakan kebenaran dan hasratnya ingin tahu sudah terpenuhi.b.

Tahap Filsafat

7

Empirisme / Rasionalisme Tahap Filsafat / Induktif Deduktif

Rasionalisme adalah cara yang didasarkan pada rasio. Descartes adalah pelopor dan tokoh rasionalisme. Menurut dia, rasio merupakan sumber dan pangkal dari segala penelitian. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang pada kebenaran dan dapat memeberi pimpinan dalam segala jalan pikiran. Dalam menyusun pengetahuannya, kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif. Dasar pikiran yang digunakan dalam penalarannya diperoleh dari ide yang menurut anggapannya sudah jelas, tegas, dan pasti, dalam pikiran manusia. Menurut mereka, pikiran manusia hanyalah mengenal ide/prinsip tersebut, dan kemudian menjadi pengetahuannya. Ide/prinsip yang sebelumnya memang sudah ada dan bersifat apriori tersebut, dapat diketahui manusia lewat kemampuan berpikir rasionalnya. Menurut mereka pengalaman tidak menghasilkan prinsip yang diperoleh lewat penalaran rasional, maka manusia dapat mengerti kejadiankejadian yang terjadi/berlaku dalam alam sekitarnya. Masalah utama yang terdapat dalam rasionalisme adalah evaluasi terhadap kebenaran dasardasar pemikiran atau alasan-alasan yang digunakan dalam penalaran deduktif. Dasar-dasar penalaran tersebut smeuanya bersumber pada penalaran rasional yang bersifat abstrak, terlepas dari segala pengalaman. Dengan demikian maka tidak dapat dilakukan evaluasi, dan dimungkinkan didapatnya pengetahuan yang satu sama lain berbeda, mengenai satu obyek tertentu. Dalam hal ini maka pemikiran rasional cenderung untuk bersikap subyektif dan solipsistik, ialah hanya benar dalam kerangka pemikiran tertentu yang berbeda dalam otak orang yang berpikir tersebut.

8

Sedangkan empirisme didasarkan pada pengalaman. Kaum empirisme berpendapat bahwa pengetahuan manusia tidak diperoleh lewat penalaran rasional yang abstrak, tetapi lewat pengalaman yang kongkrit. Menurut anggapan mereka, gejala-gejala alam bersifat kongkrit dan dapat dinyatakan lewat tangkapan panca indera. Bagi kaum empiris, pernyataan pengujian. Kebenaran-kebenaran dari fakta atau obyek tersebut didasarkan pada pengalaman manusia. Kaum empiris bergantung pada prinsip keserupaan. Pada dasarnya alam adalah teratur. Gejala-gejala alam berlangsung dengan pola-pola tertentu. Pengetahuan pada alam didasarkan pada persepsi mengenai hal tersebut. Dengan demikian maka dimungkinkan menyusun pengetahuan yang berlaku secara umum (generalisasi) lewat pengamatanpengamatan terhadap gejala-gejala yang bersifat individual. Dalam menyusun pengetahuan secara empiris timbil berbagai masalah, diantaranya dalah bahwa pengetahuan yang dikumpulkan tersebut cenderung merupakan kumpulan fakta yang satu sama lainnya belum tentu menunjukkan pengetahuan yang sistematis. Terdapat juga masalah yang bersangkutan dengan hakekatnya pengalaman. Kaum empiris sendiri tidak dapat memberikan jawaban yang meyakinkan tentang hakekat pengalaman ini, merupakan jawaban stimulus panca indera, persepsi ataukah sensasi. Mereka menganggap bahwa dunia fisik adalah nyata, karena merupakan gejala yang diperoleh dengan panca indera. Dapatkah panca indera diandalkan sebagai alat yang tepat dan dipercaya untuk menangkap gejala fisik yang nyata? Kita semua telah mengetahui bahwa kemampuan panca indera sangat terbatas dan tidak sempurna. Segala sesuatu yang dilaporkan dari hasil panca indera ini tidak selalu benar. c. Tahap positif

A. Hasil Analisis Data

9

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, tahap perkembangan pikiran manusia di daerah Tangerang telah mencapai tahap positif. Meski dalam kesehariannya, tahap teologi dan filsafat juga tetap digunakan.

Tahap Positif biasanya digunakan oleh golongan yang terpelajar, seperti mahasiswa dan pelajar yang dalam kesehariannya memang dituntut untuk menggunakan ilmu pengetahuan. Contohnya, saat pelajar ditugaskan meneliti tentang perkecambahan dan membuat laporannya, maka ia akan menggunakan panca indera dan rasionya secara bersamaan untuk mendapatkan suatu ilmu pengetahuan.

Tahap Filsafat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya saat ibu-ibu sedang bergosip tentang wanita x. Hanya karena mereka melihat x menangis mereka bisa menyimpulkan bahwa x sedang terlibat pertengkaran dengan suaminya, dan hendak bercerai. Padahal mereka tidak mendapatkan data lain selain penglihatan bahwa x sedang menangis. Ini terbukti bahwa, mereka masih menggunakan empirisme saja dalam menyimpulkan sesuatu. Yang berarti, tahap filsafat digunakan dalam kasus ini.

Tahap Teologi sudah jarang digunakan. Mitos digunakan khusus saat menceritakan kisah-kisah dalam dongeng rakyat pada anak-anak. Hal ini dikarenakan cara penalaran anak-anak masih terbatas, dan bagi mereka, kisah-kisah dalam dongeng rakyat sudah merupakan kebenaran dan hasrat ingin tahunya sudah terpenuhi.

Lalu, selain itu faktor-faktor yang memepengaruhi perkembangan pemikiran manusia di wilayah Tangerang adalah, Rasa ingin tahu, hal ini merupakan sifat unik yang sudah ada pada masing-masing individu. Meskipun kadarnya berbeda, tiap manusia memiliki ini dalam dirinya. Hal ini tentu saja merupakan faktor yang paling utama yang mendasari berkembangnya pemikiran manusia.

Pendidikan, pendidikan juga hal yang sangat berperan bagi perkembangan pemikiran di wilayah Tangerang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan10

semakin bagus tahap perkembangan pemikirannya. Hal ini dikarenakan, banyaknya ilmu pengetahuan yang ia dapat saat menempuh pendidikan. Semakin memiliki banyak ilmu, biasanya cara berpikir seseorang tentu akan semakin logis.

Tempat, hal ini juga termasuk salah satu yang berperan. Karena tangerang merupakan kota yang cukup dekat dengan ibukota, tentu perkembangan pemikirannya pun relatf lebih cepat dibandingkan dengan orang yang tinggal di daerah.

A. Kesimpulan Kesimpulan yang bisa diperoleh setelah melihat hasil analisis data adalah: Tahap perkembangan pemikiran manusia di daerah Tangerang telah mencapai tahap positif. Meski dalam kesehariannya, tahap teologi dan filsafat juga tetap digunakan. Faktor yang mempengaruhi perkembangan pikiran manusia di Tangerang adalah : Rasa ingin tahu, Pendidikan, Tempat.

DAFTAR PUSTAKA

11

Ahmadi, Abu dan A.Supatmo. 2000. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. Widyosiswoyo, Supartono. dkk. 2004. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Ghalia Indonesia.

12