Tonsilitis Kronis

7
Definisi Tonsilitis Kronis secara umum diartikan sebagai infeksi atau inflamasi pada tonsila palatina yang menetap. Organisme pathogen dapat menetap untuk sementara waktu ataupun untuk waktu yang lama dan mengakibatkan gejala-gejala akut kembali ketika daya tahan tubuh penderita mengalami penurunan. Anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnostic diperlukan untuk menegakkan diagnose penyakit ini. PadaTonsilitis Kronis tonsil dapat terlihat normal, namun ada tanda-tanda spesifik untuk menentukan diagnose seperti plika anterior yang hiperemis, pembesaran kelenjar limfe, dan bertambahnya jumlah kripta pada tonsil. Etiologi Tonsilitis terjadi dimulai saat kuman masuk ke tonsil melalui kriptanya secara aerogen yaitu droplet yang mengandung kuman terhisap oleh hidung kemudian nasofaring terus masuk ke tonsil maupun secara foodborn yaitu melalui mulut masuk bersama makanan. Etiologi penyakit ini dapat disebabkan oleh serangan ulangan dari Tonsilitis Akut yang mengakibatkan kerusakan permanen pada tonsil, atau kerusakan ini dapat terjadi bila fase resolusi tidak sempurna. Pada penderíaTonsilitis Kronis jenis kuman

description

tonsilitiskronis

Transcript of Tonsilitis Kronis

Page 1: Tonsilitis Kronis

Definisi

Tonsilitis Kronis secara umum diartikan sebagai infeksi atau inflamasi

pada tonsila palatina yang menetap. Organisme pathogen dapat menetap

untuk sementara waktu ataupun untuk waktu yang lama dan mengakibatkan

gejala-gejala akut kembali ketika daya tahan tubuh penderita mengalami

penurunan. Anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnostic diperlukan untuk

menegakkan diagnose penyakit ini. PadaTonsilitis Kronis tonsil dapat terlihat

normal, namun ada tanda-tanda spesifik untuk menentukan diagnose seperti

plika anterior yang hiperemis, pembesaran kelenjar limfe, dan bertambahnya

jumlah kripta pada tonsil.

Etiologi

Tonsilitis terjadi dimulai saat kuman masuk ke tonsil melalui kriptanya

secara aerogen yaitu droplet yang mengandung kuman terhisap oleh hidung

kemudian nasofaring terus masuk ke tonsil maupun secara foodborn yaitu

melalui mulut masuk bersama makanan. Etiologi penyakit ini dapat

disebabkan oleh serangan ulangan dari Tonsilitis Akut yang mengakibatkan

kerusakan permanen pada tonsil, atau kerusakan ini dapat terjadi bila fase

resolusi tidak sempurna. Pada penderíaTonsilitis Kronis jenis kuman yang

sering adalah Streptokokus beta hemolitikus grup A (SBHGA). Selain itu

terdapat Streptokokus pyogenes, Streptokokus grup B, C, Adenovirus,

Epstein Barr, bahkan virus Herpes.

Patologi

Adanya infeksi berulang pada tonsil maka pada suatu waktu tonsil tidak

dapat membunuh semua kuman sehingga kuman kemudian bersarang di

tonsil. Pada keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh dari tonsil berubah

menjadi sarang infeksi (fokal infeksi) dan satu saat kuman dan toksin dapat

menyebar keseluruh tubuh misalnya pada saat keadaan umum tubuh

menurun.

Page 2: Tonsilitis Kronis

Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa

juga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan

limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga

kripta melebar. Secara klinik kripta ini tampak diisi oleh detritus. Proses

berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan

perlekatan dengan jaringan disekitar fossa tonsilaris. Pada anak proses ini

disertai dengan pembesaran kelenjar limfa sub mandibula. Tonsilitis Kronis

terjadi akibat pengobatan yang tidak tepat sehingga penyakit pasien menjadi

Kronis. Faktor-faktor yang menyebabkan kronisitas antara lain: terapi

antibiotika yang tidak tepat dan adekuat, gizi atau daya tahan tubuh yang

rendah sehingga terapi medikamentosa kurang optimal, dan jenis kumanya

tidak sama antara permukaan tonsil dan jaringan tonsil.

Gejala klinis

Gejala klinis Tonsilitis Kronis yaitu:

1) Sangkut menelan.

2) Bau mulut (halitosis) yang disebabkan adanya pus pada kripta tonsil.

3) Sulit menelan dan sengau pada malam hari (bila tonsil membesar dan

menyumbat jalan nafas).

4) Pembesaran kelenjar limfe pada leher.

5) Butiran putih pada tonsil.

6) Dirasakan kering di tenggorok.

Pemeriksaan

Dari pemeriksaan dapat dijumpai:

1. Tonsil dapat membesar bervariasi.

Kadang-kadang tonsil dapat bertemu di tengah. Standart untuk

pemeriksaan tonsil berdasarkan pemeriksaan fisik diagnostic

diklasifikasikan berdasarkan ratio tonsil terhadap orofaring (dari medial

ke lateral) yang diukur antara pilar anterior kanan dan kiri.

T0: Tonsil terletak pada fosa tonsil

Page 3: Tonsilitis Kronis

T1: <25%

T2: >25%<50%

T3:>50%<75%

T4: >75%.

Dan pembesaran tonsil atas

T1: batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar

anterior uvula

T2: batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar anterior-uvula sampai ½

jarak pilar anterior-uvula.

T3: batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior-uvula sampai ¾

jarak pilar anterior-uvula.

T4: batas medial tonsil melewati ¾ jarak pilar anterior-uvula sampai

uvula atau lebih.

2. Dapat terlihat butiran pus kekuningan pada permukaan medial tonsil

3. Bila dilakukan penekanan pada plika anterior dapat keluar pus atau

material menyerupai keju.

4. Warna kemerahan pada plika anterior bila disbanding dengan mukosa

faring, merupakan tanda penting untuk menegakkan infeksi kronis pada

tonsil.

Untuk menegakkan diagnose penyakit Tonsilitis Kronis terutama didapatkan

berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnostik yang

didapatkan dari penderita.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dibagi menjadi penatalaksanaan dengan:

1. Medikamentosa

Yaitu dengan pemberian antibiotika sesuai kultur. Pemberian

antibiotika yang bermanfaat pada penderita Tonsilitis Kronis yaitu

Cephaleksin ditambah metronidazole, klindamisin (terutama jika

Page 4: Tonsilitis Kronis

disebabkan mononucleosis atau abses), amoksisilin dengan asam

klavulanat (jika bukan disebabkan mononukleosis).

2. Operatif

Dengan tindakan tonsilektomi.

Indikasi Tonsilektomi

The American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery

Clinical Practice Guideline 2011 membuat rekomendasi :

1. Observasi bila ada infeksi tenggorokan berulang <7x dalam setahun

terakhir atau <5x/tahun dalam 2 tahun terakhir, atau <3x/tahun dalam 3

tahun terakhir.

2. Lakukan tonsilektomi jika infeksi tenggorokan berulang dengan

dokumentasi;

Artinya seorang klinisi boleh merekomendasikan tonsilektomi untuk

infeksi tenggorokan berulang dengan frekuensi ≥7x dalam setahun terakhir

atau ≥5x/tahun dalam 2 tahun terakhir, atau ≥3x/tahun dalam 3 tahun

terakhir dengan didokumentasikan di rekammedis, untuk tiap infeksi

tenggorokan dan satu atau lebih kriteria : temperature >38.30C, adenopati

servikal, tonsila reksudat, atau test GABHS (Grup A β-Hemolytic

Streptococcus) positif.

3. Tonsilektomi untuk infeksi tenggorokan berulang dengan faktor yang

dimodifikasi;

Artinya seorang klinisi harus melakukan penilaian terhadap anak dengan

infeksi tenggorokan berulang yang tidak terdapat dalam kriteria no 2

namun memiliki faktor yang dimodifikasi yang dipertimbangkan untuk

tetap tonsilektomi diantaranya alergi antibiotik/intoleransi, PFAPA

(Periodic Fever Aphthous stomatitis, Pharyngitis and Adenitis) atau

riwayat peritonsilar abses.

4. Tonsilektomi untuk Sleep Disordered Breathing (SDB);

SDB ditandai oleh obstruksi jalan napas bagian atas secara parsial atau

total yang berulang selama tidur, sehingga mengganggu ventilasi normal

dan pola tidur.

Page 5: Tonsilitis Kronis

Sedangkan menurut Continuing Medical Education (CME) Deutsches

Ärzteblatt International 2008, indikasi tonsilektomi yaitu :

1. Ditemukannya penyakit infeksi dari tonsil atau daerah peritonsil.

2. Terdapat obstruksi jalan napas disebabkan hiperplasi tonsilar, atau

3. Jika dicurigai adanya penyakit keganasan.