tuberkulosis

24
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA (UKRIDA) Jalan Arjuna Utara, No 6, Jakarta 11510 BLOK 26 : Nama : Filzah Atikah binti Johamin NIM : 102012491 Kelompok : D1 Email : [email protected] Pendahuluan Penyakit infeksi menular sistemik Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman basil tahan asam (BTA) yang dikenal sebagai Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat mengenai seluruh bagian organ tubuh manusia. Cara penularan kuman TB adalah melalui airborne sehingga seseorang dengan kuman TB aktif dapat menularkan pada 10-15 orang per tahun. Indonesia pada tahun 2012 berada pada peringkat keempat penderita TB terbanyak di dunia setelah India, China, Afrika Selatan dan Nigeria. India dan China menyumbang 40% dan Afrika menyumbang sebanyak 24% kasus TB. 1 Pelbagai usaha telah dilakukan untuk mengurangkan dan mengobati TB tetapi permasalahan dalam penanggulangan TB menyebabkan . Seperti pada puskesmas “K” didapatkan pada pelaksanaan micro planning bulan lalu didapatkan bahwa pasien yang didiagnosis TB paru semakin meningkat dan pasien yang dobati dengan system DOTS 1 | Page

description

tuberkulosis pada masyarakat. ilmu kesehatan masyarakat

Transcript of tuberkulosis

Page 1: tuberkulosis

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA (UKRIDA)

Jalan Arjuna Utara, No 6, Jakarta 11510

BLOK 26 :

Nama : Filzah Atikah binti Johamin

NIM : 102012491

Kelompok : D1

Email : [email protected]

Pendahuluan

Penyakit infeksi menular sistemik Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman basil tahan asam (BTA) yang dikenal sebagai Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat mengenai seluruh bagian organ tubuh manusia. Cara penularan kuman TB adalah melalui airborne sehingga seseorang dengan kuman TB aktif dapat menularkan pada 10-15 orang per tahun.

Indonesia pada tahun 2012 berada pada peringkat keempat penderita TB terbanyak di dunia setelah India, China, Afrika Selatan dan Nigeria. India dan China menyumbang 40% dan Afrika menyumbang sebanyak 24% kasus TB.1

Pelbagai usaha telah dilakukan untuk mengurangkan dan mengobati TB tetapi permasalahan dalam penanggulangan TB menyebabkan .

Seperti pada puskesmas “K” didapatkan pada pelaksanaan micro planning bulan lalu didapatkan bahwa pasien yang didiagnosis TB paru semakin meningkat dan pasien yang dobati dengan system DOTS atau Directly Observed Treatment Short Course tidak lagi kembali untuk mengambil obat sehingga kejadian Multi Drugs Resistance (MDR) semakin meningkat .

1. Tuberkulosis (TB)

Epidemiologi

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia. Pada tahun 1992, World Healt Organization (WHO) telah mencanangkan TB sebagai Global Emergency. Perkiraan kasus TB secara global pada tahun 2009 adalah :

1 | P a g e

Page 2: tuberkulosis

- Insidens kasus : 9.4juta (8.9-9.9 juta)- Prevalens kasus : 14 juta (12-16 juta)- Kasus meninggal (HIV negative) : 1.3 juta (1.2-1.5 juta)- Kasus meninggal (HIV positive) : 0.38 juta (0.32-0.45 juta)

Tuberculosis dan Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan kombinasi penyakit yang mematikan karena HIV akan melemahkan sistim imun dan akan memperparah keadaan seseorang. Apabila seseorang dengan HIV positif kemudian terkena infeksi kuman TB, maka akan berisiko untuk terkena TB yang lebih parah. Tuberculosis merupakan penyebab kematian utama pada penderita HIV. Di Afrika, HIV merupakan satu-satunya factor utama yang menyebabkan peningkatan insidensnTB sejak tahun 1990.

Tujuan nomor enam dari Milennium Development Goals (MDG) 2015 yaitu melaawan HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya termasuk TB. Diharapkan proporsi kasus TB yang terdeteksi dan pengobatan dengan DOTS meningkat. Di Indonesia, pada tahun 2010target indicator case detection rate (CDR) sebesar 73% dengan capaian 73.02% dan target angka keberhasilan obat atau success rate (SR) 88% sedangkan pencapaiannya adalah 89.3%. untuk tahun 2014, target CDR dan SR adalah masing-masing sebesar 90% dan 88%. Target stop TB partnership pada tahun 2015 yaitu mengurangi rerata prevalens dan kematian dibandingkan pada tahun 1990. Pada tahun 2050targetnya adalah mengurangi insidens global kasus TB aktif menjadi kurang dari satu kasus per satu juta populasi per tahun.1

Etiologi2,3

Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculocis, yang masih keluarga besar Genus Mycrobacterium. Dari anggota keluarga Mycrobacterium yang diperkirakan lebih dari 30, hanya 3 yang dikenal bermasalah dengan kesehatan masyarakat. Mereka adalah Mycrobacterium tuberculocis, M.bovis yang terdapat pada susu sapi yang tidak dimasak, dan M.leprae yang menyebabkan penyakit kusta. Mycrobacterium tuberculocis berbentuk batang, berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron, tahan terhadap pewarnaan yang asam sehingga disebut dengan Bakteri Tahan Asam (BTA). Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak dan lipid yang membuat lebih tahan asam. Bisa hidup bertahun-tahun. Sifat lain adalah bersifat aerob, lebih menyukai jaringan kaya oksigen terutama pada bagian apical posterior paru-paru.

Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 1000 C selama 5-10 menit atau pada pemanasan 600 C selama 30 menit, dan dengan alcohol 70-95% selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara. Data pada tahun 1993 melaporkan bahwa untuk mendapatkan 90% udara bersih dari kontaminasi bakteri memerlukan 40 kali pertukaran udara per jam.

2 | P a g e

Page 3: tuberkulosis

Cara penularan

d. Penularan

• Cara Penularan:

- Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.

- Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam

bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan

sekitar 3000 percikan dahak.

- Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada

dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,

sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat

bertahan selama beberapa jam dalam keadaan gelap dan lembab.

- Daya penularan seorang pasein dapat ditentukan oleh banyaknya kuman yang

dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan

dahak, makin menular pasien tersebut.

- Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB adalah ditentukan

konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

3 | P a g e

Page 4: tuberkulosis

Gambar 3: Skema Diagnosis TBC Paru pada orang dewasa

Sumber: (http://getfreeartikel.wordpress.com/2011/05/15/tuberculosis-tbc/)

• Resiko Penularan:

- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien

TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih

besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif.

- Risiko penularan setiap tahunnya juga ditunjukan dengan Annual Risk of

Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko

terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1% berarti 10 diantara 1000

penduduk terinfeksi setiap tahunnya.

- ARTI di Indonesia bervariasi 1-3%.

4 | P a g e

Page 5: tuberkulosis

- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberculin negatif menjadi

positif.

• Resiko Menjadi sakit TB:

- Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.

- Dengab ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi

1000 terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB

setiap tahun. Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA positif.

- Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi TB adalah day

tahan tubuh rendah, diantaranya karena HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi

buruk).

- HIV merupakan faktor resiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB

menjadi sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya

tahan tubuh seluler (celluer immunity), sehingga terjadi infeksi penyerta

(oportunistic), seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi

sakit parah bahkan mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi

HIV meningkat, maka jumlah pasein TB akan meningkat, dengan demikian

penularan TB di masyarakat meningkat pula.3

Gejala dan Tanda

Untuk mengetahui tentang penderita tuberkulosis dengan baik harus dikenali tanda dan gejalanya. Seseorang ditetapkan sebagai pengidap tuberkulosis apabila ditemukan gejala klinis utama yaitu:

Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih

Batuk diikuti dengan gejala tambahan yaitu batuk berdarah, sesak napas, nyeri dada, badan lemas, nafsu makan turun, BB turun, malaise, keringat pada malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.

5 | P a g e

Page 6: tuberkulosis

Terapi TB

Tujuan pengobatan :

i) Menyembuhkan pasien dan mengembalikan kualitas hidup dan produktifitasii) Mencegah kematian kerana penyakit TB aktif atau efek lanjutannyaiii) Mencegah kekambuhaniv) Menguranhgi transmisi atau penularan kepada yang lainv) Mencegah terjadinya resistensi obat serta penularannya

Pengobatan TB dibagi menjadi dua fase yaitu fase intensif dan fase lanjutan . pada umumnya lama pengobatan adalah enam hingga lapan bulan. Obat anti TB (OAT) dibagi menjadi :

1. Lini pertama- Isoniazid (INH / H)- Rifampisin ( R )- Pirazinamid (Z)- Etambutol (E) - Streptomisin (S)

2. Lini kedua :- Kanamisin- Kapreomisin- Amikasin- Kuinolon- Sikloserin- Etionamid/Protionamid- Para-Amino Salisilat (PAS)

Obat anti TB lini kedua hanya digunakan untuk kasus resisten obat terutama TB Multi Drug Resistant (MDR). Beberapa obat seperti kapreomisin, sikloserin, etionamid, dan PAS belum tersedia di pasaran Indonesia tetapi sudah digunakan pada pusat TB-MDR.1

Dosis OAT

Pengobatan TB standar dibagi menjadi :

Pasien baru

6 | P a g e

Page 7: tuberkulosis

Panduan obat yang dianjurkan adalah 2HRZE/4HR dengan pemberian dosis setiap hari. Bil;a menggunakan OAT program, maka pemberian dosis setiap hari pada fase intensif dilanjutkan dengan pemberian dosis tiga kali seminggu dengan DOT 2HRZE/4H3R3

Pada pasien dengan riwayat pengobatan TB lini pertama, pengobatan sebaiknya berdasarkan hasil uji kepekaan secara individual. Selama menunggu hasil uji kepekaan, diberikan panduat obat 2HRZES/HRZE/5HRE.

Pasien MDR1

Multi Drug Resistance (MDR)

Multi Drug Resistance (MDR) adalah M.tuberklulosis yang yang resisten minimal terhadap rifampisisn dan INH dengan atau tanpa OAT lainnya. Rifampisin dan INH merupakan dua obat yang sangat penting pada pengobatan TB yang diterapkan pada strategi DOTS. Umunya resistensi pada OAT dibagi menjadi :

1. Resistensi inisial apabila kita tidak tahu pasti apakah pasien sudah ada riwayat pengibatan OAT sebelumnya atau belum pernah

2. Resistensi primer pasien sebelumnya tidak pernah mendapat pengobatan OAT atau telah mendapat pengobatan OAT kurang satu bulan

3. Resistensi sekunder pasien mempunyai riwayat pengibatan OAT minimal satu bulan

Tuberkulosis resisten OAT pada dasarnya adalah satu fenomena buatan manusia, sebagai akibat dari pengobatan yang tidak adekuat. Factor penyebab resistensi OAT terhadap kuman M.tuberkulosis.

1. Factor mikrobiologik :a. Resisten yang naturalb. Resisten yang didapatc. Amplifier effectd. Virulensi kumane. Tertular galur kuman-MDR

2. Factor klinika. Penyelenggara kesehatan- Keterlambatan diagnosis- Pengobatan tidak mengikuti pedoman- Penggunaan paduan OAT yang tidak adekuat yaitu karena jenis obatnya yang kurang taua

karena lingkungan telah mendapat resistensi yang tinggi terhadap OAT- Tidak ada peoman- Tidak ada atau kurangnya pelatihan TB- Tidak ada pemantauan pengobatan

7 | P a g e

Page 8: tuberkulosis

- Organisasi program TB yang kurang baik

b. Obat - Pengobatan TB jangka waktu lama lebih dari enam bulan hingga pasien bosan- Obat toksik menyebabkan efek samping sehingga pengobatan gagal selesai- Obat tidak diserap dengan baik- Kualitas obat kurang baik- Regimen atau dosis obat yang tidak tepat- Harga obat tidak terjangkau- Pengadaan obat terputus

c. Pasien- PMO tidak ada- Kurang informasi atau penyuluhan- Kurang dana untuk obat, pemeriksaan penunjang dan lain-lain- Efek samping obat- Saran adan prasarana transportasi sulit- Masalah social- Gangguan penyerapan obat

3. Factor program- Tidak ada fasilitas untuk biakan dan uji kepekaan- Amplifier effect- Tidak ada program DOTS-PLUS- Program DOTS belum berjalan dengan baik- Memerlukan biaya besar

4. Factor HIV/AIDS- Kemungkinan terjadi TB-MDR lebih besar- Gangguan penyerapan- Kemungkinan terjadi efek samping lebih besar

5. Factor kuman Kuman M.tuberkulosis super strain

- Sangat virulen - Daya tahan hidup lebih tinggi- Berhubungan dengan TB-MDR1

Directly Observed Treatment Short Course (DOTS)

8 | P a g e

Page 9: tuberkulosis

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyetakan bahwa kunci keberhasiloan penaggulangan TB adalah dengan menerapkan strategi DOTS. Tujuan program DOTS adalah untuk mencapai angka kesembuhan yang tinggi , mencegah putus obat , mengatasi efek samping jika timbul dan mencegah resistensi.

Terdapat lima komponen DOTS yaitu:

1. Komitmen pemerintah un tuk menjalankan program TB nasional2. Penemuan kasus TB dengan pemeriksaan BTA mikroskopis3. Pemberian obat jangka oendek yang diawasi secara langsung ialah DOTS4. Pengadaan OAT secara berkesinambungan5. Moitoring serta pencatatan dan pelaporan buku standar

Pengawasan pada system DOTS dapat dilakukan :

Pasien berobat jalan

Bila pasien mampu dating teratur misalnya tiap minggu maka paramedic atau petugas social dapat berfungsi sebagai PMO. Bila pasien diperkirakan tidak mamou dating teratur sebaiknya dilakukan koordinasi dengan puskesmas setempat

Pasien dirawat

Selama perawatan di rumah sakit yang bertikdan sebagai PMO adalah petugas rumah sakit, selesai perawatan untuk pengobatan selanjutnya sesuai dengan berobat jalan.

Cara pemilihan sampel

Cara pemilihan sampel tersebut digolongkan menjadi dua yaitu pemilihan berdasarkan peluang atau probability sampling dan pelilihan tidak berdasarkan sampling atau non-probability sampling.

Probability sampling

Hal yang prinsip pada probability sampling adalah bahwa tiap subyek dalam populasi (terjangkau) mempunyai kesempatan yang sama untuk tidak terpilih sebagai sample penelitian. Terdapat banyak sekali jenis probability sampling antara lain yang terbanyak digunakan pada penelitian konis dan kesehatan masyarakat adalah

i) Simple random sampling

Pada simple random sampling, kita hitung terlebih dahulu jumlah subyek dalam populasi (terjangkau) yang akan dipilih subyeknya sebagai sampel penelitian. Setiap subyek diberi nomor dan dipilih sebahagian dari mereka dengan bantuan table angka random.

9 | P a g e

Page 10: tuberkulosis

Pemilihan subyek secara acak ini dipermudah dengan adanya program computer. Biasanya computer meminta input kepada kkita berupa jumlah subyek penelitian yang tersedia misalnya 200 dan berapa banyak yang akan terpilih menjadi subyek misalnya 40 serta nomor urut pasien dari yang terkecil sampai terbesar untuk dipilih. Bila input yang sama dil\ulang, maka computer akan memberi 40 nomor pasien yang sama sekalio berbeda dnegan hasil sebelumnya. Dengan demikian peneliti tidak dapat memprediksi nomor berapa saja yang akan terpilih bila prosedur pemiliohan subyek ini diulang

ii) Systematic sampling

Pada sampling sistematik ditentukan bahwa dari seluruh subyek yang dapat dipilih, setiap subyek nomor ke-sekian dipilih sebagai sampel, bila ingin diambil 1/n dari populasi, maka tiap pasien ke-n dipilih sebagai sampel. Jadi, seperti pada random sampling setiap subyek yang memenuhi kriteria untuk dipilih diberi bernomor

iii) Stratified random sampling

Dalam penelitian tidak jarang ditemukan dalam keadaan tertentu , sehingga setiap kelompok (strata) memberikanm nilai yang jelas berbeda. Bila sampling dilakukan terhadap semua subyek sebagai satu kesatuan, akan diperoleh sampel dengan variasi yang sangat besar terutama bila subyek tidak banyak, dan simpulan hasil penelitian menjadi bias.

Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukan srtratifikasi dan pemilihan subyek berdasarkan atas strata. Variable yang sering digunakan untuk stratifikasi adalah jenis kelamin, umur, ras, kondisi sosio-ekonomi, status gizi, tempat penelitian dan lain-lain.

iv) Cluster sampling

Pada cluster sampling, sampel dipilih secara acak pada kelompok individu dalam populasi yang terjadi secarta alamiah missal wilayah (kodya, kecamatan, kelurahan). Cara ini sangan efisien bila populasi tersebar luas hingga tidak mungkin membuat daftar seluruh populasi.4

Non-probability sampling

Cara pemilihan sampel yang lebih praktis dan mudah dilakukan. Kesahinan sampel non-probability terletak pada berapa benar karakterisrik sampel yang dipilih dengan cara lainakan menyerupai karakteristik sampel bila pemilihan dilakukan dengan probability sampling.

10 | P a g e

Page 11: tuberkulosis

i) Consecutive sampling

Semua subyek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi. Ini merupakan cara non-probability sampling yang paling baik dan sering kali paling mudah.

Untuk menyerupai hasil probability sampling, maka jangka waktu pemilihan pasien atau subyej penelitian harus tidak terlalu pendek terutama penyakit yang dipengaruhi musim. Untukpenyekit yang tidak dipengaruhi musim hal tersebut diabaikan.

ii) Convenient sampling

Merupakan cara termudah untuk menarik sampel namuan juga sekaligus merupakan cara paling lemah. Sampel diambil tanpa sistematika tertentu sehinggajarang dapat dianggap mewakili populasi terjangkau apatah lagi populasi target penelitian.

iii) Judgemental sampling ataumpurpose sampling

Peneliti memilih responden berdasarkan pada pertimbangan subyektif dan praktis bahwa responden tersebut dapat memberikan informasi yang memadai untuk menjawap soalan penelitian. Kelemahan cara ini adalah lebih kurang sama dengan convenient sampling. Pada studi yang memerlukan follow-up misalnya studi kohort atau uji klinis, calon peserta yang berencana pindah tempat tinggal dalam kurun waktu penelitian sering juga tidak diikutsertakan dalam penelitian.4

Desain penelitian

Desain penilitian adalah adalah rancangan penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat memperoleh jawapan terhadap pertanyaan penelitian. Desain penelitian mengacu pada jenis penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Desain penelitian mempunyai dua kegunaan yang amat penting dalam bidang penelitian yaitu

11 | P a g e

Page 12: tuberkulosis

1) Merupakan sarana bagi penelitian untuk memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian

2) Merupakan alat bagi peneliti untuk dapat mengendalikan atau mengontrol pelbagai variable yang berpengaruh atau berperan dalam satu penelitian.

Dalam pengertian tertentu, desain mengatakan jenis observasi atau pengukuran apa yang harus dilakukan, bagaimana cara melakukan pengukuran,serta bagaimana melakukan analisis terhadap hasil pengukuran. Jadi desain mengacu pada pengukuran, serta bagaimana melakukan analisis misalnya manakah variable bebas ( variable independen, predictor, risiko atau kausa ) dan mana yang merupakan variable tergantung ( variable dependen, variable efek, outcome, event ). Dari variable bebas dapat dilihat yang manakah termasuk variable aktif (kebiasaan merokok) dan mana yang merupakan variable atribut (jenis kelamin)

Sebelum jenis desain ditentukan, peneliti harus menentukan aoakah akan melakukan intervensi yaitu studi intervensional (eksperimental) atau hanya pengamatan sahaja tanpa intervensi yaitu studi observasional. Kedua, apabila dipilih penelitian observasional, harus ditentuakan apajkah akan dilakukan pengamatan sewaktu (studi coss sectional) atau dilakukan follow-up dalam kurun waktu tertentu (studi longitudinal). Hal ketiga adalah apakah dilakukan studi retrospektif yaitu mengevaluasi peristiwa yang sudah berlangsung ataukah studi porspektif yaitu dengan mengikuti subyek untuk meneliti peristiwa yang belum terjadi.

Jenis penelitian

Klasifikasi yang sering ditemukan adalah penelitian deskriptif dan penelitian analitik. Studi yang tidak mempelajari hubungan antara variable disebut penelitian deskriptif dan semua penelitian yang mencari hubungan antara variable disebut penelitian analitik.

Penelitian deskriptif

Hanya melakukan deskripsi mengenai fenomen yang ditemukan. Hasil pengukuran disajikan apa adanya, tidak dilakukan analisis mengapa fenomena terjadi, tidak diperlukan hipotesis hingga tidak diperlukan uji statistika

Penelitian analitik

Mencari hubungan antara variable satu dengan yang lainnya. Dilakukan analisis terhadap data, karena itu selalu diperlukan hipotesis yang harus diformulasikan sebelum penelitian dimula, untuk divaliditasi dengan data empiris yang dilakukan. Hubungan antara variable dapat dilakukan dengan pelbagai uji hipotesis.

Pada analitik observasional umumnya dibagi menjadi tiga jenis yaitu studi cross-sectional. Studi kasus-kontrol dan studi kohort.

12 | P a g e

Page 13: tuberkulosis

Pada studi eksperimental, peneliti melakukan manipulasu pada satu atau lebih variable penelitian kemudian mempelajari efek perlakuan tersebut.

Penelitian observasional

i) Penelitian cross-sectional

Peneliti melakukan obsrvasi atau pengukuran variable pada satu saat tertentu. Kata satu saat bukan semua variable diteliti pada satu saat yang sama tetapi artinya tiap subyek diobservasi satu kali dan pengukuran variable subyek dilakukan pada saat pemerikssaan. Drngan demikian, peneliti tidak melakukan tindakan lanjut terhadap pengukuran yang dilakukan.

Dalam studi analitik cross-sectional, yang mempelajari hubungan antara factor risiko dengan penyakit, pengukuran variable bebas (fakor risiko dan variable tergantung (efek) hanya dilakukan sekali dalam waktu bersamaan.

Hasil pengukuran biasanya disusun dalam table 2x2 dan dapat dilihat prevalens penyakit pada kelompok dengan atau tanpa risiko kemudia dapat dihitung ratio prevalens yang memberi gambarak peran factor risiko terhadap terjadinya efek atau penyakit. Hasil rasio prevalens adalah apabila rasio prevalens

- =1 bukan factor risiko- < 1 factor tersebut adalah factor protektif- >1 factor risiko

ii) Studi kasus-kontrol

Observasi atau pengukuran variable bebas dan variable tergantung tidak dilakukan pada saat yang sama.penelitian melakukan pengururan variabke tergantung yakni efek sedangkan variable bebasnya dicari secara retrospektif. Jadi studi ini disebut studi longitudinal artinya subyek tidak hanya diobservasi pada satu saat tetapi diikuti selama periode yang ditentukan.

Seperti telah disebutkan, pada studi kasus-kontrol dilakukan identifikasi subyek (kasus) yang telah terkena penyakit (efek) kemudia ditelusuri secara retrospektif ada atau tidak factor risiko yang diduga berperan. Untuk control harus dipilih subyek dari populasi dengan karakteristik yang samadengan kasus. Bedanya cuma yang control tidak menderita penyakit atau kelainan yang diteliti.

Hasil pengukuran dinyatakan sebagai rasio odds. Odds adalah perbandingan antara peluang untuk terjadinya efek dengan peluang untuk tidak terjadinya efek. Rasio odds juga menunjukkan berapa besar peran factor risiko yang diteliti terhadap terjadinya penyakit.

iii) Studi kohort

13 | P a g e

Page 14: tuberkulosis

Diidentifikasikan terlebih dahulu ada kausa atau factor risiko kemudian sekelompok subyek (kohort) diikuti secara prospektif selama periode tertentu untuk menentukan terjadi atau tidak efek. Pada kohort murni, yang diamati adalah subyek yang belum mengalami pajanan factor risiko serta belum mengalami efek.

Subyek yang terpajan faktor risiko menjadi kelompok diteliti dan yang tidak terpajan menjadi kelompok control.

Hasil pengamatan juga disusun pada table 2x2 dan dapat ditentukan insidens terjadinya efek pada kelompok terpajan dan kelompok control. Selanjutnya dapat dihitung risiko relative atau risko insidens yakni perbandingan anatara insidens efek pada kelompok dengan factor risiko dengan insidens efek pada kelompok tanpa factor resiko.

Terdapat juga studi kohort retrospektif yaitu mengidentifikasikan factor resiko dan efek pada kohort yang terjadi pada masa lalu. Saat penelitian dilakukan, outcome yang diteliti sudah terjadi.4,5

Analisis data

1. Pengumpulan data

Data-data yang dikumpulkan adalah :

a. Data umumb. Data wilayahc. Data pendudukd. Data sumber daayae. Data status kesehatanf. Data cakupan program

2. Analisis data

Meliputi :

a. Analisis Derajat Kesehatanb. Analisis Aspek Kependudukanc. Analisis Upaya Pelayanan Kesehatand. Analisis Perilakue. Analisis Lingkungan

14 | P a g e

Page 15: tuberkulosis

3. Perumusan masalah

Permasalahan dirumuskan dengan baik secara epidemiologis sehingga tergambarlkan masalahnya, dimana, kapan, seberapa besar masalah tersebut yang diusahakan digambarkan secara kuatitatif.

4. Penetapan peringkat masalah

Penatapan peringkat masalah yang perlu diutamakan penanggulungannya. Ada du acara yaitu :

Cara Delbecq

Masalah didiskusikan oleh anggota kelompok dengan saran dari nara sumber, kemudian setiap anggota kelompok membuar urutan prioritas dari masalah tersebut

Cara Hanlon

Lebih sering diunakan. Semua anggota kelompok diminta memberikan nilai terhadap setiap masalah kesehatan berdasarkan kriteria yang ditetapkan yaitu

i) Besarnya masalahii) Tingkat kegawatan masalahiii) Kemudahan penanggulungan masalahiv) Dapat – tidaknya program tersebut dilakukan

Program pengendalian TB

Puskesmas mandiri adalah puskesmas yang mengadakan dan melaksanakan kegiatan menyediakan layaanan diagnosis dan pengobatan TB secara mandiri ranpa ada kerjasama dengan puskesmas satelit.

Puskesmas satelit adalah puskesmas yang tidak memiliki fasilitas laboratorium sendiri, hanya membuat sediaan apus dahak dak difiksasi, kemudian dikirim ke puskesmas rujukan mikroskopik dan setelah mendapat hasil puskesmas ini akan menentukan rencara pengobatan.

15 | P a g e

Page 16: tuberkulosis

Puskesmas rujukan adalah puskesmas yang menjadi tempat rujukan dari puskesmas satelit dan dapat berbentuk rujukan mikroskopi yang melatih para staf laboratorium dan melakukan pembacaan sediaan apus untuk beberapa puskesmas satelit.

Pengawas menelan obat (PMO) ialah orang yang ditunjuk untuk menjadi pengawas bagi penderita TB yang mendapart rawatan.

1. Persyaratan PMO - Seseorang yg dikenal, dipercaya dan disetujui baik petugas kesehatan dan pasien, selain

itu harus disegani dan dihormati pasien.- Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien- Bersedia membantu pasien dengan sukarela- Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama dengan pasien

2. Siapa yang biasa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya bidan di desa, perawat, pekarya, sanitarian, juru imunisasi dan lain-lain

3. Tugas PMO- Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan- Memberikan dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur- Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahan pada yang telah ditentukan- Memberikan penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala

mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Upaya Pelayanan Kesehatan (UPK)

Kesimpulan

Masalah pasien dengan TB paru yang diobati dengan teknik DOTS tetapi tidak kembali mengambil obat sehingga angka MDR meningkat dapat diatasi dengan mengetahui segala yang terkait dengan penyakit TB. Analisis masalah untuk mengenal pasti punca masalah ini dapat membantu puskesmas dan pihak terkait untuk mengurangkan masalah seterusnya mencegah TB. Kerjasama yang erat diperlukan antara pasien dan pihak kesehatan dapat membantu mengurangkan kasus TB dan mencegah komplikasi yang lebih parah.

16 | P a g e

Page 17: tuberkulosis

Daftar pustaka

1. Isbaniyah F et all. Tuberculosis : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2011. H.

2. Widoyono. Tuberkulosis Paru. In: Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008. hal: 13-21

3. Aditama Tjandra et all. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi ke-2. Cetakan ke-2. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008. hal: 3-37

4. Sasatroasmoror S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-4. Jakarta: © 2011 CV Sagyng Seto; 2011 h.95-167

5. Gordins L. Epidemiology. 4th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2009.h.167-77

17 | P a g e