Mini Project - Gerakan Jamban Sehat Ngasem(1)

29
LAPORAN KEGIATAN MINIPROJECT GERAKAN JAMBAN SEHAT Di Dusun Penggik, Desa Ngasem, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro Oleh: dr. Syarief Muhammad Hannifan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP)tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Data dari studi dan survey sanitasi pedesaan di Indonesia memperlihatkan bahwa sangat sedikit rumah tangga di pedesaan yang benar-benar memilki akses ke jamban sehat. Hanya 37% penduduk pedesaan mempunyai akses ke sanitasi yang aman menurut laporan Joint Monitoring Program Buruknya kondisi sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak di bawah 3 tahun yaitu sebesar 19% atau sekitar 100.000 anak meninggal karena diare setiap tahunnya dan kerugian ekonomi diperkirakan sebesar 2,3% dari Produk Domestik Bruto.Kondisi seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total.Hal ini dibuktikan melalui hasil studi WHO tahun 2007, yaitu kejadian

description

jamban sehat bojonegoro

Transcript of Mini Project - Gerakan Jamban Sehat Ngasem(1)

Page 1: Mini Project - Gerakan Jamban Sehat Ngasem(1)

LAPORAN KEGIATAN MINIPROJECTGERAKAN JAMBAN SEHAT

Di Dusun Penggik, Desa Ngasem, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro

Oleh: dr. Syarief Muhammad Hannifan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan

sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program

(ISSDP)tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke

sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Data dari studi dan survey sanitasi

pedesaan di Indonesia memperlihatkan bahwa sangat sedikit rumah tangga di pedesaan yang

benar-benar memilki akses ke jamban sehat. Hanya 37% penduduk pedesaan mempunyai

akses ke sanitasi yang aman menurut laporan Joint Monitoring Program

Buruknya kondisi sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak di bawah 3

tahun yaitu sebesar 19% atau sekitar 100.000 anak meninggal karena diare setiap tahunnya

dan kerugian ekonomi diperkirakan sebesar 2,3% dari Produk Domestik Bruto.Kondisi

seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total.Hal

ini dibuktikan melalui hasil studi WHO tahun 2007, yaitu kejadian diare menurun 32%

dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar.

Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial budaya dan

perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BAB) di sembarang tempat, khususnya ke

badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan higienis lainnya. Oleh

karena itu diperlukan suatu strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat untuk merubah

perilaku hygienis dan peningkatan akses sanitasi. Hal ini sejalan dengan komitmen

pemerintah dalam mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015,

yaitu meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada

separuh dari proporsi penduduk yang belum mendapatkan akses.

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai STBM adalah

pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat

Page 2: Mini Project - Gerakan Jamban Sehat Ngasem(1)

dengan metode pemicuan. Selama ini di Desa Ngasem sudah pernah mendapat pemicuan dan

penyuluhan mengenai sanitasi total berbasis masyarakat dari Puskesmas Ngasem, namun

hingga saat ini kepemilikan jamban sehat oleh masyarakat setempat masih rendah. Untuk itu,

perlu dilakukan suatu intervensi terhadap masyarakat di desa tersebut agar tujuan program

SToPS (Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi) yaitu ODF (open defecation free) di Desa

Ngasem dapat tercapai.

1.2 Pernyataan Masalah

Kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak BAB di sembarang tempat

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat

Kurangnya kepemilikan jamban sehat oleh masyarakat

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Menuju masyarakat ODF (Open Defecation Free) di desa Ngasem kecamatan Ngasem

1.3.2 Tujuan khusus

Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BAB di sembarang tempat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat

Meningkatkan kepemilikan jamban sehat oleh masyarakat

1.4 Manfaat

Meningkatkan kebersihan lingkungan

Memutus mata rantai penyebaran penyakit yang terkait dengan sanitasi

Sebagai landasan menuju ODF (Open Defecation Free)

Page 3: Mini Project - Gerakan Jamban Sehat Ngasem(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai STBM adalah

pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat

dengan metode pemicuan.

Sejak Mei 2005, World Bank Water and Sanitation Program --- East Asia and the

Pasific (WSP-EAP) melalui proyek Waspola di bawah koordinasi Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas) dan dukungan pendanaan pemerintah Australia melalui

AusAID telah melakukan uji coba (Community Led Total Sanitation ) CLTS, yang lebih

dikenal dengan sebutan (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) STBM di enam kabupaten yaitu

Muara Enim (Sumsel), Muaro Jambi (Jambi, Bogor (Jawa Barat), Lumajang (Jawa Timur),

Sumbawa (NTB) dan Sambas (Kalbar).

Community Led Total Sanitation (CLTS) adalah suatu pendekatan perubahan perilaku

higiene dan sanitasi secara kolektif melalui pemberdayaan masyarakat untuk Stop BAB

Sembarangan/ open defecation free (ODF). Ribuan jamban keluarga di desa-desa yang

menerapkan pendekatan CLTS telah dibangun oleh masyarakat tanpa subsidi pihak luar.

Program Community Led Total Sanitation (CLTS) merupakan cikal bakal gerakan Sanitasi

Total yang dipimpin oleh masyarakat, yang juga merupakan suatu proses untuk

menyemangati serta memberdayakan masyarakat untuk menghentikan BAB di tempat yang

terbuka, membangun serta menggunakan jamban, dan mengajak masyarakat untuk

menganalisais profil sanitasinya. Dalam pelaksanaannya terdapat prinsip–prinsip dalam

pemicuan CLTS seperti tanpa subsidi kepada masyarakat, tidak menggurui, tidak memaksa

dan tidak mempromosikan jamban, masyarakat sebagai pemimpin, serta prinsip totalitas

(seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisis permasalahan, perencanaan,

pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemeliharaan).

World Bank dan Gate Foundation meluncurkan program Total Sanitation and

Sanitation Marketing atau SToPS (Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi) di Jawa Timur

sebagai pilot project. Program ini diluncurkan setelah melihat keberhasilan program CLTS.

Adapun tujuan dari Program Sanitasi Total adalah menciptakan suatu kondisi masyarakat

(pada suatu wilayah) yang mempunyai akses dan menggunakan jamban sehat, mencuci

tangan pakai sabun dan benar saat sebelum makan, setelah BAB, sebelum memegang bayi,

setelah menceboki anak dan sebelum menyiapkan makanan, mengelola dan menyimpan air

Page 4: Mini Project - Gerakan Jamban Sehat Ngasem(1)

minum dan makanan yang aman, serta dapat mengelola limbah rumah tangga (cair dan padat)

(Depkes RI, 2008).

2.2 Program Stops

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kabupaten

melalui pembangunan jamban dan lingkungan yang sehat secara mandiri perlu disusun

rencana strategi Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi (SToPS) kabupaten sehingga dapat

mencapai kabupaten dengan sanitasi total melalui peningkatan 3 komponen program (SToPS)

yang meliputi:

1. Peningkatan demand masyarakat terhadap jamban yang sehat melalui pemicuan

masyarakat tentang lingkungan tempat tinggal yang kurang sehat yang berdampak

terhadap kehidupan social masyarakat, promosi tentang berbagai pilihan jamban

serta pentingnya hidup bersih dan sehat.

2. Peningkatan supply dengan memperbanyak jenis pilihan jamban yang disediakan

di pasar dengan berbagai gradasi harga akan meningkatkan daya beli masyarakat

terhadap material sanitasi dan permintaan untuk penyediaan material sanitasi yang

lebih banyak.

3. Peningkatan kemampuan stakeholder dalam upaya memfasilitasi pengembangan

program sanitasi secara swadaya oleh masyarakat dan mengubah paradigm bahwa

pendekatan program sanitasi tidak berorientasi pada peningkatan cakupan fisik

melalui subsidi, namun perubahan perilaku secra kolektif dan inisiatif dilakukan

oleh masyarakat. Pendanaan yang disediakan oleh lembaga public termasuk

pemerintah dan lembaga donor lainnya difokuskan pada fasilitas masyarakat.

Strategi kabupaten tentang SToPS merupakan rencana yang sistematis dan efektif

dalam upaya mencapai kabupaten sanitasi total dengan melakukan pemicuan terhadap

masyarakat agar mempunyai jamban sesuai dengan kemampuannya dan motivasi/promosi

untuk mencapai kondisi lingkungan yang lebih baik setelah mancapai status ODF dengan

kegiatan lainnya seperti cuci tangan, pengelolaan limbah rumah tangga dan perlakukan air

untuk kebutuhan rumah tangga. Pencapaian kabupaten sanitasi total akan sangat

mempengaruhi performance kabupaten tidak hanya pada kehidupan social masyarakat,

namun juga akan mempengaruhi terhadap kesehatan, ekonomi, dan budaya.

Strategi Program SToPS ini bertujuan untuk mempercepat tercapainya lingkungan

yang sehat yang dikembangkan sesuai kemampuan dan inisiatif masyarakat sehingga dapat

mewujudkan kabupaten sanitasi total dan tercapainya target yang telah disepakati dalam

tujuan Millenium DevelopmentGoal (MDG).

Page 5: Mini Project - Gerakan Jamban Sehat Ngasem(1)

Semua stakeholders yang berada di kabuaten yang peduli kabupaten dengan motor

penggerak adalah pemerintah strategi SToPS kabupaten dengan motor penggerak adalah

pemerintah kabupaten yang didukung oleh semua stakeholders termasuk aparat pemerintah,

LSM, Ormas, PKK, Karang Taruna dan masyarakat sekolah.

Strategi akan mengutamakan pendekatan partisipatif melalui pemberdayaan

masyarakat yang terlibat secara aktif sejak observasi lapangan, analisa situasi, penentuan

pilihan opsi, jadwal pembangunan jamban untuk masing-masing individu dan pengembangan

terhadap program yang mendukung tercapainya sanitasi total.

Pembinaan masyarakat sesuai dengan pentahapan yang harus dilalui masyarakat

dalam upaya menuju sanitasi total yang dimulai dengan pemicuan agar tidak buang air

disembarang tempat, masyarakat mencapai status (Open Defecation Free) ODF dan menuju

sanitasi total. Sanitasi total dicapai dengan memenuhi:

1. Semua masyarakat berhenti buang air besar (BAB) di sembarang tempat

2. Semua masyarakat telah mempunyai dan menggunakan jamban yang sehat dan

memeliharanya dengan baik

3. Semua masyarakat telah terbiasa mencuci tangan yang benar dengan sabun setelah

BAB, setelah menceboki anak, sebelum makan, sebelu memei makan bayi, dan

sebelum menyiapkan makanan

4. Semua masyarakat telah mengelola dan menyimpan air minum dan makanan

dengan aman

5. Mengelola limbah rumah tangga (cair dan padat) dengan benar

Sementara itu satu komunitas dikatakan telah ODF, apabila:

1. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban dan membuang tinja/kotoran bayi

hanya ke jamban

2. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar

3. Tidak ada bau tidak sedap, akibat pembuangan tinja/kotoran manusia

4. Ada peningkatan kuaitas jamban yang ada supaya semua menuju jamban sehat

5. Ada mekanisme monitoring peningkatan kualitas jamban

6. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah

kejadian BAB di sembarang tempat

7. Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100%

KK mempunyai jamban sehat

Page 6: Mini Project - Gerakan Jamban Sehat Ngasem(1)

8. Di sekolah yang terdapat di komunitas tersebut, telah tersedia sarana Jamban dan

tempat cuci tangan (dengan sabun) yang dapat digunakan murid-murid pada jam

sekolah.

Analisa kekuatan kelembagaan di kabupaten menjadi sangat penting untuk

menciptakan kelembagaan dan mekanisme pelaksanaan kegiatan yang efektif dan efisien

sehingga tujuan strategi dapat dicapai. Pendekatan program tidak hanya dikembangkan

melalui struktur kelembagaan formal, namun melalui lembaga informal yang dinilai cukup

kuat pengaruhnya di masyarakat dan efisien dalam menyampaikan pesan kepada kelompok

sasaran. Strategi pengembangan program sesuai dengan karakter wilayah dan prioritas

permasalahan, identifikasi sumber daya dan sistim penyaluran yang paling tepat, identifikasi

sistim pembinaan dan pengembangan program melalui reward system dam kompetisi dalam

upaya menuju sanitasi total.

Dengan mempertimbangkan kemampuan sumber daya yang ada, program SToPS

dikembangkan ke wilayah yang lain terintegrasi dengan program kabupaten. Strategi

pendekatan program SToPS mempertimbangkan:

1. Kesiapan tenaga yang terampil dalam memfasilitasi masyarakat sebagai tim inti

dalam meningkatkan kapasitas di wilayah tersebut

2. Geografi wilayah dan sarana transportasi

3. Ketersediaan dan penyebaran material sanitasi di seluruh wilayah kabupaten

4. Mempertimbangkan kerangka waktu dikaitkan dengan proyek SToPS (periode

2007-2010) dan komitmen global MDGs, diharapkan pada tahun 2010 separuh

dari wilayah kabupaten telah mencapai desa ODF dan minimal separuh dari desa

Page 7: Mini Project - Gerakan Jamban Sehat Ngasem(1)

ODF telah mencapai sanitasi total sesuai kriteria strategi hygiene dan sanitasi

pedesaan.

5. Menetapkan kerangka waktu untuk mencapai sanitasi total tingkat kabupaten

melalui gradasi pembinaan yang berjenjang, diharapkan maksimal pada tahun

2015

6. Kelembagaan informal yang dapat membantu dalam mengembangkan program

SToPS

7. Pola pembinaan dan pengembangan program yang efektif dapat dilaksanakan

sesuai dengan karakter kabupaten missal : melalui ormas, lembaga keagamaan,

PKK atau Dinas Pemerintah

8. Pola pembinaan promosi dan motivasi masyarakat melalui pemberian

penghargaan, kunjungan Camat atau Bupati, pemberian bantuan program

dikaitkan dengan program yang sedang dikembangkan di wilayh tersebut seperti

Paket Desa Siaga, paket Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

atau program daerah

9. Instrumen yang digunakan dalam pengembangan progrm SToPS di kabupaten

dengan memanfaatkan instrumen SToPS yang telah dikembangkan melalui

bantuan Gates Foundation

10. Sistem monitoring yang dikembangkan mengacu pada konsep yang disusun oleh

proyek SToPS dan diintegrasikan dengan sistim yang telah dignakan di wilayah

tersebut (Dinkes Kabupaten Jombang, 2007).

2.3 Jamban Sehat

Jamban sehat adalah pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai

penularan penyakit. Untuk mencegah, sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja

terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik,

maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.

Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan-

persyaratan sebagai berikut: tidak mengotori permukaan tanah di seliling jamban tersebut,

tidak mengotori air permukaan di sekitarnya, tidak mengotori air tanah di sekitarnya, tidak

dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang-binatang lainnya, tidak

menimbulkan bau, mudah digunakan dan dipelihara (maintenance), sederhana desainnya,

murah, dan dapat diterima oleh pemakainya.

Agar persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi maka perlu diperhatikan antara lain

sebagai berikut: Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari

Page 8: Mini Project - Gerakan Jamban Sehat Ngasem(1)

panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari pandangan orang

(privacy), bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak

mengganggu pandangan, tidak manimbulkan bau, sedapat mungkin disediakan alat

pembersih seperti air atau kertas pembersih.

Teknologi pembuangan kotoran manusia untuk daerah pedesaan sudah tentu berbeda

dengan teknologi jamban di daerah perkotaan. Oleh karena itu, teknologi jamban di daerah

pedesaan disamping harus memenuhi persyaratan-persyaratan jamban sehat seperti telah

diuraikan di atas, juga harus didasarkan pada sosiobudaya dan ekonomi masyarakat pedesaan.

Tipe-tipe jamban yang sesuai dengan teknologi pedesaan antara lain: jamban cemplung

berventilasi, jamban empang, jamban pupuk, dan septic tank.

Jamban cemplung ini sering kita jumpai di daerah pedesaan di jawa. Tetapi sering

dijumpai jamban cemplung yang kurang sempurna, misalnya tanpa rumah jamban dan tanpa

tutup. Sehingga serangga mudah masuk dan bau tidak bias dihindari. Disamping itu karena

tidak ada rumah jamban, bila musim hujan tiba maka jamban itu akan penuh oleh air. Hal lain

yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa kakus cemplung itu tidak boleh terlalu dalam.

Sebab bila terlalu dalam akan mengotori air tanah di bawahnya. Dalamnya pit latrine berkisar

antara 1,5-3 meter saja. Sesuai dengan daerah pedesaan maka rumah kakus tersebut dapat

dibuat dari bambu, dinding bambu dan atap daun kelapa ataupun daun padi. Jarak dari

sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter.

Page 9: Mini Project - Gerakan Jamban Sehat Ngasem(1)

Jenis jamban kedua ialah jamban cemplung berventilasi, jamban ini hampir sama

dengan jamban cemplung, bedanya lebih lengkap, yakni menggunakan ventilasi pipa. Untuk

daerah pedesaan, pipa ventilasi ini dapat dibuat dengan bambu.

Jenis jamban ketiga adalah jamban empang. Jamban ini dibangun diatas empang ikan.

Didalam sistem jamban empang ini terjadi daur ulang (recycling), yakni tinja dapat langsung

dimakan ikan, ikan dimakan orang, dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja yang dimakan,

demikian seterusnya. Jamban empang ini mempunyai fungsi yaitu disamping mencegah

tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga dapat menambah protein bagi masyarakat

(menghasilkan ikan).

Keempat yaitu jamban pupuk. Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung,

hanya lebih dangkal galiannya. Disamping itu jamban ini juga untuk membuang kotoran

binatang dan sampah daun-daunan. Prosedurnya adalah sebagai beriku: mula-mula membuat

jamban cemplung biasa, di lapisan bawah sendiri ditaruh sampah daun-daunan, diatasnya

ditaruh kotoran dan kotoran binatang (kalau ada) tiap-tiap hari, setelah kira-kira 20 inchi,

ditutup lagi dengan daun-daun sampah, selanjutnya ditaruh kotoran lagi. Demikian seterusnya

sampai penuh, setelah penuh ditimbun tanah dan membuat jamban baru. Lebih kurang 6

bulan kemudian dipergunakan sebagai pupuk tanaman.

Terakhir jenis jamban septic tank. Jamban ini merupakan cara yang paling memenuhi

persyaratan, oleh sebab itu, cara pembuangan tinja semacam ini dianjurkan. Septic tank

terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air dan tinja masuk dan mengalami dekomposisi.

Didalam tangki ini, tinja akan berada selama beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja akan

mengalami 2 proses, yakni proses kimiawi dan proses biologis. Pada proses kimiawi, akibat

Page 10: Mini Project - Gerakan Jamban Sehat Ngasem(1)

penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (60-70%) zat-zat padat akan

mengendap didalam tangki sebagai sludge. Zat-zat yang tidak dapat hancur bersama-sama

dengan lemak dan busa akan mengapung dan membentuk lapisan yang menutup permukaan

air dalam tangki tersebut. Lapisan ini disebut scum yang berfunsi mempertahankan suasana

anaerob dari cairan dibawahnya, yang akan berfungsi pada proses berikutnya, sedangkan

pada proses biologis terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif

anaerob yang memakan zat-zat organik alam, sludge dan scum. Hasilnya, selain terbentuk gas

dan zat cair lainnya, adalah juga mengurangi volume sludge sehingga memungkinkan septic

tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan enfluent sudah tidak mengandung bagian-bagian

tinja dan mempunyai BOD yang relative rendah. Cairan enfluent ini akhirnya dialirkan keluar

melalui pipa dan masuk ke dalam tempat perembesan.

2.4 Bagian Bagian Jamban Sehat

Bangunan jamban dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu : 1) bangunan bagian

atas disebut rumah jamban, 2) bangunan bagian tengah disebut slab atau dudukan jamban, 3)

bangunan bagian bawah disebut penampung tinja.

1. Bangunan bagian atas (Rumah Jamban)

Bagian ini secara utuh terdiri dari bagian atap, rangka dan dinding. Namun dalam

prakteknya, kelengkapan bangunan ini disesuaikan dengan kemampuan dari

masyarakat daeah tesebut

- Atap memberikan perlindungan kepada penggunanya dari sinar matahari,

angin dan hujan. Dapat dibuat dari daun, genting, seng dan lain-lain.

- Rangka digunakan untuk menopang atap dan dinding. Dibuat dari bambu,

kayu dan lain-lain.

- Dinding adalah bagian dari rumah jamban. Dinding memberikan privasi dan

perlindungan kepada penggunanya. Dapat dibuat dari daun, gedek/anyaman

bambu, batu bata, seng, kayu dan lain-lain.

Pertimbangan untuk bangunan bagian atas

o Sirkulasi udara yang cukup

o Bangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca, pada musim panas dan hujan

o Kemudahan akses di malam hari

o Bangunan menghindarkan penggunan terlihat dari luar/ pandangan dari luar

o Disarankan untuk menggunakan bahan local

Page 11: Mini Project - Gerakan Jamban Sehat Ngasem(1)

o Ketersediaan fasilitas penampungan air dan tempat sabun untuk mmencuci

tangan.

2. Bangunan bagian tengah (Slab/ Dudukan Jamban)

- Slab menutupi sumur tinja (pit), dan dilengkapi dengan tempat berpijak. Slab

dibuat dari bahan yang cukup kuat untuk menopang penggunanya. Bahan-

bahan yang digunakan harus tahan lama dan mudah dibersihkan seperti kayu,

beton, bamboo dengan tanah liat, pasangan bata, dan sebagainya.

- Tempat abu atau air adalah wadah untuk menyimpan abu pembersih atau air.

Penaburan sedikit abu ke dalam sumur tinja (pit) setelah digunakan akan

mengurangi bau, mengurangi kadar kelembaban dan membuatnya tidak

menarik bagi lalat untuk berkembang biak. Air dan sabun dapat digunakan

untuk mencuci tangan dan membersihkan bagian yang lain.

Pertimbangan untuk bangunan bagian tengah

o Terdapat penutup pada lubang sebagai pelindung terhadap gangguan serangga

atau binatang lain

o Dudukan jamban/slab penutup dibuat dengan memperhatikan keamanan

pengguna (tidak licin, runtuh, dan terperosok ke dalam lubang penampungan

tinja, dsb)

o Bangunan melindungi dari kemungkinan terciumnya bau yang tidak sedap

yang berasal dari tinja dalam lubang penampungan

o Mudah dibersihkan dan dipelihara

o Diutamakan menggunakan bahan lokal

o Ventilasi udara cukup

3. Bangunan bagian bawah (Penampung Tinja)

Penampung tinja adalah lubang di bawah tanah, dapat berbentuk persegi,

lingkaran/bundar atau empat persegi panjang sesuai dengan kondisi tanah.

Kedalaman bergantung pada kondisi tanah dan permukaan air tanah di musim

hujan. Pada tanah yang kurang stabil, penampung tinja harus dilapisi seluruhnya

atau sebagian dengan bahan penguat seperti anyaman bambu, batu bata, ring

beton, dan lain-lain.

Pertimbangan untuk bangunan bagian bawah

o Ketinggian muka air tanah

o Daya resap tanah (jenis tanah)

Page 12: Mini Project - Gerakan Jamban Sehat Ngasem(1)

o Jenis bangunan, jarak bangunan dan kemiringan letak bangunan terhadapa

sumber air minum (lebih baik diatas 10 m)

o Kepadatan penduduk (ketersediaan lahan)

o Umur pakai (kemungkinan pengurasan, kedalaman lubang/ kapasitas)

o Diutamakan dapat menggunakan bahan lokal

o Bangunan permanen yang dilengkapi dengan manhole

Page 13: Mini Project - Gerakan Jamban Sehat Ngasem(1)
Page 14: Mini Project - Gerakan Jamban Sehat Ngasem(1)

BAB III

METODE MINI PROJECT

3.1 Sasaran Kegiatan

Kegiatan diikuti oleh warga dusun Penggik, desa Ngasem, kecamatan Ngasem yang

masih melakukan aktifitas BAB disembarang tempat, dan belum memiliki jamban sendiri.

3.2 Bentuk Kegiatan

Survey dari rumah ke rumah disertai dengan Penyuluhan “Mata rantai diare

dan fungsi jamban sehat dalam memutus mata rantai diare” yang dilakukan

dengan mengikut sertakan perangkat desa dalam kegiatan ini.

Penyuluhan mengenai jamban sehat

Monitoring dan evaluasi

3.3 Pelaksanaan Kegiatan

No

.

Tanggal Kegiatan Pelaksana

1 7 Mei 2015 Perencanaan Kegiatan dan kordinasi

dengan perangkat desa Ngasem.

dr. S M Hannifan

Ibu Nurin

Bapak Pujo

Perangkat Ngasem

2 11,12,13, Mei 2015 Survei dari rumah ke rumah dengan

Penyuluhan “Mata rantai diare dan

fungsi jamban sehat dalam memutus

mata rantai diare” dan pembagian

material jamban oleh perangkat

desa.

dr. S M Hannifan

Ibu Nurin

Bapak Pujo

Perangkat Ngasem

3 21 Mei 2015 Monitoring dan evaluasi hasil dari

survey dan Penyuluhan “Mata rantai

diare dan fungsi jamban sehat dalam

memutus mata rantai diare” beserta

perangkat desa dan kecamatan.

dr. S M Hannifan

Ibu Nurin

Bapak Pujo

Perangkat Ngasem

Page 15: Mini Project - Gerakan Jamban Sehat Ngasem(1)

BAB IV

HASIL MINI PROJECT

4.1 Profil Komunitas Umum

Profil komunitas wilayah Desa Ngasem secara umum adalah masyarakat perdesaan

dengan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

4.2 Data Geografi

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Dukoh Kidul, sebelah selatan berbatasan

dengan Desa Ngadiluwih, sebelah barat berbatasan Desa Bandungrejo, sedangkan sebelah

timur berbatasan dengan Desa Sendangharjo.

4.3 Data Demografi

4.3.1 Jumlah Penduduk

Di Dusun Penggik, Desa Ngasem terdapat 291 KK dengan jumlah penduduk 965

jiwa.

4.3.2 Mata Pencaharian

Sebagian besar warga dusun Penggik, desa Ngasem bekerja sebagai petani.

4.4 Sumber Daya Kesehatan yang Ada

Di Desa Ngasem terdapat 3 orang Bidan, 2 perawat, 1 dokter

4.5 Sarana Pelayanan Kesehatan yang Ada

Di Desa Ngasem terdapat 1 buah Poskesdes dan 3 kelompok Posyandu

4.6 Survei dari rumah ke rumah dengan Penyuluhan “Mata rantai diare dan fungsi

jamban sehat dalam memutus mata rantai diare”.

Penyuluhan mengenai mata rantai diare dan fungsi jamban sehat dalam memutus mata

rantai diare dilakukan dari rumah ke rumah di desa Ngasem, kegiatan ini dilakukan untuk

memberi pengetahuan mengenai pentingnya jamban sehat dalam memutus mata rantai suatu

penyakit. Kegiatan ini bertujuan untuk memicu keinginan masyarakat setempat yang belum

memiliki jamban agar berusaha memiliki jamban dan masyarakat yang belum memiliki

jamban sehat memperbaiki jamban mereka agar lebih sehat.

Hasil kegiatan ini adalah sebagai berikut :

NO

.

TANGGAL DUSUN PESERTA

1 11-13 Mei 2015 Penggik 110 KK

Page 16: Mini Project - Gerakan Jamban Sehat Ngasem(1)

4.7 Survei Jamban milik warga desa Ngasem

Survei jamban milik warga dusun Penggik, desa Ngasem dilakukan pada hari senin,

selasa, rabu 11-13 Mei 2015 dengan mengumpulkan data kepemilikan jamban warga desa

Ngasem dan mengunjungi beberapa rumah warga dan melihat langsung jamban yang dimiliki

oleh warga. Survei ini dilakukan untuk mengetahui sebaran jamban yang ada di wilayah

Ngasem dan berbagai bentuk jamban yang dimiliki oleh warga dan untuk mengetahui apakah

jamban yang sudah ada memenuhi kriteria jamban sehat. Dari kegiatan ini didapatkan hasil

Jenis JSP JSSP JTS Numpang OD

Jumlah 190 38 20 43 0

Ket:

a) JSP: Jamban sehat permanen, jamban yang sudah memenuhi 3 bagian utama

bangunan jamban

b) JSSP: Jamban sehat semi permanen, jamban yang sudah memenuhi 2 dari 3 bagian

utama bangunan jamban, terutama bagian tengah dan bawah

c) JTS: Jamban tidak sehat, jamban yang hanya memenuhi 1 dari 3 bagian utama

jamban

d) OD: Open Defecation, perilaku buang air besar secara sembarangan

Punya83%

Tidak Punya17%

Data Kepemilikan Jamban Desa Ngasem

Punya Tidak Punya

Page 17: Mini Project - Gerakan Jamban Sehat Ngasem(1)

JSP64%

JSSP13%

JTS7%

Numpang17%

Data Jenis Jamban Desa Ngasem

4.8 Gerakan Jamban Sehat

Gerakan Jamban Sehat diadakan tanggal 11, 12, 13 Mei 2015 bertempat di Desa

Ngasem mulai pukul 08.30 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB. Kegiatan ini diikuti oleh

warga tiga dusun desa Ngasem. Selain itu Gerakan Jamban Sehat ini juga di ikuti oleh 1

orang dokter internsip, 1 orang bidan, 2 staf puskesmas serta 6 orang perangkat desa.

Kegiatan dibuka oleh perangkat Puskesmas Ngasem, kemudian dilanjutkan dengan

sambutan-sambutan. Gerakan Jamban Sehat dilanjutkan dengan survei rumah ke rumah

dengan pendataan, penyuluhan dan pemicuan oleh tim yang terdiri dari dokter internsip,

perwakilan dari puskesmas, dan perwakilan dari perangkat desa.

Dalam penyuluhan disampaikan mengenai pengertian jamban sehat beserta kriteria-

kriterianya, bagian-bagian dari jamban sehat, bahaya dari kotoran manusia, mata rantai

penyakit yang bersumber dari kotoran manusia dan cara memutusnya serta fungsi dan

manfaat dari jamban sehat. Pada bagian akhir dari penyuluhan ditekankan bahwa jamban

sehat tidak harus mahal dan diberikan beberapa contoh jamban sehat yang bisa diterapkan

oleh warga, dan diakhiri dengan pemberian bantuan dari perangkat desa berupa material

jamban bagi warga yang kurang mampu untuk membuat jamban sendiri.

Pada kegiatan ini juga dihimbau agar masyarakat yang belum mempunyai jamban

segera membangun jamban sehat yang sesuai dengan kemampuannya atau sharing jamban

dengan warga sekitar serta tidak buang air besar di sembarang tempat.

4.9 Evaluasi dan Monitoring

Page 18: Mini Project - Gerakan Jamban Sehat Ngasem(1)

Evaluasi dan monitoring dilakukan pada saat verifikasi mengenai Open Defecation

Free pada tanggal 21 Mei 2015, yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kab. Bojonegoro

bekerjasama dengan Puskesmas Ngasem dan Perangkat Desa Ngasem dengan mengunjungi

rumah warga serta melakukan observasi dan pengisian form penilaian jamban sehat.

Page 19: Mini Project - Gerakan Jamban Sehat Ngasem(1)

BAB V

DISKUSI

Dari hasil diskusi bersama tim puskesmas diperoleh bahwa kegiatan “Gerakan

Jamban Sehat” ini bermanfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat desa Ngasem. Materi-

materi yang diberikan saat penyuluhan kesehatan pada kegiatan ini dapat menambah

pengetahuan masyarakat tentang jamban sehat dan berbagai manfaatnya. Kegiatan ini juga

meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BAB di sembarang tempat dan memicu

masyarakat untuk membangun jamban sehat yang sesuai dengan kondisi masyarakat

setempat.

Aparat pemerintahan setempat diharapkan dapat menindaklanjuti kegiatan ini dengan

membuat penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah

kejadian BAB di sembarang tempat, membuat suatu mekanisme monitoring yang dibuat

masyarakat untuk mencapai 100 persen KK mempunyai jamban sehat dan membuat suatu

upaya atau strategi yang jelas dan tertulis untuk dapat mencapai Total Sanitasi. Hal ini untuk

mewujdukan masyarakat Ngasem ODF.

Page 20: Mini Project - Gerakan Jamban Sehat Ngasem(1)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari Gerakan Jamban Sehat yang telah dilakukan di Desa Ngasem didapatkan bahwa

latar belakang masyarakat yang sebagian besar masih memiliki tingkat pendidikan rendah

dan penghasilan yang juga rendah mempengaruhi pola pikir masyarakat setempat mengenai

jamban sehat yang dianggap suatu barang yang mahal dan menempatkan jamban bukan

sebagai prioritas untuk dimiliki. Dengan adanya kegiatan ini masyarakat dapat membuat

jamban mereka lebih memenuhi krieria jamban sehat dengan adanya tutup jamban. Sehingga

jamban yang ada dapat benar-benar memutus suatu mata rantai penyakit. Kegiatan ini

diharapkan dapat dijadikan suatu landasan untuk menuju masyarakat Ngasem ODF.

Saran dari kegiatan ini adalah semoga kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan deklarasi

desa Ngasem ODF untuk itu dibutuhkan dukungan dan kerjasama yang baik. Dan semoga

kegiatan-kegiatan serupa yang bertujuan membuat masyarakat ODF dapat dilaksanakan di

seluruh desa di wilayah Kecamatan Ngasem sehingga dapat mewujudkan Kecamatan Ngasem

ODF dan selanjutnya menuju sanitasi total.

Mengetahui,

Dokter Pendamping Dokter Internsip,

dr. Tri Vera Handayani dr. Syarief Muhammad Hannifan

NIP 19810826 201001 2 001