Tof

8
TOF 1. Definisi Tetralogi of Fallot adalah penyakit jantung bawaan yang terdiri dari ventricular septal defect (VSD) tipe perimembranus subaortik, overriding aorta, pulmonal stenosis (PS) infundibular dengan atau tanpa PS valvular serta hipertrofi ventrikal kanan. Bila disertai dengan ASD disebut pentalogy of fallot. Bila tipe VSD adalah subarterialdoubly committed maka dikenal sebagai oriental atau mexican fallot. (Akhyar, 2008) 2. Etiologi Faktor endogen - Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom, contohnya down syndrome, marfan syndrome. - Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan misalnya VSD, pulmonary stenosis, and overriding aorta. - Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi, penyakit jantung atau kelainan bawaan Faktor eksogen - Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin, jamu) - Ibu menderita penyakit infeksi : rubella - Efek radiologi (paparan sinar X) - Ibu mengonsumsi alcohol dan merokok saat mengandung. Faktor genetik dan kromosom Genetik memegang peran penting dalam beberapa kelainan bawaan. Beberapa kelainan bawaan merupakan penyakit keturunan yang diwariskan melalui gen yang abnormal dari salah satu atau kedua orang tua. Gen adalah pembawa sifat individu yang terdapat di dalam kromosom setiap sel di dalam tubuh manusia. Jika 1 gen hilang atau cacat, bisa terjadi kelainanbawaan. 3. Klasifikasi TOF dibagi dalam 4 derajat : 1. Derajat I : tak sianosis, kemampuan kerja normal 2. Derajat II : sianosis waktu kerja, kemampuan kerja kurang 3. Derajat III : sianosis waktu istirahat, kuku gelas arloji, waktu kerja sianosis bertambah, ada dispneu. 4. Derjat IV : sianosis dan dispneu istirahat, ada jari tabuh. 4. Patofisiologi Tetralogi fallot di klasifikasikan sebagai kelainan jantung sianotik oleh karena pada Tetralogi falot oksigenasi darah yang tidak adekuat di pompa ke tubuh. Pada saat lahir, bayi tidak menunjukkan tanda sianosis, tetapi kemudian dapat berkembang menjadi episode menakutkan, tiba-tiba kulit membiru setelah menangis atau setelah pemberian makan. Defek septum ventrikel ini menuju ventrikel kiri. Pada Tetralogi fallot jumlah darah yg menuju paru kurang oleh karena obstruksi akibat stenosis pulmonal dan ukuran a. pulmonalis lebih kecil. Hal ini menyebabkan pengurangan aliran darah yg melewati katup pulmonal. Darah yg kekurangan O2 sebagian mengalir ke ventrikel kiri, diteruskan ke aorta kemudian keseluruh tubuh. Shunting darah miskin O2 dari Ventrikel Kanan ke tubuh menyebabkan penurunan saturasi O2 arterial sehingga bayi tampak sianosis atau biru. Sianosis terjadi oleh karena darah miskin O2 tampak lebih gelap dan berwarna biru sehingga menyebabkan bibir dan kulit tampak biru. Apabila penurunan mendadak jumlah darah yg menuju paru pada beberapa bayi dan anak mengalami cyanotic spells atau disebut juga paroxysmal hypolemic spell, paroxymal dyspnoe, bayi atau anak menjadi sangat biru, bernapas dengan cepat dan kemungkinan bisa meninggal.Selanjutnya, akibat beban pemompaan Ventrikel kanan bertambah utk melawan stenosis pulmonal, menyebabkan ventrikel kanan membesar & menebal (hipertrofi ventrikel kanan). Sebenarnya, secara hemodinamik yang memegang peranan VSD & stenosis pulmonal dari kedua yang terpenting adalah stenosis pulmonal. Misalnya VSD sedang kombinasi dengan stenosis ringan, tekanan pada ventrikel kanan masih akan lebih rendah daripada tekanan ventrikel kiri maka shunt akan berjalan dari kiri ke kanan. Bila anak dan jantung semakin besar (karena pertumbuhan), maka defek pada sekat ventrikel relatif lebih kecil, tapi derajat stenosis lebih berat sehingga arah shunt dapat berubah. Pada suatu saat dapat terjadi tekanan ventrikel kanan sama dengan tekanan ventrikel kiri, meskipun defek pada sekat ventrikel besar, shunt tidak ada, tetapi keseimbangan terganggu. Misalnya karena melakukan pekerjaan, isi sekuncup bertambah, tetapi obtruksi ventrikel kanan tetap, tekanan pada ventrikel kanan lebih tinggi daripada tekanan ventrikel kiri maka shunt menjadi dari kanan ke kiri dan terjadi sianosis. Jadi sebenarnya gejala klinis sangat bergantung pada derajat stenosis, juga pada besarnya defek sekat. Bila katup sangat sempit (stenosis berat) bayi akan sangat biru sejak lahir & membutuhkan operasi segera . Jika stenosis anak ringan anak dapat tumbuh selama 1 th 2 th tanpa membutuhkan apapun. Sebagian besar bayi berada di antara 2 variasi ini yang menjadi biru dengan aktivitas ringan seperti makan atau menangis. 5. Pathway (terlampir) 6. Manifestasi klinis Sesak biasanya terjadi ketika anak melakukan aktivitas (misalnya menangis atau mengedan); Berat badan bayi tidak bertambah; Pertumbuhan berlangsung lambat; Jari tangan seperti tabuh gendering/ gada (clubbing fingers); Sianosis/ kebiruan : sianosis akan muncul saat anak beraktivitas, makan/menyusu, atau menangis dimana vasodilatasi sistemik (pelebaran pembuluh darah di seluruh tubuh) muncul dan menyebabkan peningkatan suhu dari kanan ke kiri (right to left shunt). Darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan darah yang kaya oksigen dimana percampuran darah tersebut dialirkan ke seluruh tubuh. Akibatnya jaringan akan kekurangan oksigen dan menimbulkan gejala kebiruan. Anak akan mencoba mengurangi keluhan yang mereka alami dengan berjongkok yang justru dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah sistemik karena arteri femoralis yang terlipat. Hal ini akan meningkatkan right to left shunt dan membawa lebih banyak darah dari ventrikel kanan ke dalam paru-paru. Semakin berat stenosis pulmonal yang terjadi maka akan semakin berat gejala yang terjadi. 7. Masalah keperawatan yang muncul 1) Penurunan kardiak output berhubungan dengan perubahan kontraktilitas ditandai dengan JVD(+), ortopnea, CRT> 3 detik, akral dingin dan oliguri 2) Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan ketunadayaan fisik ditandai dengan gangguan pertumbuhan fisik(BB kurang dari normal) 3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O 2 ditandai dengan dispnue setelah aktifitas, menyatakan letih 8. Pemerikaan Fisik Keadaan umum a. Kesadaran Kesadaran pasien ventrikel septum defek dapat mengalami penurunan karena ketidakadekuatan suplai O 2 dan nutrisi ke jaringan dan otak. b. Sirkulasi Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di daerah pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi. c. Respirasi Sering sianotik mendadak ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan dalam, lemas, kejang, sinkop bahkan sampai koma dan kematian. d. Eliminasi Sistem eliminasi pada pasien tetralogi of fallot dalam batas normal. e. Neurosensori Sistem neurosensori pasien tetralogi of fallot dalam batas normal. f. Gastrointestinal Ginggiva hipertrofi, gigi sianotik g. Muskuloskeletal Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan h. Integumen Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik, bayi tampak biru setelah tumbuh. Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan i. Endokrin Sistem endokrin pada pasien tetralogi of fallot dalam batas normal. j. Reproduksi Sistem reproduksi pada pasien tetralogi of fallot dalam batas normal. Inspeksi a. Status nutrisi Gagal tumbuh atau penambahan berat badan yang buruk berhubungan dengan penyakit jantung. b. Warna Sianosis merupakan gambaran umum dari penyakit jantung congenital. c. Deformitas dada

description

tof

Transcript of Tof

  • TOF 1. Definisi

    Tetralogi of Fallot adalah penyakit jantung bawaan yang terdiri dari

    ventricular septal defect (VSD) tipe perimembranus subaortik, overriding aorta, pulmonal stenosis (PS) infundibular dengan atau tanpa PS valvular serta hipertrofi ventrikal kanan. Bila disertai dengan ASD disebut pentalogy of fallot. Bila tipe VSD adalah subarterialdoubly committed maka dikenal sebagai oriental atau mexican fallot. (Akhyar, 2008)

    2. Etiologi Faktor endogen

    - Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom, contohnya down syndrome, marfan syndrome.

    - Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan misalnya VSD, pulmonary stenosis, and overriding aorta.

    - Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi, penyakit jantung atau kelainan bawaan

    Faktor eksogen - Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau

    suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide,

    dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin, jamu) - Ibu menderita penyakit infeksi : rubella - Efek radiologi (paparan sinar X) - Ibu mengonsumsi alcohol dan merokok saat mengandung. Faktor genetik dan kromosom

    Genetik memegang peran penting dalam beberapa kelainan bawaan. Beberapa kelainan bawaan merupakan penyakit keturunan yang diwariskan melalui gen yang abnormal dari salah satu atau kedua

    orang tua. Gen adalah pembawa sifat individu yang terdapat di dalam kromosom setiap sel di dalam tubuh manusia. Jika 1 gen hilang atau cacat, bisa terjadi kelainanbawaan.

    3. Klasifikasi TOF dibagi dalam 4 derajat : 1. Derajat I : tak sianosis, kemampuan kerja normal 2. Derajat II : sianosis waktu kerja, kemampuan kerja kurang

    3. Derajat III : sianosis waktu istirahat, kuku gelas arloji, waktu kerja sianosis bertambah, ada dispneu. 4. Derjat IV : sianosis dan dispneu istirahat, ada jari tabuh.

    4. Patofisiologi Tetralogi fallot di klasifikasikan sebagai kelainan jantung

    sianotik oleh karena pada Tetralogi falot oksigenasi darah yang tidak

    adekuat di pompa ke tubuh. Pada saat lahir, bayi tidak menunjukkan tanda sianosis, tetapi kemudian dapat berkembang menjadi episode menakutkan, tiba-tiba kulit membiru setelah menangis atau setelah pemberian makan. Defek septum ventrikel ini menuju ventrikel kiri. Pada Tetralogi fallot jumlah darah yg menuju paru kurang oleh karena obstruksi akibat stenosis pulmonal dan ukuran a. pulmonalis lebih kecil. Hal ini menyebabkan pengurangan aliran darah yg melewati katup pulmonal. Darah yg kekurangan O2 sebagian mengalir ke ventrikel kiri,

    diteruskan ke aorta kemudian keseluruh tubuh. Shunting darah miskin O2 dari Ventrikel Kanan ke tubuh

    menyebabkan penurunan saturasi O2 arterial sehingga bayi tampak sianosis atau biru. Sianosis terjadi oleh karena darah miskin O2 tampak lebih gelap dan berwarna biru sehingga menyebabkan bibir dan kulit tampak biru. Apabila penurunan mendadak jumlah darah yg menuju paru pada beberapa bayi dan anak mengalami cyanotic spells atau disebut juga paroxysmal hypolemic spell, paroxymal dyspnoe,

    bayi atau anak menjadi sangat biru, bernapas dengan cepat dan kemungkinan bisa meninggal.Selanjutnya, akibat beban pemompaan Ventrikel kanan bertambah utk melawan stenosis pulmonal, menyebabkan ventrikel kanan membesar & menebal (hipertrofi ventrikel kanan). Sebenarnya, secara hemodinamik yang memegang peranan VSD & stenosis pulmonal dari kedua yang terpenting adalah stenosis pulmonal. Misalnya VSD sedang kombinasi dengan stenosis ringan, tekanan pada ventrikel kanan masih akan lebih rendah

    daripada tekanan ventrikel kiri maka shunt akan berjalan dari kiri ke kanan. Bila anak dan jantung semakin besar (karena pertumbuhan), maka defek pada sekat ventrikel relatif lebih kecil, tapi derajat stenosis lebih berat sehingga arah shunt dapat berubah. Pada suatu saat dapat terjadi tekanan ventrikel kanan sama dengan tekanan ventrikel kiri, meskipun defek pada sekat ventrikel besar, shunt tidak ada, tetapi keseimbangan terganggu. Misalnya karena melakukan pekerjaan, isi sekuncup bertambah, tetapi obtruksi ventrikel kanan

    tetap, tekanan pada ventrikel kanan lebih tinggi daripada tekanan

    ventrikel kiri maka shunt menjadi dari kanan ke kiri dan terjadi sianosis. Jadi sebenarnya gejala klinis sangat bergantung pada derajat stenosis, juga pada besarnya defek sekat. Bila katup sangat sempit

    (stenosis berat) bayi akan sangat biru sejak lahir & membutuhkan operasi segera . Jika stenosis anak ringan anak dapat tumbuh selama 1 th 2 th tanpa membutuhkan apapun. Sebagian besar bayi berada di antara 2 variasi ini yang menjadi biru dengan aktivitas ringan seperti makan atau menangis.

    5. Pathway (terlampir) 6. Manifestasi klinis

    Sesak biasanya terjadi ketika anak melakukan aktivitas (misalnya menangis atau mengedan);

    Berat badan bayi tidak bertambah;

    Pertumbuhan berlangsung lambat;

    Jari tangan seperti tabuh gendering/ gada (clubbing fingers);

    Sianosis/ kebiruan : sianosis akan muncul saat anak beraktivitas, makan/menyusu, atau menangis dimana vasodilatasi sistemik (pelebaran pembuluh darah di seluruh tubuh) muncul dan menyebabkan peningkatan suhu dari kanan ke kiri (right to left shunt). Darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan darah yang kaya oksigen dimana percampuran darah tersebut dialirkan ke seluruh tubuh. Akibatnya jaringan akan kekurangan oksigen dan menimbulkan gejala kebiruan. Anak akan mencoba mengurangi keluhan yang mereka alami dengan berjongkok yang justru dapat meningkatkan

    resistensi pembuluh darah sistemik karena arteri femoralis yang terlipat. Hal ini akan meningkatkan right to left shunt dan membawa lebih banyak darah dari ventrikel kanan ke dalam paru-paru. Semakin berat stenosis pulmonal yang terjadi maka akan semakin berat gejala yang terjadi.

    7. Masalah keperawatan yang muncul 1) Penurunan kardiak output berhubungan dengan perubahan

    kontraktilitas ditandai dengan JVD(+), ortopnea, CRT> 3 detik, akral dingin dan oliguri

    2) Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan ketunadayaan fisik ditandai dengan gangguan pertumbuhan fisik(BB kurang dari normal)

    3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2 ditandai dengan dispnue setelah aktifitas, menyatakan letih

    8. Pemerikaan Fisik Keadaan umum

    a. Kesadaran Kesadaran pasien ventrikel septum defek dapat mengalami penurunan karena ketidakadekuatan suplai O2 dan nutrisi ke jaringan dan otak.

    b. Sirkulasi Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di daerah pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat

    obstruksi. c. Respirasi

    Sering sianotik mendadak ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan dalam, lemas, kejang, sinkop bahkan sampai koma dan kematian.

    d. Eliminasi Sistem eliminasi pada pasien tetralogi of fallot dalam batas normal.

    e. Neurosensori Sistem neurosensori pasien tetralogi of fallot dalam batas normal.

    f. Gastrointestinal Ginggiva hipertrofi, gigi sianotik

    g. Muskuloskeletal Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan

    h. Integumen Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik, bayi tampak biru setelah tumbuh. Clubbing finger tampak setelah usia 6

    bulan i. Endokrin Sistem endokrin pada pasien tetralogi of fallot dalam batas normal. j. Reproduksi Sistem reproduksi pada pasien tetralogi of fallot dalam batas normal.

    Inspeksi a. Status nutrisi Gagal tumbuh atau penambahan berat badan yang buruk berhubungan

    dengan penyakit jantung.

    b. Warna Sianosis merupakan gambaran umum dari penyakit jantung

    congenital. c. Deformitas dada

  • Bentuk dada menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan d. Pulsasi tidak umum Terkadang terjadi pulsasi yang dapat dilihat.

    e. Ekskursi pernafasan Pernafasan dispnea, nafas cepat dan dalam.

    f. Jari tabuh Berhubungan dengan beberapa tipe penyakit jantung congenital,

    clubbing finger g. Perilaku

    Anak akan sering squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa

    waktu sebelum ia berjalan kembali.

    Palpasi dan perkusi a. Dada

    Membantu melihat perbedaan antara ukuran jantung dan karakteristik lain (seperti thrill, vibrasi yang dirasakan pemeriksa saat mempalpasi) yang berhubungan dengan penyakit jantung.

    b. Nadi perifer Frekuensi, keteraturan, dan amplitudo (kekuatan) dapat menunjukkan ketidaksesuaian.

    Auskultasi a. Jantung

    Mendeteksi adanya murmur jantung. b. Frekuensi dan irama jantung

    Observasi adanya ketidaksesuaian antara nadi apikal dan perifer. c. Karakteristik bunyi jantung

    Bunyi jantung I normal, sedang bunyi jantung II tunggal dan keras d. Paru-paru

    Menunjukkkan adanya sesak nafas.

    9. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium

    Pemeriksaan laboratorium rutin penting pada setiap penyakit jantung bawaan sianotik untuk menilai perkembangan penyakit. Hemoglobin dan hematokrit merupakan indikator yang cukup baik untuk derajat hipoksemiaDitemukan adanya peningkatan hemoglobin dan

    hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.

    Radiologis Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal,

    tidak ada pembesaran jantung gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu boot-shaped heart.

    o Gambaran jantung khas seperti sepatu boot o Segmen pulmonal yang cekung o Apeks jantung terangkat (hipertrofi ventrikel kanan) o Gambaran vaskularisasi paru oligemi Elektrokardiogram

    Pada EKG Nampak 3 hal yang paling menonjol, yaitu : o Deviasi sumbu QRS kekanan o Hipertrofi ventrikel kanan o Hipertrofi atrium kanan Ekokardiografi

    Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dkurang lebih 50%,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru serta penebalan infundibulum ventrikel kanan

    Kateterisasi dan Angiografi Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek

    septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah. Angiogram (gambaran sinar-X) menunjukkan aliran darah abnormal yang melalui lubang septum interventrikel dan masuk dalam aorta dan terdapat sedikit aliran melalui arteri pulmonal yang stenosis Kateterisasi jantung dan angiokardiografi merupakan metode

    pemeriksaan utama untuk menerangkan abnormalitas anatomis tersebut dan untuk menyingkirkan cacat lainnya, yang menyerupai gambaran suatu tetralogi falot, terutama ventrikel kanan dengan saluran keluar ganda disertai stenosis pulmonal serta tranposisi arteri dengan stenosis pulmonal.

    10. Penatalaksanaan Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain

    dengan cara : o Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah o Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan pusat

    pernafasan dan mengatasi takipneu. o Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis o Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu

    tepat karena permasalahan bukan karena kekuranganoksigen, tetapi karena aliran darah ke paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan

    anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian

    :

    Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.

    Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative

    penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat. Lakukan selanjutnya yaitu :

    1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik 2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi 3. Hindari dehidrasi

    Tindakan Bedah Merupakan suatu keharusan bagi semua penderita TF. Pada bayi dengan sianosis yang jelas, sering pertama-tama dilakukan operasi pintasan atau langsung dilakukan pelebaran stenosis trans-ventrikel. Koreksi total dengan menutup VSD (Ventrikel Septum Defek) seluruhnya dan melebarkan PS pada waktu ini sudah mungkin dilakukan. Umur optimal untuk koreksi total pada saat ini ialah 7-10

    tahun. Walaupun kemajuan telah banyak dicapai, namun sampai sekarang operasi semacam ini selalu disertai resiko besar.

    Pengobatan Konservatif Anak dengan serangan anoksia ditolong dengan knee-chest position, dosis kecil morfin (1/8-1/4 mg) disertai dengan pemberian oksigen. Dengan tindakan ini serangan anoksia sering hilang dengan cepat. Pada waktu ini diberikan pula obat-obat pemblok beta (propanolol) untuk mengurangi kontraktilitas miokard. Pencegahan terhadap anoksia dilaksanakan pila dengan mencegah/mengobati anemia defisiensi besi relative, karena hal ini sering menambah frekuensi serangan. Asidosis metabolic harus diatasi secara adekuat

    11. Komplikasi o Trombosis pulmonal : adanya thrombus pada pembuluh pulmo o CVA thrombosis o Abses otak o Infark serebral o Abses serebral (umur > 2 tahun) o Polisitemia : peningkatan jumlah total massa ke darah o Anemia defisiensi Fe relative o SBE o DC kanan jarang o Perdarahan oleh karena trombositopenia ( Yayan, 2010 )

    Menurut Buku Ajar Kesehatan Anak FKUI 1991,

    komplikasi ToF yaitu: o Trombosis pulmonal

    Trombosis disebabkan karena meningkatnya viskositas darah yang disebabkan oleh polisitemia. Dehidrasi dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya trombosis. Trombosis dapat terjadi di mana saja tapi yang berbahaya jika terjadi di paru dan otak.

    o CVA thrombosis o Abses otak

    Penyakit jantung bawaan sianotik dengan pirau dari kanan ke kiri, terutama terjadi pada anak yang berusia lebih dari 2 tahun, dikenal luas sebagai faktor predisposisi abses otak. Pada penderita ditemukan

    polisitemia dengan aliran darah yang lambat, sehinga dapat menyebabkan terjadinya infark kecil di dalam otak yang merupakan tempat abses mulai timbul. Aliran darah pirau dari kanan ke kiri, tidak difiltrasi di paru-paru, sehingga memudahkan terjadinya septikemia.

  • Hal-hal tersebut merupakan faktor predisposisi terjadinya abses otak pada penderita penyakit jantung bawaan sianotik. Terjadinya abses dapat dibagi menjadi empat stadium, yaitu: fase serebritis dini, fase

    serebritis lambat, pembentukan kapsul dini dan pembentukan kapsul lambat. Abses otak pada penyakit jantung bawaan sianotik biasanya soliter, sering terdapat pada lobus frontalis, temporalis, dan parietalis.

    o Perdarahan Bayi dengan sianosis disertai dengan lamanya polisetimia akan mengakibatkan trombositopenia dan kelainan pembekuan darah.

    o Endokarditis o Aritmia

    12. Prognosis

    Pada klien dengan TF (Tetralogi Fallot) tanpa melakukan suatu tindakan operasi prognosis atau ramalan penyakit kedepan adalah buruk atau tidak baik. Rata-rata klien akan mencapai umur 15 tahun, tetapi semua ini tergantung pada besarnya kelainan yang dialami. Ancaman pada anak denagn TF adalah abses otak pada umur sekitar 2 sampai dengan 3 tahun. Gejala neurologis disertai demam dan leukositosis memberikan kecurigaan akan adanya abses otak. Jika

    pada bayi denagn TF terdapat gangguan neurologis, maka cenderung untuk didiagnosis thrombosis pembuluh darah otak daripada abses otak. Anak dengan TF cenderung untuk menderita perdarahan banyak, karena berkurangnya trombosit dan fibrinogen. Kemungkinan timbulnya endokarditis bakterialis selalu ada.

    Menurut Prof.Dr.dr.A. Samik Wahab, SpA(K) dalam bukunya yang berjudul Penyakit Jantung Anak tahun 2003 prognosis bayi dengan TOF sangat bergantung pada beratnya lesi. Bayi dengan

    atresi pulmonal atau stenosis pulmonal yang berat bila tidak segera di operasi akan meninggal karena hipoksia. Jarang hidup melebihi umur 1 tahun. Bila penderita seperti ini dapat hidup melebihi tahun pertama, berarti pada penderita tersebut timbul sirkulasi kolateral bronchial yang intensif. Pada penderita dengan sianosis berat dengan polisetemia dan tidak dapat bekerja karena dispnea, biasanya sukar mencapai umur 20 tahun. Penderita yang lebih ringan (penderita golongan 3) yang sianosisnya

    timbul pada waktu umur setahun. Serangan hipoksia hanya kadang-kadang terjadi pada umur setahun, tetapi sebagian besar penderita tanpa keluh kesah sampai dapat berjalan. Oleh karena itu, penderita tipe ini dapat hidup sampai umur 30 tahun.

    Penderita yang pada waktu bayi sampai masa kanak-kanak tidak sianosis (penderita golongan 2) dan kalau bekerja hanya timbul keluh kesah ringan, pendrita tipe ini dapat hidup sampai kurang lebih 40 tahun.

    13. Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan pada keluarga adalah

    Orang tua dari anak-anak yang menderita kelainan jantung bawaan bisa diajari tentang cara-cara menghadapi gejala yang timbul:

    - Menyusui atau menyuapi anak secara perlahan. - Memberikan porsi makan yang lebih kecil tetapi lebih sering. - Mengurangi kecemasan anak dengan tetap bersikap tenang. - Menghentikan tangis anak dengan cara memenuhi kebutuhannya. - Membaringkan anak dalam posisi miring dan kaki ditekuk ke dada

    selama serangan sianosis. Langkah pencegahan untuk penyakit jantung kongenital ini sebenarnya tidak diketahui tetapi langkah untukk berjaga-jaga bisa diambil untuk mengurangi risiko mendapat bayi yang mengidap masalah jantung, yaitu:

    - Sebelum mengandung seseorang wanita itu perlu memastikan ia telah mendapatkan imunisasi rubella.

    - Jangan merokok, minum alkohol, dan menyalahgunakan obat-obatan. - Ibu-ibu yang mengalami penyakit kronik seperti Diabetes,

    Fenilketonuria (PKU), epilepsi dan kecacatan jantung perlu mengunjungi dokter sebelum hamil.

    - Pemenuhan nutrisi yang baik pada ibu hamil; - Usia maksimal ibu prenatal tidak lebih 40 tahun; - Menghindari pajanan sinar x

    Perawat bisa mengadakan suatu counseling dengan orang

    tua yang anaknya mengalami tetralogi fallot. Ajarkan bahwa sangatlah penting bagi anak untuk mendapatkan perawatan yang meliputi:

    o Followup dengan pediatrist untuk tes rutin o Followup seumur hidup dengan ahli cardiology. o Beberapa anak dan orang dewasa dengan tetralogy of Fallot perlu

    untuk dibatasi beberapa jenis kegiatan mereka. Hal ini dapat didiskusikan dengan dokter tentang:

    Apakah anak bisa mengikuti kegiatan olahraga

    Apakah anak dapat mengikuti aktivitas tambahan

    Keperluan catatan dari dokter kepada sekolahnya tentang pembatasan kegiatan anak tersebut. Dokter akan memeriksa anak akan pertumbuhan dan perkembangan pada setiap check up. Beberapa anak dengan tetralogy of Fallot tidak bertumbuh dan berkembang secepat anak seumuran lainnya yang normal. Jadi perlu diberi perawatan yang khusus untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangaan anak

  • RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

    Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Evaluasi

    Penurunan Curah

    jantung

    berhubungan dengan

    perubahan

    kontraktilitas

    ditandai dengan

    JVD, ortopnea CRT

    > 3 detik, akral

    dingin dan oliguri

    Setelah diberikan asuhan

    keperawatan selama ....x24 jam

    diharapakan cardiac output klien

    efektif dengan kriteria hasil:

    NOC Label : Cardiac Pump

    effectiveness

    1. Tekanan darah sistolik normal

    (skala 5)

    2. Tekanan darah diastolik

    normal (skala 5)

    3. Nadi perifer normal (skala 5)

    4. Tidak ada dypsnea saat

    istirahat ( skala 5)

    5. Tidak ada dypsnea pada

    aktivitas ringan (skala 5)

    6. Tidak ada sianosis (skala 5)

    NOC Label: Fluid Balance

    1. Tekanan darah normal (skala 5)

    2. MAP normal (skala 5)

    3. Turgor kulit normal (skala 5)

    4. Kelembaban membran mukosa

    NIC Label : Cardiac Care

    1. Evaluasi nyeri dada klien (intensitas,

    lokasi, durasi, pencetus, dan faktor yang

    memperberat)

    2. Catat tanda dan gejala penurunan cardiac

    output

    3. Monitor tanda-tanda vital secara teratur

    4. Monitor status kardiovaskular secara

    teratur

    5. Monitor status respirasi untuk melihat

    tanda gagal jantung

    6. Monitor keseimbangan cairan

    7. Instruksikan pasien dan keluarga untuk

    membatasi aktivitas dan aktivitas

    dilakukan secara bertahap

    8. Atur isirahat dan latihan untuk

    menghindari keletihan

    9. Monitor toleransi aktivitas klien

    10. Monitor dypsnea, letih, takipnea, dan

    ortopnea

    11. Ajarkan klien cara menurunkan stres

    12. Bina hubungan yang baik untuk

    mensuport pasien dan keluarga

    S : klien mengatakan nyeri dada

    dan sesak berkurang

    O : tekanan darah sistolik normal,

    Tekanan darah diastolik normal,

    nadi perifer normal, frekuensi

    nafas klien berkurang, warna

    kulit normal, CRT=2 detik, suhu

    normal, kelembaban normal

    A: Tujuan tercapai sebagian

    P : lanjutkan intervensi

  • normal (skala 5)

    NOC Label: Tissue Perfusion :

    Peripheral

    1. CRT < 2 detik (skala 5)

    2. Suhu ektremitas normal (skala 5

    )

    3. Nadi ektremitas normal (skala

    5)

    4. Tekanan systolic dan diastolic

    normal (skala 5)

    Ket :

    Skala 1: jauh dari rentang normal

    Skala 5 : dalam batas normal

    NIC Label: Hemodynamic Regulation

    1. Monitor jumlah elektrolit

    2. Monitor dan catat detak jantung, irama,

    nadi

    3. Monitor adanya edema perifer, distensi

    vena jugular, suara jantung s3 dan s4.

    4. Pertahankan keseimbangan cairan cairan

    dengan memberikan melalui iv atau

    diuretic , jika perlukan

    5. Monitor intake/output, urin output dan

    berat badan

    6. Mimalisir lingkungan yang merupakan

    faktor pencetus stress

    NIC label : Vital Sign Monitoring

    1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan

    status respirasi klien

    2. Catat fluktuasi tekanan darah

    3. Monitor tekanan darah ketika pasien

    sedang berbaring, duduk, berdiri dan

    merubah posisi

    4. Monnitor tekanan darah dan respirasi

    sebelum, selama dan setelah aktivitas

    5. Monitor ritme jantung

    6. Monitor ritme respirasi

    7. Monitor warna kulit, suhu dan

    kelembaban

    8. Monitor adanya sianosis sentral dan

  • perifer

    NIC label : Fluid Management

    1. Timbang berat badan pasien setiap hari

    dan catat perubahannya

    2. Monitor input dan output cairan yang

    akurat

    3. Monitor status hidrasi (kelembaban

    membran mukosa, nadi)

    4. Monitor status hemodinamik pasien

    5. Berikan terapi IV jika diperlukan

    6. Monitor status nutrisi

    NIC label : Oxygen Therapy

    1. Atur alat oksigen dan sisitem

    humidifikasi

    2. Monitor aliran oksigen

    3. Monitor efektifitas terapi oksigen

    4. Monitor keracunan oksigen

    Intoleransi aktivitas

    b.d

    ketidakseimbangan

    antara suplai dan

    kebutuhan O2 d.d

    menyatakan merasa

    letih

    Setelah dilakukan asuhan

    keperawatan selama x24 jam

    diharapkan keletihan pasien

    berkurang dengan kriteria hasil:

    NOC:Fatigue Level

    1. Kelelahan (skala 5)

    2. Kelesuan (skala 5)

    3. Perasaan depresi (skala 5)

    4. Gangguan konsentrasi

    (skala 5)

    NIC: Energy Management

    1. Tentukan keterbatasan fisik px

    2. Tentukan seberapa besar aktivitas

    yang dibutuhkan untuk membangun

    ketahanan

    3. Monitor intake nutrisi untuk sumber

    energy yang adekuat

    4. Monitor pola tidur dan jumlah waktu

    tidur pasien

    5. Hindari aktivitas selama periode

    S:Pasien menyatakan letih

    berkurang

    O: pasien dapat beraktivitas

    ringan, px terlihat kelelahan

    A: Tujuan tercapai sebagian

    P: Lanjutkan intervensi

  • 5. Nyeri sendi (skala 5)

    6. Nyeri otot (skala 5)

    7. Tingkat stress (skala 5)

    Ket :

    Skala 1: jauh dari rentang normal

    Skala 5 : dalam batas normal

    istirahat

    NIC Label: Exercise Therapy: Strenght

    Training

    1. Kaji kemampuan px dalam melakukan

    latihan

    2. Beri informasi kepada orang tua

    mengenai fungsi otot, fisiologi

    olahraga, dan akibat imobilisasi

    3. Ajarkan orang tua mulai dari teknik

    yang paling sederhana yaitu ROM

    4. Instruksikan untuk member jeda

    istirahat total setelah latihan, frekuensi

    latihan

    5. Informasikan level latihan, frekuensi

    latihan

    6. Tetap kaji appakah ada tanda-tanda

    intoleransi aktivitas selama latihan

    (angina, dispnea, palpitasi)

    7. Evaluasi tingkat latihan otot

    Keterlambatan

    pertumbuhan dan

    perkembangan

    berhubungan dengan

    ketunadayaan fisik

    Setelah diberikan asuhan

    keperawatan selama ....x24 jam

    diharapakan pertumbuhan dan

    perkembangan klien sesuai umur (4

    tahun) dengan kriteria hasil:

    NIC Label : Nutrition Therapy

    1. Kaji kebutuhan nutrisi lengkap yang

    dibutuhkan.

    2. Pantau asupan makanan dan cairan anak,

    dan tinjau asupan kalori harian anak.

    S :

    Orang tua mengatakan anaknya

    menerima asupan nutrisi adekuat,

    serta dapat beraktivitas sesuai

    umur

  • ditandai dengan

    gangguan

    pertumbuhan fisik

    (BB kurang dari

    normal)

    NOC Label : Growth

    1. Persentil berat badan sesuai

    umur (skala 5)

    2. Peningkatan berat badan

    (skala 5)

    NOC Label: Child Development : 4

    Years

    1. Klien dapat berjalan,

    memanjat, dan berlari (skala

    5)

    2. Terlibat dalam permainan

    yang kreatif (skala 5)

    3. Pilih suplemen gizi yang sesuai

    4. Dorong keluarga klien untuk memberikan

    asupan yang tinggi kalsium.

    5. Berikan pendidikan kesehatan dalam

    mengatur diet anak yaitu makanan yang

    baik untuk anak dan makanan apa yang

    perlu dihindari.

    NIC Label : Development Enhancement :

    Child

    1. Demonstrasikan aktivitas yang dapat

    mendukung perkembangan anak

    2. Memberikan kegiatan yang mendorong

    interaksi antara anak-anak

    3. Mengidentifikasi kebutuhan khusus anak

    dan adaptasi yang dibutuhkan

    4. Memberikan klien kesempatan bermain

    di tempat bermain

    O :

    Berat badan klien dalam rentang

    normal sesuai umur, serta klien

    tampak tidak lelah saat aktivitas

    A:

    tujuan tercapai sebagian

    P :

    lanjutkan intervensi