identifikasi metabolit sekunder

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belimbing sayur, belimbing wuluh, belimbing buluh, atau belimbing asam adalah sejenis pohon kecil yang diperkirakan berasal dari Kepulauan Maluku, dan dikembangbiakkan serta tumbuh bebas di Indonesia, Filipina, Sri Lanka, dan Myanmar. Tumbuhan ini biasa ditanam di pekarangan untuk diambil buahnya. Buahnya yang memiliki rasa asam sering digunakan sebagai bumbu masakan dan campuran ramuan jamu. Tanaman belimbing wuluh Averrhoa bilimbi (Linn.) merupakan salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat alami. Daun belimbing wuluh mempunyai aktivitas farmakologi yaitu untuk menghilangkan rasa nyeri dan sebagai antiinflamasi. Tanaman belimbing wuluh memiliki kandungan kimia yaitu : kalium oksalat, flavonoid, pektin, tanin, asam galat dan asam ferulat. Kandungan kimia alami yang terdapat pada daun belimbing wuluh yang diduga memiliki aktivitas antiinflamasi adalah flavonoid dan saponin. Penelitian pada beberapa tanaman, diketahui flavonoid mempunyai aktivitas antiinflamasi karena 1

Transcript of identifikasi metabolit sekunder

Page 1: identifikasi metabolit sekunder

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belimbing sayur, belimbing wuluh, belimbing buluh, atau belimbing asam

adalah sejenis pohon kecil yang diperkirakan berasal dari Kepulauan Maluku, dan

dikembangbiakkan serta tumbuh bebas di Indonesia, Filipina, Sri Lanka, dan

Myanmar. Tumbuhan ini biasa ditanam di pekarangan untuk diambil buahnya.

Buahnya yang memiliki rasa asam sering digunakan sebagai bumbu masakan dan

campuran ramuan jamu.

Tanaman belimbing wuluh Averrhoa bilimbi (Linn.) merupakan salah satu

tanaman yang digunakan sebagai obat alami. Daun belimbing wuluh mempunyai

aktivitas farmakologi yaitu untuk menghilangkan rasa nyeri dan sebagai

antiinflamasi. Tanaman belimbing wuluh memiliki kandungan kimia yaitu :

kalium oksalat, flavonoid, pektin, tanin, asam galat dan asam ferulat. Kandungan

kimia alami yang terdapat pada daun belimbing wuluh yang diduga memiliki

aktivitas antiinflamasi adalah flavonoid dan saponin.

Penelitian pada beberapa tanaman, diketahui flavonoid mempunyai

aktivitas antiinflamasi karena dapat menghambat beberapa enzim seperti aldose

reduktase, xanthine oxidase, phosphodiesterase, Ca2+ A Tpase, lipooxygenase

dan cyclooxygenase (Narayana et al., 2001). Flavonoid bentuk aglikon bersifat

non-polar dan bentuk glikosidanya bersifat polar. Untuk menyari flavonoid dapat

digunakan pelarut air maupun etanol 70%.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui jenis-jenis

senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam belimbing wuluh dan cara

mengidentifikasinya.

1

Page 2: identifikasi metabolit sekunder

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belimbing wuluh (Avverhoa bilimbi)

Belimbing wuluh (Avverhoa bilimbi) adalah tanaman asli Amerika yang

tumbuh subur di darah yang banyak mendapat sinar matahari langsung tetapi

cukup kelembaban udaranya. Belimbing Wuluh merupakan tumbuhan berbatang

keras yang memiliki ketinggian mencapai 11 m. Biasanya ditanam di tempat yang

cukup mendapatkan sinar matahari. Batangnya keras dan tidak bercabang banyak.

Buahnya berwarna hijau muda, berbentuk lonjong sebesar ibu jari dan rasanya

asam. Buahnya sering dipakai oleh ibu-ibu untuk memasak sehingga sering

disebut juga belimbing sayur ataupun untuk membersihkan noda kain, kuningan

dan tembaga. Daunnya yang kecil berhadap-hadapan. Bunganya berbentuk

bintang dan berwarna merah muda keunguan (AsianBrain.com).

Belimbing wuluh merupakan p ohon tahunan dengan tinggi dapat mencapai

5-10 m. Batang utamanya pendek dan cabangnya rendah. Batangnya

bergelombang (tidak rata). Daunnya majemuk, berselang-seling, panjang 30-60

cm dan berkelompok di ujung cabang. Pada setiap daun terdapat 11 to 37 anak

daun yang berselang-seling atau setengah berpasangan. Anak daun berbentuk oval

2

Page 3: identifikasi metabolit sekunder

Gambar 2.1.1 Belimbing wuluh

Bunganya kecil, muncul langsung dari batang dengan tangkai bunga berambut.

Mahkota bunga lima, berwarna putih, kuning atau lila. Buahnya elips hingga

seperti torpedo, panjangnya 4-10cm. Warna buah ketika muda hijau, dengan sisa

kelopak bunga menempel di ujungnya. Jika buah masak berwarna kuning atau

kuning pucat. Daging buahnya berair dan sangat asam (bervariasi hingga manis

sebetulnya). Kulit buah berkilap dan tipis. Bijinya kecil (6mm), berbentuk pipih,

dan berwarna coklat, serta tertutup lendir (Wikipedia.com).

2.2 Terpenoid

Terpena merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan

oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada getah dan vakuola selnya. Pada

tumbuhan, senyawa-senyawa golongan terpena dan modifikasinya, terpenoid,

merupakan metabolit sekunder. Terpena dan terpenoid dihasilkan pula oleh

sejumlah hewan, terutama serangga dan beberapa hewan laut. Di samping

sebagain metabolit sekunder, terpena merupakan kerangka pemyusun sejumlah

senyawa penting bagi makhluk hidup. Sebagai contoh, senyawa-senyawa steroid

adalah turunan skualena, suatu triterpena; juga karoten dan retinol. Nama

“terpena” (terpene) diambil dari produk getah tusam, terpentin (turpentine).

Terpena dan terpenoid menyusun banyak minyak atsiri yang dihasilkan oleh

tumbuhan. Kandungan minyak atsiri mempengaruhi penggunaan produk rempah-

rempah, baik sebagai bumbu, sebagai wewangian, serta sebagai bahan

pengobatan, kesehatan, dan penyerta upacara-upacara ritual. Nama-nama umum

senyawa golongan ini seringkali diambil dari nama (nama latin) tumbuhan yang

menjadi sumbernya ketika pertama kali diidentifikasi. Sebagai missal adalah

citral, diambil dari minyak yang diambil dari jeruk (Citrus). Contoh lain adalah

eugenol, diambil dari minyak yang dihasilkan oleh cengkeh (Eugenia aromatic)

(Akihisa, dkk, 1992).

3

Page 4: identifikasi metabolit sekunder

2.3 Steroid

Hormon steroid berasal dari kolesterol dan berstruktur inti

perhidrosiklopentanolfenantren yang terbagi atas tiga cincin sikloheksana.

Senyawa steroid terdapat pada hewan, tanaman tingkat tinggi bahkan terdapat

pula pada beberapa tanaman tingkat rendah seperti jamur (fungi). Steroid banyak

terdapat di alam tetapi dalam jumlah yang terbatas dan mempunyai aktivitas

biologis, yang mempunyai karakteristik tertentu yaitu seperti 1) substitusi oksigen

pada atom C-3 yang merupakan sifat khas steroid alam 2) subsitusi gugus metil

angular pada atom C-10 dan C-13 yang dikenal dengan atom C-18 dan C-19,

kecuali pada senyawa steroid dengan cincin A berbentuk benzenoid, seperti pada

kelompok esterogen. Mendengar kata steroid, anabolic steroid, obat perangsang

meningkatnya metabolisme hormonal tubuh manusia sehingga menjadi lebih kuat.

Baik yang terdapat di tumbuhan maupun di hewan, merupakan hormon yang larut

dalam lemak, dan mempunyai struktur basa tetrasiklo (Mahato, and Kundu, 1994).

Steroid adalah senyawa turunan lemak dari terpenoid yang tidak

terhidrolisis. Steroid merupakan kelompok senyawa yang penting dengan struktur

dasar sterana tak jenuh (bahasa Inggris: saturated tetracyclic hydrocarbon : 1,2-

cyclopentanoperhydrophenanthrene) dengan 17 atom karbon dan 4 cincin.[2]

Senyawa yang termasuk turunan steroid, misalnya kolesterol, ergosterol,

progesteron, dan estrogen. Pada umumnya steroid berfungsi sebagai hormon.

Steroid mempunyai struktur dasar yang terdiri dari 17 atom karbon yang

membentuk tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana. Perbedaan jenis

steroid yang satu dengan steroid yang lain terletak pada gugus fungsional yang

diikat oleh ke-empat cincin ini dan tahap oksidasi tiap-tiap cincin.

2.4 Saponin

4

Page 5: identifikasi metabolit sekunder

Saponin merupakaan senyawa glikosida kompleks dengan berat molekul

tinggi yang dihasilkan terutama oleh tanaman, hewan laut tingkat rendah dan

beberapa bakteri. Istilah saponin diturunkan dari bahasa Latin ‘SAPO’ yang

berarti sabun, diambil dari kata SAPONARIA VACCARIA, suatu tanaman yang

mengandung saponin digunakan sebagai sabun untuk mencuci. Saponin larut

dalam air tetapi tidak larut dalam eter (Chen, 1998).

Saponin mengandung gugus gula terutama glukosa, galaktosa, xylosa,

rhamnosa atau methilpentosa yang berikatan dengan suatu aglikon hidrofobik

(SAPOGENIN) berupa triterpenoid, steroid atau steroid alkaloid. Aglikon dapat

mengandung satu atau lebih ikatan C-C tak jenuh. Rantai oligosakarida umumnya

terikat pada posisi C3 (MONODESMOSIDIC), tetapi beberapa saponin

mempunyai gugus gula tambahan pada C26 atau C28 (BIDESMOSIDIC).

Struktur saponin yang sangat kompleks terjadi akibat bervariasinya struktur

aglikon, sifat dasar rantai dan posisi penempelan gugus gula pada aglikon

(Jenkins, 1994).

Steroid saponin tersusun atas inti steroid dengan molekul karbohidrat.

Hidrolisis steroid saponin akan memberikan aglikon yang dikenal sebagai

sarsaponin. Beberapa contoh steroid saponin adalah Asparagosides,

Avenocosides, Disogenin, Ecdysterone, Tigogenin. Saponin triterpenoid tersusun

atas suatu triterpen dengan molekul karbohidrat. Hidrolisis saponin triterpenoid

akan memberikan aglikon yang dikenal sebagai sapogenin. Tipe saponin ini

merupakan derivat dari β- amyrine. Beberapa contoh saponin triterpenoid adalah

Asiaticoside Bacoside Cyclamin, Glychyrhizin, Panaxadiol and panaxatriol

( Francis et al, 2002).

Sifat-Sifat Saponin :

Berasa pahit.

Berbusa dalam air.

Mempunyai sifat detergen yang baik.

5

Page 6: identifikasi metabolit sekunder

Beracun bagi binatang berdarah dingin.

Mempunyai aktivitas haemolisis, merusak sel darah merah.

Tidak beracun bagi binatang berdarah panas.

Mempunyai sifat anti eksudatif.

Mempunyai sifat anti inflamatori

Saponin terdapat pada berbagai spesies tanaman, baik tanaman liar

maupun tanaman budidaya. Pada tanaman budidaya, saponin triterpenoid

merupakan jenis yang utama, sedangkan saponin steroid umum terdapat pada

tanaman yang digunakan sebagai tanaman obat. Saponin triterpenoid selain

ditemukan pada beberapa kacang-kacangan seperti kedelai, buncis, kacang

polong, lucerne, juga pada teh, bayam, bgula bit, bunga matahari dan ginseng.

Saponin steroid ditemukan pada oat, capsicum pepper, aubergine, biji tomat,

asparagus, umbi rambat, yucca dan ginseng. Beberapa factor seperti umur

fisiologis, kondisi agronomi dan lingkungan dapat mempengaruhi kandungan

saponin dalam tanaman. Tanaman muda dalam suatu spesies mempunyai

kandungan saponin lebih tinggi dibanding dengan tananam dewasa. Langkah-

langkah biosintesis saponin belum dapat dijelaskan sampai tingkat molekuler.

Saponin triterpenoid, seperti sterol disintesis dari asam mevalonik melalui jalur

isoprenoid (Potter et al. 1993).

6

Page 7: identifikasi metabolit sekunder

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini telah dilakukan pada :

Tanggal : 08 Juni 2010

Tempat : Laboratorium Kelautan dan Perikanan

Waktu : 10.00 WIB – selesai

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah :

Tabel 3.2.1 Alat dan Bahan

Alat Jumlah

Bola hisap 1 buah

Pipet volume 1 buah

Pipet tetes 4 buah

Cawan porselin 1 buah

Gelas kimia 3 buah

Tabung reaksi 6 buah

Rak tabung 1 buah

Bahan Jumlah

Daun belimbing secukupnya

Methanol 2 mL

Etil etanoat 2 mL

7

Page 8: identifikasi metabolit sekunder

Pereaksi Libermann - Bourchard 5 tetes

Pereaksi Dragendorff 1 mL

Pereaksi Meyer 1 mL

Asam asetat 20 mL

Asam sulfat 1 mL

HCL 2 mL

KI 6 gr

Pita Mg 1 lempeng

3.3 Cara Kerja

a. Persiapan pereaksi

Pereaksi Libermann – Boucharrd

Dibuat dari campuran 1 mL asam sulfat pekat dan 20 mL asetat anhidrat.

Pereaksi Dragendorff

a. Dibuat dari 0,6 Bi(NO3)2 dalam 2 mL HCL pekat dan 10 mL aquadest.

b. 6 gram KI dalam 10 mL aquadest, a dan b dicampur dengan 7 mL

HCL pekat dan 15 mL aquadest lalu diaduk homogen.

Pereaksi Meyer

Dibuat dari 1,35 gram raksa (II) klorida dan 5 gram KI dilarutkan dalam

30 mL aquadest kemudian ditambahkan air hingga 100 mL.

b. Persiapan Ekstrak

1-2 gram daun belimbing digerus

Ditambahkan 2 mL methanol diaduk ± 2 menit

Diekstrak dan dievaporasi

Ditambahkan 2 mL etil etanoat

8

Page 9: identifikasi metabolit sekunder

c. Uji Steroid dan terpenoid

2-3 tetes ekstrak ditambahkan 5 tetes Libermann-Bourchard

Diaduk dan diamati perubahan yang terjadi

d. Uji Alkaloid

Dengan Pereaksi Dragendorff

2-3 tetes ekstrak ditambahkan 1 mL pereaksi Dragendorff

Diaduk dan diamati perubahan yang terjadi

Dengan Pereaksi Meyer

2-3 tetes ekstrak ditambahkan 1 mL pereaksi Meyer

Diaduk dan diamati perubahan yang terjadi

e. Uji flavonoid

2 mL ekstrak methanol ditambahkan pita Mg

Ditambahkan 2 mL HCL pekat dan diamati perubahan yang terjadi

f. Uji saponin

2 mL ekstrak methanol dikocok kuat hingga berbusa

9

Page 10: identifikasi metabolit sekunder

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Pengamatan

N

o.Uji Hasil

1. Persiapan Ekstrak

1-2 g daun belimbing (digerus) + 2 mL

methanol

Daun belimbing (diekstrak dan di

evaporasi) + 2 mL etil etanoat

Ekstrak berwarna

hijau

Ekstrak berwarna

hijau pekat

2. Uji Steroid Dan Terpenoid

10

Page 11: identifikasi metabolit sekunder

20 mL asam asetat + 1 mL asam sulfat

2-3 tetes ekstrak + 5 tetes Liebermann-

Bourchard

Larutan

berwarna bening

Larutan

berwarna hijau dan

mengeluarkan bau yang

menyengat.

3. Uji Alkaloid

2-3 tetes ekstrak + 1 mL Dragendorrf

2-3 tetes ekstrak + 1 mL Meyer

Larutan

berwarna orange dan

terdapat endapan merah

bata.

Larutan

berwarna hijau

4. Uji Flavonoid

11

Page 12: identifikasi metabolit sekunder

2 mL ekstrak methanol + pita Mg

+ 2 mL HCL pekat

Larutan bening

Negative, tidak

ada endapan merah bata

5. Uji Saponin

2 mL ekstrak methanol (dikocok) Larutan

berwarna hijau dan

terdapat sedikit busa

4.2. Pembahasan

Banyak tanaman di Indonesia ini yang sebenarnya dapat memberikan

banyak manfaat, namun belum dibudidayakan secara khusus. Salah satu

diantaranya adalah belimbing wuluh (Averrhoa Bilimbi Linn) yang merupakan

family dari Oxalidaceae Buahnya yang asam membuat belimbing wuluh kerap

digunakan sebagai bahan campuran dalam berbagai masakan tradisional.

Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) memang memiliki rasa yang khas dan

memberikan aroma tertentu pada masakan. Manfaat belimbing wuluh ternyata tak

hanya sebatas itu. Tanaman ini memiliki berbagai khasiat obat yang bisa sangat

membantu. Selain sebagai obat batuk, belimbing wuluh juga bisa digunakan

sebagai obat pegal linu, gondongan, rematik, sariawan, jerawat, panu, darah

12

Page 13: identifikasi metabolit sekunder

tinggi, dan sakit gigi. Tanaman ini dikenal dengan nama daerah limeng, selemeng,

baliembieng, blingbing buloh, limbi, limbi, tukurela, dan malibi.

Tinggi pohon belimbing wuluh bisa mencapai 10 meter. Pemeliharaan

tanaman ini cukup mudah. Yang terpenting, ditanam di tempat terbuka,

kelembaban tanah selalu dijaga, dan pohon diberi cukup air. Tanaman ini

memiliki berbagai kandungan kimia, antara lain saponin, tanin, glukosid, kalsium

oksalat, sulfur, asam format, peroksida, dan kalium sitrat. Dalam farmakologi

Cina tanaman ini dikenal bisa menghilangkan rasa sakit, memperbanyak

pengeluaran empedu, antiradang, dan peluruh kencing.

Beberapa manfaat belimbing wuluh bila dcampur dengan herbal dan yang

lainnya adalah sebagai berikut :

1. Gusi berdarah

2. Jerawat

3. Tekanan darah tinggi

4. Obat kompres pada sakit gondongan.

5. Obat batuk

6. Diabetes

7. Gondongan

Bagian yang digunakan utnuk mengobati penyakit:

Bunga : Batuk dan sariawan (stomatitis)

Daun : Perut sakit, gondongan (Parotitis), rematik.

Buah : Batuk rejan.Gusi berdarah, sariawan.Sakit gigi berlubang,

jerawat, panu, tekanan darah tinggi, kelumpuhan, memperbaiki fungsi

pencernaan, radang rektum.

Pada praktikum ini, penulis ingin melihat kandungan dari daun belimbing

wuluh ini apakah dapat dijadikan suatu alternative obat bagi beberapa penyakit.

1. Persiapan Ekstrak

13

Page 14: identifikasi metabolit sekunder

Pada persiapan ekstrak ini, daun belimbing yang telah digerus ditetesi

dengan 2 mL methanol dan di evaporasi kembali lalu ditetesi dengan 2 mL etil

etanoat. Ekstrak berwarna hijau pekat dan sedikit kental.

2. Uji Steroid dan Terpenoid

Terpenoid merupakan bentuk senyawa dengan keragaman struktur yang

besar dalam produk alami yang diturunkan dan unit isoprena (C5) yang

bergandengan dalam model kepala ke ekor (head-to-tail), sedangkan unit isoprena

diturunkan dari metabolisme asam asetat oleh jalur asam mevalonat (mevalonic

acid : MVA). Steroid adalah senyawa turunan lemak dari terpenoid yang tidak

terhidrolisis. Steroid merupakan kelompok senyawa yang penting dengan struktur

dasar sterana tak jenuh (saturated tetracyclic hydrocarbon : 1,2-

cyclopentanoperhydrophenanthrene) dengan 17 atom karbon dan 4 cincin.

Pada uji ini, 20 mL asam asetat anhidrat ditambahkan dengan 1 mL asam

sulfat pekat sehingga menghasilkan larutan berwarna kuning. Lalu larutan tersebut

di tambahkan dengan 5 tetes Liebermann-Bourchard yang menghasilkan larutan

berwarna hijau dan mengeluarkan bau yang sangat menyengat. Hal ini

dikarenakan terpenoid mengandung senyawa aromatic dan pada pengujian dengan

Liebermann-Bourchard positif bila larutan berwarna hijau.

3. Uji Alkaloid

Pereaksi dragendroof dibuat dari 0,6 Bi(NO3)3 dalam 2 mL HCL pekat dan

10 mL aquades. Lalu sebanyak 6 gram KI dalam 10 mL aquades, dicampur

larutan pertama dengan larutan kedua dan lalu dicampur 7 mL HCL pekat dan 15

mL aquades lalu diaduk homogen. Pereaksi Meyer dibuat dari 1,35 gram raksa

(II) klorida dan 5 gram KI dilarutkan dalam 30 mL aquades kemudian

ditambahkan air hingga 100 mL. Kemudian sebanyak 2-3 tetes ekstrak daun

belimbing wuluh di tambahkan dengan 1 mL pereaksi Dragendorrf yang

kemudian menghasilkan larutan berwarna orange dan endapan merah bata.

Kemudian ekstrak ditambahkan dengan 1 mL pereaksi Meyer dan terjadi

14

Page 15: identifikasi metabolit sekunder

perubahan warna menjadi hijau pudar. Perubahan warna ini mengindikasikan

bahwa dalam daun belimbing wuluh tersebut mengandung alkaloid.

4. Uji Flavonoid

Sebanyak 2 mL ekstrak methanol ditambahkan pita Mg. Kemudian

ditambahkan 2 mL HCL pekat. Namun tidak terjadi perubahan warna dan

endapan merah bata. Hal ini mengindikasikan bahwa hasil negative, bukan positif.

5. Uji Saponin

Sebanyak 2 mL ekstrak methanol dikocok hingga berbusa. Dalam tabung reaksi

tampak bahwa terdapat sedikit busa ketika dikocok. Busa ini mengindikasikan

adanya saponin.

15

Page 16: identifikasi metabolit sekunder

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa :

Belimbing wuluh memiliki banyak manfaat bagi kehidupan.

Uji steroid, alkaloid, terpenoid, saponin pada daun belimbing

menunjukkan hasil positif .

Uji flavonoid menunjukkan hasil negatif.

16

Page 17: identifikasi metabolit sekunder

DAFTAR PUSTAKA

Akihisa, T., Yamamota, K., Tamura, T., Kimura, Y., Iida, T., Nambara, T. and

Chang, F.C. 1992. Triterpenoid ketones from Lingnania chungii

McClure:arborinone, friedelin and glutinone, Chem. Pharm. Bull., 40(3):

789-791.

Chen, J.C., M.X. Xu, L.D. Chen, Y.N. Chen and T.H. Chiu. 1998. Effect of Panax

notoginseng saponins on sperm motility and progression in vitro.

PHYTOMEDICINE 5:289-292.

Francis, G., Z. Kerem, H.P.S. Makkar and K. Becker. 2002. The Biological action

of saponins in animal system: review. BRITISH JOURNAL OF

NUTRITION 88:587-605.

Jenkins, P.G. and A.S. Atwal. 1994. Effect of dietary saponin on fecal bile acids

and neutral sterol, and availability of vitamins A and E in the chick.

JOURNAL OF NUTRITIONAL BIOCHEMISTRY 5:134-138.

Mahato, S.B. and Kundu, A. 1994. 13C NMR spectra of pentacyclic triterpenoids

- A compilation and some salient features, Phytochemistry 37(6): 1517-

1575.

Potter, S.M., R. Jimenez-Flores, J. Pollack, T.A. Lone and M.D. Berber-Jimenez.

1993. Protein saponin interaction and its influence on blood lipids.

JOURNAL OF AGRICULTURAL AND FOOD CHEMISTRY 41:1287-

1291.

17

Page 18: identifikasi metabolit sekunder

18