Tuberkulosis

41
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang TB (tuberkulosis) merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang organ paru (Depkes RI, 2002). Selain menyerang paru, TB dapat menyerang organ lain (ekstra pulmonal) (Dinkes Kab. Malang, 2011). Penyakit TB masih menjadi permasalahan dunia. Berdasarkan data WHO, diperkirakan telah terjadi 8,8 juta kasus baru pada tahun 2010 (berkisar antara 8,5 – 9,9 juta) dengan rasio 128 kasus tiap 100.000 penduduk. Diperkirakan, angka prevalensi TB paru berjumlah 12 juta kasus (berkisar antara 11 juta sampai 14 juta) (WHO, 2010). Salah satu poin yang terdapat dalam misi MDGs (Millenium Development Goals) adalah penanggulangan HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lain termasuk TB. Salah satu tolak ukur keberhasilan program penanggulangan TB adalah angka penemuan kasus baru, atau yang disebut dengan CDR (Case Detection Rate) (PDPI, 2011). 1

description

Makalah tuberkulosis

Transcript of Tuberkulosis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

TB (tuberkulosis) merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang organ paru (Depkes RI,

2002). Selain menyerang paru, TB dapat menyerang organ lain (ekstra pulmonal) (Dinkes

Kab. Malang, 2011).

Penyakit TB masih menjadi permasalahan dunia. Berdasarkan data WHO,

diperkirakan telah terjadi 8,8 juta kasus baru pada tahun 2010 (berkisar antara 8,5 – 9,9

juta) dengan rasio 128 kasus tiap 100.000 penduduk. Diperkirakan, angka prevalensi TB

paru berjumlah 12 juta kasus (berkisar antara 11 juta sampai 14 juta) (WHO, 2010).

Salah satu poin yang terdapat dalam misi MDGs (Millenium Development Goals)

adalah penanggulangan HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lain termasuk TB. Salah satu tolak

ukur keberhasilan program penanggulangan TB adalah angka penemuan kasus baru, atau

yang disebut dengan CDR (Case Detection Rate) (PDPI, 2011).

Gambar 1. Case Detection Rate (CDR) Jawa Timur 2009 - 2011 (P2)

Penyakit TB Paru di Indonesia menempati urutan ketiga penyebab kematian umum.

Di Indonesia, penyakit ini termasuk salah satu prioritas nasional untuk program

1

pengendalian penyakit karena berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi, serta

sering mengakibatkan kematian (Dinkes Kab. Malang, 2011).

Berdasarkan Program Penanggulangan TB Nasional, Indonesia menetapkan target

CDR sebesar 70%. Namun, target tersebut masih belum bisa dicapai di seluruh cakupan

daerah Indonesia. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 di Jawa

Timur, prevalensi TB sebanyak 0,2% dan prevalensi di Kabupaten Malang sebesar 0,4%

(RISKESDAS, 2007). Hasil penemuan penderita TB paru melalui pemeriksaan dahak tahun

2007, BTA (+) sebesar 725 penderita, diobati sebanyak 1.138 orang, dengan penderita

sembuh sebanyak 510 orang (77,16%). Pada tahun 2011, temuan kasus dengan BTA (+)

semakin meningkat sebesar 1.167 penderita yang terdiri dari 653 (55,96%), dengan tingkat

kesembuhan 698 penderita (87,36%) (Dinkes Kab. Malang, 2011).

Untuk mendukung jalannya program nasional tersebut, maka diperlukan upaya-

upaya khusus, untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran, dan peran serta

masyarakat dengan tujuan utama pemberantasan TB.

Penelitian ini didasari oleh didapatkannya data dari Puskesmas Dau mengenai

pencapaian angka CDR yang sebesar 20,8%. Angka ini masih jauh dari target nasional yang

sebesar 70%. Ditambah lagi, ditemukannya 2 kasus baru TB dengan BTA (+) di, dusun

Rambaan, desa Landungsari pada tahun 2012. Kedua hal ini mendasari peneliti untuk

melakukan penelitan ini.

Sehubungan dengan masalah tersebut, penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai

faktor yang berhubungan dengan rendahnya CDR TB dengan hasil BTA (+), diantaranya

status pendidikan, perekonomian dan tingkat pengetahuan masyarakat tentang TB.

Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan jumlah kasus baru TB

dengan BTA (+), sehingga dapat dilakukan tindakan pengobatan yang tepat sasaran serta

pencegahan yang sesuai pada lingkungan yang terkena untuk mengurangi angka morbiditas

dan mortalitas akibat TB.

2

1.2 Analisis Situasi

Gambar 2. Peta Desa Landungsari

(Sumber: Data Kantor Desa Landungsari)

Desa Landungsari merupakan desa yang secara administratif berada di Kecamatan

Dau, Kabupaten Malang. Secara astronomis Desa Landungsari 7°21'-7°31' Lintang Selatan

dan 110°10'-111°40' Bujur Timur. Lokasinya lebih kurang 35 km dari ibukota kabupaten dan

2 km dengan ibukota kecamatan terdekat. Adapun batas-batas Desa Landungsari adalah

sebagai berikut:

Sebelah Barat : Desa Tegalwaru dan Desa Mulyoagung, Kabupaten Malang

Sebelah Selatan : Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

Sebelah Utara : Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru  Kota Malang

Sebelah Timur : Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru  Kota Malang

Desa Landungsari terdiri dari 3 dusun, yaitu Dusun Rambaan, Dusun Bendungan,

dan Dusun Klandungan, 12 RW yang masing-masing memiliki 2 hingga 4 RT. Dusun

Rambaan terdiri dari 3 RW yang masing-masing memiliki 2 hingga 3 RT. Masing-masing RT

terdiri atas beberapa kepala keluarga (KK). Pada RT 01 terdapat 78 KK, RT 02 terdapat 74,

dan pada RT 03 terdapat 80 KK.3

Gambar 3. Peta Desa Landungsari, Dusun Rambaan

(Sumber: Data Kantor Desa Landungsari)

Desa Landungsari memiliki fasilitas kesehatan, berupa 1 POSKESDES (Pos

Kesehatan Desa) yang dipimpin oleh seorang bidan desa, 9 POSYANDU yang masing-

masing dipimpin oleh kader, dan 4 Pos LANSIA.

1.3 Perumusan Masalah

1. Bagaimana cara meningkatkan angka CDR (Case Detection Rate) pada desa

Landungsari?

2. Bagaimanakah pengetahuan dan ketrampilan kader mengenai pentingnya deteksi

dini pada TB Paru?

3. Bagaimanakah pengetahuan masyarakat Dusun Rambaan tentang TB Paru dan

pencegahannya?

4. Bagaimana pemberdayaan warga Dusun Rambaan dalam pendeteksian kasus baru

TB dengan BTA (+)?

1.4 Tujuan Kegiatan

1.4.1 Tujuan Umum

Meningkatkan temuan kasus TB paru dengan BTA (+) agar tercapai target

sebanyak 70% sampai dengan akhir tahun 2012.

1.4.2 Tujuan Khusus

4

Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang TB paru.

Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dini TB.

Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menanggulangi TB.

1.5 Manfaat Kegiatan

1. Memberikan wawasan tentang Tuberkulosis kepada masyarakat.

2. Meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat Desa Landungsari pada umumnya dan

Dusun Rambaan pada khususnya.

5

BAB II

RUMUSAN DIAGNOSIS KOMUNITAS

2.1 Menemukan Prioritas Masalah Kesehatan RW 03 Dusun Rambaan Desa

Landungsari

Untuk menemukan prioritas masalah kesehatan, terlebih dahulu dilakukan skoring

terhadap 5 besar permasalahan kesehatan yang ada di Dusun Rambaan Desa Landungsari

pada periode Januari - September 2012. Data permasalahan kesehatan diambil dari data

sekunder yaitu SPM Puskesmas Dau, laporan kepala Desa Landungsari, laporan bidan

Desa Landungsari, kasun Dusun Rambaan, dan ketua RW 03, yang dikoordinasikan dengan

laporan yang masuk ke Puskesmas Dau. Skoring dilakukan dengan metode NGT (Nominal

Group Technique). Dengan mempertimbangkan data sekunder tersebut diatas, diambil 10

orang yang terdiri dari 4 orang wakil puskesmas (bidang penyakit menular, dokter

fungsional), 4 orang wakil dari kantor desa, dan 2 orang wakil dokter muda. Berikut tabelnya:

Tabel 1.Skoring Permasalahan Kesehatan di Puskesmas Dau dalam Kurun Waktu

Januari 2012– September 2012

No Problem I II III IV V VI VII VIII IX X Rata-

rata

SKOR

1. Pelayanan kesehatan dasar

pasien miskin target 100%

tercakup 22,69%

6 6 7 5 4 5 7 7 5 6 5,8 3

2. Jumlah kunjungan ibu hamil

(K4) target 95% tercakup 60,4%

5 5 6 8 5 7 5 5 5 4 5,5 5

3. Penemuan kasus TB baru

dengan target 67 kasus (70%),

hanya tercakup 14 kasus

(20,80%).

8 10 9 10 9 9 8 7 7 8 8,5 1

4. Hipertensi menempati peringkat

kedua dari 15 penyakit

terbanyak di Puskesmas Dau

5 5 5 5 6 5 6 6 6 7 5,6 4

6

5. ISPA menempati peringkat

pertama dari 15 penyakit

terbanyak di Puskesmas Dau

7 8 6 8 4 5 6 6 8 8 6,6 2

Dari skoring tersebut, didapatkan bahwa prioritas permasalahan pertama yaitu

penemuan kasus TBC baru dengan hasil BTA (+) dengan target ditemukan 67 kasus

target yang telah dicapai sebanyak 14 kasus (20,80 %).

7

BAB III

METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam melaksanakan penelitian terlebih dahulu dibutuhkan data primer dan data

sekunder. Data sekunder diperlukan di awal, saat menentukan prioritas masalah kesehatan.

Data sekunder yang diambil berupa data dari Puskesmas, profil desa dari kantor desa, data

yang tercatat di bidan setempat, kepala dusun, kepala RW dan kepala RT. Sedangkan data

primer, diperoleh melalui survei pada warga yang dilakukan untuk menganalisis

kemungkinan akar permasalahan yang terjadi di dusun tersebut. Survei dilakukan dengan

cara melakukan wawancara langsung berdasarkan kuesioner terhadap penduduk RW. 03.

RW 03, Dusun Rambaan, Desa Landungsari dipilih atas dasar ditemukannya dua kasus

pada Dusun Rambaan. Mengingat keterbatasan waktu, keterbatasan biaya pengambilan

sampel hanya dilakukan pada RW 03..

Penelitian survei merupakan bentuk penelitian deskriptif, dimana bila populasinya

sekitar 100, sampel yang diambil paling sedikit 30%. Nilai 30 ini juga dapat dibuktikan pada

tabel-tabel pengujian dalam statistika, dimana sampel diatas 30, nilai signifikansinya tidak

jauh berbeda dengan nilai untuk 40 sampel, 60 sampel, dan seterusnya, untuk populasi 100

(Sekaran, 2006).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan terbagi menjadi 2, yakni probability

sampling, dan non probability sampling. Desain pengambilan sampel dengan cara

probabilitas dilakukan jika representasi sampel penting untuk menggeneralisasikan hasil

penelitian secara luas (Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini dilakukan probability sampling

dengan metode simple random sampling. Teknik ini merupakan teknik yang paling

sederhana, dimana sampel diambil secara acak tanpa memperhatikan tingkatan yang ada

dalam populasi. Pengacakan sampel dilakukan dengan menggunakan tabel random sampel.

(Trochim, 2006).

Berdasarkan hasil survei, maka dapat dibuat “Fish bone” yang terperinci, mengenai

faktor resiko yang dimiliki warga setempat. Fish bone merupakan diagram tulang-tulang ikan

yang menjelaskan bagaimana suatu permasalahan (misalnya TB pada kasus ini) bisa

terjadi. Fish bone yang ada, dibuat dengan mempertimbangkan faktor 5M (man, money,

material, method, machine), environment, dan time yang selalu menjadi akar permasalahan

kesehatan pada umumnya. Fish bone akan berperan untuk menunjukkan presentase warga

yang mempunyai faktor-faktor resiko tersebut. Ini akan mempermudah dalam penentuan

intervensi yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat.

8

Berikut adalah fish bone untuk permasalahan TB:

9

Selanjutnya, dengan mempertimbangkan “Fish bone” dari prioritas permasalahan

tersebut, dilakukan inventarisasi akar penyebab masalah dan dilakukan skoring dengan

menggunakan metode NGT (Nominal Group Technique) untuk menentukan prioritasnya,

sebagaimana dijabarkan dalam tabel berikut.

Tabel 2. Inventarisasi Akar Penyebab Masalah

No Akar Permasalahan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-rata

Prioritas

MAN

1. 68% warga merupakan kelompok usia produktif (21-50 tahun)

1 2 2 1 1 2 1 3 3 3 19 1,9 16

2. 30% warga tidak memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan

5 4 6 5 8 7 7 6 5 5 58 5,8 8

3. 20% warga menganggap imunisasi BCG kurang penting

4 5 5 3 6 3 6 5 5 5 47 4,7 9

4. 100% kader kurang berperan dalam kegiatan

10 9 9 10 9 9 8 10 8 9 91 9,1 2

5. 17% warga tidak memeriksakan dahak secara sukarela bila ada yang terdiagnosis TB

6 8 7 7 8 7 7 7 6 7 70 7,0 6

6. 80% warga kurang pengetahuan TB

9 8 10 10 9 9 9 10 9 9 92 9,2 1

7. 7% warga menganggap bahwa jika ada

3 4 2 2 3 5 3 3 4 4 33 3,3 15

10

penderita TBC harus di isolasi

8. 93% warga tidak mengetahui cara mengeluarkan dan membuang dahak yang benar

7 9 9 6 8 8 9 9 8 8 81 8,1 3

METHOD

9. 82% warga tidak mengikuti penyuluhan

8 7 5 8 7 8 8 9 9 8 77 7,7 4

10. 50% warga menganggap tidak ada tindak lanjut dari petugas kesehatan setelah diadakan penyuluhan

3 3 4 3 3 4 5 5 4 5 39 3,9 11

MACHINE

11.

83% warga tidak memakai masker pada saat batuk atau sakit.

3 3 4 3 2 4 5 4 4 5 37 3,7 12

12.

70% warga menganggap tabung untuk menampung dahak sukar didapatkan

2 3 4 1 3 4 5 5 4 4 35 3,5 13

13. 13% warga mendapatkan informasi kesehatan melalui leaflet

5 6 7 6 7 6 6 5 6 6 60 6,0 7

MONEY

11

14.

50% warga memiliki penghasilan rendah.

2 2 4 1 3 4 5 5 4 4 34 3,4 14

ENVIRONMENT

15.

80% warga merupakan warga asli (penduduk tetap)

1 2 1 1 1 1 1 2 3 3 16 1,6 17

16.

40% warga tidak memiliki rumah ideal (kepadatan tidak sesuai dengan jumlah anggota keluarga yang tinggal, jumlah ventilasi, lingkungan rumah)

4 3 5 3 3 4 5 5 4 5 41 4,1 10

TIME

17.

85% waktu penyuluhan kurang tepat

6 7 6 8 7 9 8 7 8 8 74 7,4 5

Setelah dilakukan skoring, didapatkan prioritas akar penyebab masalah, ditentukan

inventarisasi solusi akar penyebab masalah, sebagaimana yang ditunjukkan dalam tabel

berikut.

Tabel 3. Inventarisasi Solusi Akar Penyebab Masalah

No Prioritas Masalah Solusi

Jangka Pendek Jangka Panjang

1. 80% warga kurang

pengetahuan TB.

Memberikan

penyuluhan tentang

penyakit TB disertai

dengan pemutaran

video singkat agar

warga lebih tertarik dan

lebih mengerti

Memberikan

penyuluhan secara

berkala dengan

sasaran terutama

warga yang beresiko

terinfeksi

12

2. 100% warga menganggap

kader kurang berperan

dalam kegiatan

Mengaktifkan kembali

kader kesehatan di

masyarakat, dengan

memberikan pelatihan

dan edukasi kepada

kader agar dapat

secara rutin

memberikan

penyuluhan kepada

warga

Evaluasi secara

berkala kepada

para kader untuk

meyakinkan bahwa

kader memberikan

informasi yang

dibutuhkan oleh

warga

Advokasi kepada

perangkat desa,

dinas kesehatan

untuk lebih

memperhatikan

kinerja kader, dan

memastikan kader

yang ada telah

berperan secara

maksimal

Meningkatkan peran

kader kesehatan yang

ada di masyarakat

dengan cara

mengikutsertakan

dalam tiap program

yang dilaksanakan

Pembagian pin dan

pocket-book kepada

kader

Advokasi kepada

puskesmas untuk dapat

menindaklanjuti

programa yang telah

dengan cara

mewajibkan kader TB

untuk melakukan

pelaporan skrining TB

secara berkala

3. 93% warga tidak

mengetahui cara

mengeluarkan dan

membuang dahak yang

benar

Memberikan

penyuluhan dan

peragaan mengenai

cara mengeluarkan dan

membuang dahak yang

benar dengan bahasa

yang mudah dimengerti

dan menarik

Memberikan

penyuluhan secara

berkala dengan

sasaran terutama

warga dengan gejala

batuk

Pembuatan stiker

ilustrasi mengenai cara

13

pengeluaran dan

pembuangan dahak

yang benar untuk

ditempel di rumah

warga

Pelatihan senam paru

untuk mendukung

pengeluaran dahak

4. 82% warga tidak mengikuti

penyuluhan

Mengadakan

penyuluhan dengan

bahasa yang awam di

masyarakat, yang

mengedepankan

interaksi 2 arah (role

play), sehingga warga

yang menjadi sasaran

lebih tertarik

Melakukan

dokumentasi seluruh

acara penyuluhan

sebagai referensi

kelompok penyuluhan

selanjutnya atau

tenaga kesehatan lain

Memfasilitasi kader

agar dapat memberikan

penyuluhan secara

langsung kepada warga

5. 85% waktu penyuluhan

kurang tepat

Melaksanakan

penyuluhan pada saat

diadakannya acara

rutin warga

Dokumentasi rundown

acara yang akan

diberikan kepada kader

setempat untuk di

sosialisasikan kepada

penyuluh selanjutnya

Melibatkan kader dalam

sosialisasi acara

Membuat perencanaan

acara (rundown acara)

yang terperinci serta

sosialisasi jauh

sebelum acara

dilaksanakan

6. 17% warga tidak

memeriksakan dahak

secara sukarela bila ada

yang terdiagnosis TB

Memberikan

penyuluhan mengenai

prosedur pemeriksaan

dan pelaporan jika

terdapat kasus TB baru

Advokasi kepada kader

setempat dan

posyandu setempat

untuk edukasi berkala

mengenai prosedur

14

pemeriksaan dan

pelaporan jika terdapat

kasus TB baru

7. 13% warga mendapatkan

informasi kesehatan

melalui leaflet

Memberikan leaflet

mengenai informasi-

informasi TB yang

harus diketahui

Advokasi kepada pihak

puskesmas untuk

memperbanyak leaflet

dan membagikan

kepada warga saat

penyuluhan

selanjutnya

8. 30% warga tidak

memeriksakan diri ke

pelayanan kesehatan

Memberikan sosialisasi

mengenai prosedur

pemeriksaan di

pelayanan kesehatan

terdekat

Advokasi kepada kader

setempat dan

posyandu setempat

untuk sering

mengingatkan warga

agar segera berobat

jika sakit

9. 20% warga menganggap

imunisasi BCG kurang

penting

Memberikan

penyuluhan mengenai

imunisasi BCG, akibat

yang akan timbul dan

manfaatnya bagi tubuh

Advokasi kepada kader

setempat dan

posyandu setempat

untuk edukasi berkala

mengenai pentingnya

imunisasi, khususnya

BCG

10. 40% warga tidak memiliki

rumah ideal (kepadatan

tidak sesuai dengan jumlah

anggota keluarga yang

tinggal, jumlah ventilasi,

lingkungan rumah)

Memberikan

penyuluhan kepada

warga mengenai syarat

rumah sehat dan

bagaimana cara

mencapai rumah sehat.

Advokasi kepada dinas

kesehatan dan

peumahan rakyat

untuk melakukan

screening berkala pada

warga tentang rumah

sehat

Setelah dilakukan inventarisasi solusi akar penyebab masalah, kembali dilakukan

15skoring dengan menggunakan metode NGT untuk menentukan prioritas solusi yang dapat

dilakukan.

Tabel 4. Prioritas Solusi Akar Penyebab Masalah

15

No Solusi 1 2 3 4 5 6 7 TotalRata-

rataSkor

1

Memberikan

penyuluhan tentang

penyakit TB disertai

dengan pemutaran

video singkat agar

warga lebih tertarik dan

lebih mengerti

10 10 9 9 10 9 9 66 9,4 1

2

Memberikan

penyuluhan secara

berkala dengan

sasaran terutama

warga yang beresiko

terinfeksi

5 5 5 5 6 7 7 40 5,7 20

3

Mengaktifkan kembali

kader kesehatan di

masyarakat, dengan

memberikan pelatihan

dan edukasi kepada

kader agar dapat

secara rutin

memberikan

penyuluhan kepada

warga

10 10 9 9 8 8 9 63 9 3

4

Meningkatkan peran

kader kesehatan yang

ada di masyarakat

dengan cara mengikut

sertakan dalam tiap

program yang

dilaksanakan

10 10 9 9 9 9 8 64 9,1 2

5

Pembagian pin dan

pocket-book kepada

kader

9 8 7 8 7 8 7 54 7,7 6

6 Evaluasi secara berkala

kepada para kader

untuk meyakinkan

5 4 5 5 6 7 7 39 5,5 21

16

bahwa kader

memberikan informasi

yang dibutuhkan oleh

warga

7

Advokasi kepada

perangkat desa, dinas

kesehatan untuk lebih

memperhatikan kinerja

kader, dan memastikan

kader yang ada telah

berperan secara

maksimal

6 6 5 5 6 6 7 39 5,5 22

8

Memberikan

penyuluhan dan

peragaan mengenai

cara mengeluarkan dan

membuang dahak yang

benar dengan bahasa

yang mudah dimengerti

dan menarik

8 7 7 7 6 7 7 49 7 11

9

Pembuatan stiker

ilustrasi mengenai cara

pengeluaran dan

pembuangan dahak

yang benar untuk

ditempel di rumah

warga

8 8 7 7 7 7 8 52 7,4 8

10

Pelatihan senam paru

untuk mendukung

pengeluaran dahak5 6 6 6 7 7 6 43 6,1 15

11

Memberikan

penyuluhan secara

berkala dengan

sasaran terutama

warga dengan gejala

batuk

5 5 6 5 6 6 7 40 5,7 19

12 Mengadakan

penyuluhan dengan

7 7 7 7 7 7 7 49 7 12

17

bahasa yang awam di

masyarakat, yang

mengedepankan

interaksi 2 arah (role

play), sehingga warga

yang menjadi sasaran

lebih tertarik

13

Memfasilitasi kader

agar dapat memberikan

penyuluhan secara

langsung kepada warga

8 7 7 8 7 8 7 52 7,4 7

14

Melakukan

dokumentasi seluruh

acara penyuluhan

sebagai referensi

kelompok penyuluhan

selanjutnya atau tenaga

kesehatan lain

6 5 6 5 6 6 7 41 5,8 18

15

Melaksanakan

penyuluhan pada saat

diadakannya acara

rutin warga

6 6 5 6 6 7 6 42 6 16

16Melibatkan kader dalam

sosialisasi acara8 8 8 7 7 8 8 54 7,7 5

17

Membuat perencanaan

acara (rundown acara)

yang terperinci serta

sosialisasi jauh

sebelum acara

dilaksanakan

9 8 7 7 6 7 6 50 7,1 10

18

Dokumentasi rundown

acara yang akan

diberikan kepada kader

setempat untuk di

sosialisasikan kepada

penyuluh selanjutnya

5 5 5 5 6 5 6 36 5,1 29

19 Memberikan

penyuluhan mengenai

prosedur pemeriksaan

7 7 6 7 7 7 6 47 6,7 14

18

dan pelaporan jika

terdapat kasus TB baru

20

Advokasi kepada kader

setempat dan

posyandu setempat

untuk edukasi berkala

mengenai prosedur

pemeriksaan dan

pelaporan jika terdapat

kasus TB baru

6 5 5 6 5 6 7 38 5,4 23

21

Memberikan leaflet

mengenai informasi-

informasi TB yang

harus diketahui

8 8 8 7 8 8 8 55 7,8 4

22

Advokasi kepada pihak

puskesmas untuk

memperbanyak leaflet

dan membagikan

kepada warga saat

penyuluhan selanjutnya

5 6 6 5 6 5 5 37 5,2 26

23

Memberikan sosialisasi

mengenai prosedur

pemeriksaan di

pelayanan kesehatan

terdekat

8 8 6 7 7 7 8 51 7,2 9

24

Advokasi kepada kader

setempat dan

posyandu setempat

untuk sering

mengingatkan warga

agar segera berobat

jika sakit

5 6 5 6 5 6 6 38 5,4 24

25

Memberikan

penyuluhan mengenai

imunisasi BCG, akibat

yang akan timbul dan

manfaatnya bagi tubuh

7 7 6 8 7 7 6 48 6,8 13

26 Advokasi kepada kader

setempat dan

6 6 5 5 6 6 5 38 5,4 25

19

posyandu setempat

untuk edukasi berkala

mengenai pentingnya

imunisasi, khususnya

BCG

27

Memberikan

penyuluhan kepada

warga mengenai syarat

rumah sehat dan

bagaimana cara

mencapai rumah sehat

6 6 5 5 6 5 5 37 5,2 27

28

Advokasi kepada dinas

kesehatan dan

peumahan rakyat untuk

melakukan screening

berkala pada warga

tentang rumah sehat

5 6 5 5 5 6 5 36 5,1 28

29

Advokasi kepada

petugas puskesmas

untuk dapat

menindaklanjuti

program yang telah

dengan cara

mewajibkan kader TB

untuk melakukan

pelaporan skrining TB

secara berkala

6 5 6 6 6 5 7 41 5,8 17

Berdasarkan skoring di atas, dipilih 17 prioritas intervensi jangka pendek yang akan

dilakukan pada Dusun Rambaan, Desa Landungsari yaitu sebagai berikut:

Tabel 5. Prioritas Intervensi Jangka Pendek

No Prioritas

1 Memberikan penyuluhan tentang penyakit TB disertai dengan pemutaran video singkat agar

warga lebih tertarik dan lebih mengerti.

2 Meningkatkan peran kader kesehatan yang ada di masyarakat dengan cara mengikut sertakan

dalam tiap program yang dilaksanakan.

3 Mengaktifkan kembali kader kesehatan di masyarakat, dengan memberikan pelatihan dan 20

edukasi kepada kader agar dapat secara rutin memberikan penyuluhan kepada

warga.

4 Memberikan leaflet mengenai informasi-informasi TB yang harus diketahui.

5 Melibatkan kader dalam sosialisasi acara.

6 Pembagian pin dan pocket-book kepada kader.

7 Memfasilitasi kader agar dapat memberikan penyuluhan secara langsung kepada warga.

8 Pembuatan stiker ilustrasi mengenai cara pengeluaran dan pembuangan dahak yang benar untuk ditempel di rumah warga.

9 Memberikan sosialisasi mengenai prosedur pemeriksaan di pelayanan kesehatan terdekat.

10 Membuat perencanaan acara (rundown acara) yang terperinci serta sosialisasi jauh sebelum

acara dilaksanakan.

11 Memberikan penyuluhan dan peragaan mengenai cara mengeluarkan dan membuang dahak

yang benar dengan bahasa yang mudah dimengerti dan menarik.

12 Mengadakan penyuluhan dengan bahasa yang awam di masyarakat, yang mengedepankan

interaksi 2 arah (role play), sehingga warga yang menjadi sasaran lebih tertarik.

13 Memberikan penyuluhan mengenai imunisasi BCG, akibat yang akan timbul dan manfaatnya

bagi tubuh.

14 Memberikan penyuluhan mengenai prosedur pemeriksaan dan pelaporan jika terdapat kasus

TB baru.

15 Pelatihan senam paru untuk mendukung pengeluaran dahak.

16 Melaksanakan penyuluhan pada saat diadakannya acara rutin warga.

17 Advokasi kepada petugas puskesmas untuk dapat menindaklanjuti program yang telah dengan

cara mewajibkan kader TB untuk melakukan pelaporan skrining TB secara berkala.

Dari prioritas intervensi masalah di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa rencana

intervensi yang dipilih untuk dilakukan kepada warga Dusun Rambaan, Desa Landungsari

adalah berupa:

Penyuluhan yang mencakup materi mengenai:

- penyakit TB

- cara mengeluarkan dan membuang dahak yang benar

21

- imunisasi BCG

- prosedur pelayanan kesehatan

Pelatihan:

- pelatihan kader dengan tujuan untuk mengaktifkan kembali kader kesehatan

- cara mengeluarkan dan membuang dahak yang benar

- senam paru untuk mendukung pengeluaran dahak

Pembuatan media, berupa:

- pocket book berisi informasi dasar tentang TB

- pin untuk kader

- stiker mengenai cara batuk dan mengeluarkan dahak yang benar

- leaflet mengenai penyakit TB

- form skrining TB

Pembuatan dan pemutaran video:

- penyakit TB

- testimoni penderita TB

- senam paru

22

BAB IV

RENCANA KEGIATAN

4.1 Rencana Kegiatan

Dalam merencanakan program intervensi pada warga Dusun Rambaan diperlukan

penentuan permasalahan utama yang menjadi dasar untuk menentukan tujuan umum

kegiatan, sebagaimana ditulis dalam tabel berikut:

Tabel 6. Health Problem dan Goal

Health Problem Goal

Penemuan kasus TBC baru

dengan target 67 kasus baru,

hanya tercakup target 14 kasus

(20,80%).

Meningkatkan temuan kasus TB paru

dengan BTA (+) agar tercapai target

sebanyak 70% sampai dengan akhir

tahun 2012.

Selain menentukan health problem dan goal untuk program intervensi, perlu

ditentukan juga kelompok yang akan menjadi sasaran kegiatan. Kelompok sasaran dibagi

menjadi tigakelompok, yaitu kelompok sasaran primer, sekunder, dan tersier. Kelompok

sasaran pada penelitian ini, akan terinci pada Tabel 7.

Tabel 7. Kelompok Sasaran dari Health Problem

Target Group

Primer Warga RW. 03, Dusun Rambaan, Desa Landungsari

Sekunder Kader kesehatan

Pelayan kesehatan (bidan desa, POSYANDU)

Tersier Puskesmas Dau

Pengurus Desa Landungsari

23

Selain menentukan goal dari intervensi yang akan dilakukan, perlu ditentukan juga

objective dari program intervensi warga. Objective ini dibuat berdasarkan faktor-faktor

resiko yang menyebabkan munculnya health problem di warga Dusun Rambaan. Hal ini

akan ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 8. Faktor Resiko dan Objective

Risk Factor (Man) Objective

100% warga menganggap kegiatan yang dilakukan kader kurang berperan.

Mengaktifkan kembali kader kesehatan

melalui kegiatan kesehatan yang

dilakukan sebanyak 100%

80% warga mempunyai

pengetahuan yang kurang

mengenai penyakit TB.

Meningkatkan pengetahuan warga

mengenai penyakit TB sebanyak 100%

pada akhir program.

20% warga menganggap

imunisasi BCG kurang penting.

Meningkatkan pengetahuan warga

mengenai pentingnya imunisasi BCG

sampai 100% pada akhir program

17% warga tidak memeriksakan

dahak secara sukarela bila ada

yang terdiagnosis TB.

Meningkatkan jumlah warga yang akan

memeriksakan dahak secara sukarela

bila ada yang terdiagnosis TB sebanyak

100% pada akhir program.

93% warga tidak mengetahui cara

batuk dan mengeluarkan dahak

yang benar

Meningkatkan pengetahuan warga

mengenai batuk dan mengeluarkan

dahak yang benar sebanyak 100% pada

akhir program.

30% warga tidak memeriksakan

diri ke pelayanan kesehatan.

Meningkatkan kesadaran warga untuk

memeriksakan diri ke pelayanan

kesehatan senbanyak 100% pada akhir

24

program.

Risk Factor (Machine) Objective

13% warga mendapatkan informasi kesehatan melalui leaflet.

Meningkatkan kesadaran warga untuk

mendapatkan informasi kesehatan

melalui leaflet sebanyak 90% pada akhir

program

Risk Factor (Method) Objective

82% warga tidak mengikuti penyuluhan.

Meningkatkan partisipasi warga untuk

mengikuti penyuluhan sebanyak 90%

Risk Factor (Time) Objective

85% waktu penyuluhan tidak tepat.

Memberikan penyuluhan sesuai dengan

jadwal kegiatan kader dan warga.

Risk Factor (Environment) Objective

40% warga tidak memiliki rumah sehat yang ideal.

Meningkatkan pengetahuan warga

mengenai ciri-ciri rumah sehat yang ideal

sebanyak 100%

Tujuan khusus ini perlu dirinci secara lebih detail untuk menentukan sub objective.

Sub objective diperoleh dari contributing risk factor yang menyebabkan risk factor muncul.

Hal ini akan ditunjukkan pada tabel berikut.

25

Tabel 9. Contributing Risk Factor dan Sub Objective

Risk Factor (Man) Contributing RF Sub objective

100% warga menganggap kegiatan yang dilakukan kader kurang berperan.

75% warga menganggap

kader kesehatan yang ada

kurang berperan

Meningkatkan pelatihan dan

edukasi terhadap kader

sebanyak 80% pada akhir

program.

Meningkatkan kesadaran

kader akan peran serta

dirinya di masyarakat

sebanyak 70% pada akhir

program.

80% warga mempunyai

pengetahuan yang kurang

mengenai penyakit TB.

95% warga kurang

mendapat penyuluhan

tentangTB

Meningkatkan jumlah

penyuluhan tentang TB

untuk warga sebanyak 50%

pada akhir program.

20% warga menganggap

imunisasi BCG kurang

penting.

100% warga merasa

penyuluhan mengenai BCG

kurang.

Meningkatkan pengetahuan

warga mengenai imunisasi

BCG sebanyak 100% pada

akhir program.

17% warga tidak

memeriksakan dahak

secara sukarela bila ada

yang terdiagnosis TB.

80% warga kurang

mengetahui tentang

prosedur pemeriksaan TB.

Meningkatkan pengetahuan

warga mengenai prosedur

pemeriksaan TB sebanyak

100% pada akhir program.

93% warga tidak mengetahui

cara batuk dan

mengeluarkan dahak yang

benar

80% warga kurang

mendapat media informasi

mengenai cara batuk &

mengeluarkan dahak.

Meningkatkan jumlah media

informasi mengenai cara

batuk dan mengeluarkan

dahak dengan benar

sebanyak 80% pada akhir

program dengan

penyuluhan.

26

30% warga tidak

memeriksakan diri ke

pelayanan kesehatan.

14% tingkat

awareness/kesadaran yang

rendah untuk memeriksakan

diri ke pelayanan kesehatan.

Meningkatkan kesadaran

warga untuk memeriksakan

diri ke pelayanan kesehatan

sebanyak 100% pada akhir

program.

Risk Factor (Machine) Contributing RF Sub objective

13% warga mendapatkan

informasi kesehatan melalui

leaflet.

97% warga merasa kurang

mendapat penyuluhan

Meningkatkan pengetahuan

kesehatan warga dengan

penyuluhan menggunakan

leaflet sebanyak 100% pada

akhir program

Risk Factor (Method) Contributing RF Sub objective

82% warga tidak mengikuti

penyuluhan.

96% warga menganggap

penyuluhan yang diberikan

kurang menarik.

Meningkatkan ketertarikan

warga terhadap materi

penyuluhan sebanyak 100%

pada akhir program.

Risk Factor (Time) Contributing RF Sub objective

85% warga merasakan

bahwa waktu penyuluhan

tidak tepat.

53% warga merasa bahwa

sosialisasi acara antar warga

kurang.

Meningkatkan sosialisasi

acara antar warga sebanyak

80% pada akhir program.

Risk Factor (Environment) Contributing RF Sub objective

40% warga tidak memiliki

rumah sehat yang ideal.

90% warga mempunyai

pengetahuan yang kurang

mengenai rumah sehat.

Meningkatkan pengetahuan

warga mengenai rumah

sehat sebanyak 100% pada

akhir program.

4.2 Metode Kegiatan

Metode kegiatan yang dipilih didasarkan pada prioritas intervensi yang akan

dilakukan pada warga yang telah disusun dan dijelaskan pada BAB III. Metode kegiatan

yang digunakan berupa penyuluhan dan pelatihan kader kesehatan yang diharapkan akan

menjadi kader TB. Metodenya adalah dengan menyuluh beberapa kader yang sudah ada

ditambah dengan beberapa pengurus RT. Diharapkan dengan diadakannya Penyuluhan

dan Pelatihan Kader Anti-Tuberkulosis (PEKAT), akan menambah kesadaran warga

Landungsari khususnya warga Dusun Rambaan untuk memeriksakan diri apabila ada 27

kecurigaan terkena TB. Dengan meningkatnya kesadaran warga, maka akan meningkatkan

angka CDR TB di wilayah Puskesmas Dau.

4.3 Strategi Kegiatan

Strategi yang digunakan dalam rangka memenuhi promosi kesehatan, dibagi

menjadi 3 yaitu strategi untuk warga, kader dan Puskesmas. Strategi untuk warga berupa,

intervensi saat kegiatan rutin (setelah acara PKK). Strategi kedua, melakukan penyuluhan

yang menarik dan informatif dengan menampilkan video, role play atraktif serta

mempraktikkan senam paru. Kemudian memberikan stiker dan leaflet, serta doorprize

berupa souvenir untuk warga yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan penyuluhan,.

Sedangkan untuk kader, akan dilakukan penyuluhan terlebih dahulu dengan

menampilkan video dan memberikan pocketbook mengenai pengetahuan tentang TB yang

lebih lengkap dan pembagian pin yang menandakan terpilihnya sebagai kader TB.

4.4 Media Kegiatan

Media yang digunakan dalam intervensi ini berupa slide presentasi yang berwarna

dengan banyak ilustrasi gambar dan dengan bahasa yang mudah diterima oleh warga, serta

kami tampilkan testimoni dari penderita TB yang telah sembuh. Selain itu dibuat juga stiker

yang berisi cara batuk dan cara mengeluarkan dahak yang benar, yang bisa ditempel di

rumah warga, dan leaflet mengenai pengetahuan TB secara umum, serta pocket book

mengenai pengetahuan tentang TB yang lebih lengkap untuk kader. Kemudian juga

diberikan video inovasi mengenai senam paru untuk warga dan kader agar dapat diterapkan

sendiri oleh warga.

4.5 Jadwal Kegiatan

Kegiatan direncanakan dilakukan selama 3 kali. Karena keterbatasan waktu,

keterbatasan biaya, dan dengan mempertimbangkan lokasi tempat kejadian tuberkulosis

maka dipilih 3 lokasi kegiatan dan dengan mempertimbangkan keaktifan kader di Dusun

Landungsari tersebut, diadakan kegiatan tambahan berupa penyuluhan dan pelatihan kader.

Tabel 10. Jadwal Kegiatan

No. Waktu Kegiatan

1. Kamis, 25 Oktober 2012 Penyuluhan dan pelatihan kader

2. Minggu, 28 Oktober 2012 Penyuluhan dan pelatihan warga RT 01

3. Selasa, 30 Oktober 2012 Penyuluhan dan pelatihan warga RT 02 dan RT 03

28

4.6 Tantangan

Terdapat beberapa tantangan yang didapatkan selama kegiatan antara lain

terbatasnya waktu dan dana dalam melaksanakan program secara holistik meliputi seluruh

faktor resiko. Ketiga,.

4.7 Sistem Evaluasi

Berbagai kegiatan yang akan dilakukan di Dusun Landungsari terdiri atas penyuluhan

TB, cara batuk dan cara mengeluarkan dahak yang benar, pelatihan senam paru, dan role

play. Kegiatan-kegiatan tersebut akan dilaksanakan sesuai rencana kegiatan yang telah

ditentukan berdasar metode dan strategi yang telah dijelaskan sebelumnya. Berikut pada

tabel akan dijelaskan sistem evaluasi pada masing masing kegiatan intervensi warga

29

Tabel 11. Sistem Evaluasi Kegiatan Intervensi

KEGIATAN TOLAK UKUR

Penyuluhan tentang TB serta cara batuk dan

mengeluarkan dahak yang benar

Pretest dan posttest

Diskusi (tanya jawab)

Jumlah kehadiran dalam setiap kegiatan

Pelatihan tentang senam paru

Penayangan video testimoni dari penderita TB

yang sudah sembuh

Antusiasme warga dalam mengikuti kegiatan

Jumlah kehadiran dalam setiap kegiatan

Antusiasme warga dalam mengikuti kegiatan

Jumlah kehadiran dalam setiap kegiatan

Role play Antusiasme warga dalam mengikuti kegiatan

Diskusi (tanya jawab)

Jumlah kehadiran dalam setiap kegiatan

30