tipus panen

16
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR BUDIDAYA TANAMAN “PANEN DAN PASCA PANEN” Retno Dewi Amalia Nim. 145040107111082 Kelompok :G2 Asisten : Finsa Dwi Arisandi PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

description

TINJAUAN PUSTAKA PANEN

Transcript of tipus panen

Page 1: tipus panen

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR BUDIDAYA TANAMAN

“PANEN DAN PASCA PANEN”

Retno Dewi Amalia

Nim. 145040107111082

Kelompok :G2

Asisten : Finsa Dwi Arisandi

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: tipus panen

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Panen merupakan kegiatan mengumpulkan hasil usaha tani dari lahan

budidaya, sedangkan penanganan pasca panen dapat diartikan sebagai upaya

sangat strategis dalam rangka mendukung peningkatan produksi hasil panen.

Kedua aspek ini sangat penting untuk meningkatkan hasil petani jika dilakukan

sesuai dengan langkahnya.

Tidak semua orang mengkonsumsi sendiri hasil panen yang didapatkan,

melainkan menjual sebagian hasil panennya. Pada tanaman padi, kebanyakan dari

mereka memang dikonsumsi sendiri, tetapi untuk sayur sayuran, buah buahan dan

tanaman holtikultura lainnya, mereka lebih memilih untuk menjual sebagian atau

semua hasil panen dengan alasan, tanaman holtikutura tersebut cepat busuk.

Kerusakan yang terjadi pada sayuran yang telah dipanen, disebabkan karena

organ panenan tersebut masih melakukan proses metabolisme dengan

menggunakan cadangan makanan yang terdapat dalam sayuran tersebut.

Berkurangnya cadangan makanan tersebut tidak dapat digantikan karena sayuran

tersebut sudah terpisah dari pohonnya ataupun telah dicabut (untuk bayam, sawi)

sehingga mempercepat proses hilangnya nilai gizi sayur dan mempercepat

senesen. Sedangkan tingkat kerusakan sayuran dipengaruhi oleh difusi gas ke

dalam dan ke luar jaringan yang terjadi melalui lentisel yang tersebar di

permukaaan sayur. Untuk itu diperlukan penanganan pasca panen yang tepat

untuk mengurangi tingkat kerusakan pasca panen.

1.2. Tujuan

1. Mengetahui kriteria panen dan waktu panen yang tepat

2. Mengetahui penanganan pasca panen

Page 3: tipus panen

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Panen dan Pasca Panen

Menurut Sudheer, at.all (2007) panen adalah memetik buah pada saat

premature atau terlambat, lebih tahan terhadap gangguan pasca panen fisiologis

dari pada buah yang dipetik pada tahap yang dapat tepat jatuh tempo.

Menurut Setyono (2001) panen adalah suatu proses akhir dan tindakan

manusia dalam hal budidaya tanaman dimana pertumbuhan tanaman biasanya

akan terjadi perubahan secara fisiologis maupun morfologi dari tanaman tersebut.

Sedangkan efinisi panen menurut Rumiati (1982) adalah hasil dari

pertanian kegiatan untuk mengumpulkan dari pengolahan tanah. Istilah ini paling

sering digunakan dalam kegiatan pertanian dan menandai berakhirnya kegiatan di

lahan.

Menurut Purwadana (1994) penanganan pasca panen diartikan sebagai

berbagai tindakan/perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen

sampai komoditas berada di tangan konsumen.

Sedangkan menurut Rahmat (1993) Penanganan pasca panen sering

disebut juga sebagai pengolahan primer-istilah yang digunakan untuk semua

perlakuan dari  mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi “ segar

“/persiapan pengolahan berikutnya.

2.2. Kriteria Panen

Menurut Janick (1972) menentukan waktu panen yang tepat yaitu dengan

menentukan kematangan yang tepat saat panen yang dapat dilakukan dengan

cara, yaitu :

1) Indikator fisik

Indikator yang sering digunakan khususnya pada beberapa komoditas buah.

Indikatornya adalah: Buah mudah atau tidak dilepaskan dari tangkainya, uji

kesegaran buah dengan memakai anenetrometer.

2) Indikator visual

Page 4: tipus panen

Paling banyak dipergunakan baik pada komoditas buah ataupun komoditas sayur.

Indikatornya adalah: Berdasarkan warna, kulit, ukuran, dan bentuk. Berdasarkan

karakteristik permukaan dan bagian tanaman yang mengering.

Sifatnya sangat subjektif, keterbatasan dari indra pengelihatan manusia. Sering

salah paham pemanenan dilakukan terlalu muda/awal/terlalu tua/lewat panen.

3) Indikator kimia

Terbatasnya perusahaan besar, lebih banyak pada komoditas buah.

Indikatornya adalah: Jumlah kandungan zat padat terlarut. Jumlah kandungan

asam. Dan jumlah kandungan gula dan pati.

4) Indikator fisiologis

Sangat baik diterapkan pada komoditas yang bersifat klimaterik.Saat komoditas

tercapai masak fisiologis respirasinya mencapai klimaterik.

Indikatornya adalah: Laju respirasi dan jumlah konsistensi etilen.

5) Indikator komputasi

Indeksnya adalah: Jumlah dari rata-rata harian selama satu siklus hidup tanaman

mulai dari penanaman sampai masak fisiologis. Dan unit panas setiap tanaman.

Dasarnya adalah korelasi positif antara satu lingkungan dengan pertumbuhan

tanaman.Dapat diterapkan baik pada komoditas buah maupun sayuran.

2.3. Faktor-faktor penyebab kehilangan hasil panen

Menurut Baliwati (2004) factor-faktor yang menyebabkan kehilangan hasil

panen yaitu :

1. Internal

a. Kerusakan fisiologis dan fisik

Kerusakan yang terjadi akibat adanya perubahan fisik dari suatu hasil

panen, misalnya perubahan warna, mengalami pembusukan, serta timbul

bau tidak sedap.

b. Kerusakan mekanis

Kerusakan yang terjadi akibat adanya gesekan ataupun benturan.

c. Kerusakan biologis

Merupakan kerusakan yang terjadi karena kondisi dari tanaman itu sendiri.

Misalnya adalah laju respirasi, transpirasi, dll.

Page 5: tipus panen

2. Eksternal

a. Kelembaban relatif

Suatu kelembaban relative pada suatu ruangan akan mempengaruhi

kualitas produk hasil pertanian. Sehingga kelembaban relative sendiri

harus disesuaikan dengan hasil panen.

b. Sirkulasi udara

Diperlukan dengan tujuan agar panas yang terjadi selama proses respirasi

dapat turun bahkan hilang sehingga kondisi suhu ruang simpan menjadi

seragam.

c. Respirasi

Setiap produk akan mengalami proses respirasi, yaitu perombakan gula

menjadi CO2 ataupun H2O.

2.4. Macam-macam kegiatan penanganan pasca panen

Menurut Rahmat (1993) terdapat beberapa kegiatan penanganan pasca

panen, yaitu :

1) Sorting

Sorting biasanya dilakukan untuk mengeliminasi produk yang luka, busuk/cacat

lainnya sebelum pendinginan/penanganan berikutnya. Sorting juga akan

menghemat tenaga karena produk cacat tidak ikut tertangani. Tujuan adalah

memisahkan produk-produk yang busuk agar terhindar dari penyebaran infeksi ke

produk yang masih bagus.

2) Pembersihan ( Cleaning )

Membersihkan dari kotoran/benda asing lain, mengambil bagian-bagian yang

tidak di kehendaki seperti daun, tangkai/akar yang tidak diinginkan.

3) Pencucian ( Washing )

Dilakukan pada sayuran daun yang tumbuh dekat tanah untuk membersihkan

kotoran yang menempel dan memberi kesegaran. Selain itu dengan pencucian

juga dapat mengurangi residu pestisida dan hama penyakit yang terbawa.

4) Pengeringan ( Drying )

Page 6: tipus panen

Bertujuan untuk mengurangi kadar air dari komoditas. Pada biji-bijian

pengeringan dilakukan sampai kadar air tertentu agar dapat disimpan lama. Pada

bawang merah, pengeringan hanya dilakukan sampai kulit mengering.

5) Pelapisan lilin

Melapisi permukaan sayur dengan bahan dapat menekan laju respirasi maupun

menekan laju transpirasi sayur selama penyimpanan/pemasaran. Pelapisan juga

bertujuan untuk menambah perlindungan bagi sayuran terhadap pengaruh luar.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa pelapisan dapat memperpanjang masa

simpan dan menjaga kesegaran.

6) Pengemasan ( Packing )

Hal ini dilakukan pada sayuran yang ditujukan untuk konsumen. Pengemasan

dilakukan dengan cara membungkus sayur dengan plastik ataupun bahan lain

yang kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang lebih besar.

7) Pengangkutan

Pengangkutan umumnya diartikan sebagai penyimpanan berjalan. Semua kondisi

penyimpanan pada komoditas yang diangkut harus diterapkan. Faktor

pengangkutan yang perlu diperhatikan adalah :

-          Fasilitas angkutan

-          Jarak yang ditempuh/lama perjalanan

-          Kondisi lingkungan dan jalan

-          Perlakuan “ bongkar-muat ” yang ditetapkan

8) Penyimpan ( Stronge operation )

Tujuan penyimpanan hasil panen :

-          Memperpanjang produk yang melimpah

-          Menampung produk yang melimpah

-          Menyediakan komoditas tertentu sepanjang lahan

-          Membantu dalam pengaturan pemasaran

-          Mempertahankan kualitas dari komoditas yang disimpan

Page 7: tipus panen

2.5. Pengaruh faktor biotik dan abiotik terhadap penyimpanan hasil

panen

Faktor abiotik yang mempengaruhi penyimpanan hasil panen menurut

Baliwati (2004) adalah udara, udara akan mempengaruhi proses metabolisme.

Selain itu suhu ruangan akan mempengaruhi laju respirasi hasil panen tersebut.

Faktor biotik seperti serangga dan mikroorganisme akan menyerang

jaringan suatu hasil panen untuk memenuhi kebutuhannya sehingga hal tersebut

secara tidak langsung akan merusak hasil panen itu sendiri

Page 8: tipus panen

BAB III

METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan beserta fungsi

Alat :

1. Sterofom : tempat untuk wortel

2. Plastik wraping : pengemas wortel

3. Tibangan : untuk menimbang wortel

4. Lemari es : tempat penyimpanan

Bahan :

1. Wortel : objek pengamatan

3.2. Alur Kerja

Menyiapkan alat dan bahan

Menata wortel di sterofom

Menimbang wortel 330 gr

Mengemas wortel dengan plastik wraping

Menyimpan wortel pada suhu ruang dan suhu kulkas

Mengamati wortel selama 12 hari dengan indikator: warna, bobot, kondisi perubahan fisik, muncul mikroorganisme, ada

atau tidak lendir, dan aroma

Membuat laporan

Mengambil dokumentasi

Page 9: tipus panen

3.3. Analisi Perlakuan

Pada pengamatan ini terdapat empat perlakuan yang berbeda, yaitu wortel

dengan wraping disimpan pada suhu kulkas, wortel tanpa wraping disimpan pada

suhu kulkas, wortel dengan wraping disimpan pada suhu ruang, dan wortel tanpa

wraping disimpan pada suhu ruang. Keempat perlakuan diamati setiap hari

perubahannya selama 12 hari. Indikator yang diamati adalah bobot, warna,

kondisi perubahan fisik, muncul atau tidak mikroorganisme, ada atau tidak lendir,

dan berbau atau tidak.

Page 10: tipus panen

4.3. Pembahasan

Dari pengamatan yang telah dilakukan selama 12 hari terhadap komoditas

wortel dengan 4 macam perlakuan, didapat hasil : wortel dengan wraping yang

disimpan pada suhu ruang selama 12 hari mengalami perubahan dari kondisi awal

yang berwarna orange dengan berat 330gr, kondidi masih segar, tidak terdapat

mikroorganisme dan lendir serta tidak beraroma menjadi berwarna orange

kehitaman, beratnya juga menyusut menjadi 250gr, ditumbuhi jamur dan berlendir

serta berbau.

Pada wortel wraping yang disimpan pada suhu kulkas, perubahan setelah 12

hari penyimpanan hanya terjadi pada bobot sayuran. Bobot awal yaitu 330gr dan

pada hari ke-12 menjadi 300gr. Sedangkan untuk indikator yang lain tidak

berubah. Pada hari ke-12 wortel masih berwarna orange, masih segar, tidak

terdapat mikroorganisme, lendir dan tidak berbau.

Wortel tanpa wraping yang disimpan pada suhu ruang mengalami

perubahan yang terbesar dari 3 perlakuan yang lain. Pada hari terakhir

pengamatan, bobot wortel menjadi 40gr dari yang bobot awalnya 330gr, warna

menjadi kehitaman dari warna awal orange,kondisinya menjadi kering, terdapat

belatung, tetapi tidak berlendir, dan berbau.

Pada perlakuan terakhir, wortel tanpa wraping yang disimpan pada suhu

kulkas mengalami perubahan pada bobot akhir dan kondisi perubahannya. Pada

hari ke-12 bobotnya menyusut menjadi 130gr dan kondisinya menjadi sedikit

keriput, sedangkan warnanya masih tetap berwarna orange, tanpa mikroorganisme

dan lendir, dan juga tidak beraroma.

Hasil pengamatan yang dilakukan sesuai dengan pendapat Baliwati (2004)

bahwa udara dan suhu mempengaruhi metabolisme dan laju respirasi hasil penan.

Page 11: tipus panen

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Panen adalah kegiatan mengambil dan mengumpulkan hasil dari buudidaya

yang dilakukan, sedangkan pasca panen adalah tindakan yang dilakukan setelah

komoditas dipanen untuk mengurangi kerusakan. Dari pengamatan yang

dilakukan pada komoditas wortel dengan 4 perlakuan yang berbeda, diketahui

bahwa wortel dengan atau tanpa wraping yang disimpan pada suhu kulkas hanya

mengalami perubahan pada bobot akhir. Dan pada wortel dengan atau tanpa

wraping yang disimpan pada suhu ruang terjadi perubahan pada semua indikator

pengamatan.

5.2. Saran

Pengamatan terhadap wortel sebaiknya dilakukan oleh semua praktikan,

sehingga semua dapat mengerti perbedaannnya secara langsung.

Page 12: tipus panen

DAFTAR PUSTAKA

Baliwati, Y.F.(2004). Pengantar Pangan dan Gizi, Cetakan 1 Jakarta : Penerbit

Swadaya. Hal 89

Mutiarawati. 2007. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. UNPAD Press:

Bandung

Purwadana,1994.Penanganan Pasca Panen.Jakarta:Grasindo

Setyono,2001.Usaha Tani dan Penanganan Pasca Panen.Bogor:Maju Jaya

Rumiati,1990.Kiat-kiat Panen Hortikultura.Yogyakarta:Cerahya

Rahmat,1993.Panen dan Pasca Panen Serta Cara Khusus

Keberhasilan.Bandung:Setyabook

Verma.2000. PDctharvest Technology of Fruits and vegetable. Publishing

company:New Delhi