Trauma Buli

6
Trauma buli-buli Pada waktu lahir hingga usia anak, buli-buli terletak di rongga abdomen. Namun semakin bertambah usia, tempatnya turun dan terlindungi di dalam kavum pelvis; sehingga mendapatka trauma dari luar jarang terjadi. Angka kejadian truma pada buli-buli pada beberapa klinik urologi kurang lebih 2% dari seluruh trauma pada sistem urogenital. Etiologi Kurang lebih 90% trauma tumpul buli-buli adalah akibat fraktur pelvis. Fiksasi buli-buli pada tulang pelvis oleh fasia endopelvik dan diafragma pelvis sangat kuat sehingga cedera deselerasi terutama jika tidak fiksasi fasia bergerak pada arah yang berlawanan (seperti pada fraktur pelvis), dapat merobek buli-buli. Robeknya buli-buli krena fraktur pelvis bisa juga terjadi akibat fragmen tulang pelvis merobek dindingnya. Dalam keadaan penuh terisi urine, buli-buli mudah sekali robek jika mendaat tekanan dari luar berupa benturan pada perut sebelah bawah. Buli-buli akan robek pada daerah fundus dan menyebabkan ekstravasasi urine ke rongga intraperitoneum. Tindakan endurologi dapat menyebabkan trauma buli-buli iatrogenik antara lain pada reseksi buli-bili transuretral (TUR buli-buli) atau pada litotripsi. Demikian pula pada partus kasep atau tindakan operasi di daerah pelvis dapat menyebabkan trauma iatrogenik pada buli-buli. Ruptur buli-buli dapat pula terjadi secara spontan ; hal ini terjadi jika sebelumnya terdapat kelainan pada dinding buli-buli.

description

nhvhgf

Transcript of Trauma Buli

Trauma buli-buliPada waktu lahir hingga usia anak, buli-buli terletak di rongga abdomen. Namun semakin bertambah usia, tempatnya turun dan terlindungi di dalam kavum pelvis; sehingga mendapatka trauma dari luar jarang terjadi. Angka kejadian truma pada buli-buli pada beberapa klinik urologi kurang lebih 2% dari seluruh trauma pada sistem urogenital.EtiologiKurang lebih 90% trauma tumpul buli-buli adalah akibat fraktur pelvis. Fiksasi buli-buli pada tulang pelvis oleh fasia endopelvik dan diafragma pelvis sangat kuat sehingga cedera deselerasi terutama jika tidak fiksasi fasia bergerak pada arah yang berlawanan (seperti pada fraktur pelvis), dapat merobek buli-buli. Robeknya buli-buli krena fraktur pelvis bisa juga terjadi akibat fragmen tulang pelvis merobek dindingnya. Dalam keadaan penuh terisi urine, buli-buli mudah sekali robek jika mendaat tekanan dari luar berupa benturan pada perut sebelah bawah. Buli-buli akan robek pada daerah fundus dan menyebabkan ekstravasasi urine ke rongga intraperitoneum.Tindakan endurologi dapat menyebabkan trauma buli-buli iatrogenik antara lain pada reseksi buli-bili transuretral (TUR buli-buli) atau pada litotripsi. Demikian pula pada partus kasep atau tindakan operasi di daerah pelvis dapat menyebabkan trauma iatrogenik pada buli-buli. Ruptur buli-buli dapat pula terjadi secara spontan ; hal ini terjadi jika sebelumnya terdapat kelainan pada dinding buli-buli. Tuberkulosis, tumor buli-buli, atau obstruksi intravesikal kronis menyebabkan perubahan struktur otot buli-buli yang menyebabkan kelemahan dinding buli-buli. Pada keadaan ini bisa menyebabkan ruptur buli-buli spontan.KlasifikasiSecara klinis cedera buli-buli dibedakan menjadi kontusio buli-buli, cedera buli-buli ekstraperitoneal, dan cedera intraperitoneal. Pada kontusio buli-buli hanya terdapat memar pada dindingnya, mungkin di dapatkan hematoma perivesikal, tetapi tidak didapatka ekstravasasi urin d i luar buli-buli. Cedera peritonelam merupakan 25-45% dari seluruh trauma buli-buli, sedangkan kejadian cedera buli-buli ekstraperitonela kurang lebih 45-6-% dari seluruh trauma buli-buli. Kadang kadang cedera buli-buli intraperitoneal bersama cedera ekstraperitonela (2-12%). Jika tidak mendapatkan perawatan dengan segera 10-20% cedera buli-buli akan berakhir kematian karena peritonitis atau sepsis.DiagnosisSetelah mengalami cedera pada abdomen sebelah bawah, pasien mengeluh nyeri suprasimfisis, miksi bercampur dara, atau mingkin pasien tidak dapat miksi. Gambaran klinis yang lain tergantung pada etiologi trauma, bagian buli-buli yang mengalami cedera yaitu intra/ekstraperitoneal, adanya organ lain yang mengalami cedera, serta penyulit yang terjadi akibat trauma. Dalam hal ini mungkin didapatkan tanda fraktur pelvis, syok, hematoma perivesika, atau tampak tand sepsis dari suatu peritonitis atau abses perivesika. Pemeriksaan pencitraan berupa sistograf, yaitu dengan memasukkan kontras ke dalam buli-buli sebanyak 300-400 ml secara gravitasi (tanpa tekanan) melalui kateter per-uretram. Kemudian dibuat beberapa foto, yaitu 1. Foto pada saat buli-buli terisi kontras dalam posisi anterior-posterior (AP), 2. Pada posisi oblik, dan 3. Wash out film yaitu foto setelah kontras dikeluarkan dari buli-buli. Jika didapatkan robekan dari buli-buli, terlihat ekstravasasi kontras di dalam rongga perivesikal yang merupakan tanda adanya robekan ekstraperitoneal. Jika terdapat kontras yang berada di sela-sela usus berarti ada robeka buli-buli intraperitoneal. Pada perforasi yang kecil seringkali tidak tampak adanya ekstravasasi (negatif palsu) terutama jika kontras yang dimasukkan kurang dari 250 ml.Sebelum pemasangan kateter uretra, harus diyakinkan dahulu bahwa tidak ada perdarahan yang keluar dari muara uretra. Keluarnya darah dari muara uretra merupakan tanda dari cedera uretra. Jika diduga terdapat cedera pada saluran kemih bagian atas di samping cedera pada buli-buli, sistograf dapat diperoleh melalui foto IVU.Didaerah yang jauh dari pusat rujukan dan tidak ada sarana untuk melakukan sistografi dapat dicoba uji pembilasan buli-buli, yaitu dengan memasukkan cairan gram fisiologi steril ke dalam buli-buli sebayak 300 ml kemudian cairan dikeluarkan lagi. Jika cairan tidak keluar atau keluar tidak dengan volume yang dimasukkan, kemungkinan besar ada robekan di buli-buli. Cara ini sekarang tidak danjurkan karena dapat menimbulkan infeksi atau menyebabkan robekan yang lebih luas.

TerapiTerapi cedera buli-buli tergantung pada jebis cedera, di antaranya adalah:1. Pada kontusio buli-buli, cukup melakukan pemasangan kateter dengan taujuan untuk memberi istirahat pada buli-buli. Dengan cara ini diharapkan buli-buli dapat sembuh setelah 7-10 hari.2. Pada cedera intraperitoneal harus dilakukan ekplorasi laparatami untuk mencarai robekan pada buli-buli serta kemungkinan cedera pada organ lain. Jika tidak dioprasi ekstravasasi urin kerongga intraperitoneal dapat menyebabkan peritonitis. Rongga intraperitoneam dicuci, robekan pada buli-buli di jahit 2 lapisan, kemuadian dipaang kateter sistostomi yang dilewatkan di luar sayatan laparatomi.3. Pada ceder ekstraperitonel, robekan yang sederhana (eksravasasi yang minimal) dianjurkan untuk memasang kateter selama 7-10 hari, tetapi sebagian ahli menganjurkan penjahitan buli-buli dengan pemesangn kteter sistostomi. Nmun tanpa tindakan pembedahan kejadian kegagalan penyembuhan luka 15% dan kemungkinan untuk terjadinya infeksi pada rongga perivesika sebesar 12%. Oleh karena itu jika bersamaan dengan ruptur buli-buli terdapat cedera organ lain yang membutuhkan operasi, sebaiknya dilakukan penjahitan buli-buli dan pemasangan kateter sistostomi.Jika ahli ortopedi memasang plat untuk memperbaiki fraktur elvis, mutlak untuk dilakukan penjahitan buli-buli guna menghindarai terjadinya pengaliran urine ke fragmen tulang yang telah dioprasi. Untuk memastikan bahwa buli-bui telah sembuh, sebelum melepas kateter uretra atau kateter sistostomi, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan sistografi guna untu melihat masih adanya ekstravasasi urine. Sistografi di buat pada hari ke 10-14 pasca trauma. Jika masih ada ekstravasasi kateter sistostomi dipertahankan sampai 3 minggu.Penyulit Pada cedera buli-buli ektraperitoneal, ekstravasasi urine ke rongga pelvis yang diabiarkan dalam waktu lama dapat menyebabkan infeksi dan abses pelvis. Yang lebih berat lagi adalah robekan buli-buli intrapepritoneal, jika tidak segera dilakukan operasi, dapat menimbulkan peritonitis akibat dari ektravasasi urine pada rongga intraperitoneum. Kedua keadaan itu dapat menyebabkan sepsis yang dapat mengancam jiwa. Kadang-kadang dapat pula terjadi penyulit berupa keluhan miksi, yaitu frekwensi dan urgensi yang biasanya akan sembuh sebelum bulanRefrensi : Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar-Dasar Urologi Edisi ke 3. Lab Ilmu Bedah RSUD Dr. Saiful Anwar Fakultas Kedoktern Universitas Brawijaya Malang