TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN...
Transcript of TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN...
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 1
LATAR BELAKANG
Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 dikatakan bahwa
pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan hal penting dalam mencapai tujuan
pendidikan nasional. Peraturan Pemerintah No.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang
menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional terdapat pada Bab VII Pasal
42. Dengan adanya undang-undang tersebut, kebutuhan sarana dan prasarana seharusnya terpenuhi
dengan baik. Namun, jika melihat kondisi saat ini, sarana dan prasarana banyak yang tidak sesuai
standar atau tidak layak pakai. Padahal, kualitas suatu sekolah juga ditentukan dari kelengkapan
sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah tersebut.
Prinsip penyelenggaraan pendidikan adalah:
1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa.
2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan
multimakna.
3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik yang berlangsung sepanjang hayat.
4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat.
6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui
peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Pendidikan terbagi menjadi pendidikan formal, non-formal dan informal. Pendidikan formal adalah
suatu sistem pendidikan yang tersusun, terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan non-formal adalah pendidikan “di luar
sistem pendidikan formal”, sedangkan pendidikan informal adalah pendidikan dari dalam keluarga
atau tetangga terdekat.
Berdasarkan tujuan dan metodologi pengajaran, pendidikan juga dikategorikan sebagai pendidikan
konvensional, kejuruan, akademis, keahlian, keagamaan, usia dini, jarak jauh dan khusus.
Pendidikan dasar terdiri atas (a) sekolah dasar/SD dan Madrasah Ibtidaiyah/MI, (b) sekolah
menengah pertama/SMP dan madrasah tsanawiyah/ MTs, (c) atau sekolah lain yang sejajar.
Pendidikan menengah adalah pendidikan lanjutan dari pendidikan dasar dan terdiri atas (a) Sekolah
Menengah Atas/SMA dan Madrasah Aliyah/MA, (b) Sekolah Menengah Kejuruan/SMK dan
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan (c) sekolah lainnya yang sejajar.
Pemangku kepetingan yang terlibat di sektor pendidikan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 2
Pemangku Kepentingan Penyelenggaraan Pendidikan Dasar
Pemangku Kepentingan Deskripsi Pembiayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
perumusan kebijakan nasional untuk pendidikan dasar dan menengah di Indonesia
APBN
Kementerian Agama (Direktorat Jenderal Pendidikan Islam)
perumusan kebijakan untuk Madrasah APBN
Pemerintah Provinsi bertanggung jawab dalam penyelenggaraan Sekolah Menegah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan sekolah lainnya yang sejajar
APBN dan APBD Provinsi
Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan Sekolah Dasar
APBN, APBD Kabupaten/Kota
Dewan Pendidikan memperbaiki kualitas layanan pendidikan di Indonesia, dengan memberikan konseling dan petunjuk terhadap sarana/sumber daya manusia, dan lain-lain
Pemerintah, masyarakat dan sumber lainnya
Sekolah Swasta sekolah yang didirikan dan dijalankan oleh masyarakat (yayasan) dengan tujuan non-profit
Swasta
Satuan Pendidikan/Sekolah (Negeri)
menerapkan pengoperasian berbasis sekolah, yang berarti bahwa sekolah diharapkan memiliki independensi yang luas, termasuk dalam urusan pengelolaan dana
APBN, APBD
Komite Sekolah pemberian rekomendasi kepada sekolah
yang bersangkutan terkait dengan kebijakan dan program sekolah, rencana kerja/ anggaran tahunan sekolah, pengumpulan dana, mobilisasi sumber daya, dan mengawasi pengelolaan dan pelaksanaan sekolah
Mandiri
Peserta didik, orang tua, wali belajar dengan baik, mengerjakan tugas sekolah yang sudah diberikan kepadanya, disiplin dalam menjalani tata tertib sekolah
peserta didik, orang tua dan wali
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
pendidik dan tenaga kependidikan diangkat oleh sekolah yang bersangkutan secara langsung
APBD
Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Nomor 4 Tahun 2015
secara spesifik menyatakan bahwa infrastruktur fasilitas pendidikan, penelitian dan pengembangan
dapat dikerjasamakan dengan menggunakan model KPBU. Fasilitas pendidikan sebagaimana
didefinisikan di dalam Pasal 3 (poin n) Peraturan Menteri tersebut meliputi sarana pembelajaran,
laboratorium, pusat pelatihan, pusat penelitian/pusat kajian, sarana dan prasarana penelitian dan
pengembangan, inkubator bisnis, galeri pembelajaran, ruang praktik siswa, perpustakaan, dan/atau
fasilitas pendukung pembelajaran dan pelatihan.
Peraturan KPBU juga memperbolehkan penggabungan pengadaan aset di sektor yang berbeda, untuk
menyesuaikan dengan peraturan sektoral. Dengan itu, suatu proyek KPBU untuk pengadaan suatu
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 3
fasilitas pendidikan dapat termasuk pengadaan fasilitas komersial untuk meningkatkan kelayakan
proyek yang bersangkutan.
Dalam penyusunan tookit infrastruktur sekolah, akan dipilih Sekolah Menengah Kejuruan sebagai
contoh pelaksanaan skema KPBU untuk infrastruktur pendidikan dengan pertimbangan seperti
diuraikan di bawah ini.
Kondisi Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan saat ini mendapat perhatian khusus dari
pemerintah terutama terkait beberapa masalah yang dapat menghambat upaya pemerintah dalam
memperbanyak lulusan SMK berkompetensi tinggi dan berkarakter untuk menyiapkan
ketenagakerjaan yang siap bersaing di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) khususnya dan era
global umumnya. Presiden Republik Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun
2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan
Daya Saing Sumber Daya Manusia di Indonesia. Kebijakan dalam Inpres No. 9/2016 ini diharapkan
mampu mengatasi permasalahan- permasalahan yang terjadi di SMK saat ini baik dalam kualitas
pendidikan dan pelatihan dan kualitas lulusan SMK yang belum memiliki daya saing.
Jika dilihat dari kebutuhan tenaga kerja dibanding jumlah lulusan SMK di berbagai bidang keahlian,
terjadi ketimpangan yang cukup besar, kecuali untuk bidang keahlian bisnis dan manajemen, seperti
dapat dilihat pada tabel berikut :
Perbandingan Kebutuhan Tenaga Kerja dengan Lulusan SMK 2016
No Bidang Keahlian Lulusan SMK
2016
Peluang
Kebutuhan
Tenaga Kerja
Kelebihan/
Kekurangan
1 Teknologi dan Rekayasa 445.047 638.652 (193.605)
2 Teknologi Informasi dan Komunikasi 277.545 327.813 (50.268)
3 Kesehatan 60.944 68.245 (7.301)
4 Agribisnis dan Agroteknologi 52.319 445.792 (393.473)
5 Perikanan dan Kelautan 17.249 3.364.297 (3.347.048)
6 Bisnis dan manajemen 348.954 119.255 229.699
7 Pariwisata 82.171 707.600 (625.429)
8 Seni Rupa dan Kriya 10.017 81.833 (71.816)
9 Seni Pertunjukan 2.000 6.300 (4.300)
TOTAL 1.296.246 5.759.787 (4.463.541)
Sumber : Direktorat Pembinaan SMK, Kemendikbud, 2017
Adapun permasalahan dan tantangan yang terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan saat ini adalah:
a. Kurikulum SMK yang digunakan tidak selaras dengan kompetensi sesuai pengguna lulusan
(link and match) sehingga belum mampu memenuhi tuntutan dunia kerja, dunia industri dan
dunia usaha.
b. Kuantitas lulusan SMK yang tidak terserap di dunia usaha dan dunia industri cukup tinggi
disebabkan rendahnya kompetensi lulusan, ketidaksesuaian kompetensi yang dilatih di SMK
dengan kebutuhan perusahaan/ dunia industri/ dunia usaha dan kurangnya kesiapan mental
bekerja lulusan SMK.
c. Pendirian SMK kurang memperhatikan dan tidak mementingkan potensi, kebutuhan
keterampilan dan kearifan lokal di daerah masing-masing.
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 4
d. Kurangnya jumlah guru produktif SMK dan kurangnya kualitas guru produktif SMK serta
tidak semua program studi yang ada di SMK ada calon gurunya di Lembaga Pendidikan
Tenaga Keguruan (LPTK).
e. Kurangnya fasilitas sarana dan prasarana pendidikan, kurangnya fasilitas uji kompetensi dan
fasilitas sertifikasi SMK
f. Kurangnya partisipasi perusahaan, lembaga pemerintah, dunia usaha dan dunia industri
dalam pelaksanaan pendidikan sistem ganda yaitu terjalinnya sinergi antara SMK dan
industri.
Dengan melihat kondisi-kondisi seperti diuraikan diatas, maka penyelenggaraan Sekolah Menengah
Kejuruan melalui skema KPBU bisa menjadi salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas
lulusan SMK yang siap kerja melalui penyediaan fasilitas pendidikan, pelatihan, dan laboratorium
yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan di dunia kerja/usaha.
TUJUAN TOOLKIT KPBU
Sebagai amanat dari Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015, Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional telah menerbitkan Peraturan Menteri
PPN/Kepala Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Peraturan Menteri ini merupakan panduan
umum (guideline) bagi pelaksanaan KPBU. Dalam peraturan menteri ini telah disediakan tata cara
proses perencanaan, penyiapan dan transaksi proyek kerjasama. Panduan Umum tersebut bertujuan
untuk:
1. Memberikan pedoman bagi Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dan pemangku
kepentingan mengenai tata cara pelaksanaan KPBU dalam rangka mendorong partisipasi
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur; dan
2. Memberikan pedoman bagi Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah untuk mengatur tata
cara pelaksanaan KPBU sesuai dengan kewenangan masing-masing.
Sebagai pendukung panduan umum tersebut, diperlukan perangkat-perangkat (tools) untuk
memudahkan PJPK dalam mengimplementasikan pengaturan panduan umum tersebut menjadi
dokumen pra studi kelayakan. Perangkat tersebut dapat berupa toolkit atau petunjuk pelaksanaan
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha.
Toolkit (petunjuk pelaksanaan) Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Berbasis Website
diharapkan dapat:
1) Mempermudah para pemangku kepentingan dalam memahami Peraturan Menteri PPN No.
4 Tahun 2015 dalam bentuk yang lebih ramah bagi para pengguna (user friendly)
2) Mempermudah akses dalam memperoleh informasi karena toolkit dibuat berbasiskan website
3) Toolkit yang dibuat per sektor diharapkan dapat memperjelas pengguna dalam menentukan
tingkat kedalaman kajian yang diperlukan dalam penyusunan dokumen Pra-Studi Kelayakan
(Pre-Feasibility Study/Pre-FS).
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 5
PENERIMA MANFAAT
Penerima manfaat dari toolkit berbasis website ini diantaranya adalah:
1. Kementerian/lembaga/pemerintah daerah
• Bappenas
• Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
• Kementerian Agama
• Kementerian Keuangan
• Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten, dan Kota)
• Dinas-dinas dan UPT Pendidikan
• Instansi yang akan menjadi Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK)
• dan lain-lain
2. Badan Usaha
• Badan Usaha yang ingin menjadi pemrakarsa
• Badan Usaha yang ingin mengikuti proses pengadaan Badan Usaha Pelaksana
• Perbankan dan institusi pembiayaan lainnya
3. Pemangku kepentingan lainnya
• Lembaga donor
• Konsultan penyiapan KPBU
• dan lain-lain
MANFAAT KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA
Skema KPBU menjadi salah satu prioritas skema pembiayaan infrastruktur dengan berbagai
pertimbangan sebagai berikut:
• Adanya keterbatasan anggaran Pemerintah untuk pembangunan infrastruktur,
• Skema KPBU menjadi alternatif sumber pendanaan dan pembiayaan dalam penyediaan
infrastruktur atau layanan publik,
• Skema KPBU memungkinkan pelibatan swasta atau badan usaha dalam penentuan proyek yang
layak untuk dikembangkan,
• Skema KPBU memungkinkan bagi Pemerintah untuk memilih dan memberi tanggung jawab
kepada pihak swasta yang benar-benar memiliki kapasitas untuk melakukan pengelolaan yang
efisien terhadap fasilitas atau infrastruktur yang dibangun.
• Melalui skema KPBU, Pemerintah dapat memilih dan memberi tanggung jawab kepada pihak
swasta untuk melakukan pemeliharaan secara optimal terhadap infrastruktur yang
dikerjasamakan, sehingga layanan publik dapat digunakan secara berkelanjutan.
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 6
INFRASTRUKTUR KPBU
Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 38 tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, infrastruktur yang dapat dikerjasamakan merupakan
infrastruktur sosial dan infrastruktur ekonomi yang mencakup 19 infrastruktur sektor, yaitu:
1) Infrastruktur transportasi
2) Infrastruktur jalan
3) Infrastruktur sumber daya air dan irigasi
4) Infrastruktur air minum
5) Infrastruktur sistem pengelolaan air limbah
terpusat
6) Infrastruktur sistem pengelolaan air limbah
setempat
7) Infrastruktur sistem pengelolaan
persampahan
8) Infrastruktur telekomunikasi dan
informatika
9) Infrastruktur energi dan ketenagalistrikan
10) Infrastruktur minyak dan gas bumi
11) Infrastruktur konservasi energi
12) Infrastruktur fasilitas perkotaan
13) Infrastruktur kawasan
14) Infrastruktur pariwisata
15) Infrastruktur fasilitas pendidikan
16) Infrastruktur fasilitas sarana olahraga
17) Infrastruktur kesehatan
18) Infrastruktur pemasyarakatan
19) Infrastruktur perumahan rakyat
RUANG LINGKUP TOOLKIT
Ruang lingkup Toolkit KPBU Infrastruktur Fasilitas Pendidikan – SMKN ini adalah:
1. Proyek KPBU yang diusulkan merupakan proyek yang diprakarsai Pemerintah (solicited)
ataupun oleh Badan Usaha (unsolicited);
2. Fasilitas Pendidikan yang dimaksud adalah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN),
walaupun toolkit ini dapat juga digunakan untuk fasilitas pendidikan lainnya namun perlu
dilakukan penyesuaian;
3. Kegiatan dalam toolkit ini lebih diarahkan pada Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)
TEMPLATE PRA-STUDI KELAYAKAN
Dalam pembahasan selanjutnya akan diuraikan mengenai isi Prastudi Kelayakan untuk keperluan
penyiapan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha untuk infrastruktur fasilitas pendidikan,
khususnya infrastruktur Sekolah Menengah Kejuruan Negeri. Secara umum, isi prastudi kelayakan
meliputi:
Ringkasan Eksekutif
Bab 1 : Pendahuluan
Bab 2 : Kajian Kebutuhan dan Kepatuhan
Bab 3 : Kajian Teknis
Bab 4 : Kajian Ekonomi dan Komersial
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 7
Bab 5 : Kajian Hukum dan Kelembagaan
Bab 6 : Kajian Lingkungan dan Sosial
Bab 7 : Kajian Bentuk KPBU
Bab 8 : Kajian Risiko
Bab 9 : Kajian Kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah
Bab 10 : Kajian Mengenai Hal-hal yang Perlu Ditindaklanjuti (Outstanding Issues)
Bab 11 : Kajian Pengadaan
Lampiran-lampiran
• Info Memorandum
• Bahan Market Sounding
• Real Demand Survey
• Kajian Lingkungan (KA-ANDAL dan/atau lainnya)
• Lain-lain
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Dokumen Pra-Studi Kelayakan harus diawali oleh Ringkasan Eksekutif yang merupakan ringkasan
dari Dokumen Pra-Studi Kelayakan yang akan menjadi titik perhatian (highlight) perencanaan bisnis
atau tesis dari rencana bagi pengambil keputusan dalam proses KPBU ini. Tujuan Ringkasan
Eksekutif adalah untuk memberikan gambaran perencanaan pelaksanaan KPBU kepada pembaca.
Ringkasan Eksekutif harus berisi gambaran singkat tentang latar belakang diperlukan proyek ini dan
tujuannya, serta rencana untuk mencapai tujuan tersebut. Terakhir memasukkan jumlah dan tujuan
pinjaman atau investasi, jangka waktunya, kelayakan pendanaan dan pernyataan pembayaran bagi
pihak Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) maupun Badan Usaha Pelaksana (BUP) serta
manfaat bagi semua pihak.
Dalam membuat Ringkasan Ekskutif gunakan kata kunci dengan menjawab 6 pertanyaan yaitu:
Siapa, Apa, Dimana, Kapan, Mengapa dan Bagaimana. Adapun pembuatan ringkasan eksekutif
secara lengkap harus meliputi sebagai berikut :
1. Pengantar
Awali Ringkasan Eksekutif dengan latar belakang diperlukannya proyek serta mengapa
perlunya proyek ini dilakukan dengan skema KPBU. Jelaskan apakah ini merupakan proyek
solicited atau unsolicited dan siapa yang menjadi pemrakarsanya.
2. Lokasi Proyek
Mendefinisikan rencana lokasi pelaksanaan proyek, mulai dari provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan, kelurahan/desa serta cakupan pelayanannya.
3. Peluang Pasar
Mendefinisikan dengan jelas peluang pasar dari proyek KPBU di sektor pendidikan
(khususnya SMKN) yang direncanakan berdasarkan hasil analisa pasar yang dilakukan.
4. Skema Kerjasama yang ditawarkan
Mendefinisikan secara ringkas skema KPBU terpilih yang akan ditawarkan beserta dengan
alokasi risikonya bagi pihak PJPK dan BUP.
5. Rencana Investasi
Menjelaskan rencana investasi, terutama nilai CAPEX yang diperlukan dari pihak-pihak yang
terlibat dalam pembiayaan investasi (PJPK, BUP dan institusi lainnya bila ada) mencakup
Laba Rugi (Income Statement Projection), penghasilan yang diharapkan (Expected Revenue), biaya
(Expense) dan proyeksi laba bersih (net profit projection) selama masa kerjasama.
6. Struktur Organisasi
Menjelaskan para pemangku kepentingan yang akan telibat dalam KPBU. Penjelasan dapat
dilakukan cukup melalui skema organisasi disertai dengan keterangannya.
7. Kesiapan Proyek
Menjelaskan prosedur yang telah dilewati serta kebutuhan apa saja yang sudah maupun belum
terpenuhi, seperti misalnya ketersediaan lahan, izin lingkungan, dan sebagainya.
8. Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 2
Menjelaskan diperlukan atau tidaknya serta kesiapan dari Dukungan Pemerintah dan/atau
Jaminan Pemerintah dalam proyek KPBU yang akan dilaksanakan.
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 3
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menguraikan secara umum latar belakang diperlukannya penerapan skema KPBU dalam
pembangunan dan/atau pengelolaan SMKN dilihat dari kondisi umum pelayanan SMKN dan target
Pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan fasilitas pendidikan berupa Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri (SMKN).
Beberapa poin penting untuk dapat dimasukkan dalam Latar Belakang ini antara lain meliputi:
1. Kondisi penyelenggaraan SMKN secara nasional, beserta data-data pendukungnya. Misalkan
bercerita tentang ketimpangan antara jumlah siswa, jumlah sekolah dan jumlah tenaga kerja
terampil yang dibutuhkan.
2. Apa saja target Pemerintah dalam meningkatkan penyelenggaraan pendidikan, khususnya
SMKN.
3. Tugas dan fungsi SMKN.
4. Kondisi umum fasilitas pendidikan di Provinsi atau Kabupaten/Kota bersangkutan secara
umum, meliputi kondisi infrastruktur pendidikan, angka anak usia sekolah dan angka anak putus
sekolah (untuk tingkat sekolah menengah), kualitas dan kuantitas lulusan sekolah dan kuantitas
dan kualitas pengajar.
5. Ulasan kapasitas fasilitas pendidikan di wilayah perencanaan (misalnya jumlah SMK dan jurusan
di SMK).
6. Upaya dan kebijakan pemerintah pusat maupun daerah bersangkutan dalam peningkatan
penyelenggaraan SMKN.
7. Kendala yang dihadapi dalam pembiayaan dalam meningkatkan kualitas penyediaan dan/atau
penyelenggaraan SMKN.
8. Kesimpulan akan adanya kebutuhan pembiayaan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan
SMKN dengan melibatkan pihak swasta melalui skema KPBU.
1.2. Maksud dan Tujuan
Dalam sub-bab ini diuraikan tentang maksud dan tujuan dari penyusunan Pra-Studi Kelayakan
tersebut.
1.2.1. Maksud
Mendefinisikan maksud penyusunan Prastudi Kelayakan proyek KPBU. Contoh dari maksud
tersebut antara lain sebagai berikut:
• Mengkaji kelayakan proyek KPBU dan mendorong minat swasta untuk berinvestasi
dalam pembiayaan penyediaan ataupun penyelenggaraan SMKN XXX.
• Mengembangkan struktur pembiayaan penyediaan ataupun penyelenggaraan SMKN
XXX melalui skema KPBU.
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 4
• Menyampaikan kajian kelayakan pembiayaan penyediaan ataupun penyelenggaraan
SMKN XXX melalui skema KPBU.
1.2.2. Tujuan
Mendefinisikan tujuan penyusunan Prastudi Kelayakan proyek KPBU ini. Contoh dari tujuan
tersebut antara lain:
• Memberikan pemahaman akan kelayakan dalam penyediaan dan/ataupun
penyelenggaraan SMKN XXX melalui skema KPBU.
• Menemukan faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat menghalangi kelancaran
Proyek KPBU yang diusulkan dan menilai apakah proyek investasi tersebut layak untuk
dilaksanakan.
• Memastikan peningkatan kualitas penyelenggaraan SMKN.
• Terciptanya transfer teknologi maupun kemampuan manajerial dalam memberikan
pelayanan dan fasilitas pendidikan di wilayah proyek.
1.3. Sistematika Pembahasan
Menjelaskan sistematika pembahasan dokumen Prastudi Kelayakan beserta uraian singkat isi
dari tiap-tiap bab dalam Pra-Studi Kelayakan, yaitu:
Ringkasan Eksekutif
Bab 1 : Pendahuluan
Bab 2 : Kajian Kebutuhan dan Kepatuhan
Bab 3 : Kajian Hukum dan Kelembagaan
Bab 4 : Kajian Teknis
Bab 5 : Kajian Ekonomi dan Komersial
Bab 6 : Kajian Lingkungan dan Sosial
Bab 7 : Kajian Bentuk KPBU
Bab 8 : Kajian Risiko
Bab 9 : Kajian Kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah
Bab 10 : Kajian Mengenai Hal-hal yang Perlu Ditindaklanjuti (Outstanding Issues)
Bab 11 : Kajian Pengadaan
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 5
BAB 2. KAJIAN KEBUTUHAN DAN KEPATUHAN
2.1. Analisis Kebutuhan
Dalam Sub-Bab analisis kebutuhan ini perlu diterangkan mengenai:
a. Kepastian bahwa peningkatan kualitas penyelenggaraan SMKN melalui skema KPBU
memiliki dasar pemikiran teknis dan ekonomi di wilayah pelayanan.
b. Penjelasan terkait kebutuhan daerah akan adanya peningkatan kualitas penyelenggaraan
SMKN dilihat dari ketidakcukupan pelayanan yang ada saat ini baik dari segi kualitas
maupun kuantitas infrastruktur SMKN, berdasarkan analisis data-data sekunder yang ada.
c. Penjelasan mengenai komitmen pemerintah pusat maupun pemerintah daerah setempat
berdasarkan hasil diskusi dengan pihak-pihak terkait ataupun berdasarkan hasil Konsultasi
Publik.
2.2. Kriteria Kepatuhan
Dalam sub-bab Kriteria Kepatuhan, dokumen Pra-Studi Kelayakan harus dapat menjelaskan
mengenai hal-hal berikut:
a. Siapakah yang akan menjadi PJPK dan apa dasar hukumnya.
b. Adakah peraturan yang mendukung atau sebaliknya melarang pelaksanaan penyelenggaraan
pengembangan SMKN melalui skema KPBU?
c. Apa saja rencana pengembangan di sektor pendidikan, khususnya sektor SMKN, yang
terdapat di dalam RPJMN?
d. Apa saja rencana pengembangan di sektor pendidikan, khususnya sektor SMKN, yang
terdapat di dalam RPJMD Provinsi?
e. Apa saja rencana pengembangan di sektor pendidikan, khususnya sektor SMKN, yang
terdapat di dalam RPJMD Kabupaten/Kota bersangkutan?
f. Apa saja rencana pengembangan di sektor pendidikan, khususnya sektor SMKN, yang
terdapat di dalam Rencana Strategis Kemendikbud?
g. Dari aspek tata ruang, perlu dikaji kesesuaian lokasi SMKN yang akan dikerjasamakan
terhadap perencanaan tata ruang wilayah sehingga diharapkan lokasi yang diusulkan tidak
melanggar fungsi kawasannya.
h. Apa saja rencana pengembangan di sektor pendidikan, khususnya sektor SMKN, yang
terdapat di dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota
bersangkutan?
2.3. Kesimpulan
Berdasarkan kajian-kajian terhadap perencanaan yang telah diuraikan diatas, maka dalam sub-bab ini
harus bisa menjelaskan sejauh mana kesesuaian rencana proyek KPBU pengembangan SMKN XXX
yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan serta peraturan dan perencanaan yang ada.
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 6
BAB 3. KAJIAN HUKUM DAN KELEMBAGAAN
3.1. Kajian Hukum
Sub-Bab Kajian Hukum ini bertujuan untuk memastikan bahwa rencana pengembangan
penyelenggaraan SMKN melalui skema KPBU telah sesuai dengan peraturan perundangan yang
terkait. Beberapa hal yang perlu dibahas setidaknya meliputi:
3.1.1. Analisis Peraturan Perundangan
Analisa peraturan perundang-undangan akan mengkaji berbagai peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) di sektor
pengembangan penyelenggaraan fasilitas pendidikan, terutama penyelenggaraan SMKN.
Perlu dipastikan bahwa rencana proyek KPBU ini tidak menyalahi peraturan perundangan
yang ada. Beberapa peraturan yang perlu dikaji dalam Dokumen Pra-FS ini meliputi:
a. Peraturan KPBU
Memastikan bahwa pengembangan infrastruktur penyelenggaraan SMKN XX termasuk
dalam infrastruktur yang masuk dalam daftar infrastruktur yang dapat di-KPBU-kan.
Peraturan ini mengacu pada Perpres No. 38/2015 dan Permen PPN No. 4/2015.
Beberapa point penting yang perlu dibahas meliputi:
• Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan Badan
Usaha dalam penyediaan infrastruktur sekolah dengan skema KPBU (Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha);
• Penjelasan pengembangan fasilitas pendidikan (SMKN) termasuk dalam
infrastruktur yang dapat dikerjasamakan melalui skema KPBU sebagai
infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial;
• Pelaksanaan pengembangan infrastruktur pendidikan dapat dilakukan dengan
skema KPBU dengan menggabungkan dengan lebih dari satu jenis infrastruktur
atau gabungan dari beberapa jenis infrastruktur;
• Pasal atau ayat terkait penetapan Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK)
untuk proyek KPBU yang diusulkan serta bagaimana pengaturan pengembalian
investasi yang meliputi penutupan biaya modal, biaya operasional, dan
keuntungan Badan Usaha Pelaksana.
b. Peraturan terkait penyelenggaraan pendidikan.
Memastikan bahwa pengembangan infrastruktur SMKN didukung oleh peraturan yang
terkait penyelenggaraan pendidikan, khususnya pendidikan SMKN. Beberapa peraturan
yang dapat menjadi acuan diantaranya adalah:
• Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas)
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 7
Kajian terhadap undang undang Sisdiknas sebagai landasan hukum sistem
pendidikan nasional mencakup hal-hal yang berkaitan dengan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional, pengaturan tentang jenis, jenjang dan bentuk pendidikan
menengah. Di samping itu, kajian tersebut juga meliputi dasar pengembangan
pendidikan menengah kejuruan serta keterlibatan masyarakat/swasta dalam
penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung terciptanya proses belajar
mengajar yang baik.
• Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
Peraturan ini mengkaji tentang pengaturan standar sarana yang meliputi perabot,
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan
habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Di samping itu, peraturan tersebut
juga mengkaji standar prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang
pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi,
ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah,
tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
• Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah
Kejuruan Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya
Manusia di Indonesia
Kebijakan mendorong penguatan sinergi antar pemangku kepentingan untuk
merevitalisasi SMK guna meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya
manusia.
• P eraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 40 tahun 2008 tentang Standar
Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan (SMK/MAK)
c. Undang Undang Pemerintahan Daerah
Menjelaskan pembagian urusan pemerintahan bidang pendidikan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Lampiran
A sebagai berikut:
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 8
NO SUB
URUSAN
PEMERINTAH
PUSAT
DAERAH
PROVINSI
DAERAH
KABUPATEN/
KOTA
1 Manajemen Pendidikan
Penetapan standar nasional pendidikan.
Pengelolaan pendidikan
tinggi.
Pengelolaan
pendidikan
menengah.
Pengelolaan pendidikan khusus.
Pengelolaan pendidikan dasar.
Pengelolaan
pendidikan anak usia
dini dan pendidikan nonformal.
2 Kurikulum Penetapan kurikulum
nasional pendidikan
menengah, pendidikan
dasar, pendidikan anak
usia dini, dan
pendidikan nonformal.
Penetapan kurikulum
muatan lokal
pendidikan menengah
dan muatan lokal pendidikan khusus.
Penetapan kurikulum
muatan lokal
pendidikan dasar,
pendidikan anak usia
dini, dan pendidikan
nonformal.
3 Akreditasi Akreditasi perguruan
tinggi, pendidikan
menengah, pendidikan
dasar, pendidikan anak
usia dini, dan pendidikan nonformal.
4 Pendidikan
dan Tenaga Kependidikan
Pengendalian formasi
pendidik, pemindahan
pendidik, dan
pengembangan karier
pendidik.
Pemindahan pendidik
dan tenaga
kependidikan lintas Daerah provinsi.
Pemindahan pendidik
dan tenaga
kependidikan lintas
Daerah
kabupaten/kota
dalam 1 (satu) Daerah provinsi.
Pemindahan pendidik
dan tenaga
kependidikan dalam
Daerah
kabupaten/kota.
5 Perizinan
Pendidikan
Penerbitan izin
perguruan tinggi swasta
yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Penerbitan izin
penyelenggaraan satuan pendidikan asing.
Penerbitan izin
pendidikan menengah
yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Penerbitan izin
pendidikan khusus
yang diselenggarakan
oleh masyarakat.
Penerbitan izin
pendidikan dasar yang
diselenggarakan oleh masyarakat.
Penerbitan izin
pendidikan anak usia
dini dan pendidikan
nonformal yang
diselenggarakan oleh masyarakat.
6. Bahasa dan
Sastra
Pembinaan bahasa dan
sastra Indonesia.
Pembinaan bahasa
dan sastra yang
penuturnya lintas
Daerah
kabupaten/kota
dalam 1 (satu) Daerah provinsi
Pembinaan bahasa dan
sastra yang penuturnya
dalam Daerah kabupaten/kota.
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 9
d. Peraturan Terkait Pendirian Badan Usaha
Berisikan kajian tentang pendirian badan usaha sebagai badan usaha pelaksana proyek
KPBU. Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pendirian Badan Usaha
sebagai Badan Usaha Pelaksana di sektor penyelenggaraan SMKN sekurang-kurangnya
adalah UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
e. Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota
Mengkaji tentang peraturan daerah yang terkait dengan pengelolaan SMKN di daerah.
Keberadaan Perda memperkuat landasan untuk terselenggaranya kerjasama sektor
infrastruktur SMKN.
f. Peraturan Terkait Lingkungan
Berisi kajian terhadap peraturan-peraturan yang terkait dengan aspek lingkungan dan
dilakukan penetapan tingkat kajian lingkungan yang perlu dilakukan terkait dengan
besaran proyek KPBU yang akan dilakukan, apakah AMDAL, UKL/UPL atau Izin
Lingkungan. Peraturan tersebut antara lain:
1) Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
2) Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
3) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2015 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
g. Peraturan Terkait Pembiayaan Daerah
Sub-bab ini akan membahas beberapa peraturan terkait pembiayaan infrastruktur oleh
Pemerintah Daerah, khususnya Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, yang telah diperbaharui oleh Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 59 tahun 2007 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 tahun
2011. Bisa juga dilakukan pengkajian tentang kemungkinan dilakukannya pinjaman
daerah dengan merujuk pada PP no. 30 tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah.
h. Peraturan Terkait Pengadaan
Sub-bab ini akan membahas beberapa peraturan terkait pengadaan BUP terutama untuk
menentukan tahapan proses pengadaan, apakah pengadaan dilakukan secara satu tahap
atau dua tahap dengan melihat spesifikasi keluaran proyek KPBU.
Peraturan yang perlu dikaji setidaknya adalah Peraturan Kepala LKPP No. 19 tahun 2015
tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
i. Peraturan Terkait Penanaman Modal
Berisikan kajian mengenai penanaman modal usaha dalam pengembangan infrastruktur
SMKN melalui skema KPBU dengan mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun
2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka
dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Berdasarkan Peraturan Presiden
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 10
tersebut, perlu dilihat batas kepemilikan modal asing untuk bidang usaha penyediaan
sarana dan atau prasarana penyelenggaraan sekolah/ pendidikan.
j. Peraturan Terkait Persaingan Usaha
Berisikan kajian kesesuaian proyek pengembangan penyelenggaraan sekolah (SMKN)
dengan peraturan persaingan usaha diantaranya yaitu Undang-Undang No. 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan peraturan
pelaksanaannya.
k. Peraturan Terkait Ketenagakerjaan
Dilakukan kajian terkait tenaga kerja atau pegawai yang akan terlibat dalam
pengembangan penyelenggaraan sekolah (SMKN) melalui skema KPBU, baik pada saat
konstruksi maupun saat pengoperasiannya. Kajian ini dapat mengacu salah satunya pada
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan peraturan
pelaksanaan di bawahnya.
l. Peraturan Terkait Pengadaan Tanah
Bila proyek pengembangan penyelenggaraan SMKN melalui skema KPBU ini
memerlukan tanah, maka perlu dilakukan kajian terhadap proses pengadaan tanah yang
harus mengacu pada:
• UU No. 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum.
• Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden No. 40 Tahun 2014, Peraturan Presiden No. 99 Tahun 2014 dan
Peraturan Presiden No. 30 Tahun 2015.
• Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 6 Tahun
2015.
• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 72 Tahun 2012 tentang Biaya Operasional dan
Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
• Peraturan Menteri Keuangan No. 13/PMK.02/2013 tentang Biaya Operasional dan
Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
m. Peraturan Terkait Pemanfaatan Barang Milik Negara/Barang Milik Daerah
Pada bagian ini dianalisa kemungkinan pemanfaatan Barang Milik Negara/Barang Milik
Daerah dalam proyek pengembangan penyelenggaraan pendidikan SMKN dengan
mengacu pada:
• Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah
• Peraturan Menteri Keuangan No. 246/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penggunaan Barang Milik Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 11
Menteri Keuangan No. 87/PMK.06/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia No. 246/PMK.06/2014.
• Peraturan Peraturan Menteri Keuangan No. 164/PMK.06/2014 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara Dalam Rangka Penyediaan
Infrastruktur sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No.
65/PMK.06/2016.
n. Peraturan Terkait Perpajakan
Pada bagian ini dilakukan analisa terhadap peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan perpajakan khususnya yang berkaitan langsung dengan pengembangan
dan/atau pengelolaan fasilitas pendidikan (SMKN) oleh Badan Usaha. Pada bagian ini
diharapkan dapat teridentifikasi kemungkinan pemberian insentif perpajakan kepada
Badan Usaha jika diperlukan.
o. Peraturan Terkait Dukungan Pemerintah
Dalam pelaksanaan skema KPBU, Pemerintah dapat memberikan dukungan pemerintah
terhadap badan usaha pelaksana dalam pelaksanaan KPBU. Berkaitan dengan pemberian
dukungan pemerintah atas sebagian biaya konstruksi, perlu dilakukan analisa terhadap
Peraturan Menteri Keuangan No. 223/PMK.011/2012 Pemberian Dukungan Kelayakan
atas Sebagian Biaya Konstruksi pada Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
dalam Pelaksanaan Infrastruktur.
p. Peraturan Terkait Jaminan Pemerintah
Dalam pelaksanaan skema KPBU, pemerintah dapat memberikan jaminan pemerintah
dalam bentuk penjaminan infrastruktur. Jaminan pemerintah dapat diberikan oleh
Menteri Keuangan melalui PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) selaku
badan usaha penjaminan infrastruktur. Jaminan pemerintah diberikan dengan
memperhatikan prinsip pengelolaan dan pengendalian risiko keuangan dalam APBN.
Pada bagian ini dilakukan analisa terhadap proses pemberian jaminan pemerintah oleh
PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) yang diatur dalam:
• Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur dalam
Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang Dilakukan Melalui Badan
Usaha Penjaminan Infrastruktur; dan
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 260/PMK.011/2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha, sebagaimana telah diubah dengan PMK No 8/PMK/08/2016 tentang
Perubahan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 260/PMK.011/2010 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha
• Peraturan Menteri Keuangan No. 265/PMK.08/2015 tentang Fasilitas dalam Rangka
Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 12
3.1.2. Risiko Hukum dan Strategi Mitigasi
Dalam sub-bab ini, dokumen Pra-Studi Kelayakan perlu menguraikan isu-isu hukum yang
berpotensi memberikan pengaruh/dampak pada penyiapan, transaksi, maupun pelaksanaan
proyek KPBU berdasarkan kajian hukum yang telah dilakukan di sub-bab sebelumnya, serta
menjabarkan strategi mitigasi untuk meminimalisasi kemungkinan terjadi dan besaran
dampaknya. Misalnya, risiko yang diakibatkan dari diterbitkannya peraturan baru.
3.1.3. Kebutuhan Perijinan
Pada sub-bab ini akan diuraikan perijinan-perijinan yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengembangan infrastruktur pendidikan (SMKN) serta rencana strategi untuk memperoleh
perijinan-perijinan tersebut, baik perijinan sebelum proses pengadaan maupun setelah proses
pengadaan. Sebagai contoh adalah perijinan AMDAL, Izin Lingkungan, Surat Penetapan
Lokasi dari Gubernur, persetujuan prinsip dukungan dan/atau jaminan pemerintah (jika
dibutuhkan), dan sebagainya yang diperlukan sebelum proses pengadaan. Sementara Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) dan sebagainya diperlukan setelah proses pengadaan dan
penandatangan kerjasama.
3.1.4. Rencana dan Jadwal Pemenuhan Persyaratan Peraturan dan Hukum
Dalam sub-bab ini perlu diuraikan rencana dan jadwal pemenuhan persyaratan peraturan dan
hukum disesuaikan dengan rencana dan jadwal penyiapan, transaksi, serta pelaksanaan
proyek KPBU.
3.2. Kajian Kelembagaan
Sub-Bab Kajian Kelembagaan ini bertujuan untuk menjelaskan kelembagaan yang akan terlibat dalam
pengembangan penyelenggaraan fasilitas pendidikan (SMKN), struktur kelembagaannya, tugas dari
masing-masing institusi yang terlibat serta mengkaji permasalahan dan rencana mitigasi
permasalahan di aspek kelembagaan. Pada bagian ini, analisis kelembagaan akan dilaksanakan
dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memastikan kewenangan institusi yang akan bertindak sebagai PJPK dalam melaksanakan
KPBU termasuk penentuan PJPK dalam proyek multi infrastruktur (jika ada);
b. Melakukan pemetaan pemangku kepentingan (stakeholders mapping) dengan menentukan
peran dan tanggung jawab lembaga-lembaga yang berkaitan dalam pelaksanaan KPBU;
c. Menentukan peran dan tanggung jawab Tim KPBU berkaitan dengan kegiatan penyiapan
Prastudi Kelayakan, serta menentukan sistem pelaporan Tim KPBU kepada PJPK;
d. Menentukan dan menyiapkan perangkat regulasi kelembagaan; dan
e. Menentukan kerangka acuan pengambilan keputusan.
Uraian kajian kelembagaan ini meliputi:
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 13
3.2.1. Struktur Organisasi KPBU
Pada sub-bab ini digambarkan skema atau struktur organisasi dari instansi-instansi yang akan
terlibat dalam KPBU beserta dengan penjelasan umumnya.
3.2.2. Penanggung Jawab Proyek Kerjasama
Pada bagian ini menguraikan institusi mana yang menjadi PJPK serta dilakukan analisa
mengenai kewenangan institusi yang menjadi PJPK dalam melaksanakan proyek KPBU yang
diusulkan. Penanggung Jawab Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur Pendidikan memperhatikan pembagian urusan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Berdasarkan undang-undang
tersebut pengelolaan sekolah menengah menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi sehingga
PJPK untuk proyek KPBU infrastruktur SMKN adalah Gubernur selaku Kepala Daerah
Provinsi.
Dalam bagian ini juga perlu diuraikan apakah PJPK akan dibantu oleh Badan Penyiapan atau
Tim KPBU.
3.2.3. Pemetaan Peran dan Tanggungjawab Pemangku Kepentingan (Stakeholder Mapping)
Dalam sub-bab ini akan diuraikan peran dan tanggung jawab dari masing-masing lembaga
terkait dengan proyek pengembangan penyelenggaraan SMKN, diantaranya meliputi:
a. Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK)
Menguraikan tugas dan tanggung jawab PJPK serta apa yang perlu disiapkan oleh PJPK,
serta menentukan peran dalam skema pengambilan keputusan.
b. Tim KPBU
Menguraikan apakah Tim KPBU sudah terbentuk atau belum dan juga berisikan
penjelasan mengenai pembentukan Tim Teknis KPBU berdasarkan Surat
Penetapan/Surat Keputusan dari PJPK, menguraikan tugas dan tanggung jawab Tim
KPBU, serta menentukan peran dalam skema pengambilan keputusan.
c. Badan Usaha Pelaksana-BUP (Special Purpose Company - SPC)
Menguraikan tugas dan tanggung jawab BUP, serta menentukan peran dalam skema
pengambilan keputusan.
d. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Menguraikan peran dan tanggungjawab Kemendikbud dalam proyek kerjasama yang
diusulkan, meliputi diantaranya:
• Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang hukum dan hak asasi
manusia;
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 14
• Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kemendikbud;
• Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kemendikbud;
• Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kemendikbud
di daerah;
• Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional; dan
• Pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.
e. Pemerintah Daerah Provinsi
Menguraikan tugas dan peran Pemerintah Daerah Provinsi dalam mendukung
pelaksanaan proyek KPBU ini sesuai dengan urusan pemerintah daerah provinsi di sektor
pendidikan, khususnya penyelenggaraan SMKN
f. Pemerintah Kabupaten/Kota
Menguraikan tugas dan peran Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam mendukung
pelaksanaan proyek KPBU ini sesuai dengan urusan pemerintah daerah di sektor
pendidikan, khususnya penyelenggaraan SMKN
g. Kementerian/Lembaga Non Kementerian Terkait
Menguraikan kewenangan dan tanggungjawab kementerian/lembaga non kementerian
yang tugas dan fungsinya terkait dengan aspek perencanaan dan pengembangan
infrastruktur kependidikan, seperti misalnya Bappenas, Kemenkeu, dan sebagainya.
h. PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)
Menguraikan tugas dan tanggung jawab PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)
apabila proyek KPBU yang direncanakan memerlukan Jaminan Pemerintah.
i. Badan Lainnya
Menguraikan tugas dan tanggung jawab badan-badan atau lembaga-lembaga lain yang
akan terlibat dalam proyek KPBU yang direncanakan.
3.2.4. Perangkat Regulasi Kelembagaan
Berdasarkan analisa terhadap peran dan tanggung jawab pemangku kepentingan (stakeholder)
terkait dan Tim KPBU, pada bagian ini dilakukan analisa kebutuhan regulasi untuk
mendukung peran dan tanggung jawab lembaga terkait sebagaimana dimaksud diatas.
3.3. Kerangka Acuan Pengambilan Keputusan
Berdasarkan analisa terhadap peraturan perundang-undangan serta peran dan tanggung jawab
pemangku kepentingan (stakeholder) terkait, pada bagian ini dilakukan analisa kerangka acuan
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 15
pengambilan keputusan terkait pelaksanaan Proyek KPBU. Kerangka acuan ini menjelaskan institusi
mana yang akan bertanggung jawab untuk kegiatan tertentu, seperti contoh dibawah ini:
Jenis Keputusan Penerbit/Penanggung Jawab Persyaratan/Catatan
Konfirmasi kesiapan proyek Panitia Pengadaan Checklist kelengkapan
dokumen telah memenuhi
Penetapan Pemenang Lelang PJPK Penetapan berdasarkan usulan
dari Panitia Pengadaan
Surat Penunjukan BUP
Pemenang Lelang
PJPK Penerbitan dalam jangka
waktu 10 (sepuluh) hari kerja
setelah surat pemenang lelang
diterbitkan.
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 16
BAB 4. KAJIAN TEKNIS
4.1. Kondisi Eksisting
Sub-bab kondisi eksisting ini ditujukan untuk menguraikan kondisi penyelenggaraan pendidikan,
khususnya SMKN, di wilayah perencanaan. Beberapa kondisi eksisting yang perlu diuraikan
diantaranya meliputi:
4.1.1. Kondisi Geografis Lokal
Menceritakan kondisi geografis lokal secara umum wilayah kabupaten/kota sampai dengan
kondisi geografis di rencana lokasi pengembangan SMKN XXX.
4.1.2. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya
Kondisi sosial ekonomi dan budaya mnerupakan faktor penting untuk melihat potensi
kebutuhan penyediaan sekolah SMKN. Beberapa kondisi sosial ekonomi yang perlu ditinjau
antara lain:
• Struktur penduduk menurut mata pencarian dan pendidikan
• Tingkat kepadatan dan pertumbuhan penduduk sesuai data sensus BPS tahun terakhir
• Tingkat pendapatan ekonomi rumah tangga
• PDRB
• Pola pertumbuhan PDRB
• Proyeksi PDRB
4.1.3. Kondisi SMKN Eksisiting
Menjelaskan mengenai jumlah, tipe (jurusan), fasilitas, daya tampung, lokasi dan kondisi
SMKN yang ada saat ini.
4.2. Tinjauan Tata Ruang
Tinjauan tata ruang berisikan mengenai kondisi eksisting tata ruang wilayah kabupaten/kota
bersangkutan dan juga secara lebih mendetail di rencana lokasi SMK yang akan dikerjasamakan.
Tinjauan tersebut meliputi:
• Struktur tata ruang
• Rencana detil tata ruang
• Peraturan zonasi
• Rencana pengembangan
Dalam kajian ini perlu disimpulkan bagaimana kesesuaian rencana lokasi SMKN yang akan
dikerjasamakan dilihat dari aspek tata ruang.
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 17
4.3. Aspek Utilitas
Pada bagian ini diuraikan mengenai kondisi utilitas di wilayah kabupaten/kota bersangkutan secara
umum dan juga kondisi utilitas di rencana lokasi SMKN. Kajian tersebut meliputi:
4.3.1. Sumber Tenaga Listrik
Menguraikan ketersediaan pasokan listrik secara umum dan juga di wilayah lokasi SMKN,
sehingga dapat disimpulkan kesiapan utilitas listrik untuk pengembangan fasilitas pendidikan
yang akan dikerjasamakan.
4.3.2. Sumber Air Bersih
Menguraikan sumber air bersih yang digunakan oleh masyarakat secara umum, termasuk juga
cakupan lokasi pelayanan air minum perpipaan yang ada. Akan sangat baik jika disampaikan
dalam bentuk peta.
4.3.3. Pengelolaan Limbah
Menguraikan sistem pengelolaan limbah cair dan limbah padat yang saat ini berlangsung di
wilayah perencanaan, termasuk juga cakupan pelayanan, sistem pengelolaan, sistem
pembuangan limbah, dan sebagainya.
4.3.4. Sistem Transportasi
Menguraikan sistem transportasi yang tersedia di wilayah perencanaan, termasuk didalamnya
sistem transportasi berupa angkutan kota, bis, MRT, LRT, dan sebagainya bila ada.
4.4. Kajian Kebutuhan
Dalam sub-bab ini diuraikan kebutuhan akan infrastruktur fasilitas pendidikan (SMKN) dengan
proyeksi penduduk berdasarkan umur, ketersediaan fasilitas pendidikan, terutama yang setara dengan
SMKN, ketersediaan sekolah saat ini, potensi penyerapan tenaga terampil, dan sebagainya.
4.4.1. Proyeksi Penduduk
Bagian ini menguraikan proyeksi penduduk berdasarkan umur.
4.4.2. Potensi Peserta Didik
Menjelaskan tentang perimbangan antara jumlah SMK dengan jumlah penduduk usia sekolah
di wilayah tersebut.
4.4.3. Kebutuhan Fasilitas
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 18
Bagian ini menjelaskan tentang kebutuhan fasilitas pendidikan dengan membandingkan
antara jumlah ada fasilitas yang ada saat ini dengan fasilitas yang dibutuhkan berdasarkan
perhitungan di bagian atas.
4.4.4. Potensi Penyerapan Lulusan SMKN
Bagian ini menjelaskan tentang potensi sumber daya wilayah yang membutuhkan keahlian
kejuruan dari lulusan SMK dan data potensi lapangan pekerjaan di wilayah tersebut.
4.4.5. Dukungan Masyarakat dan Dunia Usaha
Menjelaskan tentang adanya dukungan masyarakat dan dunia usaha/industri terhadap
kebutuhan adanya SMK.
4.5. Rancang Bangun Awal
Dalam sub-bab ini akan diuraikan rancang bangun awal infrastruktur fasilitas pendidikan yang akan
dikerjasamakan, mulai dari desain sampai dengan serah terima aset. Hal-hal yang perlu dikaji dan
diuraikan dalam sub-bab ini adalah seperti di bawah ini.
4.5.1. Klasifikasi Sekolah
Pada bagian ini menceritakan klasifikasi atau kategori sekolah yang akan dikerjasamakan.
4.5.2. Visi dan Misi Sekolah
Pada bagian ini diuraikan visi dan misi SMKN XX.
4.5.3. Lokasi Sekolah
Pada bagian ini diuraikan tentang lokasi SMKN XX secara detail, termasuk peta lokasi.
Dijelaskan juga mengenai pemilihan lokasi dengan mempertimbangkan ketentuan dan
pertimbangan-pertimbangan lainnya seperti:
• Mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Sarana dan
Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).
• Mengacu pada Peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten/Kota.
• Mengacu pada peraturan zonasi.
• Mengacu pada perundangan tentang pencemaran air.
• Mengacu pada perundangan tentang baku mutu kebisingan.
• Mengacu pada perundangan tentang pencemaran udara.
4.5.4. Jumlah Siswa dan Tenaga Pengajar
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 19
Pada bagian ini diuraikan perkiraan jumlah siswa dan tenaga pengajar yang akan ditampung
di SMKN XX.
4.5.5. Prasarana Pendidikan
Pada bagian ini diuraikan prasarana dan sarana yang akan dibangun, yang dikelompokkan
dalam:
▪ Ruang Pembelajaran Umum,
▪ Ruang Penunjang,
▪ Ruang Pembelajaran Khusus.
Jenis prasarana dan sarana yang akan dibangun disesuaikan dengan ketentuan dalam
pedoman teknis yang disusun oleh Direktorat Pembinaan SMK.
4.6. Spesifikasi Keluaran
4.6.1. Ruang Lingkup Kerjasama
Pada sub-bab ini diuraikan lingkup kegiatan yang akan dikerjasamakan antara pemerintah
dengan badan usaha dalam pembangunan, pengembangan, dan/atau pengelolaan SMKN.
4.6.2. Standar Pelayanan Minimum
Spesifikasi Keluaran adalah standar minimum yang harus dipenuhi oleh Badan Usaha
Pelaksana dalam pengelolaan SMKN selama periode kerjasama. Beberapa hal yang dapat
menjadi indikator spesifikasi keluaran diantaranya adalah:
1. Jumlah rombongan belajar
2. Kapasitas maksimum ruang kelas
3. Perbandingan luas lahan efektif
4. Koefisien dasar bangunan
5. Sistem keamanan yang akan diterapkan
6. Daya minimum instalasi listrik yang disediakan
7. Jenis dan rasio sarana SMKN sesuai dengan program keahlian berdasarkan
Permendiknas No. 40 tahun 2008.
8. Sistem penyediaan air bersih dan pengelolaan air limbah dan limbah padat yang akan
diterapkan.
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 20
4.6.3. Tahapan Pengembangan
Tahapan pembangunan, pengembangan, dan/atau pengelolaan SMKN perlu diuraikan
dalam sub-bab ini, mulai dari perencanaan, pembangunan, serta pengoperasian dan
pemeliharaan selama periode kerjasama.
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 21
BAB 5. KAJIAN EKONOMI DAN KOMERSIAL
Pada bab ini perlu dilakukan kajian secara ekonomi yang meliputi analisis permintaan (demand),
analisis pasar dari sisi investor, analisis struktur pendapatan, serta analisis biaya dan manfaat sosial
(ABMS). Selain itu juga dilakukan kajian finansial yang meliputi asumsi analisis keuangan,
pendapatan pelaku usaha, biaya Capex dan Opex, indikator keuangan, proyeksi kinerja keuangan,
analisis sensitivitas, serta analisis Nilai Manfaat Uang (Value for Money).
5.1. Kajian Ekonomi
5.1.1. Analisis Permintaan (Demand)
Kajian ini berisi ringkasan dari Survai Kebutuhan Nyata (Real Demand Survey – RDS) yang
akan memuat proporsi minat siswa SMP untuk melanjutkan sekolah di SMK dan proporsi
kebutuhan dunia usaha/dunia industri dalam menyerap lulusan SMKN.
A. Metodologi
Dalam sub bab ini dijelaskan mengenai metodologi yang diterapkan dalam melakukan
Survai Kebutuhan Nyata/RDS. Beberapa hal penting yang perlu dimasukkan dalam
metodologi mencakup :
a. Metode pengumpulan data, misalnya dilakukan melalui wawancara kepada
responden dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner. Kuesioner
memuat pertanyaan menyangkut karakteristik responden dan pertanyaan
menyangkut dengan SMK yang akan dibangun.
b. Metode Analisis, misalnya metode analisis deskriptif, analisis crosstabs, dan/ataupun
analisis multinomial logistic regression.
B. Pelaksanaan Survei dan Pengolahan Data Survei
Pada sub-bab ini diterangkan pelaksanaan survai yang telah dilakukan, yang mencakup
diantaranya:
• Jumlah sampel serta cara penentuan sampel jumlah responden beserta persentase
karakteristik respondennya.
• Kegiatan pelatihan enumerator untuk penguasaan kuesioner dan metode
mewawancarai rensponden.
• Waktu dan lokasi pelaksanaan survei.
• Receiving dan batching terhadap dokumen hasil survai yang berupa kuesioner.
• Proses editing dan pengkodean (coding).
• Tata cara data entry dan perangkat lunak yang digunakan untuk keperluan pengolahan
data.
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 22
C. Analisis Deskriptif
Pada sub-bab ini diuraikan hasil analisis secara deskriptif. Beberapa hal yang perlu
diuraikan antara lain namun tidak terbatas pada:
a. Responden Siswa SMP
• Informasi kelompok usia responden,
• Informasi domisili responden,
• Keinginan responden untuk melanjutkan sekolah ke SMK.
b. Responden Industri
• Informasi jenis industri,
• Informasi spesifikasi kebutuhan tenaga kerja dari lulusan SMK,
• Informasi kebutuhan jumlah tenaga kerja dari lulusan SMK,
• Ekspekstasi responden terhadap rencana pembangunan SMK (misalnya
kurikulum, tenaga pengajar, sarana prasarana, kualitas lulusan, dan lainnya).
5.1.2. Analisis Pasar (Market)
Dalam sub-bab ini diuraikan tentang minat dunia usaha pada proyek KPBU infrastruktur
pendidikan SMKN. Beberapa hal yang perlu dimasukkan adalah sebagai berikut:
• Tanggapan dan pendapat investor potensial terhadap rencana proyek KPBU yang
diperoleh dari hasil penjajakan minat (market sounding), diantaranya mencakup
ketertarikan investor potensial atas tingkat pengembalian investasi yang ditawarkan, risiko
utama yang menjadi pertimbangan investor, kebutuhan akan Dukungan Pemerintah
dan/atau Jaminan Pemerintah.
• Tanggapan dan pendapat dari lembaga keuangan nasional dan/atau internasional
terhadap bankability rencana proyek KPBU, termasuk indikasi besaran pinjaman, jangka
waktu, tingkat suku bunga, dan persyaratan perolehan pinjaman yang dapat disediakan,
serta risiko utama yang menjadi pertimbangan.
• Tanggapan dan pendapat dari lembaga penjaminan terhadap rencana proyek KPBU,
diantaranya mencakup risiko-risiko yang dapat dijaminkan, persyaratan dan prosedur
perolehan penjaminan, dan lainnya.
• Identifikasi strategi untuk mengurangi risiko pasar dan meningkatkan persaingan yang
sehat dalam pengadaan proyek KPBU.
• Identifikasi struktur pasar untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat kompetisi dari
proyek-proyek KPBU sektor infrastruktur pendidikan SMKN.
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 23
5.1.3. Analisis Struktur Pendapatan KPBU
Berisikan uraian detil potensi-potensi sumber pendapatan proyek KPBU selama masa
perjanjian kerjasama. Untuk sektor infrastruktur pendidikan SMKN, pendapatan dari Tipping
fee yang dibayarkan pemerintah (atau institusi yang diberi otoritas) kepada Badan Usaha
Pelaksana. Perlu dilihat kemungkinan adanya sumber pendapatan dari operasional (operating
revenue) dan non-operational (non operating revenue).
Pada sub-bab ini diidentifikasi juga dampak terhadap pendapatan jika terjadi:
• kenaikan biaya KPBU (cost over run),
• pembangunan KPBU selesai lebih awal,
• pengembalian KPBU melebihi tingkat maksimum yang ditentukan,
• pemberian insentif atau pemotongan pembayaran dalam hal pemenuhan kewajiban.
5.1.4. Analisis Biaya dan Manfaat Sosial (ABMS)
Analisis Biaya Manfaat Sosial (ABMS) atau Social Cost and Benefit Analysis (SCBA) merupakan
alat bantu untuk membuat keputusan publik dengan mempertimbangkan kesejahteraan
masyarakat. ABMS membandingkan kondisi dengan ada proyek KPBU dan tanpa ada proyek
KPBU. Hasil ABMS digunakan sebagai dasar penentuan kelayakan ekonomi proyek KPBU
serta kelayakan untuk dukungan pemerintah. Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah
bahwa hasil perhitungan ABMS akan menjadi rujukan bagi pemerintah dalam menentukan
besaran dukungan pemerintah. Beberapa hal yang perlu diuraikan dalam Prastudi Kelayakan
ini meliputi:
A. Asumsi umum
• Periode evaluasi;
• Faktor konversi;
• Dan asumsi lain yang diperlukan.
B. Manfaat
Pada sub-bab ini diuraikan berbagai manfaat yang didapatkan dari kegiatan proyek KPBU
infrastruktur pendidikan SMKN. Manfaat dikuantifikasi dan dikonversi dari nilai
finansial menjadi nilai ekonomi.
C. Biaya
• Biaya penyiapan KPBU;
• Biaya modal;
• Biaya operasional;
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 24
• Biaya pemeliharaan;
• Biaya lain-lain yang timbul dari adanya proyek.
Biaya yang diperhitungkan merupakan biaya konstan di luar biaya kontijensi dan pajak.
Biaya dikonversi dari nilai finansial menjadi nilai ekonomi.
D. Parameter Penilaian
Pada sub-bab ini diuraikan beberapa parameter penilaian ekonomi dari proyek KPBU
yang akan dilaksanakan. Parameter tersebut meliputi:
• Economic Internal Rate of Return (EIRR);
• Economic Net Present Value (ENPV);
• Economic Benefit Cost Ratio (BCR).
E. Analisis sensitivitas
Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengkaji pengaruh ketidakpastian pelaksanaan
KPBU terhadap tingkat kelayakan ekonomi proyek, misalnya:
• Perubahan nilai social discount rate;
• Penurunan/kenaikan komponen biaya;
• Penurunan/kenaikan komponen manfaat.
5.2. Kajian Keuangan
Pada sub-bab ini diuraikan secara ringkas analisis keuangan dari proyek KPBU yang akan dijalankan.
Beberapa hal yang perlu diuraikan dalam analisis keuangan ini antara lain meliputi:
5.2.1. Asumsi Analisis Keuangan
Asumsi yang digunakan dalam melakukan perhitungan analisa keuangan proyek KPBU
Infrastruktur Pendidikan adalah antara lain sebagai berikut:
• Periode kerja sama;
• Tingkat inflasi per tahun;
• Debt to Equity Ratio (Komposisi Pinjaman dan Modal);
• Bunga pinjaman;
• Jangka waktu pengembalian pinjaman termasuk masa tenggangnya;
• Nilai tukar mata uang (jika diperlukan);
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 25
• Tarif pajak;
• Jumlah siswa;
• Rasio pegawai dan tenaga pengajar yang akan terlibat;
• Biaya kontingensi yang juga merupakan biaya mitigasi risiko, biaya perijinan,
pemeliharaan lingkungan dan biaya lainnya;
• Besaran pembayaran;
• Asumsi lain yang diperlukan.
5.2.2. Pendapatan
Menguraikan jenis-jenis pendapatan yang bisa diperoleh dari proyek KPBU Infrastruktur
Pendidikan. Proyeksi pendapatan disiapkan berdasarkan struktur pendapatan KPBU yang
telah dianalisis sebelumnya. Sejauh ini, konsultan berpendapat bahwa bentuk kerjasama yang
paling memungkinkan adalah berdasarkan Availability Payment, yaitu pembayaran secara
berkala oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah kepada Badan Usaha Pelaksana atas
tersedianya layanan infrastruktur yang sesuai dengan kualitas dan/atau kriteria sebagaimana
ditentukan dalam perjanjian KPBU (Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha).
5.2.3. Biaya
Menguraikan biaya-biaya yang perlu dikeluarkan selama masa kerjasama mulai dari tahap
konstruksi hingga pengoperasian dan pemeliharaannya. Unsur biaya yang perlu dikaji
meliputi:
• Biaya investasi (CAPEX)
Berisikan ringkasan biaya investasi, baik oleh PJPK, Badan Usaha maupun secara
total. Ringkasan ini juga terdiri dari dua harga, yaitu harga konstan dan harga berlaku.
Ringkasan biaya investasi ini di-breakdown per tahun. Untuk biaya investasi
(CAPEX) sektor Infrastruktur Pendidikan ini antara lain meliputi:
o Biaya investasi untuk fasilitas bangunan dan lahan;
o Biaya investasi untuk sarana dan prasarana;
o Biaya investasi untuk pembangunan infrastruktur kawasan, termasuk jalan
akses, tempat parkir, dan sejenisnya;
o Selain itu juga ada working capital yang timbul dari pengoperasian proyek
investasi ini, pihak manajemen memperkirakan adanya biaya lain-lain yang
mencakup biaya perizinan, biaya kunjungan manajemen, biaya bantuan
hukum, biaya peresmian, dan biaya pemasaran.
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 26
• Biaya operational dan pemeliharaan (OPEX)
Biaya-biaya operasional yang dihitung antara lain:
o Biaya pegawai dan tenaga pengajar;
o Biaya listrik, operasional harian dan utilitas;
o Biaya perbaikan dan pemeliharaan infrastruktur Pendidikan;
o Biaya penyusutan;
o Biaya asuransi;
o Biaya bunga hutang;
o Biaya operasional lainnya.
5.2.4. Proyeksi Kinerja Keuangan Badan Usaha Pelaksana
Pada bagian ini akan dikaji proyeksi kinerja keuangan Badan Usaha Pelaksana dengan
menggunakan asumsi-asumsi seperti dibahas di atas. Proyeksi keuangan yang perlu
dimasukkan dalam Prastudi Kelayakan:
• Proyeksi laba rugi (income statement)
(Inggris: Income Statement atau Profit & Loss Statement) adalah bagian dari laporan
keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang
menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan beban perusahaan sehingga menghasilkan
laba/rugi bersih.
• Proyeksi neraca (balance sheet)
adalah bagian dari laporan keuangan suatu entitas yang dihasilkan pada suatu periode
akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan entitas tersebut pada akhir periode.
Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas.
• Proyeksi arus kas (cash flow)
Adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu
periode akuntansi yang menunjukkan aliran masuk dan keluar uang (kas) perusahaan.
5.2.5. Kelayakan Proyek
Bagian ini akan membahas indikator yang menentukan layak tidaknya proyek ini dijalankan
oleh Badan Usaha Pelaksana. Beberapa indikator keuangan tersebut adalah:
• IRR, NPV dan DSCR dari proyek.
• Perbandingan FIRR proyek terhadap WACC. Jika FIRR lebih besar dari WACC
maka Proyek KPBU dinilai LAYAK.
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 27
• Jika FIRR ekuitas dibandingkan dengan Minimum Attractive Rate of Return
(MARR) masih lebih besar maka Proyek KPBU dinilai LAYAK.
• Jika NPV yang dihasilkan lebih besar dari 0 maka Proyek KPBU dinilai LAYAK.
• Jika DSCR lebih besar dari 1 maka Proyek KPBU dinilai LAYAK.
5.2.6. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengkaji pengaruh ketidakpastian pelaksanaan KPBU
terhadap tingkat kelayakan keuangan proyek, misalnya:
• Penurunan/kenaikan pendapatan;
• Penurunan/kenaikan biaya;
5.3. Analisis Value for Money (Nilai Manfaat Uang)
Tujuan dari Analisis Nilai Manfaat Uang (Value for Money – VFM) adalah untuk membandingkan
dampak finansial dari proyek KPBU (perkiraan penawaran badan usaha) terhadap alternatif
penyediaan infrastruktur secara tradisional oleh Pemerintah (Public Sector Comparator – PSC). Nilai
Manfaat Uang (VFM) merupakan selisih Net Present Value (NPV) PSC dengan NPV KPBU. Jika Nilai
VFM adalah positif, maka proyek tersebut memberikan nilai manfaat. Sebaliknya, jika VFM negatif,
maka skema tersebut tidak dipilih.
5.3.1. Perhitungan Biaya Dasar (Base Cost)
PSC KPBU
Competitive neutrality
Risk
Ancillary cost
Financing
Base cost
Risk
Ancillary cost
Financing
Base cost
Value for Money
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 28
Menguraikan perbandingan biaya yang dibutuhkan antara PSC dan KPBU untuk
menyediakan infrastruktur dan pelayanan yang sama.
Untuk PSC : CAPEX, OPEX dan Pendapatan
Untuk KPBU : CAPEX, OPEX, dan Pendapatan
5.3.2. Pembiayaan (Financing)
Menguraikan perbandingan antara total pembiayaan KPBU dengan PSC. Umumnya total
pembiayaan KPBU lebih tinggi daripada PSC karena Badan Usaha memperoleh pinjaman
dengan suku bunga yang lebih tinggi.
5.3.3. Biaya Lain-lain (Ancillary Cost)
Menjelaskan biaya lain-lain yang timbul dari pelaksanaan proyek namun tidak terkait
langsung dengan proyek, seperti biaya manajemen proyek dan biaya transaksi.
5.3.4. Risiko
Menguraikan risiko-risiko yang ditanggung oleh pelaksana proyek. Pada PSC seluruh risiko
ditanggung oleh Pemerintah sedangkan pada KPBU risiko akan dialokasikan pada masing-
masing pihak yang dianggap paling mampu melakukan mitigasi risikonya.
5.3.5. Competitive Neutrality
Menguraikan competitive neutrality yang menghilangkan keuntungan dan kerugian kompetitif
yang dimiliki oleh publik. Beberapa biaya, seperti pajak atau asuransi tertentu, yang terdapat
pada base cost mungkin tidak dihitung pada komponen base cost dari PSC yang menimbulkan
kesalah pahaman. Oleh karena itu, untuk menetralkan hal tersebut, competitive neutrality
ditambahkan ke dalam PSC.
5.3.6. Kesimpulan
Merekapitulasi perhitungan dari setiap komponen untuk memperoleh gambaran besaran VfM
dari proyek KPBU.
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 29
BAB 6. KAJIAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
Pada bab ini akan dibahas secara ringkas dari hasil studi lingkungan yang telah dilakukan. Beberapa
hal yang perlu masuk dalam bab ini meliputi:
6.1. Pengamanan Lingkungan
Pada Dokumen Pra-studi Kelayakan kajian lingkungan hidup yang dilakukan merupakan kajian awal
lingkungan (Initial Environmental Examination – IEE). Berikut adalah hal-hal yang perlu dikaji dan
disampaikan pada kajian awal lingkungan:
1. Latar belakang dan gambaran kegiatan, termasuk namun tidak terbatas pada latar belakang,
tujuan dan ruang lingkup kajian awal lingkungan, serta gambaran kegiatan pada setiap
tahapan proyek ((i) perencanaan/desain, (ii) konstruksi, (iii) operasi, (iv) end-of-life;
2. Lokasi terkena dampak;
3. Kebijakan dan prosedur lingkungan yang diatur oleh peraturan perundang-undangan;
4. Evaluasi potensi dampak lingkungan -- matriks dampak proyek:
• Susun daftar potensi dampak;
• Identifikasi dan pertimbangkan daftar berdasarkan kelas/tipe dampak;
• Prediksi dan karakterisasi potensi dampak (besaran, arah (menguntungkan/merugikan),
jangkauan, durasi, frekuensi, reversibilitas, kemungkinan terjadi);
5. Rekomendasi aksi penentuan dan mitigasi, termasuk pengawasan dan evaluasi.
6.2. Pengamanan Sosial dan Pengadaan Lahan
Sebagian potensi dampak sosial yang ditimbulkan dari proyek KPBU serta rencana mitigasinya telah
dibahas pada kajian lingkungan hidup. Namun, jika dampak sosial yang ditimbulkan cukup besar
maka perlu diperjelas atau dirinci pada bagian ini.
Selain itu, bagian ini juga berfokus pada kegiatan pengadaan tanah untuk tapak proyek KPBU.
Berikut adalah hal-hal yang perlu dikaji pada kajian ini:
1. Mengidentifikasi pihak-pihak yang terkena dampak beserta status lahannya;
2. Mengidentifikasi karakteristik sosial dan ekonomi dari pihak-pihak yang terkena dampak;
3. Mengidentifikasi aksi yang harus dilakukan untuk kebutuhan tapak proyek KPBU, apakah
pengajuan izin pemanfaatan, pembelian tanah, sewa, atau lainnya;
4. Mengidentifikasi nilai/harga lahan yang akan dibebaskan;
5. Menentukan kompensasi yang akan diberikan kepada pihak-pihak yang terkena dampak
dengan mempertimbangkan kapasitas PJPK dalam menyediakan kompensasi tersebut;
6. Menunjuk lembaga atau membentuk tim yang bertanggung jawab untuk pengadaan tanah
dan/atau pemukiman kembali;
7. Melaksanakan konsultasi publik kepada pihak-pihak yang terkena dampak;
8. Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali.
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 30
Bersamaan dengan penyusunan Dokumen Pra-Studi Kelayakan, PJPK juga harus menyediakan
dokumen pendukung terkait kajian lingkungan dan sosial yang dipersyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan di bidang lingkungan hidup. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan
oleh PJPK:
1. Identifikasi persyaratan dokumen yang perlu disiapkan (wajib AMDAL atau UKL-UPL atau
SPPL) untuk memperoleh izin lingkungan berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
2. Dalam menyusun dokumen pendukung (AMDAL ataupun UKL-UPL atau SPPL), PJPK dapat
menunjuk konsultan atau tim penyusun. Ketentuan pembentukan Tim Penyusun AMDAL
mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 7 Tahun 2010.
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 31
BAB 7. KAJIAN BENTUK KPBU
Pada bab ini akan dibahas alternatif-alternatif skema kerjasama yang dapat diterapkan sampai dengan
penetapan skemanya. Beberapa hal yang dikaji dalam bab ini meliputi:
7.1. Alternatif Skema Kerjasama
Pada sub-bab ini berisikan karakteristik alternatif-alternatif skema KPBU berikut dengan keuntungan
dan kerugian/kelemahan dari masing-masing alternatif tersebut, seperti misalnya BOT, BTO, BOO,
kontrak manajemen, kontrak sewa, dan sebagainya.
7.2. Penetapan Skema KPBU
Berisikan pertimbangan-pertimbangan dalam menetapkan skema KPBU yang akan diterapkan.
Beberapa pertimbangan dapat meliputi pertimbangan hukum dan peraturan, kelembagaan,
ketersediaan infrastruktur yang ada, waktu untuk ketersediaan infrastruktur, kemampuan (teknis dan
finansial) pemerintah, optimalisasi investasi oleh Badan Usaha Pelaksana, kemungkinan pembiayaan
dari sumber lain serta pembagian risikonya dan kepastian adanya pengalihan keterampilan
manajemen dan teknis dari sektor swasta kepada sektor publik.
Sub-bab ini juga menguraikan skema struktur kelembagaan penjelasan alur tanggung jawab masing-
masing lembaga.
7.3. Lingkup kerjasama KPBU
Berisikan pembagian tanggung jawab antara PJPK dan Badan Usaha Pelaksana (BUP). Dalam
menentukan lingkup kerjasama ini perlu melihat peraturan yang berlaku, termasuk tupoksi dari
lembaga-lembaga terkait. Misalkan bahwa BUP hanya menyediakan peralatan praktek siswa atau
juga hingga membangun bengkel/workshop untuk kegiatan praktik siswa, dan sebagainya.
Dalam lingkup ini juga perlu diuraikan faktor-faktor kritis yang akan menentukan suksesnya proyek
KPBU, seperti misalnya komitmen, proses pengadaan yang efektif, alokasi dan manajemen risiko,
kejelasan spesifikasi keluaran, dan sebagainya.
Peran dan tanggung jawab instansi terkait perlu diuraikan secara lebih mendetail dalam sub-bab ini,
seperti misalnya peran PJPK, Badan Usaha Pelaksana, dan sebagainya, berdasarkan struktur KPBU
yang akan diterapkan.
7.4. Jangka Waktu dan Pentahapan KPBU
Penentuan jangka waktu mempertimbangkan tingkat dan jangka waktu pengembalian investasi yang
ditanamkan Badan Usaha. Diuraikan pula rencana kegiatan proses penyiapan transaksi KPBU
dengan memperhatikan kondisi permintaan ataupun pertimbangan lainnya.
7.5. Keterlibatan Pihak Ketiga
Keterlibatan pihak ketiga perlu diidentifikasi termasuk peran, tanggung jawab, kompensasi
/pembayaran (jika ada), serta kebutuhan perjanjian.
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 32
7.6. Penggunaan aset daerah
Dalam sub-bab ini akan dikaji aset-aset pemerintah daerah atau BUMN/BUMD apa saja yang akan
digunakan untuk kerjasama ini dan bagaimana sistem pemakaian yang akan diterapkan. Aset ini juga
termasuk dengan aset-aset institusi lain seperti misalnya aset jalan akses, aset jaringan listrik, gedung
dan sebagainya.
7.7. Alur Finansial Operasional
Pada sub-bab ini diuraikan mengenai aliran keuangan yang direncanakan setelah proyek KPBU
diimplementasikan. Perlu dipertimbangkan pembentukan badan khusus pengelola proyek dari sisi
PJPK dengan mempertimbangkan legalitas badan usaha tersebut dalam mengelola alur finansial
operasional. Badan usaha tersebut bisa saja dalam bentuk Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
atau bentuk lainnya.
7.8. Status Kepemilikan Aset dan Pengalihan Aset
Sub-bab ini menguraikan status kepemilikan aset selama jangka waktu perjanjian kerjasama dan
mekanisme pengalihan aset setelah berakhirnya perjanjian kerjasama.
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 33
BAB 8. KAJIAN RISIKO
Risiko adalah kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama kelangsungan suatu
proyek. Risiko tersebut dapat dinilai secara kualitatif ataupun kuantitatif. Proses analisis risiko terdiri
atas identifikasi risiko, alokasi risiko, penilaian risiko, dan mitigasi risiko. Tujuan analisis risiko
adalah agar stakeholder dapat memperoleh manfaat finansial sebesar-besarnya melalui proses
pengelolaan risiko yang meliputi menghilangkan, meminimalkan, mengalihkan, dan
menyerap/menerima risiko tersebut.
8.1. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko dilakukan untuk mengetahui jenis risiko yang mungkin timbul di dalam proyek.
Untuk sektor pendidikan, risiko-risiko tersebut biasanya antara lain meliputi:
a. Risiko Lokasi risiko pencemaran ke lingkungan sekitar lokasi, keresahan masyarakat, dan
sebagainya.
b. Risiko Desain, Konstruksi dan Uji Operasi risiko keterlambatan penyelesaian konstruksi
dan kenaikan biaya, kesalahan desain atau desain yang tidak lengkap, ketidaksesuaian
peralatan praktik, ketidakjelasan spesifikasi output, risiko uji operasi, dan sebagainya.
c. Risiko Sponsor adanya anggota konsorsium yang tidak dapat memenuhi kewajiban
kontraktualnya serta kinerja kontraktor EPC dan OPC yang buruk.
d. Risiko Finansial risiko tidak tercapainya perolehan biaya proyek (financial close), terjadinya
fluktuasi nilai mata uang dan tingkat bunga pinjaman, perubahan tingkat inflasi yang
signifikan, dan sebagainya.
e. Risiko Operasional risiko terjadinya perubahan biaya operasi & pemeliharaan peralatan
dan perlengkapan praktik siswa, kerusakan peralatan, kenaikan biaya energi, tidak tersedianya
tenaga pengajar yang memadai, dan sebagainya.
f. Risiko Pendapatan risiko kegagalan penetapan retribusi awal, kegagalan penyesuaian
retribusi sesuai rencana dalam model finansial, perubahan volume output proyek,
ketidaksiapan availability payment dan sebagainya.
g. Risiko Politik risiko perubahan politik yang signifikan, pemutusan kerjasama akibat
perubahan regulasi, risiko mata uang asing (repatriasi, ekspropriasi, dan konversi).
h. Risiko Kahar risiko kahar politik akibat perang dan sebagainya, risiko bencana alam.
i. Risiko Kepemilikan Aset risiko hilang atau rusaknya aset, buruknya kondisi aset saat serah
terima, dan sebagainya.
8.2. Prinsip Alokasi Risiko
Dalam sub-bab ini diuraikan mengenai prinsip-prinsip alokasi risiko, dimana dalam pelaksanaan
proyek KPBU, pendistribusian atau alokasi risiko harus dapat dilakukan secara optimal dengan cara
mengalihkan risiko kepada pihak yang memang dapat mengelola risiko-risiko tersebut secara lebih
efisien dan efektif.
Prinsip alokasi risiko lazimnya adalah “Risiko sebaiknya dialokasikan kepada pihak yang relatif lebih
mampu mengelolanya atau dikarenakan memiliki biaya terendah untuk menyerap risiko tersebut. Jika
prinsip ini diterapkan dengan baik, diharapkan dapat menghasilkan premi risiko yang rendah dan
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 34
biaya proyek yang lebih rendah sehingga berdampak positif bagi pemangku kepentingan proyek
tersebut.
Dalam transaksi proyek KPBU, penentuan kewajiban PJPK dalam Perjanjian Kerjasama (yang
dilakukan setelah melakukan analisis risiko sebagai bagian dari studi kelayakan proyek) perlu
memenuhi prinsip Alokasi Risiko. Upaya menghasilkan suatu skema alokasi risiko yang optimal
penting demi memaksimalkan nilai manfaat uang (value for money).
8.3. Metode Penilaian Resiko
Dalam menentukan risiko yang paling besar kemungkinannya terjadi serta pengaruhnya yang paling
signifikan terhadap kelangsungan proyek KPBU ini, disusun suatu kriteria penilaian risiko yang
dilihat dari peringkat kemungkinannya untuk terjadi dan peringkat konsekuensi risiko.
Peringkat Kemungkinan Terjadi Risiko
Peringkat Keterangan
Hampir Pasti Terjadi Ada kemungkinan kuat risiko ini akan terjadi sewaktu-waktu seperti yang telah
terjadi di proyek lainnya
Mungkin Sekali Terjadi Risiko mungkin terjadi sewaktu-waktu karena adanya riwayat kejadian kasual
Mungkin Terjadi Tidak diharapkan, tapi ada sedikit kemungkinan terjadi sewaktu-waktu
Jarang Terjadi Sangat tidak mungkin, tetapi dapat terjadi dalam keadaan luar biasa. Bisa terjadi,
tapi mungkin tidak akan pernah terjadi
Hampir Tidak Mungkin
Terjadi
Risiko ini secara teoritis dimungkin terjadi, namun belum pernah didapati terjadi
di proyek lainnya
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 35
Pemeringkatan Dampak Risiko
Peringkat Dampak
Keuangan Keselamatan Penundaan Kinerja Hukum Politik
Tidak Penting
Varian <5%
terhadap
anggaran
Tidak ada/ hanya cidera pribadi,
Pertolongan
Pertama dibutuhkan tetapi
tidak ada penundaan hari
< 3 bulan Sesuai tujuan, tetapi ada dampak kecil
terhadap unsur-unsur
non-inti
Pelanggaran Kecil
Perubahan dan dampak kecil
terhadap proyek
Ringan Varian 5%-
10% terhadap
anggaran
Cidera ringan,
perawatan medis dan penundaan
beberapa hari
3 – 6 bulan Sesuai tujuan, tetapi
ada kerugian sementara dari sisi
layanan, atau kinerja unsur-unsur non-inti
yang berada dibawah
standar
Pelanggaran
prosedur/ pedoman
internal
Perubahan
memberikan dampak yang
signifikan terhadap proyek
Sedang Varian
10%-20% terhadap
anggaran
Cidera:
Kemungkinan rawat inap dan
banyak penundaan
hari
6 – 12 bulan Kerugian sementara
unsur proyek inti, atau standar kinerja unsur
inti yang menjadi
berada di bawah standar
Pelanggaran
kebijakan/ peraturan
pemerintah
Ketidakstabilan
situasi berdampak pada keuangan
dan kinerja.
Besar Varian
20%_30% terhadap
anggaran
Cacat sebagian
atau penyakit jangka panjang
atau beberapa cidera serius
1 – 2 tahun Ketidakmampuan
untuk memenuhi unsur inti, dan secara
signifikan menjadikan proyek dibatalkan
Pelanggan
lisensi atau hukum,
pengenaan penalti
Ketidakstabilan
berdampak pada keuangan dan
kinerja
Serius Varian
30%-50% terhadap
anggaran
Kematian atau
cacat permanen
>2 tahun Kegagalan total
proyek
Intervensi
peraturan atau tuntutan,
pengenaan penalti
Ketidakstabilan
menyebabkan penghentian
layanan
Metode penilaian risiko tersebut akan dimasukan dalam matriks peta risiko sebagai berikut:
Tabel 1. Matriks Peta Risiko
Kemungkinan Konsekuensi
Tidak Penting Ringan Sedang Besar Serius
Hampir Pasti Menengah Menengah Tinggi Tinggi Tertinggi
Mungkin Sekali Rendah Menengah Menengah Tinggi Tertinggi
Mungkin Rendah Menengah Menengah Tinggi Tinggi
Jarang Rendah Rendah Menengah Menengah Tinggi
Hampir Tidak
Mungkin Rendah Rendah Rendah Menengah Menengah
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 36
8.4. Mitigasi Resiko
Mitigasi risiko bertujuan untuk memberikan cara mengelola risiko terbaik dengan
mempertimbangkan kemampuan pihak yang mengelola risiko dan juga dampak risiko. Mitigasi risiko
ini berisi rencana-rencana yang harus dilakukan pemerintah dalam kondisi preventif, saat risiko
terjadi, ataupun paska terjadinya risiko. Mitigasi risiko ini dapat berupa penghapusan risiko,
meminimalkan risiko, mengalihkan risiko melalui asuransi atau pihak ketiga lainnya, atau
menerima/menyerap risiko tersebut.
Berikut disampaikan contoh dari matriks risiko proyek KPBU di sektor infrastruktur pendidikan
SMKN.
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 37
Contoh Matriks Risiko Proyek KPBU SMKN Kategori Risiko dan
Persitiwa Risiko Deskripsi PJPK BU Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai Best Practice
Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko
1. RISIKO LAHAN
Keterlambatan dan kenaikan biaya pembebasan lahan
Keterlambatan dan kenaikan Biaya akibat proses pembebasan lahan yang berkepanjangan
Pemerintah menyediakan lahan proyek sebelum proses pengadaan
Lahan tidak dapat dibebaskan
Kegagalan perolehan lokasi lahan proyek karena proses pembebasan lahan yang sulit
Status hukum lahan dan prosedur yang jelas dalam pembebasan lahan proyek
Kejelasan status hukum dan tata ruang lahan bisa menjadi kendala
Proses permukiman kembali yang rumit
Keterlambatan dan kenaikan biaya karena rumitnya isu proses pemukiman kembali
Kompensasi yang wajar dan komunikasi yang baik dengan pihak yang terkena dampak
Dampak sosial relatif luas bila lahan di perkotaan dan sifatnya masih produktif
Kesulitan pada kondisi lokasi yang tak terduga
Keterlambatan karena ketidakpastian kondisi lokasi
Data historis penggunaan lahan dan penyelidikan tanah
Kerusakan artefak dan barang kuno pada lokasi
Data historis penggunaan lahan dan penyelidikan tanah
Gagal menjaga keselamatan dalam lokasi
Implementasi prosedur keselamatan kerja yang baik
Kontaminasi/polusi ke lingkungan lokasi
Kesesuaian dengan studi Amdal yang baik
2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI, DAN UJI OPERASI
Risiko design brief Kerugian akibat tidak jelasnya/tidak lengkapnya design brief
Konsultan desain yang
berpengalaman dan baik
Kesalahan desain Menyebabkan ekstra/revisi desain yang diminta operator
Konsultan desain yang berpengalaman dan baik
Biasanya teridentifikasi saat uji operasi teknis
Terlambatnya penyelesaian konstruksi
Dapat termasuk terlambatnya pengembalian akses lokasi
Kontraktor yang handal dan klausul kontrak yang standar
Kenaikan biaya konstruksi
Kesepakatan faktor eskalasi harga tertentu dalam kontrak
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 38
Kategori Risiko dan Persitiwa Risiko
Deskripsi PJPK BU Bersama Strategi Mitigasi Sesuai Best
Practice Kondisi Spesifik terkait
Alokasi Risiko
Risiko uji operasi Kesalahan estimasi waktu/ biaya dalam uji operasi teknis
Koordinasi kontraktor dan operator yang baik
3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor yang buruk
Proses pemilihan sub-kontraktor yang kredibel
Kegagalan/default dari sub-
kontraktor
Proses pemilihan sub-kontraktor yang kredibel
Kegagalan/default dari Badan Usaha
Default Badan Usaha yang mengarah ke terminasi/step-in oleh Financier
Konsorsium didukung sponsor yang kredibel dan solid
Kegagalan/default dari sponsor proyek
Default pihak sponsor (atau anggota konsorsium)
Proses PQ untuk memperoleh sponsor yang kredibel
4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai financial close
Tidak tercapainya financial close karena ketidakpastian kondisi pasar
Koordinasi yang baik dengan potential lenders
Bisa juga karena conditions precedence tidak terpenuhi
Risiko struktur finansial Inefisiensi karena struktur modal proyek yang tidak optimal
Konsorsium didukung sponsor/lender yang kredibel dan solid
Risiko nilai tukar mata uang fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar mata uang
Instrumen lindung nilai
Risiko tingkat inflasi Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi terhadap asumsi dalam life-cycle cost
Faktor indeksasi tarif;
Risiko suku bunga Fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku bunga
Lindung nilai tingkat suku bunga
Risiko asuransi (1) Cakupan asuransi untuk risiko tertentu tidak lagi tersedia dari penyedia asuransi di pasaran
Konsultansi dengan spesialis/broker asuransi
Khususnya untuk cakupan asuransi risiko terkait keadaan kahar
Risiko asuransi (2) Kenaikan substansial tingkat premi terhadap estimasi awal
Konsultansi dengan spesialis/broker asuransi
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 39
Kategori Risiko dan Persitiwa Risiko
Deskripsi PJPK BU Bersama Strategi Mitigasi Sesuai Best
Practice Kondisi Spesifik terkait
Alokasi Risiko
5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas Akibat fasilitas tidak bisa terbangun
Kontraktor yang handal
Buruk atau tidak tersedianya layanan
Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi
Operator yang handal; Spesifikasi output yang jelas
Aksi industri Aksi mogok, larangan kerja,dsb
Kebijakan SDM dan hubungan industrial yang baik
Bisa oleh staf operator, subkontraktor atau penyuplai
Kenaikan biaya O&M Akibat kesalahan estimasi biaya O&M atau kenaikan tidak terduga
Operator yang handal;
Faktor eskalasi dalam kontrak
Kesalahan estimasi biaya life cycle
Kesepakatan/kontrak dengan supplier seawal mungkin
Kecelakaan lalu lintas atau isu keselamatan
Asuransi kewajiban pihak ketiga
6. RISIKO PENDAPATAN
Kegagalan mengajukan
penyesuaian tarif
Akibat BU tidak mampu memenuhi standar minimal yang disepakati
Kinerja operasi yang baik dan jelas;
Penyesuaian tarif periodic terlambat
Pada indeksasi tarif terhadap tingkat inflasi
Kinerja operasi yang baik dan jelas;
Tingkat penyesuaian tarif lebih rendah dari proyeksi
khususnya setelah indeksasi tarif dan rebasing tariff
Kinerja operasi yang baik dan jelas;
Kesalahan perhitungan estimasi tarif
Survai user affordability and willingness yang handal
7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN
Risiko jaringan (1) Ingkar janji otoritas untuk membangun dan memelihara jaringan sesuai rencana
Standar kinerja operasi dan pengawasan yang baik
Risiko jaringan (2) Ingkar janji otoritas untuk membangun fasilitas penghubung
Pemahaman kontrak yang baik oleh sektor publik
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 40
Kategori Risiko dan Persitiwa Risiko
Deskripsi PJPK BU Bersama Strategi Mitigasi Sesuai Best
Practice Kondisi Spesifik terkait
Alokasi Risiko
Risiko jaringan (3) Ingkar janji otoritas untuk tidak membangun fasilitas pesaing
Pemahaman kontrak yang baik oleh sektor publik
8. RISIKO INTERFACE
Risiko interface (2) Ketimpangan kualitas pekerjaan dukungan pemerintah dan yang dikerjakan BU.
Pekerjaan perbaikan oleh pihak yang kualitas pekerjaannya lebih rendah
Kontrak konstruksi dari pihak pemerintah maupun BU harus selaras dalam kualitas pekerjaan
Risiko interface(3) Rework yang substantial terkait perbedaan standar / metode layanan yang digunakan
Kesepakatan para pihak sedini mungkin tentang standar /metode yang akan diterapkan
Kontrak konstruksi dari pihak pemerintahmaupun BU harus selaras dalam kualitas pekerjaan
9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak dapat dikonversi
Mata uang asing tidak tersedianya dan/atau tidak bisa dikonversi dari Rupiah
• Pembiayaan domestik
• Akun pembiayaan luar negeri
• Penjaminan dari bank sentral
Mata uang asing tidak dapat direpatriasi
Mata uang asing tidak bisa ditransfer ke negara asal investor
• Pembiayaan domestik
• Akun pembiayaan luar negeri
• Penjaminan dari bank sentral
Risiko ekspropriasi Bisa juga akibat default PJPK
• Mediasi
• Penjaminan pemerintah
Perubahan regulasi (dan pajak) yang umum
Perubahan regulasi (dan pajak) yang diskriminatif dan spesifik
Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya
Keterlambatan perolehan persetujuan perencanaan
Hanya jika dipicu keputusan sepihak /tidak wajar dari otoritas terkait
Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya
Gagal/terlambatnya perolehan persetujuan
Hanya jika dipicu keputusan sepihak /tidak wajar dari otoritas terkait
Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya
Biasanya terkait isu selain Perencanaan
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 41
Kategori Risiko dan Persitiwa Risiko
Deskripsi PJPK BU Bersama Strategi Mitigasi Sesuai Best
Practice Kondisi Spesifik terkait
Alokasi Risiko
10. RISIKO KAHAR
Bencana alam Asuransi, bila dimungkinkan
Kahar politis Peristiwa perang, kerusuhan, gangguan keamanan masyarakat
Asuransi, bila dimungkinkan
Cuaca ekstrim Asuransi, bila dimungkinkan
Kahar berkepanjangan Jika di atas 6-12 bulan,dapat mengganggu aspek ekonomis pihak yang terkena dampak
Setiap pihak dapat mengakhiri kontrak KPBU dan memicu prosedur terminasi proyek
Terutama bila asuransi tidak tersedia untuk risiko tertentu
11. RISIKO KEPEMILIKAN ALAT
Risiko nilai aset turun Kebakaran, ledakan, dsb Asuransi
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 1
BAB 9. KAJIAN KEBUTUHAN DUKUNGAN PEMERINTAH
DAN/ATAU JAMINAN PEMERINTAH
Bab ini menguraikan kebutuhan Dukungan Pemerintah serta cakupan kebutuhan Jaminan
Pemerintah berdasarkan hasil kajian ekonomi dan komersial serta kajian risiko, proses dan strategi
untuk mendapatkan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah, serta kajian kesiapan
proyek untuk mendapatkan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah
9.1. Kajian Kemampuan PJPK
Dalam sub-bab ini dikaji kemampuan PJPK dalam membiayai porsi pembiayaan yang menjadi
tanggung jawabnya dan juga kemampuan pemerintah daerah dalam memberikan subsidi dan/atau
availability payment. Hal ini bisa dikaji dari kapasitas fiskal pemerintah daerah dan laporan keuangan
daerah selama 5 hingga 10 tahun ke belakang.
Selain kemampuan finansial, hal yang perlu dikaji juga adalah kemampuan sumber daya manusia
untuk dapat menyelenggarakan proyek KPBU dan juga menjalankan fasilitas yang akan di-KPBU-
kan
9.2. Kajian Kebutuhan Dukungan Pemerintah
Pemberian Dukungan Pemerintah dalam bentuk VGF (Viability Gap Fund) diatur melalui Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 223/PMK.011/2012 dimana disebutkan bahwa Dukungan Kelayakan
adalah Dukungan Pemerintah dalam bentuk kontribusi fiskal yang bersifat finansial yang diberikan
terhadap Proyek Kerja Sama. Proyek yang dapat diberikan dukungan kelayakan memiliki total biaya
investasi paling kurang senilai Rp100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah).
Walaupun proyek KPBU tidak memerlukan Dukungan Pemerintah dalam bentuk VGF, sub-bab ini
tetap perlu dibahas dengan memberikan klarifikasi mengapa tidak perlu VGF. Misalnya karena nilai
proyek yang kurang dari seratus milyar rupiah dan tidak mengaplikasikan prinsip “pengguna
membayar”.
VGF diberikan dalam bentuk tunai sebagai bagian dari biaya konstruksi dengan porsi yang tidak
mendominasi keseluruhan biaya konstruksi (maksimal 49%).
Dalam sub-bab ini diuraikan pemenuhan kriteria untuk mendapatkan VGF. Beberapa hal yang perlu
dijawab dalam sub-bab ini diantaranya adalah:
a. Apakah proyek secara ekonomi layak namun secara finansial belum layak?
b. Apakah proyek didasarkan pada “prinsip pengguna membayar”
c. Apakah pemilihan investor swasta dilakukan melalui proses tender yang terbuka dan
kompetitif dibawah skema KPBU?
d. Apakah draft perjanjian kerjasama telah memuat skema peralihan aset dan/ atau manajemen
aset dari investor ke PJPK pada akhir masa konsesi?
e. Apakah dalam studi kelayakan telah menunjukkan:
• Alokasi risiko yang optimal antara investor dan PJPK
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 2
• Menyimpulkan bahwa proyek layak secara ekonomis dan akan layak secara finansial
apabila diberikan VGF
f. Apakah sektor yang akan di-KPBU-kan termasuk dalam sektor yang disebutkan dalam
Perpres No. 38 tahun 2015?
9.3. Kajian Kebutuhan Jaminan Pemerintah
Jaminan Pemerintah juga dapat diberikan kepada proyek infrastruktur dengan tujuan untuk
mengurangi risiko yang dibebankan kepada Badan Usaha. Jaminan Pemerintah ini diberikan oleh
Menteri Keuangan dan/atau Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Penyediaan fasilitas Jaminan Pemerintah ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No.
265/PMK.08/2015 tentang Fasilitas dalam Rangka Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek
KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur.
Pada sub-bab ini dikaji mengenai ketentuan mengenai jaminan pemerintah, risiko infrastruktur yang
dapat diberikan penjaminan, kajian penjaminan yang mengacu pada PMK No 8/PMK/08/2016,
rencana pengusulan Jaminan Pemerintah, dan sebagainya.
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 3
BAB 10. KAJIAN MENGENAI HAL-HAL YANG PERLU
DITINDAKLANJUTI (OUTSTANDING ISSUES)
Pada bab ini akan diuraikan hal-hal kritis yang perlu ditindak lanjuti dengan isi sub-bab sebagai
berikut:
10.1. Identifikasi Hal-Hal Kritis
Sub-bab ini akan menguraikan hal-hal kritis yang perlu diselesaikan pada tahap penyiapan proyek
KPBU dan juga sebelum dimulainya tahap transaksi KPBU, seperti misalnya penyelesaian studi
AMDAL, perizinan, ekspose kepada DPRD, dan sebagainya.
10.2. Rencana Penyelesaian Hal-Hal Kritis
Sub-bab ini menguraikan strategi, rencana, jadwal dan penanggung jawab penyelesaian hal-hal kritis
yang perlu diselesaikan. Hal ini dijabarkan dalam bentuk matriks.
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017
BUKU III 4
BAB 11. KAJIAN PENGADAAN
Dalam bab ini perlu diuraikan beberapa hal berikut
11.1. Landasan Hukum Pengadaan KPBU
Menguraikan berbagai landasan hukum yang harus digunakan dalam melakukan pengadaan Badan
Usaha Pelaksana.
11.2. Pembentukan Panitia Pengadaan
Menguraikan surat keputusan pembentukan Panitia Pengadaan, serta tugas dan tanggung Panitia
Pengadaan.
11.3. Tahapan Dalam Pengadaan KPBU
Menguraikan tahapan pengadaan Badan Usaha Pelaksana, yaitu apakah perlu dilakukan pelelangan
satu tahap atau pelelangan dua tahap, beserta dengan berbagai pertimbangannya.
Pemilihan Badan Usaha Pelaksana dengan Pelelangan Satu Tahap, dilakukan untuk Proyek KPBU
yang memiliki karakteristik:
a. Spesifikasi dari Penyediaan Infrastruktur dapat dirumuskan dengan jelas; dan
b. Tidak memerlukan diskusi optimalisasi teknis dalam rangka mencapai output yang optimal.
Pemilihan Badan Usaha dengan Pelelangan Dua Tahap dilakukan untuk Proyek KPBU yang
memiliki karakteristik:
a. Spesifikasi dari Penyediaan Infrastruktur belum dapat dirumuskan dengan pasti karena
terdapat variasi inovasi dan teknologi; dan
b. Memerlukan optimalisasi penawaran teknis dalam rangka mencapai output yang optimal.
11.4. Progres Pengadaan
Menjelaskan proses pengadaan secara umum, sesuai dengan tahapan pengadaan seperti tertuang pada
sebelumnya.
11.5. Jadwal dan Kontak
Menguraikan perkiraan jadwal proses pengadaan Badan Usaha dan juga menguraikan alamat
sekretariat Panitia Pengadaan.