TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN...

52
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017 BUKU III 1 LATAR BELAKANG Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 dikatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan hal penting dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Peraturan Pemerintah No.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional terdapat pada Bab VII Pasal 42. Dengan adanya undang-undang tersebut, kebutuhan sarana dan prasarana seharusnya terpenuhi dengan baik. Namun, jika melihat kondisi saat ini, sarana dan prasarana banyak yang tidak sesuai standar atau tidak layak pakai. Padahal, kualitas suatu sekolah juga ditentukan dari kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah tersebut. Prinsip penyelenggaraan pendidikan adalah: 1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. 2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna. 3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. 4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. 5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. 6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. Pendidikan terbagi menjadi pendidikan formal, non-formal dan informal. Pendidikan formal adalah suatu sistem pendidikan yang tersusun, terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan non-formal adalah pendidikan “di luar sistem pendidikan formal”, sedangkan pendidikan informal adalah pendidikan dari dalam keluarga atau tetangga terdekat. Berdasarkan tujuan dan metodologi pengajaran, pendidikan juga dikategorikan sebagai pendidikan konvensional, kejuruan, akademis, keahlian, keagamaan, usia dini, jarak jauh dan khusus. Pendidikan dasar terdiri atas (a) sekolah dasar/SD dan Madrasah Ibtidaiyah/MI, (b) sekolah menengah pertama/SMP dan madrasah tsanawiyah/ MTs, (c) atau sekolah lain yang sejajar. Pendidikan menengah adalah pendidikan lanjutan dari pendidikan dasar dan terdiri atas (a) Sekolah Menengah Atas/SMA dan Madrasah Aliyah/MA, (b) Sekolah Menengah Kejuruan/SMK dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan (c) sekolah lainnya yang sejajar. Pemangku kepetingan yang terlibat di sektor pendidikan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Transcript of TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN...

Page 1: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 1

LATAR BELAKANG

Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 dikatakan bahwa

pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan hal penting dalam mencapai tujuan

pendidikan nasional. Peraturan Pemerintah No.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang

menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional terdapat pada Bab VII Pasal

42. Dengan adanya undang-undang tersebut, kebutuhan sarana dan prasarana seharusnya terpenuhi

dengan baik. Namun, jika melihat kondisi saat ini, sarana dan prasarana banyak yang tidak sesuai

standar atau tidak layak pakai. Padahal, kualitas suatu sekolah juga ditentukan dari kelengkapan

sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah tersebut.

Prinsip penyelenggaraan pendidikan adalah:

1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif

dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan

kemajemukan bangsa.

2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan

multimakna.

3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta

didik yang berlangsung sepanjang hayat.

4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan

mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan

berhitung bagi segenap warga masyarakat.

6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui

peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

Pendidikan terbagi menjadi pendidikan formal, non-formal dan informal. Pendidikan formal adalah

suatu sistem pendidikan yang tersusun, terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,

pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan non-formal adalah pendidikan “di luar

sistem pendidikan formal”, sedangkan pendidikan informal adalah pendidikan dari dalam keluarga

atau tetangga terdekat.

Berdasarkan tujuan dan metodologi pengajaran, pendidikan juga dikategorikan sebagai pendidikan

konvensional, kejuruan, akademis, keahlian, keagamaan, usia dini, jarak jauh dan khusus.

Pendidikan dasar terdiri atas (a) sekolah dasar/SD dan Madrasah Ibtidaiyah/MI, (b) sekolah

menengah pertama/SMP dan madrasah tsanawiyah/ MTs, (c) atau sekolah lain yang sejajar.

Pendidikan menengah adalah pendidikan lanjutan dari pendidikan dasar dan terdiri atas (a) Sekolah

Menengah Atas/SMA dan Madrasah Aliyah/MA, (b) Sekolah Menengah Kejuruan/SMK dan

Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan (c) sekolah lainnya yang sejajar.

Pemangku kepetingan yang terlibat di sektor pendidikan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Page 2: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 2

Pemangku Kepentingan Penyelenggaraan Pendidikan Dasar

Pemangku Kepentingan Deskripsi Pembiayaan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

perumusan kebijakan nasional untuk pendidikan dasar dan menengah di Indonesia

APBN

Kementerian Agama (Direktorat Jenderal Pendidikan Islam)

perumusan kebijakan untuk Madrasah APBN

Pemerintah Provinsi bertanggung jawab dalam penyelenggaraan Sekolah Menegah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan sekolah lainnya yang sejajar

APBN dan APBD Provinsi

Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan Sekolah Dasar

APBN, APBD Kabupaten/Kota

Dewan Pendidikan memperbaiki kualitas layanan pendidikan di Indonesia, dengan memberikan konseling dan petunjuk terhadap sarana/sumber daya manusia, dan lain-lain

Pemerintah, masyarakat dan sumber lainnya

Sekolah Swasta sekolah yang didirikan dan dijalankan oleh masyarakat (yayasan) dengan tujuan non-profit

Swasta

Satuan Pendidikan/Sekolah (Negeri)

menerapkan pengoperasian berbasis sekolah, yang berarti bahwa sekolah diharapkan memiliki independensi yang luas, termasuk dalam urusan pengelolaan dana

APBN, APBD

Komite Sekolah pemberian rekomendasi kepada sekolah

yang bersangkutan terkait dengan kebijakan dan program sekolah, rencana kerja/ anggaran tahunan sekolah, pengumpulan dana, mobilisasi sumber daya, dan mengawasi pengelolaan dan pelaksanaan sekolah

Mandiri

Peserta didik, orang tua, wali belajar dengan baik, mengerjakan tugas sekolah yang sudah diberikan kepadanya, disiplin dalam menjalani tata tertib sekolah

peserta didik, orang tua dan wali

Pendidik dan Tenaga Kependidikan

pendidik dan tenaga kependidikan diangkat oleh sekolah yang bersangkutan secara langsung

APBD

Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Nomor 4 Tahun 2015

secara spesifik menyatakan bahwa infrastruktur fasilitas pendidikan, penelitian dan pengembangan

dapat dikerjasamakan dengan menggunakan model KPBU. Fasilitas pendidikan sebagaimana

didefinisikan di dalam Pasal 3 (poin n) Peraturan Menteri tersebut meliputi sarana pembelajaran,

laboratorium, pusat pelatihan, pusat penelitian/pusat kajian, sarana dan prasarana penelitian dan

pengembangan, inkubator bisnis, galeri pembelajaran, ruang praktik siswa, perpustakaan, dan/atau

fasilitas pendukung pembelajaran dan pelatihan.

Peraturan KPBU juga memperbolehkan penggabungan pengadaan aset di sektor yang berbeda, untuk

menyesuaikan dengan peraturan sektoral. Dengan itu, suatu proyek KPBU untuk pengadaan suatu

Page 3: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 3

fasilitas pendidikan dapat termasuk pengadaan fasilitas komersial untuk meningkatkan kelayakan

proyek yang bersangkutan.

Dalam penyusunan tookit infrastruktur sekolah, akan dipilih Sekolah Menengah Kejuruan sebagai

contoh pelaksanaan skema KPBU untuk infrastruktur pendidikan dengan pertimbangan seperti

diuraikan di bawah ini.

Kondisi Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan saat ini mendapat perhatian khusus dari

pemerintah terutama terkait beberapa masalah yang dapat menghambat upaya pemerintah dalam

memperbanyak lulusan SMK berkompetensi tinggi dan berkarakter untuk menyiapkan

ketenagakerjaan yang siap bersaing di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) khususnya dan era

global umumnya. Presiden Republik Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun

2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan

Daya Saing Sumber Daya Manusia di Indonesia. Kebijakan dalam Inpres No. 9/2016 ini diharapkan

mampu mengatasi permasalahan- permasalahan yang terjadi di SMK saat ini baik dalam kualitas

pendidikan dan pelatihan dan kualitas lulusan SMK yang belum memiliki daya saing.

Jika dilihat dari kebutuhan tenaga kerja dibanding jumlah lulusan SMK di berbagai bidang keahlian,

terjadi ketimpangan yang cukup besar, kecuali untuk bidang keahlian bisnis dan manajemen, seperti

dapat dilihat pada tabel berikut :

Perbandingan Kebutuhan Tenaga Kerja dengan Lulusan SMK 2016

No Bidang Keahlian Lulusan SMK

2016

Peluang

Kebutuhan

Tenaga Kerja

Kelebihan/

Kekurangan

1 Teknologi dan Rekayasa 445.047 638.652 (193.605)

2 Teknologi Informasi dan Komunikasi 277.545 327.813 (50.268)

3 Kesehatan 60.944 68.245 (7.301)

4 Agribisnis dan Agroteknologi 52.319 445.792 (393.473)

5 Perikanan dan Kelautan 17.249 3.364.297 (3.347.048)

6 Bisnis dan manajemen 348.954 119.255 229.699

7 Pariwisata 82.171 707.600 (625.429)

8 Seni Rupa dan Kriya 10.017 81.833 (71.816)

9 Seni Pertunjukan 2.000 6.300 (4.300)

TOTAL 1.296.246 5.759.787 (4.463.541)

Sumber : Direktorat Pembinaan SMK, Kemendikbud, 2017

Adapun permasalahan dan tantangan yang terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan saat ini adalah:

a. Kurikulum SMK yang digunakan tidak selaras dengan kompetensi sesuai pengguna lulusan

(link and match) sehingga belum mampu memenuhi tuntutan dunia kerja, dunia industri dan

dunia usaha.

b. Kuantitas lulusan SMK yang tidak terserap di dunia usaha dan dunia industri cukup tinggi

disebabkan rendahnya kompetensi lulusan, ketidaksesuaian kompetensi yang dilatih di SMK

dengan kebutuhan perusahaan/ dunia industri/ dunia usaha dan kurangnya kesiapan mental

bekerja lulusan SMK.

c. Pendirian SMK kurang memperhatikan dan tidak mementingkan potensi, kebutuhan

keterampilan dan kearifan lokal di daerah masing-masing.

Page 4: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 4

d. Kurangnya jumlah guru produktif SMK dan kurangnya kualitas guru produktif SMK serta

tidak semua program studi yang ada di SMK ada calon gurunya di Lembaga Pendidikan

Tenaga Keguruan (LPTK).

e. Kurangnya fasilitas sarana dan prasarana pendidikan, kurangnya fasilitas uji kompetensi dan

fasilitas sertifikasi SMK

f. Kurangnya partisipasi perusahaan, lembaga pemerintah, dunia usaha dan dunia industri

dalam pelaksanaan pendidikan sistem ganda yaitu terjalinnya sinergi antara SMK dan

industri.

Dengan melihat kondisi-kondisi seperti diuraikan diatas, maka penyelenggaraan Sekolah Menengah

Kejuruan melalui skema KPBU bisa menjadi salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas

lulusan SMK yang siap kerja melalui penyediaan fasilitas pendidikan, pelatihan, dan laboratorium

yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan di dunia kerja/usaha.

TUJUAN TOOLKIT KPBU

Sebagai amanat dari Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015, Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional telah menerbitkan Peraturan Menteri

PPN/Kepala Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah

dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Peraturan Menteri ini merupakan panduan

umum (guideline) bagi pelaksanaan KPBU. Dalam peraturan menteri ini telah disediakan tata cara

proses perencanaan, penyiapan dan transaksi proyek kerjasama. Panduan Umum tersebut bertujuan

untuk:

1. Memberikan pedoman bagi Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dan pemangku

kepentingan mengenai tata cara pelaksanaan KPBU dalam rangka mendorong partisipasi

Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur; dan

2. Memberikan pedoman bagi Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah untuk mengatur tata

cara pelaksanaan KPBU sesuai dengan kewenangan masing-masing.

Sebagai pendukung panduan umum tersebut, diperlukan perangkat-perangkat (tools) untuk

memudahkan PJPK dalam mengimplementasikan pengaturan panduan umum tersebut menjadi

dokumen pra studi kelayakan. Perangkat tersebut dapat berupa toolkit atau petunjuk pelaksanaan

Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha.

Toolkit (petunjuk pelaksanaan) Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Berbasis Website

diharapkan dapat:

1) Mempermudah para pemangku kepentingan dalam memahami Peraturan Menteri PPN No.

4 Tahun 2015 dalam bentuk yang lebih ramah bagi para pengguna (user friendly)

2) Mempermudah akses dalam memperoleh informasi karena toolkit dibuat berbasiskan website

3) Toolkit yang dibuat per sektor diharapkan dapat memperjelas pengguna dalam menentukan

tingkat kedalaman kajian yang diperlukan dalam penyusunan dokumen Pra-Studi Kelayakan

(Pre-Feasibility Study/Pre-FS).

Page 5: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 5

PENERIMA MANFAAT

Penerima manfaat dari toolkit berbasis website ini diantaranya adalah:

1. Kementerian/lembaga/pemerintah daerah

• Bappenas

• Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

• Kementerian Agama

• Kementerian Keuangan

• Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten, dan Kota)

• Dinas-dinas dan UPT Pendidikan

• Instansi yang akan menjadi Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK)

• dan lain-lain

2. Badan Usaha

• Badan Usaha yang ingin menjadi pemrakarsa

• Badan Usaha yang ingin mengikuti proses pengadaan Badan Usaha Pelaksana

• Perbankan dan institusi pembiayaan lainnya

3. Pemangku kepentingan lainnya

• Lembaga donor

• Konsultan penyiapan KPBU

• dan lain-lain

MANFAAT KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA

Skema KPBU menjadi salah satu prioritas skema pembiayaan infrastruktur dengan berbagai

pertimbangan sebagai berikut:

• Adanya keterbatasan anggaran Pemerintah untuk pembangunan infrastruktur,

• Skema KPBU menjadi alternatif sumber pendanaan dan pembiayaan dalam penyediaan

infrastruktur atau layanan publik,

• Skema KPBU memungkinkan pelibatan swasta atau badan usaha dalam penentuan proyek yang

layak untuk dikembangkan,

• Skema KPBU memungkinkan bagi Pemerintah untuk memilih dan memberi tanggung jawab

kepada pihak swasta yang benar-benar memiliki kapasitas untuk melakukan pengelolaan yang

efisien terhadap fasilitas atau infrastruktur yang dibangun.

• Melalui skema KPBU, Pemerintah dapat memilih dan memberi tanggung jawab kepada pihak

swasta untuk melakukan pemeliharaan secara optimal terhadap infrastruktur yang

dikerjasamakan, sehingga layanan publik dapat digunakan secara berkelanjutan.

Page 6: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 6

INFRASTRUKTUR KPBU

Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 38 tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, infrastruktur yang dapat dikerjasamakan merupakan

infrastruktur sosial dan infrastruktur ekonomi yang mencakup 19 infrastruktur sektor, yaitu:

1) Infrastruktur transportasi

2) Infrastruktur jalan

3) Infrastruktur sumber daya air dan irigasi

4) Infrastruktur air minum

5) Infrastruktur sistem pengelolaan air limbah

terpusat

6) Infrastruktur sistem pengelolaan air limbah

setempat

7) Infrastruktur sistem pengelolaan

persampahan

8) Infrastruktur telekomunikasi dan

informatika

9) Infrastruktur energi dan ketenagalistrikan

10) Infrastruktur minyak dan gas bumi

11) Infrastruktur konservasi energi

12) Infrastruktur fasilitas perkotaan

13) Infrastruktur kawasan

14) Infrastruktur pariwisata

15) Infrastruktur fasilitas pendidikan

16) Infrastruktur fasilitas sarana olahraga

17) Infrastruktur kesehatan

18) Infrastruktur pemasyarakatan

19) Infrastruktur perumahan rakyat

RUANG LINGKUP TOOLKIT

Ruang lingkup Toolkit KPBU Infrastruktur Fasilitas Pendidikan – SMKN ini adalah:

1. Proyek KPBU yang diusulkan merupakan proyek yang diprakarsai Pemerintah (solicited)

ataupun oleh Badan Usaha (unsolicited);

2. Fasilitas Pendidikan yang dimaksud adalah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN),

walaupun toolkit ini dapat juga digunakan untuk fasilitas pendidikan lainnya namun perlu

dilakukan penyesuaian;

3. Kegiatan dalam toolkit ini lebih diarahkan pada Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)

TEMPLATE PRA-STUDI KELAYAKAN

Dalam pembahasan selanjutnya akan diuraikan mengenai isi Prastudi Kelayakan untuk keperluan

penyiapan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha untuk infrastruktur fasilitas pendidikan,

khususnya infrastruktur Sekolah Menengah Kejuruan Negeri. Secara umum, isi prastudi kelayakan

meliputi:

Ringkasan Eksekutif

Bab 1 : Pendahuluan

Bab 2 : Kajian Kebutuhan dan Kepatuhan

Bab 3 : Kajian Teknis

Bab 4 : Kajian Ekonomi dan Komersial

Page 7: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 7

Bab 5 : Kajian Hukum dan Kelembagaan

Bab 6 : Kajian Lingkungan dan Sosial

Bab 7 : Kajian Bentuk KPBU

Bab 8 : Kajian Risiko

Bab 9 : Kajian Kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah

Bab 10 : Kajian Mengenai Hal-hal yang Perlu Ditindaklanjuti (Outstanding Issues)

Bab 11 : Kajian Pengadaan

Lampiran-lampiran

• Info Memorandum

• Bahan Market Sounding

• Real Demand Survey

• Kajian Lingkungan (KA-ANDAL dan/atau lainnya)

• Lain-lain

Page 8: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Dokumen Pra-Studi Kelayakan harus diawali oleh Ringkasan Eksekutif yang merupakan ringkasan

dari Dokumen Pra-Studi Kelayakan yang akan menjadi titik perhatian (highlight) perencanaan bisnis

atau tesis dari rencana bagi pengambil keputusan dalam proses KPBU ini. Tujuan Ringkasan

Eksekutif adalah untuk memberikan gambaran perencanaan pelaksanaan KPBU kepada pembaca.

Ringkasan Eksekutif harus berisi gambaran singkat tentang latar belakang diperlukan proyek ini dan

tujuannya, serta rencana untuk mencapai tujuan tersebut. Terakhir memasukkan jumlah dan tujuan

pinjaman atau investasi, jangka waktunya, kelayakan pendanaan dan pernyataan pembayaran bagi

pihak Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) maupun Badan Usaha Pelaksana (BUP) serta

manfaat bagi semua pihak.

Dalam membuat Ringkasan Ekskutif gunakan kata kunci dengan menjawab 6 pertanyaan yaitu:

Siapa, Apa, Dimana, Kapan, Mengapa dan Bagaimana. Adapun pembuatan ringkasan eksekutif

secara lengkap harus meliputi sebagai berikut :

1. Pengantar

Awali Ringkasan Eksekutif dengan latar belakang diperlukannya proyek serta mengapa

perlunya proyek ini dilakukan dengan skema KPBU. Jelaskan apakah ini merupakan proyek

solicited atau unsolicited dan siapa yang menjadi pemrakarsanya.

2. Lokasi Proyek

Mendefinisikan rencana lokasi pelaksanaan proyek, mulai dari provinsi, kabupaten/kota,

kecamatan, kelurahan/desa serta cakupan pelayanannya.

3. Peluang Pasar

Mendefinisikan dengan jelas peluang pasar dari proyek KPBU di sektor pendidikan

(khususnya SMKN) yang direncanakan berdasarkan hasil analisa pasar yang dilakukan.

4. Skema Kerjasama yang ditawarkan

Mendefinisikan secara ringkas skema KPBU terpilih yang akan ditawarkan beserta dengan

alokasi risikonya bagi pihak PJPK dan BUP.

5. Rencana Investasi

Menjelaskan rencana investasi, terutama nilai CAPEX yang diperlukan dari pihak-pihak yang

terlibat dalam pembiayaan investasi (PJPK, BUP dan institusi lainnya bila ada) mencakup

Laba Rugi (Income Statement Projection), penghasilan yang diharapkan (Expected Revenue), biaya

(Expense) dan proyeksi laba bersih (net profit projection) selama masa kerjasama.

6. Struktur Organisasi

Menjelaskan para pemangku kepentingan yang akan telibat dalam KPBU. Penjelasan dapat

dilakukan cukup melalui skema organisasi disertai dengan keterangannya.

7. Kesiapan Proyek

Menjelaskan prosedur yang telah dilewati serta kebutuhan apa saja yang sudah maupun belum

terpenuhi, seperti misalnya ketersediaan lahan, izin lingkungan, dan sebagainya.

8. Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah

Page 9: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 2

Menjelaskan diperlukan atau tidaknya serta kesiapan dari Dukungan Pemerintah dan/atau

Jaminan Pemerintah dalam proyek KPBU yang akan dilaksanakan.

Page 10: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 3

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menguraikan secara umum latar belakang diperlukannya penerapan skema KPBU dalam

pembangunan dan/atau pengelolaan SMKN dilihat dari kondisi umum pelayanan SMKN dan target

Pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan fasilitas pendidikan berupa Sekolah Menengah Kejuruan

Negeri (SMKN).

Beberapa poin penting untuk dapat dimasukkan dalam Latar Belakang ini antara lain meliputi:

1. Kondisi penyelenggaraan SMKN secara nasional, beserta data-data pendukungnya. Misalkan

bercerita tentang ketimpangan antara jumlah siswa, jumlah sekolah dan jumlah tenaga kerja

terampil yang dibutuhkan.

2. Apa saja target Pemerintah dalam meningkatkan penyelenggaraan pendidikan, khususnya

SMKN.

3. Tugas dan fungsi SMKN.

4. Kondisi umum fasilitas pendidikan di Provinsi atau Kabupaten/Kota bersangkutan secara

umum, meliputi kondisi infrastruktur pendidikan, angka anak usia sekolah dan angka anak putus

sekolah (untuk tingkat sekolah menengah), kualitas dan kuantitas lulusan sekolah dan kuantitas

dan kualitas pengajar.

5. Ulasan kapasitas fasilitas pendidikan di wilayah perencanaan (misalnya jumlah SMK dan jurusan

di SMK).

6. Upaya dan kebijakan pemerintah pusat maupun daerah bersangkutan dalam peningkatan

penyelenggaraan SMKN.

7. Kendala yang dihadapi dalam pembiayaan dalam meningkatkan kualitas penyediaan dan/atau

penyelenggaraan SMKN.

8. Kesimpulan akan adanya kebutuhan pembiayaan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan

SMKN dengan melibatkan pihak swasta melalui skema KPBU.

1.2. Maksud dan Tujuan

Dalam sub-bab ini diuraikan tentang maksud dan tujuan dari penyusunan Pra-Studi Kelayakan

tersebut.

1.2.1. Maksud

Mendefinisikan maksud penyusunan Prastudi Kelayakan proyek KPBU. Contoh dari maksud

tersebut antara lain sebagai berikut:

• Mengkaji kelayakan proyek KPBU dan mendorong minat swasta untuk berinvestasi

dalam pembiayaan penyediaan ataupun penyelenggaraan SMKN XXX.

• Mengembangkan struktur pembiayaan penyediaan ataupun penyelenggaraan SMKN

XXX melalui skema KPBU.

Page 11: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 4

• Menyampaikan kajian kelayakan pembiayaan penyediaan ataupun penyelenggaraan

SMKN XXX melalui skema KPBU.

1.2.2. Tujuan

Mendefinisikan tujuan penyusunan Prastudi Kelayakan proyek KPBU ini. Contoh dari tujuan

tersebut antara lain:

• Memberikan pemahaman akan kelayakan dalam penyediaan dan/ataupun

penyelenggaraan SMKN XXX melalui skema KPBU.

• Menemukan faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat menghalangi kelancaran

Proyek KPBU yang diusulkan dan menilai apakah proyek investasi tersebut layak untuk

dilaksanakan.

• Memastikan peningkatan kualitas penyelenggaraan SMKN.

• Terciptanya transfer teknologi maupun kemampuan manajerial dalam memberikan

pelayanan dan fasilitas pendidikan di wilayah proyek.

1.3. Sistematika Pembahasan

Menjelaskan sistematika pembahasan dokumen Prastudi Kelayakan beserta uraian singkat isi

dari tiap-tiap bab dalam Pra-Studi Kelayakan, yaitu:

Ringkasan Eksekutif

Bab 1 : Pendahuluan

Bab 2 : Kajian Kebutuhan dan Kepatuhan

Bab 3 : Kajian Hukum dan Kelembagaan

Bab 4 : Kajian Teknis

Bab 5 : Kajian Ekonomi dan Komersial

Bab 6 : Kajian Lingkungan dan Sosial

Bab 7 : Kajian Bentuk KPBU

Bab 8 : Kajian Risiko

Bab 9 : Kajian Kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah

Bab 10 : Kajian Mengenai Hal-hal yang Perlu Ditindaklanjuti (Outstanding Issues)

Bab 11 : Kajian Pengadaan

Page 12: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 5

BAB 2. KAJIAN KEBUTUHAN DAN KEPATUHAN

2.1. Analisis Kebutuhan

Dalam Sub-Bab analisis kebutuhan ini perlu diterangkan mengenai:

a. Kepastian bahwa peningkatan kualitas penyelenggaraan SMKN melalui skema KPBU

memiliki dasar pemikiran teknis dan ekonomi di wilayah pelayanan.

b. Penjelasan terkait kebutuhan daerah akan adanya peningkatan kualitas penyelenggaraan

SMKN dilihat dari ketidakcukupan pelayanan yang ada saat ini baik dari segi kualitas

maupun kuantitas infrastruktur SMKN, berdasarkan analisis data-data sekunder yang ada.

c. Penjelasan mengenai komitmen pemerintah pusat maupun pemerintah daerah setempat

berdasarkan hasil diskusi dengan pihak-pihak terkait ataupun berdasarkan hasil Konsultasi

Publik.

2.2. Kriteria Kepatuhan

Dalam sub-bab Kriteria Kepatuhan, dokumen Pra-Studi Kelayakan harus dapat menjelaskan

mengenai hal-hal berikut:

a. Siapakah yang akan menjadi PJPK dan apa dasar hukumnya.

b. Adakah peraturan yang mendukung atau sebaliknya melarang pelaksanaan penyelenggaraan

pengembangan SMKN melalui skema KPBU?

c. Apa saja rencana pengembangan di sektor pendidikan, khususnya sektor SMKN, yang

terdapat di dalam RPJMN?

d. Apa saja rencana pengembangan di sektor pendidikan, khususnya sektor SMKN, yang

terdapat di dalam RPJMD Provinsi?

e. Apa saja rencana pengembangan di sektor pendidikan, khususnya sektor SMKN, yang

terdapat di dalam RPJMD Kabupaten/Kota bersangkutan?

f. Apa saja rencana pengembangan di sektor pendidikan, khususnya sektor SMKN, yang

terdapat di dalam Rencana Strategis Kemendikbud?

g. Dari aspek tata ruang, perlu dikaji kesesuaian lokasi SMKN yang akan dikerjasamakan

terhadap perencanaan tata ruang wilayah sehingga diharapkan lokasi yang diusulkan tidak

melanggar fungsi kawasannya.

h. Apa saja rencana pengembangan di sektor pendidikan, khususnya sektor SMKN, yang

terdapat di dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota

bersangkutan?

2.3. Kesimpulan

Berdasarkan kajian-kajian terhadap perencanaan yang telah diuraikan diatas, maka dalam sub-bab ini

harus bisa menjelaskan sejauh mana kesesuaian rencana proyek KPBU pengembangan SMKN XXX

yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan serta peraturan dan perencanaan yang ada.

Page 13: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 6

BAB 3. KAJIAN HUKUM DAN KELEMBAGAAN

3.1. Kajian Hukum

Sub-Bab Kajian Hukum ini bertujuan untuk memastikan bahwa rencana pengembangan

penyelenggaraan SMKN melalui skema KPBU telah sesuai dengan peraturan perundangan yang

terkait. Beberapa hal yang perlu dibahas setidaknya meliputi:

3.1.1. Analisis Peraturan Perundangan

Analisa peraturan perundang-undangan akan mengkaji berbagai peraturan perundang-

undangan yang terkait dengan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) di sektor

pengembangan penyelenggaraan fasilitas pendidikan, terutama penyelenggaraan SMKN.

Perlu dipastikan bahwa rencana proyek KPBU ini tidak menyalahi peraturan perundangan

yang ada. Beberapa peraturan yang perlu dikaji dalam Dokumen Pra-FS ini meliputi:

a. Peraturan KPBU

Memastikan bahwa pengembangan infrastruktur penyelenggaraan SMKN XX termasuk

dalam infrastruktur yang masuk dalam daftar infrastruktur yang dapat di-KPBU-kan.

Peraturan ini mengacu pada Perpres No. 38/2015 dan Permen PPN No. 4/2015.

Beberapa point penting yang perlu dibahas meliputi:

• Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan Badan

Usaha dalam penyediaan infrastruktur sekolah dengan skema KPBU (Kerjasama

Pemerintah dengan Badan Usaha);

• Penjelasan pengembangan fasilitas pendidikan (SMKN) termasuk dalam

infrastruktur yang dapat dikerjasamakan melalui skema KPBU sebagai

infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial;

• Pelaksanaan pengembangan infrastruktur pendidikan dapat dilakukan dengan

skema KPBU dengan menggabungkan dengan lebih dari satu jenis infrastruktur

atau gabungan dari beberapa jenis infrastruktur;

• Pasal atau ayat terkait penetapan Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK)

untuk proyek KPBU yang diusulkan serta bagaimana pengaturan pengembalian

investasi yang meliputi penutupan biaya modal, biaya operasional, dan

keuntungan Badan Usaha Pelaksana.

b. Peraturan terkait penyelenggaraan pendidikan.

Memastikan bahwa pengembangan infrastruktur SMKN didukung oleh peraturan yang

terkait penyelenggaraan pendidikan, khususnya pendidikan SMKN. Beberapa peraturan

yang dapat menjadi acuan diantaranya adalah:

• Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas)

Page 14: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 7

Kajian terhadap undang undang Sisdiknas sebagai landasan hukum sistem

pendidikan nasional mencakup hal-hal yang berkaitan dengan fungsi dan tujuan

pendidikan nasional, pengaturan tentang jenis, jenjang dan bentuk pendidikan

menengah. Di samping itu, kajian tersebut juga meliputi dasar pengembangan

pendidikan menengah kejuruan serta keterlibatan masyarakat/swasta dalam

penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung terciptanya proses belajar

mengajar yang baik.

• Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan

Peraturan ini mengkaji tentang pengaturan standar sarana yang meliputi perabot,

peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan

habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses

pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Di samping itu, peraturan tersebut

juga mengkaji standar prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang

pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang

perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi,

ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah,

tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk

menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

• Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah

Kejuruan Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya

Manusia di Indonesia

Kebijakan mendorong penguatan sinergi antar pemangku kepentingan untuk

merevitalisasi SMK guna meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya

manusia.

• P eraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 40 tahun 2008 tentang Standar

Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah

Kejuruan (SMK/MAK)

c. Undang Undang Pemerintahan Daerah

Menjelaskan pembagian urusan pemerintahan bidang pendidikan sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Lampiran

A sebagai berikut:

Page 15: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 8

NO SUB

URUSAN

PEMERINTAH

PUSAT

DAERAH

PROVINSI

DAERAH

KABUPATEN/

KOTA

1 Manajemen Pendidikan

Penetapan standar nasional pendidikan.

Pengelolaan pendidikan

tinggi.

Pengelolaan

pendidikan

menengah.

Pengelolaan pendidikan khusus.

Pengelolaan pendidikan dasar.

Pengelolaan

pendidikan anak usia

dini dan pendidikan nonformal.

2 Kurikulum Penetapan kurikulum

nasional pendidikan

menengah, pendidikan

dasar, pendidikan anak

usia dini, dan

pendidikan nonformal.

Penetapan kurikulum

muatan lokal

pendidikan menengah

dan muatan lokal pendidikan khusus.

Penetapan kurikulum

muatan lokal

pendidikan dasar,

pendidikan anak usia

dini, dan pendidikan

nonformal.

3 Akreditasi Akreditasi perguruan

tinggi, pendidikan

menengah, pendidikan

dasar, pendidikan anak

usia dini, dan pendidikan nonformal.

4 Pendidikan

dan Tenaga Kependidikan

Pengendalian formasi

pendidik, pemindahan

pendidik, dan

pengembangan karier

pendidik.

Pemindahan pendidik

dan tenaga

kependidikan lintas Daerah provinsi.

Pemindahan pendidik

dan tenaga

kependidikan lintas

Daerah

kabupaten/kota

dalam 1 (satu) Daerah provinsi.

Pemindahan pendidik

dan tenaga

kependidikan dalam

Daerah

kabupaten/kota.

5 Perizinan

Pendidikan

Penerbitan izin

perguruan tinggi swasta

yang diselenggarakan oleh masyarakat.

Penerbitan izin

penyelenggaraan satuan pendidikan asing.

Penerbitan izin

pendidikan menengah

yang diselenggarakan oleh masyarakat.

Penerbitan izin

pendidikan khusus

yang diselenggarakan

oleh masyarakat.

Penerbitan izin

pendidikan dasar yang

diselenggarakan oleh masyarakat.

Penerbitan izin

pendidikan anak usia

dini dan pendidikan

nonformal yang

diselenggarakan oleh masyarakat.

6. Bahasa dan

Sastra

Pembinaan bahasa dan

sastra Indonesia.

Pembinaan bahasa

dan sastra yang

penuturnya lintas

Daerah

kabupaten/kota

dalam 1 (satu) Daerah provinsi

Pembinaan bahasa dan

sastra yang penuturnya

dalam Daerah kabupaten/kota.

Page 16: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 9

d. Peraturan Terkait Pendirian Badan Usaha

Berisikan kajian tentang pendirian badan usaha sebagai badan usaha pelaksana proyek

KPBU. Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pendirian Badan Usaha

sebagai Badan Usaha Pelaksana di sektor penyelenggaraan SMKN sekurang-kurangnya

adalah UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

e. Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota

Mengkaji tentang peraturan daerah yang terkait dengan pengelolaan SMKN di daerah.

Keberadaan Perda memperkuat landasan untuk terselenggaranya kerjasama sektor

infrastruktur SMKN.

f. Peraturan Terkait Lingkungan

Berisi kajian terhadap peraturan-peraturan yang terkait dengan aspek lingkungan dan

dilakukan penetapan tingkat kajian lingkungan yang perlu dilakukan terkait dengan

besaran proyek KPBU yang akan dilakukan, apakah AMDAL, UKL/UPL atau Izin

Lingkungan. Peraturan tersebut antara lain:

1) Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

2) Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan

3) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2015 tentang Jenis

Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan

g. Peraturan Terkait Pembiayaan Daerah

Sub-bab ini akan membahas beberapa peraturan terkait pembiayaan infrastruktur oleh

Pemerintah Daerah, khususnya Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006

tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, yang telah diperbaharui oleh Peraturan Menteri

Dalam Negeri No. 59 tahun 2007 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 tahun

2011. Bisa juga dilakukan pengkajian tentang kemungkinan dilakukannya pinjaman

daerah dengan merujuk pada PP no. 30 tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah.

h. Peraturan Terkait Pengadaan

Sub-bab ini akan membahas beberapa peraturan terkait pengadaan BUP terutama untuk

menentukan tahapan proses pengadaan, apakah pengadaan dilakukan secara satu tahap

atau dua tahap dengan melihat spesifikasi keluaran proyek KPBU.

Peraturan yang perlu dikaji setidaknya adalah Peraturan Kepala LKPP No. 19 tahun 2015

tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah dengan

Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.

i. Peraturan Terkait Penanaman Modal

Berisikan kajian mengenai penanaman modal usaha dalam pengembangan infrastruktur

SMKN melalui skema KPBU dengan mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun

2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka

dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Berdasarkan Peraturan Presiden

Page 17: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 10

tersebut, perlu dilihat batas kepemilikan modal asing untuk bidang usaha penyediaan

sarana dan atau prasarana penyelenggaraan sekolah/ pendidikan.

j. Peraturan Terkait Persaingan Usaha

Berisikan kajian kesesuaian proyek pengembangan penyelenggaraan sekolah (SMKN)

dengan peraturan persaingan usaha diantaranya yaitu Undang-Undang No. 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan peraturan

pelaksanaannya.

k. Peraturan Terkait Ketenagakerjaan

Dilakukan kajian terkait tenaga kerja atau pegawai yang akan terlibat dalam

pengembangan penyelenggaraan sekolah (SMKN) melalui skema KPBU, baik pada saat

konstruksi maupun saat pengoperasiannya. Kajian ini dapat mengacu salah satunya pada

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan peraturan

pelaksanaan di bawahnya.

l. Peraturan Terkait Pengadaan Tanah

Bila proyek pengembangan penyelenggaraan SMKN melalui skema KPBU ini

memerlukan tanah, maka perlu dilakukan kajian terhadap proses pengadaan tanah yang

harus mengacu pada:

• UU No. 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum.

• Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah

Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Presiden No. 40 Tahun 2014, Peraturan Presiden No. 99 Tahun 2014 dan

Peraturan Presiden No. 30 Tahun 2015.

• Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk

Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 6 Tahun

2015.

• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 72 Tahun 2012 tentang Biaya Operasional dan

Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk

Kepentingan Umum yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

• Peraturan Menteri Keuangan No. 13/PMK.02/2013 tentang Biaya Operasional dan

Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk

Kepentingan Umum yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

m. Peraturan Terkait Pemanfaatan Barang Milik Negara/Barang Milik Daerah

Pada bagian ini dianalisa kemungkinan pemanfaatan Barang Milik Negara/Barang Milik

Daerah dalam proyek pengembangan penyelenggaraan pendidikan SMKN dengan

mengacu pada:

• Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah

• Peraturan Menteri Keuangan No. 246/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Penggunaan Barang Milik Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Page 18: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 11

Menteri Keuangan No. 87/PMK.06/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Keuangan Republik Indonesia No. 246/PMK.06/2014.

• Peraturan Peraturan Menteri Keuangan No. 164/PMK.06/2014 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara Dalam Rangka Penyediaan

Infrastruktur sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No.

65/PMK.06/2016.

n. Peraturan Terkait Perpajakan

Pada bagian ini dilakukan analisa terhadap peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan perpajakan khususnya yang berkaitan langsung dengan pengembangan

dan/atau pengelolaan fasilitas pendidikan (SMKN) oleh Badan Usaha. Pada bagian ini

diharapkan dapat teridentifikasi kemungkinan pemberian insentif perpajakan kepada

Badan Usaha jika diperlukan.

o. Peraturan Terkait Dukungan Pemerintah

Dalam pelaksanaan skema KPBU, Pemerintah dapat memberikan dukungan pemerintah

terhadap badan usaha pelaksana dalam pelaksanaan KPBU. Berkaitan dengan pemberian

dukungan pemerintah atas sebagian biaya konstruksi, perlu dilakukan analisa terhadap

Peraturan Menteri Keuangan No. 223/PMK.011/2012 Pemberian Dukungan Kelayakan

atas Sebagian Biaya Konstruksi pada Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha

dalam Pelaksanaan Infrastruktur.

p. Peraturan Terkait Jaminan Pemerintah

Dalam pelaksanaan skema KPBU, pemerintah dapat memberikan jaminan pemerintah

dalam bentuk penjaminan infrastruktur. Jaminan pemerintah dapat diberikan oleh

Menteri Keuangan melalui PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) selaku

badan usaha penjaminan infrastruktur. Jaminan pemerintah diberikan dengan

memperhatikan prinsip pengelolaan dan pengendalian risiko keuangan dalam APBN.

Pada bagian ini dilakukan analisa terhadap proses pemberian jaminan pemerintah oleh

PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) yang diatur dalam:

• Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur dalam

Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang Dilakukan Melalui Badan

Usaha Penjaminan Infrastruktur; dan

• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 260/PMK.011/2010 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan

Badan Usaha, sebagaimana telah diubah dengan PMK No 8/PMK/08/2016 tentang

Perubahan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 260/PMK.011/2010 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama

Pemerintah dengan Badan Usaha

• Peraturan Menteri Keuangan No. 265/PMK.08/2015 tentang Fasilitas dalam Rangka

Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur

Page 19: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 12

3.1.2. Risiko Hukum dan Strategi Mitigasi

Dalam sub-bab ini, dokumen Pra-Studi Kelayakan perlu menguraikan isu-isu hukum yang

berpotensi memberikan pengaruh/dampak pada penyiapan, transaksi, maupun pelaksanaan

proyek KPBU berdasarkan kajian hukum yang telah dilakukan di sub-bab sebelumnya, serta

menjabarkan strategi mitigasi untuk meminimalisasi kemungkinan terjadi dan besaran

dampaknya. Misalnya, risiko yang diakibatkan dari diterbitkannya peraturan baru.

3.1.3. Kebutuhan Perijinan

Pada sub-bab ini akan diuraikan perijinan-perijinan yang diperlukan untuk pelaksanaan

pengembangan infrastruktur pendidikan (SMKN) serta rencana strategi untuk memperoleh

perijinan-perijinan tersebut, baik perijinan sebelum proses pengadaan maupun setelah proses

pengadaan. Sebagai contoh adalah perijinan AMDAL, Izin Lingkungan, Surat Penetapan

Lokasi dari Gubernur, persetujuan prinsip dukungan dan/atau jaminan pemerintah (jika

dibutuhkan), dan sebagainya yang diperlukan sebelum proses pengadaan. Sementara Izin

Mendirikan Bangunan (IMB) dan sebagainya diperlukan setelah proses pengadaan dan

penandatangan kerjasama.

3.1.4. Rencana dan Jadwal Pemenuhan Persyaratan Peraturan dan Hukum

Dalam sub-bab ini perlu diuraikan rencana dan jadwal pemenuhan persyaratan peraturan dan

hukum disesuaikan dengan rencana dan jadwal penyiapan, transaksi, serta pelaksanaan

proyek KPBU.

3.2. Kajian Kelembagaan

Sub-Bab Kajian Kelembagaan ini bertujuan untuk menjelaskan kelembagaan yang akan terlibat dalam

pengembangan penyelenggaraan fasilitas pendidikan (SMKN), struktur kelembagaannya, tugas dari

masing-masing institusi yang terlibat serta mengkaji permasalahan dan rencana mitigasi

permasalahan di aspek kelembagaan. Pada bagian ini, analisis kelembagaan akan dilaksanakan

dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memastikan kewenangan institusi yang akan bertindak sebagai PJPK dalam melaksanakan

KPBU termasuk penentuan PJPK dalam proyek multi infrastruktur (jika ada);

b. Melakukan pemetaan pemangku kepentingan (stakeholders mapping) dengan menentukan

peran dan tanggung jawab lembaga-lembaga yang berkaitan dalam pelaksanaan KPBU;

c. Menentukan peran dan tanggung jawab Tim KPBU berkaitan dengan kegiatan penyiapan

Prastudi Kelayakan, serta menentukan sistem pelaporan Tim KPBU kepada PJPK;

d. Menentukan dan menyiapkan perangkat regulasi kelembagaan; dan

e. Menentukan kerangka acuan pengambilan keputusan.

Uraian kajian kelembagaan ini meliputi:

Page 20: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 13

3.2.1. Struktur Organisasi KPBU

Pada sub-bab ini digambarkan skema atau struktur organisasi dari instansi-instansi yang akan

terlibat dalam KPBU beserta dengan penjelasan umumnya.

3.2.2. Penanggung Jawab Proyek Kerjasama

Pada bagian ini menguraikan institusi mana yang menjadi PJPK serta dilakukan analisa

mengenai kewenangan institusi yang menjadi PJPK dalam melaksanakan proyek KPBU yang

diusulkan. Penanggung Jawab Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam

Penyediaan Infrastruktur Pendidikan memperhatikan pembagian urusan antara Pemerintah

Pusat dan Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Berdasarkan undang-undang

tersebut pengelolaan sekolah menengah menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi sehingga

PJPK untuk proyek KPBU infrastruktur SMKN adalah Gubernur selaku Kepala Daerah

Provinsi.

Dalam bagian ini juga perlu diuraikan apakah PJPK akan dibantu oleh Badan Penyiapan atau

Tim KPBU.

3.2.3. Pemetaan Peran dan Tanggungjawab Pemangku Kepentingan (Stakeholder Mapping)

Dalam sub-bab ini akan diuraikan peran dan tanggung jawab dari masing-masing lembaga

terkait dengan proyek pengembangan penyelenggaraan SMKN, diantaranya meliputi:

a. Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK)

Menguraikan tugas dan tanggung jawab PJPK serta apa yang perlu disiapkan oleh PJPK,

serta menentukan peran dalam skema pengambilan keputusan.

b. Tim KPBU

Menguraikan apakah Tim KPBU sudah terbentuk atau belum dan juga berisikan

penjelasan mengenai pembentukan Tim Teknis KPBU berdasarkan Surat

Penetapan/Surat Keputusan dari PJPK, menguraikan tugas dan tanggung jawab Tim

KPBU, serta menentukan peran dalam skema pengambilan keputusan.

c. Badan Usaha Pelaksana-BUP (Special Purpose Company - SPC)

Menguraikan tugas dan tanggung jawab BUP, serta menentukan peran dalam skema

pengambilan keputusan.

d. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Menguraikan peran dan tanggungjawab Kemendikbud dalam proyek kerjasama yang

diusulkan, meliputi diantaranya:

• Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang hukum dan hak asasi

manusia;

Page 21: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 14

• Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab

Kemendikbud;

• Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kemendikbud;

• Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kemendikbud

di daerah;

• Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional; dan

• Pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.

e. Pemerintah Daerah Provinsi

Menguraikan tugas dan peran Pemerintah Daerah Provinsi dalam mendukung

pelaksanaan proyek KPBU ini sesuai dengan urusan pemerintah daerah provinsi di sektor

pendidikan, khususnya penyelenggaraan SMKN

f. Pemerintah Kabupaten/Kota

Menguraikan tugas dan peran Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam mendukung

pelaksanaan proyek KPBU ini sesuai dengan urusan pemerintah daerah di sektor

pendidikan, khususnya penyelenggaraan SMKN

g. Kementerian/Lembaga Non Kementerian Terkait

Menguraikan kewenangan dan tanggungjawab kementerian/lembaga non kementerian

yang tugas dan fungsinya terkait dengan aspek perencanaan dan pengembangan

infrastruktur kependidikan, seperti misalnya Bappenas, Kemenkeu, dan sebagainya.

h. PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)

Menguraikan tugas dan tanggung jawab PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)

apabila proyek KPBU yang direncanakan memerlukan Jaminan Pemerintah.

i. Badan Lainnya

Menguraikan tugas dan tanggung jawab badan-badan atau lembaga-lembaga lain yang

akan terlibat dalam proyek KPBU yang direncanakan.

3.2.4. Perangkat Regulasi Kelembagaan

Berdasarkan analisa terhadap peran dan tanggung jawab pemangku kepentingan (stakeholder)

terkait dan Tim KPBU, pada bagian ini dilakukan analisa kebutuhan regulasi untuk

mendukung peran dan tanggung jawab lembaga terkait sebagaimana dimaksud diatas.

3.3. Kerangka Acuan Pengambilan Keputusan

Berdasarkan analisa terhadap peraturan perundang-undangan serta peran dan tanggung jawab

pemangku kepentingan (stakeholder) terkait, pada bagian ini dilakukan analisa kerangka acuan

Page 22: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 15

pengambilan keputusan terkait pelaksanaan Proyek KPBU. Kerangka acuan ini menjelaskan institusi

mana yang akan bertanggung jawab untuk kegiatan tertentu, seperti contoh dibawah ini:

Jenis Keputusan Penerbit/Penanggung Jawab Persyaratan/Catatan

Konfirmasi kesiapan proyek Panitia Pengadaan Checklist kelengkapan

dokumen telah memenuhi

Penetapan Pemenang Lelang PJPK Penetapan berdasarkan usulan

dari Panitia Pengadaan

Surat Penunjukan BUP

Pemenang Lelang

PJPK Penerbitan dalam jangka

waktu 10 (sepuluh) hari kerja

setelah surat pemenang lelang

diterbitkan.

Page 23: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 16

BAB 4. KAJIAN TEKNIS

4.1. Kondisi Eksisting

Sub-bab kondisi eksisting ini ditujukan untuk menguraikan kondisi penyelenggaraan pendidikan,

khususnya SMKN, di wilayah perencanaan. Beberapa kondisi eksisting yang perlu diuraikan

diantaranya meliputi:

4.1.1. Kondisi Geografis Lokal

Menceritakan kondisi geografis lokal secara umum wilayah kabupaten/kota sampai dengan

kondisi geografis di rencana lokasi pengembangan SMKN XXX.

4.1.2. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya

Kondisi sosial ekonomi dan budaya mnerupakan faktor penting untuk melihat potensi

kebutuhan penyediaan sekolah SMKN. Beberapa kondisi sosial ekonomi yang perlu ditinjau

antara lain:

• Struktur penduduk menurut mata pencarian dan pendidikan

• Tingkat kepadatan dan pertumbuhan penduduk sesuai data sensus BPS tahun terakhir

• Tingkat pendapatan ekonomi rumah tangga

• PDRB

• Pola pertumbuhan PDRB

• Proyeksi PDRB

4.1.3. Kondisi SMKN Eksisiting

Menjelaskan mengenai jumlah, tipe (jurusan), fasilitas, daya tampung, lokasi dan kondisi

SMKN yang ada saat ini.

4.2. Tinjauan Tata Ruang

Tinjauan tata ruang berisikan mengenai kondisi eksisting tata ruang wilayah kabupaten/kota

bersangkutan dan juga secara lebih mendetail di rencana lokasi SMK yang akan dikerjasamakan.

Tinjauan tersebut meliputi:

• Struktur tata ruang

• Rencana detil tata ruang

• Peraturan zonasi

• Rencana pengembangan

Dalam kajian ini perlu disimpulkan bagaimana kesesuaian rencana lokasi SMKN yang akan

dikerjasamakan dilihat dari aspek tata ruang.

Page 24: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 17

4.3. Aspek Utilitas

Pada bagian ini diuraikan mengenai kondisi utilitas di wilayah kabupaten/kota bersangkutan secara

umum dan juga kondisi utilitas di rencana lokasi SMKN. Kajian tersebut meliputi:

4.3.1. Sumber Tenaga Listrik

Menguraikan ketersediaan pasokan listrik secara umum dan juga di wilayah lokasi SMKN,

sehingga dapat disimpulkan kesiapan utilitas listrik untuk pengembangan fasilitas pendidikan

yang akan dikerjasamakan.

4.3.2. Sumber Air Bersih

Menguraikan sumber air bersih yang digunakan oleh masyarakat secara umum, termasuk juga

cakupan lokasi pelayanan air minum perpipaan yang ada. Akan sangat baik jika disampaikan

dalam bentuk peta.

4.3.3. Pengelolaan Limbah

Menguraikan sistem pengelolaan limbah cair dan limbah padat yang saat ini berlangsung di

wilayah perencanaan, termasuk juga cakupan pelayanan, sistem pengelolaan, sistem

pembuangan limbah, dan sebagainya.

4.3.4. Sistem Transportasi

Menguraikan sistem transportasi yang tersedia di wilayah perencanaan, termasuk didalamnya

sistem transportasi berupa angkutan kota, bis, MRT, LRT, dan sebagainya bila ada.

4.4. Kajian Kebutuhan

Dalam sub-bab ini diuraikan kebutuhan akan infrastruktur fasilitas pendidikan (SMKN) dengan

proyeksi penduduk berdasarkan umur, ketersediaan fasilitas pendidikan, terutama yang setara dengan

SMKN, ketersediaan sekolah saat ini, potensi penyerapan tenaga terampil, dan sebagainya.

4.4.1. Proyeksi Penduduk

Bagian ini menguraikan proyeksi penduduk berdasarkan umur.

4.4.2. Potensi Peserta Didik

Menjelaskan tentang perimbangan antara jumlah SMK dengan jumlah penduduk usia sekolah

di wilayah tersebut.

4.4.3. Kebutuhan Fasilitas

Page 25: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 18

Bagian ini menjelaskan tentang kebutuhan fasilitas pendidikan dengan membandingkan

antara jumlah ada fasilitas yang ada saat ini dengan fasilitas yang dibutuhkan berdasarkan

perhitungan di bagian atas.

4.4.4. Potensi Penyerapan Lulusan SMKN

Bagian ini menjelaskan tentang potensi sumber daya wilayah yang membutuhkan keahlian

kejuruan dari lulusan SMK dan data potensi lapangan pekerjaan di wilayah tersebut.

4.4.5. Dukungan Masyarakat dan Dunia Usaha

Menjelaskan tentang adanya dukungan masyarakat dan dunia usaha/industri terhadap

kebutuhan adanya SMK.

4.5. Rancang Bangun Awal

Dalam sub-bab ini akan diuraikan rancang bangun awal infrastruktur fasilitas pendidikan yang akan

dikerjasamakan, mulai dari desain sampai dengan serah terima aset. Hal-hal yang perlu dikaji dan

diuraikan dalam sub-bab ini adalah seperti di bawah ini.

4.5.1. Klasifikasi Sekolah

Pada bagian ini menceritakan klasifikasi atau kategori sekolah yang akan dikerjasamakan.

4.5.2. Visi dan Misi Sekolah

Pada bagian ini diuraikan visi dan misi SMKN XX.

4.5.3. Lokasi Sekolah

Pada bagian ini diuraikan tentang lokasi SMKN XX secara detail, termasuk peta lokasi.

Dijelaskan juga mengenai pemilihan lokasi dengan mempertimbangkan ketentuan dan

pertimbangan-pertimbangan lainnya seperti:

• Mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Sarana dan

Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).

• Mengacu pada Peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten/Kota.

• Mengacu pada peraturan zonasi.

• Mengacu pada perundangan tentang pencemaran air.

• Mengacu pada perundangan tentang baku mutu kebisingan.

• Mengacu pada perundangan tentang pencemaran udara.

4.5.4. Jumlah Siswa dan Tenaga Pengajar

Page 26: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 19

Pada bagian ini diuraikan perkiraan jumlah siswa dan tenaga pengajar yang akan ditampung

di SMKN XX.

4.5.5. Prasarana Pendidikan

Pada bagian ini diuraikan prasarana dan sarana yang akan dibangun, yang dikelompokkan

dalam:

▪ Ruang Pembelajaran Umum,

▪ Ruang Penunjang,

▪ Ruang Pembelajaran Khusus.

Jenis prasarana dan sarana yang akan dibangun disesuaikan dengan ketentuan dalam

pedoman teknis yang disusun oleh Direktorat Pembinaan SMK.

4.6. Spesifikasi Keluaran

4.6.1. Ruang Lingkup Kerjasama

Pada sub-bab ini diuraikan lingkup kegiatan yang akan dikerjasamakan antara pemerintah

dengan badan usaha dalam pembangunan, pengembangan, dan/atau pengelolaan SMKN.

4.6.2. Standar Pelayanan Minimum

Spesifikasi Keluaran adalah standar minimum yang harus dipenuhi oleh Badan Usaha

Pelaksana dalam pengelolaan SMKN selama periode kerjasama. Beberapa hal yang dapat

menjadi indikator spesifikasi keluaran diantaranya adalah:

1. Jumlah rombongan belajar

2. Kapasitas maksimum ruang kelas

3. Perbandingan luas lahan efektif

4. Koefisien dasar bangunan

5. Sistem keamanan yang akan diterapkan

6. Daya minimum instalasi listrik yang disediakan

7. Jenis dan rasio sarana SMKN sesuai dengan program keahlian berdasarkan

Permendiknas No. 40 tahun 2008.

8. Sistem penyediaan air bersih dan pengelolaan air limbah dan limbah padat yang akan

diterapkan.

Page 27: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 20

4.6.3. Tahapan Pengembangan

Tahapan pembangunan, pengembangan, dan/atau pengelolaan SMKN perlu diuraikan

dalam sub-bab ini, mulai dari perencanaan, pembangunan, serta pengoperasian dan

pemeliharaan selama periode kerjasama.

Page 28: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 21

BAB 5. KAJIAN EKONOMI DAN KOMERSIAL

Pada bab ini perlu dilakukan kajian secara ekonomi yang meliputi analisis permintaan (demand),

analisis pasar dari sisi investor, analisis struktur pendapatan, serta analisis biaya dan manfaat sosial

(ABMS). Selain itu juga dilakukan kajian finansial yang meliputi asumsi analisis keuangan,

pendapatan pelaku usaha, biaya Capex dan Opex, indikator keuangan, proyeksi kinerja keuangan,

analisis sensitivitas, serta analisis Nilai Manfaat Uang (Value for Money).

5.1. Kajian Ekonomi

5.1.1. Analisis Permintaan (Demand)

Kajian ini berisi ringkasan dari Survai Kebutuhan Nyata (Real Demand Survey – RDS) yang

akan memuat proporsi minat siswa SMP untuk melanjutkan sekolah di SMK dan proporsi

kebutuhan dunia usaha/dunia industri dalam menyerap lulusan SMKN.

A. Metodologi

Dalam sub bab ini dijelaskan mengenai metodologi yang diterapkan dalam melakukan

Survai Kebutuhan Nyata/RDS. Beberapa hal penting yang perlu dimasukkan dalam

metodologi mencakup :

a. Metode pengumpulan data, misalnya dilakukan melalui wawancara kepada

responden dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner. Kuesioner

memuat pertanyaan menyangkut karakteristik responden dan pertanyaan

menyangkut dengan SMK yang akan dibangun.

b. Metode Analisis, misalnya metode analisis deskriptif, analisis crosstabs, dan/ataupun

analisis multinomial logistic regression.

B. Pelaksanaan Survei dan Pengolahan Data Survei

Pada sub-bab ini diterangkan pelaksanaan survai yang telah dilakukan, yang mencakup

diantaranya:

• Jumlah sampel serta cara penentuan sampel jumlah responden beserta persentase

karakteristik respondennya.

• Kegiatan pelatihan enumerator untuk penguasaan kuesioner dan metode

mewawancarai rensponden.

• Waktu dan lokasi pelaksanaan survei.

• Receiving dan batching terhadap dokumen hasil survai yang berupa kuesioner.

• Proses editing dan pengkodean (coding).

• Tata cara data entry dan perangkat lunak yang digunakan untuk keperluan pengolahan

data.

Page 29: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 22

C. Analisis Deskriptif

Pada sub-bab ini diuraikan hasil analisis secara deskriptif. Beberapa hal yang perlu

diuraikan antara lain namun tidak terbatas pada:

a. Responden Siswa SMP

• Informasi kelompok usia responden,

• Informasi domisili responden,

• Keinginan responden untuk melanjutkan sekolah ke SMK.

b. Responden Industri

• Informasi jenis industri,

• Informasi spesifikasi kebutuhan tenaga kerja dari lulusan SMK,

• Informasi kebutuhan jumlah tenaga kerja dari lulusan SMK,

• Ekspekstasi responden terhadap rencana pembangunan SMK (misalnya

kurikulum, tenaga pengajar, sarana prasarana, kualitas lulusan, dan lainnya).

5.1.2. Analisis Pasar (Market)

Dalam sub-bab ini diuraikan tentang minat dunia usaha pada proyek KPBU infrastruktur

pendidikan SMKN. Beberapa hal yang perlu dimasukkan adalah sebagai berikut:

• Tanggapan dan pendapat investor potensial terhadap rencana proyek KPBU yang

diperoleh dari hasil penjajakan minat (market sounding), diantaranya mencakup

ketertarikan investor potensial atas tingkat pengembalian investasi yang ditawarkan, risiko

utama yang menjadi pertimbangan investor, kebutuhan akan Dukungan Pemerintah

dan/atau Jaminan Pemerintah.

• Tanggapan dan pendapat dari lembaga keuangan nasional dan/atau internasional

terhadap bankability rencana proyek KPBU, termasuk indikasi besaran pinjaman, jangka

waktu, tingkat suku bunga, dan persyaratan perolehan pinjaman yang dapat disediakan,

serta risiko utama yang menjadi pertimbangan.

• Tanggapan dan pendapat dari lembaga penjaminan terhadap rencana proyek KPBU,

diantaranya mencakup risiko-risiko yang dapat dijaminkan, persyaratan dan prosedur

perolehan penjaminan, dan lainnya.

• Identifikasi strategi untuk mengurangi risiko pasar dan meningkatkan persaingan yang

sehat dalam pengadaan proyek KPBU.

• Identifikasi struktur pasar untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat kompetisi dari

proyek-proyek KPBU sektor infrastruktur pendidikan SMKN.

Page 30: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 23

5.1.3. Analisis Struktur Pendapatan KPBU

Berisikan uraian detil potensi-potensi sumber pendapatan proyek KPBU selama masa

perjanjian kerjasama. Untuk sektor infrastruktur pendidikan SMKN, pendapatan dari Tipping

fee yang dibayarkan pemerintah (atau institusi yang diberi otoritas) kepada Badan Usaha

Pelaksana. Perlu dilihat kemungkinan adanya sumber pendapatan dari operasional (operating

revenue) dan non-operational (non operating revenue).

Pada sub-bab ini diidentifikasi juga dampak terhadap pendapatan jika terjadi:

• kenaikan biaya KPBU (cost over run),

• pembangunan KPBU selesai lebih awal,

• pengembalian KPBU melebihi tingkat maksimum yang ditentukan,

• pemberian insentif atau pemotongan pembayaran dalam hal pemenuhan kewajiban.

5.1.4. Analisis Biaya dan Manfaat Sosial (ABMS)

Analisis Biaya Manfaat Sosial (ABMS) atau Social Cost and Benefit Analysis (SCBA) merupakan

alat bantu untuk membuat keputusan publik dengan mempertimbangkan kesejahteraan

masyarakat. ABMS membandingkan kondisi dengan ada proyek KPBU dan tanpa ada proyek

KPBU. Hasil ABMS digunakan sebagai dasar penentuan kelayakan ekonomi proyek KPBU

serta kelayakan untuk dukungan pemerintah. Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah

bahwa hasil perhitungan ABMS akan menjadi rujukan bagi pemerintah dalam menentukan

besaran dukungan pemerintah. Beberapa hal yang perlu diuraikan dalam Prastudi Kelayakan

ini meliputi:

A. Asumsi umum

• Periode evaluasi;

• Faktor konversi;

• Dan asumsi lain yang diperlukan.

B. Manfaat

Pada sub-bab ini diuraikan berbagai manfaat yang didapatkan dari kegiatan proyek KPBU

infrastruktur pendidikan SMKN. Manfaat dikuantifikasi dan dikonversi dari nilai

finansial menjadi nilai ekonomi.

C. Biaya

• Biaya penyiapan KPBU;

• Biaya modal;

• Biaya operasional;

Page 31: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 24

• Biaya pemeliharaan;

• Biaya lain-lain yang timbul dari adanya proyek.

Biaya yang diperhitungkan merupakan biaya konstan di luar biaya kontijensi dan pajak.

Biaya dikonversi dari nilai finansial menjadi nilai ekonomi.

D. Parameter Penilaian

Pada sub-bab ini diuraikan beberapa parameter penilaian ekonomi dari proyek KPBU

yang akan dilaksanakan. Parameter tersebut meliputi:

• Economic Internal Rate of Return (EIRR);

• Economic Net Present Value (ENPV);

• Economic Benefit Cost Ratio (BCR).

E. Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengkaji pengaruh ketidakpastian pelaksanaan

KPBU terhadap tingkat kelayakan ekonomi proyek, misalnya:

• Perubahan nilai social discount rate;

• Penurunan/kenaikan komponen biaya;

• Penurunan/kenaikan komponen manfaat.

5.2. Kajian Keuangan

Pada sub-bab ini diuraikan secara ringkas analisis keuangan dari proyek KPBU yang akan dijalankan.

Beberapa hal yang perlu diuraikan dalam analisis keuangan ini antara lain meliputi:

5.2.1. Asumsi Analisis Keuangan

Asumsi yang digunakan dalam melakukan perhitungan analisa keuangan proyek KPBU

Infrastruktur Pendidikan adalah antara lain sebagai berikut:

• Periode kerja sama;

• Tingkat inflasi per tahun;

• Debt to Equity Ratio (Komposisi Pinjaman dan Modal);

• Bunga pinjaman;

• Jangka waktu pengembalian pinjaman termasuk masa tenggangnya;

• Nilai tukar mata uang (jika diperlukan);

Page 32: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 25

• Tarif pajak;

• Jumlah siswa;

• Rasio pegawai dan tenaga pengajar yang akan terlibat;

• Biaya kontingensi yang juga merupakan biaya mitigasi risiko, biaya perijinan,

pemeliharaan lingkungan dan biaya lainnya;

• Besaran pembayaran;

• Asumsi lain yang diperlukan.

5.2.2. Pendapatan

Menguraikan jenis-jenis pendapatan yang bisa diperoleh dari proyek KPBU Infrastruktur

Pendidikan. Proyeksi pendapatan disiapkan berdasarkan struktur pendapatan KPBU yang

telah dianalisis sebelumnya. Sejauh ini, konsultan berpendapat bahwa bentuk kerjasama yang

paling memungkinkan adalah berdasarkan Availability Payment, yaitu pembayaran secara

berkala oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah kepada Badan Usaha Pelaksana atas

tersedianya layanan infrastruktur yang sesuai dengan kualitas dan/atau kriteria sebagaimana

ditentukan dalam perjanjian KPBU (Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha).

5.2.3. Biaya

Menguraikan biaya-biaya yang perlu dikeluarkan selama masa kerjasama mulai dari tahap

konstruksi hingga pengoperasian dan pemeliharaannya. Unsur biaya yang perlu dikaji

meliputi:

• Biaya investasi (CAPEX)

Berisikan ringkasan biaya investasi, baik oleh PJPK, Badan Usaha maupun secara

total. Ringkasan ini juga terdiri dari dua harga, yaitu harga konstan dan harga berlaku.

Ringkasan biaya investasi ini di-breakdown per tahun. Untuk biaya investasi

(CAPEX) sektor Infrastruktur Pendidikan ini antara lain meliputi:

o Biaya investasi untuk fasilitas bangunan dan lahan;

o Biaya investasi untuk sarana dan prasarana;

o Biaya investasi untuk pembangunan infrastruktur kawasan, termasuk jalan

akses, tempat parkir, dan sejenisnya;

o Selain itu juga ada working capital yang timbul dari pengoperasian proyek

investasi ini, pihak manajemen memperkirakan adanya biaya lain-lain yang

mencakup biaya perizinan, biaya kunjungan manajemen, biaya bantuan

hukum, biaya peresmian, dan biaya pemasaran.

Page 33: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 26

• Biaya operational dan pemeliharaan (OPEX)

Biaya-biaya operasional yang dihitung antara lain:

o Biaya pegawai dan tenaga pengajar;

o Biaya listrik, operasional harian dan utilitas;

o Biaya perbaikan dan pemeliharaan infrastruktur Pendidikan;

o Biaya penyusutan;

o Biaya asuransi;

o Biaya bunga hutang;

o Biaya operasional lainnya.

5.2.4. Proyeksi Kinerja Keuangan Badan Usaha Pelaksana

Pada bagian ini akan dikaji proyeksi kinerja keuangan Badan Usaha Pelaksana dengan

menggunakan asumsi-asumsi seperti dibahas di atas. Proyeksi keuangan yang perlu

dimasukkan dalam Prastudi Kelayakan:

• Proyeksi laba rugi (income statement)

(Inggris: Income Statement atau Profit & Loss Statement) adalah bagian dari laporan

keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang

menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan beban perusahaan sehingga menghasilkan

laba/rugi bersih.

• Proyeksi neraca (balance sheet)

adalah bagian dari laporan keuangan suatu entitas yang dihasilkan pada suatu periode

akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan entitas tersebut pada akhir periode.

Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas.

• Proyeksi arus kas (cash flow)

Adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu

periode akuntansi yang menunjukkan aliran masuk dan keluar uang (kas) perusahaan.

5.2.5. Kelayakan Proyek

Bagian ini akan membahas indikator yang menentukan layak tidaknya proyek ini dijalankan

oleh Badan Usaha Pelaksana. Beberapa indikator keuangan tersebut adalah:

• IRR, NPV dan DSCR dari proyek.

• Perbandingan FIRR proyek terhadap WACC. Jika FIRR lebih besar dari WACC

maka Proyek KPBU dinilai LAYAK.

Page 34: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 27

• Jika FIRR ekuitas dibandingkan dengan Minimum Attractive Rate of Return

(MARR) masih lebih besar maka Proyek KPBU dinilai LAYAK.

• Jika NPV yang dihasilkan lebih besar dari 0 maka Proyek KPBU dinilai LAYAK.

• Jika DSCR lebih besar dari 1 maka Proyek KPBU dinilai LAYAK.

5.2.6. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengkaji pengaruh ketidakpastian pelaksanaan KPBU

terhadap tingkat kelayakan keuangan proyek, misalnya:

• Penurunan/kenaikan pendapatan;

• Penurunan/kenaikan biaya;

5.3. Analisis Value for Money (Nilai Manfaat Uang)

Tujuan dari Analisis Nilai Manfaat Uang (Value for Money – VFM) adalah untuk membandingkan

dampak finansial dari proyek KPBU (perkiraan penawaran badan usaha) terhadap alternatif

penyediaan infrastruktur secara tradisional oleh Pemerintah (Public Sector Comparator – PSC). Nilai

Manfaat Uang (VFM) merupakan selisih Net Present Value (NPV) PSC dengan NPV KPBU. Jika Nilai

VFM adalah positif, maka proyek tersebut memberikan nilai manfaat. Sebaliknya, jika VFM negatif,

maka skema tersebut tidak dipilih.

5.3.1. Perhitungan Biaya Dasar (Base Cost)

PSC KPBU

Competitive neutrality

Risk

Ancillary cost

Financing

Base cost

Risk

Ancillary cost

Financing

Base cost

Value for Money

Page 35: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 28

Menguraikan perbandingan biaya yang dibutuhkan antara PSC dan KPBU untuk

menyediakan infrastruktur dan pelayanan yang sama.

Untuk PSC : CAPEX, OPEX dan Pendapatan

Untuk KPBU : CAPEX, OPEX, dan Pendapatan

5.3.2. Pembiayaan (Financing)

Menguraikan perbandingan antara total pembiayaan KPBU dengan PSC. Umumnya total

pembiayaan KPBU lebih tinggi daripada PSC karena Badan Usaha memperoleh pinjaman

dengan suku bunga yang lebih tinggi.

5.3.3. Biaya Lain-lain (Ancillary Cost)

Menjelaskan biaya lain-lain yang timbul dari pelaksanaan proyek namun tidak terkait

langsung dengan proyek, seperti biaya manajemen proyek dan biaya transaksi.

5.3.4. Risiko

Menguraikan risiko-risiko yang ditanggung oleh pelaksana proyek. Pada PSC seluruh risiko

ditanggung oleh Pemerintah sedangkan pada KPBU risiko akan dialokasikan pada masing-

masing pihak yang dianggap paling mampu melakukan mitigasi risikonya.

5.3.5. Competitive Neutrality

Menguraikan competitive neutrality yang menghilangkan keuntungan dan kerugian kompetitif

yang dimiliki oleh publik. Beberapa biaya, seperti pajak atau asuransi tertentu, yang terdapat

pada base cost mungkin tidak dihitung pada komponen base cost dari PSC yang menimbulkan

kesalah pahaman. Oleh karena itu, untuk menetralkan hal tersebut, competitive neutrality

ditambahkan ke dalam PSC.

5.3.6. Kesimpulan

Merekapitulasi perhitungan dari setiap komponen untuk memperoleh gambaran besaran VfM

dari proyek KPBU.

Page 36: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 29

BAB 6. KAJIAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL

Pada bab ini akan dibahas secara ringkas dari hasil studi lingkungan yang telah dilakukan. Beberapa

hal yang perlu masuk dalam bab ini meliputi:

6.1. Pengamanan Lingkungan

Pada Dokumen Pra-studi Kelayakan kajian lingkungan hidup yang dilakukan merupakan kajian awal

lingkungan (Initial Environmental Examination – IEE). Berikut adalah hal-hal yang perlu dikaji dan

disampaikan pada kajian awal lingkungan:

1. Latar belakang dan gambaran kegiatan, termasuk namun tidak terbatas pada latar belakang,

tujuan dan ruang lingkup kajian awal lingkungan, serta gambaran kegiatan pada setiap

tahapan proyek ((i) perencanaan/desain, (ii) konstruksi, (iii) operasi, (iv) end-of-life;

2. Lokasi terkena dampak;

3. Kebijakan dan prosedur lingkungan yang diatur oleh peraturan perundang-undangan;

4. Evaluasi potensi dampak lingkungan -- matriks dampak proyek:

• Susun daftar potensi dampak;

• Identifikasi dan pertimbangkan daftar berdasarkan kelas/tipe dampak;

• Prediksi dan karakterisasi potensi dampak (besaran, arah (menguntungkan/merugikan),

jangkauan, durasi, frekuensi, reversibilitas, kemungkinan terjadi);

5. Rekomendasi aksi penentuan dan mitigasi, termasuk pengawasan dan evaluasi.

6.2. Pengamanan Sosial dan Pengadaan Lahan

Sebagian potensi dampak sosial yang ditimbulkan dari proyek KPBU serta rencana mitigasinya telah

dibahas pada kajian lingkungan hidup. Namun, jika dampak sosial yang ditimbulkan cukup besar

maka perlu diperjelas atau dirinci pada bagian ini.

Selain itu, bagian ini juga berfokus pada kegiatan pengadaan tanah untuk tapak proyek KPBU.

Berikut adalah hal-hal yang perlu dikaji pada kajian ini:

1. Mengidentifikasi pihak-pihak yang terkena dampak beserta status lahannya;

2. Mengidentifikasi karakteristik sosial dan ekonomi dari pihak-pihak yang terkena dampak;

3. Mengidentifikasi aksi yang harus dilakukan untuk kebutuhan tapak proyek KPBU, apakah

pengajuan izin pemanfaatan, pembelian tanah, sewa, atau lainnya;

4. Mengidentifikasi nilai/harga lahan yang akan dibebaskan;

5. Menentukan kompensasi yang akan diberikan kepada pihak-pihak yang terkena dampak

dengan mempertimbangkan kapasitas PJPK dalam menyediakan kompensasi tersebut;

6. Menunjuk lembaga atau membentuk tim yang bertanggung jawab untuk pengadaan tanah

dan/atau pemukiman kembali;

7. Melaksanakan konsultasi publik kepada pihak-pihak yang terkena dampak;

8. Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali.

Page 37: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 30

Bersamaan dengan penyusunan Dokumen Pra-Studi Kelayakan, PJPK juga harus menyediakan

dokumen pendukung terkait kajian lingkungan dan sosial yang dipersyaratkan oleh peraturan

perundang-undangan di bidang lingkungan hidup. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan

oleh PJPK:

1. Identifikasi persyaratan dokumen yang perlu disiapkan (wajib AMDAL atau UKL-UPL atau

SPPL) untuk memperoleh izin lingkungan berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

2. Dalam menyusun dokumen pendukung (AMDAL ataupun UKL-UPL atau SPPL), PJPK dapat

menunjuk konsultan atau tim penyusun. Ketentuan pembentukan Tim Penyusun AMDAL

mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 7 Tahun 2010.

Page 38: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 31

BAB 7. KAJIAN BENTUK KPBU

Pada bab ini akan dibahas alternatif-alternatif skema kerjasama yang dapat diterapkan sampai dengan

penetapan skemanya. Beberapa hal yang dikaji dalam bab ini meliputi:

7.1. Alternatif Skema Kerjasama

Pada sub-bab ini berisikan karakteristik alternatif-alternatif skema KPBU berikut dengan keuntungan

dan kerugian/kelemahan dari masing-masing alternatif tersebut, seperti misalnya BOT, BTO, BOO,

kontrak manajemen, kontrak sewa, dan sebagainya.

7.2. Penetapan Skema KPBU

Berisikan pertimbangan-pertimbangan dalam menetapkan skema KPBU yang akan diterapkan.

Beberapa pertimbangan dapat meliputi pertimbangan hukum dan peraturan, kelembagaan,

ketersediaan infrastruktur yang ada, waktu untuk ketersediaan infrastruktur, kemampuan (teknis dan

finansial) pemerintah, optimalisasi investasi oleh Badan Usaha Pelaksana, kemungkinan pembiayaan

dari sumber lain serta pembagian risikonya dan kepastian adanya pengalihan keterampilan

manajemen dan teknis dari sektor swasta kepada sektor publik.

Sub-bab ini juga menguraikan skema struktur kelembagaan penjelasan alur tanggung jawab masing-

masing lembaga.

7.3. Lingkup kerjasama KPBU

Berisikan pembagian tanggung jawab antara PJPK dan Badan Usaha Pelaksana (BUP). Dalam

menentukan lingkup kerjasama ini perlu melihat peraturan yang berlaku, termasuk tupoksi dari

lembaga-lembaga terkait. Misalkan bahwa BUP hanya menyediakan peralatan praktek siswa atau

juga hingga membangun bengkel/workshop untuk kegiatan praktik siswa, dan sebagainya.

Dalam lingkup ini juga perlu diuraikan faktor-faktor kritis yang akan menentukan suksesnya proyek

KPBU, seperti misalnya komitmen, proses pengadaan yang efektif, alokasi dan manajemen risiko,

kejelasan spesifikasi keluaran, dan sebagainya.

Peran dan tanggung jawab instansi terkait perlu diuraikan secara lebih mendetail dalam sub-bab ini,

seperti misalnya peran PJPK, Badan Usaha Pelaksana, dan sebagainya, berdasarkan struktur KPBU

yang akan diterapkan.

7.4. Jangka Waktu dan Pentahapan KPBU

Penentuan jangka waktu mempertimbangkan tingkat dan jangka waktu pengembalian investasi yang

ditanamkan Badan Usaha. Diuraikan pula rencana kegiatan proses penyiapan transaksi KPBU

dengan memperhatikan kondisi permintaan ataupun pertimbangan lainnya.

7.5. Keterlibatan Pihak Ketiga

Keterlibatan pihak ketiga perlu diidentifikasi termasuk peran, tanggung jawab, kompensasi

/pembayaran (jika ada), serta kebutuhan perjanjian.

Page 39: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 32

7.6. Penggunaan aset daerah

Dalam sub-bab ini akan dikaji aset-aset pemerintah daerah atau BUMN/BUMD apa saja yang akan

digunakan untuk kerjasama ini dan bagaimana sistem pemakaian yang akan diterapkan. Aset ini juga

termasuk dengan aset-aset institusi lain seperti misalnya aset jalan akses, aset jaringan listrik, gedung

dan sebagainya.

7.7. Alur Finansial Operasional

Pada sub-bab ini diuraikan mengenai aliran keuangan yang direncanakan setelah proyek KPBU

diimplementasikan. Perlu dipertimbangkan pembentukan badan khusus pengelola proyek dari sisi

PJPK dengan mempertimbangkan legalitas badan usaha tersebut dalam mengelola alur finansial

operasional. Badan usaha tersebut bisa saja dalam bentuk Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)

atau bentuk lainnya.

7.8. Status Kepemilikan Aset dan Pengalihan Aset

Sub-bab ini menguraikan status kepemilikan aset selama jangka waktu perjanjian kerjasama dan

mekanisme pengalihan aset setelah berakhirnya perjanjian kerjasama.

Page 40: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 33

BAB 8. KAJIAN RISIKO

Risiko adalah kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama kelangsungan suatu

proyek. Risiko tersebut dapat dinilai secara kualitatif ataupun kuantitatif. Proses analisis risiko terdiri

atas identifikasi risiko, alokasi risiko, penilaian risiko, dan mitigasi risiko. Tujuan analisis risiko

adalah agar stakeholder dapat memperoleh manfaat finansial sebesar-besarnya melalui proses

pengelolaan risiko yang meliputi menghilangkan, meminimalkan, mengalihkan, dan

menyerap/menerima risiko tersebut.

8.1. Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko dilakukan untuk mengetahui jenis risiko yang mungkin timbul di dalam proyek.

Untuk sektor pendidikan, risiko-risiko tersebut biasanya antara lain meliputi:

a. Risiko Lokasi risiko pencemaran ke lingkungan sekitar lokasi, keresahan masyarakat, dan

sebagainya.

b. Risiko Desain, Konstruksi dan Uji Operasi risiko keterlambatan penyelesaian konstruksi

dan kenaikan biaya, kesalahan desain atau desain yang tidak lengkap, ketidaksesuaian

peralatan praktik, ketidakjelasan spesifikasi output, risiko uji operasi, dan sebagainya.

c. Risiko Sponsor adanya anggota konsorsium yang tidak dapat memenuhi kewajiban

kontraktualnya serta kinerja kontraktor EPC dan OPC yang buruk.

d. Risiko Finansial risiko tidak tercapainya perolehan biaya proyek (financial close), terjadinya

fluktuasi nilai mata uang dan tingkat bunga pinjaman, perubahan tingkat inflasi yang

signifikan, dan sebagainya.

e. Risiko Operasional risiko terjadinya perubahan biaya operasi & pemeliharaan peralatan

dan perlengkapan praktik siswa, kerusakan peralatan, kenaikan biaya energi, tidak tersedianya

tenaga pengajar yang memadai, dan sebagainya.

f. Risiko Pendapatan risiko kegagalan penetapan retribusi awal, kegagalan penyesuaian

retribusi sesuai rencana dalam model finansial, perubahan volume output proyek,

ketidaksiapan availability payment dan sebagainya.

g. Risiko Politik risiko perubahan politik yang signifikan, pemutusan kerjasama akibat

perubahan regulasi, risiko mata uang asing (repatriasi, ekspropriasi, dan konversi).

h. Risiko Kahar risiko kahar politik akibat perang dan sebagainya, risiko bencana alam.

i. Risiko Kepemilikan Aset risiko hilang atau rusaknya aset, buruknya kondisi aset saat serah

terima, dan sebagainya.

8.2. Prinsip Alokasi Risiko

Dalam sub-bab ini diuraikan mengenai prinsip-prinsip alokasi risiko, dimana dalam pelaksanaan

proyek KPBU, pendistribusian atau alokasi risiko harus dapat dilakukan secara optimal dengan cara

mengalihkan risiko kepada pihak yang memang dapat mengelola risiko-risiko tersebut secara lebih

efisien dan efektif.

Prinsip alokasi risiko lazimnya adalah “Risiko sebaiknya dialokasikan kepada pihak yang relatif lebih

mampu mengelolanya atau dikarenakan memiliki biaya terendah untuk menyerap risiko tersebut. Jika

prinsip ini diterapkan dengan baik, diharapkan dapat menghasilkan premi risiko yang rendah dan

Page 41: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 34

biaya proyek yang lebih rendah sehingga berdampak positif bagi pemangku kepentingan proyek

tersebut.

Dalam transaksi proyek KPBU, penentuan kewajiban PJPK dalam Perjanjian Kerjasama (yang

dilakukan setelah melakukan analisis risiko sebagai bagian dari studi kelayakan proyek) perlu

memenuhi prinsip Alokasi Risiko. Upaya menghasilkan suatu skema alokasi risiko yang optimal

penting demi memaksimalkan nilai manfaat uang (value for money).

8.3. Metode Penilaian Resiko

Dalam menentukan risiko yang paling besar kemungkinannya terjadi serta pengaruhnya yang paling

signifikan terhadap kelangsungan proyek KPBU ini, disusun suatu kriteria penilaian risiko yang

dilihat dari peringkat kemungkinannya untuk terjadi dan peringkat konsekuensi risiko.

Peringkat Kemungkinan Terjadi Risiko

Peringkat Keterangan

Hampir Pasti Terjadi Ada kemungkinan kuat risiko ini akan terjadi sewaktu-waktu seperti yang telah

terjadi di proyek lainnya

Mungkin Sekali Terjadi Risiko mungkin terjadi sewaktu-waktu karena adanya riwayat kejadian kasual

Mungkin Terjadi Tidak diharapkan, tapi ada sedikit kemungkinan terjadi sewaktu-waktu

Jarang Terjadi Sangat tidak mungkin, tetapi dapat terjadi dalam keadaan luar biasa. Bisa terjadi,

tapi mungkin tidak akan pernah terjadi

Hampir Tidak Mungkin

Terjadi

Risiko ini secara teoritis dimungkin terjadi, namun belum pernah didapati terjadi

di proyek lainnya

Page 42: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 35

Pemeringkatan Dampak Risiko

Peringkat Dampak

Keuangan Keselamatan Penundaan Kinerja Hukum Politik

Tidak Penting

Varian <5%

terhadap

anggaran

Tidak ada/ hanya cidera pribadi,

Pertolongan

Pertama dibutuhkan tetapi

tidak ada penundaan hari

< 3 bulan Sesuai tujuan, tetapi ada dampak kecil

terhadap unsur-unsur

non-inti

Pelanggaran Kecil

Perubahan dan dampak kecil

terhadap proyek

Ringan Varian 5%-

10% terhadap

anggaran

Cidera ringan,

perawatan medis dan penundaan

beberapa hari

3 – 6 bulan Sesuai tujuan, tetapi

ada kerugian sementara dari sisi

layanan, atau kinerja unsur-unsur non-inti

yang berada dibawah

standar

Pelanggaran

prosedur/ pedoman

internal

Perubahan

memberikan dampak yang

signifikan terhadap proyek

Sedang Varian

10%-20% terhadap

anggaran

Cidera:

Kemungkinan rawat inap dan

banyak penundaan

hari

6 – 12 bulan Kerugian sementara

unsur proyek inti, atau standar kinerja unsur

inti yang menjadi

berada di bawah standar

Pelanggaran

kebijakan/ peraturan

pemerintah

Ketidakstabilan

situasi berdampak pada keuangan

dan kinerja.

Besar Varian

20%_30% terhadap

anggaran

Cacat sebagian

atau penyakit jangka panjang

atau beberapa cidera serius

1 – 2 tahun Ketidakmampuan

untuk memenuhi unsur inti, dan secara

signifikan menjadikan proyek dibatalkan

Pelanggan

lisensi atau hukum,

pengenaan penalti

Ketidakstabilan

berdampak pada keuangan dan

kinerja

Serius Varian

30%-50% terhadap

anggaran

Kematian atau

cacat permanen

>2 tahun Kegagalan total

proyek

Intervensi

peraturan atau tuntutan,

pengenaan penalti

Ketidakstabilan

menyebabkan penghentian

layanan

Metode penilaian risiko tersebut akan dimasukan dalam matriks peta risiko sebagai berikut:

Tabel 1. Matriks Peta Risiko

Kemungkinan Konsekuensi

Tidak Penting Ringan Sedang Besar Serius

Hampir Pasti Menengah Menengah Tinggi Tinggi Tertinggi

Mungkin Sekali Rendah Menengah Menengah Tinggi Tertinggi

Mungkin Rendah Menengah Menengah Tinggi Tinggi

Jarang Rendah Rendah Menengah Menengah Tinggi

Hampir Tidak

Mungkin Rendah Rendah Rendah Menengah Menengah

Page 43: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 36

8.4. Mitigasi Resiko

Mitigasi risiko bertujuan untuk memberikan cara mengelola risiko terbaik dengan

mempertimbangkan kemampuan pihak yang mengelola risiko dan juga dampak risiko. Mitigasi risiko

ini berisi rencana-rencana yang harus dilakukan pemerintah dalam kondisi preventif, saat risiko

terjadi, ataupun paska terjadinya risiko. Mitigasi risiko ini dapat berupa penghapusan risiko,

meminimalkan risiko, mengalihkan risiko melalui asuransi atau pihak ketiga lainnya, atau

menerima/menyerap risiko tersebut.

Berikut disampaikan contoh dari matriks risiko proyek KPBU di sektor infrastruktur pendidikan

SMKN.

Page 44: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 37

Contoh Matriks Risiko Proyek KPBU SMKN Kategori Risiko dan

Persitiwa Risiko Deskripsi PJPK BU Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai Best Practice

Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko

1. RISIKO LAHAN

Keterlambatan dan kenaikan biaya pembebasan lahan

Keterlambatan dan kenaikan Biaya akibat proses pembebasan lahan yang berkepanjangan

Pemerintah menyediakan lahan proyek sebelum proses pengadaan

Lahan tidak dapat dibebaskan

Kegagalan perolehan lokasi lahan proyek karena proses pembebasan lahan yang sulit

Status hukum lahan dan prosedur yang jelas dalam pembebasan lahan proyek

Kejelasan status hukum dan tata ruang lahan bisa menjadi kendala

Proses permukiman kembali yang rumit

Keterlambatan dan kenaikan biaya karena rumitnya isu proses pemukiman kembali

Kompensasi yang wajar dan komunikasi yang baik dengan pihak yang terkena dampak

Dampak sosial relatif luas bila lahan di perkotaan dan sifatnya masih produktif

Kesulitan pada kondisi lokasi yang tak terduga

Keterlambatan karena ketidakpastian kondisi lokasi

Data historis penggunaan lahan dan penyelidikan tanah

Kerusakan artefak dan barang kuno pada lokasi

Data historis penggunaan lahan dan penyelidikan tanah

Gagal menjaga keselamatan dalam lokasi

Implementasi prosedur keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusi ke lingkungan lokasi

Kesesuaian dengan studi Amdal yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI, DAN UJI OPERASI

Risiko design brief Kerugian akibat tidak jelasnya/tidak lengkapnya design brief

Konsultan desain yang

berpengalaman dan baik

Kesalahan desain Menyebabkan ekstra/revisi desain yang diminta operator

Konsultan desain yang berpengalaman dan baik

Biasanya teridentifikasi saat uji operasi teknis

Terlambatnya penyelesaian konstruksi

Dapat termasuk terlambatnya pengembalian akses lokasi

Kontraktor yang handal dan klausul kontrak yang standar

Kenaikan biaya konstruksi

Kesepakatan faktor eskalasi harga tertentu dalam kontrak

Page 45: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 38

Kategori Risiko dan Persitiwa Risiko

Deskripsi PJPK BU Bersama Strategi Mitigasi Sesuai Best

Practice Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Risiko uji operasi Kesalahan estimasi waktu/ biaya dalam uji operasi teknis

Koordinasi kontraktor dan operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR

Kinerja subkontraktor yang buruk

Proses pemilihan sub-kontraktor yang kredibel

Kegagalan/default dari sub-

kontraktor

Proses pemilihan sub-kontraktor yang kredibel

Kegagalan/default dari Badan Usaha

Default Badan Usaha yang mengarah ke terminasi/step-in oleh Financier

Konsorsium didukung sponsor yang kredibel dan solid

Kegagalan/default dari sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau anggota konsorsium)

Proses PQ untuk memperoleh sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL

Kegagalan mencapai financial close

Tidak tercapainya financial close karena ketidakpastian kondisi pasar

Koordinasi yang baik dengan potential lenders

Bisa juga karena conditions precedence tidak terpenuhi

Risiko struktur finansial Inefisiensi karena struktur modal proyek yang tidak optimal

Konsorsium didukung sponsor/lender yang kredibel dan solid

Risiko nilai tukar mata uang fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar mata uang

Instrumen lindung nilai

Risiko tingkat inflasi Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi terhadap asumsi dalam life-cycle cost

Faktor indeksasi tarif;

Risiko suku bunga Fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku bunga

Lindung nilai tingkat suku bunga

Risiko asuransi (1) Cakupan asuransi untuk risiko tertentu tidak lagi tersedia dari penyedia asuransi di pasaran

Konsultansi dengan spesialis/broker asuransi

Khususnya untuk cakupan asuransi risiko terkait keadaan kahar

Risiko asuransi (2) Kenaikan substansial tingkat premi terhadap estimasi awal

Konsultansi dengan spesialis/broker asuransi

Page 46: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 39

Kategori Risiko dan Persitiwa Risiko

Deskripsi PJPK BU Bersama Strategi Mitigasi Sesuai Best

Practice Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

5. RISIKO OPERASI

Ketersediaan fasilitas Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak tersedianya layanan

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal; Spesifikasi output yang jelas

Aksi industri Aksi mogok, larangan kerja,dsb

Kebijakan SDM dan hubungan industrial yang baik

Bisa oleh staf operator, subkontraktor atau penyuplai

Kenaikan biaya O&M Akibat kesalahan estimasi biaya O&M atau kenaikan tidak terduga

Operator yang handal;

Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesalahan estimasi biaya life cycle

Kesepakatan/kontrak dengan supplier seawal mungkin

Kecelakaan lalu lintas atau isu keselamatan

Asuransi kewajiban pihak ketiga

6. RISIKO PENDAPATAN

Kegagalan mengajukan

penyesuaian tarif

Akibat BU tidak mampu memenuhi standar minimal yang disepakati

Kinerja operasi yang baik dan jelas;

Penyesuaian tarif periodic terlambat

Pada indeksasi tarif terhadap tingkat inflasi

Kinerja operasi yang baik dan jelas;

Tingkat penyesuaian tarif lebih rendah dari proyeksi

khususnya setelah indeksasi tarif dan rebasing tariff

Kinerja operasi yang baik dan jelas;

Kesalahan perhitungan estimasi tarif

Survai user affordability and willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN

Risiko jaringan (1) Ingkar janji otoritas untuk membangun dan memelihara jaringan sesuai rencana

Standar kinerja operasi dan pengawasan yang baik

Risiko jaringan (2) Ingkar janji otoritas untuk membangun fasilitas penghubung

Pemahaman kontrak yang baik oleh sektor publik

Page 47: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 40

Kategori Risiko dan Persitiwa Risiko

Deskripsi PJPK BU Bersama Strategi Mitigasi Sesuai Best

Practice Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Risiko jaringan (3) Ingkar janji otoritas untuk tidak membangun fasilitas pesaing

Pemahaman kontrak yang baik oleh sektor publik

8. RISIKO INTERFACE

Risiko interface (2) Ketimpangan kualitas pekerjaan dukungan pemerintah dan yang dikerjakan BU.

Pekerjaan perbaikan oleh pihak yang kualitas pekerjaannya lebih rendah

Kontrak konstruksi dari pihak pemerintah maupun BU harus selaras dalam kualitas pekerjaan

Risiko interface(3) Rework yang substantial terkait perbedaan standar / metode layanan yang digunakan

Kesepakatan para pihak sedini mungkin tentang standar /metode yang akan diterapkan

Kontrak konstruksi dari pihak pemerintahmaupun BU harus selaras dalam kualitas pekerjaan

9. RISIKO POLITIK

Mata uang asing tidak dapat dikonversi

Mata uang asing tidak tersedianya dan/atau tidak bisa dikonversi dari Rupiah

• Pembiayaan domestik

• Akun pembiayaan luar negeri

• Penjaminan dari bank sentral

Mata uang asing tidak dapat direpatriasi

Mata uang asing tidak bisa ditransfer ke negara asal investor

• Pembiayaan domestik

• Akun pembiayaan luar negeri

• Penjaminan dari bank sentral

Risiko ekspropriasi Bisa juga akibat default PJPK

• Mediasi

• Penjaminan pemerintah

Perubahan regulasi (dan pajak) yang umum

Perubahan regulasi (dan pajak) yang diskriminatif dan spesifik

Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya

Keterlambatan perolehan persetujuan perencanaan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak /tidak wajar dari otoritas terkait

Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya

Gagal/terlambatnya perolehan persetujuan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak /tidak wajar dari otoritas terkait

Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya

Biasanya terkait isu selain Perencanaan

Page 48: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 41

Kategori Risiko dan Persitiwa Risiko

Deskripsi PJPK BU Bersama Strategi Mitigasi Sesuai Best

Practice Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

10. RISIKO KAHAR

Bencana alam Asuransi, bila dimungkinkan

Kahar politis Peristiwa perang, kerusuhan, gangguan keamanan masyarakat

Asuransi, bila dimungkinkan

Cuaca ekstrim Asuransi, bila dimungkinkan

Kahar berkepanjangan Jika di atas 6-12 bulan,dapat mengganggu aspek ekonomis pihak yang terkena dampak

Setiap pihak dapat mengakhiri kontrak KPBU dan memicu prosedur terminasi proyek

Terutama bila asuransi tidak tersedia untuk risiko tertentu

11. RISIKO KEPEMILIKAN ALAT

Risiko nilai aset turun Kebakaran, ledakan, dsb Asuransi

Page 49: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 1

BAB 9. KAJIAN KEBUTUHAN DUKUNGAN PEMERINTAH

DAN/ATAU JAMINAN PEMERINTAH

Bab ini menguraikan kebutuhan Dukungan Pemerintah serta cakupan kebutuhan Jaminan

Pemerintah berdasarkan hasil kajian ekonomi dan komersial serta kajian risiko, proses dan strategi

untuk mendapatkan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah, serta kajian kesiapan

proyek untuk mendapatkan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah

9.1. Kajian Kemampuan PJPK

Dalam sub-bab ini dikaji kemampuan PJPK dalam membiayai porsi pembiayaan yang menjadi

tanggung jawabnya dan juga kemampuan pemerintah daerah dalam memberikan subsidi dan/atau

availability payment. Hal ini bisa dikaji dari kapasitas fiskal pemerintah daerah dan laporan keuangan

daerah selama 5 hingga 10 tahun ke belakang.

Selain kemampuan finansial, hal yang perlu dikaji juga adalah kemampuan sumber daya manusia

untuk dapat menyelenggarakan proyek KPBU dan juga menjalankan fasilitas yang akan di-KPBU-

kan

9.2. Kajian Kebutuhan Dukungan Pemerintah

Pemberian Dukungan Pemerintah dalam bentuk VGF (Viability Gap Fund) diatur melalui Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 223/PMK.011/2012 dimana disebutkan bahwa Dukungan Kelayakan

adalah Dukungan Pemerintah dalam bentuk kontribusi fiskal yang bersifat finansial yang diberikan

terhadap Proyek Kerja Sama. Proyek yang dapat diberikan dukungan kelayakan memiliki total biaya

investasi paling kurang senilai Rp100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah).

Walaupun proyek KPBU tidak memerlukan Dukungan Pemerintah dalam bentuk VGF, sub-bab ini

tetap perlu dibahas dengan memberikan klarifikasi mengapa tidak perlu VGF. Misalnya karena nilai

proyek yang kurang dari seratus milyar rupiah dan tidak mengaplikasikan prinsip “pengguna

membayar”.

VGF diberikan dalam bentuk tunai sebagai bagian dari biaya konstruksi dengan porsi yang tidak

mendominasi keseluruhan biaya konstruksi (maksimal 49%).

Dalam sub-bab ini diuraikan pemenuhan kriteria untuk mendapatkan VGF. Beberapa hal yang perlu

dijawab dalam sub-bab ini diantaranya adalah:

a. Apakah proyek secara ekonomi layak namun secara finansial belum layak?

b. Apakah proyek didasarkan pada “prinsip pengguna membayar”

c. Apakah pemilihan investor swasta dilakukan melalui proses tender yang terbuka dan

kompetitif dibawah skema KPBU?

d. Apakah draft perjanjian kerjasama telah memuat skema peralihan aset dan/ atau manajemen

aset dari investor ke PJPK pada akhir masa konsesi?

e. Apakah dalam studi kelayakan telah menunjukkan:

• Alokasi risiko yang optimal antara investor dan PJPK

Page 50: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 2

• Menyimpulkan bahwa proyek layak secara ekonomis dan akan layak secara finansial

apabila diberikan VGF

f. Apakah sektor yang akan di-KPBU-kan termasuk dalam sektor yang disebutkan dalam

Perpres No. 38 tahun 2015?

9.3. Kajian Kebutuhan Jaminan Pemerintah

Jaminan Pemerintah juga dapat diberikan kepada proyek infrastruktur dengan tujuan untuk

mengurangi risiko yang dibebankan kepada Badan Usaha. Jaminan Pemerintah ini diberikan oleh

Menteri Keuangan dan/atau Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Penyediaan fasilitas Jaminan Pemerintah ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No.

265/PMK.08/2015 tentang Fasilitas dalam Rangka Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek

KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur.

Pada sub-bab ini dikaji mengenai ketentuan mengenai jaminan pemerintah, risiko infrastruktur yang

dapat diberikan penjaminan, kajian penjaminan yang mengacu pada PMK No 8/PMK/08/2016,

rencana pengusulan Jaminan Pemerintah, dan sebagainya.

Page 51: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 3

BAB 10. KAJIAN MENGENAI HAL-HAL YANG PERLU

DITINDAKLANJUTI (OUTSTANDING ISSUES)

Pada bab ini akan diuraikan hal-hal kritis yang perlu ditindak lanjuti dengan isi sub-bab sebagai

berikut:

10.1. Identifikasi Hal-Hal Kritis

Sub-bab ini akan menguraikan hal-hal kritis yang perlu diselesaikan pada tahap penyiapan proyek

KPBU dan juga sebelum dimulainya tahap transaksi KPBU, seperti misalnya penyelesaian studi

AMDAL, perizinan, ekspose kepada DPRD, dan sebagainya.

10.2. Rencana Penyelesaian Hal-Hal Kritis

Sub-bab ini menguraikan strategi, rencana, jadwal dan penanggung jawab penyelesaian hal-hal kritis

yang perlu diselesaikan. Hal ini dijabarkan dalam bentuk matriks.

Page 52: TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN …kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/wp-content/uploads/2017/12/Buku... · menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional

TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DAN LITBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2017

BUKU III 4

BAB 11. KAJIAN PENGADAAN

Dalam bab ini perlu diuraikan beberapa hal berikut

11.1. Landasan Hukum Pengadaan KPBU

Menguraikan berbagai landasan hukum yang harus digunakan dalam melakukan pengadaan Badan

Usaha Pelaksana.

11.2. Pembentukan Panitia Pengadaan

Menguraikan surat keputusan pembentukan Panitia Pengadaan, serta tugas dan tanggung Panitia

Pengadaan.

11.3. Tahapan Dalam Pengadaan KPBU

Menguraikan tahapan pengadaan Badan Usaha Pelaksana, yaitu apakah perlu dilakukan pelelangan

satu tahap atau pelelangan dua tahap, beserta dengan berbagai pertimbangannya.

Pemilihan Badan Usaha Pelaksana dengan Pelelangan Satu Tahap, dilakukan untuk Proyek KPBU

yang memiliki karakteristik:

a. Spesifikasi dari Penyediaan Infrastruktur dapat dirumuskan dengan jelas; dan

b. Tidak memerlukan diskusi optimalisasi teknis dalam rangka mencapai output yang optimal.

Pemilihan Badan Usaha dengan Pelelangan Dua Tahap dilakukan untuk Proyek KPBU yang

memiliki karakteristik:

a. Spesifikasi dari Penyediaan Infrastruktur belum dapat dirumuskan dengan pasti karena

terdapat variasi inovasi dan teknologi; dan

b. Memerlukan optimalisasi penawaran teknis dalam rangka mencapai output yang optimal.

11.4. Progres Pengadaan

Menjelaskan proses pengadaan secara umum, sesuai dengan tahapan pengadaan seperti tertuang pada

sebelumnya.

11.5. Jadwal dan Kontak

Menguraikan perkiraan jadwal proses pengadaan Badan Usaha dan juga menguraikan alamat

sekretariat Panitia Pengadaan.