Transparansi Akuntabilitas dan Partisipasi Dalam Kerangka Pembangunan Post 2015

4

Click here to load reader

description

Sebuah Proposal dari Masyarakat Sipil : Tata Kelola dan Kerangka Kerja Pembangunan Paska 2015

Transcript of Transparansi Akuntabilitas dan Partisipasi Dalam Kerangka Pembangunan Post 2015

Page 1: Transparansi Akuntabilitas dan Partisipasi Dalam Kerangka Pembangunan Post 2015

 

   Tata  kelola  dan  Kerangka  Kerja  Pembangunan  Paska-­‐2015  :  Sebuah  Proposal  dari  Masyarakat  Sipil    Terbuka,   inklusif,   akuntabel,   dan   tata   kelola   yang   efektif   merupakan   nilai   mendasar   yang   harus  dimiliki   dalam   kerangka   kerja   PBB   Paska-­‐2015   yang   tercakup   dalam   tujuan   utama  maupun   bagian  dari   tujuan   lain   yang   ingin   dicapai.   Nilai-­‐nilai   tersebut   juga   harus   dimiliki   sehingga   kerangka   kerja  yang  dibangun  dapat  diterima  masyarakat  dan  berefek  maksimal   terhadap  pengentasan  kemiskinan  dan  pembangunan  berkelanjutan.    Sidang  Umum  PBB    menegaskan  bahwa  kerangka  kerja  Paska-­‐2015  harus  mempromosikan  tata  kelola  yang   demokratis   dan   para   ahli   telah   meneguhkan   peran   penting   tata   kelola   yang   baik   dalam  pemerintahan,  sebagaimana  juga  disebut  dalam  Millenium  Declaration  tahun  2000.i    Dalam  survey  My  World   yang   diselenggarakan   PBB   dan   melibatkan   satu   juta   responden   di   194   negara   ditemukan  bahwa   “pemerintah   yang   jujur   dan   responsif”   masuk   dalam   empat   prioritas   teratas   harapan  masyarakat   atas   suatu   pemerintahan,   suatu   hal   yang   sering   didengungkan   dalam   diskusi   dengan  orang-­‐orang  diseluruh  dunia.ii    Sebagaimana   disebutkan   Sekjen   PBB,   tata   kelola  merupakan   hasil   dan   faktor   penentu   keberhasilan  pembangunan.iii  Negara  dengan  tingkat  korupsi  yang  lebih  tinggi  memiliki   tingkat  keberhasilan  yang  lebih   rendah   dalam   menekan   angka   kematian   ibu   dan   peningkatan   pendidikan   anak,   misalnya,  sementara  dengan  peningkatan  kualitas  tata  kelola  dapat  memperbesar  tingkat  kesuksesan  program-­‐program  tersebut.iv  Untuk  itu,  kerangka  kerja  yang  ada  harus  mempromosikan  nilai-­‐nilai  keterbukaan,  akuntabilitas  dan  pelayanan  publik  yang  efisien,  membangun  rasa  saling  percaya  antara  pemerintah  dan   masyarakat,   dan   pemberantasan   korupsi.   Isu   ini   juga   sejalan   dengan   dukungan   terhadap  penegakan  hukum  dan  akses  terhadap  keadilan,  serta  kampanye  terkait  masyarakat  yang  damai  dan  pengentasan  ketimpangan  sosial.    Tantangannya   adalah   bagaimana   mengintegrasikan   tata   kelola   ke   dalam   kerangka   kerja   tersebut  sehingga  dapat  menyeimbangkan  keragaman  nasional  dengan  standar  internasional,  yang  secara  lebih  luas   mencakup   pemerintah   nasional   sampai   lembaga   internasional   dan   perusahaan   swasta   dan  kerangka   hukum   hak   asasi   manusia   serta   norma-­‐norma   yang   ada.   Untuk   itu   kerangka   kerja   yang  dibentuk  harus:    

1. Memungkinkan  masyarakat  dan  lembaga  publik  memperoleh  informasi  yang  rinci  dan  dapat  diandalkan  terkait  pembangunan  berkelanjutan  melalui  proses  dan  dalam  waktu  yang  wajar:  yang   secara   khusus  menyangkut   informasi   tentang   sumber  daya   yang   tersedia,   bagaimana  mereka  diolah,  digunakan  dan  kontribusi  apa  yang  dihasilkan.  

2. Mencegah  korupsi  dan  aliran  uang  gelap  yang  menyedot  dana  dalam  jumlah  besar.  3. Meningkatkan   efektivitas   institusi   publik   dalam   pengentasan   kemiskinan   dan   mendorong  

pembangunan   berkelanjutan   dan  memaksimalkan   akuntabilitas   publik   terkait   penggunaan  sumber  daya.  

4. Memastikan  dukungan  masyarakat  dalam  upaya  pengentasan  kemiskinan  dan  ketimpangan  sosial   dengan   membuka   partisipasi   masyarakat   dalam   merancang,   melaksanakan   dan  mengawasi   kebijakan,   tanpa   kecuali   dan   diskriminasi   dan   memastikan   kebebasan  berpendapat,  berserikat  dan  akses  akan  informasi.  

5. Meningkatkan  akuntabilitas  dan  dampak  positif  dari  bisnis  dengan  memastikan  keterbukaan  penuh   dalam   hubungan   antara   perusahaan   dan   negara   dan   dengan   kewajiban   pelaporan  dengan   standar   yang   konsisten   atas   dampak   atas   lingkungan,   masyarakat   dan   hak   asasi  manusia.  

 Lima  tujuan   ini  harus  menjadi   tujuan  global  yang  tercakup  dalam  tujuan  utama  yang  berdiri  sendiri  dalam  kerangka   kerja   Paska-­‐2015  dalam   “memastikan   tata   kelola   yang   terbuka,   inklusif,   akuntabel,  dan   efektif”   dan   terintegrasi   dalam   tujuan   lain. v  Diperlukan   juga   mekanisme   pelaporan,   dan  memastikan   akuntabilitas,   terkait   pencapaian   semua   tujuan   kerangka   kerja   Paska-­‐2015   (termasuk  tujuan  yang  terkait  tata  kelola)  di  level  global,  regional,  dan  nasional.    Tujuan  tersendiri  yang  terkait  dengan  tata  kelola  diperlukan  untuk  mengatasi  rintangan  serius  dalam  pembangunan  yakni   rintangan  struktural  dan   transnasional  dan  yang   tidak  bisa  diatasi  oleh   tujuan-­‐tujuan   sektoral   (misalnya   yang   terkait   kesehatan   atau   pendidikan).   Salah   satu   contohnya   adalah  korupsi,    yang  dikatakan  merugikan  Uni  Eropa  sebesar  120  miliar  Euro  per  tahun.vi  Contoh  lain  adalah  aliran  dana  gelap,  yang  diestimasi  menyedot  lebih  dari  satu  triliun  dollar  dari  dana  yang  disalurkan  ke  Afrika  sejak  1980.  Tanpa  adanya  kebocoran  tersebut  diperkirakan  Afrika  dapat  mencapai  target  MDG  terkait  kematian  anak  13  tahun  lebih  cepat  dari  perkiraan.vii    Pemilihan,  implementasi  dan  evaluasi  aksi  nasional  untuk  mencapai  tujuan  global  juga  harus  dicapai  dalam   level   nasional,   dengan   melibatkan   semua   pemangku   kepentingan   (terutama   kelompok  masyarakat   miskin   dan   terpinggirkan)   dan   menggunakan   parameter   global   untuk   memastikan  standar  yang   jelas  dan  dapat  dibandingkan  dengan  negara   lain.  Dalam  tabel  di  halaman  selanjutnya,  kami   mengusulkan   target   minimum   global   bagi   tiap   target   tata   kelola.   Kami   juga   mengusulkan  beberapa  ide  terkait  indikator  untuk  mengevaluasi  kemajuan  diluar  target  minimum  tersebut.    Kami  berharap  dapat  bekerja  sama  dengan  PBB  dan  para  negara  anggota  dalam  mengatasi  tantangan  utama  tersebut.        

Open, inclusive, accountable and effective governance needs to be at the heart of the United Nations’

Post-2015 framework, as a stand-alone goal and an integral part of other goals, if the framework is

to win legitimacy from citizens and maximise its effects on poverty and sustainable development.

The UN General Assembly has affirmed that the Post-2015 framework should promote democratic

governance and expert inputs have underlined the critical importance of governance, as did the

Millennium Declaration in 2000.1 The UN’s MyWorld survey of more than a million people in

194 countries has found “an honest and responsive government” to be one of citizens’ top four

priorities, a theme which often recurs in consultations with people around the world.2

As the UN Secretary-General has noted, governance is both an outcome and an enabler of

development.3 Countries with more bribery make less progress in areas like maternal mortality

and child education, for example, while small gains in governance could have big effects on

these areas.4 So the framework needs to promote openness, accountability and effective public

institutions, build trust between states and citizens and curb corruption and waste. These issues

go hand in hand with promotion of the rule of law and access to justice, the promotion of peaceful

societies and the addressing of inequality.

The question is how to integrate governance into the framework in a way which balances national

diversity with global comparability, extends from governments to international bodies and private

corporations and builds on existing human rights laws and norms. We believe the framework needs to:

1. Enable all people and public bodies to obtain detailed and reliable information on sustainable development in a timely and accessible manner: in particular, information about what

resources are available, how they are raised and spent and what results they contribute to.

2. Curb corruption and illicit financial flows, which drain away huge sums in much-needed funds.

3. Enhance the effectiveness of public institutions in curbing poverty and promoting sustainable

development and maximise their accountability for the use of public resources.

4. Ensure public backing for efforts to curb poverty and inequality by enabling participation of all people in the design, delivery and monitoring of policy, without exclusion or discrimination,

and by ensuring rights of free speech, assembly and access to information.

5. Enhance the accountability and positive impacts of business by ensuring full disclosure

of relationships between corporations and states and requiring corporations to report to a

consistent standard on their impacts on the environment, society and human rights.

These five aims should become global targets which are included in a stand-alone Post-2015 goal on

“ensuring open, inclusive, accountable and effective governance” and integrated into other goals.5

There also need to be mechanisms for reporting on, and ensuring accountability for, the attainment

of all Post-2015 goals (including a goal on governance) at the global, regional and national levels.

A stand-alone governance goal is needed to address serious obstacles to development which are

structural and transnational and so cannot be addressed by sectoral goals (on health or education,

for example). One such obstacle is corruption, which is said to cost the European Union as much as

120 billion euros a year.6 Another is unrecorded illicit financial flows, which are estimated to have

drained more than a trillion dollars from Africa since 1980. It has been calculated that retaining

this capital within the continent might enable it to meet its MDG targets on child mortality 13

years earlier on average.7

The selection, implementation and evaluation of national actions to meet global goals should happen at

national level, in ways which actively involve all stakeholders (especially the poor and other marginalised

groups) and within global parameters which ensure rigour and comparability between countries. In the

table overleaf, we suggest a global minimum for each governance target. As a contribution to debate,

we suggest ideas for indicators which might be used to evaluate progress beyond this global minimum.

We look forward to working with the United Nations and its Member States on these vital questions.

Governance and the Post-2015 development framework: a civil society proposal

Page 2: Transparansi Akuntabilitas dan Partisipasi Dalam Kerangka Pembangunan Post 2015

   

 Tujuan  Paska-­‐2015:  Memastikan  tata  kelola  yang  terbuka,    inklusif,  akuntabel  dan  efektif  

                                                                                                       

 

Target  global  yang  diusulkan   Target  yang  perlu  dipastikan   Target  minimum  global  yang  diusulkan  

Indikator  yang  memungkinkan  

1.  Memungkinkan  masyarakat  dan  lembaga  publik  memperoleh  informasi  yang  detail  dan  dapat  diandalkan  terkait  pembangunan  berkelanjutan  melalui  proses  dan  waktu  yang  wajar:  khususnya  menyangkut  informasi  tentang  sumber  daya  yang  tersedia,  bagaimana  mereka  diolah,  digunakan  dan  kontribusi  yang  dihasilkan.    

Hukum  dan  peraturan  memungkinkan  masyarakat  memperoleh  informasi  dalam  waktu  yang  wajar,  dan  dalam  bentuk  yang  dapat  diakses  dan  digunakan.  

Hak  untuk  memperoleh  informasi  tercakup  dalam  hukum  dan  peraturan  sesuai  standar  internasional  

Berkurangnya  waktu  yang  dibutuhkan  masyarakat  untuk  memperoleh  data  akibat  dari  hukum  dan  peraturan  tersebut.viii    Meningkatnya  hak  atas  penilaian  informasi.  Ratifikasi  atas  Open  Data  Charter.    

Laporan  yang  lengkap  dan  tepat  waktu  atas  semua  anggaran  pemerintah  dan  aliran  keuangan  lainnya  di  level  nasional  dan  sub  nasional,  termasuk  pajak  perusahaan  dan  penghasilan,  bantuan,  serta  pinjaman  komersil  dan  konsesi  

Pemerintah  secara  proaktif  mempublikasikan  dokumen  anggaranix,  dengan  data  yang  merujuk  pada  sumber  yang  memadai  dan  data  statistik  independen,  yang  juga  berisi  kriteria  dan  penggunaan  pendanaan  eksternal.    Perusahaan  diharuskan  membuka  semua  data  pembayaran  pajak  ke  pemerintah  (lihat  juga  di  poin  ke  5  di  bawah).    Donor  bilateral,  multilateral,  dan  penyedia  pinjaman  menyampaikan  laporan  sesuai  persyaratan  minimum  IATI.x    

Kepatuhan  atas  klausa  akses  terhadap  informasi  dalam  konvensi  PBB  terkait  pemberantasan  korupsi.xi    Meningkatnya  skor  dalam  Open  Budget  Index  dan  Financial  Secrecy  Index.xii    Meningkatnya  skor  IATI  terkait  bantuan  donor.  Meningkatnya  skor  Resource  Governance  Index  (jika  relevan).xiii  

Laporan  yang  reguler  dan  tepat  waktu,  dalam  format  yang  dapat  diakses  masyarakat,  terkait  pencapaian  tujuan  Paska-­‐2015,  yang  dirinci  berdasarkan  daerah,  jender,  usia,  dan  indikasi  utama  lainnya,  termasuk  sumberdaya  yang  diinvestasikan  dan  hasil  yang  diperoleh  

Pemerintah  menyampaikan  laporan  tahunan  ke  masyarakat,  disertai  dengan  masukan  dari  pemangku  kepentingan  nasional,  terkait  implementasi  agenda  Paska-­‐2015.    Institusi  internasional  juga  menyampaikan  laporan  tahunan  ke  masyarakat  terkait  isu-­‐isu  tersebut.    

Peningkatan  cepat  dari  sisi  cakupan  dan  kualitas  laporan.    Informasi  lebih  mudah  diakses,  dan  dipergunakan,  oleh  kelompok  marjinal.    Laporan  yang  ada  meningkatkan  efektivitas  kebijakan.  

2.  Mencegah  korupsi  dan  aliran  uang  gelap  

Pemerintah  mengambil  langkah  efektif  untuk  mencegah  korupsi  dan  aliran  uang  gelap  

Negara  menandatangani  dan  meratifikasi  UNCAC  dan  mengimplemetasikan  kerangka  kerja  hukum  terkini  terkait  suap,  korupsi,  dan  penyalahgunaan  pajak,  dan  memfasilitasi  pengembalian  aset  yang  dicuri.    Negara  mencegah  penghindaran  pajak,  penyuapan  dan  korupsi  di  semua  perusahaan  dalam  kewenangannya.    Lelang  publik  yang  transparan  dan  keterbukaan  atas  kepemilikan  saham  perusahaan  yang  paling  diuntungkan.    (lihat  poin  ke  5  di  bawah)    Aset  pejabat  publik  harus  sepenuhnya  terbuka  dan  diaudit.    Pakar  independen  ikut  serta  dalam  perumusan  dan  pembahasan  hukum  anti  korupsi.    

Turunnya  peringkat  terkait  aliran  dana  gelap  dalam  Global  Financial  Estimate.  Meningkatnya  skor  dalam  Anti-­‐Money  Laundering  Index  oleh  Basel  Institut.xiv    Naik  peringkat  dalam  Corruption  Perceptions  Index  Transparancy  International,  Global  Corruption  Barometer  dan  Bribe-­‐Payers  Index.xv    Pemulihan  dan  pengembalian  aset  ke  pemiliknya  dalam  waktu  yang  lebih  cepat.    Hasil  survey  yang  menunjukkan  berkurangnya  pengalaman  pribadi  yang  dialami  masyarakat  terkait  korupsi.xvi    

Page 3: Transparansi Akuntabilitas dan Partisipasi Dalam Kerangka Pembangunan Post 2015

       

                                                                                                       

     

Target  global  yang  diusulkan   Target  yang  perlu  dipastikan  

Target  minimum  global  yang  diusulkan  

Indikator  yang  memungkinkan  

3.  Meningkatkan  efektivitas  institusi  publik  dalam  pengentasan  kemiskinan  dan  mendorong  pembangunan  berkelanjutan  dan  memaksimalkan  akuntabilitas  publik  terkait  penggunaan  sumber  daya.  

Efektivitas  kebijakan  dan  belanja  publik    dikaji  secara  teratur,  independen  dan  transparan.  

Negara  memiliki  badan  audit  independen  atau  lembaga  pengawas  lain  yang  melakukan  audit  secara  teratur  yang  dipublikasikan  secara  penuh.  

Lebih  banyak  masukan  lembaga  audit  yang  ditanggapi  oleh  lembaga  negara.        

Peningkatan  yang  berkelanjutan  terkait  kapasitas  negara  dalam  mencari,  mengelola  dan  membelanjakan  anggaran  untuk  pembangunan,    dalam  penyediaan  pelayanan  publik  yang  efektif  dan  memadai,  serta  mengevaluasi  hasilnya.  

Lembaga  donor  memberikan  dukungan  untuk  peningkatan  kapasitas  institusi  publik  di  negara  yang  memiliki  keterbatasan  dalam  upaya  tersebut.  

Meningkatnya  World  Bank  Insitute  Worldwide  Governance  Indicator  terkait    kualitas  dan  efektivitas  peraturan.xvii    Rasio  pajak/GDP  semakin  mendekati  rata-­‐rata  global  dan  turunnya  angka  pajak  yang  jatuh  tempo  namun  belum  dibayar.    Berkurangnya  selisih  antara  alokasi  dan  eksekusi  anggaran,  penundaan  penyelesaian  dan  pembayaran  hutang,  tagihan  dan  gaji.      

4.  Meningkatkan  partisipasi  aktif  semua  orang  dalam  pembangunan  berkelanjutan  dan  menjamin  partisipasi  semua  orang  dalam  berpendapat,  berserikat,  melakukan  protes  yang  damai,  dan  akses  akan  informasi  

Kerangka  hukum  yang  melindungi  hak  dasar  dan  melarang  diskriminasi.  

Kerangka  hukum  menegakkan  hak  berpendapat,  berserikat  dan  akses  akan  informasi.  

Peningkatan  dalam  indikator  kebebasan  untuk  berkelompok  dan  berasosiasi  dalam  CIRI  Human  Rights  Dataset.xviii    

Media  dapat  beroperasi  secara  independen  tanpa  adanya  ketakutan  akan  kekerasan  dan  represi.  

Kerangka  hukum  melindungi  hak  jurnalis  untuk  mempublikasikan  laporan  menyangkut  kepentingan  publik  tanpa  gangguan  dan  sensor.    

Penghapusan  kekerasan  dan  sanksi  terhadap  jurnalis  sebagaimana  tercatat  oleh  Committee  to  Protect  Journalist.xix  

Pembela  hak  asasi  manusia  dan  kelompok  masyarakat  sipil  dapat  bekerja  tanpa  adanya  gangguan  dan  halangan.    

Hukum  melindungi  masyarakat  sipil  untuk  bekerja  dengan  bebas.  

Skor  yang  lebih  tinggi  dalam  indesk  Civil  Society  Enabling  Environment  Index  oleh  Civicus.xx  

Semua  masyarakat,  tanpa  kecuali  dan  diskriminasi,  dapat  berperan  aktif  dalam  pembentukan,  implementasi  dan  pengawasan  kebijakan  (misalnya  dalam  merancang  anggaran  dan  pengawasan  layanan  publik)  

Adanya  mekanisme  formal  yang  memungkinkan  masyarakat,  terutama  kelompok  miskin  dan  terpinggirkan,  perempuan  dan  remaja  untuk  berkontribusi  dalam  membuat,  implementasi  dan  pengawasan  kebijakan.    

Skor  partisipasi  yang  lebih  tinggi  dalam  Rule  of  Law  Index  dan  Open  Budget  Survey  (terkait  partisipasi  dan  anggaran).xxi  Semakin  banyak  masyarakat  survey  yang  mengatakan  mereka  dapat  berpartisipasi  lebih  dalam  pembangunan.xxii    

5.  memastikan  keterbukaan  penuh  dalam  hubungan  antara  perusahaan  dan  negara  dan  dengan  kewajiban  pelaporan  atas  dampak  lingkungan,  masyarakat  

Transparansi  penuh  dalam  lelang  publik  (termasuk  keterbukaan  penuh  dalam  semua  kontrak  antara  negara  dan  perusahaan  swasta),  pembayaran  pajak,  donasi  politik  dari  perusahaan  dan  lobi,  laporan  perusahaan  terkait  dampak  sosial,  hak  asasi  manusia  dan  lingkungan.    

Hukum  mengharuskan  perusahaan  untuk  melaporkan  pembayaran  pajak,  donasi  politik,  lobi  dan  dampak  sosial,  hak  asasi  manusia  serta  lingkungan  dalam  waktu  yang  wajar.    Hukum  mengharuskan  lelang  publik  yang  transparan  dan  keterbukaan  atas  kepemilikan  saham  dan  kontrak  perusahaan  dengan  negara.  

Meningkatkan  cakupan,  kualitas  dan  tempo  pelaporan.    Masyarakat  mengekspresikan  bertambahnya  kepercayaan  terhadap  hubungan  sektor  pemerintah  dan  swasta  (misalnya  terlihat  dari  survey.)      Menurunnya  dampak  negatif  investasi  terhadap  sosial,  lingkungan  dan  hak  asasi  manusia.xxiii    

Target  menyeluruh:  menciptakan  mekanisme  akuntabilitas  global  dan  nasional  untuk  tujuan  paska-­‐2015  yang  memastikan  para  lembaga  di  semua  level  bekerja  untuk  mendorong  tujuan  dari  kerangka  kerja  yang  ditetapkan  

Semua  institusi,  termasik  lembaga  internasional  dan  perusahaan  swasta  dan  pemerintah,  berkewajiban  untuk  berkontribusi  dalam  tujuan  paska-­‐2015.  

Kerangka  kerja  ini  memperjelas  tanggung  jawab  masing-­‐masing  institusi.    Mekanisme  pelaporan  yang  inklusif  dan  akuntabilitas  tercipta  di  level  global  dan  di  setiap  negara.    

Para  institusi  memenuhi  tanggung  jawabnya  di  bawah  kerangka  kerja  Paska-­‐2015  secara  tepat  waktu,  komprehensif  dan  bersifat  inklusif  bagi  seluruh  pemangku  kepentingan.  

Page 4: Transparansi Akuntabilitas dan Partisipasi Dalam Kerangka Pembangunan Post 2015

   

 Pernyataan  ini  dipublikasikan  pada  Januari  2014  dan  didukung  oleh:    Advocates  Coalition  for  Development  and  Environment  (Uganda)  AfroLeadership  (Cameroon)  Alliance  for  Budget  Transparency  (Kyrgyzstan)  Cahurast  (Nepal)  Caritas  Zambia  Centre  for  Budget  and  Governance  Accountability  (India)  Center  for  Transparency  and  Accountability  in  Liberia  Civil  Society  Platform  for  Peacebuilding  and  Statebuilding  Community  Health  and  Research  (Nigeria)  Community  Initiative  Action  Group  (Kenya)  Fitra  (Indonesia)  Fondation  Chirezi  (Democratic  Republic  of  Congo)  Fundación  Nacional  para  el  Desarrollo  (El  Salvador)  Fundación  Solidaridad  (Dominican  Republic)  Fundar  (Mexico)  Global  Integrity  (United  States)  Global  Movement  for  Budget  Transparency,  Accountability  and  Participation  (BTAP)  Global  Witness  (United  Kingdom)  Groupe  D´Etude,  De  Recherche  et  D`Action  Pour  Le  Developpement  (Senegal)  Grupo  de  Ciudadanía  y  Finanzas  Públicas  de  la  ESAP  Escuela  Superior  de  Administración  Pública  (Colombia)  Human  Rights  First  Rwanda  Institute  of  Public  Finance  (Croatia)  Instituto  de  Estudios  Estratégicos  y  Políticas  Públicas  (Nicaragua)  Instituto  de  Estudos  Socioeconômicos  (Brazil)  Integrity  Action  Integrity  Watch  Afghanistan  International  Alert  (United  Kingdom)  International  Budget  Partnership  Kemitraan  (Indonesia)  Luta  Hamutuk  (Timor  Leste)  National  Campaign  on  Dalit  Human  Rights  (India)  Obeng  Denis  Udo-­‐Inyang  Foundation  (Nigeria)  Pattiro  (Indonesia)  Perkumpulan  IDEA  (Indonesia)  Policy  Forum  (Tanzania)  Public  Service  Accountability  Monitor  (South  Africa)  Publish  What  You  Pay  Indonesia  Restless  Development  Saferworld  Samarthan  Center  for  Development  and  Support  (India)  Save  the  Children  Society  for  Civic  Development  (South  Sudan)  Soros  Foundation  Kazakhstan  Stakeholder  Forum  Tearfund  Transparencia  Mexicana  Transparency  International  Transparency  International  Indonesia  Trocaire  (Ireland)  Youth  for  Social  Development  (India)    

   

     Catatan  kaki  ____________________________    1. Lihat  Sidang  Umum  PBB.  Dokumen  hasil  rapat  terkait  hal  khusus  menyangkut  

upaya  lanjtan  untuk  mencapai  Tujuan  Pembangunan  Millenium.  A/68/L.4.  1  Oktober  2013.  Hal.  4.  Lihat  Laporan  Sekjen  PBB.  A  Life  of  Dignity  for  All.  A/68/202.  Hal  13.  Artikel  13,  Millennium  Declaration    

2. Lihat  http://www.myworld2015.org/?page=results.  Lihat  juga  laporan  akhir  dari  the  Global  Thematic  Consultation  on  Governance  and  the  Post-­‐2015  Development  Framework  di  http://www.worldwewant2015.org/governance/finalreport.  Lihat  juga  Howard,  J  and  Leavy,  J.  What  Matters  Most?  Hasil  dari  84  studi  parsitipatif  dengan  mereka  yang  hidup  dalam  kemiskinan  dan  terpinggirkan.  Institute  for  Development  Studies.  2013  

 3. Liat  Laporan  Sekjen  PBB.  A  life  of  dignity  for  all:  accelerating  progress  towards  

the  Millennium  Development  Goals  and  advancing  the  United  Nations  development  agenda  beyond  2015.  A/68/202.  26  Juli  2013.  Paragraf  81.  

 4. Lihat  

http://www.transparency.org/news/feature/ending_corruption_to_end_poverty  and  https://www.savethechildren.org.uk/sites/default/files/docs/Getting_to_Zero.pdf  

 5. Misalnya,  tujuan  bidang  pendidikan  dalam  Paska-­‐2015  harus  mencakup  target  

penggunaan  dana  publik  untuk  pendidikan  (Target  Utama  kami),  mencegah  korupsi  di  system  pendidikan  (Target  Kedua),  partisipasi  masyarakat  dalam  merancang  kebijakan  dan  pengelolaan  sekolah  (Target  ketiga),    dan  urusan  keuangan  antara  penyedia  barang  dan  jasa  swasta  degan  system  edukasi  publik  (Target  Keempat)  

 6. Lihat  EU  Home  Affairs  Commissioner  Cecilia  Malmström.  Fighting  Corruption.  

From  Intention  to  Results.  Pidato,  5  Maret  2013.  Dapat  diakses  di  http://europa.eu/rapid/press-­‐release_SPEECH-­‐13-­‐187_en.htm?locale=en  

 7. African  Development  Bank.  New  AfDB-­‐GFI  Joint  Report:  Africa  a  Net  Creditor  to  

the  Rest  of  the  World.  Rilis  media.  29  Mei  2013.  Definisi  dari  aliran  dana  gelap  dari  aktivitas  illegal  dan  legal  yang  menjadi  illegal  karena  mencederai  regulasi  kontrol  aliran  dana.  Lihat  juga  http://international.cgdev.org/blog/oecd-­‐financial-­‐secrecy-­‐african-­‐child-­‐mortality  

 8. Lihat  http://rti-­‐rating.org/  and  http://odta.net/post/open-­‐data-­‐charter    9. Kami  merekomendasikan  setiap  negara  menerbitkan  empat  dokumen  anggaran  

dasar:  Rancangan  Anggaran  Eksekutir,  Anggaran  yang  Disahkan,  Anggaran  Masyarakat,  dan  Laporan  Audit  

 10. Lihat  www.aidtransparency.net    11. Lihat,  misalnya,  Konvensi  PBB  Menentang  korupsi.  Artikel  10  dan  13.    12. Lihat  http://internationalbudget.org/what-­‐we-­‐do/open-­‐budget-­‐survey/and  

http://www.financialsecrecyindex.com    13. Lihat  http://www.revenuewatch.org/rgi/.  This  index  covers  natural  resource-­‐

producing  countries.    14. Lihat  http://www.gfintegrity.org/  and  http://index.baselgovernance.org/    15. Lihat  http://www.transparency.org/research    16. Lihat,  misalnya,  for  example,  http://www.latinobarometro.org/lat.jsp,  

http://www.afrobarometer.org/  and  http://www.asianbarometer.org/    17. Lihat  www.govindicators.org    18. Lihat  http://www.humanrightsdata.org/    19. Lihat  http://www.cpj.org    20. Lihat  http://socs.civicus.org/?p=4297    21. Lihat  http://worldjusticeproject.org/rule-­‐of-­‐law-­‐index    22. Sesuai  catatan  kaki  xix    23. Misalnya,  UN  Human  Rights  Council’s  Guiding  Principles  on  Business  and  

Human  Rights  secara  relevan  dapat  menjadi  indikator  bagi  dampak  bisnis  terhadap  hak  manusia