Tm Jamban Sehat 27-2013
-
Upload
hasnan-habib -
Category
Documents
-
view
273 -
download
61
description
Transcript of Tm Jamban Sehat 27-2013
MANAJEMEN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN UPAYA PENINGKATAN JUMLAH PEMANFAATAN JAMBAN SEHAT DI
DUSUN KALANGAN DESA AMBARTAWANG KECAMATAN MUNGKID KABUPATEN MAGELANG
EVALUASI MANAJEMEN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN
PUSKESMAS MUNGKID PERIODE JANUARI - DESEMBER 2012
Disusun Oleh:
Ahmad Musa Simbolon
030.08.012
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PERIODE 25 FEBRUARI – 20 APRIL 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Paradigma sehat merupakan model pembangunan kesehatan yang dalam jangka
panjang mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan
mereka sendiri melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang
bersifat promotif dan preventif.
Sasaran utama pembangunan kesehatan itu salah satunya yaitu kesehatan lingkungan.
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
kehidupan yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya
kualitas hidup yang sehat. Menurut H. Bloom, tingkat derajat kesehatan manusia dipengaruhi
oleh 4 faktor yaitu : faktor perilaku, genetik, lingkungan dan pelayanan kesehatan. Dalam hal
ini jelas bahwa lingkungan sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan manusia. Oleh
karena itu perlu adanya perhatian yang serius dalam menangani masalah-masalah kesehatan
khususnya kesehatan lingkungan.
Dengan adanya upaya kesehatan lingkungan maka diharapkan meningkatnya jumlah
kawasan sehat, tempat-tempat umum sehat, tempat pariwisata sehat, tempat kerja sehat, rumah
dan bangunan sehat, sarana sanitasi, sarana air minum, dan sarana pembuangan limbah.
Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan tinja
merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas.
Penyediaan sarana pembuangan tinja masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah
mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya
dengan perilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan
buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit
penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika.
Dari data SPM dapat diketahui cakupan penduduk yang memanfaatkan jamban di
wilayah kerja Puskesmas Mungkid periode Januari-desember 2012 adalah 69%, sedangkan
target Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang adalah 75%. Sehingga angka pencapaian
penduduk yang memanfaatkan jamban masih kurang, yaitu sebesar 92%.
2
Dilihat dari Perilaku hidup bersih dan sehat, masyarakat Desa Ambartawang khususnya
Dusun Kalangan masih rendah angka kesadaran akan perilaku hidup sehat. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya perilaku buang air besar bukan dijamban yang sehat.
Menurut data keluarga hasil Survei Mawas Diri (SMD) kepemilikan jamban di Dusun
Kalangan, dimana jumlah KK yang berhasil di survey ada 107, yang memiliki jamban
memenuhi syarat sebanyak 40 KK (37%), Ada Jamban tidak memenuhi syarat 21 KK (20 %),
yang tidak memiliki jamban sebanyak 46 KK (43%).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dibuat perumusan masalah yaitu:
Faktor apa saja yang menyebabkan penduduk di Dusun Kalangan desa Ambartawang
tidak memanfaatkan jamban sehat dan bagaimana cara menyelesaikannya?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kurang adanya jamban sehat keluarga di
Dusun Kalangan.
1.3.2 Tujuan khusus
Mengetahui penyebab masalah dari faktor input
Mengetahui penyebab masalah dari faktor proses
Diperoleh faktor-faktor yang menyebabkan tidak adanya jamban sehat keluarga di
Dusun Kalangan Desa Ambartawang Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang..
Diperoleh upaya pemecahan masalah penduduk yang tidak menggunakan jamban
sehat di Dusun Kalangan Desa Ambartawang Kecamatan Mungkid, Kabupaten
Magelang..
Diperoleh rencana kegiatan untuk mengatasi penduduk yang tidak menggunakan
jamban sehat di Dusun Kalangan Desa Ambartawang Kecamatan Mungkid,
Kabupaten Magelang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Penulis
3
Untuk menambah pengetahuan penulis tentang penyebab masih kurangnya
penduduk yang menggunakan jamban sehat di Dusun Kalangan Desa
Ambartawang serta dapat memberikan informasi tentang pengelolaan jamban yang
baik.
.
1.4.2 Bagi Profesi
Hasil laporan ini dapat dijadikan data awal untuk merencanakan
penanggulangan masalah pemanfaatan jamban di Dusun Kalangan Desa
Ambartawang. serta dapat dijadikan masukan untuk menyusun program dalam
rangka pemanfaatan jamban keluarga.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan pengetahuan warga Dusun
Kalangan Desa Ambartawang, dapat bertambah mengenai pentingnya
memanfaatkan jamban keluarga agar tercipta lingkungan yang sehat sesuai dengan
syarat kesehatan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Landasan Teori
II.1.1. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan yang sehat adalah keadaan lingkungan yang tidak berisiko atau
berbahaya terhadap kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Usaha kesehatan lingkungan
adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia
untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya.
Integrasi upaya kesehatan lingkungan dan upaya pemberantasan penyakit berbasis
lingkungan semakin relevan dengan diterapkannya Paradigma Sehat. Dengan paradigma ini,
maka pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada upaya promotif-preventif, dibanding
upaya kuratif-rehabilitatif. Melalui Klinik Sanitasi ke tiga unsur pelayanan kesehatan yaitu
promotif, preventif, dan kuratif dilaksanakan secara integratif melalui pelayanan kesehatan
program pemberantasan penyakit berbasis lingkungan di luar maupun di dalam gedung.
II.1.2 Standar Prosedur Operasional Klinik Sanitasi
Standar prosedur operasional (Standard Operational Procedur / SOP) klinik sanitasi
secara umum meliputi SOP di dalam gedung (puskesmas) dan di luar gedung (lapangan).
a. Dalam Gedung
Di dalam gedung puskesmas, petugas klinik sanitasi melakukan langkah-langkah
kegiatan terhadap penderita/pasien dan klien.
1) Menerima kartu rujukan status dari petugas poliklinik.
2) Mempelajari kartu status/rujukan tentang diagnosis oleh petugas poliklinik.
3) Menyalin dan mencatat nama penderita atau keluarganya, karakteristik penderita
yang meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan dan alamat, serta diagnosis
penyakitnya ke dalam buku register.
4) Melakukan wawancara atau konseling dengan penderita/keluarga, penderita tentang
kejadian penyakit, keadaan lingkungan, dan perilaku yang diduga berkaitan dengan
5
kejadian penyakit dengan mengacu pada buku ‘Pedoman Teknis Klinik Sanitasi
untuk Puskesmas dan Panduan Konseling Bagi Petugas Klinik Sanitasi di
Puskesmas.
5) Membantu menyimpulkan permasalahan lingkungan atau perilaku yang berkaitan
dengan kejadian penyakit yang diderita.
6) Memberikan saran tindak lanjut sesuai permasalahan.
7) Bila diperlukan, membuat kesepakatan dengan penderita atau keluarganya tentang
jadwal kunjungan lapangan.
b. Luar Gedung
Sesuai dengan jadwal yang telah disepakati antara penderita / klien atau
keluarganya dengan petugas, petugas klinik sanitasi melakukan kunjungan
lapangan/rumah dan diharuskan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Mempelajari hasil wawancara atau konseling di dalam gedung (Puskesmas).
2) Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan lapangan yang
diperlukan seperti formulir kunjungan lapangan, media penyuluhan, dan alat sesuai
dengan jenis penyakitnya.
3) Memberitahu atau menginformasikan kedatangan kepada perangkat desa/kelurahan
(kepala desa/lurah, sekretaris, kepala dusun, atau ketua RW/RT) dan petugas
kesehatan / bidan di desa.
4) Melakukan pemeriksaan dan pengamatan lingkungan dan perilaku dengan mengacu
pada Buku Pedoman Teknis Klinik Sanitasi untuk Puskesmas, sesuai dengan
penyakit/masalah yang ada.
5) Membantu menyimpulkan hasil kunjungan lapangan.
6) Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran (keluarga penderita dan keluarga
sekitar).
7) Apabila permasalahan yang ditemukan menyangkut sekelompok keluarga atau
kampung, informasikan hasilnya kepada petugas kesehatan di desa / kelurahan,
perangkat desa/kelurahan (kepala desa / lurah, sekretaris, kepala dusun atau ketua
RW/RT), kader kesehatan lingkungan serta lintas sektor terkait di tingkat
kecamatan untuk dapat di tindak lanjut secara bersama.
II.1.3 Tindak Lanjut dan Penyelesaian Masalah
a. Tindak Lanjut
6
Tujuan tindak lanjut adalah untuk mengetahui perkembangan penyelesaian
permasalahan kesehatan lingkungan sesuai dengan rencana dan saran. Kegiatan tindak
lanjut ini dapat dilakukan secara insidentil dan berkala. Kegiatan tindak lanjut
diarahkan untuk :
Mengetahui realisasi atau kesesuaian antara rencana tindak lanjut penyelesaian
masalah kesehatan lingkungan dengan kenyataan
Keterlibatan masyarakat, lintas program dan lintas sektor dalam perbaikan /
penyelesaian masalah kesehatan lingkungan
Perkembangan kejadian penyakit dan permasalahan kesehatan lingkungan
b. Pencatatan dan Pelaporan
Data kegiatan klinik sanitasi dicatat ke dalam buku register untuk kemudian
diolah dan dianalisis. Selain berguna untuk bahan tindak lanjut kunjungan lapangan
serta keperluan monitoring dan evaluasi, data yang ada dapat dibuat bahan
perencanaan kegiatan selanjutnya. Seluruh kegiatan klinik sanitasi dan hasilnya
dilaporkan secara berkala kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai
dengan format laporan yang ada.
c. Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah kesehatan lingkungan, terutama masalah yang menimpa
sekelompok keluarga atau kampung dapat dilaksanakan secara musyawarah dan
gotong royong oleh masyarakat dengan bimbingan teknis dari petugas sanitasi dan
lintas sektor terkait.
Apabila dengan cara demikian tidak tuntas dan atau untuk perbaikannya
memerlukan pembiayaan yang cukup besar, maka penyelesaian dianjurkan untuk
mengikuti mekanisme perencanaan yang ada, mulai perencanaan di tingkat desa,
perencanaan tingkat kecamatan dan perencanaan tingkat kabupaten/kota. Petugas
sanitasi juga dapat membantu mengusulkan kegiatan perbaikan kesehatan lingkungan
tersebut kepada sektor terkait.
II.1.4. Jamban Sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia
yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa
7
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkannya.
II. 1.5 Syarat jamban sehat
a. Tidak mencemari tanah sekitarnya
b. Mudah dibersihkan dan aman digunakan
c. Dilengkapi dinding dan atap pelindung
d. Penerangan dan ventilasi cukup
e. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
f. Tersedia air dan alat pembersih
II.1.6 Indikator suatu Jamban telah mencemari lingkungan sekitar yaitu
Apakah penampungan akhir kotoran/jamban berjarak kurang dari 10 m dengan sumber air ?
Apakah penutup sumur resapan jamban (penampungan akhir kotoran) tidak kedap air? : ya/tidak
Apakah konstruksi jamban memungkinkan binatang penyebar penyakit menjamah kotoran dalam jamban?
Apakah jamban menimbulkan bau? Apakah jamban tidak selalu terjaga kebersihannya?
II.1.7. Pengelolaan Pembuangan Tinja
Untuk mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan
kotoran manusia harus dikelola dengan baik yaitu harus di suatu tempat tertentu atau
jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi
persyaratan – persyaratan sebagai berikut :
1. Tidak mencemari air
a. Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak
mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar
lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
b. Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter
c. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang
kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.
d. Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang, danau,
sungai, dan laut
8
Gambar. Jarak Jamban
dengan sumber air bersih
2. Tidak mencemari tanah
permukaan
a. Tidak buang air besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai,
dekat mata air, atau pinggir jalan.
b. Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, kemudian
kotoran ditimbun di lubang galian.
3. Bebas dari serangga
a. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu.
Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah.
b. Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang
nyamuk.
c. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang dapat menjadi
sarang kecoa atau serangga lainnya.
d. Lantai jamban harus selalu bersih dan kering.
e. Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup.
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
a. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai
digunakan.
b. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat
oleh air.
c. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang
bau dari dalam lubang kotoran.
d. Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus
dilakukan secara teratur.
5. Aman digunakan oleh pemakainya
Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran
dengan pasangan bata atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lain yang
terdapat di daerah setempat.
6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
9
a. Lantai jamban rata dan miring dari saluran lubang kotoran.
b. Jangan membuang sampah, rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat
menyumbat saluran.
c. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan
cepat penuh.
d. Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter
minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2:100.
7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
a. Jamban harus berdinding dan berpintu.
b. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari
kehujanan dan kepanasan.
II.1.8. Bangunan Jamban (Latrine / water closet)
Bangunan Jamban yang memenuhi syarat kesehatan terdiri dari :
1. Rumah kakus : Syarat – syarat rumah kakus antara lain; Sirkulasi udara cukup,
Bangunan mampu menghindarkan pengguna terlihat dari luar, Bangunan dapat
meminimalkan gangguan cuaca (baik musim panas maupun musim hujan),
Kemudahan akses di malam hari, Ketersediaan fasilitas penampungan air dan
tempat sabun untuk cuci tangan.
2. Lantai kakus : Sebaiknya diplester agar mudah dibersihkan.
3. Slab : Berfungsi sebagai penutup sumur tinja (pit) dan dilengkapi dengan tempat
berpijak. Pada jamban cemplung, slab dilengkapi dengan penutup, sedangkan pada
kondisi jamban berbentuk bowl (leher angsa) fungsi penutup ini digantikan oleh
keberadaan air yang secara otomatis tertinggal di didalamnya. Slab dibuat dari
bahan yang cukup kuat untuk menopang penggunanya. Bahan-bahan yang
digunakan harus tahan lama dan mudah dibersihkan seperti kayu, beton, bambu
dengan tanah liat, pasangan bata, dan sebagainya.
4. Closet : Lubang tempat faeces masuk.
5. Pit : Sumur penampung faeces / cubluk.
6. Bidang resapan.
10
Gambar 2. Bidang Resapan
II.1.9 Jenis – jenis jamban keluarga
1. Jamban Cemplung (pit latrine)
Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah pedesaan tapi kurang sempurna,
misalnya tanpa rumah jamban. Pada jamban ini, kotoran langsung masuk ke jamban dan
tidak boleh terlalu dalam sebab bila terlalu dalam akan mengotori air tanah dibawahnya.
Dalamnya pit latrine berkisar antara 1,5 – 3 meter saja. Jarak dari sumber air minum
sekurang-kurangnya 15 meter.
Gambar 3. Jamban Cemplun
2. Jamban Cemplung Berventilasi (Ventilation Improved Pit Latrine)
Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung, bedanya lebih lengkap,
yakni menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan pipa ventilasi ini dapat dibuat
dengan bambu.
11
Gambar 4. Jamban Cemplung Berventilasi (Ventilasi Improved Pit Latrine) Sumber :
Tampubolon, 2000.
3. Watersealed Laterine (Angsa Trine)
Jamban tanki septik/leher angsa: Adalah jamban berbentuk leher angsa sehingga akan
selalu terisi air. Fungsi air ini sebagai sumbat bau bususk dari cubluk sehingga tidak tercium di
ruangan rumah kakus. Bila dipakai, faecesnya tertampung sebentar dan bila disiram air, baru
masuk ke bagian yang menurun untuk masuk ke tempat penampungannya (pit).
Penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses
penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapannya. Kakus ini yang
terbaik dan dianjurkan dalam kesehatan lingkungan.
Gambar 5. Jamban leher angsa
12
II.2 DEFINISI PENGETAHUAN DAN PERILAKU
II.2.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman
orang lain, media massa maupun lingkungan. Pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai
dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap
hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung
tindakan seseorang.
Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu. Pekerjaan
tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai (Drs. Sidi
Gazalba) Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
knowledge. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan
adalah kepercayaan yang benar (knowledgement is justified true beliefed). Pengetahuan
itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian, pengetahuan merupakan
hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
baru dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan :
1. Awareness, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek).
2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik
buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4. Trial, dimana orang telah mulai mecoba perilaku baru.
5. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan
kesadaran dan sikap.
II.2.2. Pengukuran Pengetahuan
13
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
berisi tentang materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan
dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoadmojo, 2003)
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100%
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%
II.2.3. Perilaku
Definisi Perilaku Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar. Menurut Robert kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu
organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari.
Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau
faktorfaktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons
terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan
menjadi dua yaitu :
Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat
given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan
sebagainya.
1. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini
merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini
merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
II.3. Analisis Masalah
Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan sistem untuk mencari
kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan-pendekatan masalah, dari pendekatan
sistern ini dapat ditelusuri hal-hal yang mungkin menyebabkan munculnya permasalahan
14
Kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat di wilayah Puskesmas Salaman I,
Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Adapun sistem yang diutarakan disini adalah
sistern terbuka pelayanan kesehatan yang dijabarkan sebagai berikut :
Gambar 6. Analisis Penyebab Masalah Dengan Pendekatan Sistem
Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak sesuai
standar minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah kegiatan dalam
rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab masalah tersebut,
berdasarkan pendekatan sistern masalah dapat terjadi pada input, lingkungan maupun proses.
II.3.1. Kerangka Pikir Perencanaan Masalah
a. Masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai, menetapkan
indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Kemudian mempelajari keadaan
yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil pencapaian. Yang terakhir
membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi, dengan keadaan tertentu yang
diinginkan atau indikator tertentu yang sudah ditetapkan.
b. Penentuan Penyebab Masalah
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan
curah pendapat. Penentuan penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan
fishbone. Hal ini hendaknya jangan menyimpang dari masalah tersebut.
c. Memilih Penyebab yang Paling Mungkin
15
INPUTMan
MoneyMethodMaterialMachine
PROSESP1P2P3
OUTPUT OUTCOME IMPACT
LINGKUNGANFisik, Kependudukan, Sosial Budaya, Sosial Ekonomi, Kebijakan
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang
didukung oleh data atau konfirmasi dan pengamatan.
d. Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab
yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada
alternatif pemecahan masalah.
e. Penetapan Pemecahan Masalah Terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan
pemecahan terpilih. Apabila ditemukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon
Kualitatif untuk menentukan/memilih pemecahan terbaik.
f. Penyusunan Rencana Penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of
Action atau Rencana Kegiatan).
g. Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah
yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu
sendiri, apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.
16
Gambar 7. Kerangka Pikir Pemecahan Masalah
II.3.2. Analisis Penyebab Masalah
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah
pendapat. Untuk membantu menentukan kemungkinan penyebab masalah dapat dipergunakan
diagram fish bone. Metode ini berdasarkan pada kerangka pendekatan sistem, seperti yang
tampak pada gambar di bawah ini :
II.3.3. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah melakukan analisis penyebab maka langkah selanjutnya yaitu menyusun
alternatif pemecahan masalah.
Gambar 8. Diagram fish bone
II.3.4. Penentuan Pemecahan Masalah Dengan Kriteria Matriks Mengunakan Rumus M
x I x V/C
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya
dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas
alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode kriteria
matriks MxIxV/C. Berikut ini proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah
dengan menggunakan metode kriteria matriks :
17
MASALAHMASALAH
PROSESLINGKUNGAN
P1
P2
P3
INPUT
MONEYMAN
MACHINE
METHODE
MATERIAL
1. Magnitude (M) adalah besarnya penyebab masalah dari pemecahan masalah yang
dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah yang dapat
diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka semakin efektif.
2. Importancy (I) adalah pentingnya cara pemecahan masalah. Makin penting cara
penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka semakin efektif.
3. Vulnerability (V) adalah sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin sensitif
bentuk penyelesaian masalah, maka semakin efektif.
4. Cost (C) adalah perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan
pemecahan masalah. Masing-masing cara pemecahan masalah diberi nilai 1-5.
II.3.5 Pembuatan Plan of Action dan Gantt Chart
Setelah melakukan penentuan pemecahan masalah maka selanjutnya dilakukan
pembuatan plan of action serta Gantt Chart, hal ini bertujuan untuk menentukan
perncanaan kegiatan.
BAB III
ANALISIS MASALAH
III. 1 Analisis Masalah
Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan sistem untuk mencari
kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan-pendekatan masalah, dari pendekatan
sistern ini dapat ditelusuri hal-hal yang mungkin menyebabkan munculnya permasalahan
Kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat di wilayah Puskesmas Kalangan,
Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.
Berdasarkan data pencapaian SPM kegiatan di Puskesmas Mungkid, khususnya
program cakupan program kesehatan lingkungan Periode Januari – Desember 2012 didapatkan
cakupan penduduk yang memanfaatkan jamban dapat dilihat pada table 1.
Tabel 1. Cakupan Penduduk yang memanfaatkan Jamban Puskesmas Mungkid
Periode Januari – Desember 2012
Indikator Target (%) Sasaran Cakupan Pencapaian
Hasil Persen (%)18
(1tahun) Kegiatan (%)
Penduduk
yang
memanfaatkan
jamban
75 516 356 69% 92%
Dari table 1 dapat dilihat bahwa cakupan penduduk yang memanfaatkan jamban di
Puskesmas Mungkid belum memenuhi standar Dinkes Kabupaten Magelang yaitu : 69 % dari
target yang ditetapkan yaitu 75%. Sehingga secara cakupan menjadi bermasalah di tingkat
puskesmas.
Sedangkan Berdasarkan hasil survey melalui SMD didapatkan persentase keluarga
yang tidak memiliki jamban, memiliki jamban tapi tidak memenuhi syarat serta memiliki
jamban dan memenuhi syarat. Presentase tersebut dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2. Penggunaan jamban keluarga di Dusun Kalangan, Desa Ambartawang.
19
JAMBAN JUMLAH PERSENTASE (%)
a.Tidak ada
b.Ada, tapi tidak memenuhi
syarat
c. Ada dan memenuhi syarat
46
21
40
43 %
20 %
37 %
TOTAL 107 100 %
BAB IV
KERANGKA PENELITIAN
IV.1. Kerangka Teori
20
LINGKUNGAN
Prilaku masyarakat tentang pentingnya Jamban sehat (perilaku hidup bersih dan sehat).
Pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat
Gambar . Kerangka Teori Tentang Pemanfaatan Jamban Sehat.
IV.2. Kerangka Konsep Penelitian
21
Pemanfaatan Jamban Sehat
Petugas kesehatan
lingkungan
Dana masyarakat untuk membuat
jamban sehat sendiri, sehingga warga
di dusun tersebut lebih memilih untuk
BAB di jamban tidak memenuhi syarat
atau di sungai
Perencanaan sosialisasi dan pelaksannaan sosialisasi
INPUT
MAN
Petugas Kesehatan Lingkungan
MONEY
Dana Puskesmas
METHOD
Pengamatan dan pendataan
MATERIAL
Alat transport
MACHINE
Blanko kuesioner, buku pencatatan
PROSES
P1
P2
P3
CAKUPAN PEMANFAATAN JAMBAN SEHAT
Gambar 10. Kerangka Penelitian Tentang Cakupan Pemanfaatan
Jamban Sehat.
BAB V
METODE PENELITIAN
V.1. Jenis data yang diambil
1. Data primer, diperoleh dari daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disusun
sebelumnya sesuai tujuan survey yang dilakukan. Kemudian pertanyaan tersebut
ditujukan kepada responden yaitu penduduk yang memanfaatkan jamban dan yang
tidak memanfaatkan jamban yang bertempat tinggal di dusun Kalangan desa
Ambartawang.
2. Data sekunder didapat dari data Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas
Mungkid dan laporan bulanan bagian kesehatan lingkungan Puskesmas Mungkid.
V.2 Ruang Lingkup Penelitian
V.2.1 Tempat Penelitian 22
Prilaku masyarakat tentang pentingnya Jamban sehat (perilaku hidup bersih dan sehat). Pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat
Penelitian ini dilakukan di Dusun Kalangan, Desa Ambartawang, Kecamatan Mungkid,
Kabupaten Magelang.
V.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2013
V.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat deksriptif – analitik dengan desain studi/rancangan penelitian
yang digunakan adalah penelitian survei, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi tentang orang yang jumlahnya besar, dengan cara memberikan
kuesioner ke populasi tersebut.
V.4 Sasaran Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu sehingga
dianggap dapat mewakili populasinya. Pada penelitian ini yang dijadikan sampel adalah rumah
yang tidak memiliki jamban dan ada jamban tapi tidak memenuhi syarat di dusun Kalangan,
Desa Kalangan, kecamatan Mungkid, kabupaten Magelang.
V. 5 Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada penelitian ini adalah penduduk yang tidak memiliki jamban
dan ada jamban tapi tidak memenuhi syarat di dusun Kalangan Desa ambartawang kecamatan
Mungkid, Kabupaten Magelang.
V.6 Definisi Operasional
a. Sasaran adalah warga yang tidak memiliki jamban dan ada jamban tapi tidak memenuhi
syarat dirumahnya dusun Kalangan Desa Ambartawang.
b. Cakupan adalah persentase hasil perbandingan antara jumlah jamban yang memenuhi
syarat jamban sehat yang dimanfaatkan dengan jamban yang diawasi yang ada di desa
tersebut pada periode tertentu.
c. Pencapaian adalah presentase hasil perbandingan antara cakupan penduduk yang
memanfaakan jamban yang memenuhi syarat dengan target dinas kesehatan Magelang
tahun 2012.
d. Kriteria jamban sehat meliputi tidak mencemari air, tidak mencemari tanah permukaan,
23
bebas dari serangga, tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan, aman digunakan
oleh pemakainya, mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi
pemakainya, tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan.
V.7 Faktor – faktor Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi
Kriteria inklusi dalam laporan ini adalah:
Warga dusun kalangan
Responden yang bersedia di wawancara dan mengisi kuesioner.
Rumah tangga yang tidak memiliki jamban dan jamban yang tidak sehat di
Dusun Kalangan,
Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi dalam laporan ini adalah
Rumah tangga yang memanfaatkan jamban sehat.
Responden yang tidak bersedia di wawancara dan mengisi kuesioner
Rumah tangga yang memililki jamban sehat.
BAB VI
VI.1 DATA UMUM DUSUN KALANGAN
VI.1.1 Letak wilayah
Dusun Kalangan terletak di wilayah Desa Ambartawang, Kecamatan Mungkid,
Kabupaten Magelang, provinsi Jawa Tengah.
VI.1.2 Batas wilayah
Wilayah Kalangan dibatasi oleh:
a. Sebelah Utara : Dusun Srikuwe Selatan dan Dusun Panjangan Bawah
b. Sebelah Timur : Dusun Panjangan Atas
c. Sebelah Selatan : Desa Paremono
d. Sebelah Barat : Dusun Srikuwe Selatan
VI.1.3 Luas Wilayah
24
Luas wilayah Dusun Kalangan 21,3 hektar.
VI.1.4 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk dusun Kalangan tahun 2012 adalah 462 jiwa dan jumlah KK
adalah 130.
VI.1.5 Data Penduduk
Penduduk dusun Kalangan sebanyak 462 jiwa, terdiri dari 130 KK, 251 laki –
laki dan 211 perempuan. Mayoritas beragama Islam. (Sumber : Balai Desa
Ambartawang)
Tabel 1. Jumlah penduduk Desa Ambartawang tahun 2013
NO Dusun
Jumlah
Jiwa KK
1 Ambartawang 514 139
2 Panjangan atas 466 130
3 Gergunung 547 153
4 Srikuwe utara 712 207
5 Srikuwe selatan 563 159
6 Panjangan bawah 529 144
7 Kalangan 462 135
Jumlah 3.793 1.067
Tabel 2. Posyandu di Desa Ambartawang
No. Dusun Jumlah Posyandu
25
1 Ambartawang 1
2 Panjangan atas 1
3 Gergunung 1
4 Srikuwe utara 1
5 Srikuwe selatan 0
6 Panjangan bawah 0
7 Kalangan 1
Jumlah 5
(Sumber : Balai Desa Ambartawang)
VI.2 Hasil Penelitian
Berdasarkan Survey Mawas Diri (SMD), pengambilan responden dilakukan secara
acak. Pengambilan data dilakukan dengan mendatangi rumah responden dan dilakukan
wawancara serta pengisian kuesioner. Kuesioner dibuat dengan pertanyaan meliputi
ketersediaan jamban serta jamban yang memenuhi syarat kesehatan. Menurut data keluarga
hasil Survei Mawas Diri (SMD) kepemilikan jamban di Dusun Kalangan, dimana jumlah KK
yang berhasil di survey ada 107, dan yang memiliki jamban memenuhi syarat sebanyak 40
KK (37%), Ada Jamban tidak memenuhi syarat 21 KK (20 %), yang tidak memiliki jamban
sebanyak 46 KK (43%).
26
Data pada laporan ini diperoleh dari data primer yang berasal hasil wawancara dan
pengisian kuisioner responden penduduk Dusun Kalangan Desa Ambartawang serta data
sekunder yaitu data yang diperoleh dari laporan Puskesmas Mungkid. Pengambilan data
primer dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 24 Maret 2013. Jumlah sasaran survei ini adalah
20 Kepala Keluarga (KK) di Dusun Kalangan yang terbagi 10 KK yang memiliki jamban yang
tidak memenuhi syarat dan 10 KK tidak memliki jamban.
VI.3. Hasil Kuesioner
Kuesioner penyebab masalah, Mengapa banyak penduduk yang tidak menggunakan
jamban sehat. Kuesioner terdiri dari 14 pertanyaan yang dilakukan pada , 10 KK responden
yang memiliki jamban tapi tidak memenuhi syarat sanitasi dan 10 KK tidak memiliki jamban.
Kuesioner terdiri dari beberapa pertanyaan. Data hasil kuesioner yang diambil dibuat
rekapitulasi dan didapatkan hasilnya sebagai berikut :
Tabel . Kuesioner kepada responden dusun kalangan 2013
A. PENGETAHUAN
Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Apakah anda tahu jika
BAB di
sungai/kolam/dapat
mencemari lingkungan
dan menimbulkan
penyakit?
1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0
2 Apakah anda tahu
apa itu jamban sehat
0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27
3 Apakah anda tahu
cara membangun
jamban sehat
0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Apakah anda tahu
berapa jarak ideal
antara sumber air dan
Jamban?
0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1
5 Apakah Menurut anda
Lantai jamban itu perlu
diplester
0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1
6 Apakah menurut anda
jamban itu perlu
memiliki dinding, atap
dan pintu?
0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1
7Apakah anda pernah
mendapat penyuluhan
tentang jamban sehat
0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1
8 Apakah pernah ada
penyuluhan bagaimana
membangun jamban
sehat yang sederhana
0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1
Total 1 8 0 5 7 6 4 5 3 8 7 2 1 4 1 2 4 0 5 5
*nilai 1 :untuk jawaban yang diharapkan
0 : untuk jawaban yang tidak diharapkan
Tingkat pengetahuan
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100%
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%
Dari tabel hasil kuesioer terhadap 20 responden, didapatkan hasil bahwa tingkat
pengetahuan baik 10 %, tingkat pengetahuan cukup 15 % dan tingkat pengetahuan kurang
75%.
28
Tabel. Hasil Kuesioner
NO Jenis
pertanyaan
Pertanyaan Jawaban
Jumlah Persen
(%)
1 Kepemilikan
jamban
Apakah di rumah anda terdapat jamban?
a. Ada, tidak memenuhi syaratb. Tidak ada
A.10
B.10
A.50
B.50
2 Prilaku
Buang air
besar
Dimana keluarga Anda biasanya
buang air besar (BAB)?
a. Jamban keluargab. Sungai
c. Kolam
A.6
B.10
C.4
A.30
B.50
C.20
3 Alasan Kenapa anda tidak menggunakan Jamban Sehat untuk Buang air besar?
a. Praktisb. Ekonomi
A.4
B.16
A.20
B.80
4. Tingkat
ekonomi
Berapakah perkiraan pendapatan
Anda per bulan?
A. < Rp.500.000,-
B. Rp.500.000,- - Rp. 1 juta
C. > Rp.1 juta
A. 9
B. 10
C. 1
A. 45
B. 50
C. 5
5 Pendidikan Apa pendidikan tereakhir Anda?
A. SD
B. SMP
C. SMA
D. Perguruan Tinggi
A.14
B. 4
C. 2
A. 70
B. 20
C. 10
29
E. Lainnya.. D. 0
E.0
D. 0
E.0
VI. 4. Kesimpulan Hasil Kuesioner
*nilai 1 :untuk jawaban yang diharapkan
0 : untuk jawaban yang tidak diharapkan
Tingkat pengetahuan
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100%
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%
Dari tabel hasil kuesioer terhadap 20 responden, didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan
baik 10 %, tingkat pengetahuan cukup 15 % dan tingkat pengetahuan kurang 75%.
Kepemilikan Jamban
Jumlah responden yang tidak memiliki jamban adalah 50%
Apakah di rumah anda terdapat jamban
Jumlah Persen (%)
Ada, tapi tidak memenuhi syarat
10 50
Tidak 10 50
Prilaku Buang air besar
Responden sebagian besar BAB di Sungai
Pendidikan terakhir Jumlah Persen (%)Jamban keluarga 6 30Sungai 10 50Kolam 4 20
30
Alasan Responden
Jumlah Respon sebagian besar mengatakan karena faktor ekonomi adalah 80 %
Alasan responden Jumlah Persen (%)Praktis 4 20Ekonomi 16 80
Pendapatan per bulan
Responden sebagian besar berpendapatan (per bulan) Rp.500.000,- - Rp. 1 juta yaitu sejumlah 50%.
Pendidikan terakhir
Responden sebagian besar berpendidikan terakhir SD, yaitu sebesar 70%.
Pendidikan terakhir Jumlah Persen (%)SD 14 70SMP 4 20SMA 2 10Perguruan Tinggi 0 0Lainnya 0 0
BAB VII
PEMBAHASAN
VII.1 Analisa Penyebab Masalah
Tabel. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Rendahnya Jumlah Jamban Sehat Ditinjau
dari Faktor Input
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN
MAN ada petugas kesehatan
lingkungan di Puskesmas
Mungkid.
Bidan desa
Tidak ada kader dibagian kesehatan
lingkungan.
MONEY Terdapatnya dana Tidak ada dana khusus dari bagian
31
operasional di puskesmas
yang dimanfaatkan untuk
kegiatan luar gedung
(pemantauan dan
pendataan jamban).
kesehatan lingkungan.
Rumah tangga tidak ada dana untuk
membuat jamban
METHOD Pengamatan dana
Penyuluhan pada saat
posyandu.
Jadwal penyuluhan secara mengenai
jamban sehat tidak ada.
MATERIAL
Posyandu
Balai Desa
Alat transport
MACHINE Blanko keusioner
Buku pendataaan
Tidak tersedianya pamflet, brosur dan
poster penyuluhan tentang jamban yang
memenuhi syarat sanitasi.
Tabel. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Rendahnya Cakupan Penduduk yang
Memanfaatkan jamban Ditinjau dari Faktor Proses dan Lingkungan
PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN
P1
(Perencanaan)
Adanya target penduduk
untuk penyuluhan Jamban
sehat.
-Tidak adanya perencanaan
sosialisasi atau penyuluhan tentang
jamban sehat ke target.
-Tidak adanya jadwal penyuluhan
secara rutin.
P2
(Penggerak,
Pelaksanaan)
Penyuluhan tentang jamban
sehat pada saat posyandu.
-Tidak adanya penyuluhan tentang
jamban sehat.
P3
(Penilaian,
Pengawasan
Terdapatnya pencatatan dan
pelaporan mengenai jamban.
-Tidak adanya pengawasan dan
pemantauan terhadap pemanfaatan
jamban sehat.32
Pengendalian) -Evaluasi dari kegiatan yang dilakukan
(penyuluhan) masih kurang.
Lingkungan
Tokoh masyarakat sangat
berperan dalam mendorong
masyarakat untuk
menggunakan jamban
Belum ada kesadaran di lingkungan
masyarakat pentingnya jamban
sehat.
Prilaku BAB tidak di jamban
Kondisi lingkungan tanah yang
apabila di gali keluar air.
Kurangnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat mengenai
dampak yang dapat ditimbulkan jika
BAB di jamban yang tidak
memenuhi syarat sanitasi.
Terbatasnya dana untuk membangun
jamban dan septik tank.
33
32
ManTidak ada kader dibagian kesahatan lingkungan.
Lingkungan
Belum ada kesadaran dilingkungan masyarakat
pentingnya jamban sehat.
Kondisi lingkungan tanah yang apabila di gali
keluar air.
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat mengenai dampak yang dapat
ditimbulkan jika BAB di jamban yang tidak
memenuhi syarat sanitasi.
Terbatasnya dana untuk membangun jamban
dan septik tank.
Material
Proses
P 2
Petugas kesehatan lingkungan belum
optimal melakukan penyuluhan
kesehatan tentang pemanfaatan jamban
sehat.
Machine
Tidak tersedianya pamflet, brosur dan
poster tentang jamban yang memenuhi
syarat sanitasi.
P 1Tidak adanya perencanaan jadwal dan sosialisasi atau penyuluhan tentang jamban sehat ke target.
P 3Evaluasi dari kegiatan yang dilakukan (penyuluhan) masih kurang.
INPUT
MethodJadwal penyuluhan secara rutin mengenai jamban yang memenuhi syarat kesehatan tidak ada
Money.Tidak ada dana khusus dari bagian kesehatan lingkungan
Rendahnya Cakupan masyarakat yang
memanfaatkan jamban sehat di Dusun kalangan (63% dari target dinkes:
75%)
Gambar . Diagram Fish Bone
FISHBONE
VII.2 Penetapan Penyebab Masalah Yang Paling Mungkin :
1. Tidak ada kader dibagian kesehatan lingkungan.
2. Tidak adanya perencanaan sosialisasi atau penyuluhan tentang jamban sehat ke target
( warga).
3. Kurangnya tingkat pengetahuan mengenai jamban sehat dan dampak yang akan
timbul apabila BAB di sungai.
4. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk buang air besar di jamban.
5. Tidak adanya biaya dari masyarakat untuk membangun jamban sehat sendiri di dusun
tersebut.
6. Tidak tersedianya pamflet, brosur dan poster penyuluhan tentang jamban yang
memenuhi syarat sanitasi.
7. Kesulitan teknologi dalam pembuatan septic tank.
33
BAB VIII
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
VIII.1. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah melakukan analisis penyebab, dalam upaya peningkatan jumlah jamban sehat
maka langkah selanjutnya yaitu menyusun alternative pemecahan masalah. Alternatif
pemecahan masalah dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
No Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1 Tidak ada kader dibagian
kesehatan lingkungan.
- Pembentukan dan pembinaan kader.
2 Tidak adanya perencanaan sosialisasi atau penyuluhan tentang jamban sehat ke target ( warga).
-Penyuluhan tentang jamban sehat.
3 Kurangnya tingkat pengetahuan mengenai jamban sehat dan dampak yang akan timbul apabila BAB di sungai.
4 Kurangnya kesadaran masyarakat untuk buang air besar di jamban.
34
5 Tidak adanya biaya dari
masyarakat untuk
membangun jamban sehat
sendiri di dusun tersebut.
-Memberikan saran ke kepala desa, supaya jamban sehat masuk dalam anggaran (APBDes-PNPM mandiri).
Arisan jamban di dusun tersebut.
6 Tidak tersedianya pamflet,
brosur dan poster
penyuluhan tentang jamban
yang memenuhi syarat
sanitasi
Pemasangan pamflet, brosur dan poster penyuluhan tentang jamban yang memenuhi syarat sanitasi
7 Kesulitan teknologi dalam pembuatan septic tank
Penyuluhan tentang pembangunan jamban sehat.
VIII.2. Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah Dengan Kriteria Matriks
Menggunakan Rumus M x I x V/C
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif
pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan Kriteria Matriks. Berikut ini
proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan Kriteria
Matriks Menggunakan Rumus
35
M x I xV / C
a. Efektivitas program
Pedoman untuk mengukur efektivitas program :
Magnitude ( M ) Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan. Makin besar
(banyak) penyebab masalah yang dapat diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka
semakin efektif
Importancy ( I ) Pentingnya cara penyelesaian masalah
Vulnerability ( V ) Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Kriteria M, I, dan V masing-masing diberi skor 1-5
Bila makin magnitude maka nilainya makin besar, mendekati 5. Begitu juga dalam
melakukan penilaian pada kriteria I dan V.
b. Efisiensi Program
Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah (cost). Kriteria cost (c) diberi
nilai 1-5. Bila cost-nya makin kecil, maka nilainya mendekati 1. Berikut ini proses penentuan
prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan kriteria matriks :
Tabel 13. Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah
No
Penyelesaian masalahNilai Kriteria
Hasil
Akhir Urutan
M I V C (M.I.V)/C
1 Pembentukan dan pembinaan kader. 3 3 3 3 9 III
2 Penyuluhan tentang jamban sehat. 5 5 5 2 62.5 I
3 Memberikan saran ke kepala desa, supaya jamban sehat masuk dalam anggaran (APBDes-PNPM mandiri). 3 4 4 5 9.6 II
36
4 Arisan jamban di dusun tersebut 2 2 2 4 2 V
5 Pemasangan pamflet, brosur dan poster penyuluhan tentang jamban yang memenuhi syarat sanitasi
2 4 3 3 8 IV
Setelah melakukan penentuan prioritas alternatif penyebab pemecahan masalah
dengan menggunakan kriteria matriks maka didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan
penyebab masalah rendahnya Jumlah Jamban di Dusun Kalangan. Lalu diambil tiga alternatif
pemecahan masalah yang paling efektif dan efisien sesuai kriteria matriks untuk ditindak
lanjuti, yaitu sebagai berikut:
1. Penyuluhan tentang jamban sehat.
2. Arisan jamban di dusun tersebut.dan Memberikan saran ke kepala desa, supaya
jamban sehat masuk dalam anggaran (APBDes-PNPM mandiri).
3. Pembentukan dan pembinaan kader.
4. Pemasangan leaflet, brosur dan poster penyuluhan tentang jamban sehat.
5. Arisan jamban di dusun tersebut.
37
VIII.3. Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan ( Plan of Action)
Tabel. Plan of Action upaya peningkatan Jamban Sehat di Dusun Kalangan Desa Ambartawang
No. Kegiatan Tujuan Waktu Lokasi Pendanaan Sasaran Pelaksanaan MetodeTolak Ukur
Proses Tolak Ukur
HasilI Penyuluhan
tentang Jamban sehat.
Meningkatkan pengetahuan Mayarakat mengenai syarat-syarat jamban sehat
-Masyarakat mengetahui cara membangun jamban sehat yang sederhana
Setiap 2x dalam satu tahun
Dimulai pada bulan April
Posyandu Bantuan operasional Kesehatan
Mayarakat Dusun Kalangan Desa Kebonrejo yang tidak memiliki jamban sehat
Petugas kesehatan lingkungan & kader
Penyuluhan secara langsung, diskusi, tanya jawab .
Terlaksananya penyuluhan tentang jamban sehat
Peningkatan pengetahuan masyrakat tentang jamban sehat.
II Rapat dengan Desa
Untuk menentukan anggaran jamban sehat dengan perencanaan anggaran.
1 x setahun Balai desa
Desa Kepala Desa beserta LKMD, BPD.
Koordinator kesling , kepala desa.
Diskusi Terlaksananya rapat perencanaan anggaran
Adanya perencanaan anggaran dana untuk pembuatan jamban umum.
58
III Pembentukan dan Pembinaan kader .
Membentuk kader yang berperan dalam kesehatan lingkungan
1 x setahun Balai desa , rumah warga
Dana operasional Puskesmas
Orang yang dipilih menjadi kader
Koordinator kesehatan lingkungan.
Penunjukan Terlaksannya rapat pembentukan kader di bagian kesehatan lingkungan.
Terbentuknya kader dibagian Kesehatan lingkungan.
IV Pemasangan leaflet, brosur dan poster penyuluhan tentang jamban sehat
-untuk penyebaran informasi secara menyeluruh
1 x pemasangan
Posyandu Dana operasional puskesmas
-Seluruh warga Dusun
Petugas kesehatan lingkungan
Pemasangan poster informasi
Dilakukannya pemasangan leaflet dan poster.
Sudah ada pemasangan leaflet dan poster
V Arisan Jamban
Membangun Jamban sendiri dan umum
1 x sebulan Dusun kalangan
Iuran arisan bulanan
Warga dusun
Kepala dusun
Pengundian arisan perbulan
Direncanakannya arisan jamban
Terlaksanya arisan jamban
59
1. BAB IXGANTT CHARTKegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Agt Sept Okt Nov Des
Penyuluhan
tentang Jamban
sehat.
Rapat dengan Desa
Pembentukan
dan Pembinaan
kader .
Pemasangan
pamflet, brosur
dan poster
penyuluhan
tentang jamban
yang memenuhi
syarat sanitasi
Arisan Jamban
58
BAB XKESIMPULAN DAN SARANX.1. KesimpulanSetelah melakukan analisis
kemungkinan penyebab masalah rendahnya Jumlah Jamban sehat di Dusun Kalangan Desa
Ambartawang periode Januari- Desember 2012 dengan menggunakan metode pendekatan
masalah dan juga melakukan konfirmasi ke bagian Program Kesehatan Lingkungan, maka
didapatkan penyebab masalah yang paling mungkin, antara lain hanya terdapat 1 kader
kesehatan lingkungan sehingga mengakibatkan belum optimalnya dalam melakukan
penyuluhan mengenai jamban sehat, terbatasnya dana untuk membangun jamban dan septik
tank sendiri ataupun umum di dusun tersebut, sehingga kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai jamban sehat, tidak mengetahui dampak yang dapat timbul jika BAB di jamban
yang tidak memenuhi syarat sanitasi, dan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai cara
membangun jamban sehat sederhana. Selain itu tidak adanya penyuluhan terjadwal mengenai
jamban X.2. SaranBagi Masyarakat Dusun Kalangan
Hendaknya bergotong royong dalam kegiatan pembangunan jamban
sehat sehingga biaya dapat lebih minimal. Selain itu disarankan mengadakan
arisan warga untuk pembangunan jamban sehat pribadi ataupun umum.
1. Bagi Puskesmas Mungkid
a. Meningkatkan kerjasama dengan dokter muda, meningkatkan
pembinaan kader agar lebih optimal dalam hal kegiatan pendataan dan
penyuluhan untuk meningkatkan cakupan penduduk yang
menggunakan jamban sehat khususnya di Dusun Kalangan
b. Melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat di Dusun Kalangan
untuk menggalakan program jambanisasi. Diharapkan dengan
pendekatan ke tokoh masyarakat, program jambanisasi ini akan
berjalan dengan lancar.
2. Bagi Peneliti
Perlunya penelitian lebih lanjut dan mendalam terutama hubungan
antar penyebab yang dapat mempengaruhi cakupan penduduk yang
menggunakan jamban sehat di Dusun Kalangan
61
DAFTAR PUSTAKA
1. Nyar. Definisi Jamban Sehat dan Tujuh Syarat Membuat Jamban Seha. Available at:
http://puskesmaskelay.blogspot.com/2011/03/definisi-jamban-sehat-dan-
tujuhsyarat.html. Accessed on, Maret 25 2013.
2. Program Pelayanan Kesehatan Lingkungan. 2010. Available at:
http://puskesmasbonorowo.bloegetery.com/category. Accessed on, Maret 25 2013.
3. Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Mayarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta :
PT Rineka Cipta. 2003.
4. Dinkes Jatim. 2005. Panduan Fasilitasi CLTS di Komunitas. Surabaya : TIM
CLTS Dinkes Prop. Jatim.
5. Madjid. 2009. Pengetahuan dan Tindakan Masyarakat dalam Pemanfaatan Jamban
Keluarga.http://datinkessulsel.wordpress.com/2009/06/26/pengetahuan-dan-tindakan-
masyarakat-dalam-pemanfaatan-jamban-keluarga/. Accessed on, Maret 25 2013.
6. Tujuh syarat membuat jamban sehat. 2010. Available from : http://sanitasi.or.id.
Accessed on, April 8 2012.
7. Jamban Sehat. 2010. Available from:
http://enviromentalsanitation.wordpress.com/2009/01/02. Accessed on, Maret 25
2013.
8. Hartoyo,2010.Handout Proses Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan
62