Triswan Makalah Pola Distribusi Bb Textile

26
POLA DISTRIBUSI BATUBARA UNTUK INDUSTRI TEKSTIL DI PROPINSI JAWA BARAT (Studi Kasus Kota/Kabupaten Bandung, Kabupaten Purwakarta dan Bekasi) DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA 2004 1

Transcript of Triswan Makalah Pola Distribusi Bb Textile

Page 1: Triswan Makalah Pola Distribusi Bb Textile

POLA DISTRIBUSI BATUBARA UNTUK INDUSTRI TEKSTIL DI PROPINSI JAWA BARAT

(Studi Kasus Kota/Kabupaten Bandung, Kabupaten Purwakarta dan Bekasi)

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERALPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

MINERAL DAN BATUBARA2004

1

Page 2: Triswan Makalah Pola Distribusi Bb Textile

S A R I

Jawa Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki banyak industri tekstil, empat daerah di antaranya adalah Kota Bandung sebanyak 98 perusahaan, Kabupaten Bandung 215 perusahaan, Kabupaten Purwakarta sebanyak 6 buah dan Kabupaten Bekasi sebanyak 10 buah. Hingga tahun 2004, terdapat 38 perusahaan (11,55%) yang telah memanfaatkan batubara sebagai bahan bakar untuk kegiatan produksinya. Berdasarkan hasil jajag pendapat tentang batubara terhadap perusahaan yang masih menggunakan BBM, ternyata bahwa sekitar 14,28% responden ingin menggunakan batubara sebagai bahan bakar untuk boilernya, 42,28% perusahaan tidak menginginkan pemakaian batubara dalam kegiatan produksinya, sedangkan 57,14% masih berpikir dulu. Perusahaan tekstil pengguna batubara sebagian besar membeli batubara secara langsung ke agen-agen pemasok batubara di wilayah Cirebon, harganya berkisar antara Rp.300.000 – Rp.400.000 per ton sampai di tempat tujuan. Batubara itu sendiri sebagian besar didatangkan dari Propinsi Kalimantan Selatan, seperti PT. Arutmin, PT. Adaro dan KUD, serta kualitas kandungan kalori yang diterima di lokasi pemakai berkisar antara 5.400-6.600 kkal/kg.Pada masa mendatang, diperkirakan potensi kebutuhan batubara per tahun untuk boiler industri tekstil di Bandung Raya (Kota dan Kabupaten Bandung) antara 500.000-700.000 ton, Kabupaten Purwakarta antara 13.000-18.000 ton dan Kabupaten Bekasi antara 22.000-32.000 ton.Permasalahan utama yang dihadapi oleh perusahaan tekstil (batubara) adalah reaksi negatif dari masyarakat sekitar pabrik yang merasa terganggu akibat dari proses pembakaran batubara. Permasalahan lain adalah kesulitan dalam membuang abu dasar (bottom ash) hasil pembakaran batubara.Besarnya potensi kebutuhan batubara untuk industri tekstil di Jawa Barat baru mencapai 0,84% dari total industri. Terdapat 3 jalur saja yang layak dijadikan sebagai alternatif pengiriman batubara dari Cirebon lokasi-lokasi industri tekstil di Jawa Barat. 3 jalur alternatif tersebut adalah yaitu jalur Cirebon-Cikampek-Bandung dengan biaya Rp. 55.000,00 per ton-km, jalur Cirebon-Cikajang-Kawali-Ciamis-Malangbong dengan biaya Rp. 81.000,00 per ton-km dan

2

Page 3: Triswan Makalah Pola Distribusi Bb Textile

jalur Cirebon-Cimalaka-Sumedang-Bandung dengan biaya Rp. 40.000,00 per ton-km.

3

Page 4: Triswan Makalah Pola Distribusi Bb Textile

ABSTRACT

West Jawa has a lot of textile industries which some of them are located in Bandung City as much as 98 enterprises, 215 enterprises located in bandung Regency, 6 enterprises located in Purwakarta Regency and 10 enterprises located in Bekasi Regency. Until the year 2004, there are 38 enterprises (11.55%) that have utilized coal as an energy source for the production activity. According to the survey for the coal utilization toward the enterprises which are still utilizing oil fuel, shows that 14.28% of respondents intend to utilize coal as the fuel for boiler, 42,28% are not willing to utilize coal in their production activity, while 57.14 are still considering it. The textile enterprises as coal user mostly purchase coal directly to agents of coal supply in Cirebon with price ranging from Rp. 300,000 to Rp. 400,000/ton until location of the industry. The coais supplied from South Kalimantan like PT. Arutmin, PT. Adaro and village unit cooperatives, with calorific values of 5,400-6,600 kcal/kg. In the future, it is predicted tha the need of coal for boiler of textile industries in Bandung City and Regency are between 500,000 tons and 700,000 tons/years, Purwakarta Regency is 13,000-18,000 tons/years and Bekasi Regency is 22,000-32,000 tons/years. The main problem faced by textile industries coal users) is a negative response for the community in surrounding areas due to the coal burning process which disturb them. The other problem is difficulty of disposing the bottom ash reslting from the coal burning. Potencial of coal needs for small-scale industry in West Jawa reaches 0.84% from production total. There are 3 alternative lanes of delivering the coal to the textile industries in West Jawa, namely Cirebon-Cikampek-Bandung with the cost of Rp 55,000/ton/km, Cirebon-Cikajang-Kawali-Ciamis-Malangbong-Bandung with the cost of Rp 81,000/ton/km ang Cirebon-Cimalaka-Sumedang-bandung with the cost of Rp. 40,000/ton/km.

4

Page 5: Triswan Makalah Pola Distribusi Bb Textile

1 PENDHULUAN

Selain minyak bumi dan gas alam, batubara merupakan salah satu

sumberdaya energi yang dimiliki oleh Indonesia. Batubara sudah

sejak lama digunakan, terutama untuk kegiatan produksi pada

industri semen dan pembangkit listrik. Mengingat batubara sebagai

energi alternatif dan mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi

sehingga ia dapat menggantikan peran bahan bakar minyak (BBM)

dalam kegiatan produksi untuk industri tersebut. Apalagi beberapa

tahun terakhir ini harga BBM terus mengalami kenaikan dan hal ini

sangat dirasakan dampaknya oleh pelaku ekonomi di Indonesia.

Salah satu industri yang mengalami hal tersebut adalah industri

tekstil di Propinsi Jawa Barat, karena industri ini sangat tergantung

pada bahan bakar solar atau residu untuk kegiatan produksinya.

Hal ini mengakibatkan tingginya biaya produksi, sehingga

mempengaruhi pula terhadap kegiatan hilirnya, yaitu penjualan

produk. Sebagian dari mereka mengalami kebangkrutan karena

tidak mampu menutupi tingginya biaya produksi dan kalaupun

mampu bertahan, mereka harus bersaing dengan produk-produk

luar negeri, seperti Cina yang harganya jauh lebih murah. Dalam

dua tahun terakhir ini telah terjadi perubahan penggunaan energi

yang begitu cepat, dimana batubara mulai dilirik oleh industri

tekstil sebagai bahan bakar dalam proses produksinya. Beberapa

perusahaan di antaranya telah mulai beralih menggunakan

batubara sebagai bahan bakar dan hal ini ternyata sangat efektif

dalam menekan biaya produksi. Untuk saat ini, pemasokan

batubara ke beberapa industri tekstil masih tampak lancar. Akan

tetapi, apabila seluruh perusahaan tekstil potensial di Propinsi Jawa

5

Page 6: Triswan Makalah Pola Distribusi Bb Textile

Barat telah menggunakan batubara, maka kelancaran pemasokan

harus tetap terjaga ketersediaannya. Oleh karena itu, perlu

dilakukan suatu penelitian yang berhubungan dengan pemasokan-

kebutuhan batubara untuk industri tekstil melalui Pola Distribusi

Batubara Untuk Industri tekstil di Propinsi Jawa Barat, dengan studi

kasus Kota/Kabupaten Bandung, Kabupaten Purwakarta dan

Kabupaten Bekasi.

Maksud dari pada penelitian ini adalah untuk memperkirakan

jumlah pemasokan–kebutuhan, membuat simulasi pola pemasokan

dan alternatif jalur transportasi batubara untuk industri tekstil.

2 GAMBARAN UMUM INDUSTRI TEKSTIL JAWA BARAT

Jawa Barat merupakan salah satu propinsi yang paling banyak

memiliki industri tekstil, khususnya di wilayah Bandung, Kabupaten

Purwakarta, dan Kabupaten Bekasi. Di wilayah Bandung, jumlah

industri tekstil tersebar di tiga wilayah, yaitu di Kabupaten

Bandung, Kota Bandung, dan Kota Cimahi. Pada mulanya,

penyebaran industri ini hanya dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu

Kabupaten Bandung dan Kota Bandung. Namun setelah berdirinya

Kota Cimahi, maka pengawasan industri tekstil yang berada di

daerah ini menjadi kewenangan Pemerintah Kota Cimahi.

Jumlah industri tekstil di 5 wilayah penelitian terdapat 341 buah

dengan rincian Kabupaten Bandung sebanyak 215 buah, Kota

Bandung 98 buah, Kota Cimahi 12 buah, Kabupaten Purwakarta 6

buah, dan Kabupaten Bekasi sebanyak 10 buah (Disnaker Propinsi

jawa Barat).

6

Page 7: Triswan Makalah Pola Distribusi Bb Textile

Sebagian besar bahan bakar yang digunakan pada boiler untuk

industri tekstil adalah bahan bakar minyak (solar atau residu), dan

hanya sebagian kecil yang sudah menggunakan batubara.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Asosiasi Pertekstilan

Indonesia ( API) Bandung, pada tahun 2003 di wilayah Bandung

tercatat sebanyak 18 perusahaan yang telah menggunakan

batubara dengan kebutuhan sebesar 274.163 ton. Pada tahun

2004, bertambah sebanyak 20 perusahaan tekstil yang jumlah

pemakaiannya sebesar 245.364 ton. Tercatat 7 perusahaan yang

paling banyak menggunakan batubara yaitu, PT. Kahatex, PT.

Panasia Filamen Inti, PT. Ayoe Taihotex, PT. Bintang Agung, PT.

Central Georgete Nusantara, Dewasuteratex, dan PT. Trisulatex

(API, 2003).

Penggunaan batubara pada industri tekstil di Kabupaten

Purwakarta masih sangat terbatas, yaitu dari enam perusahaan

yang ada, tiga di antaranya sudah menggunakan batubara, yaitu

PT. Indonesia Asahi Chemical, PT. Indobarat Pasific, dan PT.

Indorama Synthetics. Batubara yang digunakan oleh PT. Indonesia

Asahi Chemical dimanfaatkan untuk boiler (proses produksi),

sedangkan pada PT. Indobarat Pasific, dan PT. Indorama Synthetics

dimanfaatkan untuk energi pada power plant (pembangkit listrik).

Biaya pemakaian bahan bakar batubara untuk boiler industri tekstil

dapat menghemat 74% dibandingkan dengan menggunakan solar.

3 ANALISIS POLA PEMASOKAN BATUBARA UNTUK BOILER

3.1 Tempat Penyimpanan (Stockyard)

7

Page 8: Triswan Makalah Pola Distribusi Bb Textile

Untuk industri tekstil di wilayah Jawa Barat, pasokan batubara

dilakukan oleh pembeli yang berlokasi di Cirebon. Sebagian

pembeli juga bertindak/ merangkap sebagai pemasok (supplier)

bagi pabrik-pabrik tekstil di wilayah Bandung, Cimahi, Purwakarta,

dan wilayah Jawa Tengah. Oleh karena itu, pemasok tersebut

membangun lokasi penyimpanan (stockyard) yang berlokasi tidak

jauh dari pelabuhan, yaitu di tepi jalan raya Losari dengan

kapasitas yang bervariasi antara 3.000–5.000 ton. Di samping itu,

lokasi tersebut berdekatan dengan gerbang tol Kanci sehingga

mempermudah pengiriman batubara ke luar daerah. Di lokasi ini,

tercatat 8 buah pemasok berada di sebelah timur tol Kanci dan 2

buah pemasok di sebelah baratnya. Di samping itu, terdapat 4

buah pemasok lain yang memilih stockyard yang berlokasi di

pelabuhan Cirebon.

3.2 Analisis Variabel-variabel Pemasokan

Dalam pemasokan batubara, jumlah batubara yang tersedia di

stockyard merupakan cadangan yang diperhitungkan untuk

memenuhi kebutuhan batubara konsumen. Pada saat ini, pasokan

batubara ke pelabuhan Cirebon tercatat sebesar 150.000 ton per

bulan (TBI Cirebon, 2003). Karena jumlah tersebut terdistribusi

habis ke beberapa pemasok yang membangun stockyard di dalam

maupun di luar pelabuhan, maka besar cadangan batubara di

stockyard tersebut adalah sama dengan jumlah pasokan ke

pelabuhan, yaitu 150.000 ton untuk pasokan selama 1 bulan.

Secara keseluruhan jumlah stockyard di Cirebon mencapai 14 buah

dengan kapasitas setiap stockyard berkisar antara 3.000-5.000 ton. 8

Page 9: Triswan Makalah Pola Distribusi Bb Textile

Kalau kapasitas rata-ratanya adalah 4.000 ton, maka jumlah

kapasitas stockyard Cirebon akan mencapai 46.000 ton. Di sisi lain,

konsumsi batubara oleh pabrik tekstil rata-rata mencapai 1.372 ton

per hari atau 41.160 ton per bulan. Angka ini lebih rendah dari

konsumsi batubara oleh pabrik tekstil di wilayah Bandung yang

tercatat di pelabuhan Cirebon, yaitu 45.000 ton per bulan. Selisih

yang terjadi sebagai akibat adanya penimbunan batubara di

beberapa pabrik tekstil sebagai cadangan pada musim hujan.

Namun demikian, selain pabrik tekstil juga terdapat konsumen lain,

di antaranya adalah : pabrik semen, pabrik kertas, pabrik ban, dan

industri peleburan baja.

Selama ini, pabrik tekstil yang mengoperasikan boiler di wilayah

Bandung memiliki cadangan batubara untuk operasi selama 4 – 8

hari, terutama pada musim hujan. Meskipun boiler tekstil di wilayah

Bandung dan sekitarnya mengkonsumsi batubara sebesar 41.160

ton per bulan, belum ada pemasok yang membangun stockyardnya

di Bandung. Dengan demikian, seluruh boiler di wilayah ini sangat

bergantung pada pasokan batubara dari Cirebon. Apabila terjadi

gangguan terhadap pasokan tersebut sehingga pasokannya

terhenti selama 8 hari atau lebih, maka operasi semua boiler

batubara tersebut akan terancam berhenti.

9

Page 10: Triswan Makalah Pola Distribusi Bb Textile

Pasokan dari tambang sering mengalami keterlambatan pada

musim hujan antara bulan Oktober sampai Januari, terutama

tambang berskala kecil yang dikelola oleh koperasi setempat.

Gangguan hujan tersebut berpengaruh langsung terhadap tingkat

produksi batubara, baik dalam operasi penggalian maupun

pengangkutannya di daerah tambang. Kemungkinan lain adalah

terjadinya gangguan pada jalur pengangkutan batubara dari

tambang ke pembeli di Cirebon, ke pemasok, hingga ke konsumen.

Gelombang laut yang besar pada musim hujan, merupakan

penghambat perjalanan tongkang batubara menuju Cirebon. Di

samping itu, gangguan keamanan yang pernah terjadi di lokasi

stockyard Cirebon sebagai akibat dari konflik/benturan kepentingan

dengan masyarakat setempat serta semakin padatnya jalur lalu-

lintas Cirebon-Bandung merupakan faktor tambahan bagi

keterlambatan pasokan. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi

risiko gangguan pasokan dapat dilakukan melalui peningkatan

cadangan dan pembangunan stockyard di wilayah Bandung dan

sekitarnya. Stockyard tersebut harus mampu memasok semua

konsumennya di wilayah Bandung dan sekitarnya. Keterlambatan

pasokan dari lokasi tambang ke pelabuhan Cirebon pada musim

hujan sekitar 2 minggu. Dengan demikian, cadangan di stockyard

Bandung harus mampu menopang operasi boiler minimal selama 2

minggu. Jumlah minimal cadangan batubara di stockyard tersebut

adalah 14 x 1.372 ton = 19.208 ton.

3.3 Harga Ekonomis

Harga batubara merupakan faktor utama yang dipertimbangkan

dalam pemilihan jenis boiler berbahan bakar batubara atau boiler

BBM. Selisih harga antara kedua jenis bahan bakar tersebut sangat 10

Page 11: Triswan Makalah Pola Distribusi Bb Textile

menentukan jenis boiler yang dinilai paling ekonomis. Di samping

harga, faktor lain yang dipertimbangkan adalah kesinambungan

pasokan dan kemudahan pengoperasian boilernya. Oleh karena

itu, perbandingan besar biaya yang harus dibayar untuk

memproduksi setiap ton uap antara BBM dengan batubara dapat

digunakan sebagai alat untuk menilai boiler yang lebih ekonomis

daripada yang lainnya.

Untuk memproduksi 1 ton uap dengan BBM diperlukan 85,1 liter

solar, sedangkan dengan batubara diperlukan 131,6 kg batubara

(Soedjoko TS, 2003). Perbedaan penggunaan jenis bahan bakar

tersebut berakibat pada perbedaan besar biaya yang harus dibayar

seperti terlihat pada Tabel 1. Selisih biaya yang relatif besar

seperti tertera pada tabel tersebut menunjukkan bahwa

penggunaan batubara jauh lebih ekonomis daripada BBM.

TABEL 1BIAYA PENGGUNAAN BAHAN BAKAR UNTUK MEMPRODUKSI

1 TON UAP

Jenis Bahan Bakar Jumlah Bahan

Bakar

Biaya Bahan

Bakar

Solar (8.500 Kcal/l)

Batubara (5.500

Kcal/Kg)

85,1 liter

131,6 kg

Rp 178.710,-

Rp 46.060,-

Selisih Biaya Rp 132.650,-

Keterangan:Untuk harga solar Rp 2.100,-/liter. Untuk harga batubara Rp 350,-/kg.

11

Page 12: Triswan Makalah Pola Distribusi Bb Textile

Bila diasumsikan bahwa harga solar tidak mengalami perubahan

(Rp 2.100,-/liter), maka biaya penggunaan batubara akan sama

dengan BBM, apabila harga batubara terus mengalami kenaikan

hingga mencapai Rp 1.358,-/kg. Demikian pula bila harga solar

mengalami kenaikan, maka harga batubara akan menjadi lebih

tinggi dari Rp 1.358,-/kg, agar biaya penggunaan kedua jenis bahan

bakar tersebut menjadi sama.

3.4 Pengangkutan

Dalam pengangkutan batubara dari tambang sampai ke konsumen

diterapkan moda transportasi yang beragam, yaitu transportasi

darat dan laut.

Dalam transportasi ini, gangguan yang sering terjadi adalah

kemacetan lalu-lintas dan tanah longsor. Kepadatan lalu-lintas

pada jalur tersebut cenderung terus meningkat sebanding dengan

peningkatan kegiatan ekonomi di wilayah Bandung-Cirebon dan

sekitarnya. Oleh karena itu, kecepatan pengangkutan rata-rata

terancam menurun dari 21,3 km/jam pada tahun-tahun mendatang.

Jalur Cirebon – Bandung menelusuri pinggang pebukitan, sehingga

jalan yang dibangun sempit dan berkelok-kelok. Kondisi morfologis

yang demikian sangat menyulitkan pemerintah setempat untuk

meningkatkan dan melebarkan jalan raya yang ada. Di samping itu,

lereng perbukitan yang curam dan tersusun oleh material lepas

sangat rawan longsor. Daerah Nyalindung (Kecamatan Paseh) dan

Cadas Pangeran (Kecamatan Rancakalong) di Sumedang

merupakan titik-titik rawan longsor, terutama pada musim hujan.

Titik tersebut merupakan potensi gangguan terhadap pasokan

12

Page 13: Triswan Makalah Pola Distribusi Bb Textile

batubara ke Bandung dan sekitarnya. Pada saat terjadi longsor di

titik-titik tersebut, maka jalur transportasi ke dua arah tertutup

sehingga menghambat pasokan sampai jalur normal kembali.

Untuk mengantisipasi kemacetan akibat kepadatan lalu-lintas dan

tanah longsor dapat dilakukan melalui penyiapan jalur alternatif.

Selain untuk mengatasi kemacetan, jalur ini juga dapat

dimanfaatkan untuk mendukung kelancaran transportasi pada saat

terjadi peningkatan pasokan sejalan dengan peningkatan jumlah

pengoperasian boiler berbahan bakar batubara di wilayah Bandung

dan sekitarnya. Peningkatan penggunaan batubara dalam boiler

tekstil cenderung terus meningkat hingga mencapai 64.000 ton per

tahun dan mencapai puncaknya pada 750.000 ton per tahun. Selain

oleh transportasi batubara, jalur lalu-lintas Bandung-Cirebon dan

sebaliknya akan semakin padat oleh peningkatan kegiatan

transportasi, sejalan dengan meningkatnya kegiatan ekonomi di

kedua kota tersebut dan sekitarnya.

Beberapa jalur alternatif seperti tertera pada Tabel 2 akan

dianalisis untuk menentukan jalur yang paling sesuai untuk dilalui.

TABEL 2

MODA TRANSPORTASI PEMASOKAN BATUBARA MELALUI JALUR ALTERNATIF

13

Page 14: Triswan Makalah Pola Distribusi Bb Textile

Jalur Transportasi Moda TransportasiPanjang jalur(diukur dari

peta/Mapinfo 6.0)1. Cirebon-Sumedang-

Jalan Cagak-Bandung Darat, jalan raya, truk 156 Km

2. Cirebon-Indramayu-Pamanukan-Subang-Bandung

Darat, jalan raya, truk 207 Km

3. Cirebon-Cikampek-Bandung

Darat, rel, kereta api

231 Km

4. Cirebon-Cikajang-Kawali-Ciamis-Malangbong

Darat, jalan raya, truk

230 Km

5. Cirebon-Cimalaka-Sumedang-Bandung*)

Darat, jalan raya, truk

113 Km

Keterangan

*) = Rencana jalan tol

Dari analisis berbagai jalur alternatif terlihat bahwa dua jalur

alternatif pengiriman batubara tidak layak dipilih, sedangkan tiga

jalur lainnya layak dengan besar biaya angkut per ton yang

berbeda-beda. (Tabel 3).

14

Page 15: Triswan Makalah Pola Distribusi Bb Textile

TABEL 3

KELAYAKAN JALUR ALTERNATIF TRANSPORTASI BATUBARA

Jalur Transportasi

Panjang jalur(diukur dari

peta/Mapinfo 6.0)

Biaya Angkut/Ton

(Rp.)Kelayakan

1. Cirebon-Sumedang-Cagak-Bandung

156 Km55.000 Tidak layak

2. Cirebon-Indramayu-Pamanukan-Subang-Bandung

207 Km73.000 Tidak layak

3. Cirebon-Cikampek-Bandung

231 Km 55.000 Layak (sedang)

6. Cirebon-Cikajang-Kawali-Ciamis-Malangbong

230 Km 81.000 Layak (mahal)

7. Cirebon-Cimalaka-Sumedang-Bandung*)

113 Km 40.000 Layak (murah)

*) = Rencana jalan tol

4 ANALISIS MANAJEMEN RISIKO

Proses penyediaan dan pemanfaatan batubara untuk boiler dalam

industri tekstil di Propinsi Jawa Barat, bukan suatu hal yang mudah

dan sederhana, sehingga memerlukan penanganan yang khusus

mengingat berbagai hal yang dapat menimbulkan permasalahan.

Salah satu metode yang digunakan dalam memecahkan masalah

tersebut adalah dengan menggunakan analisis manajemen resiko.

Menurut Rabindra Siregar (2004), “resiko adalah kemungkinan

kehilangan atau kecelakaan, unsur atau faktor berbahaya, peluang 15

Page 16: Triswan Makalah Pola Distribusi Bb Textile

kerugian yang mungkin akan diderita dan manusia atau benda

yang diklasifikasikan berbahaya”. Pada prinsipnya resiko dapat

ditangani dengan mengurangi dampak yang ditimbulkan dengan

cara menghindari (avoidance), mengendalikan (control),

memindahkan (risk transfer), dan bertahan (assumption).

Berdasarkan hasil analisis di lapangan, terdapat beberapa

permasalahan yang mungkin timbul mulai dari pemesanan hingga

pengirimannya, antara lain :

Kedatangan batubara di Pelabuhan Cirebon, di sini akan terjadi

pembongkaran batubara. Jika telah banyak batubara yang

dibutuhkan, maka bukan tidak mungkin kapal pengangkut

batubara (tongkang) akan semakin banyak jumlahnya merapat

di pelabuhan ini. Akibat dari peristiwa ini akan menyebabkan

antrian tongkang-tongkang yang akan melakukan

pembongkaran. Untuk menanggulangi kemungkinan tersebut,

maka sebaiknya instansi yang terkait (dalam hal ini PT.

Pelabuhan Indonesia) meningkatkan kapasitas bongkar dan

meningkatkan kapasitas sandar pelabuhan.

Kegiatan pengangkutan batubara merupakan peristiwa yang

dapat menyebabkan perubahan pada biaya pengangkutan,

keterbatasan alat angkut apabila terjadi perubahan cuaca,

kenaikan harga BBM, dan adanya permintaan yang meningkat.

Jika hal ini tidak bisa diatasi akan mempengaruhi kegiatan

produksi industri tekstil. Untuk menanggulanginya adalah

dengan membentuk suatu organisasi dan sumber daya manusia

yang ahli dalam menyediakan informasi lengkap dan akurat

tentang pengangkutan batubara. Atau dengan membuat kontrak

16

Page 17: Triswan Makalah Pola Distribusi Bb Textile

pembelian dengan agen batubara serta penunjukan perusahaan

khusus untuk menangani transportasi batubara.

Terbatasnya jalur transportasi pengiriman batubara

menyebabkan kemacetan/tingkat kepadatan lalu-lintas yang

cukup tinggi. Penanganannya adalah dengan menyediakan jalur-

jalur alternatif yang dapat memperlancar pengiriman batubara.

Konsekuensi yang dihadapi adalah bertambahnya biaya

pengangkutan.

Ketersediaan lahan tempat menyimpan (stockyard) batubara

sangat berkaitan dengan kedatangan batubara di lokasi

perusahaan tekstil, dan hal ini akan menyebabkan penumpukan

batubara. Penanganannya adalah dengan membuat jadwal

pengiriman/pembelian atau meningkatkan kapasitas

penyimpanan jika memungkinkan.

Keterbatasan lahan penyediaan batubara di setiap perusahaan

tekstil menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan dalam

penyimpanannya. Salah satu alternatif penanggulannya adalah

dengan membuat atau mendirikan sentra-sentra penyediaan

batubara yang berdekatan dengan lokasi penyebaran industri

tekstil.

Meningkatnya permintaan batubara akan menyebabkan

kesulitan dalam penyimpanannya. Penanggulannya adalah

dengan menentukan lahan yang sesuai dengan lokasi

penyebaran industri tekstil berdasarkan luas, lokasi serta

memperhatikan masalah-masalah lingkungan.

Kualitas batubara sangat berkaitan dengan daya tahan (life

time) peralatan (boiler) yang digunakan. Konsekuensinya adalah

kerusakan pada boiler dan penurunan kapasitas. 17

Page 18: Triswan Makalah Pola Distribusi Bb Textile

Penanganannya adalah dengan memilih/membeli batubara

sesuai dengan spesifikasinya.

Proses pembakaran, penyebab tingkat pencemaran udara (gas,

debu dan abu). Konsekuensinya adalah melampaui kadar abu

yang diijinkan (masalah lingkungan). Penanganannya dengan

melakukan pengawasan yang ketat terhadap kegiatan industri

tekstil oleh badan yang berwenang.

5 PENUTUP

Mengingat jumlah industri tekstil di Propinsi Jawa Barat cukup

banyak dan prospek penggunaan batubara untuk industri ini cukup

potensial, maka beberapa hal dapat disimpulkan dalam laporan ini :

1) Kabupaten Bandung merupakan daerah yang paling banyak

memiliki industri tekstil, disusul Kota Bandung, Kota Cimahi,

Kabupaten Bekasi, dan Purwakarta

2) Hingga tahun 2004, jumlah perusahaan tekstil yang sudah

menggunakan batubara untuk boilernya sebanyak 38

perusahaan.

3) Berdasarkan hasil jajag pendapat (para pelaku usaha tekstil),

sekitar 70% pengusaha berkeinginan untuk menggunakan

batubara sebagai bahan untuk boilernya, sehingga potensi

kebutuhan batubara untuk industri tekstil cukup besar.

4) Para pengusaha menghendaki adanya jaminan ketersediaan

batubara setiap saat diperlukan.

5) Sebagian perusahaan yang menggunakan batubara kesulitan

dalam membuang abu batubara hasil pembakaran.18

Page 19: Triswan Makalah Pola Distribusi Bb Textile

6) Pembangunan tempat penyediaan batubara di setiap sentra

industri sangat diperlukan mengingat keterbatasan lahan

tempat penyimpanan di lokasi perusahaan tekstil.

7) Terdapat lima alternatif jalur transportasi batubara ke lokasi-

lokasi industri tekstil, namun yang layak ada tiga jalur. Jalur-

jalur tersebut antara lain : Jalur Cirebon-Cikampek-Bandung,

jalur Cirebon-Cikajang-kawali-Ciamis-Malangbong dan jalur

Cirebon-Cimalaka-Sumedang-Bandung.

Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan dalam mengantisipasi

perkembangan kebutuhan batubara dalam industri tekstil di

Propinsi Jawa Barat, antara lain :

1) Mengoptimalkan penggunaan batubara dalam industri tekstil

dengan segera.

2) Mengembangkan/menambah jalur (alternatif) transportasi

pengangkutan batubara dari Cirebon ke Jawa Barat.

3) Menjajagi pendirian tempat penyediaan batubara di sentra-

sentra batubara (stock yard) lokasi industri tekstil.

4) Mengantisipasi masalah lingkungan sejak dini akibat

pembakaran batubara yang dilakukan oleh industri tekstil.

DAFTAR PUSTAKA

__________, TERMINAL BATUBARA INDAH, 2003-2004, Laporan pengiriman batubara di pelabuhan Cirebon, Cirebon.

__________, Indonesia Mineral and Coal Statistics, 2000, 2003 and 2004, Directorate of Mineral and Coal Enterprices, Ministry of Energy and Mineral Resources, Jakarta.

19

Page 20: Triswan Makalah Pola Distribusi Bb Textile

___________, 2002, Kajian Supply-Demand Batubara, Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara, Jakarta.

___________, Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Indonesian Textile and Garment, Guiding Book, Asosiasi Pertekstilan Indonesia, API Jawa Barat, 2002-2004.

_________, 1991, MINING IN INDONESIA DIRECTORY, The 4th International Mining and Minerals Recovery Exhibition and Conference, 4-7 December 1991, Jakarta Fairgrounds, Indonesia.

_________, 2004, “DAFTAR PERUSAHAAN TEKSTIL DI PROPINSI JAWA BARAT”,

Dinas Tenaga Kerja PROPINSI JAWA BARAT.

_________, 2004, “DAFTAR PERUSAHAAN TEKSTIL DI KABUPATEN BEKASI”, Dinas

Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi.

Tirtosoekotjo, Soedjoko, 2004, PROSPEK PERBATUBARAAN INDONESIA SERTA DALAM MEMASOK KEBUTUHAN BAHAN BAKAR BAGI PLTU BATUBARA DI MASA MENDATANG, Bandung.

20