TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis...

138
i TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis Hukum Islam Terhadap Tradisi Iddah Masyarakat Kebon Randu II, Kecamatan Anjatan Baru, Kabupaten Indramayu) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh: TISNA NIM: 21111042 JURUSAN AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015

Transcript of TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis...

Page 1: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

i

TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM

(Analisis Hukum Islam Terhadap Tradisi Iddah Masyarakat

Kebon Randu II, Kecamatan Anjatan Baru,

Kabupaten Indramayu)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

TISNA

NIM: 21111042

JURUSAN AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2015

Page 2: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

ii

Page 3: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

iii

TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM

(Analisis Hukum Islam Terhadap Tradisi Iddah Masyarakat

Kebon Randu II, Kecamatan Anjatan Baru,

Kabupaten Indramayu)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

TISNA

NIM: 21111042

JURUSAN AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2015

Page 4: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

iv

Page 5: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

v

Page 6: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

vi

Page 7: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

vii

MOTO

“Sebesar apa sukses anda diukur dari seberapa kuat keinginan anda, seberapa besar mimpi-mimpi

anda, bagaimana pula anda mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup anda.”

[Robert T Kiyosaki, motivator dan penulis asal Amerika Serikat]

Seperti dalam kaidah fikih bahwasanya keyakinan tidak bisa dihilangkan dengan keraguan.

Maka niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu

perbuatan, oleh karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka perbuatan

itu buruk.

Page 8: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

viii

PERSEMBAHAN

Penulis mempersembahkan skripsi ini kepada:

1. Skripsi ini kupersembahkan kepada Sang Maha Cinta, Allah Swt, dan panutan

hidup, Nabi Muhammad Saw.

2. Kepada Bapak Sukron Ma‟mun, S.HI., M.Si yang telah sabar dan tak pernah

lelah membimbing, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini

3. Kepada Keluarga besar pp. al-Islah, terutama Bapak K. Selamet Idris, K.H.

Jainal Abidin, K. Rofiq yang takhenti-hentinya memberikan dukungan serta

Do‟anya.

4. Kepada Ayah anda Warnadi alm dan Ibu Ratimpen yang selalu mendukung

dan mendoakanku.

5. Kepada Keluarga besar Kess De Joung dan Tuti yang selalu mendukung,

memotivasi dan mendoakanku.

6. Kepada Mr. Hans Biermans dan Mr. Wim yang selalu mendukung dan

mendoakanku.

7. Kepada teman-teman organisasi PMII Komisariat Joko Tingkir Salatiga,

Wushu IAIN Salatiga, GEMAK Syariah, Teater Lintang Songo, teman-teman

kampus satu dan kampus dua, yang selelu memotivasi dan mendoakanku.

Terimakasih atas dukungan kalian semua, saya mampu menyelesaikan

perjuanganku menuju gelar sarjana Hukum Islam dan menjadi orang yang

besar seperti sekarang ini, Semoga amal-amal kalian dicatat sebagai amal yang

memenuhi timbangan kelak di akhirat dan mendapatkan ridha-Nya, Amiin

Page 9: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

ix

KATA PENGANTAR Al-Hamdulillah, puji beserta syukur kehadirat Ilahi Robbi yang telah

memberikan hidayah dan kekuatan, sholawat beriring salam atas junjungan besar

Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapatkan safaatnya, amin.

Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan, sebuah karya

yang sangat sederhana ini, pada akhirnya terselesaikan juga, tentunya setelah

melewati berbagai macam tantangan dan rintanagan yang penulis rasakan,

terutama perang pikiran antara idealisme dan realisme. Namun berkat ketabahan,

kesabaran dan kekuatan, serta besarnya dorongan moril dari keluarga dan teman-

teman, maupun doa yang senantiasa penulis panjatkan kepada Ilahi Robbi, pada

akhirnya proses penulisan skripsi ini terselesaikan juga.

Karya ini, penulis sadari sangat jauh dari kesempurnaan, banyak

kekurangan di dalamnya. Namun ini semua tentunya merupakan proses

pembelajaaran yang penulis sadari “bahwa tak ada yang sempurna di dunia ini”.

Semoga akan menjadi pegangan yang berarti bagi penulis untuk dapat berkarya

dikemudian hari, serta dapat memberikan manfat bagi kita semua.

Kemudian, karya ini akan sangat sulit terselesaikan tanpa bantuan dan

dorongan dari semua pihak, maka ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya

penulis sampaikan kepada :

1. Kepada Bapak Dr. Rachmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Kepada Ibu Dra. Siti Zumrotun, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syari‟ah

IAIN Salatiga.

3. Kepada Bapak Sukron Ma‟mun, M. Si selaku Kajur Ahwal Al-

Syakhshiyyah IAIN Salatiga.

4. Kepada Ibu Heni Satar N, S.H., M.Si. selaku Dosen Pembimbing

Akademik.

5. Bapak Sukron Ma‟mun, M. Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

6. Kepada seluruh dosen IAIN Salatiga dan karyawan akademik yang tidak

dapat saya sebut satu persatu.

Page 10: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

x

Page 11: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

xi

ABSTRAK

Tisna : Tradisi Masa Iddah Cerai Mati Nyiram Makam Analisis Hukum Islam

terhadap Tradisi Iddah Masyarakat Kebon Randu II, Kecamatan Anjatan

Baru, Kabupaten Indramayu. Skripsi Fakultas Syari‟ah, Jurusan Ahwal

AL-Syakhshiyyah, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Sukron Ma‟mun, M.Si

Kata Kunci: Tradisi Masa Iddah Cerai Mati

Iddah pada umumnya bahwasanya seseorang wanita tidak boleh keluar dari

rumah ketika sedang menjalankan masa iddah akan tetapi pada kenyataanya ada

tradisi yang dilakukan di masyarakat Kebon Randu ketika suaminya meninggal,

mereka melakukan ritual dengan memberi makan kepada suaminya dengan cara

menyuguhkan sesajen di dalam rumah dan diletakan di pedaringan. Disamping

meraka menjalankan syariat Islam mereka juga melakukan ritual sesajen bahkan

tidak hanya itu saja ada ritual lain yang dipercayai masyarakat Kebon Randu

seperti menyalakan damar di dalam kurungan ayam, bahkan ada kebiasaan keluar

malam hari untuk memberikan air yang sudah di do‟akan yang berisi bunga tujuh

rupa kemudian diantarkan ke makam suaminya bersama orang lain, dari situlah

muncul pertanyaan bahwasanya bagaimana tradisi iddah cerai mati di Desa Kebon

Randu? Apa makna tradisi cerai mati di Desa Kebon Randu? Terus bagaimana

presepektif hukum Islam mengenai masa iddah cerai mati di Desa Kebon Randu?

Dari pemaparan diatas maka saya mengangkat judul TRADISI MASA IDDAH

CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis Hukum Islam terhadap Tradisi

Iddah Masyarakat Kebon Randu II, Kecamatan Anjatan Baru, Kabupaten

Indramayu) sebagagai SKRIPSI.

Metode penilitian yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan (field

research) dalam pelaksanaanya menggunakan metode pendekatan kualitatif

diskripsi analisis yang umumnya menggunakan strategi multi media yaitu

wawancara, pengamatan, serta penelaahan dokumen/studi dokumenter, dengan

pendekatan normatif dan sosiologis, normatif digunakan untuk mengetahui hukum

iddah tersebut sedangkan sosiologis digunakan untuk mengetahui kondisi atau

pelaksanaan tradisi masa iddah di masyarakat Kebon Randu II. Hasil dari

penelitian tradisi cerai mati nyiram makam di desa Kebon Randu yaitu iddahnya

dengan memberikan makan kepada suaminya yang telah meninggal, seperti

sesajen dan keluar dimalam hari bersama laki-laki lain selama 7 hari. Hukumnya

haram, apabila berniat mendekatkan diri kepada jin, ini seperti dijelaskan dalam

surat an-Nisaa‟ayat 48 perbuatan syirik (menyekutukan-Nya). Hukumnya boleh,

jika diniatkan dengan sedekah dan medekatkan diri pada allah. Ini berdasarkan

dalam kaidah fikih ada yang namanya kaidah Al-„Adah Al-Muhakkamah yang

mana memiliki arti bahwa adah (adat) itu bisa dijadikan patokan hukum. Menurut

Abdurrahman wanita yang sedang dalam masa iddah juga dilarang keluar rumah

baik siang hari maupun malam hari. Ulama Hanafi mengatakan, perempuan yang

menjalani masa iddah karena ditalak satu, dua, tiga tidak boleh keluar rumah

siang hari maupun malam hari.

Page 12: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL ......................................................................................................... i

LEMBAR BERLOGO ..................................................................................... ii

JUDUL ............................................................................................................. iii

NOTA PEMBIMBING .................................................................................... iv

PENGESAHAN ............................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... x

ABSTRAK ....................................................................................................... xi

DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 3

D. Penegasan Istilah ................................................................................. 4

E. Kerangka Teori ..................................................................................... 6

F. Telaah Pustaka ...................................................................................... 10

G. Matode Penelitian ................................................................................. 16

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian..................................................... 16

2. Pendekatan Penelitian .................................................................... 20

3. Waktu Penelitian dan Kehadiran Penelitian ................................... 20

4. Lokasi Penelitian ............................................................................ 21

5. Sumber Data ................................................................................... 21

6. Metode Analisis Data ..................................................................... 23

7. Pengecekan Keabsahan Data.......................................................... 23

Page 13: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

xiii

8. Tahap Penelitian ............................................................................. 24

H. Sistematika Pembahasan ...................................................................... 25

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASA IDDAH CERAI MATI

A. Penegertian Iddah…………………………………………………… 27

1. Iddah Menurut Fiqih ........................................................................ 27

2. Iddah Menurut KHI ......................................................................... 30

B. Hukum Iddah dalam Al-Qur‟an dan Hadis .......................................... 31

1. Dasar Hukum dari Firman Allah ...................................................... 31

2. Dasar Hukum dari Hadist ................................................................. 32

3. Ketentuan Masa Iddah dalam UU KHI ............................................ 34

C. Macam-Macam Iddah ......................................................................... 34

1. Iddah Bagi Perempuan Karena Cerai Mati ...................................... 34

2. Iddah Bagi Perempuan Hamil .......................................................... 35

3. Iddah Bagi Cerai Mati dalam Kondisi Haid ..................................... 36

4. Iddah Cerai Bagi Perempuan yang Tidak Haidl (Monopause) ........ 37

5. Iddah Cerai Belum Bercampur dengan Suaminya ........................... 37

D. Pendapat Ulama Tentang Iddah ........................................................... 38

1. Iddah Perempuan Kematian Suami .................................................. 38

2. Iddah Bagi Wanita yang Berhias ..................................................... 39

E. Manfat dan Hikmah Iddah .................................................................. 40

1. Manfaat Iddah .................................................................................. 40

2. Hikmah Iddah ................................................................................... 40

BAB III ISI GAMBARAN UMUM TRADISI ADAT INDRAMAYU

A. Sejarah Indramayu ............................................................................... 41

1. Sejarah Indramayu ............................................................................ 41

2. Nilai-nilai Budaya Tradisi Indramayu ............................................. 45

B. Iddah dalam Tradisi Indaramayu ......................................................... 54

C. Makna Iddah dalam Tradisi Indaramayu ............................................. 58

D. Pengaruh Tokoh Adat dalam Tradisi Iddah di Indramayu ................... 62

Page 14: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

xiv

E. Pandangan Masyarakat Indramayu terhadap Iddah ............................. 66

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI IDDAH

MASYARAKAT KEBON RANDU II, KECAMATAN ANJATAN

BARU, KABUPATEN INDRAMAYU

A. Tradisi Iddah Cerai Mati di Desa Kebon Randu .................................. 68

B. Makna Tradisi Masa Iddah Cerai Mati di Desa Kebon Randu ............ 75

C. Presepektif Hukum Islam Tradisi Iddah Cerai Mati ............................ 80

BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 88

B. Saran ..................................................................................................... 90

1. Untuk Desa Kebon Randu ............................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Hasil Wawancara Tradisi Indramayu

2. Hasil Wawancara Iddah dalam Tradisi Indaramayu

3. Hasil Wawancara Makna Iddah dalam Adat Jawa

4. Hasil Wawancara Pengaruh Tokoh Adat dalam Tradisi Iddah

5. Hasil Wawancara Pandangan Masyarakat Jawa Terhadap Iddah

dan Latar Belakang Tradisi Masa Iddah Cerai Mati

Page 15: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam hukum Islam terdapat hukum syara‟ yang mengatur ibadah

seseorang, dimana hukum syara‟ tersebut adalah salah satu dari beberapa objek

kajian ushul fiqh. Dalam hal ini istilah hukum syara‟ bermakna hukum-hukum

yang digali dari syari‟at Islam. Oleh karena itu, begitu penting kedudukan

hukum syara‟ dalam kehidupan sehari-hari, seperti hanya dalam masalah iddah

bagi seorang perempuan. Dalam masa iddah terdapat hukum yang menjelaskan

bahwa semua wanita yang berpisah dari suaminya dengan sebab talak khulu‟

(gugat cerai), faskh (penggagalan akad pernikahan) atau ditinggal mati, dengan

syarat sang suami telah melakukan hubungan suami isteri dengannya atau telah

diberikan kesempatan dan kemampuan yang cukup untuk melakukannya,

dalam hal ini seorang isteri wajib menjalankan masa iddah tersebut.

Dalam kitab fikih disebutkan, iddah wanita berarti hari-hari kesucian

wanita dan pengkabungannya terhadap suami. Dalam istilah fuqaha‟ iddah

adalah masa menunggu wanita sehingga halal bagi suami lain (Hawwas &

Azzam, 2011: 318). Iddah dimaksudkan untuk menjaga wanita tersebut dari

tercampurnya laki-laki lain yang akan menikahinya dan untuk menjaga

kebersihan rahimnya atau masa tenggang waktu dimana janda bersangkutan

tidak boleh kawin, dan dilarang pula menerima pinangan atau lamaran.

Bahakan dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqar‟ah ayat 234, bahwasanya

Page 16: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

2

“Orang-orang yang meninggal dunia di antara kalian dengan meninggalkan

isteri-isteri, maka hendaklah para isteri itu menangguhkan dirinya (ber‟iddah)

selama empat bulan sepuluh hari” Kemudian diperkuat dengan surat Ath-

Thalaq ayat 1, bahwasanya: “Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah

mereka dan janganlah mereka diizinkan keluar kecuali kalau mereka

mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah dan

barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia

telah berbuat dzalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui

barangkali Allah mengadakan sesudah itu suatu hal yang baru”

Dalam hukum Islam dijelaskan iddah pada umumnya yaitu seseorang

wanita tidak boleh keluar dari rumah ketika sedang menjalankan masa iddah

akan tetapi pada kenyataanya ada tradisi yang dilakukan di masyarakat Kebon

Randu, ketika suaminya meninggal, mereka melakukan ritual dengan memberi

makan kepada suaminya dengan cara menyuguhkan sesajen di dalam rumah

dan diletakan di pedaringan (tempat penyimpanan beras). Disamping meraka

menjalankan syariat Islam mereka juga melakukan ritual sesajen bahkan tidak

hanya itu saja ada ritual lain yang dipercayai masyarakat Kebon Randu seperti

menyalakan damar (lampu penerangan) di dalam kurungan ayam, bahkan ada

kebiasaan keluar malam hari untuk memberikan air yang sudah di do‟akan

yang berisi bunga tujuh rupa kemudian diantarkan ke makam suaminya

bersama orang lain atau tetangganya. Dari situlah muncul pertanyaan

bahwasanya bagaiman tradisi iddah cerai mati di Desa Kebon Randu? Apa

Page 17: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

3

makna tradisi cerai mati di Desa Kebon Randu? Terus bagaimana presepektif

hukum Islam mengenai masa iddah cerai mati di desa Kebon Randu?.

Dari pemaparan di atas maka penelitian ini mengangkat judul TRADISI

MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis Hukum Islam

terhadap Tradisi Iddah Masyarakat Kebon Randu II, Kecamatan Anjatan Baru,

Kabupaten Indramayu).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan gambaran dan uraian di atas penyusun dapat merumuskan

pokok-pokok masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini meliputi:

1. Bagaimana tradisi iddah cerai mati di Desa Kebon Randu II?

2. Apa makna tradisi masa iddah cerai mati di Desa Kebon Randu II?

3. Bagaimana presepektif hukum Islam mengenai masa iddah cerai mati di

Desa Kebon Randu II?

C. Tujuan dan manfaat Penelitian

1. Tujuan

a. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan adat Jawa terhadap tradisi

masa iddah cerai mati dalam masyarakat Kebon Randu.

b. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan makna tradisi masa iddah

cerai mati dalam masyarakat Kebon Randu.

c. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan presepektif hukum Islam

mengenai masa iddah cerai mati di Desa Kebon Randu.

Page 18: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

4

2. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai

berikut:

a. Memeperluas wawasan dalam ranah keilmuan fiqih mengenai masa

iddah.

b. Sebagai bahan referensi pembelajaran ilmu fiqih munakahat

khususnya mengenai tradisi masa iddah cerai mati.

c. Sebagai kajian ilmu fiqih dalam syariat Islam.

d. Sebagai penambah wawasan dalam keilmuan khususnya dalam bidang

fiqih munakahat mengenai masa iddah dan bisa bermanfaat bagi

semuanya.

e. Menetahui pandangan hukum Islam tentang masa iddah cerai mati di

Desa Kebon Randu.

f. Mengetahui makna tradisi masa iddah cerai mati di Desa Kebon

Randu.

D. Penegasan Istilah

Agar di dalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan

maksud peneliti, maka penulisan akan menjelaskan istilah dalam judul ini.

Istilah yang perlu dijelaskan penulisan adalah:

1. Adat atau Tradisi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang

yang bernilai sepiritual yang di dalamnya terkandung kepercayaan atau

Page 19: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

5

keyakinan yang harus dilakukan dan memiliki sangsi yang mengikat bagi

yang melakukan dan dilakukan turun temurun (Djoko, 2012).

2. Iddah adalah menurut bahasa dari kata “al-udd” dan “al-ihsha” yang berati

bilangan atau hitungan, maksudnya menghitung hari kesucian wanita dan

pengkabungannya terhadap suami. Dalam istilah fuqaha‟ iddah adalah

masa menunggu wanita sehingga halal bagi suami lain (Hawwas & Azzam,

2011: 318).

3. Cerai adalah putusnya ikatan perkawinan antara suami isteri dengan

keputusan pengadilan (UU Perkawinan No 1 tahun 1974, Pasal 38).

4. Mati adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme

biologis atau terpisahnya antara roh dan tubuh (Artikel, 2015).

Jadi tradisi masa iddah cerai mati adalah sustu kegiatan menunggu untuk

kebersiahan rahimnya seseorang yang bernilai sepiritual dan di dalamnya

terkandung kepercayaan atau keyakinan yang harus dilakukan dan memiliki

sangsi yang mengikat bagi yang melakukan.

Sesajen berasal dari kata sesajian atau yang biasa disingkat dengan ‟sajen‟

ini adalah istilah atau ungkapan untuk segala sesuatu yang disajikan dan

dipersembahkan untuk sesuatu yang tidak tampak bahkan ditakuti atau

dipercayai sebagai leluhur, seperti roh-roh halus, para penunggu atau penguasa

tempat yang dianggap keramat atau angker, atau para roh orang yang sudah

mati. Sesajian ini bisa berupa makanan, minuman, bunga, atau benda-benda

lainnya. Bahkan termasuk di antaranya adalah sesuatu yang bernyawa.

Page 20: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

6

Adapun kemungkinan istlah yang belum diketahui oleh penulis, maka dari

itu penulis melakukan observasi lapangan di Desa Kebon Randu, guna

memperjelas istilah dalam penulisan skripsi.

E. Kerangka Teori

Menurut hukum Islam seseorang wanita cerai mati ketika ditinggal wafat

oleh suaminya diwajibkan menjalankan masa iddah. Dan masa iddahnya

adalah empat bulan 10 hari. Hal itu memang sudah menjadi ketetapan Allah

SWT dan diabadikan di dalam Al-Qur‟an Al-Karim.

Artinya: Orang-orang yang meninggal dunia di antara kalian dengan

meninggalkan isteri-isteri, maka hendaklah para isteri itu

menangguhkan dirinya (ber‟iddah) selama empat bulan sepuluh hari

(QS. Al-Baqarah: 234) (Jateng: 2004 hlm71-72).

1. Iddah bagi wanita yang berhias

Wanita yang berhiasa bermaksud perempuan yang diceraikan sebelum

disetubuhi. Hal ini, berbeda pandangan ulama mengenai kewajiban

beriddah bagi perempuan dalam keadaan suci. Bahkan ulama mazhab

berdebat mengenai perselisihan iddah bagi wanita yang berhias yaitu:

a. Syafi‟i tiadak wajib iddah sekiranya tiada percampuran diantara mereka

sekalipun juga pasangan tersebut berkhalwat.

b. Jumhur Ulama‟ tiadak wajib sekiranya belum berlaku percampuran dan

juga tidak berkhalwat tetapi wajib iddah sekiranya pernah berkhalwat.

Page 21: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

7

2. Iddah Perempuan Karena Mati

Iddah perempuan karena mati yaitu perempuan yang diceraikan dalam

keadaan mati suaminya, iddahnya adalah 4 bulan 10 hari sekalipun

perempuan tersebut di dalam keadaan belum pernah mengalami haid,

mengandung, telah mengalami haid, telah putus masa haid, telah dicampuri

atau belum dicampuri. Tetapi ulama berbeda pendapat dalam keadaan

seperti dibawah ini.

Keadaan semasa perceraian dan pendapat mazhab.

a. Jumhur Ulama‟ mengatakan bahwasanya iddah seseorang yang ditinggal

mati suaminya, ketika dalam kondisi hamil maka iddahnya sepertimana

orang hamil atau sampai anak itu lahir. Ini untuk memastikan apakah

wanita tersebut sedang dalam keadaan hamil atau tidak, karena dalam

syariat Islam telah mensyariatkan masa 'iddah untuk menghindari

ketidakjelasan garis keturunan.

b. Jumhur Ulama mengatakan bahwasanya iddah seseorang yang ditinggal

mati suaminya, ketika dalam kondisi haid maka memperbaruhi iddahnya

sampai 3 kali suci. Iddah ini untuk perempuan yang sedang dalam

kondisi haid, ketika ditinggal mati suaminya, maka iddahnya perbaharui

dengan masa iddah 3 kali suci.

c. Jumhur Ulama‟ mengatakan bahwasanya iddah seseorang yang ditinggal

mati suaminya, ketika dalam kondisi telah putus masa haid maka

meneruskan dengan 3 kali suci (Bain). Iddah ini untuk perempuan yang

Page 22: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

8

sedang dalam kondisi telah putus masa haid, maka masa iddah

perempuan menjadi 3 kali suci (Bain).

d. Syafie & Maliki seseorang isteri yang ditinggal mati suaminya, ketika

dalam kondisi telah dicampuri maka iddahnya Lanjut tempoh iddah

supaya cukup tempoh iddah mati. Karena dalam masa iddah seseorang

wanita dilarang untuk menikah sebelum masa iddah itu selesai. Ini

digunakan untuk mengetahui kebersihan rahim seseorang wanita.

e. Hanafi & Hambali seseorang isteri yang ditinggal mati suaminya, ketika

dalam kondisi belum dicampuri maka iddahnya di ubah menjadi iddah

mati. Iddah ini untuk perempuan yang belum dicampuri. Sedangkan,

ketika dalam kondisi haid dan sudah di talak sebelum meninggal maka

iddahnya seperti iddahnya mati suaminya atau 3 kali suci Bain (Hayazi,

2009).

Sedangkan dalil dari sunah banyak sekali, di antaranya:

عت كاج أسهى قال نها سب ايشأة ي ه وسهى أ عه صه للا ت صوس انب أو سه ع

كحه ح بعكك فأبج أ ابم ب حبه فخطبها أبى انس ها وه ع ححج صوصها حىف

عشش نال كزج قشبا ي ف كحه حخ حعخذ آخش الصه ح يا صهح أ فقال وللا

كح ه وسهى فقال ا عه صه للا رى صاءث انب

Artinya: Dari Ummi Salamah isteri Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam

bahwasanya seorang wanita dari Aslam bernama Subai‟ah

ditinggal mati oleh suaminya dalam keadaan hamil. Lalu Abu

Sanâbil bin Ba‟kak melamarnya, namun ia menolak menikah

dengannya. Ada yang berkata, "Demi Allâh, dia tidak boleh

menikah dengannya hingga menjalani masa iddah yang paling

panjang dari dua masa iddah. Setelah sepuluh malam berlalu, ia

Page 23: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

9

mendatangi Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam dan Nabi

Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, "Menikahlah!" [HR al-

Bukhâri no. 4906] (Syamhudi, 2013).

Sedangkan dalil dalam As Sunnah cukup banyak, di antaranya hadits

Furai'ah binti Malik bin Sinan, saudari perempuan Abu Said Al-Khudhri

radhiyallahuanha. Ketika suaminya wafat, Rasulullah SAW memerintahkan

untuk menetap di dalam rumah suaminya, hingga selesai masa iddahnya.

سسىل للا ه وآنه وسهى -أ عه عذحها- صه للا خها حخ حخه كذ ف ب ح أيشها أ

Artinya: Rasulullah SAW memerintahkannya untuk menetap di dalam

rumahnya hingga selesai masa iddahnya. (HR. Malik, As-Syafi'i,

Ahmad, Abu Daud, An-Nasa'i, At-Tirmizy dan Ibnu Majah).

Al-Hakim dan Ibnu Hibban menshahihkan hadits ini. Dan oleh karena

itulah maka umumnya para ulama sepakat mengharamkan wanita keluar

rumah selama masa iddahnya. Dan pendapat inilah yang lebih rajih dan lebih

banyak diterima oleh para ulama.

Sedangkan para ulama yang berbeda pendapat, di antaranya mazhab Al-

Malikiyah, Asy-Syafi‟iyah dan Al-Hanabilah, serta Ats-Tsuari, Al-Auza‟i,

Allaits dan yang lainya, mengatakan bahwa bagi wanita yang ditalak bain,

yaitu talak yang tidak memungkinkan lagi untuk dirujuk atau kembali, seperti

ditalak untuk yang ketiga kalinya, maka mereka diperbolehkan untuk keluar

rumah, setidak-tidaknya pada siang hari. Alasannya karena wanita yang telah

ditalak seperti itu sudah tidak berhak lagi mendapatkan nafkah dari mantan

suaminya. Dan dalam keadaan itu, dia wajib mencari nafkah sendiri dengan

kedua tangannya. Maka tidak masuk akal bila wanita itu tidak boleh keluar

Page 24: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

10

rumah, sementara tidak ada orang yang berkewajiban untuk menafkahi

(Sarwat, 2013).

F. Telaah Pustaka

Setelah penulis melaksanakan penelusuran literatur yang membahas

mengenai iddah, penulis telah menemukan beberapa refrensi khususnya dari

skripsi dan beberapa buku. Diantaranya yang dapat dijadikan sumber Telaah

Pustaka adalah sebagai berikut:

Pertama: skripsi Muria Ulfa (2013) fakultas syari‟ah dan hukum jurusan

Al-Ahwal Asy-Syakhshiyyah. yang menulis dengan judul “Tinjauan Hukum

Islam Terhadap Penggunaan Taspack Sebagai Pengganti Masa ‟iddah”. Yang

melatar belakangi skripsi ini yaitu kewajiban iddah bagi perempuan yang

bercerai dengan suaminya, baik cerai hidup maupun cerai mati. Iddah di

syaratkan bagi perempuan tersebut karena dalam hukum iddah mengandung

banyak kemasalahatan yang kembali kepada suami, isteri keluarga dan

masyarakat. Kemasalahatan iddah untuk melindungi dan memelihara

keturunan dari ketercampuran dengan laki-laki lain yang akan dinikahi. Sebab

kesucian permpuan selama masa iddah tanpa menikah dapat diketahui dari

kebebasan dan kekosongan rahimnya dari adanya janin yang ada di dalam

rahimnya.

Di zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang canggih, hasil-

hasil yang dicapai ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK) ini luar bisa.

Berkaitan kemajuan tekhnologi dalam bidang kedokteran dan juga rekayasa

Page 25: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

11

manusia yang sangat mengagumkan, kebersihan rahim seseorang perempuan

dapat diketahui melalui alat tes kelamin Tespack (Home Pregnancy Test).

Tespack ini adalah salah satu dari sekian banyak alat tes kelamin yang praktis

dan lebih pribadi. Tespack bekerja dengan cara mendeteksi hormon HCG

(Human Chorionic Goandortopin) yang terdapat pada urin dan hanya dengan

menunggu beberapa menit saja rahim seorang wanita dapat diketehui apakah

didalamnya terdapat janin atau tidak ada tanda positif atau negatif. Dengan

adanya alat pendeteksi kehamilan dalam waktu singkat dan hasil yang akurat

tersebut tentu saja telah menimbulkan implikasi hukum terhadap iddah.

Mungkin dengan adanya tespack dapat menggugurkan kewajiban beriddah.

Penelitian ini merupakan peneliti pustaka library research yaitu penelitian

dilakukan dengan jalan menelaah bahan-bahan pustaka baik berupa buku, kitab,

jurnal, maupun sumber lainya. Tekhnik dalam penelitian ini adalah studi

keperpustakan, sedangkan pengumpulan datanya adalah menggunakan data

primer dan data sekunder. Pendekatan penelitian ini di gunakan dengan

normatif dan serta filosofis, yaitu pendekatan dengan melihat persoalan dikaji

dengan berlandaskan pada teks-teks Al-Quran dan Al Hadist, Kitab Usul Fiqih

serta pendapat ulama yang berkaitan dengan masa iddah.

Pendekatan filosofis dengan memahami masalah tersebut dengan hikmah-

hikama dan tujuan yang terkandung dalam suatu penetapan hukum. Analisis

dalam penelitian ini adalah berpola metode dedukatif, yaitu metode berfikir

yang bertitik tolak dari data yang bersifat umum untuk diambil kesimpulan

yang bersifat khusus. Hasil penelitian ini ialah, adanya alat uji kelamin tespeck

Page 26: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

12

tidak bisa mengubah ketentuan hukum iddah, karena kebersihan rahim bukan

satu-satunya faktor yang dapat menghilangkan ketentuan iddah melainkan ada

faktor lain yang tidak bisa dipisahkan yaitu, ta‟abudi yang merupakan hak

allah yang harus dilaksanakan, selain itu juga rasa bela sungkawa bagi seorang

isteri atas kepergian suaminya, dengan adanya kemasalahatan ini maka iddah

tidak boleh ditiadakan (Muria: 2013).

Kedua: Skripsi Jundhi, Faris, Ahmad. (2013) Fakultas Syari‟ah Al-Ahwal

Asy-Syakhshiyyah. yang menulis dengan judul “Pemberian Nafkah Iddah pada

Cerai Gugat, (Studi Pemberian Nafkah Iddah Pada Cerai Gugat. No

1925/Pdt.G/2010/PA.pt)” Dalam tulisan ini menjelaskan tentang pemberian

nafkah iddah pada cerai gugat. Yang melatarbelakangi penelitian ini yaitu

dalam putusan perkara cerai talak hakim di Pengadilan Agama mewajibkan

seorang suami membayar nafkah iddah kepada mantan istrinya. Sedangkan

untuk putusan cerai gugat dalam hukum fiqh tidak memberikan nafkah iddah

bagi mantan isteri karena isteri dianggap nuzyuz. Isteri yang menuntut cerai

dari suaminya dapat menggugurkan hak-haknya di masa mendatang, seperti

hak nafkah selama iddah, nafkah mut‟ah (nafkah untuk istri yang dicerai

tanpa alasan setelah masa iddah) dan mahar yang belum sempat terbayar.

Namun dalam putusan cerai gugat di Pengadilan Agama Pati mengenai kasus

cerai gugat hakim memberikan putusan dengan mengabulkan gugatan cerai

gugat tersebut dengan membebankan biaya nafkah iddah pada suami. Adapun

tujuan yang hendak dicapai setelah penelitian ini selesai adalah mengetahui

bagaimana hak nafkah iddah isteri setelah mengajukan cerai gugat kepada

Page 27: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

13

suaminya dalam fiqh, menurut perundang-undangan dan landasan hukum

hakim dalam putusannya.

Penelitian ini merupakan hasil dari penelitian lapangan (field research).

Jenis Penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi kasus

dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif analisis. Hasil

penelitian yang diperoleh adalah pertama, hakim mempertimbangan

pemberian nafkah iddah dan mut‟ah pada talak ba‟in ini didasarkan pada

pendapat Imam Hanafi, kedua, dalam putusan PA Pati No.

1925/Pdt.G/2010/PA.Pt ini pemberian nafkah iddah oleh majelis hakim juga

didasarkan dengan putusan Mahkamah Agung RI Nomor 137/K/AG/2007

tanggal 19 September 2007, Ketiga, Adanya 5 dasar pertimbangan hakim yaitu

keadilan, ketertiban hukum, menempatkan harkat perempuan pada porsinya,

adanya kelayakan suami memberi nafkah iddah, adanya kelayakan bekas istri

menerima nafkah iddah (Jundhi: 2013).

Ketiga: Muhammad Fahmi Rois (2013) Fakultas Syari‟ah Al-Ahwal Asy-

Syakhshiyyah. yang menulis dengan judul “Penentuan Awal Masa Iddah

Menurut Fiqih Munakahat dan KHI”. (Studi terhadap pendapat hakim

Pengadilan Agama Salatiga dan kepala KUA Argomulyo).” Yang

melatarbelakangi pengambilan judul skripsi ini yaitu adanya penentuan, awal,

„iddah. Dalam penelitian ini berusaha meneliti perbedaan konsep masa„iddah

antara Fiqh dan KHI. Penelitian ini mengkhususkan pada penentuan awal

dimulainya masa„iddah. Permasalahan utama yang akan dibahas melalui

penelitian ini adalah bagaimana penentuan awal masa „iddah menurut fiqh,

Page 28: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

14

bagaimana penentuan awal masa„iddah menurut KHI, bagaimana pelaksanaan

penentuan awal masa „iddah? Dalam pembahasan permasalahan tersebut

penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan landasan berfikir

yuridis empiris. pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

mencari literatur yang membahas tentang masalah „iddah dan wawancara

kepada hakim-hakim Pengadilan Agama Salatiga dan kepala KUA Kecamatan

Argomulyo.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa awal masa „iddah dalam fiqh

penentuan awal masa„iddah tergantung pada kondisi wanita saat perceraian

terjadi dalam keadaan suci sedang haid, sudah dikumpuli dalam masa suci atau

tidak berhaid. Pada wanita berhaid yang bercerai dalam keadaan suci dan

belum berkumpul pada masa suci „iddahnya dumulai sejak masa suci saat

terjadinya perceraian. Pada wanita berhaid yang bercerai dalam keadaan haid

atau telah berkumpul pada masa suci saat bercerai „iddahnya mulai dihitung

pada masa suci setelahnya. Dan pada wanita yang tidak berhaid, „iddahnya

dihitung sejak hari jatuhnya. Dalam KHI „iddah dihitung sejak penetapan

perceraian yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Penetapan berkekuatan

hukum tetap apabila tidak ada upaya hukum dari tergugat selama batas waktu

pengajuan upaya hukum. Apabila ada upaya hukum, maka „iddah dihitung

sejak penetapan upaya hukum telah berkekuatan hukum tetap. Pelaksanaan

penentuan awal masa„iddah dilakukan oleh KUA berdasarkan tanggal

atas/induk kalimat yang terdapat pada isi dari akta cerai. Tanggal atas pada

Page 29: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

15

akta cerai adalah tanggal dimana pembacaan akta talak pada cerai talak atau

tanggal putusan bekekuatan hukum tetap pada cerai gugat (Muhamad: 2013).

Setelah membaca dari berbagai sumber referensi yang ada, peneliti tidak

menemukan masa iddah dalam tradisi Jawa seperti nyiram makam, kebanyakan

pembahasan mengenai hukum iddah tersebut, seperti tinjauan hukum Islam

terhadap penggunaan taspack sebagai pengganti masa ‟iddah, pemberian

nafkah iddah pada cerai gugat, penentuan awal masa iddah menurut fiqih

munakahat dan KHI. Dalam hal ini peneliti terletak pada tradisi masa iddah

cerai mati adat Jawa, dalam masyarakat Indramayu desa Kebon Randu II,

mengapa peneliti memilih judul ini karena setiap manusia itu mempunyai sifat

yang berbeda dan karekter yang berbeda sehingga mempunyai pandangan yang

berbeda, sehingga menimbulkan kepercayaan atau keyakinan dan pemahaman

yang berbeda pula, begitu juga dengan masyarakat Kebon Randu II,

bahwasanya ketika suaminya telah meninggal dunia ia melaksanakan masa

iddah-nya sesuai dengan syari‟at Islam disamping itu mereka memiliki

kepercayaan bahwasanya ada tradisi seperti memberi makan kepada suaminya,

dengan mengirimkan sesejen di dalam rumah seperti tempat pedaringan

(tempat penyimpanan beras), tempat kurungan yang kemudian di dalamnya ada

damar (lampu), dan masih ada lagi hal-hal yang lain yang belum peneliti

ketahui tentang masa iddah tradisi masyarakat Kebon Randu. Kemudian penliti

timbul pertanyaan, bahwasanya Bagaimana tradisi iddah cerai mati di desa

Kebon Randu, Apa makna tradisi masa iddah cerai mati di desa Kebon Randu,

Page 30: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

16

Bagaimana presepektif hukum Islam mengenai masa iddah cerai mati di desa

Kebon Randu, maka dari itu peneliti mengangkat judul ini.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research)

dalam pelaksanaanya menggunakan metode pendekatan kualitatif diskripsi

analisis yang umumnya menggunakan strategi dengan metode pengolahan

data seperti wawancara, pengamatan, serta penelaahan dokumen/studi

documenter yang antara satu dengan yang lain saling melengkapi,

memperkuat dan menyempurnakan (Sukmadinata, 2005:108). Dalam

laporan penelitian ini data memungkinkan berasal dari naskah wawancara,

catatan lapangan, foto.

a. Metode Wawancara Mendalam (Depth Interview)

Wawancara (Interview) adalah tanya-jawab atau pertemuan dengan

seseorang untuk suatu pembicaraan. Metode wawancara dalam konteks

ini berarti proses memeperoleh suatu fakta atau data dengan melakukan

komunikasi langsung (tanya-jawab secara lisan) dengan responden

penelitian, baik secara temu wicara atau menggunakan tekhnologi

komunikasi (jarak jauh). Dalam wawancara ini ada dua belah pihak yang

berinteraksi yaitu yang bertanya disebut dengan Interviewer

(pewawancara) dan Interviewee (yang diwawancarai atau dalam

penelitian disebut dengan responden) (Supardi, 2005: 121).

Page 31: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

17

Dalam penelitian wawancara ini dilakukan secara mendalam

mengetahui informasi data dari tokoh adat seperti Bapak Kebon, Bapak

Dasuki, Bapak Tarma dari narasumber ini untuk mengetahui pengaruh

tokoh adat dan mengenai latar belakang tradisi cerai mati di desa Kebon

Randu. Sedangkan untuk masyarakat yang melaksanskan adat atau trdisi

cerai mati adat Jawa desa Kebon Randu seperti Ibu Naritem, Ibu

Casitem, Ibu Tani, Ibu Item narasumber ini digunakan untuk mengetahui

proses pelaksanaan tradisi masa iddah cerai mati seperti Nyiram Makam

dan untuk mengetahui apa saja yang di perlukan dalam tradisi tersebut.

Sedangkan untuk tokoh agama di masyarakat Kebon Randu seperti

Bapak Muhaimin, Bapak Tarma, Bapak Rosid, narasumber ini digunakan

untuk mengetahui persepektif hukum Islam dan pendapat mereka

mengenai tradisi masa iddah adat Jawa dan masyarakat setempat yang

dianggap mengerti tentang adat di desa Kebon Randu seperti Ibu Sayu,

Ibu Bonung, Ibu Ecih, Ibu Dadang, Ibu Rum, Ibu Cuat, Ibu Suritem,

Bapak Jiin, Bapak Sarwah Bapak Dasuki, Bapak Arda dari narasumber

tersebut peneliti menggali informasi yang mendalam mengenai tradisi

masa iddah cerai mati di desa Kebon Randu. Mengapa peneliti memilih

judul ini karena peneliti ingin menggali pemahaman masyarakat yang

memiliki kepercayan adat yang masih kuat sehingga peneliti bisa

mengarahkan permasalah yang ada dan mencari kebenaran dari

narasumber yang sudah dipilih tersebut dan masyarakat sekitar untuk

mendapatkan data yang diperlukan. Teknik wawancara yang digunakan

Page 32: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

18

peneliti ini dilakukan secara tidak setruktur, dimana peneliti tidak

melakukan wawancara dengan struktur yang ketat kepada informan agar

informasi yang diperoleh memiliki kapasitas yang cukup tentang

berbagai aspek dalam penelitian ini.

b. Metode Observasi atau Pengamatan

Metode observasi adalah tekhnik pengumpulan data dengan

pengamatan langsung kepada objek penelitian (Surakhmad, 1994:164).

Metode ini digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi lingkukngan

Desa Kebon Randu II Kencamatan Anjatan Baru, Kebupaten Indramayu.

Pengamatan disini termasuk juga di dalamnya peneliti mencatat peristiwa

dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun

langsung diperoleh dari data (Moleong, 2007:174).

Observasi ini dilakukan dengan alat perekam seperti HP dengan

menggunakan alat perekam berupa video di dalam HP, ini digunakan

untuk memudahkan peneliti dalam pengecekan data dari informan satu

dengan informan yang lain dan memudahkan penulisan dalam

meneganalisis data ini karena banyak berbagai narasumber yang harus

peneliti wawancara, sehingga HP bisa sebagai alat menyimpan data dan

informasi. Disamping itu peneliti melakukan serangkaian pengamatan

dengan menggunakan alat indra penglihatan dan pendengaran secara

langsung terhadap objek yang diteliti, ini digunakan peneliti mengecek

langsung kondisi di lapangan dengan narasumber melalui, peneliti terjun

langsung kelapangan dan mengikuti tradisi di masyarakat Kebon Randu

Page 33: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

19

dan peneliti ikut membantu-bantu dalam pelaksanan tradisi tersebut

seperti mengundang bapak-bapak untuk tahlian menyiapkan sesajian.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan

cara membaca dan mengutip dokumen-dokumen yang ada dan

dipandang relevan. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

menyelidiki benda tertulis seperti buku-buku, peraturan aparat, catatan

harian dan sebagainya (Arikunto, 1989:131). Metode ini digunakan

untuk memperoleh data sejarah Desa Kebon Randu II kecamatan

Anjatan Baru Kebupaten Indramayu data dan informasi lain yang

menunjang.

Gambar 1 (Desa Kebon Randu)

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan peneliti yaitu normatif dan sosiologis yaitu

pendekatan normatif dilakukan untuk mengetahui hukum iddah dari segi

Page 34: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

20

hukum Islam sedangkan pendekatan sosiologis dilakukan untuk mengetahui

tradisi masa iddah masyarakat Kebon Randu.

3. Waktu Penelitian / Kehadiran Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data di desa Kebon Randu II Kecamatan

Anjatan Baru Kabupaten Indramayu ini dengan cara peneliti terjun

kelapangan. Penelitian ini dimulai pada bulan Desember sampai dengan

bulan Maret 2015 sampai dengan selesai penelitian yang disertai dengan

kegiatan akhir berupa penyusunan skripsi. Namun peneliti sudah melakukan

wawancara terlebih dahulu terhadap masyarakt Kebon Randu, wawancara

tersebut sebagai narasumber pangkal seperti Bapak Arda Bapak Uki Bapak

Sutandi. Narasumber pangkal ini digunakan untuk mengetahui kemana

peneliti harus mencari data dan kesiapa peneliti harus menemuin tokoh adat,

yang kemudian narasumber pakanal yang bisa mengarahkan kepada peneliti

agar menemui tokoh adat, isteri yang dicerai mati dalam tradisi masyarakat

Kebon Randu yang kemudian memberikan informasi yang dikaksudkan

peneliti sehingga kebenaran datanya kuat. kehadiran peneliti dalam tradisi

cerai mati adat Jawa di Desa Kebon Randu ini peniliti ikut serta dalam

pelaksanaan seperti menyiapkan bahan sesajen, mengundang orang untk

tahlilan, bahkan peneliti bergaul dengan orang-orang yang sudah sepuh

untuk mencari data yang mendalam. Disamping itu ada kendala yang

dihadapi penelitih ketika mewawancarai masyarakat seperti lokasi yang

jauh, alat perekam tidak berfungsi/ batu HPnya habis, terkadang informan

juga sulit ditemui karena kesibukan dengan pekerjaanya disawah, bahkan

Page 35: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

21

ada yang tidak mau di dokumentasi dengan foto sehingga data hanya di

ambil dengan catatan kecil dibuku. Untuk informan kunci peneliti

mewawancarai Bapak Kebon, Ibu Ratingkem, Ibu Casitem, Bapak Das, Ibu

Bonung, Bapak tarma untuk menghasilakan data tradisi masa iddah ceri

mati adat Jawa dan latar belakang munculnya tradisi tersebut.

4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Kobon Randu II Kecamatan

Anjatan Baru Kabupaten Indramayu. Adapun alasan pemilihan tempat

adalah penelitian di Desa Kebon Randu II Kecamatan Anjatan Baru

Kabupaten Indramayu ini berkaitan dengan upaya peningkatan dan

pemahaman pengetahuan mengenai hukum Islam khususnya dalam fiqih

munakahat yang membahas mengenai masa iddah dalam tradisi adat Jawa di

desa Kebon Randu II. Disamping itu lokasi yang dijangkau lebih mudah

karena tempat tinggal peneliti berdekatan, peneliti lebih tau kondisi

masyarakat karena peneliti pernah tinggal disitu selama 9 tahun, bahkan

peneliti juga dianggap bagian dari masyarakat Kebon Randu sehingga bisa

memeksimalakan dalam memperoleh data.

5. Sumber Data

Data merupakan suatu fakta atau keterangan dari obyek yang diteliti.

Menurut Lofaland (1984:47) dalam Melong, (2007:157) sumber data utama

dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah

data tambahan seperti dokumen lain (sumber data tertulis, foto, dan

statistic).

Page 36: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

22

a. Data Primer

Sumber dan jenis data primer penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan

subjek serta gambaran ekspresi, sikap dan pemahaman dari subjek yang

diteliti sebagai dasar utama melakukan interpretasi data. Data atau

informasi tersebut diperoleh secara langsung dari orang-orang yang

dipandang mengetahui masalah yang akan dikaji dan bersedia memberi

data atau informasi yang diperlukan. Sedangkan pengambilan data

dilakukan dengan bantuan rekaman suara handphone. Sementara itu

observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung

segala aktivitas di desa Kebon Randu II Kecamatan Anjatan Baru,

Kabupaten Indramayu.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh dari sumber lain

dari data primer. Diantaranya buku-buku literature, internet, majalah,

atau journal, arsip, dokumen pribadi, dan tidak menutup kemungkina ada

data dari lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitianini. Data

tersebut diantaranya buku buku referensi. Menurut Mestika Zed

(2004:10) buku referensi ialah koleksi buku yang memuat informasi yang

sepesifik, paling umun serta paling banyak dirujuk untuk keperluan

cepat. Yang termasuk buku-buku refernsi diantaranya undang-undang

KHI, buku fiqih munakahat yang membahas tentang iddah, kitab

terjemahan, jaournal, artikel, skkripsi selebihnya hasil wawancara

lapangan di desa kebon randu II.

Page 37: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

23

6. Metode Analisis Data

Metode analisis adalah suatu penanganan terhadap objek ilmiah tertentu

dengan jalan memilah, memilih antara pengertian yang satu dengan yang

lain untuk mendapatkan pengertian yang baru. Data yang berhasil dihimpun

akan dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan menerapkan metode berfikir

yang bertolak dari fenomena yang khususnya dan kemudian menarik

kesimpulan yang bersifat umum (Daimon, 2008:369).

7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam pengcekan keabsahan data penelitian terhadap beberapa criteria

keabsahan data yang nantinya akan dirumuskan secara tepat, tehnik

pemeriksaannya yaitu dalam penelitian ini harus terdapat adanya kredibilitas

yang dibuktikan dengan perpanjangan.

Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam penelitian

memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan pengecekan data

yang disebut dengan validitas data. Untuk menjamin validitas data akan

dilakukan terianggulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfatakan sesuatu yang lain diluar data ini untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006:330). Metode

terianggulasi ini digunakan untuk mengumpulkan data hasil dari wawancar

yang beragam dan sumber yang berbeda dengan menggunakan suatu metode

yang sama. Maka digunakan pengecekan antara informan yang satu dengan

informan yang lain dengan aktivitas yang sama atau dengan obyek yang

sama, waktu dan tempat yang berbeda. Maka, jika datanya konsiten akan

Page 38: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

24

menghasilkan variable yang sama berarti informan yang telah di

wawancarai mengatakan yang sejujurnya, jika datanya tidak konsisten maka

informan itu berbohong. sehingga validitas data akan membuktikan apakah

data yang diperoleh sesuai dengan apa yang ada dilapangan atau tidak,

dengan demikian data yang diperolah dari suatu sumber akan dikontrol oleh

data yang sama dari sumber yang berbeda.

8. Tahapan-tahapan penelitian

a. Penelitian Pendahuluan

Penulis yang mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan masa iddah

perempuan dan buku lain yang berkaitan dengan adat Jawa.

b. Pengembangan Pustaka

Setelah penulis mengetahui banyak hal tentang hukum iddah dalam

berbagai sumber, kemudian penulis melakukan observasi ke objek

penelitian untuk melihat secara langsung ketika seorang isteri ditinggal

mati suaminya kemudian menjalankan masa iddahnya yang beradat

tradisi Jawa di desa Kebon Randu II, Kecamatan Anjatan Baru,

Kabupaten Indramayu.

c. Penelitian lapangan

Penulisan melakukan penelitian dengan cara terjun langsung ke lokasi

penelitian untuk meneliti secara lebih mendalam tentang kasus yang

sebenarnya terjadi mengenai masa iddah tradisi adat Jawa di masyarakat

Kebon Randu II, Kecamatan Anjatan Baru, Kabupaten Indramayu

Page 39: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

25

dengan mengikuti tradisi tersebut dan membantu proses pelaksanaan

tradisi tersebut.

d. Penyusunan

Setelah mengkaji berbagai sumber, yang kemudian penliti melakukan

wawancara di desa Kebon Randu dengan berbagai informan waktu dan

tempat yang berbeda, kemudian peneliti akhirnya menyusun dan

menerjemakan bahasa untuk dimengarti kemudian dituangkan dalam

karya tulis ini.

G. Sistematika Pembahasan

Sistemimatis pembahasan merupakam suatu hal yang sangat urgan dalam

pembahsan karya tulis ini agar dapat memberikan gambaran yang teratur

tentang isi dan krangka penyusunan karya tulis ini. Sebagai bahan untuk

pemahaman dan kemudahan bagi penyusun dan pembaca dalam memahami

tulisan ini.

Sebagai upaya untuk menjaga keutuhan dalam pembahsan karya tulis ini

penyusun menggunakan sistematis pembahsan sebagai berikut:

Bab pertama adalah berisikan pendahuluan yang memuat latar belakang,

pokok masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah,

telaah pustaka, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab dua yaitu membahas tentang gambaran umum hukum Islam tentang

masa iddah, dalam bab ini akan mejelaskan tentang pengertian iddah, tujuan

iddah, hukum iddah dalam al-Qur‟an dan Hadis, Macam-macam iddah,

pendapat ulama tentang iddah, manfaat dan hikmah iddah.

Page 40: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

26

Bab tiga ini membahas tentang adat Jawa seperti sejarah adat Jawa, iddah

dalam Jawa, makna iddah dalam adat Jawa, pengaruh tokoh adat, pandangan

masyarakat Jawa terhadap hukum Islam dan adat Jawa terhadap tradisi

(Kebiasaan masa iddah cerai mati di Desa Kebon Randu II, Kecamatan

Anjatan Baru, Kabupaten Indramayu).

Bab empat ini membahas mengenai analisa dari bab-bab dimana akan

menganalisis terhadap hukum Islam dan adat Jawa terhadap tradisi/kebiasaan

masa iddah cerai mati di Desa Kebon Randu II, Kecamatan Anjatan Baru,

Kabupaten Indramayu yaitu berisi tentang makna masa iddah cerai mati tradisi

masyarakat Kebon Randu, pandangan iddah dalam tradisi masyarakat Kebon

Randu, pengaruh tokoh adat dalam masa iddah cerai mati tradisi masyarakat

Kebon Randu.

Bab lima berisi tentang penutup yaitu kesimpulan, saran-saran dan

lampiran. Disni penyusun akan memberikan jawaban dari pokok masalah dan

solusi penyelesaian masalah.

Page 41: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

27

BAB II

Gambaran Umum Tentang Masa Iddah Cerai Mati

F. Penegertian Iddah

1. Iddah Menurut Fiqih

Bagi seorang isteri yang putus perkawinannya dari suaminya, berlaku

baginya waktu tunggu atau masa iddah kecuali apabila seorang isteri dicerai

suaminya sebelum berhubungan (qabla dukhul). Baik karena kematian,

perceraian, atau atas keputusan pengadilan (Rofiq, 1998: 301). Maka iddah

merupakan perintah Allah yang harus dijalankan kepada bekas isteri ketika

dicerai atau ditinggal mati suaminya.

a. Secara Etimologi

„Iddah menurut bahasa Arab berasal dari akar kata “al-„udd” dan

“al-ihsha” yang berarti bilangan atau hitungan (Hawwas, 2011: 318).

Kata “hitungan” ini digunakan untuk maksud „iddah karena dalam masa

iddah, wanita haram dinikahi, sehingga perempuan menghitung hari-hari

kesucian wanita dan masa bersihnya setelah diceraikan suaminya.

Wahbah Zuhaili mengemukakan Seperti dalam buku Sabiq

memeparkan bahwa:

انها عه عذد االقشاء أو االشهش غانبا: وهى نغت انعذد االسخ االحصاء يأخىرة ي

Artinya :“Iddah secara bahasa adalah menahan, terambil dari kata

Adad (Bilangan) karena mencakup atas bilangan dari

beberapa quru‟ dan beberapa bulan menurut kebiasaan.”

Page 42: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

28

Sayyid Sabiq memaparkan dalam fiqih saunah:

شأة : اانعذ ىحعذ هان واالقشاء االا ي اا ه انعذد يخىدةيا االحصاء ححص

Artinya:“Iddah terampilan dari kata „Adad, artinya menghitung,

maksudnya perempuan yang menghitung hari-harinya dan masa

bersihnya” (Sabbiq, 1987: 150).

Dari dua pendapat yang dikemukakan oleh para ahli fiqh tersebut

dapat dipahami bahwa pengertian iddah dari segi bahasa berasal dari kata

„adda yang berarti bilangan, menghitung, dan menahan. Maksudnya

perempuan menghitung hari-harinya dan masa bersihnya setelah

diceraikan suaminya.

b. Secara Terminologi

Mengenai definisi „iddah menurut terminologi terdapat beberapa

redaksi yang berbeda dari para fuqaha‟ sesuai dengan sudut pandang

masing-masing. Di antaranya ada yang mengemukakan defenisi „iddah

dengan menekankan kepada macam-macam „iddah, ada yang

mengutamakan tujuan dan ada yang mengedepankan sebab. Sekalipun

redaksinya berbeda tapi semuanya bermuara pada tujuan yang sama.

Abi Yahya Zakaria al Anshari mengemukakan pengertian „iddah Seperti

dalam buku Wahyudi menurut istilah yaitu:

. سصهااونهخعبذ او نخفضعها عه صوس وه يذة حخشبص فهاانشاة نعشفت بشاة

Artinya : “Iddah adalah masa menunggu seorang perempuan untuk

mengetahui kebersihan rahimnya atau untuk melaksanakan

ibadah atau untuk menghilangkan rasa duka karena

kematian suami.” .

Page 43: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

29

Definisi iddah yang dikemukakan oleh Abi Yahya al Zakaria

tersebut lebih mengutamakan tujuan iddah. Adapun tujuan iddah ini

adalah untuk mengetahui kebersihan rahim seorang perempuan,

untuk melaksanakan ibadah, dan untuk menghilangkan rasa duka

bagi seorang perempuan yang kematian suaminya (Wahyudi,2009: 10).

Dalam kitab fiqh ditemukan definisi iddah itu yang pendek dan

sederhana diantaranya adalah: يذة حخشبص فها انشاة atau masa tunggu yang

dilalui oleh seorang perempuan. Karena sederhananya definisi ini, maka

ia masih memerlukan penjelasan mengenai apa yang ditunggunya,

kenapa dia menunggu, dan untuk apa ia menunggu.

Untuk menjawab apa yang di tunggu dan mengapa ia harus menuggu,

al-Shan‟any mengemukakan definisi yang lebih lengkap sebagai berikut:

اسى نذة حخشبص بها انشٲة ع انخضوش بعذ وفاة صوصها وفشاقه نها

Artinya: Nama bagi suatu masa yang seorang perempuan menunggu

dalam masa itu kesempatan untuk kawin lagi karena wafatnya

suaminya atau bercerai dengan suaminya (Amir, 2006: 303).

Untuk menjawab pertanyaan untuk apa dia menunggu, ditemukan

jawabannya dalam ta‟rif lain yang bunyinya:

يذة حخشبص فها انشٲة نخعشف بشائت سحها او نخعبذ

Artinya: Masa tunggu yang harus dilalui oleh seorang perempuan untuk

mengetahui bersihnya perempuan itu atau untuk beribadah.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas dapat disusun

hakikat dari iddah tersebut sebagai berikut: “masa yang harus ditunggu

oleh seorang perempuan yang telah bercerai dari suaminya agar dapat

Page 44: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

30

menikah lagi untuk mengetahui bersihnya rahimnya atau untuk

melaksanakan perintah Allah”.

Para ulama sepakat bahwa iddah hukumnya adalah wajib. Dilihat dari

firman Allah SWT 228.

Artinya: Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri

(menunggu) tiga kali quru'. (Al-Baqarah:228.).

2. Iddah Menurut KHI

Dalam KHI „iddah disebut dengan waktu tunggu. Konsep-konsep

mengenai waktu tunggu yang terdapat pada KHI diambil dari kitab fiqh.

Berikut akan diterangkan tentang dasar hukum dan macam-macam serta

perhitungan waktu tunggu menurut KHI.

a. Dasar Hukum „iddah

Bagi seorang isteri yang putus perkawinannya dari suaminya,

berlaku baginya waktu tunggu (masa„iddah), kecuali apabila seorang istri

dicerai suaminya sebelum berhubungan (qabla al-dukhul), baik karena

kematian, perceraian atau atas keputusan pengadilan. Dalam Kompilasi

Hukum Islam dijelaskan pada Pasal 153, 154 dan 155.

Pasal 153 ayat (1) Kompilasi menyatakan:

Bagi seorang isteri yang putus perkawinannya berlaku waktu tunggu

atau„iddah kecuali qabla al-dukhul dan perkawinannya putus bukan

karena kematian suami (Rofiq, 1998: 310). Ini didasarkan pada firman

allah dalam surat al-Ahzab 33: 49 yang menjelaskan “Hai orang-orang

Page 45: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

31

yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-perempuan yang

beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu

mencampurinya, maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka „iddah

bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka

mut'ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik- baiknya”.

Bahkan dalam pasal 39 ayat 1 huruf a .PP.No.9/1975 menjelaskan

“apabila perkawinan putus karena kematian, waktu tunggu ditetapkan

130 hari (seratus tiga puluh) hari”. Ketentuan ini diatur dalam pasal 153

ayat 2 huruf a. ini didasarkan pada (QS.al-Baqarah 2:234) (Rofiq, 1998:

311).

G. Hukum Iddah dalam Al-Qur’an dan Hadis

Aturan yang ditunjukan dalam hukum Islam baik kitab suci Al-Qur‟an

maupun Al- Hadist bagai seorang isteri ketika sudah bercerai dari suaminya,

baik dicerai suami dalam kondisi apapun, cerai mati atau hidup, sedang hamil

atau tidak, masih berhaid atau tidak, maka seorang isteri wajib menjalani masa

iddah. Seluruh imam mazhab sepakat atas wajibnya iddah, landasan dasarnya

terdapat dalam Al-Qur‟an dan Hadist.

1. Dasar Hukum Dari Firman Allah

a. Surat Al-Baqar‟ah ayat: 228

Artinya: Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri

(menunggu) tiga kali quru

Page 46: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

32

b. Surat Al-Baqar‟ah ayat: 234

Artinya: Orang-orang yang meninggal dunia di antara kalian

dengan meninggalkan isteri-isteri, maka hendaklah para

isteri itu menangguhkan diri nya (ber‟iddah) selama

empat bulan sepuluh hari

c. Surat Ath-Thalaq ayat: 1

Artinya: Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka

dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali kalau

mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah

hukum-hukum Allah dan barang siapa yang melanggar

hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah

berbuat lalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak

mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu

suatu hal yang baru Ath-Thalaq: 1

2. Dasar Hukum dari Hadist

a) Bukhari dan Muslim, dalam Nailul 6:329

قال انب ت ا او سه : ع باهلل و انىو اخش ا ت حؤي ال حم اليشأة يسه

انبخاسي و يسهى، فىم . ححذ فىق رالرت ااو اال عه صوصها اسبعت اشهش و عششا

6:329االوطاس

Page 47: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

33

Artinya: Dari Ummu Salamah bahwasanya Nabi SAW bersabda,

“Tidak halal bagi seorang wanita muslimah yang beriman

kepada Allah dan hari akhir berkabung lebih dari tiga hari

kecuali terhadap suaminya, yaitu empat bulan sepuluh hari”.

b) Bukhari dan Muslim

او عطت قانج حذ عه يج فىق رالد اال عه صوس اسبعت : ع ه ا كا

. و ال كخحم و ال خط و ال هب رىبا يصبىغا اال رى عص . اشهش و عششا

كسج ضها ف بزة ي يح ذ انطهش ارا اغخسهج احذاا ي و قذ سخص نا ع

6:332انبخاسي و يسهى، ف م االوطاس . ا فاس

Artinya: Dari Ummu „Athiyah, ia berkata, “Kami dilarang berkabung

terhadap orang mati lebih dari tiga hari kecuali terhadap

suami, yaitu empat bulan sepuluh hari, dimana tidak boleh

bercelak, tidak boleh berwangi-wangian dan tidak boleh

memakai pakaian yang dicelup, kecuali kain genggang

(pakaian yang tidak mencolok), dan kami diberi keringanan

pada waktu suci yaitu apabila salah seorang diantara kami

mandi dari haidlnya (menggunakan) sedikit qust adhfar

(sejenis kayu yang berbau harum.

c) Ahmad, Bukhari dan Muslim

: و ف سوات قانج باهلل و انىو اخش : قال انب ال حم اليشأة حؤي

ححذ فىق رالد اال عه صوس فاها ال حكخحم و ال حهب رىبا يصبىغا اال رى

قسظ او ا فاس با اال ارا طهشث بزة ي ط احذ و انبخاسي . عص ، و ال ح

6:332و يسهى، ف م االوطاس

Artinya: Dan dalam riwayat lain (dikatakan), Ummu „Athiyah

berkata: Nabi SAW bersabda, “Tidak halal bagi seorang

wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir berkabung

lebih dari tiga hari kecuali terhadap suami, maka istri tidak

boleh bercelak, tidak boleh memakai pakaian yang dicelup

kecuali kain genggang dan tidak boleh memakai wangi-

wangian kecuali apabila bersuci (dengan menggunakan)

sedikit qust atau adhfar (sejenis kayu yang berbau harum).

Page 48: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

34

3. Ketentuan Masa Iddah dalam UU KHI

a. Bagi isteri yang masih haid ditetapkan 3 (tiga) kali suci dengan sekurang-

kurangnya 90 (sebilan puluh hari)

b. Bagi isteri yang tidak haid ditetapkan 90 hari

c. Bagi isteri yang sedang hamil, masa iddahnya ditetapkan samapai

melahirkan

d. Adapun terhadap isteri yang diceraikan sedangkan antara janda tersebut

dengan bekas suaminya qablad dukhul/belum coitus, maka tidak ada

masa iddah bagai janda tersebut.

Selanjutnya pasal 150 dan 163 KHI menegaskan bahwa bekas suami

hanya berhak melakukan ru‟ju kepada bekas isterinya yang masih dalam

masa iddah. Dengan demikian, dari ketentuan tersebut telah jelas bahwa

setelah habis masa iddah isteri yang diceraikan, maka bekas suami itu

tidak dapat lagi (haram) rujuk kepada bekas isterinya

C. Macam-Macam Iddah

1. Iddah Bagi Perempuan Karena Cerai Mati

Isteri yang ditinggal suaminya karena wafat, maka iddahnya adalah

selama empat bulan sepuluh hari selama ia tidak hamil:

Artinya: “Orang-orang yang meninggal dunia diantaramu dengan

meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para istri itu) menangguhkan

dirinya (beriddah) empat bulan sepuluh hari.” QS. Al-Baqarah;

234.

Page 49: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

35

Iddah perempuan atas kematian suaminya yaitu 4 bulan 10 hari asal ia

tidak hamil. Jika seorang perempuan dithalaq raj‟i suaminya, lalu suaminya

meninggal selama masih dalam masa iddah perempuan itu beriddah seperti

iddahnya perempuan atas kematian suaminya.

2. Iddah Bagi Perempuan Hamil

a. Iddah bagi wanita yang sedang hamil

Iddahnya sampai melahirkan wanita ini maka masa menunggunya

('iddah) berakhir setelah ia melahirkan bayinya, berdasarkan firman

Allâh:

Artinya: Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka

itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. (ath-

Thalaq/65:4)

b. Iddah perempuan jika tidak hamil

Jika tidak hamil, maka masa 'iddahnya adalah empat bulan sepuluh

hari. Allâh Subhanahu wa Ta‟ala berfirman:

Artinya:“Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan

meninggalkan isteri-isteri hendaklah Para isteri itu

menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari”.

(al-Baqarah/2: 234).

Page 50: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

36

Keumuman ayat ini di kuatkan dengan hadits Al-Miswar bin

Makhramah Radhiyallahu anhu yang berbunyi:

ه وسهى عه صه للا ت فسج بعذ وفاة صوصها بهال فضاءث انب عت السه سب أ

نها فكحج كح فأر ح فاسخأرخه أ

Artinya: Subai‟ah al-Aslamiyah Radhiyallahu anhuma melahirkan dan

bernifas setelah kematian suaminya. Lalu ia, mendatangi Nabi

Shallallahu „alaihi wa salam lantas meminta idzin kepada

beliau untuk menikah (lagi). Kemudian beliau mengizinkannya,

lalu ia segera menikah (lagi).

3. Iddah bagi Cerai Mati dalam kondisi Haid

Iddah cerai dalam keadaan suci/haid tidak hamil maka seorang wanita

wajib beriddah selama 3 Quru‟ yakni 3 kali suci atau 3 kali haid,

sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al- Baqoroh ayat 228.

Artinya: Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu)

tiga kali quru'

Para Mufassirin dan Ulama ahli fiqih bersepakat dalam makna Quru'

dapat diartikan suci atau haidh. Jadi apabila seorang wanita diceraikan oleh

suaminya dalam keadaan suci, maka wanita tersebut dapat menikah lagi

dengan orang lain apabila telah menyempurnakan 3 kali suci dan

menemukan haid ke tiga, demikian pula sebaliknya apabila seorang wanita

diceraikan suaminya dalam keadaan haid maka dia dapat menikah apabila

telah menyempurnakan 3 kali suci dan menemukan haid ke empat.

Page 51: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

37

4. Iddah Cerai bagi perempuan yang tidak haidl (Monopause)

a. Iddah Bagi perempuan yang tidak haidl

Maka iddahnya selama tiga bulan. Hal itu dibenarkan untuk

perepmpuan kecil yang belum baligh dan perempuan tua yang tidak

haidl, baik haidl masih berlangsung ataupun terputus haidlnya.

Berdasarkan Firman Allah SWT :

Artinya : Dan perempuan-perempuan yang tidak haidl lagi (monopause)

diantara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu

(tentang masa iddah), Maka masa iddah mereka adalah tida

bulan, dan begitu (pula) perempuan-perempuan tidak haidl.

Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka

adalah sampai mereka melahirkan kandungannya.” (Qs. At-

Thalaq(65):4).

5. Iddah Cerai Belum Bercampur dengan Suaminya

a. Sebelum dicampuri, maka tidak punya iddah

Artinya: “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak

perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:"Hendaklah

mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka".

Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,

karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS: Al-Ahzab Ayat: 59).

Page 52: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

38

b. Dalam keadaan sesudah dicampuri dan masih haid maka iddahnya tiga

quru‟ allah SWT berfirman:

Artinya: Wanita-wanita yang dicerai, hendaklah menahan diri

(menunggu) tiga kali quru‟ (QS. Al-Baqarah: 228).

Menurut Mazhab Syafi‟i dan Maliki dalam ayat di atas adalah kata

quru‟ berati suci. Sementara itu Mazhab Hambali dan Hanafi berati haid.

Sedangkan menurtut PP. Nomor 9/1975 PS.39 (1) b adalah 90 hari.

Dalam keadaan sudah dicampuri, jika belum pernah haid atau sudah tidak

haid lagi kurang lebih umur 50 sampai dengan 62 tahun maka iddahnya 3

bulan, dalam firaman allah di jelaskan bahwa:

Artinya: “dan perempuan-perempuan yang sudah berhentih haid, jika

ragu (tentang masa iddahnya), maka iddah mereka adalah tiga

bulan. Begitu pula perempuan-perempuan yang belum haid”

(QS.At-Thalaq ayat 4) (Jateng, 2004: 71-72).

D. Pendapat Ulama Tentang Iddah

1. Iddah Perempuan Kematian Suami.

Iddah perempuan kematian suami adalah 4 bulan 10 hari sekalipun

perempuan tersebut di dalam keadaan belum pernah mengalami haid,

mengandung, telah mengalami haid, telah putus masa haid, telah dicampuri

Page 53: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

39

atau belum dicampuri. Tetapi berbeda pendapat pada keadaan seperti di

bawah. Keadaan semasa perceraian dan pendapat mazhab empat.

a) Menurut Jumhur Ulama seorang isteri yang ditinggal mati suaminya,

ketika dalam kondisi hamil maka iddahnya sepertimana orang hamil atau

sampai anak itu lahir.

b) Menurut jumhur ulama seorang isteri yang ditinggal mati suaminya,

ketika dalam kondisi haid maka memperbaruhi iddahnya samapai 3 kali

suci.

c) Menurut Jumhur Ulama seorang isteri yang ditinggal mati suaminya,

ketika dalam kondisi telah putus masa haid maka meneruskan dengan 3

kali suci.

d) Menurut mazhab Imam Syafi‟i & Maliki seorang isteri yang ditinggal

mati suaminya, ketika dalam kondisi telah dicampuri maka iddahnya

Lanjut tempoh iddah supaya cukup tempoh iddah mati.

e) Menurut mazhab Imam Hanafi & Hambali seorang isteri yang ditinggal

mati suaminya, ketika dalam kondisi belum dicampuri maka iddahnya

ubah iddahnya menjadi iddah mati.

2. Iddah Bagi Wanita yang Berhias

Iddah bagi wanita yang berhiasa bermaksudkan perempuan yang

diceraikan sebelum disetubuhi. Hal ini, berbeda pandangan ulama mengenai

kewajipan beriddah bagi perempuan dalam keadaan demikian. Pendapat

ulama dibawah menjelaskan perselisihan di antara mazhab empat

berpendapat yaitu:

Page 54: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

40

a) Menurut mazhab Imam Syafi‟i tidak wajib iddah sekiranya tiada

percampuran diantara mereka sekalipun juga pasangan tersebut

berkhalwat.

b) Jumhur ulama‟ tidak wajib sekiranya belum berlaku percampuran dan

juga tidak berkhalwat tetapi wajib iddah sekiranya pernah berkhalwat

(Hayazi, 2009).

E. Manfat dan Hikmah Iddah

1. Manfaat Iddah

Agar terjaga nama baik dari keluarga yang ditinggalkan atau tidak

menimbulkan fitnah

2. Hikmah Iddah

Mayoritas fuqaha berpendapat bahwa semua iddah tidak lepas dari sebagian

masalahat yang dicapai, yaitu sebagai berikut:

a) Mengetahui kebebasan rahim dari percampuran nasab.

b) Memberikan kesempatan suami agar dapat introspeksi diri dan kembali

kepada isteri yang tercerai.

c) Berkabungnya wanita yang ditinggal meninggal suami untuk memenuhi

dan menghormati perasaan keluarganya.

d) Mengagungkan urusan nikah, karena ia tidak sempurna kecuali dengan

terkumpulnya kaum laki-laki dan tidak melepas kecuali dengan penantian

yang lama (Hawwas, 2011:320).

Page 55: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

41

BAB III

GAMBARAN UMUM TRADISI ADAT INDRAMAYU

A. Sejarah Indaramayu

1. Sejarah Indramayu

Menurut tim panitia peneliti sejarah kabupaten Indramayu bahwa hari

jadi Indramayu jatuh pada tanggal 7 Oktober 1527 M yang telah disahkan

pada sidang Pleno DPRD kabupaten daerah tingkat II Indramayu pada

tanggal 24 Juni 1977 dan ditetapkan dalam peraturan daerah, kabupaten

daerah tingkat II Indramayu Nomor 02 Tahun 1977 tentang penetapan hari

jadi Indramayu, dimana dalam peraturan daerah tersebut disebutkan bahwa

hari jadi Indramayu ditetapkan jatuh pada tanggal 7 (tujuh) Oktober 1527 M

hari Jumat Kliwon tanggal 1 Muharam 934 H. Dalam menentukan hari jadi

tersebut tim panitia peneliti sejarah Indramayu berpegang pada sebuah

patokan peninggalan jaman dulu dan atas dasar beberapa fakta sejarah yang

ada, yaitu prasasti, penulisan-penulisan masa lalu, benda-benda purbakala

atau benda pusaka, legenda rakyat serta tradisi yang hidup ditengah-tengah

masyarakat. Proses sejarah Indramayu Menurut Babad Dermayu penghuni

partama daerah Indramayu adalah Raden Aria Wiralodra yang berasal dari

Bagelen Jawa Tengah putra Tumenggung Gagak Singalodra yang gemar

melatih diri olah kanuragan, tirakat dan bertapa.

Suatu saat Raden Wiralodra tapa brata dan semedi di perbukitan melaya

di kaki gunung sumbing, setelah melampau masa tiga tahun ia mendapat

Page 56: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

42

wangsit “Hai Wiralodra apabila engkau ingin berbahagia berketurunan di

kemudian hari carilah lembah sungai Cimanuk. Manakala telah tiba disana

berhentilah dan tebanglah belukar secukupnya untuk mendirikan pedukuhan

dan menetaplah disana, kelak tempat itu akan menjadi subur makmur serta

tujuh turunanmu akan memerintan disana”. Dengan di dampingi Ki Tinggil

dan berbekal senjata Cakra Undaksana berangkatlah mereka ke arah barat

untuk mencari sungai Cimanuk. Suatu senja sampailah mereka di sebuah

sungai, Wiralodra mengira sungai itu adalah Cimanuk maka bermalamlah

disitu dan ketika pagi hari bangun mereka melihat ada orang tua yang

menegur dan menanyakan tujuan mereka. Wiralodra menjelaskan apa

maksud dan tujuan perjalanan mereka, namun orang tua itu berkata bahwa

sungai tersebut bukan Cimanuk karena Cimanuk telah terlewat dan mereka

harus balik lagi ke arah timur laut. Setelah barkata demikian orang tarsebut

lenyap dan orang tua itu menurut riwayat adalah Ki Buyut Sidum, Kidang

Penanjung dari Pajajaran. Ki Sidum adalah seorang panakawan tumenggung

Sri Baduga yang hidup antara tahun 1474-1513.

Kemudian Raden Wiralodra dan Ki Tinggil melanjutkan perjalanan

menuju timur laut dan setelah berhari-hari berjalan mereka melihat sungai

besar, Wiralodra berharap sungai tersebut adalah Cimanuk, tiba-tiba dia

melihat kebun yang indah namun pemilik kebun tersebut sangat congkak

hingga Wiralodra tak kuasa mengendalikan emosinya ketika ia hendak

membanting pemilik kebun itu, orang itu lenyap hanya ada suara “Hai

cucuku Wiralodra ketahuilah bahwa hamba adalah Ki Sidum dan sungai ini

Page 57: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

43

adalah sungai Cipunegara, sekarang teruskanlah perjalanan kearah timur,

manakala menjumpai seekor Kijang bermata berlian ikutilah dimana Kijang

itu lenyap maka itulah sungai Cimanuk yang tuan cari.”.

Saat mereka melanjutkan perjalanan bertemulah dengan seorang wanita

bernama Dewi Larawana yang memaksa untuk di persunting Wiralodra

namun Wiralodra menolaknya hingga membuat gadis itu marah dan

menyerangnya. Wiralodra mengelurkan Cakranya kearah Larawana, gadis

itupun lenyap barsamaan dengan munculnya seekor Kijang. Wiralodra

segera mengejar Kijang itu yang lari kearah timur, ketika Kijang itu lenyap

tampaklah sebuah sungai besar. Karena kelelahan Wiralidra tertidur dan

bermimpi bertemu Ki Sidum, dalam mimpinya itu Ki Sidum berkata bahwa

inilah hutan Cimanuk yang kelak akan menjadi tempat bermukim.

Setelah ada kepastian lewat mimpinya Wiralodra dan Ki

Tinggil membuat gubug dan membuka ladang, mereka menetap di sebelah

barat ujung sungai Cimanuk. Pedukuhan Cimanuk makin hari makin

banyak penghuninya. diantaranya seorang wanita cantik paripurna bernama

Nyi Endang Darma. Karena kemahiran Nyi Endang dalam ilmu

kanuragan telah mengundang Pangeran Guru dari Palembang yang datang

ke lembah Cimanuk bersama 24 muridnya untuk menantang Nyi Endang

Darma namun semua tewas dan dikuburkan di suatu tempat yang sekarang

terkenal dengan “Makam Selawe”.

Untuk menyaksikan langsung kehebatan Nyi Endang Darma, Raden

Wiralodra mengajak adu kesaktian dengan Nyi Endang Darma namun Nyi

Page 58: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

44

Endang Darma kewalahan menghadapi serangan Wiralodra maka dia

meloncat terjun ke dalam sungai Cimanuk dan mengakui kekalahannya.

Wiralodra mengajak pulang Nyi Endang Darma untuk bersama-sama

melanjutkan pembangunan pedukuhan namun Nyi Endang Darma tidak mau

dan hanya berpesan, “Jika kelak tuan hendak memberi nama pedukuhan ini

maka namakanlah dengan nama hamba, kiranya permohonan hamba ini

tidak berlebihan karena hamba ikut andil dalam usaha membangun daerah

ini”.

Untuk mengenang jasa orang yang telah ikut membangun

pedukuhannya maka pedukuhan itu dinamakan “DARMA AYU” yang di

kemudian hari menjadi “INDRAMAYU”. Berdirinya pedukuhan Darma

Ayu memang tidak jelas tanggal dan tahunnya namun berdasarkan fakta

sejarah Tim Peneliti menyimpulkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada

jum‟at kliwon, 1 sura 1449 atau 1 Muharam 934 H yang bertepatan dengan

tanggal 7 Oktober 1527 M.

Cerita pedukuhan Darma Ayu adalah salah satu catatan sejarah daerah

Indramayu namun ada beberapa catatan lainnya yang juga berkaitan dengan

proses pertumbuhan daerah Indramayu antara lain:

1. Berita yang bersumber pada Babad Cirebon bahwa seorang saudagar

China beragama Islam bernama Ki Dampu Awang datang ke Cirebon

pada tahun 1415. Ki Dampu Awang sampai di desa Junti dan hendak

melamar Nyi Gedeng Junti namun ditolak oleh Ki Gedeng Junti, disini

dapat disimpulkan bahwa Desa Junti sudah ada sejak tahun 1415 M.

Page 59: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

45

2. Catatan dalam buku Purwaka Caruban Nagari mengenai adanya Desa

Babadan, dimana pada tahun 1417 M Sunan Gunung Jati pernah datang

ke Desa Babadan untuk mengislamkan Ki Gede Babadan bahkan

menikah dengan puteri Ki Gede Babadan.

3. Di tengah Kota Indramayu ada sebuah desa yang bernama Lemah Abang,

Nama itu ada kaitannya dengan nama salah seorang Wali Songo Syeikh

Siti Jenar yang dikenal dengan nama Syeikh Lemah Abang, mungkin

dimasa hidupnya (1450 - 1406) Syeikh Lemah Abang pernah tinggal di

desa tersebut atau setidak-tidaknya dikunjungi olehnya untuk

mengajarkan agama Islam.

Setelah bangsa Portugis pada tahun 1511 menguasai Malaka antara

1513-1515 pemerintah Portugis mengirimkan Tom Pires ke Jawa. Dalam

catatan harian Tom Pires terdapat data- data bahwa:

a. Tahun 1513-1515 pedukuhan Cimanuk sudah ada bahkan sudah

mempunyai pelabuhan

b. Pedukuhan Cimanuk ada dalam wilayah kerajaan sunda (Pajajaran).

Melihat bukti-bukti atau sumber di atas diperkirakan pada akhir abad

XVI M daerah Indramayu sekarang atau sebagian dari padanya sudah

dihuni manusia (Kemendagri, 2013).

2. Nilai-Nilai Budaya Tradisi Indramayu

Masyarakat kabupaten Indramayu memiliki beraneka ragam suku, ada

suku Jawa dan ada pula suku Sunda dari keduanya tumbuh dan berkembang

di masyarakat Indramayu. Suku jawa dan suku Sunda yang merupakan

Page 60: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

46

bentuk implementasi atau ekspresi masyarakat setempat yang dipengaruhi

oleh kebudayaan Jawa dan Sunda sehingga bentuk kebudayaannya

merupakan akulturasi dari kedua kebudayaan tersebut. Adapun bentuk

kebudayaan Indramayu antara lain sebagai berikut:

a. Tradisi Nadran

Nadran adalah merupakan upacara adat para nelayan di pesisir

pantai, Nadran sebenarnya merupakan suatu tradisi hasil akulturasi

antara budaya Islam dan Hindu yang diwariskan sejak ratusan tahun

secara turun-temurun. Kata Nadran sendiri sebenarnya berasal dari kata

Nadzar-Nadzaran-Nadran yang berarti kaul atau sukuran. Nadran disini

maksudnya sukuran para nelayan Indramayu, ini merupakan cerminan

dari sebuah hubungan manusia dengan sang pencipta dengan berupa

ungkapan rasa sukur akan hasil tangkapan ikan, dan mengharapkan akan

meningkatnya hasil di masa mendatang, serta dijauhkan dari bencana dan

mara bahaya dalam mencari nafkah dilaut.

Adapun inti upacara Nadran adalah mempersembahkan sesajen

(yang merupakan ritual dalam agama Hindu untuk menghormati roh

leluhurnya) kepada penguasa laut agar diberi limpahan hasil laut,

sekaligus merupakan ritual tolak bala (keselamatan). Sesajen nadran

biasanya disebut ancak, yang berupa anjungan berbentuk replika perahu

yang berisi kepala kerbau, kembang tujuh rupa, buah-buahan, makanan

khas, tumpeng, dan lain sebagainya. Tradisi nadran sebelum dilepaskan

ke laut, ancak diarak terlebih dahulu mengelilingi tempat-tempat yang

Page 61: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

47

telah ditentukan sambil diiringi dengan berbagai suguhan seni tradisional

seperti umbul, genjring, reog, jangkungan, musik gamelan dan musik

tradisonal lainya (Sarwah, sayu, supendi, Ratingkem, Murni, 12/9/2014).

b. Tradisi Ngarot

Ngarot adalah merupakan upacara tradisional masyarakat Desa Lelea

yang dilakukan pada saat tibanya musim menggarap sawah, upacara ini

sudah ada sejak abad 16 dan sampai sekarang masih di selenggarakan,

terutama oleh masyarakat desa di Kecamatan Lelea setiap menjelang

penggarapan sawah. Ngarot ini berasal dari kata”Nga-rot” (basa Sunda)

yaitu istilah minum atau ngaleueut, adat ini melibatkan muda-mudi untuk

turut serta dalam upacara tesebut. Uniknya hanya pemuda dan pemudi

yang masih menjaga kesuciannya yang boleh ikut dalam acara ini karena

jika pemuda atau pemudi sudah tidak suci akan terlihat sangat buruk di

mata para peserta ngarot, dalam upacara ini para gadis desa dihias

dengan mahkota bunga di kepalanya sebagai lambang kesucian. Tradisi

itu dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil

bercocok tanam dan sebagai penyemangat para petani untuk memulai

bercocok tanam kembali serta sebagai pembelajaran dan regenerasi

petani dari generasi tua terhadap generasi muda (Ratingkem, dadang,

jumedi, Naritem, Tani, 15-17/9/2014).

c. Tradisi Jaringan

Jaringan adalah upacara kaum remaja yang bertujuan untuk mencari

pasangan hidup yang dilaksanakn pada malam bulan purnama. kegiatan

Page 62: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

48

ini bertempat di desa parean Kecamatan kandang haur Jaringan berasal

dari kata jaring, adalah alat menangkap ikan. Bagi warga Parean,

khususnya Desa Parean Girang, istilah jaringan ini diartikan sebagai

ajang mencari jodoh diwaktu terang bulan, saat dimana para nelayan

sedang tidak melaut dan berkumpul di desa, karena menurut masyarakat

setempat, waktu terang bulan biasanya ikan-ikan di laut berdiam di dasar

laut sehingga sulit ditangkap. Karena ikan-ikan tersebut sulit ditangkap,

sehingga para nelayan, yang mayoritas notabene adalah para pemuda,

beralih „menjaring‟ para gadis desa di waktu terang bulan tersebut.

Tradisi jaringan yang biasanya berlangsung di alun-alun desa, tepatnya di

depan Masjid Besar At-Taqwa ini bertujuan untuk menjembatani

pertemuan pemuda dan pemudi desa. Namun sebenarnya tradisi ini tidak

hanya terbatas bagi pemuda pemudi yang belum menikah saja, tetapi juga

bagi para duda maupun janda yang ingin kembali membina rumah

tangga. Tradisi jaringan ini tidak diketahui secara pasti sejak kapan

dimulai.

Adat jaringan mempunyai aturan-aturan tertentu. Pemudanya harus

memakai baju kampret berwarna hitam atau putih, dengan celana

komprang sampai lutut, dan berselempang kain sarung. Bagi para gadis

diharuskan mengenakan baju kurung berwarna hijau dengan selembar

selendang di pundaknya sedangkan bagi para janda diharuskan

mengenakan kebaya yang juga mengenakan selembar selendang di

pundaknya. Biasanya, selepas kegiatan menjaring selesai, para pemuda

Page 63: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

49

mengantarkan gadis hasil jaringannya pulang ke rumah masing-masing.

Di rumah, sang pemuda hanya ditemani oleh orang tua si gadis tanpa

gadis tersebut untuk berbincang-bincang. Setelah diyakini bahwa si

pemuda serius dengan sang gadis, maka sejak malam itu dimulailah

penjajakan-penjajakan yang dilakukan oleh kedua belah pihak agar lebih

saling mengenal masing-masing calon pasangan beserta keluarganya.

Setelah masa penjajakan berjalan dan musim jaringan telah usai,

akhirnya tibalah saatnya untuk melakukan lamaran. Dalam proses

lamaran biasanya orang tua dari pihak laki-laki membayar sejumlah uang

dan membagi-bagikan sirih kepada tetangga sebagai isyarat bahwa si

gadis sudah „diikat‟. Menurut tradisi saat itu, setelah melakukan lamaran,

sang pemuda harus mengabdi kepada calon mertua. Kebiasaan ini

dinamakan sambatan. Sambatan bisa dilakukan misalnya dengan cara

menggarap sawah milik calon mertua hingga panen. Selama masa

sambatan ini sang pemuda boleh mengajak teman-temannya untuk

membantu ataupun mengerjakannya sendiri.

Dahulunya tradisi jaringan ini agak berbau sakral, namun dalam

perkembangannya, tradisi jaringan ini mengalami perubahan fungsional.

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk pengaruh globalisasi

yang mendorong bebasnya arus informasi sehingga bisa diakses oleh

penduduk desa melalui berbagai media, seperti tayangan televisi dan

internet. Tradisi jaringan kini cenderung mengalami pergeseran makna

Page 64: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

50

karena para pelaku kebiasaan jaringan ini telah dipengaruhi oleh berbagai

nilai dan norma (Sarwah, Ecih, Tarma 16-18/10/2014).

d. Tradisi Ngunjung

Ngunjung adalah merupakan upacara sukuran yang dilaksanakan di

kuburan atau makam yang dianggap keramat biasanya dilaksanakan pada

bulan Syuro Mulud. Tradisi ngunjung ini diadakan setiap 1 tahun sekali

setelah selesai masa panen. Pada acara tradisi ngunjung ini, semua warga

desa datang ke makam anggota keluarga mereka disalah satu pemakaman

yang sedang diadakan acara ngunjung ini sambil membawa nasi

tumpeng, ayam panggang atau ayam goreng, ketupat dan lain lain dan

kemudian mendo'akan keluarga mereka yang sudah meninggal tersebut.

Pada tradisi ngunjung ini ada hiburan untuk meramaikannya, bisa

berupa sandiwara, wayang kulit ataupun yang lainnya. Untuk hiburannya

ini tergantung dana yang didapat dari hasil sumbangan sukarela

masyarakat setempat, biasanya acara ngunjung yang diselenggarakan

dimulai sekitar jam 11:00 WIB dan malamnya jam 21:00 WIB.

Yang unik dari tradisi ngunjung ini adalah adanya suatu hiburan

yang diselenggarakan di tengah-tengah pemakaman. Bayangkan kalau

malam. Orang yang belum tahu mungkin menganggapnya serem dan

pasti hiburan dan pedagangnya akan sepi penonton dan pembeli karena

diadakan di tengah-tengah pemakaman. Anggapan ini tentu saja tidak

benar, karena pada saat malam pun akan tetap ramai penonton. Mereka

menonton hiburan tersebut sambil duduk duduk diatas pusara makam

Page 65: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

51

sambil senderan dibatu nisan. Begitupun dengan pedagang. Mayoritas

pedagang, barang dagangannya akan habis terbeli bahkan tidak sampai

malam, para pedagang ini sudah kehabisan barang dagangannya. Upacara

Ngunjung ini, dilakukan sebagai ungkapan rasa menghormati kepada

arwah leluhur, tradisi ini dianggap oleh masyarakt akan membawa

keselamatan dan keberkahan (Petok, Dadang, Jumedi 25-27/9/2014).

e. Tradisi Mapag Tamba

Yaitu upacara yang dilaksanakan dengan tujuan agar desa terhindar

dari bencana seperti banjir yang sering melanda lahan pertanian, kegiatan

ini dilakukan dengan cara membawa air tambak ke dalam bungbung

bambu yang berasal dari kasepuhan atau sumber mata air untuk

dituangkan ke dalam sawah. Sebelum itu, air yang di bawa dari mata air

tersebut terlebih dahulu diarak keliling desa kemudian disiramkan ke air

yang mengalir di sawah. Upacara Mapag Tamba yang dimaksudkan

sebagai ritual untuk meminta keberkahan dalam usaha pertanian mereka

juga memohon keselamatan atas kehidupan warga, dan penghormatan

atas leluhur (Sarwah, Ecih, Tarma 22/10/2014).

f. Tradisi Mapa Sri

Mapag Sri adalah salah satu adat atau budaya masyarakat Indonesia

khususnya Jawa dan Sunda yang dilaksanakan untuk menyambut

datangnya panen, sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan yang Maha

Esa. Mapag Sri apabila dilihat dari bahasa Jawa halus mengandung arti

menjemput padi. Dalam bahasa Jawa halus, mapag berarti menjemput,

Page 66: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

52

sedangkan Sri dimaksudkan sebagai padi. Maksud dari menjemput padi

adalah panen.

Mapag Sri adalah ritual yang terhubung dengan mitos Dewi Sri atau

Nyi Pohaci Sanghyang Sri yang dianggap sebagai Dewa Padi. Bagi

masyarakat tradisional khususnya wilayah pesisir pantura Indramayu,

Dewi Sri adalah dewi pemberi kehidupan dan menuntun orang pada

berbagai tatacara menghormati arti kehidupan. Oleh karena itu, jikalau

orang hendak menuai padi yang telah menguning, sebelumnya beberapa

bulir padi dipungut dan dibentuk seperti dua orang (lambang sepasang

pengantin) yang dipertemukan dan diarak pulang, dengan harapan bahwa

padi mendatangkan hidup yang bermanfaat bagi yang memilikinya.

Sanghyang Sri adalah hidayah, lambang Dunia Atas yang sengaja

diundang turun ke bumi untuk memberikan berkatnya. Padi, mulai dari

tanam sampai panen di upacarakan dengan bermacam-macam cara.

Sebutannya juga bermacam-macam: Ngampihkeun, Ngaseuk, dan

sebagainya. Demikian pula pelaksanaannya, masing-masing mempunyai

tatacaranya sendiri. Waktu dan tempat pelaksanaannya tidak bisa

sembarangan, biasanya dihitung berdasarkan hari wuku dan hari pasaran.

Di dalam upacara tersebut, biasanya disediakan sesaji dan kesenian.

Sesaji adalah bagian penting dalam upacara itu. Tanpa sesaji, upacara itu

menjadi tak lengkap. Jenis sesaji yang harus disediakan, di masing-

masing tempat berbeda. Demikian pula kesenian yang dihadirkannya. Di

Cirebon dan Indramayu, disertai dengan tari topeng dan wayang kulit.

Page 67: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

53

Dikebanyakan wilayah Indramayu, mapagsri selalu mementaskan

tanggapan wayang kulit (Dasuki, Sarwah, Ecih, Tarma 21/10/2014).

g. Tradisi Sedekah Bumi

Adalah upacara yang dilaksanakan oleh petani pada saat akan turun

menggarap sawahnya. Tradisi sedekah bumi ini, merupakan salah satu

bentuk ritual tradisional. Pada upacara tradisi sedekah bumi tersebut

umumnya, tidak banyak peristiwa dan kegiatan yang dilakukan

didalamnya. Hanya saja, pada waktu acara tersebut biasanya seluruh

masyarakat sekitar yang merayakan tradisi sedekah bumi membuat

tumpeng dan berkumpul menjadi satu di tempat sesepuh kampong, di

balai desa atau tempat yang telah disepakati masyarakat setempat untuk

menggelar acara ritual sedekah bumi tersebut.

Setelah itu, kemudian masyarakat membawa tumpeng tersebut ke

balai desa atau tempat untuk di doakan oleh sesepuh adat, setelah selesai

di doakan kemudian diserahkan kepada masyarakat setempat yang

membuatnya sendiri. Nasi tumpeng yang sudah di doakan oleh sesepuh

adat kemudian di makan secara ramai-ramai oleh masyarakat yang

mengikuti tradisi sedekah bumi, pembuatan nasi tumpeng ini merupakan

salah satu syarat yang harus dilaksanakan pada saat upacara tradisonal

itu. Makanan pokok yang harus ada dalam tradisi sedekah bumi adalah

nasi tumpeng dan ayam pangggang, sedangkan yang lainnya seperti

buah-buahan, minuman, dan lauk pauknya hanya bersifat tambahan saja,

tidak menjadi prioritas yang utama,. Pada acara akhir para petani

Page 68: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

54

biasanya menyisakan sebagian makanan itu dan diletakan disudut petak

sawahnya masing-masing itu sebagai bentuk rasa syukur (Dasuki, Item,

Jin 23/10/2014).

h. Tradisi Baritan

Baritan adalah suatu tradisi masyarakat yang dilaksanakan ketika ada

marabahaya seperti angin besar, gempa bumi (lindu), dan penyakit,

upacara ini dilakukan di desa Kebon Randu, tradisi baritan ini diyakini

sebagai ritual tolak bala (keselamatan). Biasanya upacara ini digelar di

perempatan jalan atau jembatan, sesajen yang disuguhkan biasanya

berupa nasi tumpeng yang diatasnya berisi telur, kembang tujuh rupa,

buah-buahan, makanan khas, kopi manis, kopi pait, teh manis, teh pahit

dan lain sebagainya ditempat perempatan jalan atau di jembatan,

kemudian berdoa bersama agar di hindarkan dari marabahaya (Sarwah,

Ecih, Tarma 23/10/2014).

B. Iddah dalam Tradisi Indaramayu

Dalam ilmu fikih bagi seorang isteri yang telah putus hubungan

perkawinan dengan suaminya, apabila ditalak atau karena ditinggal mati oleh

suaminya, maka mereka mempunyai akibat hukum yaitu „iddah (masa

menunggu). Sedangkan dalam konsep fikih dalam iddah bahwasanya seorang

wanita yang diceraikan suami atau berpisah akibat kematian suami, maka

hendaklah para isteri itu menangguhkan dirinya beriddah empat bulan sepuluh

hari. Bahkan dalam surat At-Thalaq menegaskan bahwa “apabila kamu

menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu

Page 69: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

55

mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah

itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan

mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali

kalau mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum

Allah dan barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka

sesungguhnya dia telah berbuat lalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak

mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu suatu hal yang baru”.

Dari itulah bahwasanya seorang wanita wajib menjalankan masa iddahnya.

Iddah pada umumnya bahwasanya seseorang wanita tidak boleh keluar

dari rumah ketika sedang menjalankan masa iddahnya. Sedangkan iddah di

desa Kebon Randu ketika suaminya meninggal dengan melakukan ritual seperti

nyiram makam bersama laki-laki lain yang bukan mukhrimnya, mengapa

dengan laki-laki lain karena ada yang berpendapat bahwa laki-laki tersebut

yang akan menggantikan suami yang telah meninggal sebagai calon suaminya

kelak nati atau bisa dijadikan saudara dan memberi makan yang berupa sesajen.

Adapun proses dari tradisi cerai mati adat Jawa dengan menyiram makam, hal

pertama yang dilakukan seorang isteri ketika proses pemakaman telah selsai

kemudian sang isteri pulang kerumah mertuanya untuk melakukan tradisi

memberi makan dengan menyuguhkan sesajen di letakan dipedaringan, sesajen

itu seperti tumpeng diatasnya dengan telur putih, sega asahan, sega wuduk,

ingkung ayam, kembang rasulan, bubur merah dan bubur putih, sega punar atau

nasi kuning, apem, keten, air putih, air kopi. Setelah disiapkan kemudian sang

isteri meletakan sesajen itu di dalam rumah berdekatan dengan tempat

Page 70: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

56

pedaringan (tempat penyimpanan beras jaman dahulu), mengapa diletakan

pedaringan, karena tempat itu yang biasanya para roh leluhur datang yang

untuk meninta makan, terkadang kalu sesajenya tidak lengkap roh tersebut

merasuki tubuh orang yang di sekitar rumah dan berasama kemenyan sebagai

tanada pemanggilan leluhur yang telah meninggal.

Gambar 2 (sesajen dalam tradisi cerai mati)

Setelah sang isteri selsai melakukan sesajen kemudian isteri berdiam diri

di dalam kamar sampai menjelang magrib. Setelah itu kemudian kemenyan pun

ditaburkan diatas wangwa (bara api) oleh sesepuh yang dianggap mengerti

tentang ruh halus dan bisa mendatangkan para leluhur yang telah tiada, setelah

itu dibacakan do‟a oleh buyut untuk memanggil arwah (kegiatan pemanggilan

arwah ini dilakukan ketika menjelang terbenamnya matahari atau yang

Page 71: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

57

dinamakan sendakala atau banganerep), setelah itu mereka melakukan tahlilan

seperti biasanya yang diajarkan oleh agama Islam, akan tetapi sebelum

dilakukan tahlilan seperti biasanya seorang isteri terlebih dahulu menyalakan

damar di latar (halaman rumah) di tempat bekas pemandian suami yang

meningal, mengapa diletakan disitu karena selama tujuh hari arawah masih

disitu, dan damar adalah sebagai lambang penerangan di alam bakah,

kemudian sesajen kecil dipersiapkan oleh sang isteri seperti tumpeng kecil,

bawang lawe, damar (cluplak berisi minyak), pisang raja, telor, beras,

kurungan ayam, yang kemudian diletakan di dalam kurungan ayam, lalu di

sajikan ditempat bekas pemandian suaminya, selain itu biasanya sebelum

tahlilan sang isteri menyiapkan bunga tujurupa yang kemudian dimasukan

kedalam toples yang berisi air, dan uang receh kemudian disajikan ditengah-

tengah kumpulan orang tahlilan.

Gambar 3 (foto tahlilan dan sesajen)

Page 72: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

58

Setelah selsai tahlilan kemudian toples yang berisi bunga tujuh rupa dan

uang receh itu kemudian dibawa ke makam suaminya bersama dengan laki-laki

lain untuk menyiramkan air yang berisi bunga tujuh rupa kemudian ditaburkan

ke makam suaminya, tradisi ini dilakukan samapai mitungdina, setelah teradisi

ini selsai biasanya hari berikut seorang isteri hanya meyuguhkan sesajen di

triktikan selama sepuluh hari. Kemudian isteri juga boleh bercelaan ketika

belum empat puluh hari, ini terhitung saat suaminya meningal bahkan belum

boleh dilamar oleh orang lain sebelum mertuanya membolehkan. Mengapa

keluar malam dengan laki-laki lain, ada yang berpendapat bahwa laki-laki

tersebut yang akan mengantikan sang suami yang telah meninggal, ada juga

yang berpendapat bahwa laki-laki tersebut akan menjadi saudaranya

(Ratingkem, Ecih, 16/10/2014).

C. Makna Iddah dalam Tradisi Indaramayu

Pada upacara tradisi adat Jawa desa Kebon Randu dinamakan selamatan

ini selain diadakan sesajen berupa: Sega asahan atau ambengan, sega wuduk

dan lauk pauk segar/bumbu lembaran, ingkung ayam, kembang rasulan atau

kembang telon, bubur merah dan bubur putih, sega punar atau nasi kuning,

apem, ketan, air putih, air kopi. Semua itu disajikan di tempat pelaksanaan

seperti tempat berdoda untuk orang meninggal bisa di pedaringan (tempat

menyimpan beras) atau bisa juga ditempat makam. Adapun makana yang

terkandung dalam sesajen tersebut yaitu:

Page 73: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

59

1. Sega asahan atau ambengan; melambangkan suatu maksud agar arwah si

mati maupun keluarga yang masih hidup kelak akan berada pada

“pembenganing Pangeran”, artinya selalu mendapatkan ampun atas segala

dosa-dosanya dan diterima di sisiNya (Dasuki 10/10/2014).

2. Sega wuduk dan lauk pauk segar/bumbu lembaran maksudnya untuk

menjamu roh para leluhur (Dasuki 10/10/2014).

3. Ingkung ayam melambangkan kelakuan pasrah atau menyerah kepada

kekuasaan Tuhan. Istilah ingkung atau diingkung mempunyai makna

“dibanda” atau dibelenggu (Naritem, 11/10/2014).

4. Kembang rasulan atau kembang telon melambangkan keharuman doa yang

dilontarkan dari hati yang tulus ikhlas lahir batin. Di samping itu bau harus

mempunyai makna kemuliaan ( Ratingkem, 12/10/2014).

5. Bubur merah dan bubur putih melambangkan keberanian dan kesucian dan

ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Allah. Makanan khas yang mejadi

symbol do‟a, harapan, persatuan dan semnangat masyarakat orang jawa. Di

samping itu bubur merah untuk memule atau tanda bakti kepada roh dari

bapak atau roh laki-laki dan bubur putih sebagai tanda bakti kepada roh dari

ibu atau roh perempuan. Secara komplitnya adalah sebagai tanda bakti

kepada bapa angkasa ibu pertiwi atau penguasa langit dan bumi, semua

dibekteni dengan harapan akan memberikan berkah, baik kepada si mati

maupun kepada yang masih hidup (Ratingkem, Naritem, 11/10/2014).

Page 74: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

60

6. Sega punar atau nasi kuning melambangkan kemulian, sebab warna atau

cahaya kuning melambangkan sifat kemuliaan. Juga dimaksudkan sebagai

jamuan mulia kepada yang dipujinya (Dasuki, Tani, 11/10/2014).

7. Apem melambangkan payung dan tameng, dan dimaksudkan agar perjalanan

roh si mati maupun yang masih hidup selalu dapat menghadapi

tantangannya dan segala rintangan, bahkan mendapatkan perlindungan dari

yang maha kuasa dan para leluhurnya. Dan ada juga yang mengatakan

sebagai symbol permintaan maaf atau ngapuro (Ratingkem, 12/10/2014).

8. Ketan adalah salah satu makanan dari beras yang mempunyai sifat”pliket‟

atau lekat. Dari kata pliket atau ketan, keraket melambangkan suatu keadaan

atau tujuan yang tidak luntur atau layu, artinya tidak kenal putus asa

(Ratingkem,12/10/2014).

9. Air putih adalah salah satu minuman yang mempunyai sifat murni atau

bersish melambangkan suatu keadaan suci (Ratingkem, 12/10/2014).

10. Air kopi sebagai suatu sajian minuman terhadap orang terdahulu sebagai

bentuk rasa hormat kepada leluhur (Ratingkem,12/10/2014).

Dari makanan sajian lain seperti: Benang lawe, Damar dan sentir,

Kurungan ayam, Clupak berisi minyak dan sumbu, Pisang raja, Beras, gula

kelapa, Telor, dan lain sebagainya yang mana hal ini biasanya pada selamatan

tiga hari adalah sebagai lambang dari segala perlengkapan hidup manusia

sehari-hari, dan semua itu dimaksudkan sebagai bekal roh si mati dalam

menjalani kehidupan di alam baka.

Page 75: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

61

Adapun lambang atau makna dari semua itu antara lain:

1. Benang lawe adalah beang putih sebagai lambang tali suci sebagai pengikat

atau tali hubugan antara keluarga yang ditinggalkan dengan yang sudah

pergi jauh itu.

2. Damar dan sentir adalah lambang penerang, maksudnya agar roh si mati tadi

selalu mendapatkan terang.

3. Kurungan ayam melambangan peneduh ketika di alam kubur.

4. Clupak berisi minyak dan sumbu melambangkan obor di perjalanan dan

semangat yang tinggi.

5. Pisang raja sebagai lambang persembahan kepada yang maha kuasa di

samping itu juga sebagai buah segar.

6. Beras, gula kelapa melambangkan makanan beserta lauk dan bumbunya,

sebagai bekal hidup di alam kelanggengan.

7. Telor melambangkan kebulatan atau kemanunggalan berbagai sifat dan

tujuan sebab telor itu sendiri terdiri dari berbagai lapisan, dan masing-

masing lapisan mempunyai makna sendiri-sendiri (Ecih, Tarma 15-

16/10/2014).

Mengapa masyarakat mengikuti tradisi seperti ini kareana mereka

berkeyakinan bahwa pemberian sesaji merupakan hal biasa bahkan dianggap

sebagai bagian daripada kegiatan keagamaan. Sehingga diyakini pula apabila

suatu tempat atau benda keramat yang biasa diberi sesaji lalu pada suatu pada

saat tidak diberi sesaji maka orang yang tidak memberikan sesaji akan kualat

(celaka, terkena kutukan). Inilah pemahaman yang diikuti oelah para leluhur

Page 76: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

62

jaman dahulu sehingga sekarang masih mempercayai seperti hanya orang yang

meninggal jika tidak diadakan selamatan 1 hari, 3 hari, 7 hari, 40 hari. Maka

rohnya akan gentayangan sehingga mereka takut jika tidak melakukan tradisi

tersebu dan mereka juga berpemahaman bahwa tradisi tersebut adalah sebagai

bentuk soial anatara masyarakat yang satu dengan yang lain sehingga

terciptanya masyarakat yang bergotong royong misalkan selametan 7 hari,

biasanya tetangga membantu dalam memasak atau menyiapkan buat tahlilan.

Sebenarnya tradisi tersebut adalah pengaruh dari ajaran Animisme dan

Dinamisme serta dari agama Hindu dan Budha ini masih marak dilakukan oleh

orang-orang pada jaman modernisasi yang serba canggih ini. Hal ini

membuktikan pada kita bahwa sebenarnya manusianya secara naluri/fitrah

meyakini adanya penguasa yang maha besar, yang pantas dijadikan tempat

meminta, mengadu, mengeluh, berlindung, berharap dan lain-lain. Sedangkan

maksud dari tradisi tersebut adalah sebagai tanda penghormatan atau rasa

syukur terhadap semua yang terjadi dimasyarakat dan sebagai bentuk sosial

terhadap masyarakat.

D. Pengaruh Tokoh Adat dalam Tradisi Iddah di Indramayu

Kalau dilihat dari tumbuhnya ritual tersebut memang bukan berasal dari

desa Kebon Randu, munculnya ritual dan sesajen ini melainkan adalah dari

leluhur yang sudah ada sejak dahulu sehingga agama atau kepercayaan sangat

kuat, hal ini memang berangkat dari kebiasaan dari nenek moyang yang

percaya akan adanya roh. Dan kepercayaan pada roh tersebut mempunyai

beberapa sebutan, seperti animisme, dinamisme dan atheisme.

Page 77: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

63

Kebiasaan dalam melakukan ritual ini banyak berkembang dalam kawasan

Jawa, karena hal tersebut juga merupakan pengaruh dari kercayaan yang ada

dan kemudian dengan adanya pengaruh agama Islam. Agama yang dibawa oleh

para wali juga memberikan pengaruh penting bagi tumbuh dan berkembangnya

ritual dan sesajen ini. Para wali yang melihat fenomena tersebut bukan lantas

memberantas kebiasaan atau kebudayaan yang telah ada dan tumbuh subur

dimasyarakat. Akan tetapi kebiasaan yang menghambur-hamburkan sesuatu

(katakan saja makanan, karena dalam hal ini mengupas tentang sesajen)

selanjutnya diarahkan untuk tidak dibuang dengan percuma. Para wali akhirnya

mengarahkan masyarakat untuk memberikan makanan yang biasanya selalu

hadir dalam bentuk kemasan yang berupa sesajen, kemudian makanan tersebut

dibagikan kepada tetangga atau orang disekitarnya. Sehingga mengubah

eksistensi dari sesajen tersebut, dari yang awalnya dibuang kemudian

diberikasan atau disedekahkan.

hasil dari wawancara dengan masyarakat Kebon Randu bahwasanya,

tradisi masa iddah adat Jawa seperti memberikan makan terhadap orang yang

telah meninggal dunia dengan sesajen yaitu berasal dari leluhur yang disebut

dengan embah buyut, nyai buyut, dalam ajaranya ternyata mengarahkan kepada

kebaikan seperti menolong, bersedekah dengan melalui seperti hasil

wawancara bahwasanya mengapa mereka melakukan kegiatan seperti ini,

ternyata setelah saya mewawancarai beberapa orang yang terkait dengan tradisi

tersebut yaitu pada jaman dahulu ketika ada seseorang pengemis yang meinta-

minta kepada seseorang warga yang punya rumah, kemudian kata si nenek tua

Page 78: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

64

itu bilang “nak minta airnya saya kehausan” akan tetapi si pemilik rumah

berkata: “ini airnya asin nek”, kemudian nenek itu berkata: “air ini selamanya

akan menjadi air yang asin”, kemudian seketika nenek itu pergi, ternyata

terbukti bahwasanya kemudian air sumur, air bornya menjadi asin, itu hanya

satu desa yang terkena kejadian seperti itu ketika nenek itu menghampiri desa

tersebut, setelah mewawancarai secara mendalam ternyata si pemilik rumah

berbohong yang sehyarusnya air itu rasanya tawar, kemudian dia bilang ke

nenek itu airnya asin, dan nenek tua itu ternyata mahluk halus yang ingin

memberi cobaan kepada desa itu dengan kejadian seperti, ternyata nenek itu

adalah jelmaan dari buyut sumur adem yang menunggu desa itu berpuluh-

puluh tahun yang ingin menguji masayarakat sumur adem, sehingga sumber air

yang di desa tersebut menjadi asin (Ratingkem, Naritem, Bonung, 14/10/2014).

Kejadian yang ke dua bahwa dulu desa tetangga ketika ada orang tua atau

pengemis yang usianya lebih tua, beliau dengan membawa tongkat kecil, ketika

itu nenek tua itu bilang kepada pemilik rumah “bu minta airnya, dengan nada

pelan gemetar, kemudian si pemilik rumah tidak mau memberikan air minum

kepada nenek tua itu, kemudian malah mengusir nenek “nek gak punya air”

kemudian nenek itu berkata: entar juga ada musibah besar nok” kemudian

seketika nenek itu pergi dari si pemilik rumah, terjadilah mala petaka datang ke

desa itu dengan angin yang kencang Desa Karang Dawa itu banyak rumah

yang rusak, kemudian rumah dari yang di datangi nenek tua tadi ternyata rusak

tertimpah pepohonan, setelah saya wawancara mendalam ternyata beberapa

orang mengatakan hal yang sama, nenek tua tersebut ternyata jelmaan dari

Page 79: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

65

buyut penunggu Desa Karang Dawa yang ingin menguji masyarakat Desa

Karang Dawa (Ratingkem, Casitem, 15-18/10/2014).

Dari peristiwa tersebut mengajarkan bahwa menolong sesama itu lebih

penting, apa lagi memberi makan kepada orang yang telah meninggal,

meskipun tidak ada wujudnya orang yang di berimakan akan tetapi ruhnya

masih hidup, sehingga dari kejadian itu masyarakat Kebon Randu terpengaruh

dan menjadi tradisi pemberian makan kepada orang yang telah meninggal,

apalagi susminya yang meninggal mereka lebih menghormati dengan

melakukan tradisi tersebut bahkan dalam masa iddahnya janda ketika suaminya

meninggal maka tradisi tersebut tetap berjalan karena mereka tidak mau

ditimpah mala peteka, atau sebagai rasa cinta terhadap suaminya bahkan

kejadian yang berkaitan dengan tradisi masa iddah seperti kejadian yang

pernah dialami oleh ibu Ratingkem, bahwasanya ketika anaknya meninggal,

dia membuktikan kata orang tua jaman dahulu atau disebut buyut mereka

berkata bahwa taruh lah abu letekan di kurungan ayanm yang diberi

sentir/dama jika ingin melihat orang yang sudah meninggal tapi tapi masih ada

di sekitar rumah, lalu selama masa-masa tujuh hari anaknya meninggal dia

membuktikan dengan meneburkan abu di dalam kurungan ayam yang telah

diberi dammar, selama tiga hari ternyata terbukti ada bekas kaki dari orang

yang telah meninggal dunia, sehingga tradisi tersebut di yakini oleh masyarakt

sebagai kebaikan.

Page 80: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

66

Dapat saya simpulkan bahwasanya ternyata orang yang sudah meninggal

itu ruh nya ternyata mendampingi mahluk yang masih hidup, dan mereka minta

untuk di kirimin makanan seperti mahluk hidup lainnya tetapi mereka berbeda

alam.

E. Pandangan Masyarakat Indramayu terhadap Iddah

Adapun menurut pandangan masyarakat Islam tentang tradisi masa iddah

cerai mati di desa Kebon Randu, bahwasanya tradisi tersebut adalah suatu

kesunahan boleh dilakukan dan boleh juga tidak dilakukan (Rosyid, Muhaimin,

16/10/2014). Mengapa demikian, karena mereka menganggap sunah kalau di

ibaratkan antara wajib dan sunah karena dalam Islam tidak mengajarkan, akan

tetepi ada nilai-nilai sosial yang tumbuh dalam masyarakat yaitu sebagai

bentuk penghormatan terhadap orang yang telah meninggal namun ketika

orang itu sudah meninggal dia tidak bisa menerima makanan dari sang isteri,

dan putus hubunganya dengan yang masih hidup, akan tetapi rasa hormat dari

sang isteri kepada suaminya begitu besar dengan di wujudkan dalam tradisi

tersebut.

Sehingga masyarakat Kebon Randu berbeda keyakinan, mengenai tradisi

tersebut ada yang menganggap bahwa tradisi itu harus dilakukan, ada juga

masyarakat moderen memendang bahwasanya tradisi tersebut tidak harus

dilakukan. Mereka yang berkeyakinan menganggap bahwa tradisi itu harus

dilakukan, karena mereka berpedoman kepada leluhur yang sudah-sudah, serta

tradisi itu sudah bertahun-tahun, mengapa seperti itu karena mereka takut akan

Page 81: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

67

keburukan datang jika tidak melakukanya. Mereka masyarakat moderen

memendang bahwasanya tradisi tersebut tidak harus dilakukan karena mereka

berpikirnya secara rasional sehingga apapun yang hal mengenai ritual mereka

tidak mempercayainya.

Page 82: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

68

BAB IV

ANALISIS TRADISI CERAI MATI

A. Tradisi Iddah Cerai Mati di Desa Kebon Randu

Dalam ilmu fiqih bagi seorang istri yang telah putus hubungan perkawinan

dengan suaminya, apabila ditalak atau karena ditinggal mati oleh suaminya,

maka mereka mempunyai akibat hukum yaitu „iddah (masa menunggu).

Bahkan dalam Al Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 234 dijelaskan bahwasanya

orang yang meninggal dunia yang meninggalkan isteri-isteri, maka hendaklah

para isteri itu menangguhkan dirinya (ber‟iddah) selama empat bulan sepuluh

hari. Kemudian dipertegas dalam surat Ath-Thalaq ayat 1 bagi isteri yang

sedang menjalankan iddah janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah

mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali kalau mereka

mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah dan

barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia

telah berbuat lalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali

Allah mengadakan sesudah itu suatu hal yang baru. Sedangkan Menurut

Mazhab Imam Syafi‟i & Maliki seorang isteri yang ditinggal mati suaminya,

ketika dalam kondisi telah dicampuri maka iddahnya lanjut tempoh iddah

supaya cukup tempoh iddah mati. Menurut Mazhab Imam Hanafi & Hambali

seorang isteri yang ditinggal mati suaminya, ketika dalam kondisi belum

dicampuri maka iddahnya ubah menjadi iddah mati. Bahkan dalam undang-

undang Kompilasi Hukum Islam diterangkan juga bahwasanya bagi seorang

Page 83: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

69

isteri yang putus perkawinannya dari suaminya, berlaku baginya waktu tunggu

(masa„iddah), kecuali apabila seorang istri dicerai suaminya sebelum

berhubungan (qabla al-dukhul), karena kematian, perceraian atau atas

keputusan pengadilan. Dari itulah hukum iddah wajib bagi seorang isteri yang

ditinggal mati suaminya bahkan dilarang keluar sebelum 4 bulan sepuluh hari.

Iddah pada umumnya bahwasanya seseorang wanita tidak boleh keluar

dari rumah ketika sedang menjalankan masa iddahnya. Sedangkan iddah di

desa Kebon Randu ketika suaminya meninggal dengan melakukan ritual seperti

nyiram makam bersama laki-laki lain yang bukan mukhrimnya, mengapa

dengan laki-laki lain karena ada yang berpendapat bahwa laki-laki tersebut

yang akan menggantikan suami yang telah meninggal sebagai calon suaminya

kelak nati atau bisa dijadikan saudara dan memberi makan yang berupa sesajen.

Adapun proses dari tradisi cerai mati adat Jawa dengan menyiram makam, hal

pertama yang dilakukan seorang isteri ketika proses pemakaman telah selsai

kemudian sang istri pulang kerumah mertuanya untuk melakukan tradisi

memberi makan dengan menyuguhkan sesajen di letakan dipedaringan, sesajen

itu seperti tumpeng diatasnya dengan telur putih, sega asahan, sega wuduk,

ingkung ayam, kembang rasulan, bubur merah dan bubur putih, sega punar atau

nasi kuning, apem, keten, air putih, air kopi. Setelah disiapkan kemudian sang

isteri meletakan sesajen itu di dalam rumah berdekatan dengan tempat

pedaringan (tempat penyimpanan beras jaman dahulu), mengapa diletakan

pedaringan, karena tempat itu yang biasanya para roh leluhur datang yang

untuk meninta makan, terkadang kalu sesajenya tidak lengkap roh tersebut

Page 84: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

70

merasuki tubuh orang yang di sekitar rumah dan berasama kemenyan sebagai

tanada pemanggilan leluhur yang telah meninggal.

Setelah sang isteri selsai melakukan sesajen kemudian istri berdiam diri di

dalam kamar sampai menjelang magrib. Setelah itu kemudian kemenyan pun

ditaburkan diatas wangwa (bara api) oleh sesepuh yang dianggap mengerti

tentang ruh halus dan bisa mendatangkan para leluhur yang telah tiada, setelah

itu dibacakan do‟a oleh buyut untuk memanggil arwah (kegiatan pemanggilan

arwah ini dilakukan ketika menjelang terbenamnya matahari atau yang

dinamakan sendakala atau banganerep), setelah itu mereka melakukan tahlilan

seperti biasanya yang diajarkan oleh agama Islam, akan tetapi sebelum

dilakukan tahlilan seperti biasanya seorang isteri terlebih dahulu menyalakan

damar di latar (halaman rumah) di tempat bekas pemandian suami yang

meningal, mengapa diletakan disitu karena selama tujuh hari arawah masih

disitu, dan damar adalah sebagai lambang penerangan di alam bakah,

kemudian sesajen kecil dipersiapkan oleh sang isteri seperti tumpeng kecil,

bawang lawe, damar (cluplak berisi minyak), pisang raja, telor, beras,

kurungan ayam, yang kemudian diletakan di dalam kurungan ayam, lalu di

sajikan ditempat bekas pemandian suaminya, selain itu biasanya sebelum

tahlilan sang isteri menyiapkan bunga tujurupa yang kemudian dimasukan

kedalam toples yang berisi air, dan uang receh kemudian disajikan ditengah-

tengah kumpulan orang tahlilan.

Setelah selsai tahlilan kemudian toples yang berisi bunga tujuh rupa dan

uang receh itu kemudian dibawa ke makam suaminya bersama dengan laki-laki

Page 85: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

71

lain untuk menyiramkan air yang berisi bunga tujurupa kemudian ditaburkan

ke makam suaminya, tradisi ini dilakukan samapai mitungdina, setelah teradisi

ini selsai biasanya hari berikut seorang isteri hanya meyuguhkan sesajen di

triktikan selama sepuluh hari. Kemudian isteri juga boleh bercelaan ketika

belum empat puluh hari, ini terhitung saat suaminya meningal bahkan belum

boleh dilamar oleh orang lain sebelum mertuanya membolehkan. Mengapa

keluar malam dengan laki-laki lain, ada yang berpendapat bahwa laki-laki

tersebut yang akan mengantikan sang suami yang telah meninggal, ada juga

yang berpendapat bahwa laki-laki tersebut akan menjadi saudaranya

Analisis tradisi adat Jawa di desa Kebon Randu

1. Mengenai tradisi sesajen yang berlangsung dimasyarakat ada dua hukum

yaitu:

a. Hukumnya haram, apabila berniat mendekatkan diri kepada Jin, ini

seperti dijelaskan dalam surat an-Nisaa‟ayat 48 bahwasanya

“Sesungguhnya, Allah tidak akan mengampuni (dosa) perbuatan syirik

(menyekutukan-Nya), dan Dia mengampuni segala dosa yang selain

dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang

mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang

sangat besar”. Bahkan dalam surat Al-Baqarah ayat 168 bahwsanya

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang

terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah

syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata

bagimu”.

Page 86: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

72

b. Hukumnya boleh, jika diniatkan dengan sedekah dan medekatkan diri

pada allah. Dalam kaidah fikih ada yang namanya kaidah Al-„Adah Al-

Muhakkamah yang mana memiliki arti bahwa Adah (adat) itu bisa

dijadikan patokan hukum. Yang dimaksud dengan kaidah ini bahwa di

suatu keadaan, adat bisa dijadikan pijakan untuk mencetuskan hukum

ketika tidak ada dalil dari syari‟. Namun, tidak semua adat bisa

dijadikan pijakan hukum. Pada dasarnya kaidah ini ada, diambil dari

realita sosial kemasyarakatan bahwa semua cara hidup dan kehidupan

itu dibentuk oleh nilai-nilai yang diyakini sebagai norma yang sudah

berjalan sejak lama sehingga mereka memiliki pola hidup dan

kehidupan sendiri secara khusus berdasarkan nilai-nilai yang sudah

dihayati bersama. Jika ditemukan suatu masyarakat meninggalkan suatu

amaliyah yang selama ini sudah biasa dilakukan, maka mereka sudah

dianggap telah mengalami pergeseran nilai. Nilai-nilai seperti inilah

yang dikenal dengan sebutan „adah (adat atau kebiasaan), budaya,

tradisi dan sebagainya.

Kalau dilihat dari latar belakang muncul terjadinya tradisi tersebut

seperti dalam metode ushul fiqih antara Urf dan Adat. Ufr mempunyai

makna bahwa suatu amaliyah atau perkataan dimana jiwa merasakan

suatu ketenangan dalam mengerjakanya karena sudah sejalan dengan

logika dan dapat diterima oleh watak kemanusiaanya. Sedangkan adat

sendiri bermakan suatu amaliah atau perkataan yang terus menerus

dilakukan oleh manusia lantaran dapat diterima akal dan secara

Page 87: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

73

kontinyu manusia mau mengulanginya. Dari definisi tersebut dapat

diambil pengertian bahwa urf dan adat adalah dua perkataan yang

memiliki arti yang sama dan tidak ada perbedaan diantara keduangaya,

oleh sebab itu hukum adat adalah keseluruhan tingkah laku yang positif

yang disatu pihak mempunyai sangsi karena itu lah sebagai hukum.

Maka diqiyaskan dalam tradisi cerai mati di desa Kebon Randu,

ada namanya tradisi nyiram makam, pekerjaan ini yang dilakukan

masyarakat Kebon Randu dinamakan amaliyah (perbuatan) dalam

metode usul fiqih, sedangkan perkataan adalah pendapat yang di bawa

dari sesepu kemudian berpengaruh terhadap masyarakat yang kemudian

dilakukan oleh masyarakat terus menerus sehingga dipercayai. Maka

dalam usul fiqih ada yang namanya taqlid yaitu beramal dengan

mengikuti ucapan atau pendapat orang lain tanpa ada dasar yang kuat.

2. Mengnai tradisi iddah cerai mati dengan keluar malam dengan laki-laki

lain hukumnya haram, karena sudah di jelaskan secara ksplisit oleh dalil

nass al-Qur‟an maupun Sunnah, seperti dalam surat Al-Baqarah 234

bahwasanya "Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan

meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan

dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah

habis iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka

berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa

yang kamu perbuat." Al-Baqarah: 234 kemudian dipertegas dengan surat

surat Ath-Thalaq: 1 bahwa “Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah

Page 88: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

74

mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali kalau mereka

mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah dan

barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya

dia telah berbuat lalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui

barangkali Allah mengadakan sesudah itu suatu hal yang baru”.

Ayat ini menjelaskan secara rinci tentang iddah, bahwasanya ketika

wanita masih dalam masa iddah tidak boleh keluar rumah sedangkan

dalam tradisi cerai mati adat Jawa di desa kebon randu ketika wanita

ditinggal mati suaminya melakukan tradisi nyiram makam bersama orang

lain. Sehingga seorang wanita ditinggal mati suaminya wajib menjalankan

masa iddahnya, ini didasarkan pada dalil Al-Qur‟an dan sunah. Bahkan di

pertegas dengan undang-undang kompilasi hukum Isalam, undang-undang

no 1 tahun 1974 dalam pasal 11 dan pendapat para ulama, bahwa wanita

wajib menjalankan iddahnya sebagaimana tertera dalam Al-Qur‟an.

Ini ketika di analisis dari metode usul fiqih dengan mengunakan

Metode Ta‟arudh Al-Adillah. Pertama dilihat dari pengertian Ta‟arudh

beratri pertentangan antara satu dengan yang lain. Sedangkan Al-Adillah

adalah suatu ungkapan yang dipakai untuk meniadakan dua dalil atau

beberapa dalil yang menunjukan pertentangan yang sulit dikomporomikan

antara keduanya misalkan antara dua dalil yang satu menunjukan wajib

sementara yang lain menunjukan hukum nya haram. Ini di qiyaskan

dengan dalil surat At-Thalaq yang melarang wanita keluar malam hari

sedangkan dalil yang menjadikan patokan tradisi adalah Al-„Adah Al-

Page 89: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

75

Muhakkamah yang mana memiliki arti bahwa adah (adat) itu bisa

dijadikan patokan hukum. Maka dari situlah bertentangan antara dalil yang

satu dengan dalil yang lain. Sehingga cara penyelsaianya dengan

mengunakan naskh yaitu menghapus salah satu hukum dari dua dali atau

pemindahan dengan mengkaji, untuk menghapus salah satu dalil maka

dilihat dari kualitas dalinya dan dilihat dari sejarah turunya dalil

tersebut/siapa yang meriwayatkanya. Jadi hukum tradisi keluar malam

ketika dalam masa iddah adalah hukumnya haram, karena dalil yang satu

diriwayatkan oleh Allah, sedangkan dalil yang satunya hasil ijtihad

manusia. Maka yang digunakan dalil Al-Qur‟an surat At-Thalaq ayat 1.

B. Makna Tradisi Masa Iddah Cerai Mati di Desa Kebon Randu

Kalau dilihat dari tumbuhnya ritual tersebut memang bukan berasal dari

Kebon Randu, munculnya ritual dan sesajen ini adalah dari penganut orang

terdahulu yang mepercayaan pada sang widi (Hindu). Hal ini memang

berangkat dari kebiasaan dari nenek moyang yang percaya akan adanya roh.

Tradisi ini sangat penting dalam masyarakat Kebon Randu karena teradisi

tersebut sudah berjalan lama sehingga dianggap sakral jika tidak dilakukan,

biasanya akan terkena musibah, acara sesajen ini biasanya diadakan ketika ada

hajat dalam keluarga seperti pernikahan, orang meninggal dan acar slametan

biasanya menggunakan sesajen, rokat (ruwetan), sesajen selalu hadir ditengah-

tengah acara tersebut. Dari tradisi tersebut, semua komponen harus lengkap

dan tidak boleh kurang satupun dari beberapa hal yang telah ada. Karena

Page 90: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

76

semua komponen tersebut mempunyai simbol dan pemaknaan yang berbeda

dan keberadaanya pun akan melengkapi dari acara yang akan berlangsung.

Karena keberadaan ritual dan sesajen ini bukan hanya semata-mata bentuk

ritual saja akan tetapi ada nilai yang harus ada dalam pelaksanaan tersebut

seperti Tumpeng urubung, damar, sinar lampu, ini bermakna sebaik-baiknya

orang itu yang bermanfaat bagi orang lain dan berwibawa. Ini melambangkan

bahwa dalam menjalani kehidupan, orang tidak boleh egois, mementingkan diri

sendiri, saling menolong dan welas asih, haruslah diutamakan

Dalam tradisi Kebon Randu Slametan pada masyarakat Islam tradisional

Jawa, tumpeng disajikan dengan makanan tujuh rupa seperti tumpeng

diatasnya dengan telur putih, sega asahan, sega wuduk, ingkung ayam,

kembang rasulan, bubur merah dan bubur putih, sega punar atau nasi kuning,

apem, keten, air putih, air kopi. Menurut tradisi Islam Jawa, "Tumpeng"

merupakan akronim dalam bahasa Jawa: yen metu kudu sing mempeng (bila

keluar harus dengan sungguh-sungguh). Lengkapnya, ada satu unit makanan

lagi namanya "Buceng", dibuat dari ketan; akronim dari: yen mlebu kudu sing

kenceng (bila masuk harus dengan sungguh-sungguh). Dua kalimat akronim

itu, berasal dari sebuah do‟a dalam surah al Isra' ayat 80: "Ya Tuhan,

masukanlah aku dengan sebenar-benarnya masuk dan keluarkanlah aku

dengan sebenar-benarnya keluar serta jadikanlah dari-Mu kekuasaan bagiku

yang memberikan pertolongan". Menurut ustadz (Muhaimin 16/10/2014).

do‟a ini dibaca Nabi Muhammad SAW waktu akan hijrah keluar dari kota

Mekah menuju kota Madinah. Maka bila seseorang berhajatan dengan

Page 91: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

77

menyajikan Tumpeng, maksudnya adalah memohon pertolongan kepada

Yang Maha Pencipta agar kita dapat memperoleh kebaikan dan terhindar dari

keburukan, serta memperoleh kemuliaan yang memberikan pertolongan.

Adapun makna dari makanan teradisi tersebut seperti:

1. Sega asahan atau ambengan; melambangkan suatu maksud agar arwah si

mati maupun keluarga yang masih hidup kelak akan berada pada

“pembenganing Pangeran”, artinya selalu mendapatkan ampun atas

segala dosa-dosanya dan diterima di sisiNya.

2. Sega wuduk dan lauk pauk segar/bumbu lembaran maksudnya untuk

menjamu roh para leluhur.

3. Ingkung ayam melambangkan kelakuan pasrah atau menyerah kepada

kekuasaan Tuhan. Istilah ingkung atau diingkung mempunyai makna

“dibanda” atau dibelenggu.

4. Kembang rasulan atau kembang telon melambangkan keharuman doa

yang dilontarkan dari hati yang tulus ikhlas lahir batin. Di samping itu

bau harus mempunyai makna kemuliaan.

5. Bubur merah dan bubur putih melambangkan keberanian dan kesucian

dan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Allah. Maknan khas yang

mejadi simbol do‟a, harapan, persatuan dan semangat masyarakat orang

jawa. Di samping itu bubur merah juga tanda bakti kepada roh dari bapak

atau roh laki-laki dan bubur putih sebagai tanda bakti kepada roh dari ibu

atau roh perempuan. Secara komplitnya adalah sebagai tanda bakti dari

anak orang tua atau kepada bapak dan ibu pertiwi atau penguasa langit

Page 92: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

78

dan bumi, semua di baktikan dengan harapan akan memberikan berkah,

baik kepada si mati maupun kepada yang masih hidup.

6. Sega punar atau nasi kuning melambangkan kemulian, sebab warna atau

cahaya kuning melambangkan sifat kemuliaan. Juga dimaksudkan

sebagai jamuan mulia kepada yang dipujinya.

7. Apem melambangkan payung dan tameng, dan dimaksudkan agar

perjalanan roh si mati maupun yang masih hidup selalu dapat

menghadapi tantangannya dan segala rintangan, bahkan mendapatkan

perlindungan dari yang maha kuasa dan para leluhurnya. Dan ada juga

yang mengatakan sebagai symbol permintaan maaf atau ngapuro.

8. Ketan adalah salah satu makanan dari beras yang mempunyai

sifat”pliket‟ atau lekat. Dari kata pliket atau ketan, ke-raket

melambangkan suatu keadaan atau tujuan yang tidak luntur atau layu,

artinya tidak kenal putus asa.

9. Air putih adalah salah satu minuman yang mempunyai sifat murni atau

bersish melambangkan suatu keadaan suci.

10. Air kopi sebagai suatu sajian minuman terhadap orang terdahulu sebagai

bentuk rasa hormat kepada leluhur.

Adapun lambang atau makna dari semua itu antara lain:

1. Benang lawe adalah benag putih sebagai lambang tali suci sebagai

pengikat atau tali hubugan antara keluarga yang ditinggalkan

dengan yang sudah pergi jauh itu.

Page 93: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

79

2. Damar dan sentir adalah lambang penerang, maksudnya agar roh si

mati tadi selalu mendapatkan terang.

3. Kurungan ayam melambangan peneduh

4. Clupak berisi minyak dan sumbu melambangkan obor di perjalanan

dan semangat yang tinggi.

5. Pisang raja sebagai lambang persembahan kepada yang maha kuasa

di samping itu juga sebagai buah segar.

6. Beras, gula kelapa melambangkan makanan beserta lauk dan

bumbunya, sebagai bekal hidup di alam kelanggengan.

7. Telor melambangkan kebulatan atau kemanunggalan berbagai sifat

dan tujuan sebab telor itu sendiri terdiri dari berbagai lapisan, dan

masing-masing lapisan mempunyai makna sendiri-sendiri.

Dari semua makna yang ada dalam tradisi tersebut menggambarkan

wujud syukur kepada sang pencipta. Disemping itu wujud sosial mayarakat

terhadap orang lain atau sedekah dari harta yang ditinggalkan orang yang

telah meninggal. Hukumnya haram, apabila berniat mendekatkan diri kepada

jin, ini seperti dijelaskan dalam surat an-Nisaa‟ayat 48 bahwasanya

“Sesungguhnya, Allah tidak akan mengampuni (dosa) perbuatan syirik

(menyekutukan-Nya), dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari

(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang

mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang sangat

besar”. Bahkan dalam surat Al-Baqarah ayat 168 bahwsanya “Hai sekalian

manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan

Page 94: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

80

janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya

syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.

Hukumnya boleh, jika diniatkan dengan sedekah dan medekatkan diri

pada allah. Dalam kaidah fikih ada yang namanya kaidah Al-„Adah Al-

Muhakkamah yang mana memiliki arti bahwa Adah (adat) itu bisa dijadikan

patokan hukum. Yang dimaksud dengan kaidah ini bahwa di suatu keadaan,

adat bisa dijadikan pijakan untuk mencetuskan hukum ketika tidak ada dalil

dari syari‟. Namun, tidak semua adat bisa dijadikan pijakan hukum. Pada

dasarnya kaidah ini ada, diambil dari realita sosial kemasyarakatan bahwa

semua cara hidup dan kehidupan itu dibentuk oleh nilai-nilai yang diyakini

sebagai norma yang sudah berjalan sejak lama sehingga mereka memiliki

pola hidup dan kehidupan sendiri secara khusus berdasarkan nilai-nilai yang

sudah dihayati bersama. Jika ditemukan suatu masyarakat meninggalkan

suatu amaliyah yang selama ini sudah biasa dilakukan, maka mereka sudah

dianggap telah mengalami pergeseran nilai. Nilai-nilai seperti inilah yang

dikenal dengan sebutan „adah (adat atau kebiasaan), budaya, tradisi dan

sebagainya.

C. Presepektif Hukum Islam Tradisi Iddah Cerai Mati

Iddah di desa Kebon Randu ketika suaminya meninggal dengan

melakukan ritual seperti nyiram makam bersama laki-laki lain yang bukan

mukhrimnya, mengapa dengan laki-laki lain karena ada yang berpendapat

bahwa laki-laki tersebut yang akan menggantikan suami yang telah meninggal

Page 95: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

81

sebagai calon suaminya kelak nati atau bisa dijadikan saudara dan memberi

makan yang berupa sesajen. Adapun proses dari tradisi cerai mati adat Jawa

dengan menyiram makam, hal pertama yang dilakukan seorang isteri ketika

proses pemakaman telah selsai kemudian sang isteri pulang kerumah

mertuanya untuk melakukan tradisi memberi makan dengan menyuguhkan

sesajen di letakan dipedaringan, sesajen itu seperti tumpeng diatasnya dengan

telur putih, sega asahan, sega wuduk, ingkung ayam, kembang rasulan, bubur

merah dan bubur putih, sega punar atau nasi kuning, apem, keten, air putih, air

kopi. Setelah disiapkan kemudian sang isteri meletakan sesajen itu di dalam

rumah berdekatan dengan tempat pedaringan (tempat penyimpanan beras

jaman dahulu), mengapa diletakan pedaringan, karena tempat itu yang

biasanya para roh leluhur datang yang untuk meninta makan, terkadang kalu

sesajenya tidak lengkap roh tersebut merasuki tubuh orang yang di sekitar

rumah dan berasama kemenyan sebagai tanada pemanggilan leluhur yang telah

meninggal.

Setelah sang isteri selsai melakukan sesajen kemudian isteri berdiam diri

di dalam kamar sampai menjelang magrib. Setelah itu kemudian kemenyan pun

ditaburkan diatas wangwa (bara api) oleh sesepuh yang dianggap mengerti

tentang ruh halus dan bisa mendatangkan para leluhur yang telah tiada, setelah

itu dibacakan do‟a oleh buyut untuk memanggil arwah (kegiatan pemanggilan

arwah ini dilakukan ketika menjelang terbenamnya matahari atau yang

dinamakan sendakala atau banganerep), setelah itu mereka melakukan tahlilan

seperti biasanya yang diajarkan oleh agama Islam, akan tetapi sebelum

Page 96: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

82

dilakukan tahlilan seperti biasanya seorang isteri terlebih dahulu menyalakan

damar di latar (halaman rumah) di tempat bekas pemandian suami yang

meninggal, mengapa diletakan disitu karena selama tujuh hari arawah masih

disitu, dan damar adalah sebagai lambang penerangan di alam bakah,

kemudian sesajen kecil dipersiapkan oleh sang isteri seperti tumpeng kecil,

bawang lawe, damar (cluplak berisi minyak), pisang raja, telor, beras,

kurungan ayam, yang kemudian diletakan di dalam kurungan ayam, lalu di

sajikan ditempat bekas pemandian suaminya, selain itu biasanya sebelum

tahlilan sang isteri menyiapkan bunga tujurupa yang kemudian dimasukan

kedalam toples yang berisi air, dan uang receh kemudian disajikan ditengah-

tengah kumpulan orang tahlilan.

Setelah selsai tahlilan kemudian toples yang berisi bunga tujuh rupa dan

uang receh itu kemudian dibawa ke makam suaminya bersama dengan laki-laki

lain untuk menyiramkan air yang berisi bunga tujurupa kemudian ditaburkan

ke makam suaminya, tradisi ini dilakukan samapai mitungdina, setelah teradisi

ini selsai biasanya hari berikut seorang isteri hanya meyuguhkan sesajen di

triktikan selama sepuluh hari. Kemudian isteri juga boleh bercelaan ketika

belum empat puluh hari, ini terhitung saat suaminya meningal bahkan belum

boleh dilamar oleh orang lain sebelum mertuanya membolehkan. Mengapa

keluar malam dengan laki-laki lain, ada yang berpendapat bahwa laki-laki

tersebut yang akan mengantikan sang suami yang telah meninggal, ada juga

yang berpendapat bahwa laki-laki tersebut akan menjadi saudaranya.

Page 97: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

83

Analisis tradisi cerai mati adat Jawa nyiram makam di masyarakat Kebon

Randu:

1. Mengenai tradisi sesajen yang berlangsung dimasyarakat ada dua hukum

yaitu:

a. Hukumnya haram, apabila berniat mendekatkan diri kepada jin, ini

seperti dijelaskan dalam surat an-Nisaa‟ayat 48 bahwasanya

“Sesungguhnya, Allah tidak akan mengampuni (dosa) perbuatan syirik

(menyekutukan-Nya), dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari

(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang

mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang

sangat besar”. Bahkan dalam surat Al-Baqarah ayat 168 bahwsanya “Hai

sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di

bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena

sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.

b. Hukumnya boleh, jika diniatkan dengan sedekah dan medekatkan diri

pada allah. Dalam kaidah fikih ada yang namanya kaidah al-„adah al-

muhakkamah yang mana memiliki arti bahwa Adah (adat) itu bisa

dijadikan patokan hukum. Yang dimaksud dengan kaidah ini bahwa di

suatu keadaan, adat bisa dijadikan pijakan untuk mencetuskan hukum

ketika tidak ada dalil dari syari‟. Namun, tidak semua adat bisa dijadikan

pijakan hukum. Pada dasarnya kaidah ini ada, diambil dari realita sosial

kemasyarakatan bahwa semua cara hidup dan kehidupan itu dibentuk

oleh nilai-nilai yang diyakini sebagai norma yang sudah berjalan sejak

Page 98: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

84

lama sehingga mereka memiliki pola hidup dan kehidupan sendiri secara

khusus berdasarkan nilai-nilai yang sudah dihayati bersama. Jika

ditemukan suatu masyarakat meninggalkan suatu amaliyah yang selama

ini sudah biasa dilakukan, maka mereka sudah dianggap telah mengalami

pergeseran nilai. Nilai-nilai seperti inilah yang dikenal dengan sebutan

„adah (adat atau kebiasaan), budaya, tradisi dan sebagainya.

Imam Ibnu Katsir berkata, bahwasanya Allah ta‟ala memerintahkan

kepada hamba-hambaNya yang beriman untuk saling menolong dalam

melakukan perbuatan-perbuatan baik, yang ini adalah Al-Birr

(kebajikan), dan meninggalkan perbuatan-perbuatan mungkar, yang ini

adalah ketakwaan, serta melarang mereka dari saling membantu dalam

kebatilan dan tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan maksiat.

Seperti dalam surat Al-Ma‟idah ayat 2 bahwasanya “Dan tolong-

menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan

janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan

bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat

siksaNya.” Bahkan dijelaskan dalam surat An Nisaa‟: 48 bahwsanya

“Sesungguhnya, Allah tidak akan mengampuni (dosa) perbuatan syirik

(menyekutukan-Nya), dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari

(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakinya. Barangsiapa yang

mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang

sangat besar.”

Page 99: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

85

2. Mengnai tradisi iddah cerai mati dengan keluar malam dengan laki-laki

Menurut ustadz (Muhaimin16/10/2014) dalam Islam ada aturan yang

ditunjukan terhadap semua umat muslism yang berupa hukum-hukum

Islam baik kitab suci Al-Qur‟an maupun Al- Hadist namun dalam hal ini

seorang isteri ketika sudah bercerai dari suaminya, baik dicerai suami

dalam kondisi apapun, cerai mati atau hidup, sedang hamil atau tidak,

masih berhaid atau tidak, maka seorang isteri wajib menjalani masa

iddah. Bahakan dalam imam mazhab sepakat atas wajibnya iddah atas

wanita yang ditinggal mati suaminya, mengapa seperti itu karena mereka

berlandasan kepada kitab suci Al-Qur‟an dan Hadist seperti dalam Surat

Al-Baqar‟ah ayat: 234 yang menjelaskan bahwa“Orang-orang yang

meninggal dunia di antara kalian dengan meninggalkan isteri-isteri, maka

hendaklah para isteri itu menangguhkan diri nya (ber‟iddah) selama

empat bulan sepuluh hari”. Bahakn dalam Surat Ath-Thalaq: 1

menjelaskan bahwa “Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah

mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali kalau mereka

mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah dan

barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya

dia telah berbuat lalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui

barangkali Allah mengadakan sesudah itu suatu hal yang baru”.

Menurut para ulama mazhab ketika Iddah perempuan kematian

suami adalah 4 bulan 10 hari sekalipun perempuan tersebut di dalam

keadaan belum pernah mengalami haid, mengandung, telah mengalami

Page 100: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

86

haid, telah putus masa haid, telah dicampuri atau belum dicampuri.

Tetapi berbeda pendapat pada keadaan seperti di bawah. Keadaan semasa

perceraian dan pendapat mazhab empat.

a. Jumhur Ulama‟ mengatakan bahwasanya iddah seseorang yang

ditinggal mati suaminya, ketika dalam kondisi hamil maka iddahnya

sepertimana orang hamil atau sampai anak itu lahir. Ini untuk

memastikan apakah wanita tersebut sedang dalam keadaan hamil atau

tidak, karena dalam syariat Islam telah mensyariatkan masa 'iddah

untuk menghindari ketidakjelasan garis keturunan.

b. Jumhur Ulama mengatakan bahwasanya iddah seseorang yang

ditinggal mati suaminya, ketika dalam kondisi haid maka

memperbaruhi iddahnya sampai 3 kali suci. Iddah ini untuk

perempuan yang sedang dalam kondisi haid, ketika ditinggal mati

suaminya, maka iddahnya perbaharui dengan masa iddah 3 kali suci.

c. Jumhur Ulama‟ mengatakan bahwasanya iddah seseorang yang

ditinggal mati suaminya, ketika dalam kondisi telah putus masa haid

maka meneruskan dengan 3 kali suci (Bain). Iddah ini untuk

perempuan yang sedang dalam kondisi telah putus masa haid, maka

masa iddah perempuan menjadi 3 kali suci (Bain).

d. Syafie & Maliki seseorang isteri yang ditinggal mati suaminya, ketika

dalam kondisi telah dicampuri maka iddahnya Lanjut tempoh iddah

supaya cukup tempoh iddah mati. Karena dalam masa iddah

seseorang wanita dilarang untuk menikah sebelum masa iddah itu

Page 101: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

87

selesai. Ini digunakan untuk mengetahui kebersihan rahim seseorang

wanita.

e. Hanafi & Hambali seseorang istri yang ditinggal mati suaminya,

ketika dalam kondisi belum dicampuri maka iddahnya di ubah

menjadi iddah mati. Iddah ini untuk perempuan yang belum

dicampuri. Sedangkan, ketika dalam kondisi haid dan sudah di talak

sebelum meninggal maka iddahnya seperti iddahnya mati suaminya

atau 3 kali suci Bain.

Menurut Abdurrahman wanita yang sedang dalam masa iddah juga

dilarang keluar rumah baik siang hari maupun malam hari. Ulama hanafi

mengatakan, perempuan yang menjalani masa iddah karena ditalak satu,

dua, tiga tidak boleh keluar rumah siang hari maupun malam hari. Tentu

saja berbeda dengan janda yang telah resmi bercerai. Sedangkan menurut

Ulama Hambali membolehkan wanita keluar rumah pada siang hari, baik

dia dalam iddah karena cerai ataupun ditinggal mati suaminya. maka

semuanya diberlakukan tidak saja untuk keselamatan wanita tersebut

untuk menghindari fitnah.

Page 102: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

88

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Iddah di desa Kebon Randu ketika suaminya meninggal dengan melakukan

ritual seperti nyiram makam bersama laki-laki lain yang bukan mukhrimnya,

mengapa dengan laki-laki lain karena ada yang berpendapat bahwa laki-laki

tersebut yang akan menggantikan suami yang telah meninggal sebagai calon

suaminya kelak nati atau bisa dijadikan saudara dan memberi makan yang

berupa sesajen. Adapun proses dari tradisi cerai mati adat Jawa dengan

menyiram makam, hal pertama yang dilakukan seorang isteri ketika proses

pemakaman telah selsai kemudian sang istri pulang kerumah mertuanya

untuk melakukan tradisi memberi makan dengan menyuguhkan sesajen di

letakan dipedaringan, sesajen itu seperti tumpeng diatasnya dengan telur

putih, sega asahan, sega wuduk, ingkung ayam, kembang rasulan, bubur

merah dan bubur putih, sega punar atau nasi kuning, apem, keten, air putih,

air kopi. Setelah disiapkan kemudian sang istri meletakan sesajen itu di

dalam rumah berdekatan dengan tempat pedaringan (tempat penyimpanan

beras jaman dahulu), mengapa diletakan pedaringan, karena tempat itu yang

biasanya para roh leluhur datang yang untuk meninta makan, terkadang kalu

sesajenya tidak lengkap roh tersebut merasuki tubuh orang yang di sekitar

rumah dan berasama kemenyan sebagai tanada pemanggilan leluhur yang

telah meninggal.

Page 103: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

89

Setelah sang isteri selsai melakukan sesajen kemudian istri berdiam diri

di dalam kamar sampai menjelang magrib. Setelah itu kemudian kemenyan

pun ditaburkan diatas wangwa (bara api) oleh sesepuh yang dianggap

mengerti tentang ruh halus dan bisa mendatangkan para leluhur yang telah

tiada, setelah itu dibacakan do‟a oleh buyut untuk memanggil arwah

(kegiatan pemanggilan arwah ini dilakukan ketika menjelang terbenamnya

matahari atau yang dinamakan sendakala atau banganerep), setelah itu

mereka melakukan tahlilan seperti biasanya yang diajarkan oleh agama

Islam, akan tetapi sebelum dilakukan tahlilan seperti biasanya seorang isteri

terlebih dahulu menyalakan damar di latar (halaman rumah) di tempat bekas

pemandian suami yang meningal, mengapa diletakan disitu karena selama

tujuh hari arawah masih disitu, dan damar adalah sebagai lambang

penerangan di alam bakah, kemudian sesajen kecil dipersiapkan oleh sang

isteri seperti tumpeng kecil, bawang lawe, damar (cluplak berisi minyak),

pisang raja, telor, beras, kurungan ayam, yang kemudian diletakan di dalam

kurungan ayam, lalu di sajikan ditempat bekas pemandian suaminya, selain

itu biasanya sebelum tahlilan sang isteri menyiapkan bunga tujurupa yang

kemudian dimasukan kedalam toples yang berisi air, dan uang receh

kemudian disajikan ditengah-tengah kumpulan orang tahlilan.

Setelah selsai tahlilan kemudian toples yang berisi bunga tujuh rupa dan

uang receh itu kemudian dibawa ke makam suaminya bersama dengan laki-

laki lain untuk menyiramkan air yang berisi bunga tujurupa kemudian

ditaburkan ke makam suaminya, tradisi ini dilakukan samapai mitungdina,

Page 104: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

90

setelah teradisi ini selsai biasanya hari berikut seorang isteri hanya

meyuguhkan sesajen di triktikan selama sepuluh hari. Kemudian isteri juga

boleh bercelaan ketika belum empat puluh hari, ini terhitung saat suaminya

meningal bahkan belum boleh dilamar oleh orang lain sebelum mertuanya

membolehkan. Mengapa keluar malam dengan laki-laki lain, ada yang

berpendapat bahwa laki-laki tersebut yang akan mengantikan sang suami

yang telah meninggal, ada juga yang berpendapat bahwa laki-laki tersebut

akan menjadi saudaranya.

2. Hukumnya haram, apabila berniat mendekatkan diri kepada Jin, ini seperti

dijelaskan dalam surat an-Nisaa‟ayat 48 perbuatan syirik (menyekutukan-

Nya). Hukumnya boleh, jika diniatkan dengan sedekah dan medekatkan diri

pada allah. Ini berdasarkan dalam kaidah fikih ada yang namanya Kaidah

Al-„Adah Al-Muhakkamah yang mana memiliki arti bahwa adah (adat) itu

bisa dijadikan patokan hukum.

3. Menurut Abdurrahman wanita yang sedang dalam masa iddah juga dilarang

keluar rumah baik siang hari maupun malam hari. Ulama hanafi mengatakan,

perempuan yang menjalani masa iddah karena ditalak satu, dua, tiga tidak

boleh keluar rumah siang hari maupun malam hari.

B. Saran

1. Dalam tradisi masyarakat kebon randu, ada yang namanya tradisi nyiram

makam yaitu ketika wanita sedang menjalani masa iddah cerai matinya,

wanita itu diperbolehkan keluar malam hari untuk melakukan tradisi

nyiram makam bersama orang lain yang bukan mukhrimnya, sebaiknya

Page 105: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

91

wanita yang sedang menjalani masa iddahnya jangan di perbolehkan

keluar malam hari karena dalam ajaran Islam juga wanita yang sedang

menjalani masa iddah dilarang keluar malam hari bahkan dalam al-Qur‟an

tidak diperbolehkan seperti dalam surat Ath-Thalaq: 1

Page 106: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

DAFTAR PUSTAKA

Hawwas & Azzam. 2011. Fiqih Munakahat Khitbah, Nikah dan Talak,

Jakarta :Penerbit Amzah

Djoko, D. (2012). Faham Keselamatan dalam Budaya Jawa. In D. Djoko, Faham

Keselamatan Dalam Budaya Jawa (P. 67). Yogyakarta: Ampera Utama.

Prsiden RI, 1974 Uundang-Uundang Perkawinan No 1 Tahun 1974 (Pasal 38)

Jakarta,

Artikel. (2015, Maret sabtu). wikipedia.org/wiki/Kematian. Retrieved Maret kamis,

2015,fromwikipedia.org/wiki/Kematian:http://id.wikipedia.org/wiki/Kemati

an.

Hayazi, I. (2009, November Senin). Iddah Sorotan Pendapat Mazhab Empat.

Retrieved Oktober Kamis, 2014, From Http://Ikhwanulislam.Blogspot.Com:

Http://Ikhwanulislam.Blogspot.Com

Syamhudi, K. (2013, Juli Jumat). Masa Iddah dalam Islam . Retrieved Oktober

Senin, 2014, From Http://Almanhaj.Or.Id: Http://Almanhaj.Or.Id

Sarwat, A. (2013, Agustus Minggu). Janda Berangkat Haji dalam Masa Iddah

Haramkah.RetrievedOktoberJumat,2014,FromHttp://Www.Rumahfiqih.Co

m: Http://Www.Rumahfiqih.Com

Page 107: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

Ulfa, Muria 2013. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penggunaan Taspack

Sebagai Pengganti Masa ‟iddah. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta:

fakultas syari‟ah UIN Sunan Kalijaga.

Jundhi, Faris, Ahmad. 2013 Pemberian Nafkah Iddah pada Cerai Gugat (Studi

Pemberian Nafkah Iddah Pada Cerai Gugat. No 1925/Pdt.G/2010/PA.pt).

Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan Syari‟ah STAIN Salatiga.

Rois , Muhammad Fahmi. 2013 Penentuan Awal Masa Iddah Menurut Fiqih

Munakahat dan KHI (Studi terhadap pendapat hakim Pengadilan Agama

Salatiga dan kepala KUA Argomulyo). Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan

Syari‟ah STAIN Salatiga.

Supardi, 2005. Metodologi penelitian ekonomi bisnis. Yogyakarta penerbit UII

Press Yogyakarta (anggota IKAPI)

Sukmadinata, Saudih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosadakarya

Moleong, Jlexy, 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT Remaja

Rosadakarya

Mestika, Zed.2004. Metode Penelitian Pustaka. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia

Koentjaraningrat, 1986: Pengantar Ilmu Antropologi Cet.VI Jakarta: Aksara Baru

Daimon, Kristina. 2008: Metode-Metode Riset Kualitatif dalam Public Relation

dan Marketing Communication :Yogyakarta Ptbentang Pustaka.

Page 108: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

Rofiq, Ahmad. (1998). hukum islam di indonesia . jakarta: PT.Raja Grafindo

Persada.

Hawwas, sayyed, wahhab, Abdul. (2011). fikih munakahat, khitbah, nikah dan

talak. jakarta: AMZAH.

Sabbiq, Sayyid. 1987. Fiqh Sunnah, jilid 7, diterjemahkan Muhammad Thalib,

“Fikih Sunnah. Bandung: Al Ma‟arif.

Wahyudi, Muhammad Isna. 2009. Fiqih Iddah; Klasik dan

Kontemporer.Yogyakarta:Pustaka Pesantren.

Syaifuddi, Amir. 2006. Hukum Perkawinan Islam diIndonesia (Antara Fikih

Munakahat dan UU Perkawinan). Jakarta: Kencana.

Jateng, K. D. 2004. Fikih Maderasah Aliyah Jateng: C.V. Gani & Son

Sulaiman Rasid 1988, Fiqih Islam Jakarta: C.V.Sinar Baru Bandung

Kemendagri. (2013, juli jumat). Profil Kabupaten Indramayu . Retrieved Maret

Kamis, 2014, from http://www.kemendagri.go.id :

http://www.kemendagri.go.id

Hayazi, I. (2009, November senin). iddah sorotan pendapat mazhab empat.

Retrieved oktober kamis, 2014, from http://ikhwanulislam.blogspot.com:

http://ikhwanulislam.blogspot.com

Page 109: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

LAMPIRAN 1

INFORMAN 1

Nama : Sarwah, Murni,

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal : 12/9/2014

Umur : 56 Tahun

Alamat : Dusun Kebon Randu II, Kec. Anjatan Baru, Kab.Indramayu

Daftar Pertanyaan Wawancara Di Desa Kebon Randu

A. Pertanyaan : Ada berpakah tradisi di masyarakat Indramayu?

B. Jawab : Kalau tradisi di masyarakat Indramayu sendiri ada banyak mas,

tapi setauhu saya ada empat

A. Pertanyaan : apa saja pak sarwah?

B. Jawab : Seperti tradisi Nadran, Ngarot, Jaringan, dan Ngunjung.

A. Pertanyaan : Apakah tradisi Nadran itu pak sarwah?

B. Jawab : Sebenarnya tradisi Nadran artinya kaul atau sukurannya, ini

biasanya untuk para nelayan mas, itu wujud ungkapan rasa

sukur akan hasil tangkapan ikan di laut.

A. Pertanyaan : Seperti apakah tradisi Nadran itu pak sarwah?

B. Jawab : Tradisi nadran itu wujud ungkapan rasa sukur akan hasil

tangkapan ikan di laut oleh para nelayan di pesisir pantai.

Upacara Nadran yaitu mempersembahkan sesajen (yang

merupakan ritual dalam agama Hindu untuk menghormati roh

Page 110: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

leluhurnya) kepada penguasa laut agar diberi limpahan hasil

laut, sekaligus merupakan ritual tolak bala (keselamatan).

A. Pertanyaan : Seperti apa sesajen yang di gunakan upacara Nadran itu?

B. Jawab : Sesajen yang di gunakan upacara Nadran biasanya

disebut ancak, yang berupa anjungan berbentuk replika perahu

yang berisi kepala kerbau, kembang tujuh rupa, buah-buahan,

makanan khas, tumpeng, dan lain sebagainya.

A. Pertanyaan : Dimana dilaksanakannya upacara Nadran itu?

B. Jawab : Tradisi nadran sebelum dilepaskan ke laut, ancak diarak

terlebih dahulu mengelilingi tempat-tempat yang telah

ditentukan sambil diiringi dengan berbagai suguhan seni

tradisional seperti umbul, genjring, reog, jangkungan, musik

gamelan dan musik tradisonal lainya

A. Pertanyaan : tradisi Nadran itu berasal darimana?

B. Jawab : Ritual dalam agama Hindu untuk menghormati roh leluhurnya)

kepada penguasa laut agar diberi limpahan hasil laut, sekaligus

merupakan ritual tolak bala (keselamatan)

Page 111: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

INFORMAN 2

Nama : Ratingkem, Naritem, Tani,

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal : (15-17/9/2014).

Umur : 56 Tahun

Alamat : Dusun Kebon Randu II, Kec. Anjatan Baru, Kab.Indramayu

Daftar Pertanyaan Wawancara Di Desa Kebon Randu II

A. Pertanyaan : Ada berpakah tradisi di masyarakat Indramayu?

B. Jawab : Kalau tradisi di masyarakat Indramayu sendiri ada banyak mas,

tapi setauhu saya ada empat.

A. Pertanyaan : apa saja pak sarwah?

B. Jawab : Seperti tradisi Nadran, Ngarot, Jaringan, dan Ngunjung.

A. Pertanyaan : Apakah tradisi ngarot itu?

B. Jawab : Sebenarnya Ngarot itu berasal dari kata”Nga-rot” (basa Sunda)

yaitu istilah minum atau ngaleueut, adat ini hanya melibatkan

muda-mudi untuk turut serta dalam upacara tesebut.

A. Pertanyaan : Mengapa tradisi ngarot yang bisa mengikuti upacara hanya

pemuda-pemudi?

B. Jawab : Karena jika pemuda atau pemudi sudah tidak suci akan terlihat

sangat buruk di mata para peserta ngarot, dalam upacara ini para

Page 112: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

gadis desa dihias dengan mahkota bunga di kepalanya sebagai

lambang kesucian.

A. Pertanyaan : Untuk apakah tradisi ngarot itu?

B. Jawab : Tradisi itu dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada

Tuhan atas hasil bercocok tanam dan sebagai penyemangat para

petani untuk memulai bercocok tanam kembali serta sebagai

pembelajaran dan regenerasi petani dari generasi tua terhadap

generasi muda.

Page 113: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

INFORMAN 3

Nama : Ecih, Tarma, Naritem, Tani,

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal : (16-18/10/2014)

Umur : 56 Tahun

Alamat : Dusun Kebon Randu II, Kec. Anjatan Baru, Kab.Indramayu

Daftar Pertanyaan Wawancara Di Desa Kebon Randu II

A. Pertanyaan : Apakah tradisi Jaringan itu?

B. Jawab : Upacara kaum remaja yang bertujuan untuk mencari pasangan

hidup yang dilaksanakn pada malam bulan purnama

A. Pertanyaan : Bagaimana tradisi Jaringan itu?

B. Jawab : Sebenernya tradisi jaringan itu berasal dari kata jaring, adalah

alat menangkap ikan, akan tetapi Bagi warga Parean, khususnya

Desa Parean Girang, istilah jaringan ini diartikan sebagai ajang

mencari jodoh diwaktu terang bulan, saat dimana para nelayan

sedang tidak melaut dan berkumpul di desa, karena menurut

masyarakat setempat, waktu terang bulan biasanya ikan-ikan di

laut berdiam di dasar laut sehingga sulit ditangkap.

A. Pertanyaan : Dimana tradisi jaringan itu dilakukan?

B. Jawab : Tradisi jaringan yang biasanya berlangsung di alun-alun desa,

tepatnya di depan Masjid Besar At-Taqwa ini bertujuan untuk

menjembatani pertemuan pemuda dan pemudi desa.

A. Pertanyaan : Bagaimana proses tradisi jaringan di lakukan?

Page 114: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

B. Jawab : Proses adat jaringan mempunyai aturan-aturan tertentu. Yaitu

Pemudanya harus memakai baju kampret berwarna hitam atau

putih, dengan celana komprang sampai lutut, dan berselempang

kain sarung. Bagi para gadis diharuskan mengenakan baju

kurung berwarna hijau dengan selembar selendang di pundaknya

sedangkan bagi para janda diharuskan mengenakan kebaya yang

juga mengenakan selembar selendang di pundaknya. Biasanya,

selepas kegiatan menjaring selesai, para pemuda mengantarkan

gadis hasil jaringannya pulang ke rumah masing-masing. Di

rumah, sang pemuda hanya ditemani oleh orang tua si gadis

tanpa gadis tersebut untuk berbincang-bincang. Setelah diyakini

bahwa si pemuda serius dengan sang gadis, maka sejak malam

itu dimulailah penjajakan-penjajakan yang dilakukan oleh kedua

belah pihak agar lebih saling mengenal masing-masing calon

pasangan beserta keluarganya. Setelah masa penjajakan berjalan

dan musim jaringan telah usai, akhirnya tibalah saatnya untuk

melakukan lamaran. Dalam proses lamaran biasanya orang tua

dari pihak laki-laki membayar sejumlah uang dan membagi-

bagikan sirih kepada tetangga sebagai isyarat bahwa si gadis

sudah „diikat‟. Menurut tradisi saat itu, setelah melakukan

lamaran, sang pemuda harus mengabdi kepada calon mertua.

Kebiasaan ini dinamakan sambatan.

Page 115: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

INFORMAN 4

Nama : Petok, Dadang, Jumedi,

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal : (25-27/9/2014).

Umur : 56 Tahun

Alamat : Dusun Kebon Randu II, Kec. Anjatan Baru, Kab.Indramayu

Daftar Pertanyaan Wawancara Di Desa Kebon Randu II

A. Pertanyaan : Apakah tradisi ngunjung itu?

B. Jawab : upacara sukuran yang dilaksanakan di kuburan atau makam

yang dianggap keramat biasanya dilaksanakan pada bulan Syuro

Mulud.

A. Pertanyaan : Kapan tradisi ngunjung itu dilakukan?

B. Jawab : Tradisi ngunjung ini diadakan setiap 1 tahun sekali setelah selesai

masa panen. Pada acara tradisi ngunjung ini, semua warga desa

datang ke makam anggota keluarga mereka disalah satu

pemakaman yang sedang diadakan acara ngunjung ini sambil

membawa nasi tumpeng, ayam panggang atau ayam goreng,

ketupat dan lain lain dan kemudian mendo'akan keluarga

mereka yang sudah meninggal tersebut.

A. Pertanyaan : Untuk apakah tradisi ngunjung itu?

B. Jawab : Upacara Ngunjung ini, dilakukan sebagai ungkapan rasa

menghormati kepada arwah leluhur, tradisi ini dianggap oleh

masyarakt akan membawa keselamatan dan keberkahan.

Page 116: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

A. Pertanyaan : Seperti apakah tradisi ngunjung itu?

B. Jawab : Tradisi ngunjung dilaksanakan di kuburan atau makam yang mana

tradisi ngunjung ini adalah adanya suatu hiburan yang

diselenggarakan di tengah-tengah pemakaman seperti berupa

sandiwara, wayang kulit.

Page 117: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

INFORMAN 5

Nama : Sarwah, Ecih, Tarma

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal : (22/10/2014).

Umur : 56 Tahun

Alamat : Dusun Kebon Randu II, Kec. Anjatan Baru, Kab.Indramayu

Daftar Pertanyaan Wawancara Di Desa Kebon Randu II

A. Pertanyaan : Apa yang anda ketahui tentang tradisi di kabupaten indramayu?

B. Jawab : Mapag Tambak, Mapa Sri, Sedekah Bumi, Baritan.

A. Pertanyaan : Seperti apakah tradisi Mapag Tamba itu?

B. Jawab : Mapag Tambak upacara yang dilaksanakan dengan tujuan untuk

mengusir penyakit, dengan cara membawa air tambak ke dalam

bungbung bambu yang berasal dari kasepuhan atau sumber

untuk disiramkasan ke air yang mengalir ke sawah pada sawah

yang berada di batas desa.

A. Pertanyaan : Setelah disiramkasan ke air yang mengalir ke sawah lalu

bagaimana?

B. Jawab : iya seblumnya itu, air yang di bawa dari mata air tersebut

terlebih dahulu diarak keliling desa kemudian disiramkan ke air

yang mengalir di sawah.

A. Pertanyaan : untuk apakah upacara tersebut?

Page 118: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

B. Jawab : sebagai ritual untuk meminta keberkahan dalam usaha pertanian

mereka juga memohon keselamatan atas kehidupan warga, dan

penghormatan atas leluhur.

Page 119: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

INFORMAN 6

Nama : Dasuki, Sarwah, Ecih, Tarma

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal : (21/10/2014).

Umur : 56 Tahun

Alamat : Dusun Kebon Randu II, Kec. Anjatan Baru, Kab.Indramayu

Daftar Pertanyaan Wawancara Di Desa Kebon Randu II

A. Pertanyaan : Apakah tradisi Mapa Sri?

B. Jawab : Sebenarnya tradisi Mapag Sri dilaksanakan untuk menyambut

datangnya panen, sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan yang

Maha Esa. Mapag Sri apabila dilihat dari bahasa Jawa halus

mengandung arti menjemput padi. Dalam bahasa Jawa halus,

Mapag berarti menjemput, sedangkan Sri dimaksudkan sebagai

padi. Maksud dari menjemput padi adalah panen.

A. Pertanyaan : ko bisa dinamakan tradisi Mapa Sri?

B. Jawab : Mapag Sri adalah ritual yang terhubung dengan mitos Dewi Sri

atau Nyi Pohaci Sanghyang Sri yang dianggap sebagai Dewa

Padi. Bagi masyarakat tradisional khususnya wilayah pesisir

pantura Indramayu, Dewi Sri adalah dewi pemberi kehidupan

dan menuntun orang pada berbagai tatacara menghormati arti

kehidupan. Oleh karena itu, jikalau orang hendak menuai padi

yang telah menguning, sebelumnya beberapa bulir padi dipungut

dan dibentuk seperti dua orang (lambang sepasang pengantin)

Page 120: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

yang di pertemukan dan diarak pulang, dengan harapan bahwa

padi mendatangkan hidup yang bermanfaat bagi yang

memilikinya.

A. Pertanyaan : Sanghyang Sri siapa?

B. Jawab : Sanghyang Sri adalah hidayah, lambang Dunia Atas yang

sengaja diundang turun ke bumi untuk memberikan berkatnya.

Padi, mulai dari tanam sampai panen di upacarakan dengan

bermacam-macam cara. Sebutannya juga bermacam-macam:

Ngampihkeun, Ngaseuk, dan sebagainya.

Page 121: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

INFORMAN 7

Nama : Dasuki, Item, Jin

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal : (23/10/2014).

Umur : 56 Tahun

Alamat : Dusun Kebon Randu II, Kec. Anjatan Baru, Kab.Indramayu

Daftar Pertanyaan Wawancara di Desa Kebon Randu II

A. Pertanyaan : apa yang anda ketahui tradisi di Indramayau?

B. Jawab : Mapag Tambak, Mapa Sri, Sedekah Bumi, Baritan.

A. Pertanyaan : bagaiamankah tradisi sedekah bumi itu?

B. Jawab : Adalah upacara yang dilaksanakan oleh petani pada saat akan

turun menggarap sawahnya. biasanya dilakukan pada awal

musim hujan yaitu sekitar bulan oktober sampai desember.

Prosesi upacara ini biasanya dimulai dari berkumpulnya

masyarakat disuatu tempat dilakukan doa bersama dan setalah

itu dilaksanakan upacara adat. Sedekah Bumi adalah

permohonan para petani agar hasil tani pada periode yang akan

datang berhasil dengan baik.

A. Pertanyaan : seperti apakah tradisi baritan itu?

B. Jawab : Suatu tradisi masyarakat yang dilaksanakan ketika ada

marabahaya seperti angin besar, gempa bumi (lindu), dan

penyakit, upacara ini dilakukan di desa Kebon Randu.

Page 122: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

A. Pertanyaan : kapan dilakukan tradisi baritan itu?

B. Jawab : Biasanya upacara ini digelar di perempatan jalan atau jembatan,

sesajen yang disuguhkan biasanya berupa nasi tumpeng yang

diatasnya berisi telur, kembang tujuh rupa, buah-buahan,

makanan khas, kopi manis, kopi pait, teh manis, teh pahit dan

lain sebagainya ditempat perempatan jalan atau di jembatan,

kemudian berdoa bersama agar dihinadrkan dari marabahaya

Page 123: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

INFORMAN 8

Nama : Dasuki, Item, Jin

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal : (23/10/2014).

Umur : 56 Tahun

Alamat : Dusun Kebon Randu II, Kec. Anjatan Baru, Kab.Indramayu

Daftar Pertanyaan Wawancara di Desa Kebon Randu II

A. Pertanyaan : apa yang anda ketahui tradisi di Indramayau?

B. Jawab : Mapag Tambak, Mapa Sri, Sedekah Bumi, Baritan.

A. Pertanyaan : bagaiamankah dan untuk apa tradisi baritan itu?

B. Jawab : Baritan adalah suatu tradisi masyarakat yang dilaksanakan

ketika ada marabahaya seperti angin besar, gempa bumi (lindu),

dan penyakit, upacara ini dilakukan di desa Kebon Randu, tradisi

baritan ini diyakini sebagai ritual tolak bala (keselamatan).

A. Pertanyaan : kapan tradisi baritan itu dilakukan?

B. Jawab : Biasanya upacara ini digelar di perempatan jalan atau jembatan,

sesajen yang disuguhkan biasanya berupa nasi tumpeng yang

diatasnya berisi telur, kembang tujuh rupa, buah-buahan,

makanan khas, kopi manis, kopi pait, teh manis, teh pahit dan

lain sebagainya di tempat perempatan jalan atau di jembatan,

kemudian berdoa bersama agar dihinadrkan dari marabahaya.

Page 124: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

LAMPIRAN 2

Nama : Ratingkem, Ecih,

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal : 16/10/2014

Umur : 56 Tahun

Alamat : Dusun Kebonrandu II, Kec. Anjatan Baru, Kab.Indramayu

Daftar Pertanyaan Wawancara Di Desa Kebon Randu

A. Pertanyaan: bagamana tradisi masa Iddah dalam adat Jawa kebonrandu

B. jawaban: di Masyarakat Kebon Randu ketika suaminya meninggal, sang isteri

keluar malam bersama orang lain yang bukan mukhrimnya untuk

melakukan tradisi nyiram makam. Adapun tradisi yang berjalan saat

ini yang masih di percayai oleh masyarakat Kebon Randu seperti

memberi makan kepada suaminya dengan cara menyuguhkan sesajen,

lalu hal pertama yang dilakukan oleh seorang istri ketika

menjalankan masa iddahnya dengan melakukan tradisi seperti

memepersiapkan sesajen seperti tumpeng diatasnya dengan telur

putih, sega asahan, sega wuduk, ingkung ayam, kembang rasulan,

bubur merah dan bubur putih, sega punar atau nasi kuning, apem,

keten, air putih, air kopi, setelah disiapkan kemudian sang istri

meletakan sesajen itu di dalam rumah berdekatan dengan tempat

pedaringan (tempat penyimpanan beras jaman dahulu) dan berasama

kemenyan sebagai tanada pemanggilan leluhur yang telah meninggal,

setelah sang isteri selsai melakukan sesajen kemudian istri berdiam

Page 125: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

diri di dalam kamar sampai menjelang maghrib. Setelah itu

kemudian kemenyan pun ditaburkan diatas wangwa (bara api) oleh

sesepuh yang dianggap mengerti tentang ruh halus dan bisa

mendatangkan para leluhur yang telah tiada, setelah itu dibacakan

do‟a oleh buyut untuk memanggil arwah (kegiatan pemanggilan

arwah ini dilakukan ketika menjelang terbenamnya matahari atau

yang dinamakan sendakala atau banganerep), setelah itu mereka

melakuakan tahlilan seperti biasanya yang diajarkan oleh agama

Islam, akan tetapi sebelum dilakukan tahlilan seperti biasanya

seorang isteri terlebih dahulu menyalakan damar dilatar kemudian

sesajen kecil dipersiapkan oleh sang isteri seperti tumpeng kecil,

bawang lawe, dammar (cluplak berisi minyak), pisang raja, telor,

beras, kurungan ayam, yang kemudian diletakan di dalam kurungan

ayam, lalu di sajikan ditempat bekas pemandian suaminya, selain itu

biasanya sebelum tahlilan sang isteri menyiapkan bunga tujurupa

yang kemudian dimasukan kedalam toples yang berisi air, dan uang

receh kemudian disajikan ditengah-tengah kumpulan orang tahlilan,

setelah selsai tahlilan kemudian toples yang berisi bunga tujuh rupa

dan uang receh itu kemudian dibawa ke makam suaminya bersama

dengan laki-laki lain untuk menyiramkan air yang berisi bunga

tujurupa kemudian ditaburkan ke makam suaminya, tradisi ini

dilakukan samapai mitungdina, setelah teradisi ini selsai biasanya

Page 126: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

hari berikut seorang istri hanya meyuguhkan sesajen di triktikan

selama sepuluh hari.

Page 127: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

LAMPIRAN 3

Nama :Ratingkem, Tani, Naritem, Dasuki

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal : 10-12/102014

Umur : 56 Tahun

Alamat : Dusun Kebonrandu II, Kec. Anjatan Baru, Kab.Indramayu

Daftar Pertanyaan Wawancara Di Desa Kebon Randu

No Pertanyan Untuk

Narasumber Jawaban dari informan

1 Apa yang anda ketahui

makna Sega asahan atau

ambengan dalam tradisi

iddah cerai mati di desa

Kebon Randu?

Sega asahan atau ambengan;

melambangkan suatu maksud agar arwah si

mati maupun keluarga yang masih hidup

kelak akan berada pada “pembenganing

Pangeran”, artinya selalu mendapatkan

ampun atas segala dosa-dosanya dan

diterima di sisiNya

2 Apa yang anda ketahui

makna Sega wuduk dan

lauk pauk segar/bumbu

lembaran dalam tradisi

iddah cerai mati di desa

Kebon Randu?

Sega wuduk dan lauk pauk segar/bumbu

lembaran maksudnya untuk menjamu roh

para leluhur

3 Apa yang anda ketahui

makna Ingkung ayam

dalam tradisi iddah cerai

mati di desa Kebon

Randu?

Ingkung ayam melambangkan kelakuan

pasrah atau menyerah kepada kekuasaan

Tuhan. Istilah ingkung atau diingkung

mempunyai makna “dibanda” atau

dibelenggu

4 Apa yang anda ketahui

makna Kembang rasulan

atau kembang telon dalam

tradisi iddah cerai mati di

desa Kebon Randu?

Kembang rasulan atau kembang telon

melambangkan keharuman doa yang

dilontarkan dari hati yang tulus ikhlas lahir

batin. Di samping itu bau harus mempunyai

makna kemuliaan

5 Apa yang anda ketahui

makna Bubur merah dan

bubur putih dalam tradisi

iddah cerai mati di desa

Kebon Randu?

Bubur merah dan bubur putih

melambangkan keberanian dan kesucian dan

ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Allah.

Makanan khas yang mejadi symbol do‟a,

harapan, persatuan dan semnangat

masyarakat orang jawa. Di samping itu

bubur merah untuk memule atau tanda bakti

Page 128: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

kepada roh dari bapak atau roh laki-laki dan

bubur putih sebagai tanda bakti kepada roh

dari ibu atau roh perempuan. Secara

komplitnya adalah sebagai tanda bakti

kepada bapa angkasa ibu pertiwi atau

penguasa langit dan bumi, semua dibekteni

dengan harapan akan memberikan berkah,

baik kepada si mati maupun kepada yang

masih hidup

6 Apa yang anda ketahui

makna Sega punar atau

nasi kuning dalam tradisi

iddah cerai mati di desa

Kebon Randu?

Sega punar atau nasi kuning melambangkan

kemulian, sebab warna atau cahaya kuning

melambangkan sifat kemuliaan. Juga

dimaksudkan sebagai jamuan mulia kepada

yang dipujinya

7 Apa yang anda ketahui

makna Apem dalam tradisi

iddah cerai mati di desa

Kebon Randu?

Apem melambangkan payung dan tameng,

dan dimaksudkan agar perjalanan roh si mati

maupun yang masih hidup selalu dapat

menghadapi tantangannya dan segala

rintangan, bahkan mendapatkan

perlindungan dari yang maha kuasa dan para

leluhurnya. Dan ada juga yang mengatakan

sebagai symbol permintaan maaf atau

ngapuro

8 Apa yang anda ketahui

makna Ketan dalam

tradisi iddah cerai mati di

desa Kebon Randu?

Ketan adalah salah satu makanan dari beras

yang mempunyai sifat”pliket‟ atau lekat.

Dari kata pliket atau ketan, keraket

melambangkan suatu keadaan atau tujuan

yang tidak luntur atau layu, artinya tidak

kenal putus asa

9 Apa yang anda ketahui

makna Air putih dalam

tradisi iddah cerai mati di

desa Kebon Randu?

Air putih adalah salah satu minuman yang

mempunyai sifat murni atau bersish

melambangkan suatu keadaan suci

10 Apa yang anda ketahui

makna Air kopi dalam

tradisi iddah cerai mati di

desa Kebon Randu?

Air kopi sebagai suatu sajian minuman

terhadap orang terdahulu sebagai bentuk rasa

hormat kepada leluhur

Page 129: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

Nama : Ecih, Tarma

Pekerjaan : Petani

Tanggal : 15-16/10/2014

Umur : 56 Tahun

Alamat : Dusun Kebonrandu II, Kec. Anjatan Baru, Kab.Indramayu

Daftar Pertanyaan Wawancara Di Desa Kebon Randu

No Pertanyaan Jawaban

1 Apa yang anda ketahui makna

Benang lawe dalam tradisi

iddah cerai mati di desa Kebon

Randu?

Benang Lawe adalah benag putih

sebagai lambang tali suci sebagai

pengikat atau tali hubugan antara

keluarga yang ditinggalkan dengan

yang sudah pergi jauh itu

2 Apa yang anda ketahui makna

Damar dan sentir dalam tradisi

iddah cerai mati di desa kebon

randu?

Damar dan Sentir adalah lambang

penerang, maksudnya agar roh si mati

tadi selalu mendapatkan terang

3 Apa yang anda ketahui makna

Kurungan ayam dalam tradisi

iddah cerai mati di desa kebon

randu?

Kurungan Ayam melambangan

peneduh ketika di alam kubur

4 Apa yang anda ketahui makna

Clupak berisi minyak dan

sumbu dalam tradisi iddah cerai

mati di desa kebon randu?

Clupak Berisi Minyak dan Sumbu

melambangkan obor di perjalanan dan

semangat yang tinggi

5 Apa yang anda ketahui makna

Pisang raja dalam tradisi iddah

cerai mati di desa kebon randu?

Pisang Raja sebagai lambang

persembahan kepada yang maha kuasa

di samping itu juga sebagai buah segar

6 Apa yang anda ketahui makna

Beras, gula kelapa dalam tradisi

iddah cerai mati di desa kebon

randu?

Beras, Gula Kelapa melambangkan

makanan beserta lauk dan bumbunya,

sebagai bekal hidup di alam

kelanggengan

7 Apa yang anda ketahui makna

Telor dalam tradisi iddah cerai

mati di desa kebon randu?

Telor melambangkan kebulatan atau

kemanunggalan berbagai sifat dan

tujuan sebab telor itu sendiri terdiri

dari berbagai lapisan, dan masing-

masing lapisan mempunyai makna

sendiri-sendiri

Page 130: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

LMPIRAN 4

Nama : Rosyid, Muhaimin

Pekerjaan : Petani, Suwasta

Tanggal : 16/10/2014

Umur : 56 Tahun

Alamat : Dusun Kebonrandu II, Kec. Anjatan Baru, Kab.Indramayu

Daftar Pertanyaan Wawancara Di Desa Kebon Randu

A. Pertanyaan : Bagaimana bisa terjadinya muncul tradisi seperti itu di Desa

Kebon Randu?

B. Jawaban : Adapun menurut pandangan masyarakat Islam tentang tradisi masa

iddah cerai mati di desa Kebon Randu, bahwasanya tradisi tersebut

adalah suatu kesunahan boleh dilakukan dan boleh juga tidak

dilakukan.

Page 131: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

Nama : Ratingkem, Naritem, Bonung,

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal : 14/10/2014

Umur : 56 Tahun

Alamat : Dusun Kebonrandu II, Kec. Anjatan Baru, Kab.Indramayu

Daftar Pertanyaan Wawancara Di Desa Kebon Randu

A. Pertanyaan : Bagaimana bisa terjadinya muncul tradisi seperti itu di Desa

Kebon Randu?

B. Jawaban : pada jaman dahulu ketika ada seseorang pengemis yang meinta-

minta kepada seseorang warga yang punya rumah, kemudian kata

si nenek tua itu bilang “nak minta airnya saya kehausan” akan

tetapi si pemilik rumah berkata: “ini airnya asin nek”, kemudian

nenek itu berkata: “air ini selamanya akan menjadi air yang asin”,

kemudian seketika nenek itu pergi, ternyata terbukti bahwasanya

kemudian air sumur, air bornya menjadi asin, itu hanya satu desa

yang terkena kejadian seperti itu ketika nenek itu menghampiri

desa tersebut, setelah mewawancarai secara mendalam ternyata si

pemilik rumah berbohong yang sehyarusnya air itu rasanya tawar,

kemudian dia bilang ke nenek itu airnya asin, dan nenek tua itu

ternyata mahluk halus yang ingin memberi cobaan kepada desa

itu dengan kejadian seperti, ternyata nenek itu adalah jelmaan dari

buyut sumur adem yang menunggu desa itu berpuluh-puluh tahun

yang ingin menguji masayarakat sumur adem, sehingga sumber

air yang di desa tersebut menjadi asin.

Page 132: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

Nama : Ratingkem, Casitem,

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal : 15-18/10/2014

Umur : 56 Tahun

Alamat : Dusun Kebonrandu II, Kec. Anjatan Baru, Kab.Indramayu

Daftar Pertanyaan Wawancara Di Desa Kebon Randu

A. Pertanyaan : Bagaimana bisa terjadinya muncul tradisi seperti itu di Desa

Kebon Randu?

B. Jawaban :Kejadian yang ke dua bahwa dulu desa tetangga ketika ada orang

tua atau pengemis yang usianya lebih tua, beliau dengan

membawa tongkat kecil, ketika itu nenek tua itu bilang kepada

pemilik rumah “bu minta airnya, dengan nada pelan gemetar,

kemudian si pemilik rumah tidak mau memberikan air minum

kepada nenek tua itu, kemudian malah mengusir nenek “nek gak

punya air” kemudian nenek itu berkata: entar juga ada musibah

besar nok” kemudian seketika nenek itu pergi dari si pemilik

rumah, terjadilah mala petaka datang ke desa itu dengan angin

yang kencang Desa Karang Dawa itu banyak rumah yang rusak,

kemudian rumah dari yang di datangi nenek tua tadi ternyata

rusak terjatuhan pepohonan, setelah saya wawancara mendalam

ternyata beberapa orang mengatakan hal yang sama, nenek tua

tersebut ternyata jelmaan dari buyut penunggu Desa Karang

Dawa yang ingin menguji masyarakat Desa Karang

Page 133: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

Tradisi Iddah Cerai Mati

Ceritane kuh ana wong jejaluk, wong ngemis nyjaluk nginum barang sing

ngupai nginume, kaya kitane seindane pengen ngupai wong kuene kuh ngemis

“laka banyu jeh wa ana gah jeh asin jare kita sing ngupaie kuh” jare wong tuane

kuh “engko gah nok seteruse asin,” wong tua kuwenekuh ora dipaing ingnung,

terus miang wong tua kuwenekuh, lewat seminggu banyu semana ademe terus

pada asin, sumure asin, bore asin, supatanine wong tua nini-nini kuwesih dadi asin,

wong tua kuwekuh udu wong biasa nang, anu jelmaane wong sumur ademe, buyut

kunuh nang, nyoba wong kono kaya priwe amal baike.

Bengen lagi musibah ning kono, lagi sira urung ana, mas iwan bae gah

masih cilik, umah dan sekolahan pada ambrek kah bengen, ana wong nini-nini

nggawa tetekan terus nyjaluke ning emboke mang bongsang yang tukang beca kah,

njaluk nginum ora dipaih ehemm “engko gah jeh ana musibah nok”, kuh ilange

wong kuwe angin gebes-gebes terus umae pada amberk kuh nang, barang mayak

mah ning kene kuh aja maning nyjaluk nginum, nyjaluk sega gah tak paih, lagi

ning dermaga gah ana wong ngemis “nok nyjaluk sega urung mangan, tak paih

ana wong ngemis nyjaluk mangan kuh. Besuk senang mana-mana ana wong

ngemis nyjaluk-nyjaluk dipaih melasaken ning wong kuh, tula-tula sodakoh beh

indagah sodakoh dunya langka, meninding beh ana sega, ana banyu sodakohe

karo kuwe, mulanegah aja bae ana wong ngemis kuh permisi atau ora ngupaih kuh,

embuh ana sewu ana mangewu gah ngupaih, sema mah laka-laka gah terus ngojoli

ning warung enggo ngupaih wong ngemis kuh, kaya konon wong bengen kuh ana

pituture bae mulane gah aja bae nolak kah, mayak mah ning kene ora keserang,

Page 134: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

wong ngemiseku entas ning karang dawa terus mengkok ning Kebon Randu, kita

amah ning kene pada ngupaih kabeh indahgah ora weruh wong kuwe setan kuh.,

atau nyoba apaika terus kuh angin sing kana kuh mulek-mulek terus umah karang

dawa kuh nang brek-brek pada rusak, masa iya wiwitan sing ning kulon bisa

nerajang ning umaeh mang bongsang, sing kulon dermaga wiwitan ngrubuhi

umahe mang bongsang wiwitan kersem kaya di bopong kuwen kuh sing dijaluki

banyu ora olihkuh sih, mulane gah mayak mah ngupaih bae ana wong ngemis kuh,

dadi sekienekuh ana bae rezeki kuh

Sajen go wong mati kuh ya jabur werna pitu bae kunuh nang kaya dene

jaburan pasung, kupat, lepet, apem, ana artine kabeh kunuh nang, baka pasung

sing dipangan dingin kunuh ning kananekuh, bantal karo ketan tumpeng, tradisi

dari mana sih, dari bapa tua buyut jabur werna pitu,

Baka ana wong mati amberan padang di kurungane melambangkan payung amber

adem, lamonanu mah kurungan kuh ayom-ayaome sakie gah masih melaku kuh

lamon anumah udan di payungi ning kanane kuh, embuh bengen mah kayakonon

bae si damare

Wong bengen bae gah anake mayak, adine mas iwan matikuh ana tepake

nang ning pinggiran kurungan ayam, ceritane kuh di paih „awu kurungan ayame

kuh, terus jare bapa tua kidemekuh, jage nok di tawuri awu ning esore pinggiran

kurungan ayame kuh, aria nu kuh ana tepeke sikile nang ning pinggiran kurungan

ayame kuh, berati kan masih ana ning kono wonge matie kuh, urung melaku-

melaku adoh, dadi ari masih rong dina mah ana tepak sikile kuh, baka wis mitung

Page 135: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,

dina mah laka tepake kuh ning pinggire bkurungan kuh nang, tapi kan padang

melaku-melaku kuh ning kanane ari di paih dammar mah indagah ning kananekuh

peteng, makane peniting ana wong mati dipaih damarekuh kamberan padang.

Makna duwit receh dalam tradisi adat bokat ning kanane nggo sangu, ari

perjalanan kan muduh ana sangune nang, mulane gah baka ana wong mati kuh

diomongaken ning kuping sangune kuh semene, semindanekah sira kuh laka,

bapane kuh nyugui terus sangueku diomongaken ning kupinge terus ditaroh ning

sore bantal.

Page 136: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,
Page 137: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,
Page 138: TRADISI MASA IDDAH CERAI MATI NYIRAM MAKAM (Analisis …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/823/1/Tisna.21111042.pdf · Setelah merintas waktu yang cukup panjang dan melelahkan,