Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan...

16
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pentingnya transportasi bagi masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan besar, perairan yang terdiri dari sebagian besar laut, sungai dan danau yang memungkinkan pengangkutan dilakukan melalui darat, perairan, dan udara guna menjangkau seluruh wilayah Indonesia 4 . Hal lain yang juga tidak kalah pentingnya akan kebutuhan alat transportasi adalah kebutuhan kenyamanan, keamanan, dan kelancaran pengangkutan yang menunjang pelaksanaan pembangunan yang berupa penyebaran kebutuhan pembangunan, pemerataan pembangunan, dan distribusi hasil pembangunan diberbagai sektor ke seluruh pelosok tanah air misalnya, sektor industri, perdagangan, pariwisata, dan pendidikan 5 Pada umumnya sebagian besar masyarakat sangat tergantung dengan angkutan umum bagi pemenuhan kebutuhan mobilitasnya, karena sebagian besar masyarakat tingkat ekonominya masih tergolong lemah atau sebagian besar tidak memiliki kendaraan pribadi. . Secara umum, masyarakat yang melakukan pergerakan dengan tujuan yang berbeda- beda membutuhkan sarana penunjang pergerakan berupa angkutan pribadi (mobil, motor) maupun angkutan umum (paratransit dan masstransit). Angkutan umum paratransit merupakan angkutan yang tidak memiliki rute dan jadwal yang tetap dalam beroperasi disepanjang rutenya, sedangkan angkutan umum masstransit merupakan angkutan yang memiliki rute dan jadwal yang tetap serta tempat pemberhentian yang jelas. 4 Abdulkadir Muhammad,Hukum Pengangkutan Niaga;Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998, hlm.7. 5 Ibid, hlm.8.

Transcript of Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan...

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting

    dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pentingnya transportasi bagi masyarakat Indonesia

    disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari

    ribuan pulau kecil dan besar, perairan yang terdiri dari sebagian besar laut, sungai dan danau

    yang memungkinkan pengangkutan dilakukan melalui darat, perairan, dan udara guna

    menjangkau seluruh wilayah Indonesia4. Hal lain yang juga tidak kalah pentingnya akan

    kebutuhan alat transportasi adalah kebutuhan kenyamanan, keamanan, dan kelancaran

    pengangkutan yang menunjang pelaksanaan pembangunan yang berupa penyebaran

    kebutuhan pembangunan, pemerataan pembangunan, dan distribusi hasil pembangunan

    diberbagai sektor ke seluruh pelosok tanah air misalnya, sektor industri, perdagangan,

    pariwisata, dan pendidikan5

    Pada umumnya sebagian besar masyarakat sangat tergantung dengan angkutan umum

    bagi pemenuhan kebutuhan mobilitasnya, karena sebagian besar masyarakat tingkat

    ekonominya masih tergolong lemah atau sebagian besar tidak memiliki kendaraan pribadi.

    .

    Secara umum, masyarakat yang melakukan pergerakan dengan tujuan yang berbeda-

    beda membutuhkan sarana penunjang pergerakan berupa angkutan pribadi (mobil, motor)

    maupun angkutan umum (paratransit dan masstransit). Angkutan umum paratransit

    merupakan angkutan yang tidak memiliki rute dan jadwal yang tetap dalam beroperasi

    disepanjang rutenya, sedangkan angkutan umum masstransit merupakan angkutan yang

    memiliki rute dan jadwal yang tetap serta tempat pemberhentian yang jelas.

    4 Abdulkadir Muhammad,Hukum Pengangkutan Niaga;Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998, hlm.7. 5 Ibid, hlm.8.

  • Banyaknya kelompok yang masih tergantung dengan angkutan umum ini tidak diimbangi

    dengan penyediaan angkutan umum yang memadai, terutama ditinjau dari kapasitas angkut.

    Akibatnya hampir semua angkutan umum yang tersedia terisi penuh sesak oleh penumpang.

    Hal ini menyebabkan para penumpang berusaha memilih alternatif angkutan umum lainnya

    yang dirasa lebih nyaman, efektif dan efisien meskipun dengan biaya yang cukup besar.

    Hal tersebut menunjukkan arti pentingnya tranportasi di Indonesia, sehingga

    pembangunan dan peningkatan kualitas pelayanan transportasi atau pengangkutan mutlak

    diperlukan. Pembangunan yang baik dan berkualitas tidak hanya mengenai peningkatan mutu

    sarananya saja, tetapi juga harus menyangkut pembangunan aspek hukum transportasi

    sendiri.

    Pembangunan hukum tidak hanya menambah peraturan baru atau merobah peraturan

    lama dengan peraturan baru tetapi juga harus dapat memberikan kepastian dan perlindungan

    hukum bagi semua pihak yang terkait dengan sistem transportasi terutama pengguna jasa

    transportasi. Mengingat penting dan strategisnya peran lalu-lintas dan angkutan jalan yang

    menguasai hajat hidup orang banyak serta sangat penting bagi seluruh masyarakat, maka

    pembangunan dan pengembangan prasarana dan sarana pengangkutan perlu di tata dan

    dikembangkan dalam sistem terpadu6

    Penyelenggaraan lalu-lintas dan angkutan jalan juga perlu dilakukan secara

    berkesinambungan dan terus ditingkatkan agar lebih luas jangkauan dan pelayanannya

    kepada masyarakat, dengan tetap memperhatikan kepentingan umum, kemampuan

    masyarakat, kelestarian lingkungan, dan ketertiban masyarakat dalam penyelenggaraan lalu-

    dan kepentingan masyarakat umum sebagai pengguna

    jasa transportasi perlu mendapatkan prioritas dan pelayanan yang optimal baik dari

    pemerintah maupun penyedia jasa transportasi. Selain itu perlindungan hukum atas hak-hak

    masyarakat sebagai konsumen transportasi juga harus mendapatkan kepastian.

    6 Suwardjoko Warpani,Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,ITB, Bandung, hlm.13.

  • lintas dan angkutan jalan sekaligus mewujudkan sistem transportasi nasional yang handal dan

    terpadu.

    Pembahasan pembangunan aspek hukum transportasi tidak terlepas dari efektivitas

    hukum pengangkutan itu sendiri. Pengangkutan di Indonesia diatur dalam KUH Perdata pada

    Buku Ketiga tentang perikatan, kemudian dalam KUH Dagang pada Buku II titel ke V.

    Selain itu pemerintah telah mengeluarkan kebijakan di bidang transportasi darat yaitu dengan

    dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai

    Pengganti UU No. 14 Tahun 1992, serta Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang

    Angkutan Jalan yang masih tetap berlaku meskipun PP No. 41 Tahun 1993 merupakan

    peraturan pelaksanaan dari UU No. 14 tahun 1992 dikarenakan disebutkan dalam Pasal 324

    UU No. 22 Tahun 2009 bahwa :

    Pada saat Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 ini mulai berlaku, semua peraturan

    pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 3480) dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau

    belum diganti dengan yang baru berdasarkan Undang-Undang ini. Dalam pasal 2 dan pasal 3

    UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (yang selanjutnya disingkat dengan UULLAJ) mengatur

    asas dan tujuan pengangkutan.

    Adapun Asas penyelenggaraan lalu lintas adalah diatur dalam Pasal 2 UULLAJ yakni:

    a. asas transparan;

    b. asas akuntabel;

    c. asas berkelanjutan;

    d. asas partisipatif;

    e. asas bermanfaat;

    f. asas efisien dan efektif;

  • g. asas seimbang;

    h. asas terpadu; dan

    i. asas mandiri.

    Sedangkan Pasal 3 UULLAJ menyebutkan mengenai tujuan dari Lalu Lintas dan

    Angkutan Jalan yakni :

    a. Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib,

    lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian

    nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan

    bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;

    b. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan

    c. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.

    Menurut Pasal 4 UULLAJ dinyatakan undang-undang ini berlaku untuk membina dan

    menyelenggarakan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yangaman, selamat, tertib, dan lancar

    melalui:

    a. kegiatan gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang di Jalan;

    b. kegiatan yang menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendukung Lalu Lintas

    dan Angkutan Jalan; dan

    c. kegiatan yang berkaitan dengan registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor dan

    Pengemudi, pendidikan berlalu lintas, Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta

    penegakan hukum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

    Demikian juga dalam Pasal 9 UULLAJ tentang Tata Cara Berlalu Lintas bagi

    Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum serta Pasal 141 UULAJ tentang standar pelayanan

    angkutan orang dan masih banyak pasal-pasal lainnya yang terkait dengan adanya upaya

    memberikan penyelenggaraan jasa angkutan bagi pengguna jasa atas kenyamanan, keamanan,

    dan keselamatan pemakai jasa angkutan.

  • Dengan berlakunya UU No. 22 Tahun 2009 tersebut diharapkan dapat membantu

    mewujudkan kepastian hukum bagi pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggaraan jasa

    angkutan, baik itu pengusaha angkutan, pekerja (sopir/ pengemudi) serta penumpang. Secara

    operasional kegiatan penyelenggaraan pengangkutan dilakukan oleh pengemudi atau sopir

    angkutan dimana pengemudi merupakan pihak yang mengikatkan diti untuk menjalankan

    kegiatan pengangkutan atas perintah pengusaha angkutan atau pengangkut. Pengemudi dalam

    menjalankan tugasnya mempunyai tanggung jawab untk dapat melaksanakan kewajibannya

    yaitu mengangkut penumpang sampai pada tempat tujuan yang telah disepakati dengan

    selamat, artinya dalam proses pemindahan tersebut dari satu tempat ke tempat tujuan dapat

    berlangsung tanpa hambatan dan penumpang dalam keadaan sehat, tidak mengalami bahaya,

    luka, sakit maupun meninggal dunia. Sehingga tujuang pengangkutan dapat terlaksana

    dengan lancar dan sesuai dengan nilai guna masyarakat.

    Namun dalam kenyataannya masih sering pengemudi angkutan melakukan tindakan

    yang dinilai dapat menimbulkan kerugian bagi penumpang, baik itu kerugian yang secara

    nyata dialami oleh penumpang (kerugian materiil), maupun kerugian yang secara immateriil

    seperti kekecewaan dan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh penumpang. Misalnya saja

    tindakan pengemudi yang mengemudi secara tidak wajar dalam arti saat menjalani tugasnya

    pengemudi dipengaruhi oleh keadaan sakit, lelah, meminum sesuatu yang dapat

    mempengaruhi kemampuannya mengemudikan kendaraan secara ugal-ugalan sehingga

    menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penumpang yang menjadi korban. Hal ini tentu saja

    melanggar pasal 23 ayat 1 (a) UULLAJ. Tindakan lainnya adalah pengemudi melakukan

    penarikan tarif yang tidak sesuai dengan tarif resmi, hal ini tentu saja melanggar pasal 42

    UULLAJ tentang tarif. Atau tindakan lain seperti menurunkan di sembarang tempat yang

    dikehendaki tanpa suatu alasan yang jelas, sehingga tujuan pengangkutan yang sebenarnya

    diinginkan oleh penumpang menjadi tidak terlaksana. Hal ini tentu saja melanggar ketentuan

  • pasal 45 (1) UULLAJ mengenai tanggung jawab pengangkut terhadap penumpang yang

    dimulai sejak diangkutnya penumpang sampai di tempat tujuan. Dan adanya perilaku

    pengangkut yang mengangkut penumpang melebihi kapasitas maksimum kendaraan.

    Dengan melihat kenyataan tersebut, dapat diketahui bahwa dalam sektor pelayanan

    angkutan umum masih banyak menyimpan permasalahan klasik. Dan dalam hal ini pengguna

    jasa (penumpang) sering menjadi korban daripada perilaku pengangkut yang tidak

    bertanggung jawab.

    Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk

    mempelajari, memahami, dan meneliti secara lebih mendalam mengenai bentuk perlindungan

    hukum bagi pengguna jasa angkutan umum, yang mana dalam tulisan ini pengguna jasa yang

    dimaksud adalah penumpang dan penulis menggunakan UU No. 22 Tahun 2009 sebagai

    pedoman. Selanjutnya penulis menyusunnya dalam suatu penulisan hukum yang berjudul:

    PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENGGUNA JASA (PENUMPANG)

    ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN UU NO. 22 TAHUN 2009 .

    B. Rumusan Masalah

    Berlatar belakang pada uraian di atas, maka maka ada beberapa pokok permasalahan

    yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

    1. Bagaimana kedudukan hukum pengguna jasa (penumpang) angkutan umum?

    2. Hal-hal apa yang dapat menyebabkan kerugian bagi pengguna jasa (penumpang)

    angkutan umum akibat kesalahan dari pihak pengangkut?

    3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pengguna jasa (penumpang) angkutan

    umum berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009?

  • C. Pembatasan Masalah

    Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi permasalahan yakni angkutan umum

    yang akan dijelaskan dan dipaparkan dalam skripsi ini adalah angkutan umum berdasarkan

    UU No. 22 Tahun 2009, hal ini mengingat banyaknya jenis angkutan umum. Dan dalam

    skripsi ini, penulis mengambil contoh rill sebuah perusahaan pengangkutan, yaitu perusahaan

    pengangkutan CV. Karya Agung.

    D. Tujuan dan Manfaat Penulisan

    Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk memperoleh gelar

    sarjana hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, selain itu berdasarkan

    permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai oleh penulis

    dalam penulisan ini adalah :

    1. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan hukum pengguna jasa (penumpang)

    angkutan umum.

    2. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dapat menyebabkan kerugian bagi pengguna

    jasa ( penumpang) angkutan umum akibat kesalahan dari pihak pengangkut dan

    bagaimana tanggung jawab pihak pengangkut terhadap kesalahan yang

    mengakibatkan kerugian bagi pengguna jasa (penumpang) angkutan umum.

    3. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap pengguna jasa

    (penumpang) angkutan umum sebagai konsumen fasilitas publik transportasi

    berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009.

    Sedangkan manfaat dari penulisan ini adalah :

    1. Secara teoritis, untuk menambah pengetahuan penulis tentang bagaimana

    perlindungan hukum bagai pengguna jasa (penumpang) angkutan umum berdasarkan

    UU No. 22 Tahun 2009.

  • 2. Secara praktis, untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran juridis dan masukan-

    masukan yang bermanfaat demi perkembangan ilmu pengetahuan terhadap

    perlindungan hukum bagai pengguna jasa (penumpang) angkutan umum.

    E. Keaslian Penulisan

    Penulisan tentang Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Jasa (penumpang)

    Angkutan Umum Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 belum pernah ada sebelumnya.

    Keaslian penulisan skripsi ini benar merupakan hasil dari pemikiran penulis dengan

    mengambil panduan dari buku-buku, dan sumber lain yang berkaitan dengan judul skripsi

    penulis, ditambah dengan sumber riset dari lapangan .

    Dalam penulisan ini yang ditekankan penulis adalah bagaimana bentuk perlindungan

    hukum yang terdapat dalam UU No. 22 Tahun 2009 terhadap kerugian yang diderita oleh

    pengguna jasa (penumpang), apabila terjadi kerugian yang disebabkan oleh pihak pengangkut

    dan bagaimana penerapan hukum yang dilaksanakan dalam usaha pengangkutan di jalan raya.

    Penulisan ini disusun berdasarkan literatur-literatur yang berkaitan dengan Hukum

    Perdata, Hukum Dagang, Hukum Pengangkutan serta Peraturan Perundang-undangan yang

    membahas mengenai perlindungan hukum bagi pengguna jasa (penumpang) angkutan umum.

    Oleh karena itu, penulisan ini dapat dikatakan penulisan yang pertama kali dilakukan,

    sehingga keaslian penulisan ini dapat dipertanggung-jawabkan secara akademis.

    F. Tinjauan Kepustakaan

    Hukum adalah tata aturan sebagai suatu sistem aturan-aturan tentang perilaku

    manusia.7

    7 Jimly Asshiddiqie, Ali Safaat. Teori Hans Kelsen Tentang Hukum. Sekjen dan Kepaniteraan MK RI. Jakarta. 2006, hlm. 13

    Dengan demikian hukum tidak menunjuk pada satu aturan tunggal, tetapi

    seperangkat aturan yang memiliki suatu kesatuan sehingga dapat dipahami sebagai suatu

  • sistem. Sehingga konsekuensinya adalah tidak mungkin memahami hukum jika hanya

    memperhatikan satu aturan saja.8 Menurut Van Apeldoorn tujuan hukum adalah untuk

    mengatur tata tertib masyarakat secara damai dan adil. Perdamaian di antanra manusia

    dipertahankan oleh hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan manusia yang

    tertentu, kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta dan sebagainya terhadap yang merugikannya.

    Hukum mempertahankan perdamaian dengan kepentingan kepentingan yang bertentangan

    secara teliti dan mengadakan keseimbangan diantaranya karena hukum hanya dapat mencapai

    tujuan (mengatur pergaulan hidup secara damai) jika hukum tersebut menuju peraturan yang

    adil. Artinya, peraturan yang mengandung keseimbangan antara kepentingan-kepentingan

    yang dilindungi sehingga setiap orang memperoleh sebanyak mungkin yang menjadi

    bagiannya.9 Aristoteles dalam buah pikirannya Ethica Nicomachea dan Rhetorica

    menyatakan hukum mempunyai tugas yang suci yakni memberikan kepada setiap orang apa

    yang berhak diterimanya. Anggapan ini berdasarkan etika dan Aristoteles berpendapat bahwa

    hukum bertugas hanya membuat keadilan.10 Sedangkan menurut Van Kant, tujuan hukum

    adalah untuk menjaga kepentingan tiap-tiap manusia sehingga kepentingan itu tidak dapat

    diganggu oleh manusia lain. Dengan kata lain hukum bertujuan untuk melindungi hak-hak

    setiap manusia yang diakui dan diatur oleh hukum.11

    Berdasarkan teori-teori tentang tujuan hukum sebagaimana yang telah diuraikan maka

    dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa jika tujuan hukum semata-mata hanya untuk

    mewujudkan keadilan saja maka tidak seimbang sehingga akan bertentangan dengan

    kenyataan. Sebaliknya akan terjadi juga kesenjangan jika tujuan hukum hanya untuk

    mewujudkan hal-hal yang berfaedah atau yang sesuai dengan kenyataan karena akan

    bertentangan dengan nilai keadilan. Begitu juga jika tujuan hukum semata-mata hanya untuk

    8 Ibid. 9 Chainur Arrasjid. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Sinar Grafika. Jakarta. 2000, hlm. 40. 10 Ibid. 11 Ibid, hlm. 42.

  • menwujudkan kepastian hukum saja, maka akan menggeser nilai keadilan maupun nilai

    kegunaan dalam masyarakat. Sehingga kita harus melihat tujuan hukum dari ke tiga nilai

    dasar hukum, yakni nilai keadilan, kegunaan atau manfaat dan kepastian hukum.12

    Perlindungan hukum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Perbuatan (hal

    tahu peraturan) untuk menjaga dan melindungi subjek hukum, berdasarkan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    13

    Sedangkan yang dimaksud dengan perlindungan hukum menurut Sudikno

    Mertokusumo adalah suatu hal atau perbuatan untuk melindungi subjek hukum berdasarkan

    pada peraturan perundang-undangan yang berlaku disertai dengan sanksi-sanksi bila ada yang

    melakukan Wanprestasi.

    Pada umumnya perlindungan hukum merupakan

    bentuk pelayanan kepada seseorang dalam usaha pemulihan secara emosional.

    14 Pengertian perlindungan hukum juga menurut Soedikno

    Mertokusumo yang dimaksud perlindungan hukum adalah adanya jaminan hak dan

    kewajiban manusia dalam rangka memenuhi kepentingan sendiri maupun didalam hubungan

    dengan manusia lain.15

    Hukum merupakan wujud dari perintah dan kehendak negara yang dijalankan oleh

    pemerintah untuk mengemban kepercayaan dan perlindungan penduduk, baik di dalam

    maupun di luar wilayahnya. Pemerintah sendiri mendapat wewenang untuk menjalankan

    tugasnya yang diatur dalam Hukum Nasional, yang mana Hukum Nasional berguna untuk

    menyelaraskan hubungan antara pemerintah dan penduduk dalam sebuah wilayah negara

    yang berdaulat, mengembangkan dan menegakkan kebudayaan nasional yang serasi agar

    Kata perlindungan di atas menunjuk pada adanya terlaksananya

    penanganan kasus yang dialami dan akan diselesaikan menurut ketentuan hukum yang

    berlaku secara penal maupun non penal dan juga adanya kepastian-kepastian usaha-usaha

    untuk memberikan jaminan-jaminan pemulihan yang dialami.

    12 Ibid, hlm. 47. 13 Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Buku Satu. Balai Pustaka. Jakarta. 1989, hlm. 874. 14 Soedikno Mertokusumo. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar). Liberty. Yogyakarta. 1991,hlm.9. 15 Ibid

  • terdapat kehidupan bangsa dan masyarakat yang rukun, sejahtera dan makmur. Hukum juga

    berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia. Agar kepentingan manusia terlindungi,

    hukum harus dilaksanakan.

    Pengangkutan adalah berasal dari kata angkut yang berarti mengangkut dan

    membawa, sedangkan istilah pengangkutan dapat diartika sebagai pembawa barang-barang

    atau orang-orang (penumpang)16. Pengangkutan adalah perpindahan tempat, baik mengenai

    benda-benda maupun orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan

    meninggikan manfaat serta efisien17. Sedangkan Hukum Pengangkutan adalah sebuah

    perjanjian timbal balik, yang mana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk

    menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau orang ke tempat tujuan tertentu, sedangkan

    pihak lainnya, yaitu pengirim barang, penerima barang dan penumpang wajib menunaikan

    pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut18

    Adapun arti hukum pengangkutan jika ditinjau dari segi keperdataan, dapat diartikan

    sebagai keseluruhan peraturan-peraturannya, di dalam dan di luar kodifikasi yang

    berdasarkan atas dan bertujuan untuk mengatur hubungan-hubungan hukum yang terbit

    karena keperluan pemindahan barang-barang dan/ atau orang-orang dari suatu tempat ke

    tempat lain untuk memenuhi perikatan-perikatan yang lahir dari perjanjian-perjanjian

    tertentu, termasuk perjanjian-perjanjian untuk memberikan perantaraan mendapatkan.

    .

    19

    Dari pengertian-pengertian yang telah diuraikan tersebut dapat diperoleh suatu

    kesimpulan bahwa pada pokoknya pengangkutan merupakan perpindahan tempat, baik

    mengenai benda-benda maupun mengenai orang-orang, karena perpindahan itu mutlak

    diperlukan untuk mencapai dan meninggikan manfaat serta efisiensi.

    16 W. J. S. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Departemen P dan K, PN Balai Pustaka,

    Jakarta, 1976, hlm.97. 17 Sinta Uli,Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut, Angkutan

    Darat dan Angkutan Udara, USU Press, Medan, 2006, hlm. 20. 18 Sution Usman Adji, Djoko Prakoso, dkk, Hukum Pengangkutan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta,

    1990, hlm. 6-7. 19 Ibid, hlm. 5.

  • Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (selanjutnya ditulis dengan KUHD)

    tidak ada aturan mengenai pengangkutan orang di darat, begitu juga dalam Kitab Undang-

    Undang Hukum Perdata (selanjutnya ditulis dengan KUH Perdata) tidak terdapat peraturan

    umum mengenai pengangkutan orang. Oleh karena itu, perjanjian pengangkutan orang di

    darat hanya dapat didasarkan atas pasal-pasal yang terdapat pada Bab I sampai dengan bab IV

    Buku III KUH Perdata20

    Pengertian pengguna jasa menurut Pasal 1 angka 20 UU No. 22 Tahun 2009 adalah

    perseorangan atau badan hukum yang menggunakan jasa angkutan umum, sedangkan

    penumpang adalah orang yang mengikatkan diri kepada pihak pengangkut

    .

    Diluar KUHD dan KUH Perdata terdapat peraturan mengenai pengangkutan orang di

    darat, yaitu UU No. 22 Tahun 2009 tentang UULLAJ, serta PP No. 41 Tahun 1993 tentang

    Angkutan Jalan. Dalam UU No. 22 Tahun 2009 secara khusus diatur mengenai hal-hal yang

    perlu diperhatikan dalam pengangkutan darat seperti asas-asas dan tujuan penyelenggaraan

    lalu-lintas dan angkutan jalan, fasilitas dan elemen pendukung dalam penyelenggaraan lalu-

    lintas dan angkutan jalan, asuransi, tarif angkutan, dan juga diatur mengenai tanggung jawab

    pihak pengangkut.

    21

    Pihak Pengangkut adalah pihak-pihak yang melakukan pengangkutan terhadap barang

    dan penumpang (orang) yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan baik

    dengan cara charter menurut waktu maupun menurut perjalanan

    .

    22

    Angkutan umum merupakan sarana angkutan untuk masyarakat kecil dan menengah

    agar dapat melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam masyarakat.

    . Perusahaan angkutan

    umum menurut UU No. 22 Tahun 2009 adalah badan hukum yang menyediakan jasa

    angkutan orang dan/ atau barang dengan kendaraan bermotor umum.

    20 H. M. N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3, Hukum Pengangkutan,

    Penerbit Djambatan, Jakarta, 1981, hlm. 50-51. 21 Sinta Uli, op.cit, hlm. 20. 22 Hasim Purba, Hukum Pengangkutan di Laut, Penerbit Pustaka, Bangsa Prees, Medan, 2005, hlm.

    135.

  • Sedangkan pengertian angkutan menurut UU No 22 Tahun 2009 adalah perpindahan orang

    dan/ atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang

    lalu lintas jalan.

    Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 35 tahun 2003 tentang

    Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum, angkutan adalah

    perpindahan orang dan/ atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan

    kendaraan.

    Keberadaan angkutan umum bertujuan untuk menyelenggarakan angkutan yang baik

    dan layak bagi masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik dan layak antara lain mencakup

    pelayanan yang aman, nyaman, cepat, dan biaya murah.

    G. Metode Penelitian

    1. Lokasi Penelitian

    Adapun yang menjadi lokasi penelitian penulis dalam menyelesaikan penulisan

    skripsi ini yakni perusahaan pengangkutan CV. Karya Agung yang beralamat di Jalan

    Sidamanik No. 8, Kecamatan Siantar Selatan, Kota Pematangsiantar.

    2. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian normatif dan

    penelitian sosiologis. Dalam penelitian normatif, penulis melakukan penelitian

    melalui peraturan-peraturan dan bahan hukum yang berhubungan dengan penulisan

    ini sedangkan dalam penelitian sosiologis, penulis melakukan penelitian terhadap

    salah satu perusahaan pengangkutan di kota Pematangsiantar, yaitu pada perusahaan

    pengangkutan CV. Karya Agung.

    3. Sumber Data

  • Adapun data yang dikumpul dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan

    pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data sekunder dibagi atas

    3 (tiga), yaitu:

    a. Bahan Hukum Primer, yaitu ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-

    undangan yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat seperti KUH

    Perdata, KUHD, UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan,

    Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 dan peraturan perundang-undangan

    lain yang dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia.

    b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan hukum yang erat kaitannya

    dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan

    memahami bahan hukum primer.

    c. Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan informasi

    dan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

    4. Teknik Pengumpulan Data

    a. Library Research (Studi Kepustakaan), yaitu mempelajari dan menganalisa

    secara sistematika buku-buku, peraturan perundang-undangan, catatan kuliah

    dan sumber literatur lainnya yang berhubungan dengan materi yang dibahas

    dalam skripsi ini sehingga diperoleh data ilmiah sebagai bahan dalam uraian

    teoritis.

    b. Field Research (Studi Lapangan), Field Research (Studi Lapangan), yaitu

    penelitian di lapangan yang guna pengumpulan data yang diperoleh di

    lapangan, berupa hasil wawancara yang dilakukan pada perusahaan

    pengangkutan (tepatnya disalah satu perusahaan pengangkutan CV. Karya

    Agung, Jalan Sidamanik Nomor 8, Pematangsiantar. Hal ini ditujukan pada

    pencapaian hasil pemberitaan yang maksimal mengenai bentuk perlindungan

  • hukum yang diberikan oleh perusahaan pengangkutan apakah sesuai dengan

    ketentuan yang terdapat pada UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

    Angkutan Jalan.

    5. Analisis Data

    Analisa data dalam penulisan ini menggunakan data kualitatif, yaitu suatu analisi data

    secara jelas serta diuraikan dalam bentuk kalimat sehingga diperoleh gambaran yang

    jelas yang berhubungan dengan skripsi ini.

    H. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan skripsi ini terbagi ke dalam bab-bab yang menguraikan

    permasalahannya secara tersendiri, di dalam suatu konteks yang saling berkaitan satu dengan

    yang lainnya. Penulis membuat sistematika dengan membagi pembahasan keseluruhan ke

    dalam lima bab terperinci. Adapun bagian-bagiannya adalah :

    Bab I : Pendahuluan

    Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan

    masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan

    kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

    Bab II : Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Pengangkutan

    Pada bab ini akan diuraikan mengenai perjanjian secara umum

    menurut KUH Perdata, pengangkutan secara umum, dan perjanjian

    pengangkutan.

    Bab III : Kedudukan Pengguna Jasa (Penumpang) Angkutan Umum

    Pada bab ini akan diuraikan mengenai pengertian pengguna jasa dan

    angkutan umum, jenis-jenis angkutan umum, kedudukan hukum

    pengguna jasa (penumpang) angkutan umum, serta hak dan kewajiban

  • pengguna jasa (penumpang) angkutan umum sebagai konsumen

    fasilitas publik transportasi.

    Bab IV : Perlindungan Hukum Bagi Pengguna Jasa (Penumpang) Angkutan

    Umum Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009

    Pada bab ini merupakan inti dari pembahasan penulisan yang

    mengetengahkan tentang pengaturan pemberian izin angkutan umum

    di Indonesia, hal-hal yang dapat menyebabkan kerugian bagi pengguna

    jasa (penumpang) angkutan umum akibat kesalahan dari pengangkut,

    tanggung jawab pihak pengangkut terhadap kesalahan yang

    mengakibatkan kerugian bagi pengguna jasa (penumpang) angkutan

    umum, dan bentuk perlindungan hukum bagi pengguna jasa

    (penumpang) angkutan umum berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009.

    Bab V : Penutup

    Bab ini merupakan bab akhir dari skripsi ini, dan merupakan penutup

    dari rangkaian bab-bab sebelumnya dimana dalam bab ini penulis

    membuat suatu kesimpulan atas pembahasan skripsi ini yang kemudian

    dilanjutkan dengan memberi saran-saran atas masalah-masalah yang

    tidak terpecahkan yang diharapkan akan berguna dalam kehidupan

    masyarakat dan praktek perkembangan ilmu pengetahuan.