TINJAUAN PUSTAKA hsp
-
Upload
missbasoonies -
Category
Documents
-
view
228 -
download
0
Transcript of TINJAUAN PUSTAKA hsp
-
7/27/2019 TINJAUAN PUSTAKA hsp
1/9
11
HENOCH-SCHONLEIN PURPURA
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISIAdalah sindrom klinis yang disebabkan oleh vaskulitis pembuluh darah kecil sistemik yang
ditandai dengan lesi spesifik berupa purpura nontrombositopenik, artritis atauatralgia, nyeri
abdomen atau perdarahan gastrointestinalis, dan kadang kadang nefritis atau
hematuria(1,2,3)
Nama lain penyakit ini adalah purpura anafilaktoid, purpura alergik dan vaskulitis
alergik.(1)
II. EPIDEMIOLOGIPenyakit ini terutama terdapat pada anak umur 2- 15 tahun (usia anak sekolah) dengan
puncaknya pada umur 4 7 tahun. Terdapat lebih banyak pada anak laki- laki dibanding anak
perempuan (1,5 : 1).(1,3)
III. ETIOLOGI
Sampai sekarang penyebab penyakit ini belum diketahui. Diduga beberapa faktor memegangperanan, antara lain faktor genetik, infeksi traktus respiratorius bagian atas,makanan, gigitan
serangga, paparan terhadap dingin, imunisasi ( vaksin varisela, rubella,rubeolla, hepatitis A dan
B, paratifoid A dan B, tifoid, kolera) dan obat obatan(ampisillin, eritromisin, kina, penisilin,
quinidin, quinin).(1,3,4,5)
Infeksi bisa berasal dari bakteri (spesies Haemophilus, Mycoplasma,
Parainfluenzae, Legionella, Yersinia,Shigella dan Salmonella) ataupun virus (adenovirus,
varisela,parvovirus, virus Epstein-Barr). Vaskulitis juga dapat berkembang setelah terapi
antireumatik, termasuk penggunan metotreksat dan agen anti TNF (Tumor Necrosis Factor
).(1)Namun, IgA jelas mempunyai peranan penting, ditandai dengan peningkatan konsentrasi IgA
serum,kompleks imun dan deposit IgA di dinding pembuluh darah dan mesangium renal.(1,3)
HSP
adalah suatu kelainan yang hampir selalu terkait dengan kelainan pada IgA1 daripada IgA2.(3)
Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan HSP antara lain:(3)
-
7/27/2019 TINJAUAN PUSTAKA hsp
2/9
12
Infeksi :- Mononukleosis
- Infeksi parvovirus B19 - Infeksi Streptokokus grup A
- Infeksi Yersinia - Sirosis karena Hepatitis-C
- Hepatitis - Infeksi Mikoplasma
- Infeksi Shigella - Virus Epstein-Barr
- Infeksi Salmonella - Infeksi viral Varizella-zoster
- Enteritis Campylobacter
Vaksin : - Tifoid - Kolera
- Campak - Demam kuning
Alergen - Obat (ampisillin, eritromisin, penisilin, kuinidin, kuinin)
- Makanan- Gigitan serangga- Paparan terhadap dingin
Penyakit idiopatik : Glomerulocystic kidney disease
IV. PATOFISIOLOGIDari biopsi lesi pada kulit atau ginjal, diketahui adanya deposit kompleks imun yang
mengandung IgA. Diketahui pula adanya aktivasi komplemen jalur alternatif. Deposit
kompleks imun dan aktivasi komplemen dapat mengakibatkan terjadinya aktivasi mediator
inflamasi.
Termasuk prostaglandin vaskular seperti prostasiklin, sehingga terjadi inflamasi pada pembuluh
darah kecil di kulit, ginjal, sendi dan abdomen dan terjadi purpura di kulit,nefritis, artritis dan
perdarahan gastrointestinalis.(1,3)
Beberapa faktor imunologis juga diduga berperan dalam
patogenesis PHS, seperti perubahan produksi interleukin dan faktor pertumbuhan yang berperan
dalammediator inflamasi.(1)
-
7/27/2019 TINJAUAN PUSTAKA hsp
3/9
13
TNF, IL1 dan IL6 bisa memediasi proses inflamasi pada HSP.Meningkatnya kadar faktor pertum
buhan hepatosit selama fase akut HSP dapatmenunjukkan adanya kemungkinan kerusakan atau d
isfungsi sel endotel.(1,3)
Meningkatnya faktor pertumbuhan endotel vaskuler dapat setidaknya menginduksi
sebagian perubahan ini. Sitokin dianggap terlibat dalam patogenesis HSP, dan endotelin(ET),
yang merupakan hormon vasokonstriktor yang diproduksi oleh sel endotelial, juga
dianggap turut berperan. Kadar ET-1 jauh lebih besar pada fase akut penyakit inidibanding pada
fase remisi.(1,3)
Namun tingginya kadar ET-1 tidak memiliki hubungan dengan tingkat morbiditas,
keparahan penyakit, atau respon reaktan fase akut.(3)
V. MANIFESTASI KLINISHSP biasanya muncul dengan trias berupa ruam purpura pada ekstremitas bawah,nyeri abdomen
atau kelainan ginjal dan artritis. Namun trias tidak selalu ada, sehingga seringkali mengarahkan
kepada diagnosis yang tidak tepat.(5)
Gejala klinis mulamula berupa ruam makula eritomatosa
pada kulit ekstremitas bawah yang simetris yang berlanjut menjadi palpable purpura tanpa
adanya trombositopenia. Ruam awalnya terbatas pada kulit maleolus tapi biasanya kemudian
akan meluas ke permukaan dorsal kaki, bokong dan lengan bagian luar. Dalam 12 24 jam
makula akan berubah menjadi lesi purpura yang berwarna merah gelap dan memiliki diameter
0,5 2 cm. Lesi dapat menyatu menjadi plak yang lebih besar yang menyerupai echimosis
yang kemudian dapat mengalami ulserasi.(1,3)
Purpura terutama terdapat pada kulit yang sering terkena tekanan (pressure-bearing
surfaces). Kelainan kulit ini ditemukan pada 100% kasus dan merupakan 50% keluhan
penderita pada waktu berobat. Kelainan kulit dapat pula ditemukan pada wajah dan tubuh.
Kelainan pada kulit dapat disertai rasa gatal. Pada bentuk yang tidak klasik, kelainan kulit yang
ada dapat berupa vesikel hingga menyerupai eritema multiform. Kelainan akut pada kulit ini
dapat berlangsung beberapa minggu dan menghilang, tetapi dapat pula rekuren. Edema skrotum
juga dapat terjadi dan gejalanya mirip dengan torsio testis. Gejala prodromal dapat terdiri dari
demam dengan suhu tidak lebih dari 38C, nyeri kepala dan anoreksia.(1,2,3,4)
-
7/27/2019 TINJAUAN PUSTAKA hsp
4/9
14
Pada anak berumur kurang dari 2 tahun, gambaran klinis bisa didominasi oleh edema kulit
kepala, periorbital, tangan dan kaki. Gambaran ini disebut AHEI (Acute Hemorrhagic Edema of
Infancy).(3)
Selain purpura, ditemukan pula gejala artralgia dan artritis yang cenderung bersifat
migran dan mengenai sendi besar ekstremitas bawah seperti lutut dan pergelangan kaki, namun
dapat pula mengenai pergelangan tangan, siku dan persendian di jari tangan.(1,2,3,4,5)
Kelainan ini timbul lebih dulu (12 hari) dari kelainan kulit. Sendi yang terkena dapat menjadi
bengkak, nyeri dan sakit bila digerakkan, biasanya tanpa efusi, kemerahan atau pun panas.
Kelainan teutama periartrikular dan bersifat sementara, dapat pula rekuren pada masa penyakit
aktif tetapi tidak menimbulkan deformitas menetap.(1,3)
Pada penyakit ini dapat ditemukan
adanya gangguan abdominal berupa nyeri abdomen atau perdarahan gastrointestinalis.(1,3)
Keluhan abdomen biasanya timbul setelah timbul kelainan pada kulit (1 4 minggu setelah
onset). Organ yang paling sering terlibat adalah duodenum dan usus halus.(3)
Nyeri abdomen
dapat berupa kolik abdomen yang berat, lokasi di periumbilikal dan disertai mual, muntah,
bahkan muntah darah dan kadang kadang terdapat perforasi usus dan intususepsi ileoileal
lebih sering terjadidibanding ileokolonal.(1,2)
Intususepsi atau perforasi disebabkan oleh vaskulitis dindingusus yang menyebabkan
edema dan perdarahan submukosa dan intramural.(1,3)
Kadangdapat juga terjadi infark usus yang
disertai perforasi maupun tidak.(3)
Selain itu dapat juga ditemukan kelainan ginjal, meliputi hematuria, proteinuria
(40mg/m2/jam) atau nefritis.(1,3)
Penyakit pada ginjal juga biasanya muncul 1 bulan setelah onset ruam kulit. Adanya
kelainan kulit yang persisten sampai 2 3 bulan, biasanya berhubungan dengan nefropati atau
penyakit ginjalyang berat. Resiko nefritis meningkat pada usia di atas 7
tahun,lesipurpurapersisten,keluhan abdomen yang berat dana penurunan aktivitas faktor XIII. G
angguan ginjalbiasanya ringan, meskipun beberapa ada yang menjadi kronik.(1)
Seringkali deraja
t keparahan nefritis tidak berhubungan dengan parahnya gejala HSP yang lain(3)
Pada pasien HSPdapat timbul adanya oedem. Oedem ini tidak bergantung pada
derajat proteinuria namun lebih pada derajat vaskulitis yang terjadi. Namun oedem tersebut
memang dihubungkan dengan kejadian proteinuria pada pasien.(3)
-
7/27/2019 TINJAUAN PUSTAKA hsp
5/9
15
Kadang kadang HSP dapat disertai dengan gejala gejala gangguan sistem saraf pusat,
terutama sakit kepala. Pada HSP dapat ditemukan adanya vaskulitis serebral. Pada beberapa kasus
langka, HSP diduga dapat menyebabkan gangguan serius seperti kejang, paresis atau koma.
Gejalagejala gangguan neurologis lain yang dapat muncul antara
lain perubahan tingkat kesadaran, apatis, somnolen, hiperaktivitas, iritabilitas, ketidak stabilan
emosi, kejang (parsial, parsial kompleks, umum, status epileptikus), dan defisit neurologis
fokal (afasia, ataxia, korea, hemiparesis, paraparesis, kuadraparesis. Dapat juga terjadi
poliradikuloneuropati (sindroma Guillain-Barr) dan mononeuropati (nervus fasialis, femoralis,
ulnaris).(3)
Hati dan kandung empedu juga bisa terlibat dengan gejala hepatomegali, hidropskandung
empedu, kolesistitis. Semua ini bisa menyebabkan keluhan nyeri abdomen pada pasien.
Apendisitis akut juga pernah dilaporkan terjadi pada pasien HSP.(3)
Gejala - gejala lain yang pernah dilaporkan tetapi jarang terjadi antara lain vaskulitis
miokardia, vaskulitis paru yang menyebabkan perdarahan paru bilateral, ureteritis
stenosis, oedem penis, orkitis, priapisme, perdarahan intrakranial, hematomasubperiosteal orbital
bilateral, hematoma adrenal dan pankreatitis akut.(3)
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan laboratorium tidak terlihat adanya kelainan spesifik. Jumlah trombosit
normal atau meningkat, membedakan purpura yang disebabkan oleh trombositopenia.(1,2,3,5)
Dapat terjadi leukositosis moderat dan anemia normokromik, biasanya berhubungan dengan
perdarahan gastrointestinal. Biasanya juga terdapat eosinofilia. Laju endap darah dapat
meningkat maupun normal.(1,2,3)
Kadar komplemen seperti C1q, C3 dan C4 dapat normal maupun
menurun. Pemeriksaan kadar IgA dalam darah mungkin meningkat, demikian pula limfosit yang
mengandung IgA.(1,3)
Analisis urin dapat menunjukkan hematuria, proteinuria maupun penurunan kreatinin
klirens menandakan mulai adanya kerusakan ginjal atau karena dehidrasi, demikian pula
padafeses dapat ditemukan darah.(1,2,3)
Pemeriksaan ANA dan RF biasanya negatif, faktor VIIdan
XIII dapat menurun.(3)
-
7/27/2019 TINJAUAN PUSTAKA hsp
6/9
16
Biopsi lesi kulit menunjukkan adanya vaskulitis leukositoklastik.(1,5)
Imunofluorosensi
menunjukkan adanya deposit IgA dan komplemen pada dinding pembuluh darah.(1)
Pada pemeriksaan radiologi dapat ditemukan penurunan motilitas usus yang ditandai
dengan pelebaran lumen usus ataupun intususepsi melalui pemeriksaan barium.(1,3)
Terkadang
pemeriksaan barium juga dapat mengkoreksi intususepsi tersebut.(3)
VII. DIAGNOSISDiagnosis lebih banyak ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang spesifik daripada
dengan bantuan pemeriksaan penunjang. Gejala yang dapat mengarahkan kepada diagnosis HSP
yaitu ruam purpurik pada kulit terutama di bokong dan ekstremitas bagian bawah dengan satu
atau lebih gejala berikut: nyeri abdomen atau perdarahan gastrointestinalis, artralgia atau artritis,
dan hematuria atau nefritis.(1,2,3,4,5)
Kriteria Definisi
Purpura non trombositopenia (palpable
purpura)
Lesi kulit hemoragik yang dapat
diraba,terdapat elevasi kulit, tidak
berhubungan dengan trombositopenia
Usia onset 20 tahun Onset gejala pertama onset 20 tahun
Gejala abdominal / gangguan saluran
cerna (Bowel angina)
Nyeri abdominal difus, memberatsetelah
makan atau diagnosis iskemiausus,
biasanya termasuk BAB berdarah
Granulosit dinding pada biopsi Perubahan histologi menunjukkan
granulosit pada dinding arteriol atau
venula
-
7/27/2019 TINJAUAN PUSTAKA hsp
7/9
17
Untuk kepentingan klasifikasi, pasien dikatakan mempunyai HSP bila memenuhi
setidaknya 2 dari kriteria yang ada. Tabel diambil dari Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak 2007.
Diferensial diagnosis dari HSP berdasarkan gejala yang dapat timbul antara lain akut abdomen,
meningitis akibat meningokokus, SLE, endokarditis bakterial, ITP, demam reumatik,Rocky
mountain spotted fever, reaksi alergi obatobatan, nefropati IgA, artritisreumatoid.(2,3,4,5)
VIII. PENGOBATANTidak ada pengobatan definitif pada penderita HSP. Pengobatan adalah suportif
dansimtomatis, meliputi pemeliharaan hidrasi, nutrisi, keseimbangan elektrolit dan
mengatasinyeri dengan analgesik.(1,2,5)
Untuk keluhan artritis ringan dan demam dapat digunakan
OAINS seperti ibuprofen.(1,2,5)
Dosis ibuprofen yang dapat diberikan adalah 10mg/kgBB/6 jam.(2)
Edema dapat diatasi dengan elevasi tungkai. Selama ada keluhan muntah dan nyeri perut,
diet diberikan dalam bentuk makanan lunak. Penggunaan asam asetil salisilat harus dihindarkan,
karena dapat menyebabkan gangguan fungsi trombosit yaitu petekie dan perdarahan saluran
cerna. Bila ada gejala abdomen akut, dilakukan operasi. Bila terdapat kelainan ginjal progresif
dapat diberi kortikosteroid yang dikombinasi dengan imunosupresan. Metilprednisolon IV dapat
mencegah perburukan penyakit ginjal bila diberikan secara dini.(1)
Dosis yang dapat digunakan adalah metilprednisolon 250 750mg/hr IV selama 3 7
hari dikombinasi dengan siklofosfamid 100 200 mg/hr untuk fase akut HSP yang berat.
Dilanjutkan dengan pemberian kortikosteroid (prednison 100 200 mg oral) selang sehari dan
siklofosfamid 100 200 mg/hr selama 30 75 harisebelum akhirnya siklofosfamid dihentikan
langsung dan tappering-off steroid hingga 6 bulan.(1,3)
Terapi prednison dapat diberikan dengan dosis 1 2 mg/kgBB/hr secara oral, terbagi
dalam 3 4 dosis selama 5 7 hari. Kortikosteroid diberikan dalam keadaan penyakit dengan
gejala sangat berat, artritis, manifestasi vaskulitis pada SSP, paru dan testis, nyeri abdomen berat,
perdarahan saluran cerna, edema dan sindrom nefrotik persisten. Pemberian dini pada fase akut
dapat mencegah perdarahan, obstruksi, intususepsi dan perforasi saluran cerna.(1)
-
7/27/2019 TINJAUAN PUSTAKA hsp
8/9
18
IX. PROGNOSISPada umumnya prognosis adalah baik, dapat sembuh secara spontan dalam beberapahari
atau minggu (biasanya dalam 4 minggu setelah onset). Rekurensi dapat terjadi pada50% kasus.
Pada beberapa kasus terjadi nefritis kronik, bahkan sampai menderita gagal ginjal. Bila
manifestasi awalnya berupa kelainan ginjal yang berat, maka perlu dilakukan pemantauan fungsi
ginjal setiap 6 bulan hingga 2 tahun pasca sakit.(1,2,3,5)
Penyulit yang dapat terjadi antara lain perdarahan saluran cerna, obstruksi, intususepsi,
perforasi, gagal ginjal akut dan gangguan neurologi. Penyulit pada saluran cerna, ginjal dan
neurologi pada fase akut dapat menimbulkan kematian, walaupun hal ini jarang terjadi.(1)
Prognosis buruk ditandai dengan penyakit ginjal dalam 3 minggu setelah onset,
eksaserbasi yang dikaitkan dengan nefropati, penurunan aktivitas faktor XIII, hipertensi,adanya
gagal ginjal dan pada biopsi ginjal ditemukan badan kresens pada glomeruli,infiltrasi makrofag
dan penyakit tubulointerstisial.(1)
-
7/27/2019 TINJAUAN PUSTAKA hsp
9/9
19
DAFTAR PUSTAKA
1.Matondang CS, Roma J. Purpura Henoch-Schonlein. Dalam: Akip AAP, Munazir Z,Kurniati
N, penyunting. Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak. Edisi ke-2. Jakarta: IkatanDokter Anak
Indonesia, 2007;373-7.
2.Bossart P .Henoch-Schnlein Purpura. eMedicine, 2005. Diakses
dariwww.emdecine.com/emerg/topic845.htmDiakses tanggal 2 Juni 2009.
3.Scheinfeld NS. Henoch-Schnlein Purpura. eMedicine, 2008. Diakses
dariwww.emedicine.medscape.com/article/984105-overviewDiakses tanggal 2 Juni 2009.
4.DAlessandro DM. Is It Really Henoch-Schnlein Purpura. Pediatric Education,2009. Diakses
darihttp://www.pediatriceducation.org/2009/02/Diakses tanggal 2 Juni2009
5.Kraft DM, McKee D, Scott C. Henoch-Schnlein Purpura: A Review. American Family
Physician, 1998.Diakses darihttp://www.aafp.org/afp/980800ap/kraft.html Diakses tanggal 2
Juni 2009