Tinjauan Pustaka Malaria Lapsus Kelopok 2
-
Upload
lalu-zulhirsan -
Category
Documents
-
view
19 -
download
3
description
Transcript of Tinjauan Pustaka Malaria Lapsus Kelopok 2
b. Malaria Berat
Penatalaksanaan malaria berat harus dapat dilakukan diagnosis dan tindakan secara cepat
dan tepat sebagai berikut :
Tindakan umum/perawatan
Pemberian obat anti malaria/transfusi tukar
Pemberian cairan/nutrisi
Penanganan terhadap gangguan fungsi organ
Tindakan perawatan umum pada malaria berat di ruang intensif :
Pertahankan fungsi vital : sirkulasi, respirasi, kebutuhan cairan dan nutrisi
Hindari trauma : dekubitus, jatuh dari tempat tidur
Monitoring : suhu tubuh, nadi, tensi, tiap setengah jam. Awasi ikterus dan
perdarahan
Posisi tidur sesuai kebutuhan
Perhatikan warna dan suhu kulit
Cegah hiperpireksi
Pemberian cairan : oral, sonde, infus
Diet porsi kecil dan sering, cukup kalori, karbohidrat dan garam
Perhatikan kebersihan rambut
Perhatikan diuresis dan defekasi, aseptik kateterisasi
Kebersihan kulit : mandikan tiap hari dan keringkan
Perawatan mata : hindarkan trauma, tutup dengan kain kasa lembab
Perawatan : hati-hati aspirasi, hisap lendir sesering mngkin, letakkan kepala
sedikit rendah, posisi diubah cukup sering, pemberian cairan dan obat harus hati-
hati
Pemberian obat anti malaria pada malaria berat
Pemberian obat malaria pada malaria berat berbeda dengan malaria biasa karena pada
malaria berat diperlukan daya membunuh parasit secara cepat dan bertahan cukup lama
di dalam darah untuk segera menurunkan derajat parasitemia. Oleh karenanya dipilih
pemakaian obat secara suntikan (intravena/perinfus, intramuskular yang berefek cepat
dan masih sensitif untuk membunuh parasit malaria).
1. Kina (kina HCl/kinin antipirin)
Kina merupakan obat anti malaria yang sangat efektif untuk semua jenis
plasmodium dan efektif sebagai skizontozid maupun gametosid. Dipilih sebagai
obat utama untuk malaria berat karena masih berefek kuat terhadap P. Falsiparum
yang resisten terhadap klorokuin dan dapat diberikan cepat per infus atau
intramuskular dan cukup aman. Cara pemberian kina dihidroklorida melalui infus,
dosis 10 mg/kgbb/kali dilarutkan dalam 100-200 ml infus garam fisiologis atau
cairan 2a atau dextrose 5%, dan diberikan selama 4 jam, 3 kali sehari selama pasien
belum sadar (maksimal 3 hari) kina dilanjutkan peroral hingga total IV + oral
selama 7 hari. Kalau tak dapat diberikan secara i.v., maka dapat diberikan secara
i.m. berupa kina HCl atau kina antipirin dengan pengenceran 4x lipat pada paha kiri
dan kanan.
2. Kinidin
Kinidin diberikan bila tidak tersedia kina, dengan cara pemberian sama dengan kina
tetapi dosisnya adalah 7,5 mg basa/kgbb/kali.
3. Derivat artemisin
Derivat artemisin merupakan obat baru dengan efektivitas tinggi terhadap strain
malaria yang multiresisten terhadap obat antimalaria.
a. Artesunat
Artesunat diberikan i.v. atau i.m. dengan dosis 2,4 mg/kgbb/kali selama 3 hari ;
untuk hari pertama diberi 2 dosis, dan selanjutnya diberi oral 2mg/kgbb/hari
sekali sehari sampai total 7 hari untuk seluruh pengobatan. Dapat
dikombinasikan dengan tetrasiklin/doksisiklin selama 7 hari untuk anak > 7
tahun atau dengan klindamisin 5 mg/kgbb selama 7 hari.
b. Artemeter
Artemeter dalam larutan minyak diberi i.m. dosis 1,6 mg.kgbb sekali sehari
selam 6 hari; untuk hari pertama diberi 2 dosis.
Pelaksanaan Tambahan pada Malaria Berat
1. Malaria serebral
Selain penatalaksanaan umum untuk malaria berat maka pada malaria serebral,
penatalaksanaan/pencegahan kejang sangat penting dilaksanakan dan dapat diberi :
a. Diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgbb atau 0,5-1 mg/kgbb rektal 5 mg
dengan dosis optimal 10 mg/kali dan dapat diulang tiap 5-15 menit
b. Paraldehid 0,1 mg/kgbb
c. Klormetiazol 0,8% diinfus samapai kejang berhenti
d. Fenitoin 5 mg/kgbb i.v. selama 20 menit
e. Fenobarbital i.m. 30-75 mg dilanjutkan oral 8 mg.kgbb/hari dibagi dalam
2 dosis, selama 2 hari dilanjutkan dengan dosis rumat 4 mg/kgbb/hari dibagi 2
dosis
2. Anemia Berat (Hb ≤ 5 g/dl)
Kebutuhan transfusi bukan hanya berdasarkan kadar hemoglobin saja tetapi harus
dilihat pula densitas parasitemia dan keadaan klinis. WHO menganjurkan kadar
hematokrit sebagai patokan anemia; kadar hematokrti 15% atau lebih rendah
merupakan indikasi pemberian transfusi darah (10 mg/kgbb packed red cells atau 20
mg/kgbb whole blood), disertai pemberian furosemid 1-2 mg/kgbb samapai maksimal
20 mg, dapat diberikan secara i.v., untuk mengurangi beban jantung. Jika tidak
tersedia pemeriksaan darah untuk HIV, lebih baik digunakan darah segar dari
keluarga karena ini dapat menurunkan resiko infeksi HIV.
3. Dehidrasi, Gangguan Asam Basa (Asidosis Metabolik) dan Gangguan Elektrolit
Lactic acidosis sering terjadi sebagai komplikasi malaria berat, ditandai dengan
peningkatan kadar asam laktat darah atau dalam likuor serebrospinal. Larutan garam
fisiologis isotonis atau glukosa 5% segera diberikan secara hati-hati dan awasi
tekanan darah. Di rumah sakit dengan fasilitas pediatri gawat darurat, dapat dipasang
central venous pressure (CVP) untuk mengetahui kebutuhan cairan lebih cermat.
Apabila telah tercapai rehidrasi, tetapi jumlah urin tetap < 1 ml/kgbb/jam maka dpat
diberikan furosemid 3 mg/kgbb (diberikan dalam waktu 15 menit). Untuk
memperbaiki oksigenasi, bersihkan jalan napas, beri oksigen 2-4 liter/menit, dan
apabila diperlukan dapat dipasang ventilator mekanik sebagai penunjang.
4. Hipoglikemia (gula darah ≤ 40 mg/dl)
Dala menghadapi malaria berat, terutama pada anak yang mengalami penurunan
kesadaran perlu diberikan glukosa rumatan untuk mencegah hipoglikemia yang
disebabkan karena anak tidak bisa makan. Diberikan larutan rumatanglukosa 5% atau
glukosa konsentrasi tinggi secara intermiten. Apabila terjadi hipoglikemia berikan
glukosa 20% (2-4 ml/kgbb) dilanjutkan dengan cairan rumatan glukosa 10% sambil
dilakukan pemeriksaan kadar gula darah berkala atau mempergunakan dextrostick.
Pemantauan glukosa darah harus terus menerus dilakukan bahkan setelah nampak
perbaikan, sebab hipoglikemia dapat berulang.
5. Gagal Ginjal
Pada semua penderita malaria berat sebaiknya kadar ureum dan kreatinin diperiksa 2-
3 kali/minggu. Apabila pemeriksaan ureum dan kreatinin serum tidak
memungkinkan, maka dapat dipakai cara sederhana dengan mengukur produksi urin.
Bila terjadi oligouri (produksi urin < 1 ml/kgbb/jam) yang disertai dengan tanda
klinis dehidrasi, maka beri cairan untuk rehidrasi dengan pengawasan yang ketat
untuk mencegah overload. Observasi tanda-tanda vital, balans cairan, pemeriksaan
auskultasi paru, jugular venous pressure (JVP) dan central venous pressure (CVP)
dipertahankan pada tekanan 0-5 cm H2O. Bila terjadi anuria, yaitu tidak ada produksi
urin dalam 8 jam, diberi fusrosemid 1 mg/kgbb/kali. Bila tidak ada respon dapat
diulang setelah 8 jam dengan dosis 3 mg/kgbb dan dapat diulang. Periksa kadar
kreatinin dan ureum serum karena mungkin telah terjadi GGA. Bila terjadi GGA
maka dilakukan dialisis. Bila GGA disertai overload maka pemberian cairan harus
dihentikan.
6. Edema Paru Akut
Anak ditidurkan setengah duduk, diberikan oksigen konsentrasi tinggi dan diuretik
intravena. Pemberian ventilator mekanik dapat dipertimbangkan bila terjadi gaga;
napas dan fasilitas memungkinkan. Apabila edema paru disebabkan oleh pemberian
cairan intravena yang berlebihan, segera hentikan pemberian cairan intravena, berikan
furosemid 1 mg.kgbb/kali dan diulangi bila perlu.
7. Kegagalan Sirkulasi (Algid Malaria)
Hipovolemia dikoreksi dengan pemberian cairan yang tepat. Rehidrasi dengan cairan
Ringer Laktat sebanyak 10-20 mg/kgbb secepatnya sampai nadi teraba. Bila nadi
belum teraba dalam 20 menit, ulangi loading dose. Bila sesudah 2 kali loading dose
nadi belum teraba, berikan loading dose dengan plasma expander 20 ml/kgbb
secepatnya. Bila syok belum teratasi, berikan dopamin 3-5 mcg/kgbb/menit.
Bila nadi sudah teraba, dilanjutkan dengan pemberian rehidrasi dengan cairan ringer
laktat sesuai dengan keadaan pasien. Periksa nadi, tekanan darah dan pernapasan
setiap 20 menit. Bila memungkinkan monitor dengan CVP, tekanan dipertahankan 5-
8 cm H2O. Kadar gula darah diperiksa periodik. Bila ada kecurigaan septikemia,
lalukan biakan darah dan uji sensitivitas dan segera berikan antibiotika spektrum luas.
8. Perdarahan (Kecenderungan Terjadi Perdarahan)
Biasanya terjadi akibat trombositopenia berat dengan manifestasi perdarahan pada
kulit berupa petekia, purpura, hematom atau perdarahan hidung, gusi, dan saluran
pencernaan. Pasien dapat diberi darah segar, fresh frozen plasma (berisi faktor
pembekuan), dan suspensi trombosit. Bila terdapat perpanjangan waktu protrombin
dan partial thromboplastin, dianjurkan pemberian vitamin K 10 mg perlahan-lahan.