Total Quality Management
-
Upload
bejo-subejo-bejokulho -
Category
Documents
-
view
438 -
download
0
Transcript of Total Quality Management
TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DAN PENERAPANNYA DI SEKOLAH
1. Pengertian TQMPerhatian kajian manajemen terhadap peningkatan mutu suatu produk dalam dua dasawarsa meningkat sangat pesat. Perkembangan dimulai dari dunia industri dan dianggap berhasil meningkatkan efisiensi dan penjualan produk dunia industri keberhasilan ini merambah ke setiap kegiatan yang menggunakan manajemen untuk meningkatkan kinerja suatu organisasi usaha atau perusahaan . Suatu konsep yang berupaya meningkatkan mutu adalah Total Quqlity Management (TQM). Yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah Manajemen Peningkatan Mutu Menyeluruh (MPM).a. TQM adalah suatu filosofi untuk meningkatkan dan menjaga mutu suatu organisasi dengan melakukan perbaikan proses secara berkelanjutan dengan tujuan untuk memuaskan pelanggan (customer). Mutu adalah kepuasan pelanggan dan mutu adalah pandangan hidup ( Gunawi dan Tukiman 2001).b. TQM adalah suatu sistem manajemen yang berfokus kepada orang yang bertujuan untuk meningkatkan secara berkelanjutan kepuasan customers pada biaya sesungguhnya yang secara berkelanjutan. TQM merupakan pendekatan sistem secara menyeluruh (bukan suatu bidang atau program terpisah) dan merupakan bagian terpadu strategi tingkat tinggi. Sistem ini bekerja secara horizontal menembus fungsi dan departemen melibatkan semua karyawan dari atas sampai bawah meluas ke hulu dan ke hilir mencakup mata rantai (supplier) pemasok dan customer (Mulyadi, 2002: 10).c. Total Quality Management (TQM) adalah merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa manusia, proses dan lingkungannya. (Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, 2001). Atau semua aktifitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijakan mutu.
2. Customer Value Mindset dalam TQM.Mindset adalah sikap mental (fixed mental attitude) yang dibentuk melalui pendidikan, pengalaman, dan prasangka. Mindset merupakan pranata mental yang dipakai oleh orang sebagai dasar untuk bersikap dan bertindak. Mindset terdiri dari tiga komponen pokok yaitu(1) paradigma yaitu cara yang digunakan oleh seseorang didalam memandang sesuatu (2) keyakinan dasar adalah keyakinan yang diletakan oleh seseorang terhadap sesuatu dan (3) nilai dasar adalah sikap sifat dan karakter yang dijunjung tinggi oleh seseorang sehingga berdasarkan nilai -nilai tersebut tindakan seseorang dibatasi (Mulyadi, 2002).
3. Leadership dalam TQMNaisbitt (1994) menunjukan betapa berbagai perubahan kontekstual tersebut telah memunculkan berbagai paradoks global. Hanya mereka yang mampu memberi respons yang tepat terhadap perubahan kontekstual dapat memperoleh manfaat darinya. Sebaliknya mereka yang ingin memperoleh kemapanan akan hanyut dilanda perubahan global yang penuh paradoks itu . Lebih jauh Handy (2000) mengingatkan bahwa orang perlu waspada di dalam era yang penuh perubahan tersebut karena kemajuan ekonomi yang dimungkinkan di dalam era ini sekaligus
dapat menjadikan manusia sekedar menjadi baut kecil didalam mesin yang besar. Dunia banyak menghadapi paradoks hanya mereka yang mampu menghadapi dan mau berkorban demi masa depan yang dapat memperoleh manfaat dari padanya.Hartanto (2000) membahas secara komprehensif bagaimana semua perubahan itu menyebabkan orang perlu mengadopsi paradigma bisnis dan kerja yang baru bila mereka ingin mencapai keberhasilan. Mereka harus berani membangun kerjasama tetapi juga perlu memiliki jati diri yang kuat. Di dalam lingkungan kehidupan ekonomi makro yang manapun perusahaan /organisasi biasanya bekerja dan menjalankan praktik manajemen secara berbeda-beda.Dari uraian di atas terjadinya perubahan telah memberikan beberapa dampak bagi praktik manajemen diantaranya sebagai berikut. Pertama perubahan sistem ekonomi yang didominasi oleh produsen menjadi sistem ekonomi pasar. Ekonomi pasar pada dasarnya adalah merupakan perwujudan dari demokrasi ekonomi dengan memperhatikan pihak pelanggan sebagai pihak yang perlu diperhatikan kepentingannya. Semua usaha difokuskan kepada kepuasan pelanggan. Usaha untuk menghadapi perubahan ini adalah dengan membuat paradigma baru membuat apa yang dapat dijual menggantikan paradigma menjual apa yang dapat dibuat. Kedua munculnya globalisasi sistem ekonomi .Yang tidak hanya dapat diartikan sebagai bisnis melampaui batas negara tetapi globalisasi juga menggunakan tolok ukur internasional bukan lagi nasional maupun lokal. Logika baru di pasar global sebagai prasarat untuk unggul di dalam kompetesi global. Ketiga kebutuhan pelanggan telah bergeser dari kebutuhan yang bersifat baku atau fisik berubah menjadi kebutuhan yang menonjolkan sifat psiko – sosial sejalan dengan perubahan tingkat kebutuhan masyarakat. Tidaklah mengherankan bila produksi di masa lalu untuk memenuhi kebutuhan dalam jumlah yang banyak menjadi prasyarat untuk berhasil dalam dunia bisnis tetapi kini orang perlu melakukan kustominasi masa untuk memenuhi selera yang berbeda-beda tersebut. Keempat adanya perubahan perilaku dan cara bertindak pelaku ekonominya karena dalam dunia bisnis sangat kompleks dan tidak dapat disederhanakan dalam rencana yang baku tetapi perlu dihadapi dengan sikap yang dinamik dengan berubah menjadi pengendali penguasa dan pemanfaatan mesin ekonomi. Kelima di dalam tatanan ekonomi yang baru manusia yang menjadi pelakunya tidak dapat lagi diperlakukan sekedar sebagai sumber daya . Mereka juga harus diakui sebagai manusia yang mempunyai cita-cita memiliki motivasi wawasan dan inovasi. Pekerja harus diakui sebagai manusia karya yang memiliki kedudukan sentral dalam suatu sistem kerja.
3. Penerapan TQM Di SekolahManajemen Mutu Terpadu yang diterjemahkan dari Total Quality Management (TQM) atau disebut pula Pengelolaan Mutu Total (PMT) adalah suatu pendekatan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu komponen terkait. M. Jusuf Hanafiah, dkk (1994:4) mendefinisikan Pengelolaan Mutu Total (PMT) adalah suatu pendekatan yang sistematis, praktis, dan strategis dalam menyelenggarakan suatu organisasi, yang mengutamakan kepentingan pelanggan. pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengendalikan mutu. Sedang yang dimaksud dengan Pengeloaan Mutu Total (PMT) Pendidikan tinggi (bisa pula sekolah) adalah cara mengelola lembaga pendidikan berdasarkan filosofi bahwa meningkatkan mutu harus diadakan dan dilakukan oleh semua unsur lembaga sejak dini secara terpadu
berkesinambungan sehingga pendidikan sebagai jasa yang berupa proses pembudayaan sesuai dengan dan bahkan melebihi kebutuhan para pelanggan baik masa kini maupun yang akan datang.Komponen yang terkait dengan mutu pendidikan yang termuat dalam buku Panduan Manajemen Sekolah (2000: 191) adalah (1) siswa: kesiapan dan motivasi belajarnya, (2) guru: kemampuan profesional, moral kerjanya (kemampuan personal), dan kerjasamanya (kemampuan social), (3) kurikulum: relevansi konten dan operasionalisasi proses pembelajarannya, (4) dan, sarana dan prasarana: kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran, (5) Masyarakat (orang tua, pengguna lulusan, dan perguruan tinggi): partisipasinya dalam pengembangan program-program pendidikan sekolah. Mutu komponen-komponen tersebut di atas menjadi fokus perhatian kepala sekolah.Adapun prinsip dari MMT dalam buku tersebut yaitu selama ini sekolah dianggap sebagai suatu Unit Produksi, dimana siswa sebagai bahan mentah dan lulusan sekolah sebagai hasil produksi. Dalam MMT sekolah dipahami sebagai Unit Layanan Jasa, yakni pelayanan pembelajaran. Sebagai unit layanan jasa, maka yang dilayani sekolah (pelanggan sekolah ) adalah: (1) Pelanggan internal : guru, pustakawan, laboran, teknisi dan tenaga administrasi, (2) Pelanggan eksternal terdiri atas : pelanggan primer (siswa), pelanggan sekunder (orang tua, pemerintah dan masyarakat), pelanggan tertier (pemakai/penerima lulusan baik diperguruan tinggi maupun dunia usaha)Arcaro (2006) menyatakan bahwa apabila diterapkan secara tepat, Manajemen mutu Terpadu (MMT) merupakan metodologi yang dapat membantu para profesional pendidikan menjawab tantangan lingkungan masa kini. MMT dapat dipergunakan untuk mengurangi rasa takut dan meningkatkan kepercayaan di sekolah. MMT dapat dipergunakan sebagai perangkat untuk membangun aliansi antara pendidikan, bisnis, dan pemerintahan.Aliansi pendidikan memastikan bahwa para profesional sekolah atau wilayah memberikan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengembangkan program-program pendidikan. MMT dapat memberikan fokus dlam pendidikan dan masyarakat. MMT membentuk infrastruktur yang fleksibel yang dapat membantu pendidikan menyesuaikan diri dengan keterbatasan dana dan waktu. MMT memudahkan sekolah mengelola perubahan.Transformasi menuju sekolah bermutu terpadu diawali dengan mengadopsi dedikasi bersama terhadap mutu oleh dewan sekolah, administrator, staf, siswa, guru, dan komunitas. Prosesnya diawali dengan mengembangkan visi dan misi mutu untuk wilayah dan setiap sekolah serta departeman dalam wilayah tersebut. Visi mutu difokuskan pada pemenuhan kebutuhan kostumer, mendorong keterlibatan total komunitas dalam program, mengembangkan sistem pngukuran nilai tambah pendidikan, menunjang sistem yang diperlukan staf dan siswa untuk mengelola perubahan, serta perbaikan berkelanjutan dangan selalu berusaha keras membuat produk pendidikan menjadi lebih baik.
a. Terfokus pada PelangganAgar sekolah mengembangkan fokus mutu, setiap orang dalam sistem sekolah mesti mengakui bahwa setiap output lembaga pendidikan adalah pelanggan. Pelanggan lembaga pendidikan/sekolah terdiri dari pelanggan eksternal dan internal. Pelanggan eksternal utama sekolah adalah siswa dan sekaligus sebagai
input utama (main input) yang akan diproses menjadi lulusan. Pelanggan eksternal kedua dan seterusnya adalah orang tua, dunia usaha, pemerintah dan pendidikan lebih lanjut. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa sekolah yang berumutu adalah sekolah yang dapat memenuhi atau melebihi keinginan, harapan dan kebutuhan pelangannya.Menurut Goetsch dan Davis pelanggan internal maupun eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas tenaga kerja, proses dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa. Oleh karena itu, dalam pendirian dan penyelenggaraan sekolah harus didahului dengan mengadakan penelitian dan bertanya kepada masyarakat luas, jenis, jenjang pendidikan dan program studi/jurusan apa yang dibutuhkan pada suatu daerah tertentu. Dengan penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, maka tidak akan terjadi lulusan yang tidak diterima di masyarakat. Semua lulusan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang sesuai dengan keinginannya, dapat diterima di dunia usaha atau dapat menciptakan pekerjaan sendiri serta dapat memperoleh penghasilan sesuai kebutuhan hidupnya. Jika semua lembaga pendidikan/sekolah telah mampu menyelenggaragan pendidikan seperti demikian hasilnya, maka akan terjadi stabilitas nasional baik dalam bidang ideologi, politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan.Untuk mewujudkan pendidikan yang dapat memuaskan pelanggan eksternal seperti tersebut di atas, maka kepala sekolah terlebih dahulu harus memuaskan pelanggan internalnya, yaitu para guru, pustakawan, laboran, tenaga administrasi, tenaga keamanan dan tenaga kebersihan. Para personil yang merupakan pelanggan internal inilah merupakan pihak penentu dalam mewujudkan sekolah yang bermutu. Guru adalah pelaksana kegiatan inti (core business) sekolah yaitu proses pembelajaran yanag akan menentukan kualitas lulusannya. Pustakawan adalah SDM/personil yang memberikan layanan sumber pembelajaran tekstual untuk mendukung kegiatan akademik/ pembelajaran. Laboran adalah personil/SDM yang mendukung kegiatan akademik/pembelajaran siswa pada skala laboratorium sebagai kelanjutan atau membuktikan berbagai teori yang telah dipelajari melalui pembelajaran literatur. Tenaga administrasi adalah kegiatan pendukung, agar kegiatan akademik/pembelajaran di sekolah, baik administrasi akademik maupun administrasi non akademik dapat berjalan dengan baik. Tenaga kebersihan sebagai personil/SDM sekolah yang mendukung agar suasana sekolah tetap asri dan proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Dan tenaga keamanan bertanggung jawab untuk menciptakan suasana sekolah agar tetap aman dan terkendali.Kepuasan pelanggan internal sekolah pada dasarnya adalah jika mereka dapat bekerja atau menjalankan tugas dengan dukungan fasilitas, sarana dan prasarana yang memadai, mendapatkan kompensasi yang layak atas kinerja yang telah diberikan, baik dalam bentuk finansial, material maupun non material serta kesejahteraan secara luas. Sebagai wujud atau bukti adanya kepuasan pelanggan internal sekolah adalah para guru, tenaga admnistrasi, pustakawan, laboran, tenaga kebersihan dan kemanan menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, sesuai sistem, prosedur dan tata kerja yang telah ditentukan. Dengan adanya kepuasan pelanggan internal ini diharapkan mereka dapat memuwujudkan kepuasan
terhadap pelanggan eksternal sekolah (Nurochim, http://nurochim.multiply.com/journal/)
2. Keterlibatan TotalTiap orang mesti terlibat dalam transformasi mutu. Manajemen mesti memiliki komitmen untuk memfokuskan pada mutu. Seperti ditunjukkan dalam program mutu yang disajikan dalam buku ini, manajemen administratif wilayah dan sekolah harus mendorong staf dan siswa untuk mngubah cara kerja yang selama ini dilakukan. Tanpa adanya komitmen, program mutu tidak akan berhasil.Untuk mewujudkan keterlibatan total semua warga sekolah kepala sekolah menyusun organisasi, menganalisis jabatan dan pekerjaan, menyusun uraian tugas, menempatkan orang sesuai latar belakang pendidikan dan keahliannya serta sesuai dengan beban tugas dan pekerjaannya secara merata. Semua warga sekolah diberikan tugas dan fungsi sesuai keahliannya, sesuai bakat dan minatnya. Sebesar atau sekecil apapun, semua warga sekolah harus dilibatkan, diberikan tugas, peran dan fungsi dalam peningkatan mutu sekolah, mulai dari kepala sekolah itu sendiri, komite sekolah, para guru, staf tata usaha, pustakawan, laboran, siswa dan orang tua.Pelibatan semua warga sekolah itu harus berlangsung mulai dari planning, organizing, staffing, directing, commanding, coordinating, communicating, budgeting, leading, motivating, compensating dan sampai kepada controlling. Dengan pelibatan tersebut, maka mereka akan menjalankan tugas, peran dan fungsi serta pekerjaannya dengan penuh tanggung jawab dan penuh komitmen. Pelibatan semua warga sekolah menurut Goetsch dan Davis sebagaimana di kutip oleh Ariani adalah merupakan bentuk pemberian kepuasan kepada pelangan internal agar mereka mau dan mampu memberikan layanan pendidikan yang memuaskan bagi pelangan eksternalnya. Pelibatan warga sekolah itu dalam seluruh proses atau kegiatan.Bentuk-bentuk keterlibatan guru dan karyawan sekolah dalam peningkatan mutu sekolah dapat berupa saran, baik secara pribadi maupun kelompok, baik atas permintaan pimpinan ataupun atas inisiatif sendiri, dibentuknya tim pemecahan masalah baik atas inisiatif kelompok maupun atas permintaan pimpinan, terbentuknya komite perbaikan mutu sekolah secara berkesinambungan, terbentuknya gugus kendali mutu sekolah dan terbentuknya kelompok-kelompok kerja dalam peningkatan mutu sekolah. Keberhasilan pemberdayaan guru dan karyawan pada suatu sekolah ditandai bahwa pekerjaan mereka milik mereka sendiri, meraka bekerja, menjalankan tugas dan fungsinya secara bertanggung jawab, mereka memahami betul posisi mereka berada dan mereka memiliki pengendalian atas pekerjaan mereka.Transformasi mutu diawali dengan mengadopsi paradigma baru pendidikan. Cara pikir dan cara kerja lama harus disingkirkan. Dalam bidang pendidikan, memang sulit bagi orang-orangnya untuk mengembangkan paradigma baru pendidikan. Ada dua keyakinan pokok yang menghalangi tiap upaya penciptaan mutu dalam sistem pendidikan. Pertama, banyak profesional pendidikan yakin bahwa mutu pendidikan bergantung pada besarnya dana yang dialokasikan untuk pendidikan. Lebih banyak uang yang diinvestasikan dalam pendidikan maka semakin tinggi mutu pendidikan. Studi kasus mutakhir meruntuhkan keyakinan ini.Kedua, banyak profesional pendidikan yang tetap memandang pendidikan sebagai
”jaringan anak manis”. Mereka bersikukuh untuk bertahan dari tarikan profesional nonpendidikan yang mempengaruhi perubahan sistem. Banyak profesional pendidikan secara terbuka menyatakan bahwa mereka memiliki komitmen terhadap transformasi mutu Deming. Namun tindakan mereka menunjukkan, mereka tidak mengembangkan filosofi baru pendidikan yang didasarkan pada 40 Butir Mutu Deming. Mutu pendidikan tidak akan mengalami perbaikan yang signifikan sampai ada penyelesaian terhadap kedua masalah tadi.
3. PengukuranDalam hal inilah justru sekolah sering gagal melakukan. Secara tradisional ukuran mutu atas keluaran sekolah adalah prestasi siswa. Ukuran dasarnya adlah hasil ujian. Bila hasil ujian bertambah baik, maka mutu pendidikan membaik. Para profesional pendidikan mesti belajar untuk mengukur mutu. Mereka perlu mengumpulkan dan menganalisa data, para profesional pendidikan itupun dapat mengukur dan menunjukkan nilai tambah pendidikan.Ukuran mutu menurut kriteria mutu Baldrige berfokus pada 7 area topik yang secara integral dan dinamis saling berhubungan, yaitu leadership, information and analysis, strategic quality planning, human resource management, quality assurance product of product and services, quality result and customer satisfaction. Dari 7 area topik ukuran kualitas di atas, jika diukur dengan Kriteria Baldrige Award maka perbaikan sistem manajemen kualitas adalah sebagai berikut :
a. Kepemimpinan :1). Kepala sekolah memiliki pernyataan kebijakan kualitas2). Guru dan staf serta seluruh warga sekolah mengetahui sasaran kualitas jangka panjang sekolah3). Kepala sekolah terlibat secara penuh dalam pengembangan kultur kualitas sekolah4). Kepala sekolah memiliki pelatihan yang tepat tentang konsep-konsep kualitas5). Kepala sekolah mempraktikkan konsep-konsep kualitas yang diajarkan6). Kebijakan kuaitas berlandaskan pada kebutuhan untuk perbaikan terus menerus7). Tanggung jawab perbaikan kualitas telah secara jelas dikomunikasikan kepada seluruh warga sekolah8). Komite kualitas sekolah mengkoordinasikan berbagai unit-unit sekolah9). Masyarakat mengetahui sasaran kualitas sekolah10). Kepala sekolah membrikan sumber daya yang cukup dan tepat untuk perbaikan kualitasb. Analisis dan Informasi1). Kepala sekolah melaporkan data tentang semua dimensi penting dari kualitas pelanggan sekolah2). Guru dan karyawan melaporkan data tentang semua dimensi pelayanan yang penting3). Data kualitas dilaporkan kepada semua unit-unit sekolah4). Data tentang pelatihan manajemen kualitas dikumpulkan oleh tata usaha5). Kepala sekolah menganalisis data tentang pandangan masyarakat terhadap kualitas sekolah
6). Kepala sekolah menganalisis biaya yang tidak efisien7). Kepala sekolah mengidentifikasi kendala-kendala dalam mewujudkan kulialitas sekolah
c. Perencanaan Kualitas Strategis1). Kepala sekolah menggunakan data kompetitif dari sekolah lain ketika mengembangkan sasaran kualitas2). Kepala sekolah memiliki rencana operasional tahunan yang menggambarkan sasaran kualitas3). Guru dan karyawan dilibatkan dalam perencanaan kualitas4). Pimpinan unit-unit/komponen sekolah berusaha untuk mencapai sasaran kualitas5). Fungsi kualitas merupakan bagian rencana kegiatan sekolah6). Kepala sekolah memiliki metode spesifik untuk memantau kemajuan menuju perbaikan kualitas sekolah7). Terdapat rencana kualitas yang mempengaruhi semua unit sekolah8). Kepala sekolah memiliki rencana kualitas untuk masukan
d. Pengembangan Sumber Daya Manusia1). Kepala sekolah memiliki rencana peluang bagi guru dan karyawan dalam perbaikan kualitas2). Kriteria kualitas digunakan dalam evaluasi performa SDM sekolah3). Sasaran kualitas dikomunikasikan kepada semua guru dan staf4). Guru dan karyawan percaya dan secara terus menerus memberikan layanan terbaik5). Semua guru dan kaeyawan dilatih tentang konsep perbaikan kualitas6). Kepala sekolah memberikan kompensasi/imbalan atas jasa guru/karyawan untuk usaha perbaikan kualitas mereka7). Kepala sekolah mengumpulkan data tentang moral guru dan karyawan e. Manajemen Mutu Proses1). Ekspektasi kualitas dari pelanggan didefinisikan secara jelas2). Kebutuhan pelanggan ditransformasikan ke dalam proses perencanaan untuk perbaaikan kualitas3). Terdapat sistem yang efektif untuk memproses informasi tentang ekspektasi pelanggan4). Kepala sekolah melakukan audit sistem manajemen kualitas5). Kepala sekolah bekerjasama dengan stakeholder untuk meningkatkan kualitas6). Unit-unit pendukung sekolah mendifinissikan sasaran kuaalitas7). Kepala sekolah menyimpan dan mempertahankan dokumen-dokumen kualitas yang baru (tidak usang)8). Terdapat sistem efektif untuk mengkomunikasikan ide-ide kualitas kepada kepala sekolah
f. Hasil-hasil Kualitas1). Sekolah merupakan satu di antara tiga sekolah terbaik dalam lingkup kepuasan pelanggan2). Kepala sekolah menunjukkan perbaikan kualitas terus menerus selama tiga tahun terakhir
3). Kepala sekolah dapat mendemonstrasikan perbaikan kualitas melalui unit-unit pendukung4). Kepala sekolah dapat mendemonstrasikan perbaikan kualitas melalui stakeholder5). Terdapat penurunan terus menerus keluhan pelanggan dalam waktu tiga tahun terakhir.
g. Kepuasan Pelanggan1). Kepala sekolah dapat menunjukkan bahwa pelanggan puas atas barang dan/aatau jasa yang diberikan2). Kepala sekolah melaporkan data kepuasan pelaanggan3). Kepala sekolah dapat menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pelanggan meningkat terus menerus dalam waktu tiga tahun terakhir4). Kepala sekolah dapat menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pelanggan sekolah yang dipimpinnya lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah pesaingnya5). Terdapat suatu proses efektif untuk menangani keluhan pelanggan6). Definisi pekerjaan pendukung guru dan karyawan untuk secara tepat menyesaikan keluhan-keluhan pelanggan7). Kepala sekolah menggunakan pendekatan inovatif untuk menilai kepuasan pelanggan.Pengukuran tersebut dapat digunakan skala Likert dengan rentang angka 1 = sangat tidak setuju, 4 = netral dan 7 = sangat setuju.
4. Memandang Pendidikan Sebagai SistemPendidikan mesti dipandang sebagai sebuah sistem. Ini merupakan konsep yang sulit dipahami para profesional pendidikan. Umumnya orang yang bekerja di bidang pendidikan memulai perbaikan sistem tanpa mengembangkan pemahaman yang penuh atas cara kerja sistem tersebut. Dalam sebuah analisa rinci atas perguruan tinggi Inggris belum lama ini, ternyata sangat mengejutkan. Perguruan itu tak punya catatan tertulis mengenai proses atau prosedur kerja. Fungsi-fungsi bisa berjalan lantaran memang selalu dijalankan. Hanya dengan memandang pendidikan sebagai sebuah sistem maka para profesional pendidikan dapat mengeliminasi pemborosan dari pendidikan dan dapat memper-baiki mutu setiap proses pendidikan.Pendidikan sebagai sistem di suatu sekolah merupakan suatu keseluruhan yang utuh yang terdiri dari subsistem-subsistem yang saling berhubungan, saling terkait, saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan sebagai sistem di suatu sekolah/lembaga pendidikan sub-sub sistemnya adalah kurikulum dan pembalajaran, organisasi dan kelembagaan, manajemen dan administrasi, keteganaan, peserta didik, pembiayaan, sarana dan prasarana, peran serta masyarakat dan iklim/budaya sekolah.Kesembilan komponen atau subsistem dalam lembaga pendidikan tersebut tidak dapat dipisahkan, kesemuanya saling terkait, saling tergantung dan saling mempengaruhi. Tercapainya kurikulum dan suksesnya proses pembelajaran sangat terkit, tergantung dan dipengaruhi oleh 8 unsur/komponen/subsistem yang lainnya. Organisasi/lembaga sekolah akan dapat berdiri tegak jika, kurikulum dan pembalajaran, manajemen dan administrasi, keteganaan, peserta didik,
pembiayaan, sarana dan prasarana, peran serta masyarakat dan iklim/budaya sekolah semuanya ada dan berjalan dengan baik. Manajemen dan administrasi pendidikan akan dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh 8 unsur pendidikan lainnya. Ketenagaan akan dapat menjalankan tugasnya dengan baik, jika didukung oleh 8 unsur pendidikan lainnya. Peserta didik akan dapat belajar dengan baik, jika 8 unsur pendidikan itu ada dan berfungsi dengan baik. Demikian pula pembiayaan, sarana dan prasarana, peran serta masyarakat dan pembentukan budaya dan iklim sekolah yang mendukung semua mempengaruhi dan dipengaruhi oleh 8 unsur lainnya.
5. Perbaikan BerkelanjutanKonsep dasarnya, mutu adalah segala sesuatu yang dapat diperbaiki. Menurut filosofi manajemen lama, ”Kalau belum rusak, jangan diperbaiki”. Mutu didasarkan pada konsep bahwa setiap proses dapat diperbaiki dan tidak ada proses yang sempurna. Menurut filosofi manajemen baru, ”Bila tidak rusak, perbaikilah, karena bila Anda tidak melakukannya orang lain pasti melakukannya”. Inilah konsep perbaikan berkelanjutan.Perbaikan mutu berkesinambungan adalah ciri manajemen mutu terpadu. Oleh karena itu, sekolah bermutu terpadu dituntut untuk terus mengadakan perbaikan mutu pendidikan secara berkelanjutan atau berkesinambungan. Jika perbaikan mutu pendidikan berkesinambungan itu mengacu kepada Siklus Deming (Deming Cycle), maka tahapannya adalaha. Mengadakan riset pelanggan dan menggunakan hasilnya untuk perencanaan produk pendidikan (plan)b. Menghasilkan produk pendidikan melalui proses pembelajaran (do)c. Memeriksa produk pendidikan melalui evaluasi pendidikan/evaluasi pembelajaran, apakah hasilnya sesuai rencana atau belum (check)d. Memasarkan produk pendidikan dan menyerahkan lulusannya kepada orang tua atau masyarakat, pendidikan lajut, pemerintah dan dunia usaha (action)e. Menganalisis bagaimana produk tersebut diterima di pasar, baik baik pada pendidikan lajut ataupun di dunia usaha dalam hal kualitas, biaya dan kriteria lainnya (analyze).`Tuntutan peningkatan mutu suatu produk atau layanan jasa termasuk pendidikan oleh pelanggan terus terus menerus berkembang dan meningkat dari waktu ke waktu, dari tahun ke tahun dan dari jaman ke jaman. Masyarakat semakin cerdas dalam memilih lembaga pendidikan, mereka dapat membedakan lembaga pendidikan/sekolah yang berkualitas dan kurang berkualitas. Oleh karena itu, penyelenggara/pengelola sekolah/madrasah atau lembaga pendidikan tidak bisa menyelenggarakan pendidikan asal jadi dan statis tanpa perbaikan berkesinambungan memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat.Penyelenggaraan lembaga pendidikan pada sekolah ataupun madrasah dituntut untuk memenuhi atau melebihi kebutuhan atau keinginan pelanggannya, melibatkan secara total semua komponen sekolah, mengadakan pengukuran dan evaluasi diri terhadap kemaajuan lembaga pendidikan yang dikelalolanya, peningkatan atau perbaikan mutu pendidikan yang diselenggarakannya secara menyeluruh terhadap semua komponen/susb-subsistem lembaga pendidikan dan mengadakan berbaikan mutu pendidikan secara berkesinambungan untuk
menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan jaman dan memenuhi atau melebihi harapan, keinginan dan kebutuhan pelanggannya. Sumber :MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU SEKOLAH, DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2009
PENINGKATAN MUTU SEKOLAH
Oleh : Drs. H. Nurochim, M.M*
Pendahuluan
Banyak siswa yang telah lulus dari lembaga pendidikan menjadi
pengangguran, tidak siap untuk menjadi warga negera yang bertanggung jawab
dan produktif, sehingga menjadi beban keluarga, masyarakat, bangsa dan negara
serta akhirnya mendorong terjadinya instabilitas nasional, baik dalam bidang
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Kondisi
tersebut, permasalahan pokoknya adalah para siswa yang merupakan produk
sistem pendidikan yang diselenggarakan tidak berfokus pada mutu.
Pendidikan yang berfokus pada mutu menurut konsep Juran adalah bahwa
dasar misi mutu sebuah sekolah mengembangkan program dan layanan yang
memenuhi kebutuhan pengguna seperti siswa dan masyarakat. Masyarakat
dimaksud adalah secara luas sebagai pengguna lulusan, yaitu dunia usaha,
lembaga pendidikan lanjut, pemerintah dan masyarakat luas, termasuk
menciptakan usaha sendiri oleh lulusan.
Menurut Crosby mutu adalah sesuai yang disyaratkan atau distandarkan
(Conformance to requirement), yaitu sesuai dengan standar mutu yang telah
ditentukan, baik inputnya, prosesnya maupun outputnya. Oleh karena itu, mutu
pendidikan yang diselenggarakan sekolah dituntut untuk memiliki baku.standar
mutu pendidikan. Mutu dalam konsep Deming adalah kesesuaian dengan
kebutuhan pasar. Dalam konsep Deming, pendidikan yang bermutu adalah
pendidikan yang dapat menghasilkan keluaran, baik pelayanan dan lulusan yang
sesuai kebutuhan atau harapan pelanggan (pasar)nya. Sedangkan Fiegenbaum
mengartikan mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer
satisfaction). Dalam pengertian ini, maka yang dikatakan sekolah bermutu adalah
sekolah yang dapat meuaskan pelanggannya, baik pelanggan internal maupun
eksternal.
Mutu menurut Carvin, sebagaimana dikutip oleh Nasution, adalah suatu
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses
dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau
konsumen. Selera atau harapan pelanggan pada suatu produk selalu berubah,
sehingga kualitas produk juga harus berubah atau disesuaikan. Dengan perubahan
mutu produk tersebut, diperlukan perubahan atau peningkatan keterampilan
tenaga kerja, perubahan proses produksi dan tugas, serta perubahan lingkungan
organaisasi agar produk dapat memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
Pada tulisan ini akan dipaparkan bagaimana peningkatan mutu terpadu
sekolah agar dapat mewujudkan lulusan sesuai harapan para lulusan, orang tua,
pendidikan lanjut, pemerintah dan dunia usaha serta masyarakat secara luas.
Pembahasan dalam tulisan ini dimulai uraian tentang sekolah bermutu terpadu,
kepemimpinan sekolah bermutu terpadu, kriteria penghargaan bagi sekolah
bermutu terpadu, manajemen mutu terpadu dalam pendidikan, penerapan prinsip
mutu dalam pendidikan, mengorganisasikan mutu, membentuk satuan tugas mutu,
pemecahan masalah, biaya mutu, perbaikan berkesinambungan dan kesimpulan.
Sekolah Bermutu Terpadu
Manajemen Mutu Terpadu merupakan metodologi yang jika diterapkan
secara tepat dapat membantu para pengelola atau penyelenggara pendidikan di
lembaga pendidikan termasuk sekolah dalam mewujudkan penyelenggaraan
pendidikan dan lulusan yang dapat memenuhi atau melebihi keinginan atau
harapan para stakeholder-nya.
Manajemen Mutu Terpadu yang sering disebut dengan TQM (Total
Quality Management) oleh Fandy diartikan suatu pendekatan dalam menjalankan
usaha yang berusaha memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan
terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka penyelenggaraan pendidikan dengan
manajemen mutu terpadu adalah menyelenggarakan pendidikan dengan
mengadakan perbaikan berkelanjutan, baik produk lulusannya, penyelenggaraan
atau layanannya, sumber daya manusia (SDM) yang memberikan layanan, yaitu
kepala sekolah, para guru dan staf, proses layanan pembelajarannya dan
lingkungannya.
Proses menuju sekolah bermutu terpadu, maka kepala sekolah, komite
sekolah, para guru, staf, siswa dan komunitas sekolah harus memiliki obsesi dan
komitmen terhadap mutu, yaitu pendidikan yang bermutu. Memiliki visi dan misi
mutu yang difokuskan pada pemenuhan kebutuhan dan harapan para
pelanggannya, baik pelanggan internal, seperti guru dan staf, maupun pelanggan
eksternal seperti siswa, orang tua siswa, masyarakat, pemerintah, pendidikan
lanjut dan dunia usaha.
Oleh karena itu, upaya mewujudkan sekolah yang bermutu terpadu
dituntut untuk berfokus kepada pelanggannya, adanya keterlibatan total semua
warga sekolah, adanya ukuran baku mutu pendidikan, memandang pendidikan
sebagai sistem dan mengadakan perbaikan mutu pendidikan berkesinambungan.
Berfokus kepada pelanggannya.
Pelanggan lembaga pendidikan/sekolah terdiri dari pelanggan eksternal
dan internal. Pelanggan eksternal utama sekolah adalah siswa dan sekaligus
sebagai input utama (main input) yang akan diproses menjadi lulusan. Pelanggan
eksternal kedua dan seterusnya adalah orang tua, dunia usaha, pemerintah dan
pendidikan lebih lanjut. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa
sekolah yang berumutu adalah sekolah yang dapat memenuhi atau melebihi
keinginan, harapan dan kebutuhan pelangannya.
Menurut Goetsch dan Davis pelanggan internal maupun eksternal
merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa
yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar
dalam menentukan kualitas tenaga kerja, proses dan lingkungan yang
berhubungan dengan produk atau jasa. Oleh karena itu, dalam pendirian dan
penyelenggaraan sekolah harus didahului dengan mengadakan penelitian dan
bertanya kepada masyarakat luas, jenis, jenjang pendidikan dan program
studi/jurusan apa yang dibutuhkan pada suatu daerah tertentu. Dengan
penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, maka tidak akan
terjadi lulusan yang tidak diterima di masyarakat. Semua lulusan dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang sesuai dengan keinginannya,
dapat diterima di dunia usaha atau dapat menciptakan pekerjaan sendiri serta
dapat memperoleh penghasilan sesuai kebutuhan hidupnya. Jika semua lembaga
pendidikan/sekolah telah mampu menyelenggaragan pendidikan seperti demikian
hasilnya, maka akan terjadi stabilitas nasional baik dalam bidang ideologi, politik,
sosial, budaya, pertahanan dan keamanan.
Untuk mewujudkan pendidikan yang dapat memuaskan pelanggan
eksternal seperti tersebut di atas, maka kepala sekolah terlebih dahulu harus
memuaskan pelanggan internalnya, yaitu para guru, pustakawan, laboran, tenaga
administrasi, tenaga keamanan dan tenaga kebersihan. Para personil yang
merupakan pelanggan internal inilah merupakan pihak penentu dalam
mewujudkan sekolah yang bermutu. Guru adalah pelaksana kegiatan inti (core
business) sekolah yaitu proses pembelajaran yanag akan menentukan kualitas
lulusannya. Pustakawan adalah SDM/personil yang memberikan layanan sumber
pembelajaran tekstual untuk mendukung kegiatan akademik/pembelajaran.
Laboran adalah personil/SDM yang mendukung kegiatan akademik/embelajaran
siswa pada skala laboratorium sebagai kelanjutan atau membuktikan berbagai
teori yang telah dipelajari melalui pembelajaran literatur. Tenaga administrasi
adalah kegiatan pendukung, agar kegiatan akademik/pembelajaran di sekolah,
baik administrasi akademik maupun administrasi non akademik dapat berjalan
dengan baik. Tenaga kebersihan sebagai personil/SDM sekolah yang mendukung
agar suasana sekolah tetap asri dan proses pembelajaran dapat berjalan dengan
lancar. Dan tenaga keamanan bertanggung jawab untuk menciptakan suasana
sekolah agar tetap aman dan terkendali.
Kepuasan pelanggan internal sekolah pada dasarnya adalah jika mereka
dapat bekerja atau menjalankan tugas dengan dukungan fasilitas, sarana dan
prasarana yang memadai, mendapatkan kompensasi yang layak atas kinerja yang
telah diberikan, baik dalam bentuk finansial, material maupun non material serta
kesejahteraan secara luas. Sebagai wujud atau bukti adanya kepuasan pelanggan
internal sekolah adalah para guru, tenaga admnistrasi, pustakawan, laboran, tenaga
kebersihan dan kemanan menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, sesuai
sistem, prosedur dan tata kerja yang telah ditentukan. Dengan adanya kepuasan
pelanggan internal ini diharapkan mereka dapat memuwujudkan kepuasan
terhadap pelanggan eksternal sekolah.
Adanya keterlibatan total semua warga sekolah.
Keterlibatan total semua warga sekolah berarti sekolah dalam hal ini
kepala sekolah menyusun organisasi, menganlisis jabatan dan pekerjaan,
menyusun uraian tugas, menempatkan orang sesuai latar belakang pendidikan dan
keahliannya serta sesuai dengan beban tugas dan pekerjaannya secara merata.
Semua warga sekolah diberikan tugas dan fungsi sesuai keahliannya, sesuai bakat
dan minatnya. Sebesar atau sekecil apapun, semua warga sekolah harus dilibatkan,
diberikan tugas, peran dan fungsi dalam peningkatan mutu sekolah, mulai dari
kepala sekolah itu sendiri, komite sekolah, para guru, staf tata usaha, pustakawan,
laboran, siswa dan orang tua.
Pelibatan semua warga sekolah itu harus berlangsung mulai dari planning,
organizing, staffing, directing, commanding, coordinating, communicating,
budgeting, leading, motivating, compensating dan sampai kepada controlling.
Dengan pelibatan tersebut, maka mereka akan menjalankan tugas, peran dan
fungsi serta pekerjaannya dengan penuh tanggung jawab dan penuh komitmen.
Pelibatan semua warga sekolah menurut Goetsch dan Davis sebagaimana di kutip
oleh Ariani adalah merupakan bentuk pemberian kepuasan kepada pelangan
internal agar mereka mau dan mampu memberikan layanan pendidikan yang
memuaskan bagi pelangan eksternalnya. Pelibatan warga sekolah itu dalam
seluruh proses atau kegiatan.
Bentuk-bentuk keterlibatan guru dan karyawan sekolah dalam peningkatan
mutu sekolah dapat berupa saran, baik secara pribadi maupun kelompok, baik atas
permintaan pimpinan ataupun atas inisiatif sendiri, dibentuknya tim pemecahan
masalah baik atas inisiatif kelompok maupun atas permintaan pimpinan,
terbentuknya komite perbaikan mutu sekolah secara berkesinambungan,
terbentuknya gugus kendali mutu sekolah dan terbentuknya kelompok-kelompok
kerja dalam peningkatan mutu sekolah. Keberhasilan pemberdayaan guru dan
karyawan pada suatu sekolah ditandai bahwa pekerjaan mereka milik mereka
sendiri, meraka bekerja, menjalankan tugas dan fungsinya secara bertanggung
jawab, mereka memahami betul posisi mereka berada dan mereka memiliki
pengendalian atas pekerjaan mereka.
Adanya ukuran baku mutu pendidikan.
Ukuran mutu menurut kriteria mutu Baldrige berfokus pada 7 area topik
yang secara integral dan dinamis saling berhubungan, yaitu leadership,
information and analysis, strategic quality planning, human resource
management, quality assurance product of product and services, quality result
and customer satisfaction. Dari 7 area topik ukuran kualitas di atas, jika diukur
dengan Kriteria Baldrige Award maka perbaikan sistem manajemen kualitas
adalah sebagai berikut :
1. Kepemimpinan :
a. Kepala sekolah memiliki pernyataan kebijakan kualitas
b. Guru dan staf serta seluruh warga sekolah mengetahui sasaran kualitas
jangka panjang sekolah
c. Kepala sekolah terlibat secara penuh dalam pengembangan kultur kualitas
sekolah
d. Kepala sekolah memiliki pelatihan yang tepat tentang konsep-konsep
kualitas
e. Kepala sekolah mempraktikkan konsep-konsep kualitas yang diajarkan
f. Kebijakan kuaitas berlandaskan pada kebutuhan untuk perbaikan terus
menerus
g. Tanggung jawab perbaikan kualitas telah secara jelas dikomunikasikan
kepada seluruh warga sekolah
h. Komite kualitas sekolah mengkoordinasikan berbagai unit-unit sekolah
i. Masyarakat mengetahui sasaran kualitas sekolah
j. Kepala sekolah membrikan sumber daya yang cukup dan tepat untuk
perbaikan kualitas
2. Analisis dan Informasi :
a. Kepala sekolah melaporkan data tentang semua dimensi penting dari
kualitas pelanggan sekolah
b. Guru dan karyawan melaporkan data tentang semua dimensi pelayanan
yang penting
c. Data kualitas dilaporkan kepada semua unit-unit sekolah
d. Data tentang pelatihan manajemen kualitas dikumpulkan oleh tata usaha
e. Kepala sekolah menganalisis data tentang pandangan masyarakat terhadap
kualitas sekolah
f. Kepala sekolah menganalisis biaya yang tidak efisien
g. Kepala sekolah mengidentifikasi kendala-kendala dalam mewujudkan
kulialitas sekolah
3. Perencanaan Kualitas Strategis :
a. Kepala sekolah menggunakan data kompetitif dari sekolah lain ketika
mengembangkan sasaran kualitas
b. Kepala sekolah memiliki rencana operasional tahunan yang
menggambarkan sasaran kualitas
c. Guru dan karyawan dilibatkan dalam perencanaan kualitas
d. Pimpinan unit-unit/komponen sekolah berusaha untuk mencapai sasaran
kualitas
e. Fungsi kualitas merupakan bagian rencana kegiatan sekolah
f. Kepala sekolah memiliki metode spesifik untuk memantau kemajuan
menuju perbaikan kualitas sekolah
g. Terdapat rencana kualitas yang mempengaruhi semua unit sekolah
h. Kepala sekolah memiliki rencana kualitas untuk masukan
4. Pengembangan Sumber Daya Manusia :
a. Kepala sekolah memiliki rencana peluang bagi guru dan karyawan dalam
perbaikan kualitas
b. Kriteria kualitas digunakan dalam evaluasi performa SDM sekolah
c. Sasaran kualitas dikomunikasikan kepada semua guru dan staf
d. Guru dan karyawan percaya dan secara terus menerus memberikan
layanan terbaik
e. Semua guru dan kaeyawan dilatih tentang konsep perbaikan kualitas
f. Kepala sekolah memberikan kompensasi/imbalan atas jasa guru/karyawan
untuk usaha perbaikan kualitas mereka
g. Kepala sekolah mengumpulkan data tentang moral guru dan karyawan
5. Manajemen Kualitas Proses :
a. Ekspektasi kualitas dari pelanggan didefinisikan secara jelas
b. Kebutuhan pelanggan ditransformasikan ke dalam proses perencanaan
untuk perbaaikan kualitas
c. Terdapat sistem yang efektif untuk memproses informasi tentang
ekspektasi pelanggan
d. Kepala sekolah melakukan audit sistem manajemen kualitas
e. Kepala sekolah bekerjasama dengan stakeholder untuk meningkatkan
kualitas
f. Unit-unit pendukung sekolah mendifinissikan sasaran kuaalitas
g. Kepala sekolah menyimpan dan mempertahankan dokumen-dokumen
kualitas yang baru (tidak usang)
h. Terdapat sistem efektif untuk mengkomunikasikan ide-ide kualitas kepada
kepala sekolah
6. Hasil-hasil Kualitas :
a. Sekolah sekolah merupakan satu di antara tiga sekolah terbaik dalam
lingkup kepuasan pelanggan
b. Kepala sekolah menunjukkan perbaikan kualitas terus menerus selama
tiga tahun terakhir
c. Kepala sekolah dapat mendemonstrasikan perbaikan kualitas melalui unit-
unit pendukung
d. Kepala sekolah dapat mendemonstrasikan perbaikan kualitas melalui
stakeholder
e. Terdapat penurunan terus menerus keluhan pelanggan dalam waktu tiga
tahun terakhir
7. Kepuasan Pelanggan :
a. Kepala sekolah dapat menunjukkan bahwa pelanggan puas atas barang
dan/aatau jasa yang diberikan
b. Kepala sekolah melaporkan data kepuasan pelaanggan
c. Kepala sekolah dapat menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pelanggan
meningkat terus menerus dalam waktu tiga tahun terakhir
d. Kepala sekolah dapat menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pelanggan
sekolah yang dipimpinnya lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah
pesaingnya
e. Terdapat suatu proses efektif untuk menangani keluhan pelanggan
f. Definisi pekerjaan pendukung guru dan karyawan untuk secara tepat
menyesaikan keluhan-keluhan pelanggan
g. Kepala sekolah menggunakan pendekatan inovatif untuk menilai
kepuasan pelanggan.
Pengukuran tersebut dapat digunakan skala Likert dengan rentang angka 1
= sangat tidak setuju, 4 = netral dan 7 = sangat setuju.
Memandang pendidikan sebagai sistem.
Pendidikan sebagai sistem di suatu sekolah merupakan suatu keseluruhan
yang utuh yang terdiri dari subsistem-subsistem yang saling berhubungan, saling
terkait, saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya dalam mencapai
tujuan pendidikan. Pendidikan sebagai sistem di suatu sekolah/lembaga
pendidikan sub-sub sistemnya adalah kurikulum dan pembalajaran, organisasi dan
kelembagaan, manajemen dan administrasi, keteganaan, peserta didik,
pembiayaan, sarana dan prasarana, peran serta masyarakat dan iklim/budaya
sekolah.
Kesempilan komponen atau subsistem dalam lembaga pendidikan tersebut
tidak dapat dipisahkan, kesemuanya saling terkait, saling tergantung dan saling
mempengaruhi. Tercapainya kurikulum dan suksesnya proses pembelajaran
sangat terkit, tergantung dan dipengaruhi oleh 8 unsur/komponen/subsistem yang
lainnya. Organisasi/lembaga sekolah akan dapat berdiri tegak jika, kurikulum dan
pembalajaran, manajemen dan administrasi, keteganaan, peserta didik,
pembiayaan, sarana dan prasarana, peran serta masyarakat dan iklim/budaya
sekolah semuanya ada dan berjalan dengan baik. Manajemen dan administrasi
pendidikan akan dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh 8 unsur
pendidikan lainnya. Ketenagaan akan dapat menjalankan tugasnya dengan baik,
jika didukung oleh 8 unsur pendidikan lainnya. Peserta didik akan dapat belajar
dengan baik, jika 8 unsur pendidikan itu ada dan berfungsi dengan baik. Demikian
pula pembiayaan, sarana dan prasarana, peran serta masyarakat dan pembentukan
budaya dan iklim sekolah yang mendukung semua mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh 8 unsur lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram
berikut :
Kurikulum
Dan Pembelajaran
Organisasi
dan Kelembagaan
Administrasi
Dan
Manajemen
Peserta Didik
Ketenagaan
Pembiayaan
Sarana
dan Prasarana
Peranserta Masyarakat
Iklim/Budaya Sekolah
SEKOLAH SEBAGAI SISTEM PENDIDIKAN
Mengadakan perbaikan mutu pendidikan berkesinambungan.
Perbaikan mutu berkesinambungan adalah ciri manajemen mutu terpadu.
Oleh karena itu, sekolah bermutu terpadu dituntut untuk terus mengadakan
perbaikan mutu pendidikan secara berkelanjutan atau berkesinambungan. Jika
perbaikan mutu pendidikan berkesinambungan itu mengacu kepada Siklus
Deming (Deming Cycle), maka tahapannya adalah :
1. Mengadakan riset pelanggan dan menggunakan hasilnya untuk perencanaan
produk pendidikan (plan)
2. Menghasilkan produk pendidikan melalui proses pembelajaran (do)
3. Memeriksa produk pendidikan melalui evaluasi pendidikan/evaluasi
pembelajaran, apakah hasilnya sesuai rencana atau belum (check)
4. Memasarkan produk pendidikan dan menyerahkan lulusannya kepada orang
tua atau masyarakat, pendidikan lajut, pemerintah dan dunia usaha (action)
5. Menganalisis bagaimana produk tersebut diterima di pasar, baik baik pada
pendidikan lajut ataupun di dunia usaha dalam hal kualitas, biaya dan kriteria
lainnya (analyze).
Tuntutan peningkatan mutu suatu produk atau layanan jasa termasuk
pendidikan oleh pelanggan terus terus menerus berkembang dan meningkat dari
waktu ke waktu, dari tahun ke tahun dan dari jaman ke jaman. Masyarakat
semakin cerdas dalam memilih lembaga pendidikan, mereka dapat membedakan
lembaga pendidikan/sekolah yang berkualitas dan kurang berkualitas. Oleh karena
itu, penyelenggara/pengelola sekolah/madrasah atau lembaga pendidikan tidak
bisa menyelenggarakan pendidikan asal jadi dan statis tanpa perbaikan
berkesinambungan memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
Penyelenggaraan lembaga pendidikan pada sekolah ataupun madrasah
dituntut untuk memenuhi atau melebihi kebutuhan atau keinginan pelanggannya,
melibatkan secara total semua komponen sekolah, mengadakan pengukuran dan
evaluasi diri terhadap kemaajuan lembaga pendidikan yang dikelalolanya,
peningkatan atau perbaikan mutu pendidikan yang diselenggarakannya secara
menyeluruh terhadap semua komponen/susb-subsistem lembaga pendidikan dan
mengadakan berbaikan mutu pendidikan secara berkesinambungan untuk
menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan jaman dan memenuhi atau melebihi
harapan, keinginan dan kebutuhan pelanggannya.
Kepemimpinan Sekolah Bermutu Terpadu
Kepemimpinan pada dasarnya adalah kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain sehingga orang tersebut mau melakukan suatu tindakan
untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan yang berlangsung pada lembaga
pendidikan adalah kepemimpinan pendidikan yang menurut Syafaruddin berarti
menjalankan proses kepemimpinan yang sifatnya mempengaruhi sumber daya
personil pendidikan (guru dan karyawan) agar melakukan tindakan bersama guna
mencapai tujuan pendidikan.
Dirawat menjelaskan kepemimpinan pendidikan sebagai suatu
kemampuan dan proses mempengaruhi, mengkoordnir dan menggerakkan orang-
rang lain yang ada hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan,
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan
dapat lebih efektif dab efesien di dalam pencapaian tujuan pendidikan dan
pengajaran.
Kepemimpinan pendidikan di sekolah dalam fungsinya sebagai
kepemimpinan manajerial adalah pengelola mutu, yang jika diadaptasi dari Trilogi
Juran adalah perencanaan mutu, pengembangan produk dan proses yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhaan pelanggan pendidikan. Pengendalian
mutu, yaitu mengevaluasi kinerja mutu riel dan membandingkannya dengan
tujuan mutu serta menyelesaikan masalah pendidikan yang ada di sekolah.
Terakhir adalah peningkatan mutu dengan membangun prasarana yang diperlukan
untuk penjaminan kegiatan peningkatan mutu pendidikan, membentuk tim
pelaksana kegiatan peningkatan mutu pendidikan dan memberikan sumber daya,
motivasi, dan pelatihan yang dibutuhkan oleh tim untuk mendiagnose
penyebabnya, menentukan alternatif pemecahannya dan mempertahankan kondisi
mutu pendidikan yang telah diraih.
Kepemimpinan sekolah bermutu terpadu menuntut adanya pemimpin
transformasional, yang jika diadaptasi dari Timpe diidentifikasikan dan
diasoasikan memiliki kemampuan penciptaan bayangan masa, yaitu memiliki
gambaran masa depan sekolah yang ideal dan sekolah yang efektif, yang dapat
memuaskan seluruh stakeholders. Mampu memobilisasi komitmen seluruh warga
sekolah untuk mewujudkan bayangan sekolah yang ideal dan efektif serta
memuaskan pelanggan tersebut menjadi sebuah kenyataan dan mampu
melembagakan perubahan, jika sekolah itu telah bermutu sesuai atau melebihi
keinginan, kebutuhan dan harapan pelanggannya.
Dalam mewujudkan sekolah yang bemutu terpadu membutuhkan
kepemimpinan sekolah efektif, yaitu yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran
dengan baik, lancar dan produktif
2. Dapat menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan
3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat, sehingga
dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan
sekolah dan pendidikan
4. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah
5. Mampu bekerja dengan tim manajemen sekolah
6. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan
ketentuan yang telah ditentukan.
Penerapan Prinsip Mutu Dalam Pendidikan
Penerapan prinsip-prinsip mutu dalam pendidikan sudah tidak dapat
dielakkan dan ditawar-tawar lagi oleh penyelenggara atau pengelola lembaga
pendidikan, baik sekolah maupun madrasah. Sebab penyelenggaraan pendidikan
yang bermutu di lembaga pendidikan sudah menjadi tuntutan mutlak dari seluruh
lapisan masyarakat, baik siswa, orang rua, masyarakat, pendidikan lanjut,
pemerintah dan dunia usaha.
Prinsip utama manajemen mutu terpadu dalam pendidikan yang
diadaptasi dari Hensler dan Brunell yang dikutip oleh Scheuing dan Christopher
adalah kepuasan pelanggan, respek terhadap setiap orang, manajemen berdasarkan
fakta dan perbaikan berkesinambungan. sebagai berikut :
Kepuasan pelanggan
Dalam dunia usaha, apapun usahanya termasuk usaha dalam jasa
pendidikan yaitu sekolah, agar sukses dalam usahanya maka harus memberikan
kepuasan kepada pelanggannya, baik pelanggan internal maupun pelanggan
eksternal. Pada saat ini masyarakat luas mencemooh atau mencibirkan kinerja
sekolah/lembaga pendidikan. Mereka yang putra atau putrinya lulus SD/MI dan
tidak dapat diterima di SMP/MTs yang favorit sesuai keinginannya, kemudian
mengecap bahwa sekolah asal anak mereka mutu atau kualitasnya jelek. Demikian
pula para orang tua yang putra/putrinya lulus SMP/MTs, kemudian mereka tidak
dapat diterima pada SMA/MA yang favorit sesuai keinginan mereka memberikan
label sekolah asal anaknya buruk mutunya dan orang tua yang anak mereka lulus
SMA atau Madrasah Aliyah kemuadian melanjutkan ke perguruan tinggi dan jika
tidak berhasil masuk perguruan tinggi/universitas sesuai keinginannya, mereka
mencela bahwa SMA atau MA asal sekolah anak adalah jelek.
Untuk memperbaiki citra atau image sekolah yang buruk di kalangan
masyarakat, maka mau atau tidak mau, pihak sekolah harus terus meningkatkan
pengelolaan atau penyelenggaraan pendidikan di sekolah agar dapat terus
berusaha memenuhi/melebihi keinginan/harapan/kebutuhan pelanggan atau
stakeholder sekolah atau lembaga pendidikan yang dikelolanya. Dengan proses
pelayanan atau penyelenggaraan pendidikan yang baik sesuai keinginan
pelanggannya dan lulusannya dapat diterima di lembaga pendidikan yang
diinginkan dan atau segera dapat diterima di dunia usaha atau dapat menciptakan
lapangan pekerjaan sendiri dengan penghasilan yang memadai, maka masyarakat
atau stakeholder akan merasa puas. Inilah harapan masyarakat stakeholder
pendidikan terhadap sekolah/lembaga pendidikan kita semua.
Respek terhadap setiap orang
Setiap orang di manapun berada, termasuk di sekolah perlu perhatian
(care), saling menghormati, saling memaafkan dan saling menghargai, baik
kepala sekolah terhadap guru dan karyawan dan sebaliknya, antara sesama guru
dengan karyawan dan sebaliknya, antara kepala sekolah, para guru dan karyawan
dengan peserta didik serta warga sekolah dengan seluruh stakeholder serta setiap
orang yang hadir membutuhkan layanan pendidikan di sekolah tersebut.
Di sekolah harus diciptakan iklim atau budaya organisasi saling respek
terhadap semua orang, saling menghargai antara tugas dan fungsi orang lain,
saling menghormati pekerjaan ataupun jabatan orang lain, saling memaafkan jika
terjadi kesalahan, saling menyayangi atau mencintai. Suasana yang demikian,
akan sangat mendukung lancarnya proses pembelajaran sebagai kegiatan utama
sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.
Manajemen berdasarkan fakta
Penyelenggaraan sekolah dengan manajemen mutu terpadu, mulai dari
perencanaan mutu pendidikan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian
sekolah, penempatan personil sekolah, proses kepemimpinan sekolah, yaitu
leading, directing, commanding, coordinating, commnucating, pemberian imbalan
(compensating) dan pengawasan (controlling) terhadap kegiatan pendidikan di
sekolah harus berdasarkan fakta, data dan informasi yang benar dan akurat.
Dengan data yang akurat dan informasi yang benar semua hal yang
berkaitan dengan peningkatan mutu sekolah, mulai dari peningkatan mutu
kurikulum dan pembelajaran, administrasi dan manajemen, organisasi dan
kelembagaan, ketenagaan, peserta didik, pembiayaan, sarana dan prasarana,
peranserta masyarakat dan peningkatan mutu budaya atau iklim sekolah, maka
akan memudahkan bagi pimpinan sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan
di sekolah tersebut, mulai dari perencanaan mutu pendidikan, pengorganisasian
peningkatan mutu pendidikan sampai dengan pengawasan kegiatan peningkatan
mutu pendidikan di sekolah itu.
Perbaikan berkesinambungan
Prinsip perbaikan mutu berkesinambungan dalam manajemen mutu
terpadu sangat tepat diterapkan di dalam peningkatan mutu pendidikan. Tuntutan
peningkatan mutu pendidikan terus mengalir dan terus mengalami peningkatan,
baik dari siswa, orang tua, masyarakat, pemerintah maupun dunia usaha. Oleh
karena itu, peningkatan mutu pendidikan tidak dapat hanya dilakukan pada saat-
saat tertentu saja kemudian berhenti tidak berkesinambungan atau berkelanjutan.
Banyak sekolah yang telah pernah berprestasi dan dianggap baik atau
bermutu pada suatu weaktu, namun sekolah tersebut tidak melakukan perbaikan
berkesinambungan sesuai tuntutan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Di sisi lain banyak bermunculan sekolah baru yang tampaknya
lebih mampu memenuhi harapan masyarakat, baik dari mutu kurikulum dan
pembelajaran, administrasi dan manajemen, organisasi dan kelembagaan,
ketenagaan, peserta didik, pembiayaan, sarana dan prasarana, peranserta
masyarakat dan mutu budaya atau iklim sekolah.
Kondisi tersebut, membuat sekolah yang tidak mau dan tidak mampu
memperbaiki dan meningkatkan mutunya, baik mutu masukannya, mutu
manajemen layanannnya, mutu proses pembelajarannya sampai pada mutu
lulusannya, maka lembaga pendidikan tersebut tidak akan mendapatkan tempat di
hati masyarakat, tidak ada orang tua yang memasukkan putra/putrinya kesekolah
tersebut. Akhiurnya, sekolah tersebut hidup susah matipun tak mau. Oleh karena
itu, prinsip perbaikan mutu berkesinambungan pada setiap lembaga
pendidikan/sekolah mutlak untuk diterapkan, sehingga sekolah tersebut mampu
memenunhi/melebihi harapan dan kebutuhan masyarakat.
Siklus Peningkatan Mutu Pendidikan
Siklus peningkatan mutu pendidikan yang dibahas di bawah ini merupakan
proses yang dirancang untuk membantu mengimplementasikan mutu di sekolah.
Dengan mengikuti langkah-langkah yang merupakan siklus sebagai upaya
perbaikan mutu pendidikan di sekolah, maka diharapkan lembaga pendidikan
tersebut dapat mewujudkan pendidikan yang berkualitas sesuai kebutuhan dan
harapan para stakeholder atau pelanggannya. Berikut ini dijelaskan siklus atau
langkah-langkah peningkatan mutu pendidikan di sekolah :
1. Penyusunan Rencana Strategis Peningkatan Mutu
Penyusunan rencana strategis peningkatan mutu pendidikan di sekolah
dimulai dengan mengidentifikasi pelanggan, mengidentifikasi kebutuhan
pelanggan, mengidentifikasi kebutuhan proses, menentukan kriteria sukses,
menentukan tujuan dan sasaran peningkatan mutu pendidikan.
2. Mengomunikasi Rencana Strategis Peningkatan Mutu
Setelah rencana strategis peningkatan mutu pendidikan di sekolah tersebut
disusun, kemudian dikomunikasikan atau disosialisasikan kepada semua
semua pihak yang terlibat. Mengomunikasikan rencana strategis tersebut
diawali dengan menyampaikan tujuan dan sasaran, cakupan informasi,
menghimpun berbagai gagasan untuk merealisasikan rencana strategis,
menyampaikan rencarna strategis tersebut melalui berbagai media, konferensi,
seminar, rapat dan berbagai publikasi lainnya.
3. Pengukuran Program Yang Telah Dilaksanakan
Pengukuran program yang telah dilaksanakan sangat penting sebagai
landasan untuk pembuatan program ke depan. Kegiatan ini dimulai dengan
mengukur proses , program sosial, program kegiatan pembelajaran, program
manajemen sekolah dan program pelatihan yang ada.
4. Mengelola Konflik
Konflik yang terlalu besar akan membahayakan organisasi dan organisasi
tanpa konflik akan terjadi stagnan. Oleh karena itu, agar organisasi sekolah
dapat menyelenggarakan pendidikan dengan baik konflik perlu distimulir dan
dikelola dengan baik, sehingga terjadi persaingan yang positif dalam
peningkatan mutu pendidikan di sekolah tersebut. Namun jika konflik itu
semakin basar dan tidak dapat dikendalilan, akan mengancam stabilitas
sekolah. Dengan demikian pimpinan sekolah harus mampu mengelola dan
memlihara konflik agar tetap moderat, mewujudkan persaingan positif dan
akhirnya proses peningkatan mutu sekolah dapat berhasil dengan baik.
Untuk mengelola konflik yang konstruktif, kepuasan lebih besar lebih
besar lewat kekuasaan non-koersif, pengakuan adanya masalah dan
pemahaman atas penyebabnya dan pemecahan masalah secara kolaboratif.
5. Seleksi Program
Program peningkatan mutu di sekolah harus diseleksi dan dibedakan
antara keinginan dan kebutuhan. Seleksi progam sangat penting untuk melihat
mana kegiatan yang merupakan kebutuhan mendesak dan harus segera
dilaksanakan dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan. Seleksi
program dan penentukan kegiatan peningkatan mutu pendidikan dilakukan
dengan memperhatikan kemampuan dukungan berbagai sumber daya yang
dimiliki sekolah yang bersangkutan, sehingga program tersebut dapat
terlaksana dan berhasil dengan baik.
Dalam menyeleksi dan menentukan fokus program peningkatan mutu
pendidikan dilakukan oleh tim terpilih yang memahami betul tentang
peningkatan mutu pendidikan, mengembangkan proses pengukuran, sehingga
program tersebut terukur dengan tepat dan mengembangkan umpan balik
untuk proses perbaikan program.
6. Implementasi Program
Bagus atau tidaknya suatu program termasuk program peningkatan mutu
pendidikan akan diuji lewat implementasi. Oleh karena itu, implementasinya
harus tepat dan mantap dengan melibatkan partisipasi tim dan semua
kelompok, melalui proses pelatihan dan arahan, memilih dan menggunakan
jalur program yang tepat, memilih resolusi masalah yang tepat dan melakukan
komunikasi yang efektif dan persuasif.
7. Penilaian Pencapaian Program
Pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan di sekolah harus
dinilai. Penilaian ini dilakukan untuk mengukur hasil dan mutu program yang
telah dicapai, untuk memodifikasi program, unuk mendapatkan dokumen
proses dan standar, untuk melihat pola dan proses komunikasi di sekolah
tersebut dan menganalisis biaya dibandingkan mafaat yang diperoleh atau
analisis efektivitas, efesiensi dan produktivitas program yang telah
dilaksanakan.
8. Standarisasi Peningkatan Mutu Pendidikan
Berdasarkan hasil penilaian program peningakatan mutu pendidikan di
sekolah, maka dapat ditetapkan bahwa peningkatan mutu pendidikan di
sekolah itu dikatakan berhasil jika :
a. Kepercayaan masyarakat terhadap proses dan hasil pendidikan di sekolah
tersebut meningkat;
b. Keterbukaan informasi tentang sekolah tersebut dalam proses peningkatan
mutu pendidikan meningkat;
c. Mutu kinerja sekolah yang bersangkutan meningkat;
d. Terjadinya komitmen semua pihak dalam menjalankan tugas dan
fungsinya;
e. Terjadinya perbaikan berkesinambungan.
Membentuk Satuan Tugas Mutu
Pemecahan Masalah
Biaya Mutu
Perbaikan Berkesinambungan
Kesimpulan
, Jerome S., Quality in Education : An Implementation Handbook, Alih Bahasa : Yosal Iriantara, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cetakan I, 2005, hal. 8.
Crosby, Philip B., Quality is Free, New York : New American Library, 1979, hal. 58.
Deming, W. Edward, Out of Crisis, Cambridge : Massachussets Institute of Technologi, 1986, hal. 176.
Fiegenbaum, Armand V, Total Quality Control, 3rd Edition, 1991, hal. 7.
Nasution, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), Jakarta : Ghalia Indonesia, 2001, hal. 16.
Fandy, Tjiptono, Total Quality Management, Yogyakarta : Andi Offset, 1995, hal. 4.
Goetsch and Davis, Introduction to Total Quality, Englewood Cliffts : Prentice-Hall Inc., 1994, hal. 14.
Ariani, Dorothea Wahyu, Manajemen Kualitas Pendekatan Kualitatif, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003 hal. 35.
Ariani, Dorothea Wahyu, Manajemen Kualitas, Yogyakarta : Universitas Atma Jaya, 1999, hal. 35.
Gasperssz, Vincent, Manajemen Kualitas Dalam Industri Jasa, Jakarta : Yayasan Indonesia Emas Institut Vincent dan PT Gramedia Pustaka Utama, 2002, hal. 89.
Hunt, Daniel V., Managing for Quality, Illionis : Business one Irwin Homewood, 1993, hal. 178.
Bounds, G., Beyond Total Quality Management Toward The Emeging Paradigm. New York : McGrow Hill Inc., 1994, hal. 54.
Syafruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Ciputat : Ciputat Press, 2005, hal. 160.
Dirawat, dkk., Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional, 1986, hal. 33.
Juran, J. M., Juran on Leadership for Quality, USA : Juran Institute, Inc., 1989, hal. 23-24.
Timpe, A. Dale, The Art and Science of Business Management Leadership, New York : Kend Publishing, Inv, 1987, hal. 342-344.
Mulyasa, E., Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi, Bandung : PT Remaja Rosyda Karya, 2003, hal. 126.
Scheuning and Christipher, The Customer Service Planner, Oxford : Butterworth Heinemann, 1993, hal. 165-166.