TINJAUAN PUSTAKA.docx

10
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir (3) . 2.2 Epidemiologi Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio- ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (4) . BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan (1,2) . Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (2,3) . 2.3 Etiologi Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain- lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (3) . (1) Faktor ibu a. Penyakit Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain b. Komplikasi pada kehamilan. Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm. c. Usia Ibu dan paritas Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia <>

description

bab 2

Transcript of TINJAUAN PUSTAKA.docx

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA.docx

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DefinisiBayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram

tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir (3).

2.2 EpidemiologiPrevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di

dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (4). BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan (1,2). Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (2,3).2.3 Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (3).(1) Faktor ibu

a. PenyakitSeperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain

b. Komplikasi pada kehamilan.Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.

c. Usia Ibu dan paritasAngka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia <>

d. Faktor kebiasaan ibuFaktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.

(2) Faktor JaninPrematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.

(3) Faktor LingkunganYang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun (4,7).

2.4 KomplikasiKomplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain (8): Hipotermia Hipoglikemia Gangguan cairan dan elektrolit Hiperbilirubinemia Sindroma gawat nafas Paten duktus arteriosus Infeksi Perdarahan intraventrikuler

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA.docx

 Apnea of Prematurity Anemia

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain (3,8):

 Gangguan perkembangan Gangguan pertumbuhan Gangguan penglihatan (Retinopati) Gangguan pendengaran Penyakit paru kronis Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

2.5 DiagnosisMenegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka

waktu <> dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (8).2.5.1 Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR (3):

 Umur ibu Riwayat hari pertama haid terakir Riwayat persalinan sebelumnya Paritas, jarak kelahiran sebelumnya Kenaikan berat badan selama hamil Aktivitas Penyakit yang diderita selama hamil Obat-obatan yang diminum selama hamil

2.5.2 Pemeriksaan FisikYang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain (3):

 Berat badan <> Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).

2.5.3 Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain (3):

 Pemeriksaan skor ballard Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar

elektrolit dan analisa gas darah. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur

kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

 USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan <>2.6 Penatalaksanaan/ terapi2.6.1 Medikamentosa

Pemberian vitamin K1 (3): Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10

hari, dan umur 4-6 minggu)2.6.2 Diatetik

Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA.docx

dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama (6):

 Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.

 Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut (3):a. Berat lahir 1750 – 2500 gram- Bayi Sehat

 Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu.

 Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

- Bayi Sakit Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan

minum seperti pada bayi sehat. Apabila bayi memerlukan cairan intravena:

 Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.

Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu.

 Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :o Berikan cairan IV dan ASI menurut umuro Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah

mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

b. Berat lahir 1500-1749 gram- Bayi Sehat

 Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)

 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.

 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.

- Bayi Sakit Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA.docx

 Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV secara perlahan.

 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.

 Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak

 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.

c. Berat lahir 1250-1499 gram- Bayi Sehat

 Beri ASI peras melalui pipa lambung Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum

 Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung.- Bayi Sakit

 Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama. Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan

intravena secara perlahan. Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan

minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum

 Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung.d. Berat lahir <>tidak tergantung kondisi)

 Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian

cairan intravena secara perlahan. Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum

 Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung.2.6.3 Suportif

Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3): Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,

seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.

 Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin Ukur suhu tubuh dengan berkala

Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah : Jaga dan pantau patensi jalan nafas Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,

gangguan nafas, hiperbilirubinemia)

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA.docx

 Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu

berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.2.7 Pemantauan (Monitoring)2.7.1 Pemantauan saat dirawata. Terapi

 Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu

b. Tumbuh kembang Pantau berat badan bayi secara periodik Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk

bayi dengan berat lair ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500> Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir)

dan telah berusia lebih dari 7 hari :- Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumlah

pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari- Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI

hingga 200 ml/kg/hari- Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.

2.7.2 Pemantauan setelah pulangDiperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut (3,4):

 Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan. Hitung umur koreksi Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala. Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST) Awasi adanya kelainan bawaan

2.8 PencegahanPada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang

penting. Hal-hal yang dapat dilakukan (3):1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun

kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu

2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik

3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun)

4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil

DAFTAR PUSTAKA1. United Nations Children’s Fund/World Health Organization. Low Birthweight. UNICEF,

New York, 2004. Avaliable from : http://www.childinfo.org/areas/birthweight.htm. Last Update : Nov 2007 [diakses tanggal 2 Desember 2007].

2. Setyowati T. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah (Analisa data SDKI 1994). Badan Litbang Kesehatan, 1996. Avaliable

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA.docx

from :http://www.digilib.litbang.depkes.go.id. Last Update : 2003 [diakses tanggal 2 Desember 2007].

3. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 307-313.

4. World Health Organization (WHO). Development of a strategy towards promoting optimal fetal growth. Avaliable from : http://www.who.int/nutrition/topics/feto_maternal/en.html. Last update : January 2007 [diakses pada tanggal 10 Desember 2007].

5. Mutalazimah. Hunbungan Lingkar Lengan Atas dan Kadar Hb Ibu Hamil dengan Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Dalam : Jurnal Penelitian Sains & Teknologi. Vol. 6. 2005; 114-126.

6. Suradi R. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Melihat situasi dan kondisi bayi. Avaliable from :http://www.IDAI.or.id. Last Update : 2006. [diakses pada tanggal 10 Desember 2007].

7. Sitohang NA. Asuhan keperawatan pada bayi berat lahir rendah. Medan : Universitas Sumatera Utara. 2004.

8. Subramanian KS. Low Birth Weight Infant. Avaliable from : http://www.eMedicine.com. Last Update : September 25,

2006. [diakses pada tanggal 11 Desember 2007].

Ditulis dalam Referat. Tag: Bayi Berat Lahir Rendah, BBLR.

Setiap pasangan suami-istri tentu mendambakan bayi mereka lahir normal, yaitu berat lahir antara 2.500-4.000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat.

Namun, ada kalanya keinginan tersebut tidak terwujud, misalnya bayi lahir kurang bulan atau bayi berat lahir rendah (BBLR). Kenyataan ini sebetulnya jangan menjadikan orang tua patah semangat, karena kemajuan teknologi kedokteran dan didukung kemauan keras orang tua yang memiliki BBLR, maka bayi itu dapat bertahan hidup.

Tulisan ini dimaksudkan untuk memberi informasi, edukasi kepada masyarakat awam dalam rangka. Hari Anak Nasional dan Ulang Tahun Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan menjadi dua bagian: pertama, BBL sangat rendah bila kahir berat lahir kurang dari 1.500 gram, dan kedua, BBLR bila berat lahir antara 1.501-2.499 gram

Penyebab BBLR sangatlah multifaktorial, antara lain asupan gizi ibu sangat kurang pada masa kehamilan, gangguan pertumbuhan dalam kandungan (janin tumbuh lambat), faktor plasenta, infeksi, kelainan rahim ibu, trauma, dan lainnya.

Pada saat persalinan, BBLR mempunyai risiko kurang menyenangka, yaitu asfiksia atau gagal untuk bernapas secara spontan dan teratur saat atau beberapa menit setelah lahir. Hal itu diakibatkan faktor paru yang belum matang. Risiko lainnya adalah hiportemia (suhu tubuh 6,5 167 C). Karena itu, perhatian dan pelayanan atau perawatan BBLR dimulai sejak lahir dan sebaiknya persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan dan dilakukan di puskesmas, rumah sakit, atau rumah sakit bersalin)

Perawatan BBLR

Prinsip penting dalam perawatan BBLR setelah lahir adalah mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, pemberian minum, dan pencegahan infeksi. Bayi dengan BBLR juga sangat rentan terjadinya hiportemia, karena tipisnya cadangan lemak di bawah kulit dan

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA.docx

masih belum matangnya pusat pengatur panas di otak. Untuk itu, BBLR harus selalu dijaga kehangatan tubuhnya.

Cara paling efektif mempertahankan suhu tubuh normal adalah sering memeluk dan menggendong bayi. Ada suatu cara yang disebut metode kangguru atau perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu didekap ibu atau orang lain dengan kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu atau pengasuhnya dengan cara selalu menggendongnya. Cara lain, bayi jangan segera dimandikan sebelum berusia enam jam sesudah lahir , bayi selalu diselimuti dan ditutup kepalanya, serta menggunakan lampu penghangat atau alat pemancar panas.

Minum sangat diperlukan BBLR, selain untuk pertumbuhan juga harus ada cadangan kalori untuk mengejar ketinggalan beratnya. Minuman utama dan pertama adalah air susu ibu (ASI) yang sudah tidak diragukan lagi keuntungan atau kelebihannya. Disarankan bayi menyusu ASI ibunya sendiri, terutama untuk bayi prematur. ASI ibu memang paling cocok untuknya, karena di dalamnya terkandung kalori dan protein tinggi serat elektrolit minimal.

Namun, refleks menghisap dan menelan BBLR biasanya  masih sangat lemah, untuk itu diperlukan  pemberian ASI peras yang disendokkan ke mulutnya atau bila sangat terpaksa dengan pipa lambung. Susu formula khusus BBLR bisa diberikan bila ASI tidak dapat diberikan karena berbagai sebab. Kekurangan minum pada BBLR akan mengakibatkan ikterus (bayi kuning)

BBLR sangat rentan terhadap terjadinya infeksi sesudah lahir. Karena itu, tangan harus dicuci bersih sebelum dan sesudah memegang bayi, segera membersihkan bayi bila kencing atau buang air besar, tidak mengizinkan menjenguk bayi bila sedang menderita sakit, terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan pemberian imunisasi sesuai dengan jadwal.

Untuk tumbuh, BBLR harus mendapat asupan nutrien berupa minuman mengandung karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin yang lebih dari bayi bukan BBLR. Penting dipertahikan agar zat tersebut betul-betul dapat digunakan hanya untuk tumbuh, tidak dipakai untuk melawan infeksi. Biasanya BBLR dapat mengejar ketinggalannya paling lambat dalam enam bulan pertama. Sumber IDAI.or.id