BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini Salatiga banyak mengalami kemajuan pembanguan secara fisik.Hal ini dapat dilihat dengan berdirinya pusat-pusat pembelanjaan yang semakin banyak yang tentunya dapat menunjang perekonomian di Salatiga. Untuk menunjang perekonomian tersebut maka dibutuhkan sarana dan prasarana transportasi pengangkutan yang memadahi. Fungsi pengangkutan itu sendiri ialah memindahkan barang atau orang dari suatu tempat yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai. 1 Bus sebagai salah satu sarana transportasi pengangkutan,dituntut menjadi sarana transportasi yang terpadu, tertib, dan lancar, aman, nyaman, cepat dan terjangkau, efektif dan efisien, bagi masyarakat di Salatiga. Dengan semakin banyaknya kebutuhan akan transportasi tersebut maka pemerintah kota Salatiga membangun terminal guna menunjang perpindahan orang dan/atau barang serta keterpaduan intramoda dan antarmoda. Berdasarkan fungsinya, terminal dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu : a) Tipe A adalah Melayani kendaraan umum untuk Angkutan Antar Kota Antar Propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi, angkutan kota dan angkutan desa. b) Tipe B adalah Melayani kendaraan umum untuk Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan. Adapun seperti terminal tipe A, terminal tipe B juga harus memiliki persyaratan yang antara lain, terletak 1 H.M.N Purwosujtipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3, Djambatan, Jakarta, hal 3 .

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11633/1/T1_312012716_BAB I.pdf · maka dibutuhkan sarana dan prasarana transportasi pengangkutan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era sekarang ini Salatiga banyak mengalami kemajuan pembanguan secara fisik.Hal

ini dapat dilihat dengan berdirinya pusat-pusat pembelanjaan yang semakin banyak yang

tentunya dapat menunjang perekonomian di Salatiga. Untuk menunjang perekonomian tersebut

maka dibutuhkan sarana dan prasarana transportasi pengangkutan yang memadahi. Fungsi

pengangkutan itu sendiri ialah memindahkan barang atau orang dari suatu tempat yang lain

dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai.1 Bus sebagai salah satu sarana

transportasi pengangkutan,dituntut menjadi sarana transportasi yang terpadu, tertib, dan lancar,

aman, nyaman, cepat dan terjangkau, efektif dan efisien, bagi masyarakat di Salatiga. Dengan

semakin banyaknya kebutuhan akan transportasi tersebut maka pemerintah kota Salatiga

membangun terminal guna menunjang perpindahan orang dan/atau barang serta keterpaduan

intramoda dan antarmoda. Berdasarkan fungsinya, terminal dibedakan menjadi beberapa tipe

yaitu :

a) Tipe A adalah Melayani kendaraan umum untuk Angkutan Antar Kota Antar

Propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, Angkutan Antar Kota Dalam

Propinsi, angkutan kota dan angkutan desa.

b) Tipe B adalah Melayani kendaraan umum untuk Angkutan Antar Kota Dalam

Propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan. Adapun seperti terminal tipe

A, terminal tipe B juga harus memiliki persyaratan yang antara lain, terletak

1H.M.N Purwosujtipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3, Djambatan, Jakarta, hal 3 .

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11633/1/T1_312012716_BAB I.pdf · maka dibutuhkan sarana dan prasarana transportasi pengangkutan

2

dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi.Tipe C adalah Melayani

kendaraan umum untuk pedesaan. Seperti terminal yang lain, terminal tipe C juga

mempunyai persyaratan sebagai berikut, yaitu terletak di dalam wilayah Kab/Kota

dan dalam jaringan trayek pedesaan.

Sesuai dengan Keputusan Walikota Nomor 551.2 / 186 / 2000 tentang Terminal

Penumpang Tingkir Kota Salatiga sebagai Terminal Penumpang Baru, maka ditetapkan bahwa

dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, telah dibangun Terminal Tingkir

Salatiga dan telah memenuhi syarat untuk kendaraan angkutan antar kota-antar propinsi, antar

kota dalam propinsi, angkutan kota dan atau angkutan pedesaan, maka menurut keputusan ini

perlu untuk mengoperasionalkan terminal kota Salatiga sebagai terminal baru.2

Didalam Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 16 tahun 1981 pada Pasal 3 ayat (1)

menyebutkan bahwa “Setiap otobus umum yang beroperasi dan /atau melewati wilayah

kotamadya Salatiga diharuskan memasuki/memulai/mengakhiri perjalanannya di terminal bus

dan diatur sesuai dengan jadwal yang ditentukan”. Akan tetapi menurut hasil observasi penulis

tanggal 13 Oktober 2015 sampai dengan 19 Oktober 2015 menunjukkan masih terdapat

pelanggaran yang dilakukan oleh para awak bus.

Pelanggaran terjadi setiap harinya rata-rata antara 20 - 35 kali, dan pelanggaran terjadi

pada pagi sampai sore hari antara pukul 08.00 WIB – 17.00 WIB. Banyaknya pelanggaran

tersebut dikarenakan seluruh armada bus yang beroperasi pada trayek Salatiga – Kopeng –

Magelang – PP dan trayek Salatiga – Ambarawa - PP tidak memasuki terminal sesuai peraturan

yang berlaku. Bus yang beroperasi pada trayek Salatiga – Kopeng – Magelang – PP hanya

memutar ke arah pusat kota atau memutar balik di Pom Bensin Pasar Sapi dan mangkal dijalan

Hassanudin, sedangkan yang beroperasi pada trayek Salatiga – Ambarawa - PP hanya sampai

pada jalan Imam Bonjol.3

2 Keputusan Walikota Nomor 551.2 / 186 / 2000 tentang Terminal Penumpang Tingkir Kota Salatiga

3 Hasil observasi penulis tanggal 13 Oktober 2015 sampai 19 Oktober 2015.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11633/1/T1_312012716_BAB I.pdf · maka dibutuhkan sarana dan prasarana transportasi pengangkutan

3

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengemudi bus Po.Tunas Mulya trayek Salatiga-

Kopeng-Magelang, menyatakan bahwa sebenarnya bus-bus trayek Salatiga-Kopeng - Magelang

tersebut seharusnya menaik turunkan penumpang di terminal Tingkir. Akan tetapi dengan jarak

yang jauh dan sedikitnya penumpang pada rute menuju terminal Tingkir, bus-bus biasanya

memutar arah balik di POM bensin Pasar Sapi atau memutar ke arah pusat kota Salatiga.4

Berdasarkan wawancara penulis dengan petugas Dinas Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan Raya ( Dinas Perhubungan ) , bus-bus trayek Salatiga – Kopeng – Magelang – PP dan

trayek Salatiga – Ambarawa - PP , memang tidak pernah singgah/memasuki terminal karena

faktor jarak terminal yang jauh dan juga karena keterbatasan luas terminal untuk menampung

bus untuk singgah. Hal ini di karenakan banyaknya bus AKDP (Antar Kota Dalam Propinsi)

dan AKAP (Antar Kota Antar Propinsi) masuk dengan waktu yang bersamaan.5

Menurut Keputusan Walikota Salatiga Nomor 551.2/114/2002 tentang Penutupan

Terminal Pembantu Rejosari dan Perubahan Rute Angkutan Penumpang Bus dan Non Bus

seharusnya kedua trayek diatas harus melalui rute sebagai berikut :6

4 Hasil wawancara penulis terhadap pengemudi bus Po.Tunas Mulya, tanggal 7 September 2015.

5 Hasil wawancara penulis dengan petugas DLLAJR, tanggal 7 September 2015.

6 Keputusan Walikota Salatiga Nomor 551.2/114/2002 tentang Penutupan Terminal Pembantu Rejosari dan

Perubahan Rute Angkutan Penumpang Bus dan Non Bus.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11633/1/T1_312012716_BAB I.pdf · maka dibutuhkan sarana dan prasarana transportasi pengangkutan

4

Tabel 1.1 Rute Trayek Yang Harus Dilewati

No Trayek Rute yang harus dilewati

1 Salatiga – Kopeng – Magelang Terminal Tingkir – Jl. Soekarno Hatta – Jl.

Veteran – Jl. Hassanudin – Kopeng –

Magelang – PP

2 Salatiga – Ambarawa Terminal Tingkir – Jl. Soekarno Hatta – Jl.

Veteran – Jl. Osamaliki – Jl. Imam Bonjol –

Ambarawa – PP

Sumber : Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan

Melihat kenyataan tersebut diatas, tentunya proses penegakan hukum terhadap bus-bus

ini sangat diperlukan. Akan tetapi dengan alasan keterbatasan daya tampung terminal, maka

Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya sebagai suatu lembaga yang otonom telah

mengembangkan nilainya tersendiri. Nilai – nilai tersebut secara nyata telah dilakukan oleh

petugas Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya dengan memberikan “kelonggaran”

kepada armada bus yang beroperasi pada trayek Salatiga – Kopeng – Magelang – PP dan

trayek Salatiga – Ambarawa – PP untuk tidak singgah/memasuki terminal.

Mengenai tugas dan fungsi dari Dinas Perhubungan diatur dalam Peraturan Walikota

Salatiga Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Dan Uraian Tugas Pejabat

Struktural Pada Dinas Daerah :7

Pasal 166 ayat (1)

Bidang Lalu Lintas mempunyai tugas pokok menyususun rencana kegiatan, mengoordinaskan,

melaksanakan pembinaan dan pengembangan bidang lalu lintas dan angkutan jalan serta

7 Peraturan Walikota Salatiga Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Dan Uraian Tugas Pejabat

Struktural Pada Dinas Daerah

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11633/1/T1_312012716_BAB I.pdf · maka dibutuhkan sarana dan prasarana transportasi pengangkutan

5

melakukan manajemen dan rekayasa lalu lintas, pengendalian, penilaian, monitoring dan

evaluasi pelaksanaan tugas.

Pasal 166 ayat ( 2) sub. d

Pelaksanaan dan penyelenggaraan kegiatan pengawasan, penertiban, patrol dan pengendalian

lalu lintas dan angkutan jalan.

Dengan melihat tugas dan fungsi Dinas Perhubungan khususnya Bidang Lalu Lintas

diatas, penulis melihat bahwa tindakan aparat yang memberikan “kelonggaran” kepada

pengemudi bus untuk tidak masuk terminal, ini tentunya akan berdampak kepada

ketidakteraturan armada bus, yang akan berdampak pula kepada ketidaknyamanan dan keamanan

pengguna kendaraan lain karena armada bus tersebut dengan seenaknya memakai bahu jalan

untuk berhenti dan menunggu penumpang, seperti yang dapat kita lihat di jalan Hassanudin dan

jalan Imam Bonjol. Ini tentunya bertentangan dengan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 16

Tahun 1981 Pasal 3 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap otobis umum yang beroperasi dan /atau

melewati wilayah kota Salatiga diharuskan memasuki/memulai/mengakhiri perjalanannya di

terminal bus dan diatur sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

Sanksi yang terdapat dalam Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 16 Tahun 1981

Tentang Terminal Dan Rettribusi Terminal :

Pasal 12

Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 3, 4, 5, 8, 9, 10, dan 11 Peraturan Daerah ini diancam

dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setiggi-tingginya Rp.

25.000,- (dua puluh lima ribu rupiah).

Di dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membandingkan dengan skripsi yang pernah

ditulis. Skripsi-skripsi yang pernah ditulis adalah :

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11633/1/T1_312012716_BAB I.pdf · maka dibutuhkan sarana dan prasarana transportasi pengangkutan

6

Tabel 1.2 Perbedaan Dengan Skripsi Sebelumnya

No Nama Judul Perbedaan

1 1. Krisdiyanto

Endah Saputro

( 312004084 )

Efektifitas Perda Kota Salatiga Nomor

16 tahun 1981 Tentang Terminal dan

Retribusi Terminal (Studi Kasus

Angkutan Umum Minibus Jurusan

Salatiga-Suruh)

Skripsi ini membahas

tentang penegakan

hukum yang dilakukan

oleh Dinas Perhubungan

terhadap sopir bus yang

tidak singgah /

memasuki terminal

Tingkir. Sedangkan

Skripsi Krisdiyanto

melihat ke efektifan dari

Perda No 16 tahun 1981.

2 2. Kristina Ika

Nugraeni ( 3198039 )

Penegakan Hukum Dinas Transportasi

Dan Perparkiran Terhadap Praktek

Pangkalan Liar Oleh Angkutan Pedesaan

Berplat Kuning Di Kota Salatiga

Skripsi ini didasarkan

pada Undang – Undang

Nomor 22 tahun 2009,

sedangkan Skripsi dari

Kristina Ika Nugraeni

didasarkan pada Undang

– Undang Nomor 14

tahun 1992 penulis

melihat adanya

perbedaan dalam hal

Penegakan hukum jika

membandingkan kedua

Undang –Undang

tersebut.

Dengan demikian, dari permasalahan ini penulis mengangkat tulisan dalam bentuk skripsi

berkaitan dengan tugas dan fungsi dari Dinas Perhubungan sebagai pihak yang berwenang dalam

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11633/1/T1_312012716_BAB I.pdf · maka dibutuhkan sarana dan prasarana transportasi pengangkutan

7

pelaksanaan dan penyelenggaraan kegiatan pengawasan, penertiban, patrol dan pengendalian lalu

lintas dan angkutan jalan dengan judul : “Penegakan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun

1981 Tentang Terminal Dan Retribusi Terminal Di Kota Salatiga”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka penulis

merumuskan masalah yang hendak di tulis sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan penegakan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 16 Tahun

1981 Pasal 3 ayat (1) terhadap sopir bus yang tidak singgah di terminal Tingkir oleh

Dinas Perhubungan?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penegakan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor

16 Tahun1981 oleh Dinas Perhubungan terhadap sopir bus yang melanggar ketentuan

Pasal 3 ayat (1) ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas bertujuan untuk :

1. Mengetahui pelaksanaan penegakan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 16 Tahun

1981 Pasal 3 ayat (1) oleh Dinas Perhubungan terhadap sopir bus yang tidak singgah di

terminal Tingkir.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan Peraturan Daerah Kota

Salatiga Nomor 16 Tahun 1981 oleh Dinas Perhubungan terhadap sopir bus yang

melanggar ketentuan Pasal 3 ayat (1).

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11633/1/T1_312012716_BAB I.pdf · maka dibutuhkan sarana dan prasarana transportasi pengangkutan

8

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum khususnya hukum pengangkutan,

lebih khusus terkait penerapan teori – teori hukum dalam pelaksanaan penegakan hukum

yang berhubungan dengan pelanggaran yang dilakukan para sopir bus dengan tidak

memasuki terminal Tingkir Kota Salatiga.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka

penegakan hukum yakni Dinas Perhubungan sebagai pihak yang memiliki kewenangan

sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diatur dalam Peraturan Walikota Salatiga Nomor

54 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Dan Uraian Tugas Pejabat Struktural Pada

Dinas Daerah sebagai pihak yang berwenang dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan

kegiatan pengawasan, penertiban, patrol dan pengendalian lalu lintas dan angkutan jalan.

Dengan demikian pembaca dan calon peneliti lain akan semakin mengetahui peran dan

tanggung jawab dari Dinas Perhubungan Kota Salatiga dalam melaksanakan penegakan

hukum terhadap para sopir bus yang tidak memasuki terminal sesuai dengan amanah yang

terdapat dalam Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 16 Tahun 1981 Pasal 3 ayat (1). Ini

dapat dijadikan bagi para pihak atau peneliti lain yang ingin mengkaji secara mendalam

berkaitan dengan masalah yang penulis utarakan diatas.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11633/1/T1_312012716_BAB I.pdf · maka dibutuhkan sarana dan prasarana transportasi pengangkutan

9

E. Metode Penelitian

Dalam menyusun skripsi, penulis akan menggunakan metode penelitian yang akan

disesuaikan dengan pokok masalah yang ada

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah eksploratif. Penelitian eksploratif di lakukan

apabila pengetahuan tentang gejala yang akan diselidiki masih kurang.

Pemilihan jenis penelitian yang tepat akan membantu pemecahan terhadap masalah

melalui pengumpulan data yang diperlukan. Dalam masalah ini penulis menggunakan

jenis penelitian yang berusaha untuk mengetahui sesuatu yang ada dalam masyarakat

dengan jalan mengumpulkan data, menyusun dan menganalisa, sehingga memenuhi apa

yang disebut sebagai jenis penelitian eksploratif.8

2. Pendekatan Yang Digunakan

Penulis menggunakan pendekatan Sosio Legal, yaitu studi hukum yang dipelajari sebagai

variable akibat yang timbul sebagai hasil akhir dari berbagai kekuatan dalam proses

sosial. Langkah-langkah dan desain teknis penelitian hukum mengikuti pola ilmu sosial

dan berakhir dengan penarikan kesimpulan.9 Pendekatan penelitian yang digunakan

dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian Yuridis Sosiologis,

dimana penulis mencoba mendapatkan berbagai data berkaitan dengan pelaksanaan

8 Soekanto,Soerjono, Suatu Tinjauan Hukum Terhadap Masyarakat Sosial, Rajawali.Jakarta, 1984, (selanjutnya

disingkat Soekanto Soerjono I), hal 10. 9 Soekanto,Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 1986, (selanjutnya disingkat

Soekanto Soerjono II), hal 10.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11633/1/T1_312012716_BAB I.pdf · maka dibutuhkan sarana dan prasarana transportasi pengangkutan

10

penegakan hukum yang dilakukan oleh pihak Dinas Perhubungan terhadap para sopir

yang tidak memasuki terminal Tingkir Kota Salatiga.

3. Tehnik Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dengan

cara melakukan wawancara daripada pihak yaitu :

1) Wawancara dengan pejabat di lingkungan Dinas Perhubungan Kota Salatiga

2) Wawancara dengan para sopir bus khususnya trayek Salatiga – Kopeng –

Magelang – PP dan trayek Salatiga – Ambarawa – PP.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang siap digunakan dalam penelitian. Data sekunder

ini meliputi :

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mengikat bagi pihak – pihak yang

terlibat yang meliputi :

a) Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

b) Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 16 Tahun 1981 Tentang Terminal

dan Retribusi Terminal

c) Peraturan Walikota Nomor 54 Tahun 2011 Tentang Tugas Pokok, Fungsi,

Dan Uraian Tugas Pejabat Struktural Pada Dinas Daerah

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11633/1/T1_312012716_BAB I.pdf · maka dibutuhkan sarana dan prasarana transportasi pengangkutan

11

d) Keputusan Walikota Salatiga Nomor 551.2/114/2002 Tentang Penutupan

Terminal Pembantu Rejosari Dan Rute Angkutan Penumpang Bus Dan

Non Bus.

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer seperti buku-buku literature tentang penegakan hukum,

artikel – artikel baik dari media cetak, dan media internet.

3) Bahan Hukum Tertier

Bahan hukum tertier adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer

dan sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum

lainnya. Bahan hukum yang digunakan oleh penulis adalah Kamus Besar Bahasa

Indonesia, guna membantu penulis menjelaskan istilah hukum yang mendukung

teori ataupun penulisan skripsi ini.

4. Populasi dan Sampel

Populasi responden dalam penulisan skripsi adalah para sopir bus yang memiliki trayek

Salatiga – Kopeng – Magelang – PP dan trayek Salatiga – Ambarawa – PP. Penulis

memilih responden tersebut dikarenakan bus – bus yang beroperasi pada jalur trayek

tersebut keseluruhannya tidak pernah memasuki terminal sesuai aturan yang berlaku.

Adapun rincian populasi responden adalah sebagai berikut :

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11633/1/T1_312012716_BAB I.pdf · maka dibutuhkan sarana dan prasarana transportasi pengangkutan

12

Salatiga – Ambarawa - PP : 23 bus

Salatiga – Kopeng – Magelang - PP : 18 bus

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang akan penulis teliti. Sampel digunakan

karena tidak memungkinkan untuk meneliti seluruh populasi yang ada. Untuk

mendapatkan presisi yang mendekati kebenaran, maka penulis melakukan teknik

purposive sampling yaitu dengan mengadakan penelitian berdasarkan pertimbangan /

penelitian subyektif dari penelitian, jadi dalam hal ini penulis menentukan sendiri

responden mana yang dianggap dapat mewakili populasi.10

Dalam hal ini penulis

mengambil sampel dari tiap-tiap trayek :

Salatiga – Ambarawa - PP : 10 sopir

Salatiga – Kopeng – Magelang - PP : 10 sopir

Pengambilan sampel berjumlah masing – masing 10 sopir bus, dikarenakan tidak

keseluruhan sopir bus bersedia untuk di wawancarai dan penulis berpendapat bahwa

jumlah sampel yang diambil dapat dikatakan sudah dapat mewakili jumlah keseluruhan

populasi responden.

5. Unit Amatan dan Analisis

a. Unit Amatan

Unit amatan adalah pada peraturan perundang – perundangan yang terkait dengan

penegakan hukum terhadap para sopir bus yang tidak memasuki terminal oleh Dinas

Perhubungan Kota Salatiga yakni :

Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 16 Tahun 1981 Tentang Terminal dan

Retribusi Terminal

10

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, Hal 91.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11633/1/T1_312012716_BAB I.pdf · maka dibutuhkan sarana dan prasarana transportasi pengangkutan

13

Peraturan Walikota Nomor 54 Tahun 2011 Tentang Tugas Pokok, Fungsi, Dan

Uraian Tugas Pejabat Struktural Pada Dinas Daerah

Keputusan Walikota Salatiga Nomor 551.2/114/2002 Tentang Penutupan

Terminal Pembantu Rejosari Dan Rute Angkutan Penumpang Bus Dan Non Bus.

b. Unit Analisis

Unit Analisis adalah pada penegakan hukum yakni Dinas Perhubungan Kota Salatiga

selaku pihak yang berwenang dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan kegiatan

pengawasan, penertiban, patrol dan pengendalian lalu lintas dan angkutan jalan

melakukan penegakan hukum terhadap para sopir yang tidak memasuki terminal

sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 16 Tahun 1981 Tentang

Terminal dan Retribusi Terminal.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disusun secara sistematis dan secara berurutan sehingga dapat

diperoleh gambaran yang jelas dan terarah. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. BAB I PENDAHULUAN

Bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metode penelitian, dan sistematika penulisan yang berkaitan dengan penegakan Peraturan

Daerah Kota Salatiga Nomor 16 Tahun 1981 terhadap para sopir bus yang tidak

memasuki terminal oleh Dinas Perhubungan Kota Salatiga.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11633/1/T1_312012716_BAB I.pdf · maka dibutuhkan sarana dan prasarana transportasi pengangkutan

14

2. BAB II PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tinjauan pustaka, dan data penelitian, sekaligus analisa peneliti terhadap

data-data atau bahan-bahan hukum sesuai dengan permasalahan yang dikaji pada

penelitian ini.

3. BAB III PENUTUP

Bab ini berisi pernyataan tentang kesimpulan ( jawaban atas permasalahan ) dan saran.