TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · kimianya relatif sederhana dan tidak berbeda secara...

11
4 TINJAUAN PUSTAKA Zat Ekstraktif Ruang Lingkup dan Pemanfaatan Secara Umum Ekstraktif merupakan produk akhir dari proses metabolisme dalam pohon hidup. Istilah zat ekstraktif dalam arti sempit merupakan senyawa kimia yang terdapat di dalam sel-sel tumbuhan dan bukan merupakan penyusun utama dinding sel, yang dapat diekstraksi dengan menggunakan pelarut polar dan non polar (Fengel dan Wegener 1995). Ekstraktif dapat dibagi dalam dua kategori yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolit primer terdapat pada semua jenis tanaman, struktur kimianya relatif sederhana dan tidak berbeda secara taksonomi. Sedangkan metabolit sekunder terdapat pada tanaman tertentu saja, komposisinya lebih komplek daripada metabolit primer dan berbeda secara taksonomi. Metabolit sekunder dalam pohon meliputi berbagai senyawa, seperti flavonoid, terpena, fenol, alkaloid, sterol, lilin, lemak, tanin, gula, gum, suberin, asam resin, dan karotenoid. Konsentrasi metabolit ini bervariasi antar spesies, antar jaringan (konsentrasi tertinggi berada di kulit, kayu teras, akar, pangkal percabangan dan jaringan luka), antar pohon dalam spesies yang sama dan antar musim (Forestry Commision GIFNFC 2007). Menurut Sjostrom (1998), secara kimiawi ekstraktif kayu dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yaitu komponen-komponen alifatik (alkohol lemak, asam lemak, lemak, lilin, suberin), terpen dan terpenoid, dan fenolik (fenolik sederhana, lignan, stilben, flavonoid). Selain komponen tersebut, ekstraktif kayu juga terdiri dari komponen-komponen seperti cyclitol, tropolone, dan asam amino (Liu 2006), alkana, protein, monosakarida dan turunannya (Cole 2009). Meskipun ada kesamaan keberadaan ekstraktif kayu di dalam famili, ada perbedaan yang jelas dalam komposisi bahkan di antara spesies-spesies kayu yang sangat dekat. Zat ekstraktif ini menempati tempat-tempat morfologi tertentu dalam struktur pohon, seperti fenol dan terpenoid terdapat terutama di dalam kayu teras dan di dalam kulit (Sjostrom 1998).

Transcript of TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · kimianya relatif sederhana dan tidak berbeda secara...

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · kimianya relatif sederhana dan tidak berbeda secara taksonomi. Sedangkan metabolit sekunder terdapat pada tanaman tertentu saja, komposisinya

4

TINJAUAN PUSTAKA

Zat Ekstraktif

Ruang Lingkup dan Pemanfaatan Secara Umum

Ekstraktif merupakan produk akhir dari proses metabolisme dalam pohon

hidup. Istilah zat ekstraktif dalam arti sempit merupakan senyawa kimia yang

terdapat di dalam sel-sel tumbuhan dan bukan merupakan penyusun utama

dinding sel, yang dapat diekstraksi dengan menggunakan pelarut polar dan non

polar (Fengel dan Wegener 1995).

Ekstraktif dapat dibagi dalam dua kategori yaitu metabolit primer dan

metabolit sekunder. Metabolit primer terdapat pada semua jenis tanaman, struktur

kimianya relatif sederhana dan tidak berbeda secara taksonomi. Sedangkan

metabolit sekunder terdapat pada tanaman tertentu saja, komposisinya lebih

komplek daripada metabolit primer dan berbeda secara taksonomi. Metabolit

sekunder dalam pohon meliputi berbagai senyawa, seperti flavonoid, terpena,

fenol, alkaloid, sterol, lilin, lemak, tanin, gula, gum, suberin, asam resin, dan

karotenoid. Konsentrasi metabolit ini bervariasi antar spesies, antar jaringan

(konsentrasi tertinggi berada di kulit, kayu teras, akar, pangkal percabangan dan

jaringan luka), antar pohon dalam spesies yang sama dan antar musim (Forestry

Commision GIFNFC 2007).

Menurut Sjostrom (1998), secara kimiawi ekstraktif kayu dapat

digolongkan ke dalam tiga bagian, yaitu komponen-komponen alifatik (alkohol

lemak, asam lemak, lemak, lilin, suberin), terpen dan terpenoid, dan fenolik

(fenolik sederhana, lignan, stilben, flavonoid). Selain komponen tersebut,

ekstraktif kayu juga terdiri dari komponen-komponen seperti cyclitol, tropolone,

dan asam amino (Liu 2006), alkana, protein, monosakarida dan turunannya (Cole

2009).

Meskipun ada kesamaan keberadaan ekstraktif kayu di dalam famili, ada

perbedaan yang jelas dalam komposisi bahkan di antara spesies-spesies kayu yang

sangat dekat. Zat ekstraktif ini menempati tempat-tempat morfologi tertentu

dalam struktur pohon, seperti fenol dan terpenoid terdapat terutama di dalam kayu

teras dan di dalam kulit (Sjostrom 1998).

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · kimianya relatif sederhana dan tidak berbeda secara taksonomi. Sedangkan metabolit sekunder terdapat pada tanaman tertentu saja, komposisinya

5

Kulit merupakan lapisan luar kambium yang mengelilingi batang, cabang,

dan akar yang jumlahnya sekitar 10-15% dari berat pohon. Pada umumnya kulit

kayu lebih kaya kandungan zat ekstraktif baik dari segi kuantitas maupun

kompleksitasnya dibandingkan dengan kayu. Banyak konstituen yang terdapat

dalam kayu juga terdapat dalam kulit walaupun proporsinya berbeda. Ekstraktif

kulit dapat dibagi menjadi konstituen lipofil dan hidrofil. Kandungan total

keduanya dalam kulit biasanya lebih tinggi dibandingkan dalam kayu dan

bervariasi antara 20-40% berat kering kulit. Bagian lipofil terutama terdiri atas

lemak, lilin, terpenoid dan alkohol alifatik tinggi yang dapat diekstraksi dengan

pelarut-pelarut non polar, sedangkan bagian hidrofil mengandung sejumlah besar

konstituen fenol yang dapat diekstraksi hanya dengan air atau pelarut-pelarut

organik polar (Sjostrom 1998).

Ekstraktif tidak hanya penting untuk mengerti taksonomi dan biokimia

pohon-pohon, tetapi juga penting bila dikaitkan dengan aspek-aspek teknologi.

Beberapa diantaranya berfungsi sebagai cadangan energi, sebagai bagian dari

mekanisme sistem pertahanan pohon terhadap serangan mikroorganisme, berperan

terhadap sifat kayu seperti warna, bau, dan ketahanan terhadap pelapukan, sebagai

bahan dasar yang berharga untuk pembuatan bahan-bahan kimia organik,

misalnya untuk penyamak (indigo, sikonin), pemberi rasa (vanilin, kapsaicin),

pewangi (minyak esensial), stimulan (kafein, nikotin), halusinogen (morfin,

tetrahidrokanabinol), racun (strikniin), dan obat-obatan (kuinin, atropin) (Rowell

1984; Sjostrom 1995; Forestry Commission GIFNFC 2007).

Zat Ekstraktif Sebagai Obat

Senyawa-senyawa metabolit sekunder yang telah berhasil diisolasi, oleh

manusia selanjutnya didayagunakan sebagai bahan obat seperti morfin sebagai

obat nyeri, kuinin sebagai obat malaria, reserpin sebagai obat penyakit tekanan

darah tinggi, vinkristin serta vinblastin sebagai obat kanker, tanin dan haematein

sebagai obat diare dan disentri (Anonim 2008b), dan taxol dari pohon Pacific Yew,

Taxus brevifolia sebagai antikanker (Suwandi 2007). Jenis senyawa polifenol yang

penting adalah flavonoid yang secara pharmakologis memiliki sifat antioxidant.

Taxus simatrana selain mengandung taxol, juga mengandung senyawa flavonoid

yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. (Darmawan et al. 2006).

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · kimianya relatif sederhana dan tidak berbeda secara taksonomi. Sedangkan metabolit sekunder terdapat pada tanaman tertentu saja, komposisinya

6

Zat Ekstraktif Sebagai Antibakteri

Sejumlah senyawa aktif dari ekstraktif kulit kayu memiliki sifat antibakteri.

Hasil penelitian Sanches et al. (2005) terhadap ekstrak kulit batang Psidium

guajava mengunakan pelarut etanol dan air mengandung senyawa triterpene,

flavonoid dan sterol seta menunjukkan sifat antibakteri terhadap bakteri E.coli dan

P.aeruginosa. Bioassay dari ekstrak heksana dan etanol kulit kayu Terminalia

arjuna menunjukkan sifat antibakteri terhadap bakteri gram positif. Kelompok

senyawa yang terkandung dari ekstrak kulit kayu tersebut adalah triterpene (Singh

et al. 2008). Hasil penelitian Muslikhati et al. (1995) terhadap minyak atsiri kulit

kayu dan daun kayu manis Sumatra (Cinnamomum burmanni), ki lemo (Litsea

cubeba), dan kayu kamper (Cinnamomum camphora) terhadap 14 spesies bakteri

menunjukkan bahwa semua minyak atsiri yang diuji mempunyai aktivitas

antibakteri. Kulit kayu Cinnamomum burmanni mempunyai spektrum kerja yang

paling luas terhadap bakteri uji Bacillus subtilis, Serratia marcescens, Salmonella

typhi, Escherichia coli, Shigella dsentriae, Shigella flexneri, dan Klebsiella

pneumoniae. Ekstrak etanol dari kulit kayu Cryptomeria japonica D. Don

mengandung 6 senyawa dalam kelompok diterpenoid yang bersifat antibakteri

yaitu ferruginol, isopimaric acid, sugiol, sandaracopimarol, iguestol, isopimarol.

Ferruginol memiliki aktivitas antibakteri yang paling kuat terhadap E. faecalis, S.

epidermidis, and S. aureus (Li et al. 2007).

Beberapa senyawa aktif dari tanaman famili Euphorbiaceae memiliki

aktivitas antibakteri, antara lain senyawa triterpen pada Acalypha communis

(Gutierrez et al. 2002); tanin corilagin, geraniin dan gallic acid pada Phyllanthus

amarus (Kloucek et al. 2005), senyawa alkaloid, saponin dan tanin dari ekstrak

metanol kulit batang Tetracarpidium conophorum (Ajaiyeoba dan Fadare 2006) ,

dan senyawa phenol, flavonoid serta tanin pada Emblica officinalis (Nair dan

Chanda 2007).

Rambai (Baccaurea motleyana Muell. Arg.)

Klasifikasi dan Morfologi

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · kimianya relatif sederhana dan tidak berbeda secara taksonomi. Sedangkan metabolit sekunder terdapat pada tanaman tertentu saja, komposisinya

7

Rambai merupakan tanaman yang berbentuk pohon yang termasuk dalam

famili Euphorbiaceae, secara taksonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut

Secara taksonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Baccaurea

Spesies : Baccaurea motleyana (Muell. Arg.)

Pohon rambai tumbuh di Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan,

dan Halmahera (Gambar 1). Rambai tumbuh di hutan-hutan tropika dataran

rendah sampai pada ketinggian 500 m dpl. Pohon ini tumbuh baik pada tanah

aluvial di pinggir-pinggir sungai atau di daerah yang tersedia air serta di tempat-

tempat yang tanahnya merupakan tanah liat berpasir kuning.

Gambar 1. Peta penyebaran pohon rambai.

(sumber : Haegens R.M.A.P,2000)

Pohon rambai berumah dua dengan tajuk yang rendah, membulat dan rapat.

Akar tumbuhan ini memiliki bentuk perakaran yang tergolong dalam akar

tunggang. Tinggi pohon 8 – 15 meter dan diameter batang mencapai 40 cm,

bentuk batang bulat, permukaan tidak rata, pangkal batang di atas permukaan

tanah mempunyai banir (pipih dan pendek). Kulit batang tipis dan berwarna

jingga kecoklatan (Gambar 2).

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · kimianya relatif sederhana dan tidak berbeda secara taksonomi. Sedangkan metabolit sekunder terdapat pada tanaman tertentu saja, komposisinya

8

a b c

Gambar 2. Rambai (Baccaurea motleyana Muell. Arg.)

a. Pohon rambai

b. Kulit batang

c. Buah

Bentuk daun tanaman ini tergolong dalam daun tunggal, tata letak daun

berseling, tulang daun menyirip, tepi daun rata, permukaan daun bagian atas licin,

ujung daun runcing, warna permukaan daun bagian atas dan bagian bawah sama

hijau. Warna bunga kuning dan buah berwarna hijau setelah masak berwarna

putih (ada panu), permukaan buah licin, bakal buah beruang 1-3 (Tatang, et al.

2000). Pohonnya berbuah banyak yang menyerupai duku dengan kulit buah yang

tipis menutup tiga buah bijinya yang pahit, berwarna hijau dan dikelilingi daging

buah yang bening. Buahnya dapat dimakan mentah atau digodog (Hayne 1987).

Etnobotani Rambai

A. Pemanfaatan Pohon Rambai Sebagai Obat Mata

Secara tradisional kulit batang rambai dapat memulihkan infeksi atau

peradangan pada mata dan berbagai keluhan pada mata (Morton 1987; Tatang, et

al. 2000; Haegens 2000). Etnis Dayak dari beberapa kabupaten di Kalimantan

Barat yang telah lama memanfaatan rambai sebagai obat mata, antara lain dari

Kabupaten Pontianak, Sanggau, dan Kapuas Hulu. Pemanfaatan rambai sebagai

obat mata juga dilakukan oleh etnis Dayak di Sabah Malaysia (Haegens 2000).

Pemanfaatan kulit batang sebagai obat mata masih dapat dijumpai terutama oleh

warga yang tinggal di daerah pedalaman.

Pengetahuan tentang pengobatan tradisional dari kulit batang rambai ini

merupakan warisan nenek moyang. Dalam pemanfaatannya, pohon tua atau muda

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · kimianya relatif sederhana dan tidak berbeda secara taksonomi. Sedangkan metabolit sekunder terdapat pada tanaman tertentu saja, komposisinya

9

dapat dipakai, tetapi lebih berkhasiat apabila diambil dari pohon yang sudah tua

atau yang sudah berbuah. Bagian yang digunakan adalah kulit batang bagian

dalam. Cara pemanfaatannya adalah :

(1) Kulit batang yang baru dikupas dari pohon dikikis kulit luarnya untuk

mendapatkan kulit bagian dalam.

(2) Kulit batang bagian dalam dicuci dengan air hingga bersih.

(3) Kulit batang kemudian dimasukkan dalam kain bersih, ditumbuk dan diperas

untuk diambil airnya lalu diteteskan ke mata tiga kali dalam sehari dan

seterusnya sampai sembuh.

(4) Pengambilan kulit batang rambai dari pohonnya dilakukan kembali apabila

dalam dua hari penyakit belum sembuh benar.

Pemanfaatan yang dilakukan terhadap kulit batang rambai adalah dengan

cara memanen langsung dari hutan, ladang karet alam atau kebun. Setelah kulit

diambil dari batangnya, proses pembentukan kembali kulit batang bisa mencapai

3 sampai 5 bulan. Ini berarti tidak menyebabkan kerusakan pada pohon karena

proses pemulihan bisa berlangsung cepat dan kelestarian dari pohon rambai tetap

akan terjaga.

Selama ini kulit batang rambai diperoleh dengan cara memanen langsung

dari hutan atau kebun buah yang dimiliki oleh masyarakat. Umumnya pohon

rambai sudah ada dan tumbuh secara liar di hutan sekitar tempat tinggal.

Budidaya rambai belum menjadi bagian yang mengisi keseharian masyarakat.

Kegiatan budidaya belum banyak dilakukan karena masyarakat belum mengetahui

cara budidaya yang tepat.

B. Pemanfaatan Lain

Pemanfaatan lain dan utama dari pohon rambai adalah dengan

memanfaatkan buahnya untuk dikonsumsi. Bagian buah yang dikonsumsi adalah

daging buah dan kulit buahnya. Daging buah muda dapat dibuat sambal, buah

yang masak dapat langsung dikonsumsi dan kulit buahnya dapat dijadikan bumbu

terutama untuk memasak ikan (Tatang, et al. 2000).

Tanaman dari genus Baccaurea merupakan salah satu jenis komoditi

tanaman buah-buahan binaan Dirjen Hortikltura (Deptan 2006). Buahnya juga

dapat diawetkan menjadi selai dan asinan (Anonim 2008c, Morton 1987). Pohon

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · kimianya relatif sederhana dan tidak berbeda secara taksonomi. Sedangkan metabolit sekunder terdapat pada tanaman tertentu saja, komposisinya

10

rambai sering dimanfaatkan sebagai pohon pelindung atau peneduh, pohon

lanjaran uwi dan rotan (Purwanto 2007). Michon dan Foresta (1995) menyatakan

bahwa rambai menghasilkan kayu yang keras dan awet yang sama mutunya

dengan jenis meranti yang terbaik. Kayunya dipakai untuk tiang dan termasuk

kayu bakar yang baik (Hayne 1987).

Kearifan penggunaan pohon rambai di kalangan masyarakat Kalimantan

Barat masih terus terjaga. Masyarakat memanfaatan kayunya bila pohon sudah

tidak produktif lagi dalam menghasilkan buah. Penelitian terhadap sifat fisika

kayu rambai menunjukkan bahwa nilai kadar air kayu normal 12,57% dan

kerapatan kayu kering tanur 0,593 gr/cm3. Sifat mekanika kayu rambai

menunjukkan bahwa kayu rambai digolongkan dalam kelas kuat II-III sehingga

dapat digunakan untuk konstrusi ringan sampai sedang (Torambung dan Dayadi

2005). Masyarakat pedalaman Kalimantan Barat juga menggunakan kayunya

untuk mengobati keputihan.

Bakteri

Bakteri merupakan mikroorganisme prokariotik bersel tunggal dengan

dinding sel, umumnya berkembang biak dengan membelah diri dan tidak

mengandung struktur yang terbatasi membran di dalam sitoplasma. Diameter

sekitar 0,5-1,0um dan panjangnya 1,5-2,6µm. Spesies bakteri tertentu

menunjukkan adanya pola penataan sel seperti tunggal, berpasangan, gerombol,

rantai atau filamen (Pelczar dan Chan 1988).

Berdasarkan komposisi dinding sel, bakteri dibedakan menjadi bakteri

Gram positif dan Gram negatif. Bakteri Gram positif memiliki struktur dinding sel

terdiri atas lipid, peptidoglikan dan asam teikoat. Kandungan lipid pada bakteri

Gram positif antara 1 – 4%. Dinding sel Gram positif terdiri dari lapisan tunggal

peptidoglikan yang mencapai lebih dari 50% berat kering sel bakteri. Asam

teikoat sebagai bagian utama dinding sel yang hanya terdapat pada bakteri Gram

positif adalah polimer linear yang diturunkan baik dari gliserol fosfat maupun dari

ribitol fosfat. Bakteri Gram negatif memiliki struktur dinding sel berlapis tiga

dengan ketebalan yang tipis (10-15 nm). Komposisi dinding sel terdiri atas lipid

dan peptidoglikan yang berada dalam lapisan kaku sebelah dalam dengan jumlah

sekitar 10% dari berat kering sel bateri. Kandungan lipid pada bakteri Gram

Page 8: TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · kimianya relatif sederhana dan tidak berbeda secara taksonomi. Sedangkan metabolit sekunder terdapat pada tanaman tertentu saja, komposisinya

11

negatif cukup tinggi, yaitu 11-22% (Pelczar dan Chan 1988; Cummins 1990;

Williams et al. 1996).

Selain karena virus, debu atau bahan kimia, infeksi atau peradangan pada

mata bisa disebabkan oleh bakteri. Sebagian besar dari struktur mata, yaitu alis,

kelopak mata, dan bulu mata dikolonisasi oleh mikroba, tetapi faktor-faktor yang

bekerja pada bagian ini mirip dengan yang ada pada kulit atau rambut (Wilson

2005). Bakteri penyebab penyakit mata dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Jenis Penyakit Infeksi Mata oleh Bakteri

Jenis Penyakit Bakteri penyebab penyakit

Konjungtivita

Blepharitis

Keratitis

Endophthalmitis

Orbital cellulitis

Dacryocystitis

Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniane,

koagulasi-negatif staphylococci, Propionibacterium

spp.

S.aureus, koagulasi-negatif staphylococci

S.aureus, S.pneumoniane, Pseudomonas aeruginosa

S.aureus, S.epidermidis

S.aureus, S.pneumoniane

S.aureus,S.pneumoniane,koagulasi-negatif

Staphylococci

Sumber : Wilson (2005)

Penemuan bahan yang dapat membantu mengatasi kuman ini akan

memberikan sumbangan yang penting bagi upaya pemeliharaan kesehatan.

Penelitian tentang aktivitas antibakteri bunga teleng (Clitoria ternatea L) terhadap

bakteri penyebab konjungtivita menunjukkan bahwa filtrat bunga teleng memiliki

aktivitas hambat tumbuh terhadap bakteri uji Pseudomonas aeruginosa, Bacillus

subtitulis, Eschericia coli dan Staphylococcus aureus. Pada penelitian ini

dilakukan pengujian dengan menggunakan 3 bakteri uji yaitu Staphylococcus

aureus, Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa

Staphylococcus aureus termasuk famili Micrococcaceae dan merupakan

bakteri Gram positif, berbetuk kokus dengan diameter 0,7-0,9 µm, dapat hidup

secara aerob dan anaerob fakultatif, bersifat non motil dan tidak membentuk

spora. Bakteri ini sering ditemukan pada makanan berprotein tinggi seperti telur

dan sosis. S.aureus adalah kelompok bakteri dengan sel berbentuk bola

berpasangan atau tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur.

Koloninya memiliki pigmen yang relatif bervariasi mulai dari putih sampai

kuning keemasan. Mudah tumbuh dalam kebanyakan perbenihan bakteriologi

Page 9: TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · kimianya relatif sederhana dan tidak berbeda secara taksonomi. Sedangkan metabolit sekunder terdapat pada tanaman tertentu saja, komposisinya

12

dalam keadaan aerob atau mikroaerob, tumbuh optimum pada suhu 30-37oC, pada

pH optimum 7,0-7,5 dan tumbuh baik pada larutan NaCl 15%. Komponen dinding

selnya tersusun atas peptidoglikan, asam teikoat dan protein (Todar 2004).

Pseudomonas aeruginosa termasuk famili Pseudomonaceae dan termasuk

kelompok bakteri Gram negatif. Bakteri ini dapat hidup secara aerobik bersifat

patogen, dapat menimbulkan kebusukan pada makanan, dapat tumbuh subur pada

suhu 37oC, tidak tahan terhadap panas dan kondisi kering sehingga mudah

dibunuh dengan pemanasan dan pengeringan. Bakteri ini dapat tumbuh pada

perbenihan buatan, membentuk koloni bulat halus dengan fluoresensi kehijauan

dengan bau aromatik yang enak Bakteri ini hanya bersifat patogen dalam tubuh

bila masuk ke daerah pertahanan normalnya tidak ada atau berperan dalam infeksi

campuran. Salah satunya penyebab penyakit infeksi mata (Todar 2004). P.

aeruginosa adalah bakteri batang dengan diameter 0,5-1,0 µm dan panjang 1,5-4,0

µm. Bakteri ini bersifat motil dan mudah tumbuh pada media yang umum. Selain

itu bakteri ini tumbuh baik pada media nitrogen dengan bermacam-macam

senyawa karbon (Burcharan dan Ghibbons, 1974).

Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri Gram positif, koloninya

berbentuk bulat, menonjol membentuk pigmen berwarna putih, bergaris tengah

sekitar 0,5-1,5 um, satu-satu atau berpasangan, dinding sel mengandung dua

komponen utama peptidoglikan dari asam-asam tikoat. Metabolisme aerobik dan

anaerobik. Sebagian besar tumbuh pada NaCl 15% atau empedu 40%, peka

terhadap fenol dan derivatnya, senyawa yang mempunyai aktivitas permukaan

salisilanida, karbanilida, halogen (khlor dan yodium). Bakteri ini merupakan flora

normal pada kulit, kelenjar kulit dan selaput lendir.dan saluran pernapasan bagian

atas manusia. S.epidermidis memiliki sifat yg hampir sama dengan S.aureus,

karena selain tergolong bakteri Gram positif bakteri ini juga tidak bergerak dan

membentuk spora. Mudah tumbuh pada suhu 370C pada berbagai media

pembenihan bakteriologik dalam keadaan aerobik atau mikroaerobik. Bakteri ini

dapat menimbulkan penyakit bila habitatnya terganggu, misalnya terdapat luka

maka bakteri ini dapat masuk ke dalam aliran darah dan akan menyebabkan

infeksi pada daerah yang bukan habitatnya.

Page 10: TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · kimianya relatif sederhana dan tidak berbeda secara taksonomi. Sedangkan metabolit sekunder terdapat pada tanaman tertentu saja, komposisinya

13

Senyawa Antibakteri

Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi, menimbulkan penyakit, dan

merusak bahan pangan. Mikroorganisme dapat disingkirkan, dihambat, dan

dibunuh dengan cara fisik maupun kimia. Senyawa antimikrob adalah zat yang

dapat menghambat pertumbuhan mikrob dan dapat digunakan untuk kepentingan

pengobatan infeksi pada manusia, hewan dan tumbuhan. Antimikrob meliputi

antibakteri, antifungal, antiprotozoa, dan anti virus (Shunack et al, 1990). Anti

bakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan bahkan dapat mematikan

bakteri dengan cara mengganggu metabolismenya (PelcZar dan Chan, 1988).

Sifat antibakteri dapat berbeda satu sama lain, ada yang berspektrum luas

(broad spectrum) bila menghambat atau membunuh bakteri Gram positif dan

Gram negatif , berspektrum sempit (narrow spectrum) bila menghambat atau

membunuh Gram positif atau Gram negatif saja, dan berspektrum terbatas (limited

spectrum) jika efektif terhadap spesies bakteri tertentu (Djiwoseputro 1990).

Mekanisme kerja anti bakteri dapat terjadi melalui beberapa cara, yaitu

dengan merusak dan menghambat sintesis dinding sel, mengubah permeabilitas

sel, dan menghambat sintesis protein dan asam nukleat. Beberapa faktor dan

keadaan yang dapat mempengaruhi kerja antibakteri antara lain konsentrasi

antibakteri, spesies bakteri, jumlah bakteri, adanya bahan organik, pH lingkungan,

dan suhu (Pelczar dan Chan 1988).

Pengujian Aktivitas Antibakteri

Pengujian atau penetapan aktivitas antibakteri atau antibiotik secara invitro

menurut Wattimena (1991) dapat dikelompokkan menjadi metode difusi agar

menggunakan cakram, silinder atau cekungan sebagai tempat antibiotik dan

metode turbidimetri pada media cair (cara tabung). Pada metode difusi agar,

substansi mikroba diletakkan pada media agar yang telah diinokulasi dengan

bakteri uji sehingga antibakteri dalam media agar akan berdifusi dan akan

membentuk zona bening di sekitar substansi yaitu zona pertumbuhan yang

dihambat selama masa inkubasi. Penentuan aktivitas antibakteri juga dapat

dilakukan dengan menentukan konsentrasi terendah yang menghambat

pertumbuhan (Minimum Inhibitory Concentration) atau konsentrasi terendah yang

mematikan kuman (Minimum Lethal Concentration)

Page 11: TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · kimianya relatif sederhana dan tidak berbeda secara taksonomi. Sedangkan metabolit sekunder terdapat pada tanaman tertentu saja, komposisinya

14

Ekstrak akan menimbulkan gradien konsentrasi di dalam agar dan

membentuk penghambatan yang akan terlihat sebagai zona bening jika memiliki

sifat antimikroba. Batas dari zona bening adalah pada saat kekuatan ekstrak sudah

jauh berkurang sehingga tidak lagi menghambat pertumbuhan bakteri uji. Zona

bening yang terbentuk disebut juga diameter penghambatan. Diameter

penghambatan yang terbentuk dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

konsentrasi ekstrak, tingkat kelarutan ekstrak, dan kemampuan ekstrak untuk

berdifusi ke dalam agar (Prescott et al. 2003).

Penentuan daya antibakteri dapat dilakukan dengan menentukan adanya

daya hambat pertumbuhan bakteri atau dilanjutkan dengan menentukan potensi

daya hambat dengan membandingkan antibiotik atau dengan menentukan

koefisien fenol (Estuningtyas et al. 2007). Pada penelitian ini menggunakan

antibiotik kloramfenikol sebagai pembanding.

Gambar 3. Struktur kloramfenikol

Kloramfenikol mempunyai rumus kimia yang cukup sederhana yaitu 1-(p-

nitrofenil)-2-dikloroasetamido-1,3-propandiol. Antibiotik ini bersifat unik di

antara senyawa alam karena adanya gugus nitrobenzen dan antibiotik ini

merupakan turunan asam dikloroasetat (Connors 1992). Kloramfenikol bekerja

dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Kloramfenikol menghambat

enzim peptidil transferase yang berperan sebagai katalisator untuk membentuk

ikatan-ikatan peptida pada proses sintesis protein kuman. Kloramfenikol

menghambat sintesa protein pada ribosom 50S bakteri dengan cara mengganggu

transfer asam amino pada bakteri.