tipus

download tipus

of 14

description

tipus

Transcript of tipus

1. Patofisiologi dari keluhan pasien

Pada skenario dikatakan bahwa anak laki-laki usia 8 tahun datang dengan keluhan sejak 5 hari yang lalu batuk pilek dengan hidung buntu dan demam menggigil. Batuk pilek dengan hidung buntu merupakan indikasi adanya infeksi saluran pernapasan atas, yang diperkuat dengan adanya keluar discharge seromukous dan konka hiperemi. Selain itu ISPA juga dapat menyebabkan inflamasi pada faring yang ditandai mukosa faring hiperemi. Demam menggigil merupakan mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi.Virus masuk ke tubuh, menghasilkan toksin, menyebabkan zat kimiawi tertentu beredar dalam darah dan merangsang hipotalamus. Secara otomatis hipotalamus akan menjadikan suhu tubuh lebih tinggi.Keluhan dirasakan semakin memberat karena telinga kanannya terasa nyeri dan 1 hari sebelum masuk rumah sakit keluar cairan jernih encer tidak berbau disertai berdenging, tetapi demam menurun, pada kelenjar di leher penderita agak membesar dan nyeri tekan. Karena adanya ISPA, terjadilah proses inflamasi pada jalan napas. Pada kasus ini,proses inflamasi sudah sampai ke tuba eustachius, menyebabkan tuba tersumbat dan fungsi silia yang ada didalamnya terganggu, sehingga mekanisme pertahanan di sana juga terganggu.Akibatnya timbul cairan jernih encer tidak berbau,yang merupakan bagian awal dari proses inflamasi. Selain itu bisa juga karena peningkatan tekanan hidrostatik yang menyebabkan transudasi cairan ke telinga tengah. Karena tuba sudah mengalami disfungsi, cavum typani tidak bisa berhubungan dengan dunia luar, menyebabkan sekret tertimbun menjadi bendungan, menimbulkan perforasi pada membran timpani sehingga cairan keluar (Boies, 1997). Nyeri pada telinga merupakan gejala dari otitis media, sudah dalam stadium supuratif (Mansjoer, 2000). Telinga berdenging dapat disebabkan karena adanya infeksi di telinga tengah (Bashiruddin dkk., 2007).Demam menurun berarti pasien sudah dalam stadium perforasi. Pembesaran kelenjar di leher merupakan pembesaran kelenjar limfe yang menandakan adanya infeksi, dan nyeri tekan menunjukkan bahwa telah terjadi inflamasi kronik.Sebelumnya penderita sering batuk pilek disertai nyeri waktu menelan yang kambuh-kambuhan, tetapi membaik setelah diberi obat dari Puskesmas. Pada anak memang sering terjadi infeksi saluran napas atas. Padahal makin sering terkena ISPA yang segera tertangani dengan baik, seorang anak making besar kemungkinannya terkena otitis media akut. Keadaan batuk pilek yang kambuh-kambuhan ini mungkin terjadi karena pengobatan yang tidak adekuat atau sistem imun pasien yang menurun. Setelah mendapat terapi dari dokter jaga, kondisi pasien membaik, tetapi tidak pernah kontrol lagi, dikarenakan ketidakpedulian orang tua akan perkembangan penyakit anak tersebut.Sikap orang tua pasien tersebut dapat memperparah kondisi pasien karena tidak dapat diketahui bagaimana perkembangan pasien, apakah pasien sudah benar- benar sembuh atau proses inflamasi sudah semakin parah. Baru 3 bulan kemudian penderita datang lagi dengan keluhan telinga kanan keluar telinga kanan keluar cairan berbau kuning dan berbau busuk, pendengaran menurun, disertai kepala pusing. Akibat dari tidak kontrol, proses inflamasi terus berlanjut dan semakin parah, dimana sudah sampai dalam tahap kronik. Karena tuba eustachius telah tersumbat, maka ada transudasi di cavum tympani. Karena tidak dikontrol, proses transudasi semakin parah, sehingga untuk proses pertahanan, dihasilkanlah sel darah putih. Sel darah putih akan memfagosit bakteri dan terciptalah cairan kuning kental seperti pus. Pusing pada pasien menandakan bahwa inflamasi sudah sampai ke telingga tengah, yaitu timbulnya fistula pada labirin, seringkali pada kanalis semisirkularis horizontalis (Bashiruddin dkk., 2007).Batuk pilek dengan hidung buntu dan demam menggigil indikasi Infeksi Saluran Pernapasan AtasPembesaran kelenjar leher infeksi secara limfogen akibat adanya virus, bakteri di saluran napas, nyeri tekan sudah inflamasi kronis didukung dengan hasil laboratorium darah (leukositosis)Demam menggigil mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi virus masuk, menghasilkan toksin, virus tersebut juga menyebabkan zat kimiawi tertentu beredar dalam darah merangsang hipotalamus secara otomatis hipotalamus meningkatkan suhu tubuh lebih tinggi Kambuh-kambuhan bisa karena obat tidak adekuat atau sistem imun anak menurun Keluar cairan jernih encer tidak berbauberawal dari ISPA proses inflamasi sudah sampai ke tuba eustachius tuba eustachius tersumbatfungsi silia terganggu, mekanisme pertahanan terganggu cairan jernih encer tidak berbau bagian awal proses inflamasi; bisa juga karena peningkatan tekanan hidrostatik transudasi cairan plasmamasuk kedalam rongga telinga tengah;mekanisme keluarnya cairan tuba eustachius sudah disfungsi cavum timpani tidak bisa berhubungan dengan dunia luarsekret tertimbun, timbul bendungan di telinga tengah perforasi membran tympani sekret keluar (Boies, 1997)Telinga kanan nyeri merupakan gejala otitis media, sudah masuk stadium supuratif (Mansjoer, 2000)Demam menurunsudah masuk stadium perforasiTelinga berdenging tinitus aktivitas elektrik pada area auditoriusperasaan adanya bunyi, namun impuls yang ada berasal dari sumber impuls abnormal dalam tubuh pasien, biasanya dihubungkan dengan tuli sensoneural, gangguan konduksi, dan adanya pulsasibisa disebabkan karena adanya infeksi di telinga tengah (Bashiruddin dkk., 2007)Keluar cairan kuning berbau busukproses inflamasi bakterituba eustachii membengkaktersumbattransudasi di cavum tympanisel darah putih (proses pertahanan) fagosit bakteripus; penyakit sudah sampai tahap kronikPusing vertigo adanya fistulaada erosi pada labirin tulang, seringkali pada kanalis semisirkularis horizontalis (Bashiruddin dkk., 2007)2. Anatomi dan fisiologi dari telinga

Organon Auditus

Auris merupakan sepasang alat indera yang sebaguian besar berada pada os temporal. Auris memiliki dua fungsi yaitu sebagai oragn pendengaran dan organ kesemibangan. Auris dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

1. Auris externa

2. Auris media

3. Auris Interna

A. Auris externaAuris externa teridiri dari Auricula dan meatus acusticus externus. Auricula atau daun telinga merupakan rangka paling luar dari Auris Externa. Rangka auricular terdiri atas dua buah cartilage yaitu cartilage auricular dam cartilage meatus acusticus sxternus di mana kedua cartilage ini saling berhubungan satu sama lain.

Bangunan-bangunan yang terdapat pada auricular ini antara lain: lobules auriculae, helix crus helicis, spina helicis, cauda helicis, antihelix, fossa triangularis, crura antihelices, scapha, concha auriculae, cymba concha, cavitas conchae, antitragus, tragus, lamina tragi, insicura anterior, incisura intertragica, sulcus auriculae posterior, isthmus cartilaginis auris, fissure antitragohelicina, sulcus antihelices transverses, sulcus cruris helicis, fossa antihelices,eminentia conchae dan eminentia fossa triangularis.

Meatus acusticus externus adalah sebuah saluran pendek dan berkelok berbentuk huruf S yang membentanv dari auricula dan berakhir pada sulcus tympanicus. Meatus acusticus externus mempunyai fungsi sebagai resonator dan penghantar gelombang udara dari auricular menuju membrane tympanica. Pada orang dewasa panjangnya kurang lebih 2,5 cm. Rangka meatus acusticus externus terdiri dari pars cartilaginea yang berada pada 1/3 bagian lateral yang terdiri atas cartilage yang merupakan lanjutan dari cartilage auricular. sedangkan 2/3 lateralnya terdiri atas jaringan tulang yang disebut pars ossea. Pada meatus acusticus externus juga terdapat glandula ceruminosa yang berfungsi untuk menghasilkan ceruminata. Ceruminata tersebut berguna untuk memperlambat pertumbuhan mikroorganisme,mengurangi kemungkinan infeksi, menjerat benda asing yang masuk, dan menolak serangga

B. Auris media

Auris media merupakan ruangan berisi udara, dilapisi oleh sel-sel mukosa. Auris media terletak di dalam os temporal. Auris media terdiri atas membrane tympanica, cavitas tympanica, ossicula auditus dan tuba auditiva.

Membrana tympanica merupakan fibrosa tipi sang berwarna kelabu mutiara berbentuk konkaf. Pada dasar cekungan terdapan lekukan kecil yaitu umbo yang terbentuk oleh ujung manubrium mallei. Di dalam pemeriksaan klinis, membrane tympanica dibagi menjadi 4 kuadran yaitu:

1. Kuadran superior anterior

Di sebelah atas depan dan relative sempit

2. Kuadran inferior anterior

Pada kuadran ini terdapat cone of light yaitu daerah pantul jika ada suatu sinar langsung yang diarahkan ke membrane timpanica.

3. Kuadran superior posterior

Pada kuadran ini terdapat bayangan crus longum incudis.

4. Kuadran inferior posterior.

Pada kuadran ini sering dilakukan miringotomi.

Cavitas timpanica merupakan ruangan terbesar di auris media. Ruangan ini mengalami dua perluasan yaitu perluasan ke cranial membentuk recessus epitympanicus dank e caudal membentuk recessus hypotimpanicus. Cavitas timpani berbatasan dengan tegmen timpani pada bagian superior, dengan membrane timpanmica pada bagian lateral, dengan fossa jugularis pada bagian dasar, dengan canalis caroticus pada bagian anterior dan paries mastoideus pada bagian posterior.

Pada auris media juga terdapat ossicula auditus yaitu, malleus, incus, dan stapes. Ossicula auditus ini membentuk rangkaian tulang dari membrane tympanica sampai fenestra vestibulli.

Malleus teridiri dari caput mallei, collum mallei, processus lateralis, processus anterior dan manubrium mallei. Caput mallei mengisi recessus epitympanicus dan berarticulatio dengan incus membentuk articulation incudomallearis dengan tipe persendian articulation sellaris.

Incus teridiri atas corpus incudis, crus longum, crus breve dan processus lenticularis. Crus longum berjalan parallel dengan manubrium mallei, dan pada ujungnya berakhir menjadi processus lenticularis. Processus lenticularis akan bersendi dengan caput stapedis milik stapes dan membentuk articulation incudostapedalis dengan tipe persendian articulation globoidea.

Stapes teridiri atas caput stapedalis, crus anterius, crus posterius dan basis stapedalis. Caput stapedalis akan membentuk articulation incudostapedalis dengan incus. Basis stapedis akan dilekatkan pada tepi fenestra vestibuli oleh ligamentum annulare stapedis.

Tuba auditiva eustachii merupakan saluran yang menghubungkan auris media dengan nasopharynx. Saluran ini dibagi menjadi pars ossea dan pars cartilagines. Fungsi dari saluran ini adalah untuk menjaga keseimbangan tekanan cavitas timpanmica dengan tekanan udara luar dan menjaga kebebasan gerak membrana tympanica.

C. Auris Interna

Auris Ineterna merupakan bagian auris yang terlibat dalam proses pendengaran dan keseimbangan. Auris interna terdiri dari dua bagian yaitu Labyrinthus osseus yang terdiri atas tulang dan seluruh bagiannya terletak dalam os temporal, dan labyrinthus membranaceus yang merupakan rangkaian berkelanjutan dari saccus atau ductus-ductus membranaceus.

Labyrinthus osseus terdiri dari 3 bagian yaitu vestibulum, canalis semicircularis dan cochlea. Vestibulum berbatasan dengan cochlea pada bagian anterior, canalis semicircularis pada bagian posterior, auris media pada bagian media, fenestra vestibule pada bagia frontolateral dan caecum vestibulare pada bagian dasar.

Auris interna memiliki tiga buah canalis semicircularis yaitu canalis semicircularis anterior/superior, canalis semicircularis posterior/inferior dan canalis semisircularis lateral. Tiap canalis terdiri atas crus ampullare dan crys simplex dimana semua crus akan bermuara ke vesibulum. Crus simplex canalis semicircularis superior dan posterior akan bertemu pada crus commune.

Cochlea merupakan struktur tulang berbentuk seperti rumah siput, spiral, conical dan mengandung organ pendengaran, pada manusia terdapat 2,5 putaran yang mengelilingi modiolus cochlea. Pada dinding dalamnya terdapat lamina spiralis ossea dan lamina spiralis secunderia sehingga canalis cochlearis terbagi atas 2 bagian yaitu scala vestibule pada bagian superior dan scala tympani pada bagian inferior

Labyrinthus membranaceus memiliki beberaoa bangunan penting seperti labyrinthus vestibularis dan labyrinths cochlearis.

Utriculus terdapat pada labyrinthus vestibularis. Terletak di posterior sacculus dan berhubungan dengan ductus semicircularis. Sedangkan sacculus terletak di anterior utriculus dan berhubungan dengan ductus cochlearis melalui ductus reuniens dan memiliki ukuran yang lebih kecil daripada utriculus. Di dalam utriculus dan saculus terdapat macula yang bergungsi sebagai reseptor terhadap gravitasi dan perubahan posisi kepala.

FISIOLOGI TELINGA

Suara sebagtu gelombang getaran akan diterima oleh membrana tympani dan getaran ini akan diteruskan oleh tulang-tulang pendengaran (maleus, incus, dan stapes) di rongga telinga tengah. Selanjutnya akan diterima oleh "oval window" dan diteruskan ke rongga cochlea serta dikeluarkan lagi melalui "round window". Rongga cochlea terbagi oleh dua sera menjadi tiga ruangan, yaitu scala vestibuli, scala tympani dan scala perilimfe dan endolimfe. Antara scala tympani dan scala medial terdapat membran basilaris, sel-sel rambut dan serabut afferen dan efferen nervus cochlearis. Getaran suara tadi akan menggerakkan membrana basilaris, dimana Dada tinggi diterima di bagian basal dan Dada rendah diterima di bagian apeks. Akibat gerakan membrana basilaris maka akan menggerakkan sel-sel rambut dan terjadi perubahan dari energi mekanik ke chemoelectrical potensial dan akan dibawa oleh serabut afferen nervus cochlearis ke inti dorsal dan ventral.

Kemudian menginhibisi input, bagian kontralateral bersifat mengeksitasi input. Tetapi ada juga yang langsung ke nukleus lemniskus lateral. Dari kompleks olivari superior serabutnya berjalan ke nukleus lemniskus lateralis dan sebagaian langsung ke colliculus inferior. Serabut-seravut ini membentuk lemniskus lateralis. Dari colliculus inferior serabutnya berlanjut lagi ke corpus genikulatum mediale sebagai brachium colliculus inferior. Dari CGM ini serabutnya berjalan ke korteks serebri di area acustikus (area Broadmann, 41,42) dan disadari sebagai rangsangFisiologi keseimbangan

Labrynth membranosa yang terletak dalam pars petrosa os temporalis berisi endolymfe yang kaya akan kalium. Labyrinth membranosa terdiri dari lima buah struktur vestibuler yaitu utrikulus, sacculus ynang mengandung macula dan bertanggung jawab terhadap respop accelerasi linier seperti gaya tarik bumi dan 3 buah canalis semisirkularis yang mengandung ampula yang berespon terhadap deteksi accelerasi angular dari cristae.Di dalam macula dan ampula terdapat sel-sel rambut yang mempunyai stereocilia dan kinocilia. Pergerakan stereocilia terhadap kinocilia menyebabkan depolarisasi dan hyperpolarisasi dari sel rambut. Impuls keseimbangan ini kemudian diterima oleh serabut afferen yang badan selnya tedapat dalam ganglion vestibuler.

3. Interpretasi hasil pemeriksaan: Pemeriksaan telinga: discharge purulen-> adanya infeksi bakteri pada mukosa cavum tympani atau cellulae mastoidea Hidung: discharge seromukous-> discharge pada mukosa cavum nasi telah lama tertumpuk sehingga discherge mengental, dapat terjadi pada alergi ataupun infeksi yang berlangsung lama. Konka hiperemi-> hipervaskularisasi pertanda proses inflamasi, dapat juga menjadi pertanda infeksi. Tenggorok: mukosa pharynx hiperemi-> pertanda inflamasi, dapat juga menjadi pertanda infeksi.

Hasil lab darah: Leukositosis-> pertanda infeksi. Eosinophylia-> pertanda alergi, dapat juga terjadi pada infeksi cacing. LED meningkat-> pertanda inflamasi kronik, dapat juga menjadi pertanda infeksi kronik.

4. Hubungan riwayat penyakit dahulu dengan riwayat penyakit sekarang Pasien pernah memiliki riwayat otitis media akut supuratif pada 3 bulan sebelumnya. 3 bulan setelahnya pasien datang dengan keluhan yang sama yaitu keluar sekret dari telinga. Kemungkinan sekarang pasien mengalami otitis media kronik tipe aktif/otitis media akut eksaserbasi akut. Profil sekret pasien yang berbeda dari sebelumnya dapat menjadi suatu pertanda telah terjadinya infeksi pada mukosa cavum tympani dapat juga berasal dari mukosa cellulae mastoidea. Beberapa hal yang dapat terjadi pada pasien dengan otitis media akut dapat dilihat pada bagan di bawah:

(Efiaty, et.al.2007).

Pada bagan di atas semua proses bermula dari hilangnya fungsi tuba auditiva eustachi untuk menjadi jalur drainase sekret dan sebagai organ yang dapat menyamakan tekanan udara pada cavum tympani dan tekanan udara luar. Proses selanjutnya adalah terjadi efusi. Jika membran tympani tetap utuh maka pasien akan mengalami otitis media efusi akut/otitis media serosa akut. Jika efusi telah terjadi dan diikuti dengan perforasi pada membran tympani maka pasien akan mengalami otitis media akut. Jika perforasi menutup dan proses infeksi di mukosa cavum tympani hilang maka pasien dinyatakan sembuh. Jika perforasi sembuh tetapi proses infeksi pada mukosa cavum tympani tetap berlanjut maka pasien akan mengalami otits media efusi kronik/otitis media serosa kronik/glue ear. Jika perforasi menetap dan proses infeksi mukosa cavum tympani menetap maka pasien akan mengalami otitis media supuratif kronik. Otitis media dikatakan akut jika waktunya 39,5 derajat celsius), gelisah, sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, diare, kejang, dan kadang-kadang memegang telinga yang sakit. Setelah terjadi ruptur membran tinmpani, suhu tubuh akan turun dan anak tertidur Otitis Media Supuratif Kronis

Otitis media supuratif kronik ( OMSK ) ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membrane timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul, sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis media supuratisf kronis selian merusak jaringan lunak pada telinga tengah dapat juga merusak tulang dikarenakan terbentuknya jaringan patologik sehingga sedikit sekali / tidak pernah terjadi resolusi spontan.

Otitis media supuratif kronis terbagi antara benigna dan maligna, maligna karena terbentuknya kolesteatom yaitu epitel skuamosa yang bersifat osteolitik.

Penyakit OMSK ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap dan morbiditas penyakit telinga tengah kronis ini dapat berganda, gangguan pertama berhubungan dengan infeksi telinga tengah yang terus menerus ( hilang timbul ) dan gangguan kedua adalah kehilangan fungsi pendengaran yang disebabkan kerusakan mekanisme hantaran suara dan kerusakan konka karena toksisitas atau perluasan infeksi langsung.

Etiologi dan Patogenesis

Penyebab terbesar otitis media supuratif kronis adalah infeksi campuran bakteri dari meatus auditoris eksternal , kadang berasal dari nasofaring melalui tuba eustachius saat infeksi saluran nafas atas. Organisme-organisme dari meatus auditoris eksternal termasuk staphylococcus, pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B.coli dan aspergillus. Organisme dari nasofaring diantaranya streptococcus viridans ( streptococcus A hemolitikus, streptococcus B hemolitikus dan pneumococcus.

Suatu teori patogenesis mengatakan terjadinya otititis media nekrotikans akut menjadi awal penyebab OMSK yang merupakan hasil invasi mukoperiusteum organisme yang virulen, terutama berasalh dari nasofaring terbesa pada masa kanak-kanak, atau karena rendahnya daya tahan tubuh penderita sehingga terjadinya nekrosis jaringan akibat toxin nekrotik yang dikeluarkan oleh bakteri kemudian terjadi perforasi pada membrane timpani setelah penyakit akut berlalu membrane timpani tetap berlubang atau sembuh dengan membrane atrofi.

Pada saat ini kemungkinan besar proses primer untuk terjadinya OMSK adalah tuba eustachius, telinga tengah dan sel-sel mastoid. Faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis sangat majemuk, antara lain :

1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis akibat :

a. infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang

b. obstruksi anatomic tuba eustachius parsial atau total

2. Perforasi membrane timpani yang menetap

3. Terjadinya metaplasia skuamosa / perubahan patologik menetap lainnya pada telinga tengah

4. Obstruksi terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid

5. Terdapat daerah dengan skuester atau otitis persisten ddi mastoid

6. Faktor konstitusi dasar seperti alergi kelemahan umum atau perubahan mekanisme pertahanan tubuhPatologi

OMSK lebih merupakan penyakit kekambuhan daripada menetap, keadaan ini lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman gambaran patologi, ketidakseragaman ini disebabkan oleh proses peradangan yang menetap atau kekambuhan disertai dengan efek kerusakan jaringan, penyembuhan dan pembentukan jaringan parut secara umum gambaran yang ditemukan :

1. Terdapat perforasi membrane timpani dibagian sentral, ukuran bervariasi dari 20 % luas membrane timpani sampai seluruh membrane dan terkena dibagian-bagian dari annulus.

2. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit. Dalam periode tenang akan nampak normal kecuali infeksi telah menyebabkan penebalan atau metaplasia mukosa menjadi epitel transisonal.

3. Jaringan tulang2 pendengaran dapat rusak/ tidak tergantung pada berat infeksi sebelumnya

4. Mastoiditis pada OMSK paling sering berawal pada masa kanak-kanak , penumatisasi mastoid paling aktif antara umur 5 -14 tahun. Proses ini saling terhenti oleh otitis media yang sering. Bila infeksi kronis terus berlanjut mastoid mengalami proses sklerotik, sehingga ukuran mastoid berkurang. Antrum menjadi lebih kecil dan penumatisasi terbatas hanya ada sedikit sel udara saja sekitar antrum.

KOMPLIKASI DAN PROGNOSISOMSK tipe benigna :

Omsk tipe benigna tidak menyerang tulang sehingga jarang menimbulkan komplikasi, tetapi jika tidak mencegah invasi organisme baru dari nasofaring dapat menjadi superimpose otitis media supuratif akut eksaserbsi akut dapat menimbulkan komplikasi dengan terjadinya tromboplebitis vaskuler.

Prognosis dengan pengobatan local, otorea dapat mongering. Tetapi sisa perforasi sentral yang berkepanjangan memudahkan infeski dari nasofaring atau bakteri dari meatus eksterna khususnya terbawa oleh air, sehingga penutupan membrane timpani disarankan.

OMSK tipe maligna :

Komplikasi dimana terbentuknya kolesteatom berupa :

1. erosi canalis semisirkularis

2. erosi canalis tulang

3. erosi tegmen timpani dan abses ekstradural

4. erosi pada permukaan lateral mastoid dengan timbulnya abses subperiosteal

5. erosi pada sinus sigmoid

Prognosis kolesteatom yang tidak diobati akan berkembang menjadi meningitis, abes otak, prasis fasialis atau labirintis supuratif yang semuanya fatal. Sehingga OMSK type maligna harus diobati secara aktif sampai proses erosi tulang berhenti.

6. Penatalaksanaan untuk pasien tersebutPENATALAKSANAAN

Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konstervatif atau dengan medika mentosa. Bila sekret yang keluar terus-menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3 % selama 3 5 hari. Setelah sekret berkurang terapi dilanjutkan dengan obat tetes telinga yang mengandung antibiotic dan kortikosteroid, kultur dan tes resisten penting untuk perencanaan terapi karena dapat terjadi strain-strain baru seperti pseudomonas atau puocyaneous.

Infeksi pada kolesteatom sukar diobati sebab kadar antibiotic dalam kantung yang terinfeksi tidak bias tinggi. Pengangkatan krusta yang menyumbat drainage sagaat membantu. Granulasi pada mukosa dapat diobati dengan larutan AgNO3 encer ( 5 -100 %) kemudian dilanjutkan dengan pengolesan gentian violet 2 %. Untuk mengeringkan sebagai bakterisid juga berguna untuk otitis eksterna dengan otorhea kronik.

Cara terbaik mengangkat polip atau masa granulasi yang besar, menggunakan cunam pengait dengan permukaan yang kasar diolesi AgNO3 25-50 % beberapa kali, selang 1 -2 minggu. Bila tidak dapat diatasi, perlu dilakukan pembedahan untuk mencapai jaringan patologik yang irreversible. Konsep dasar pembedahan adalah eradikasi penyakit yang irreversible dan drainase adekwat, rekontruksi dan operasi konservasi yang memungkinkan rehabilitasi pendengaran sempurna pada penyakit telinga kronis.

DAFTAR PUSTAKA

Bashiruddin, Jenny. Hadjar,Entjep. dan Widayat Alviandi.2007. Gangguan Keseimbangan dan Kelumpuhan Nervus Fasialis dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher FK UI. Edisi 6. Balai Penerbit FKUI, Jakarta Bashiruddin, Jenny. Hendarmin, Hendarto. Soetirto, Indro.2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher FK UI. Edisi 6. Balai Penerbit FKUI, Jakarta Bashiruddin, Jenny. dan Sosialisman.2007. Tinnitus dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher FK UI. Edisi 6. Balai Penerbit FKUI, Jakarta Boies, Lawrence R. 1997. Buku Ajar penyakit THT. Jakarta: EGC.Mansjoer, Arief .2000, Telinga : Otitis Media Akut dalam Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1, eds. Arief Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, et al, bab 44, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.Efiaty,et.al.2007.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggoroka Kepala & Leher. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas IndonesiaDjafaar, Zainul A, Helmi, & Ratna D Restuti, 2007, Kelaianan Telinga Tengah dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Keenam, eds. Efiaty Arsyad Soepadi, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashiruddin, & Ratna Dwi Restuti, bab II, Penerbit FKUI, Jakarta.

Soetirto, Indro, Hendrarto Hendramin, & Jenny Bashiruddin, 2007, Gannguan Pendengaran dan Kelainan Telinga dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Keenam, eds. Efiaty Arsyad Soepadi, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashiruddin, & Ratna Dwi Restuti, bab II, Penerbit FKUI, Jakarta.www. Klinikumsolingen : chronic suppurative otitits media

www. Bcm.edu/oto/otologyprimer : otitis media complications

www.utmb.edu/otoref : otitis media complications.

HOME INFO PENYAKIT INFO OBAT INFO DOKTER INFO SEHAT PRODUK SEHAT MEMBER INFO IKLAN BELI OBAT

Sign upForum KesehatanNewsletterKuis Berhadiah