Tinjauan Pustaka DBD Edit

25
DEMAM BERDARAH DENGUE A. Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan lenjatan yang dapat menyebabkan kematian. Dengue merupakan suatu infeksi arbovirus (arthopot- borne virus) akut, di tularkan oleh nyamuk spesies aedes. B. Etiologi Virus Dengue serotype 1,2,3, dan 4 yang di tularkan oleh vector Aedes aegypti, nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis, dan beberapa spesies lain yang merupakan vector yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype lain. C. Patofisiologi Virus Dengue dibawa oleh nyamuk Ae. Aegypti dan Ae. Albopictus sebagai vektor ke tubuh manusia melalui tusukan nyamuk tersebut. Namun tidak semua orang yang terkena gigitan nyamuk tersebut dapat terserang penyakit DBD. Apabila terdapat kekebalan yang cukup dalam tubuh manusia tersebut maka tidak akan terserang sakit, meskipun dalam darahnya terdapat virus tersebut.

Transcript of Tinjauan Pustaka DBD Edit

Page 1: Tinjauan Pustaka DBD Edit

DEMAM BERDARAH DENGUE

A. Definisi

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam akut dengan ciri-ciri demam

manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan lenjatan yang dapat

menyebabkan kematian. Dengue merupakan suatu infeksi arbovirus (arthopot-

borne virus) akut, di tularkan oleh nyamuk spesies aedes.

B. Etiologi

Virus Dengue serotype 1,2,3, dan 4 yang di tularkan oleh vector Aedes

aegypti, nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis, dan beberapa spesies lain

yang merupakan vector yang kurang berperan.

Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup

terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype

lain.

C. Patofisiologi

Virus Dengue dibawa oleh nyamuk Ae. Aegypti dan Ae. Albopictus sebagai

vektor ke tubuh manusia melalui tusukan nyamuk tersebut. Namun tidak semua

orang yang terkena gigitan nyamuk tersebut dapat terserang penyakit DBD. Apabila

terdapat kekebalan yang cukup dalam tubuh manusia tersebut maka tidak akan

terserang sakit, meskipun dalam darahnya terdapat virus tersebut. Sebaliknya pada

orang yang tidak mempunyai kekeblan akan mengalami demam yang ringan bahkan

sakit berat, yaitu demam tinggi yang disertai perdarahan bahkan syok, tergantung

dari tingkat kekebalan yang dimilikinya. Infeksi yang pertama kali mungkin

memberikan gejala sebagai Demam Dengue dan menimbulkan antibodi terhadap

serotipe tersebut tetapi tidak untuk serotipe yang lain. Apabila orang itu mendapat

infeksi ulang oleh tipe virus yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang berbeda

dan lebih berat.

Patogenesis DBD dan SSD masih merupakan masalah kontroversial. Teori

yang banyak dianut pada DBD adalah teori hipotesis infeksi sekunder (secondary

Page 2: Tinjauan Pustaka DBD Edit

heterogenous infection theory) dan teori hipotesis immune enhancement. Teori

tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa manusia yang mengalami infeksi

yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog punya risiko berat

yang lebih besar untuk menderita DBD berat. antibodi heterolog yang sudah ada

sebelumnya akan mengenali virus lain yang menginfeksi. Membentuk kompleks

antigen-antibodi. Kompleks tersebut berikatan dengan Fc reseptor membran sel

leukosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak

dinetralisirkan oleh tubuh, maka bebas bereplikasi dalam sel makrofag.

Teori lain yaitu Antibody Dependent Enhancement (ADE) menyatakan bahwa

suatu proses akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue dalam

mononuklear sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut. Terjadi sekresi

mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas

pembuluh darah sehingga mengakibatkan keadaan-keadaan seperti hipovolemia dan

syok.

Berdasarkan teori secondary heterolog infection bahwa akibat infeksi sekunder oleh

tipe virus dengue yang berlainan pada seorang pasien, respon antibodi amnestik

yang terjadi dalam beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi

limfosit yang menghasilkan titer tinggi antibodi If G anti dengue, terbentuk kompleks

virus antigen-antibodi. Dampak dari kompleks tersebut adalah :

1. Sistem komplemen C3 dan C5 akan teraktivasi yang berakibat dilepaskannya

anafilaktosin C3a dan C5a, hal ini menyebabkan meningkatknya permeabilitas

dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma dari intravaskuler ke

ekstravaskuler, yang ditandai dengan peningkatan kadar hematokrit,

penurunan natrium, an terdapat caira dalam rongga serosa (efusi pleura,

ascites)

2. Timbulnya agregasi trombosit yang akan melepaskan ADP dan menglami

perubahan. Agregasi trombosit menyebabkan terjadinya trombositopenia,

koagulopati konsumtif (KID) dan gangguan fungsi trombosit.

3. Aktivasi faktor Hageman (XII) dengan akibat terjadinya pembekuan

intravaskuler yang luas dalam hal ini plasminogen akan menjadi plasmin yang

berperan dalam pembentukan anafilaktosin dan penghancuran fibrin

sehingga terbentuk FDP.

Page 3: Tinjauan Pustaka DBD Edit

Fenomena patofisiologi yang menentukan berat penyakit dan membedakan DD

dengan DBD adalah kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas vaskuler

yang berakibat berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi,

hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Adanya kebocoran plasma dibuktikan dengan

adanya cairan dalam rongga serosa seperti peritoneum, pleura dan pericardium.

Syok hipovolemia dapat berakibat anoksia jaringan, asidosis metabolik,

kematian. Sebab lain kematian pada DBD adalah perdarahan hebat yang timbul

setelah renjatan berlangsung lama dan tidak teratasi.

Page 4: Tinjauan Pustaka DBD Edit

D. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik virus Dengue sangat bervariasi tergantung daya tahan

tubuh dan virulensi itu sendiri. Mulai dari tanpa gejala (asimptomatik), demam

ringan tidak spesifik (undifferential fever), demam dengue, demam berdarah dengue

dan sindrom syok dengue (SSD).

A. Demam denue (DD) dapat dijumpai keadaan berikut :

- Demam tinggi tiba-tiba (>39oC), menetap 2-7 hari, kadang bersifat bifasik.

- Muka kemerahan (flushing face)

- Nyeri seluruh tubuh : nyeri kepala, nyeri belakang mata terutama bila

digerakan, nyeri otot, nyeri tulang, nyeri sendi dan nyeri perut.

- Mual, muntah, tidak nafsu makan.

- Timbul ruam merah halus samapi petektae.

- Labolatorium terdapat leukopeni hingga trombositopenia.

Namun demam dengue yang disertai pendarahan harus dibedakan dengan DBD.

Pada penderita demam dengue tidak ada tanda-tanda kebocoran plasma.

Demam ini hanya berlangsung sekitar lima hari. Pada saat demamnya berakhir,

sering kali dalam bentuk turun mendadak (lysis), dan disertai dengan berkeringat

banyak. Saat itu anak tampak agak loyo. Kadang-kadang dikenal istilah demam

biphasik, yaitu demam yang berlangsung selama beberapa hari itu sempat turun

di tengahnya menjadi normal kemudian naik lagi dan baru turun lagi saat

penderita sembuh (gambaran kurva panas sebagai punggung unta).

Gejala panas pada penderita infeksi virus dengue akan segera disusul dengan

timbulnya keluhan nyeri pada seluruh tubuh. Pada umumnya yang dikeluhkan

adalah nyeri otot, nyeri sendi, nyeri punggung, dan nyeri pada bola mata yang

semakin meningkat apabila digerakkan. Karena adanya gejala nyeri ini, di

kalangan masyarakat awam ada istilah flu tulang. Dengan sembuhnya penderita

gejala-gejala nyeri pada seluruh tubuh ini juga akan hilang.

Ruam yang terjadi pada infeksi virus dengue ini dapat timbul pada saat awal

panas yang berupa flushing, yaitu berupa kemerahan pada daerah muka, leher,

dan dada.Ruam timbul 5-12 jam sebelum naiknya suhu pertama kali, yaitu pada

Page 5: Tinjauan Pustaka DBD Edit

hari ketiga sampai hari kelima dan biasanya berlangsung selama 3-4 hari. Ruam

bersifat mukopululer dan menghilang pada tekanan. Ruam mula-mula dilihat di

dada, tubuh serta abdomen, dan menyebar ke anggota gerak dan muka.

B. Demam Berdarah Dengue

Kasus DHF ditandai oleh 4 manifestasi klinis, yaitu demam tinggi, perdarahan,

terutama perdarahan kulit, hepatomegali dan kegagalan peredaran darah.

Perbedaan DD dengan DBD terletak pada patofisiologi penyakit tersebut, dimana

pada DBD terdapat kelainan homeostatis dan pembesaran plasma yang

dibuktikan dengan adanya trombositopenia dan peningkatan hematokrit.

Kriteria diagnosa DBD menurut WHO 1997 :

a. Klinis

- Demam tinggi tiba-tiba selama 2-7 hari, tanpa sebab jelas

- Terdapat manifestasi pendarahan berupa : uji tourniquet +, petekiae,

ekimosis, purpura, pendarahan mukosa, epitaksis, pendarahan gusi,

hematemesis dan atau melena.

- Pembesaran hati (hepatomegali)

- Renjatan yang ditandai oleh nadi lemah, cepat disertai tekanan nadi

menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang ), tekanan darah menurun

(tekanan sistole menurun sampai 80 mmHg atau kurang ) disertai kulit

yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki,

penderita menjadi gelisah, timbul sianosis sekitar mulut.

b. Laboratoris

- trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3

- hemokonsentrasi, peningkatan hematokrit > 20 %

Manifestasi perdarahan yang paling sering ditemukan pada DHF ialah

perdarahan kulit, uji torniquet positif, memar dan perdarahan pada tempat

pengambilan darah vena. Petekie halus yang tersebar di anggota gerak, muka,

aksila sering ditemukan pada masa dini demam. Epistaksis dan perdarahan gusi

lebih jarang dijumpai sedangkan perdarahan saluran pencernaan lebih jarang lagi.

Hati yang membesar pada umumnya dapat diraba pada permulaan penyakit dan

Page 6: Tinjauan Pustaka DBD Edit

pembesaran hati ini tidak sejajar dengan permulaan penyakit. Nyeri tekan sering

kali ditemukan tanpa adanya ikterus. Fase penyembuhan ditandai dengan suhu

yang menurun dan hilangnya gejala klinis.

Diagnosis ditegakkan dengan dua kriteria klinis dan satu kriteria laboratoris.

Adanya efusi pleura dan atau hipoalbuminemia memperkuat diagnosis.

Menurut WHO 1997, DBD dibagi menjadi 4 derajat, yaitu :

I. Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan

adalah uji tourniquet positif.

II. Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.

III. Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan dalam, tekanan nadi

menurun < 20 mmHg, hipotensi, sianosis sekitar mulut, kulit dingin dan

lembab, tampak gelisah.

IV. Syok berat, nadi tidak dapat diraba, tekanan darah tidak dapat diukur.

Yang membedakan DHF dengan dengue fever adalah adanya manifestasi

gejala klinis sebagai akibat adanya bentuk reaksi 3 pada tubuh manusia terhadap

virus dengue, yaitu berupa keluarnya plasma (cairan) darah dari dalam pembuluh

darah keluar dan masuk ke dalam rongga perut dan rongga selaput paru.

Yang penting bagi masyarakat awam adalah dapat mengetahui atau

mendeteksi kapan seorang penderita DHF mulai mengalami keluarnya plasma

darah dari dalam pembuluh darah. Keluarnya plasma darah ini apabila ada

Page 7: Tinjauan Pustaka DBD Edit

biasanya terjadi pada hari sakit ke-3 sampai dengan hari ke-6. Biasanya didahului

oleh penurunan panas badan penderita, yang sering kali terjadi secara mendadak

(lysis) dan diikuti oleh keadaan anak yang tampak loyo, dan pada perabaan akan

didapatkan ujung-ujung tangan/kaki dingin serta nadi yang kecil dan cepat.

Banyak ditemui kasus dengan kondisi demikian, tampak suhu tubuh penderita

dirasakan normal mengira kalau putranya sembuh dari sakit. Kondisi tersebut

mengakibatkan orangtua tidak segera membawa putra mereka ke fasilitas

kesehatan terdekat. Pada keadaan ini penderita sudah dalam keadaan terlambat

sehingga kurang optimal untuk diselamatkan dari penyakitnya.

Bentuk-bentuk perdarahan spontan yang dapat terjadi pada penderita demam

dengue dapat berupa perdarahan kecil-kecil di kulit (petechiae), perdarahan agak

besar di kulit (echimosis), perdarahan gusi, perdarahan hidung dan kadang-

kadang dapat terjadi perdarahan yang masif yang dapat berakhir pada kematian.

C. SINDROM SYOK DENGUE (SSD)

Biasanya terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun, biasanya antara hari

ke-3 sampai ke-7.

Gelisah yang timbul sesuai dengan keadaan syok :

- Pasien tampak gelisah

- Akral dingin dan pucat, kulit lembab

- Hipotensi, penurunan tekanan nadi (<20 mmHg), nadi cepat dan lemah.

E. Pemeriksaan Penunjang

a. Darah

Pada DBD umumnya di jumpai trombositopenia dan

hemokonsentrasi. Uji tourniquet yang positif merupakan pemeriksaan yang

penting. Masa pembekuan masih dalam batas normal, tetapi masa

pendarahan biasanya memanjang. Pada analisis kuantitatif ditemukan

penurunan faktor-faktor II, V, VII, IX, dan X. Pada pemeriksaan kimia darah

tampak hipopoteinemia, hiponatremia serta hipokloremia. SGOT, SGPT,

ureum dan pH darah mungkin meningkat sedangkan reserve alkali rendah.

Page 8: Tinjauan Pustaka DBD Edit

b. Isolasi Virus dengue

Keberhasilan isolasi virus ini sangat tergantung dari kualitas spesimen

yang di pakai untuk identifikasi, serotipe virus dengue yang telah diisolasi

dilakukan dengan tes imunoflouresen dengan menggunakan antibody

monoclonal spesifik.

Spesimen darah / serum, plasma atau cairan buffy coat, dari fase akut

jaringan melalui biopsy atau otops dan disimpan dalam suhu -70EC.

Spesimen untuk isolasi virus dapat ditanam pada biakan jaringan

nyamuk (C6-36) atau biakan jaringan mamalia.

Disini pertumbuhan adanya virus ditunjukkan dengan adanya antigen

atau adanya CPE (cytopathis effect) pada biakan jaringan mamalia.

Inokulasi/penyuntikan pada nyamuk. Adanya pertumbuhan virus

dengan ditemukannya antigen pada kepala nyamuk.

c. Pemeriksaan serologi

Untuk pemeriksaan serologi dibutuhkan 2 bahan pemeriksaan dari

penderita yang sama, yaitu pada masa akut dan masa penyembuhan (1-4

minggu setelah onset penyakit). Pemeriksaan yang dilakukan adalah dengan

mengukur titer antibody penderita.

Ada 5 cara pemeriksaan seologi yang dianggap sebagai dasar,

yaitu::

Tes HI (Hemaglutinasi Inhibisi Test), sebagai salah satu standar tes

WHO.

Tes pengikatan komplemen (Complement FIXATION test).

Tes Mac Elissa )Ig M capture enzme-linked immunusorbent assay).

Tes Elissa indirek.

F. Diagnosis Banding

Pada awal perjalanan penyakit dapat mencakup infeksi bakteri, virus atau

infeksi protozoa, seperti demam typhoid, campak, influenza, hepatitis demam

chikungunya, leptospirosis dan malaria. Adanya trombositopenia yang jelas dengan

atau tanpa hemokosentrasi dapat membedakan antara DBD dengan penyakit lain.

Page 9: Tinjauan Pustaka DBD Edit

Bila dibandingkan dengan DBD, DC memperlihatkan masa demam lebih

pendek, hampir selalu sering di jumpai artralgia, sedangkan manifestasi pendarahan

sama dengan DBD, tetapi pada DC tidak pernah ditemukan pendarahan

gastrointestinal dan syok.

Pendarahan seperti petekie dan ekimosis juga ditemukan pada beberapa

penyakit infeksi misalnya sepsis, meningitis meningtokokus.

Pada sepsis penderita tampak sakit berat, demam naik turun dan ditemukan

tanda-tanda infeksi.

Idiopatic thrombocytopenic purpura (ITP) sulit dibedakan dari DBD derajat II,

tetap pada ITP demam cepat menghilang, tidak dijumpai homokonsentrasi, dan pada

fase penyembuhan DBD jumlah trombosit lebih cepat kembali normal dari ITP.

Pendarahan dapat juga terjadi pada leukemia atau anemia aplastik. Pada

leukemia demam tidak teratut, kalenjer limfe dapat teraba dan pasien sangat

anemis.

G. Komplikasi

Komplikasi pada DBD biasanya merupakan suatu manifestasi yang tidak lazim, yaitu :

Ensefalopati dengue

Terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan

pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD ang tidak di sertai syok.

Gangguan metabolic seperti hipoksemua, hiponatremia atau pendarahan

Dapat menjadi penyebab terjadinya ensefalopati.

Kelainan ginjal

Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal sebagai akibat

Dari syok yang tidak teratasi dengan baik.

Udem paru

Udem adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian

cairan yang berlebihan

Page 10: Tinjauan Pustaka DBD Edit

H. Penatalaksanaan

DHF tanpa renjatan

Pada dasarnya bersifat suportif yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma

sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat pendarahan.

Fase kritis pada umumnya terjadi pada hari sakit ke tiga.

Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi,

anoreksia dan muntah. Pasien perlu di beri minum banyak 50 ml / kg BB dalam 4-6

jam pertama. Setelah dehidrasi dapat diatasi, berikan cairan rumatan 80-100 ml / kg

BB dalam 24 jam berikutnya.

Hiperpireksi diatasi dengan dengan antipiretik dan bila perlu surface cooling dengan

kompres es dan elcohol 70 %. Paraceramol dapat di gunakan untuk mengatasi

demam dengan dosis 10-15 ml / kg BB per hari.

Pemberian cairan IV pada pasien DBD tanpa tenjatan dilakukan bila pasien

terus menerus muntah atau didapatkan nilai HT yang bertendensi terus meningkat

>40 %.

DSS( Dengue Shock Syndrome)

a. Penggantian volume

Dalam keadaan syok berat diberikan cairan RL secara cepat (diguyur) selama 30

menit. Apalagi syok tidak teratasi ganti cairan dengan koloid 10-20 ml / kg BB / jam

dengan jumlah maksimal 30 ml / kg BB. Bila ada perbaikan tukar kembali cairan

koloid dengan kristaloid ( tetesan 20 nl/kg BB).

Bila dengan cairan koloid dan kristaloid syok belum dapat diatasi, sedangkan Ht

tetap diduga terjadi pendarahan maka dianjurkan transfuse darah segar. Bila kadar

Ht > 40 % berikan darah sebanyak 10 ml / kg BB / jam. Bila terjadi pendarahan massif

berikan 20 ml / kg BB /jam.

Bila renjatan dapat diatasi, nadi sudah jelas teraba, amplitude nadi cukup besar,

tekanan sistolik 80 mmHg / lebih, maka kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10

ml /kg BB / jam.

b. Evaluasi pengobatan renjatan.

- Nadi, tekanan darah respirasi dan suhu harus dicatat setiap 15 –

30 menit sampai syok teratasi.

Page 11: Tinjauan Pustaka DBD Edit

- Kadar Ht harus diperiksa tiap 4 – 6 jam smapai keadaan klinis

pasien stabil.

- Setiap pasien harus mempunyai formulir pemamtauan mengenai

jenis cairan, jumlah dan tetesan untuk mengetahui apakah cairan

yang diberikan sudah cukup atau belum.

- Diuresis dipantau, belum diureses belum mencukupi 2 ml / kg BB / jam

sedangkan cairan yang diberikan sudah sesuai kebutuhan, berikan

furosemid 1 mg / kg BB.

Cairan IV dapat dihentikan bila Ht telah turun sekitar 40 vol %. Jumlah urin 12

ml/kg BB/jam atau lebih menandakan keadaan sirkulasi membaik.

Ensefalopati Dengue

Pada ensefalopati cendrung terjadi endema otak dan alkalosis. Bila syok telah

teratasi, maka cairan dapat diganti dengan cairan yang tidak mengandung HCO3-

dan jumlah cairan harus dikurangi. Larutan ditukar dengan larutan NaCl 0,9 % :

glukosa 5 % = 3:1

Untuk mengurangi endema diberikan kortikosteroid kecuali terdapat

pendarahan saluran cerna. Bila terdapat disfungsi hati, berikan vitamin K IV 3-10 mg

selama 3 hari, kadar gula dahr diusahakan > 60 %, cegah terjadinya peningkatan

entracranial dengan mengurangi jumlah cairan, koreksi asidosis dan elektrolit. Untuk

mengurangi indeksi sekunder berikan antibiotic prafilaksis (kombinasi ampisillin 100

mg / kg BB / hari dan kloramfenikol 75 mg / kg BB / hari. )

Kriteria memulangkan pasien :

Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik

Nafsu makan membaik

Tampak perbaikan secara klinis

Hematokrit stabil

Tiga hari setelah syok teratasi

Jumlah trombosit 50.000/ul

Tidak di jumpai distress pernafasan ( disebabkan oleh efusi pleura /asidosis)

I. Pencegahan

Page 12: Tinjauan Pustaka DBD Edit

Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut:

1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan

melaksanakan pemberantasan vector pada saat sedikit terdapatnya kasus

DHF/DSS

2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vector pada

tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh

secara spontan.

3. Mengusahakan pemberantasan vector di pusat daerah penyebaran, yaitu di

sekolah dan rumah sakit termasuk pula daerah penyangga disekitarnya.

4. Mengusahakan pemberantasan vector di semua daerah berpotensi penularan

tinggi.

Seperti telah diterangkan, pemberantasan DHF didasarkan atas pemutusan

rantai penularan yang dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:

1. Perlindungan perorangan untuk mencegah gigitan nyamuk Ae aegypti yang dapat

dilakukan dengan jalan meniadakan sarang nyamuk dalam rumah. Cara terbaik

adalah pemasangan kasa penolak nyamuk.

Cara lain yang dapat dilakukan ialah:

a. Menggunakan mosquito repellent dan insektisida dalam bentuk

semprotan.

b. Menuangkan air panas pada saat bak mandi berisi air sedikit.

c. Memberikan cahaya matahari langsung lebih banyak.

Penderita DHF yang dirawat di rumah sakit diberikan tempat tidur dengan

kelambu.

2. Pemberantasan vector jangka panjang. Cara yang harus dilakukan terus-menerus

untuk meniadakan Ae aegypti adalh adalah pembasmian sarang nyamuk dnegan

jalan membuang secara baik kaleng, botol, ban, dan semua yang mungkin dapat

menjadi tempat nyamuk berkembang biak.

3. Apabila dana saran terbatas, usaha pemberantasan vector dapat dibantu dengan

menggunakan bahan kimia.

Beberapa cara yang dapat dipakai ialah:

a. Membunuh larva dengan abate SG 1%, dosis 10 gram untuk 100 liter air.

Page 13: Tinjauan Pustaka DBD Edit

b. Melakukan fogging dengan malathion atau fenitrotion dalam dosis 438

gram/Ha; dilakukan dalam rumah dan disekitar rumah dengan

menggunakan larutan 4% dalam solar atau minyak tanah.

Untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vector dianggap cara

yang paling memadai untuk saat ini. Ada 2 cara pemberantasan vector yaitu:

1. Menggunakan insektisida

Malathion untuk membunuh nyamuk dewasa, caranya dengan

pengasapan (thermal Fogging) atau pengabutan (cold Fogging).

Temephos (abate) untuk membunuh jentik, yaitu dengan menaburkan

bubuk abate ke dalam sarang nyamuk. Dosis 1 ppm atau 1 gram abate

SG 1 % per 10 liter air.

2. Tanpa insektisida

Menguras bak mandi atau tempat penampungan air.

Menutup tempat penampungan air.

Mengubur kaleng atau botol bekas yang memungkinkan nyamuk

bersarang

H. Vaksin Dengue

Masalah yang timbul apabila vaksin dengue dipakai dalam upaya pencehagan

DHF ialah apakah hipotesis infeksi sekunder heterolog sebagai pathogenesis

terjadinya DHF juga akan terjadi pada anak-anak yang mendapat vaksin. Kekuatiran

akan kebenaran hipotesis itu sebagian dapat dikurangi apabila dikemudian hari suatu

vaksin kuadrivalen (dibuat dari keempat serotype virus dengue) yang mempunyai

sifat virologist yang baik. Masalh vaksin dengue mendapat perhatian khusus WHO

dan pada bulan Maret 1981 telah diselenggarakan “Research Study Group Meeting

on DHF particularly with reference to dengue vaccine development” di New Delhi,

India. Rekomendasi yang dikemukakan ialah sebagai berikut:

1. Agar secepatnya dapat dibuat vaksin dengue dalam bentuk bubuk kering dalam

jumlah yang besar (lyophilized).

Page 14: Tinjauan Pustaka DBD Edit

2. Usaha pembuatan vaksin harus disertai penelitian epidemiologis di kawasan Asia

Tenggara dan Pasifik Barat untuk mencari orang dewasa yang tidak mempunyai

antibody NT terhadap virus dengue tipe 1-4.

3. Dalam melakukan evaluasi vaksin dengue di lapangan, pertemuan ini

menghimbau agar Negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat

turut dalam program vaksin dengue dan membentuk suatu badan untuk

menyempurnakan protocol penelitian vaksin dengue di lapangan.

4. Suatu vaksin degue kuadrivalen diperkirakan baru akan dapat dihasilkan dalam

waktu sepuluh tahun.

Page 15: Tinjauan Pustaka DBD Edit
Page 16: Tinjauan Pustaka DBD Edit
Page 17: Tinjauan Pustaka DBD Edit
Page 18: Tinjauan Pustaka DBD Edit
Page 19: Tinjauan Pustaka DBD Edit

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilmu Kesehatan Anak 2. Balai Penerbit Falkutas Kedokteran Universitas Indonesia,

Jakarta, 1985, hal 607-621.

2. Kapita selekta Kedokteran, Jilid II, Media Aesculapius FKUI, Jakarta 2000, hal 419 –

427.