tinjauan pstaka

download tinjauan pstaka

of 18

Transcript of tinjauan pstaka

  • 7/24/2019 tinjauan pstaka

    1/18

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    3.1 Pengertian

    Istilah tetanus berasal dari bahasa Yunani tetanus yang artinya regangan,

    kekakuan atau kontraksi (stretch atau rigidity). Tetanus yang dikenal sebagai

    lockjawdan Seven Day Diseaseadalah penyakit pada susunan saraf akibat adanya

    inhibisi interneuronal pada motor neuron yang ditandai dengan spasme otot yang

    periodik dan berat, inhibisi tersebut disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan

    oleh Clostridium tetani. Kontraksi otot bersifat kaku dan nyeri, bisa terjadi lokal

    maupun general (Subandi !anuaji, "#$%&.

    'ambar .$. Clostridium tetanidengan penge)atan *)ridine jingga, yang

    di)irikan dengan gambaran seperti stik drum (+arrar et al, "###&

    3.2 Patogenesis

    Clostridium tetanimenghasilkan " jenis toksin yaitu tetanospasmin dan

    tetanolisin. Tetanospasmin merupakan toksin yang berhubungan dengan gejala

    tetanus, sedangkan tetanolisin diduga berperan dalam kerusakan jaringan dan

    mengoptimalkan kuman untuk berkembang. (Subandi !anuaji, "#$%&

    Tetanospasmin terdiri atas rantai berat (-heavy& dan ringan (-light& yang

    dihubungkan oleh jembatan sulfide (S&. 'ambar $ mengilustrasikan struktur

    tetanospasmin. /antai berat berperan dalam neuronal uptakedan transport toksinpada motor neuron, sedangkan rantai ringan yang bertanggung ja0ab dalam

    16

  • 7/24/2019 tinjauan pstaka

    2/18

    kerusakan interneuron dengan merusak synopthobrevin yang akan menghambat

    sekresi neurotransmitter '*1* dan 'lisin.

    'ambar .". Skema dari struktur dan akti2asi dari neurotoksin

    tetanus (3ook et al, "##$&.

    Keterangan4 toksin dihasilkan sebagai rantai polipeptida tunggal yang tidak aktif.

    Toksin akan diakti2asi selama peme)ahan proteolitik selektif, dimana akan

    menghasilkan dua rantai disulfide. Tiga daerah ini akan memerankan fungsi yang

    berbeda dalam rantai pada sitosol. adalah sebuah 5in)-endopeptidase spesifik

    untuk komponen protein dari apparatus neuroeksitosis (3ook et al, "##$&.

    1ila ada luka yang mempunyai suasana anaerob, kuman Clostridium

    tetaniakan berkembang dan memproduksi toksin. Toksin yang dihasilkan oleh

    spora kuman akan menyebar dengan )ara sebagai berikut4

    $& Toksin masuk melalui otot yang terkena luka terutama luka dalam yang

    kotor atau luka yang kurang )askularisasi.

    "& Toksin akan menyebar ke otot-otot yang berdekatan di sekitarnya yang

    selanjutnya menyebar melalui jalur neural se)ara retrograde dan

    berakumulasi di ganglion radiks doraslis menuju inti intermediolateralis.

    & Toksin akan menyebar ke nodus leimfatikus regional menuju sistem

    limfatik menuju aliran darah.

    %& Toksin masuk aliran darah melalui sistem limfatik ataupun kapiler di dekat

    deposit toksin.

    6& Toksin akan merembes melalui membrane permeable pembuluh drah

    intramuskuler dan berdifusi menuju saraf terminal didalam selruuh otot

    tubuh termasuk otot 0ajah, leher, punggung dan perut, selanjutnya toksin

    akan naik sepanjang akson sel saraf di seluruh tubuh menuju sel alfa motor

    neuron di medulla spinalis dan batang otak (Subandi !anuaji, "#$%&.

    3.3 Gejala Klinis

    17

  • 7/24/2019 tinjauan pstaka

    3/18

    7asa inkubasi penyakit antara hingga "$ hari, rata-rata 8 hari (Taylor,

    "##9&. *da tiga bentuk tetanus yang dikenal se)ara klinis, yakni

    $. okali5ed tetanus ( Tetanus okal &

    ". 3ephali) Tetanus

    . 'enerali5ed tetanus (Tetanus umum&

    Selain itu ada lagi pembagian berupa neonatal tetanus. Kharekteristik dari tetanus

    pada umumnya sebagai berikut4

    Kejang bertambah berat selama hari pertama, dan menetap selama 6

    -8 hari.

    Setelah $# hari kejang mulai berkurang frekuensinya

    Setelah " minggu kejang mulai hilang. 1iasanya didahului dengan ketegangaan otot terutama pada rahang dari

    leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus, lo)kja0 &

    karena spasme :tot masetter.

    Kejang otot berlanjut ke kaku kuduk ( opistotonus , nu)hal rigidity &

    /isus sardoni)us karena spasme otot muka dengan gambaran alis

    tertarik keatas, sudut mulut tertarik keluar dan ke ba0ah, bibir tertekan

    kuat .

    'ambaran ;mum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus,tungkai dengan

  • 7/24/2019 tinjauan pstaka

    4/18

    ('*1*&. >ada saat interneuron menghambat motor neuron alpha juga terkena

    pengaruhnya, terjadi kegagalan menghambat refleks motorik sehingga mun)ul

    akti2itas saraf motorik tak terkendali, mengakibatkan peningkatan tonus dan

    rigiditas otot berupa spasme otot yang tiba-tiba dan potensial merusak. al ini

    merupakan karakteristik tetanus. :tot 0ajah terkena paling a0al karena jalur

    a@onalnya pendek, sedangkan neuron-neuron simpatis terkena paling akhir,

    mungkin akibat aksi toksin di batang otak. >ada tetanus berat, gagalnya

    penghambatan akti2itas otonom menyebabkan hilangnya kontrol otonom,

    akti2itas simpatis yang berlebihan dan peningkatan kadar katekolamin. Ikatan

    neuronal toksin sifatnya irre2ersibel, pemulihan membutuhkan tumbuhnya

    terminal saraf yang baru, sehingga memanjangkan durasi penyakit ini (Taylor,

    "##9&.

    3.3.1 Kekakuan dan Spase !tot

    'ejala yang paling umum adalah adanya kekakuan otot, a0alnya terjadi

    pada otot masseter yang menyebabkankesulitan membuka mulut yang dikenal

    trismus atau lockjaw. Kekakuan yang terjadi pada otot-otot 0ajah memberikan

    gambaran ekspresi 0ajah yang khas yang dikenal rhesus sardonicus atau rhesus

    smile. >ada otot-otot perut menyebabkan prut seperti papan. Sedangkan pada otot

    faring dan laring menimulkan kesulitan menelan dan sesak nafas dan bila berat

    menyebabkan respiratory failure. *danya kekakuan pada otot batang tubuh

    seperti leher dan punggung dikenal opistotonus(Subandi !anuaji, "#$%&

    Spasme ditandai adanya kontraksi otot-otot yang bersifat tonik, periodi)

    dan disertai rasa nyeri yang hebat. Spasme dapat timbul akibat rangsangan raba,

    suara, )ahaya ataupun emosional. +rekuensi dan beratnya spasme ber2ariasi.

    (Subandi !anuaji, "#$%&

    3.3.2 Gangguan Sara" !tono

    'angguan otonom yang terjadi melibatkan komponen simpatis dan

    parasimpatis yang menimbulkan gangguan pada sistem kardio2askuler,

    gastrointestinal dan ginjal. 'ejala yang sering mun)ul antara lain aritmia,

    19

  • 7/24/2019 tinjauan pstaka

    5/18

    takikardi, bradikardi, henti jantung, hyperhidrosis, peningkatan dan penurunan

    tekanan darah yang ekstrem, hipersali2asi, reflek 2agal, ileus, stasis lambung,

    diare, hipermetabolisme katekolamin dan gagal ginjal.

    1erdasarkan luas dan beratnya gejala klinis dapat dibagi menjadi tetanus

    lokal, sefalik dan general. >ada umumnya yang sering ditemukan adalah tipe

    general (Subandi !anuaji, "#$%&.

    $. tetanus lokal (lokali5ed Tetanus&

    >ada lokal tetanus dijumpai adanya kontraksi otot yang persisten,

    pada daerah tempat dimana luka terjadi (agonis, antagonis, dan fi@ator&.

    al inilah merupakan tanda dari tetanus lokal. Kontraksi otot tersebut

    biasanya ringan, bisa bertahan dalam beberapa bulan tanpa progressif dan

    biasanya menghilang se)ara bertahap.

    okal tetanus ini bisa berlanjut menjadi generali5ed tetanus, tetapi

    dalam bentuk yang ringan dan jarang menimbulkan kematian. 1isajuga

    lokal tetanus ini dijumpai sebagai prodromal dari klasik tetanus atau

    dijumpai se)ara terpisah. al ini terutama dijumpai sesudah pemberian

    profilaksis antitoksin. (/itar0an,"##%&

    ". 3ephali) tetanus

    3ephali) tetanus adalah bentuk yang jarang dari tetanus. 7asa

    inkubasi berkisar $ A" hari, yang berasal dari otitis media kronik (seperti

    dilaporkan di India &, luka pada daerah muka dan kepala, termasuk

    adanya benda asing dalam rongga hidung (/itar0an, "##%&.

    . 'enerali5ed Tetanus

    1entuk ini yang paling banyak dikenal. Sering menyebabkan

    komplikasi yang tidak dikenal beberapa tetanus lokal oleh karena gejala

    timbul se)ara diam-diam. Trismus merupakan gejala utama yang sering

    dijumpai ( 6# B&, yang disebabkan oleh kekakuan otot-otot masseter,

    bersamaan dengan kekakuan otot leher yang menyebabkan terjadinya kaku

    kuduk dan kesulitan menelan. 'ejala lain berupa /isus Sardoni)us

    (Sardoni) grin& yakni spasme otot-otot muka, opistotonus ( kekakuan otot

    punggung&, kejang dinding perut. Spasme dari laring dan otot-otot

    pernafasan bisa menimbulkan sumbatan saluran nafas, sianose asfiksia.

    20

  • 7/24/2019 tinjauan pstaka

    6/18

    1isa terjadi disuria dan retensi urine,kompressi frak tur dan pendarahan

    didalam otot. Kenaikan temperatur biasanya hanya sedikit, tetapi

    begitupun bisa men)apai %# 3. 1ila dijumpai hipertermi ataupun

    hipotermi, tekanan darah tidak stabil dan dijumpai takhikardia, penderita

    biasanya meninggal. !iagnosa ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinis

    (/itar0an, "##%&.

    %. Ceotal tetanus

    1iasanya disebabkan infeksi 3. tetani, yang masuk melalui tali

    pusat se0aktu proses pertolongan persalinan. Spora yang masuk

    disebabkan oleh proses pertolongan persalinan yang tidak steril, sepertipenggunaan alat yang telah terkontaminasi spora Clostridium tetani.

    Kebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan dan obat

    tradisional yang tidak steril,merupakan faktor yang utama dalam

    terjadinya neonatal tetanus. 7enurut penelitian ringadi 7edan, pada tahun $DE$. ada %" kasus

    dan tahun $DE" ada %# kasus tetanus.(E& 1iasanya ditolong melalui tenaga

    persalianan tradisional ( T1* FTraditional 1irth *tteden)e & 69 kasus

    ( 9E,"D B &, tenaga bidan "# kasus ( "%,D B & ,dan selebihnya melalui

    dokter 9 kasus (8, " B& (/itar0an, "##%&.

    3.# $iagnosis

    !iagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis yang khas.

    *namnesis terhadap adanya luka baru atau lama dilakukan untuk men)urigai

    adanyaport dentydan masa inkubasi, seperti luka tusuk, luka dalam yang kotor,

    luka bakar, infeksi gigi dan telinga, dan ri0ayat operasi. Tabel $. 7enunjukkan

    kriteria jenis luka yang rentan dan tidak rentan tetanus. Selain itu perlu ditanyakan

    ri0ayat imunisasi, persalinan dan pera0atan tali pusat pada bayi. 'ejala klinis

    yang khas seperti trismus dan opistotonus menjadi dasar untuk mendiagnosis

    tetanus.

    21

  • 7/24/2019 tinjauan pstaka

    7/18

    Tabel .$ Kriteria Genis uka

    %uka &entan Tetanus %uka Tidak &entan Tetanus

    9-E jam H 9 jam

    Kedalaman luka $)m Superfi)ial (H$)m&

    Terkontaminasi 1ersih

    1entuk stelat, a2ulsi atau han)ur

    (ireguler&

    1entuk linear, tepi tajam

    !ener2asi, iskemik CeuroJ2askuler intak

    Terinfeksi (purulent, jaringan

    nekrotik&

    Tidak terinfeksi

    3.#.1 Kriteria $iagnosis

    ipertoni dan spasme otot

    - Trismus, risus sardonikus, otot leher kaku dan nyeri, opistotonus,

    dinding perut tegang, anggota gerak spastik.

    - ain-lain 4 Kesukaran menelan, asfiksia dan sianosis, nyeri pada otot-

    otot di sekitar luka

    Kejang tonik dengan kesadaran tidak terganggu

    ;mumnya ada lukaJ ri0ayat luka

    /etensi urine dan hiperpireksia

    Tetanus lokal (>erdossi, "#$&.

    'ambar .. /isus sardoni)us (3ook et al, "##$&.

    22

  • 7/24/2019 tinjauan pstaka

    8/18

    'ambar .%. :pistotonus berat pada tetanus neonatorum (3ook et al, "##$&.

    3.#.2 $erajat Tetanus

    !erajat tetanus dapat ditentukan dengan Philips Score atau Abletts.

    dengan mengetahui skor tersebut dapat memberikan ren)ana penatalaksanaan dan

    prognosis.

    Tabel ." Skor >hilips (+arral et al, "###&

    'aktor &isiko Skor

    7asa Inkubasi

    -H%E jam- "-6 hari

    - 6-$# hari

    - $#-$% hari

    - $% hari

    6%

    "

    $

    okasi Infeksi

    - ;mbili)us dan internal

    - Kepala, leher, dinding tubuh

    - >erifer proksimal

    - >erifer distal

    - Tidak diketahui

    6

    %

    "

    $

    Status proteksi

    - Tidak ada

    - Sebagian imunisasi 0aktu kehamilan

    - $# tahun

    - H$# tahun

    - engkap

    $#

    E

    %

    "

    #

    Komplikasi

    - uka atau kondisi mengan)am kehidupan

    - uka berat atau kondisi tidak mengan)am kehidupan

    - uka sedang atau kondisi tidak mengan)am kehidupan

    - uka ke)il

    $#

    E

    %

    "

    23

  • 7/24/2019 tinjauan pstaka

    9/18

    - *S* grade $ #

    Keterangan 4

    - Skor tetanus ringan 4 HD- Skor tetanus sedang 4 D-$9

    - Skor tetanus berat 4 $9

    Tabel . Klasifikasi *blet terhadap tingkat keparahan Tetanus (3ook et al, "##$&.

    Stadiu Gejala klinis

    I /ingan 4 trismus ringan hingga sedang spastisitas general tidak ada

    keterlibatan sistem respirasi tidak ada spasme tidak ada disfagia atau ringan

    II Sedang 4 trismus ringan rigiditas yang jelas spasme ringan atau sedang tapisebentar keterlibatan sistem respirasi yang sedang dengan peningkatan laju

    nafas lebih dari # kali disfagia ringan.

    III 1erat 4 trismus berat spastisitas generalisata refleks spasme yang lama laju

    nafas lebih dari %# kali apnei) spells disfagia berat takikardi yang lebih

    dari $"#.

    I= Sangat berat 4 s tadium III dan gangguan otonom berat yang melibatkan

    sistem kardio2askular. ipertensi berat dan takikardi bergantian dengan

    hipotensi relatif dan beradikardi, yang mana akan menjadi persisten.

    Tabel .% !akar Skor (+arrar et al, "###&.

    'aktor

    prognosis

    $akar s(ore

    S(ore 1 S(ore )

    >eriode inkubasi H8 hari L 8 hari atau tidak diketahui

    >eriode onset H" hari L " hari

    Tempat masuk ;mbili)us, luka bakar, uterus, fraktur

    terbuka, luka operasi, injeksi I7

    Selain dari yang telah disebut,

    atau tidak diketahui

    Spasme *da Tidak ada

    !emam E,%o3 HE,%o3

    Takikardi !e0asa $"# kaliJmenitCeonatus $6# kaliJmenit

    !e0asa H$"# kaliJmenitCeonatus H $6# kaliJmenit

    Keterangan 4

    - !akar s)ore #-$, ringan (mortalitas $#B&

    - "-, sedang (mortalitas $#-"#B&

    - % berat (mortalitas "#-%#B&

    - 6-9 sangat berat (mortalitas 6#B&

    *da juga grading berdasarkan kriteria >attel Goag, yaitu sebagai berikut4

    24

  • 7/24/2019 tinjauan pstaka

    10/18

    Kriteria $ 4 rahang kaku, spasme terbatas, disfagia dan kekakuan otot tulang

    belakang

    Kriteria " 4 spasme saja tanpa melihat frekuensi dan derajatnya

    Kriteria 4 inkubasi antara 8 hari atau kurang

    Kriteria % 4 0aktu onset antara %E jam atau kurang

    Kriteria 6 4 kenaikan suhu rektal $##o+ atau aksila sampai DDo+ (atau 8,9o3&

    !ari kriteria di atas dibuat tingkatan derajat sebagai berikut4

    !erajat $ 4 kasus ringan minimal $ kriteria K$ atau K", mortalitas #B.

    !erajat " 4 kasus sedang, minimal " kriteria (K$MK"&, biasanya inkubasi lebih

    dari 8 hari, onset lebih dari " hari, mortalitas $#B.

    !erajat 4 kasus berat, adanya minimal kriteria, biasanya inkubasi kurang dari

    8 hari, onset kurang dari " hari, mortalitas "B.

    !erajat % 4 kasus sangat berat, minimal % kriteria, mortalitas 9#B

    !erajat 6 4 bila terdapat 6 kriteria, termasuk tetanus neonatorum dan tetanus

    puerpurium, mortalitas E%B.

    3.* Peeriksaan Penunjang

    *namnesis terhadap adanya luka baru atau lama dilakukan untuk

    men)urigai adanyaport dentry, seperti luka tusuk, luka dalam yang kotor, luka

    bakar, infeksi gigi dan telinga, dan ri0ayat operasi. 'ejala klinis yang khas

    menjadi dasar untuk mendiagnosis tetanus.

    Tidak ada pemeriksaan penunjang yang spesifik. >emeriksaan erdossi, "#$&.

    3.+ $iagnosis Banding

    - Kejang karena hipokalsemia

    25

  • 7/24/2019 tinjauan pstaka

    11/18

    - /eaksi dystonia

    - /abies

    - 7eningitis- *bses retrofaringeal, abses gigi, subluksasi mandiula

    - Sindrom hiper2entilasiJreaksi histeri

    - ada fase akut penatalaksanaan pasien tetanus adalah sebagai berikut

    (Subandi !anuaji, "#$%&4

    $. >eriksa jalan nafas, permbersihan dilakukan se)ara hati-hati dan pelan-

    pelan untuk menghindari spasme laring yang berat. >ada tetanus berat jika

    perlu dilakukan trakeostomi.

    ". :ksigen diberikan bila terdapat tanda-tanda hipoksia dan depresi

    pernafasan.

    . >emberian antispasme dengan dia5epam dengan dosis #,6-$ mgJkg11Jhari

    atau pada spasme ringan 6-"# mg per oral setiap E jam bila perlu. Spasme

    sedang 6-$# mg I= atau $#-%# mgJ"% jam dalam bentuk dripJinfus

    kontinu. Spasme berat4 6#-$## mg I= dalam "% jam, dilarutkan dalam 6##ml dekstrose 6B atau dalam infus kontinu. Gika belum berhasil maka perlu

    diberikanneuromuscular blocking agentdan 2entilator.

    %. >emberian antitoksind engan *nti Tetanus SerumJ*TS $#.###-"#.### I;

    intramuskuler selama -6 hari atau uman !etanus "mmune

    #lobulineJTI' 6##-9### I; intramuskuler sebagai dosis tunggal

    6. eni)illin pro)ain dapat diberikan

    dengan dosis $," jutaJhari selama $# hari. >enggunaan metronida5ole)ukup efektif sehingga saat ini penggunaan penisilin pro)ain mulai

    ditinggalkan.

    9. >embersihan luka. >emberian antitetanus profilaksis diberikan

    berdasarkan luka yang rentan tetanus dan status imunisasi. uka yang

    rentan tetanus adalah luka terkontaminasi, onset 9-E jam, kedalam $ )m,

    bentuk a2ulsi atau ireguler, iskemik, dan terinfeksi (purulent disertai

    jaringan nekrotik&.

    26

  • 7/24/2019 tinjauan pstaka

    12/18

    8. >engendalian disfungsi otonom dapat diberikan propranolol, klonidin,

    atropine dan magnesium sulfat sesuai indikasi.

    E. >emberian kortikosteroid dan pemberian 2itamin 3 beberapa studi

    melaporkan memberikan prognosis yang lebih baik dalam menurunkan

    angka kematian.

    >ada dasarnya, ada tiga sasaran penatalaksanaan tetanus, yakni4

    ($& 7embuang sumber tetanospasmin

    ("& 7enetralisasi toksin yang tidak terikat

    (& >era0atan penunjang (suportif & sampai tetanospasmin yang berikatan

    dengan jaringan telah habis dimetabolisme.

    -euang Suer Tetanospasin

    uka harus dibersihkan se)ara menyeluruh dan didebridement untuk

    mengurangi muatan bakteri dan men)egah pelepasan toksin lebih lanjut.

    *ntibiotika diberikanuntuk mengeradikasi bakteri, sedangkan efek untuk tujuan

    pen)egahan tetanus se)ara klinis adalah minimal. >ada pe-nelitian di Indonesia,

    metronida5ole telah menjadi terapi pilihan di beberapa pelayanan kesehatan.

    7etronida5ole diberikan se)ara i2 dengan dosis inisial $6 mgJkg11 dilanjutkan

    dosis # mgJkg11Jhari setiap 9 jam selama 8-$# hari. 7etronida5ole efektif

    mengurangi jumlah kuman 3. tetani bentuk 2egetatif. Sebagai lini kedua dapat

    diberikan peni)illin pro)ain 6#.###-$##.### ;Jkg11Jhari selama 8-$# hari, jika

    hipersensitif terhadap peni)illin dapat diberi tetra)y)line 6# mgJkg11Jhari

    (untuk anak berumur lebih dari E tahun&.

    >eni)illin membunuh bentuk 2egetatif 3. tetani. Sampai saat ini, pemberian

    peni)illin ' $##.### ;Jkg11Jhari i2, setiap 9 jam selama $# haridirekomendasikan pada semua kasus tetanus. Sebuah penelitian menyatakan

    bah0a peni)illin mungkin berperan sebagai agonis terhadap tetanospasmin

    dengan menghambat pelepasan asam aminobutirat gama ('*1*&.

    Netralisasi Toksin /ang Tidak Terikat

    *ntitoksin harus diberikan untuk menetral-kan toksin-toksin yang belum

    berikatan. Setelah e2aluasi a0al, human tetanus immunoglobulin (TI'& segera

    27

  • 7/24/2019 tinjauan pstaka

    13/18

    diinjeksikan intramuskuler dengan dosis total .###-$#.### unit, dibagi tiga dosis

    yang sama dan diinjeksikan di tiga tempat berbeda. Tidak ada konsensus dosis

    tepat TI'. /ekomendasi 1ritish Cational +ormulary adalah 6.###-$#.### unit

    intra2ena. ;ntuk bayi, dosisnya adalah 6## I; intramuskular dosis tunggal.

    Sebagian dosis diberikan se)ara ini ltrasi di tempat sekitar luka hanya

    dibutuhkan sekali pengobatan karena 0aktu paruhnya "6-# hari. 7akin )epat

    pengobatan diberikan, makin efektif. Kontraindikasi TI' adalah ri0ayat

    hipersensiti2itas terhadap imunoglobulin atau komponen human immunoglobulin

    sebelumnya trombositopenia berat atau keadaan koagulasi lain yang dapat

    merupakan kontraindikasi pemberian intra muskular. 1ila tidak tersedia maka

    digunakan *TS dengan dosis $##.###-"##.### unit diberikan 6#.### unit intra-

    muskular dan 6#.### unit intra2ena pada hari pertama, kemudian 9#.### unit dan

    %#.### unit intramuskuler masing-masing pada hari kedua dan ketiga.$,%,6

    Setelah penderita sembuh, sebelum keluar rumah sakit harus diberi immunisasi

    aktif dengan toksoid, karena seseorang yang sudah sembuh dari tetanus tidak

    memiliki kekebalan.

    Pengoatan Suporti"

    >enatalaksanaan lebih lanjut terdiri dari terapi suportif sampai efek toksin

    yang telah terikat habis. Semua pasien yang di)urigai tetanus sebaiknya ditangani

    di I3; agar bisa diobser2asi se)ara kontinu. ;ntuk meminimalkan risiko spasme

    paroksismal yang dipresipitasi stimulus ekstrinsik, pasien sebaiknya dira0at di

    ruangan gelap dan tenang. >asien diposisikan agar men-)egah pneumonia

    aspirasi. 3airan intra2ena harus diberikan, pemeriksaan elektrolit serta analisis gas

    darah penting sebagai penuntun terapi.

    >enanganan jalan napas merupakan prioritas. Spasme otot, spasme

    laring,aspirasi, atau dosis besar sedatif semuanya dapat mengganggu respirasi.

    Sekresi bronkus yang berlebihan memerlukan tindakan su)tioning yang sering.

    Trakeostomi dituju-kan untuk menjaga jalan nafas terutama jika ada opistotonus

    dan keterlibatan otot-otot punggung, dada, atau distres pernapasan.

    28

  • 7/24/2019 tinjauan pstaka

    14/18

    Kematian akibat spasme laring mendadak, paralisis diafragma, dan kontraksi

    otot respirasi tidak adekuat sering terjadi jika tidak tersedia akses

    2entilator.Spasme otot dan rigiditas diatasi se)ara efektif dengan sedasi. >asien

    tersedasi lebih sedikit dipengaruhi oleh stimulus perifer dan ke)il

    kemungkinannya mengalami spasme otot. !ia5epam efektif mengatasi spasme

    dan hipertonisitas tanpa menekan pusat kortikal. !osis dia5epam yang di-

    rekomendasikan adalah #,$-#, mgJkg11Jkali dengan inter2al "-% jam sesuai

    gejala klinis, dosis yang direkomendasikan untuk usia H" tahun adalah E

    mgJkg11Jhari oral dalam dosis "- mg setiap jam. Spasme harus segera

    dihentikan dengan dia5epam 6 mg per rektal untuk berat badan H$# kg dan $# mg

    per rektal untuk anak dengan berat badan L$# kg, atau dia5epam intra2ena untuk

    anak #, mgJkg11Jkali. Setelah spasme berhenti, pemberian dia5epam

    dilanjutkan dengan dosis rumatan sesuai keadaan klinis. *lternatif lain, untuk bayi

    (tetanus neonatorum& diberikan dosis a0itan #,$-#," mgJkg11 i2 untuk

    menghilangkan spasme akut, diikuti infus tetesan tetap $6-%# mgJkg11Jhari.

    Setelah 6-8 hari dosis dia5epamditurunkan bertahap 6-$# mgJhari dan dapat

    diberikan melalui pipa orogastrik. !osis maksimal adalah %# mgJkg11Jhari.

    Tanda klinis membaik bila tidak dijumpai spasme spontan, badan masih kaku,

    kesadaran membaik (tidak koma&, tidak dijumpai gangguan pernapasan.

    Tambahan efek sedasi bisa didapat dari barbiturate khusus-nya phenobarbital dan

    phenotia5ine seperti )hlorproma5ine, penggunaannya dapat menguntungkan

    pasien dengan gangguan otonom.

    >henobarbital diberikan dengan dosis $"#-"## mg intra2ena, dan dia5epam

    dapat ditambahkan terpisah dengan dosis sampai $"# mgJhari. 3hlorproma5ine

    di-berikan setiap %-E jam dengan dosis dari %-$" mg bagi bayi sampai 6#-$6# mg

    bagi de0asa.6,$# 7orphine bisa memiliki efek sama dan biasanya digunakan

    sebagai tambahan sedasi ben5odia5epine.

    Gika spasme tidak )ukup terkontrol de ngan ben5odia5epine, dapat dipilih

    pelumpuh otot nondepolarisasi dengan intermittent positi2e-pressure 2entilation

    (I>>=&. Tidak ada data perbandingan obat-obat pelumpuh otot pada tetanus,

    29

  • 7/24/2019 tinjauan pstaka

    15/18

    rekomendasi didapatkan dari laporan kasus. >an)uronium harus dihindari karena

    efek samping simpa-tomimetik.$ *tra)urium dapat sebagai pilihan.

    =e)uronium juga telah digunakan karena stabil pada jantung. >asien tetanus

    berat sering kali membutuhkan I>>= selama " hingga minggu sampai spasme

    mereda. Insiden ventilator$associated pneumonia pada pasien-pasien tetanus

    sebesar 6",9B.$ Infeksi nosokomial umum terjadi karena lamanya perjalanan

    penyakit tetanus dan masih merupakan penyebab penting kematian. >en)egahan

    komplikasi respirasi meliputi pera0atan mulut sangat teliti, fisioterapi dada dan

    su)tion trakea. Sedasi adekuat selama prosedur in2asif men)egah pro2okasi

    spasme atau ketidakstabilan otonom.

    Instabilitas otonom terjadi beberapa hari setelah onset spasme umum dan

    fatality ratenya $$-"EB. 7anifestasi berupa hiper-tensi labil, takikardia, dan

    demam. 1erbagai gangguan kardio2askular seperti disritmia dan infark miokard

    serta kolaps sirkulasi sering menyebabkan kematian.

    Tanda o2erakti2itas simpatis yaitu takikardia fluktuatif, hipertensi yang

    kadang diikuti hipotensi, pu)at dan berkeringat seringtampak beberapa hari

    setelah onset spasme otot. enti jantung tiba-tiba umum terjadi dan dikatakan

    dapat dipresipitasi oleh kombinasi kadar katekolamin yang tinggi dan kerja

    langsung toksin tetanus pada miokardium. *kti2itas simpatis yang memanjang

    dapat berakhir dengan hipotensi dan bradikardi. *kti2itas parasimpatis ber-lebihan

    dapat menyebabkan sinus arrest, di-katakan karena kerusakan langsung nukleus

    2agus oleh toksin tetanus. Instabilitas otonom sulit diobati. +luktuasi tekanan

    darah membutuhkan obat-obat dengan 0aktu paruh singkat. Terapi kon2ensional

    terdiri dari sedasi dalam sebagai terapi lini pertama, menggunakan

    ben5odia5epine dosis besar, morphine, danJatau )hlorproma5ine. Saat ini,

    magnesium sulfat intra2ena di)oba untuk mengendalikan spasme dan disfungsi

    otonom dosis loading 6 g (atau 86 mgJkg& I= dilanjutkan $ sampai gJjam

    sampai spasme terkontrol telah digunakan untuk mendapatkan konsentrasi serum

    " sampai % mmolJ. ;ntuk menghindari o2erdosis, dimonitor reflek patella.

    1eta blo)ker dapat menyebabkan hipotensi berat.

  • 7/24/2019 tinjauan pstaka

    16/18

    *tropin dosis tinggi, lebih dari $## mgJjam, telah dianjurkan pada keadaan

    bradikardia. Tidak ada regimen terapi yang diper)aya efektif se)ara uni2ersal

    untuk instabilitas otonom.Tetanus terbukti se)ara klinis dan biokimia

    menyebabkan akti2itas simpatis berlebihan dan katabolisme protein sehingga

    pemeliharaan nutrisi sangat diperlukan. Cutrisi buruk dan penurunan berat badan

    terjadi )epat karena disfagia, gangguan fungsi gastrointestinal dan peningkatan

    metabolisme, menurunkan daya tahan tubuh sehingga memperburuk prognosis.

    Cutrisi parenteral total mengandung glukosa hipertonis dan insulin dalam jumlah

    )ukup untuk mengendalikan kadar gula darah, dapat menekan katabolisme

    protein. +ormula asam amino sangat membantu membatasi katabolisme protein.

    >ada hari pertama perlu pemberian )airan se)ara intra2ena sekaligus pemberian

    obat-obatan, dan bila sampai hari ke- infus belum dapat dilepas sebaiknya

    dipertimbangkan pemberian nutrisi se)ara parenteral. Setelah spasme mereda

    dapat dipasang sonde lambung untuk makanan dan obat-obatan denganperhatian

    khusus pada risiko aspirasi.

  • 7/24/2019 tinjauan pstaka

    17/18

    - :nset periode yang singkat

    - !emam tinggi

    - Spasme yang tidak )epat diatasi

    Sebelum pasien keluar rumah sakit, diberikan tetanus toksoid (TT& #,6 mg I7.

    TT" dan TT diberikan masing-masing dengan inter2al 0aktu %-9 minggu

    (>erdossi, "#$&.

    $A'TA& PUSTAKA

    3ook T7, >rotheroe /T, andel G7. "##$. Tetanus4 a re2ie0 of the literature.

    %ritish &ournal of Anaesthesia, E8(&4%88-%E8.

    +arrar GG, Yen 7, 3ook T, +air0eather C, 1inh C, >arry G, >arry 37. "###.

    Tetanus. Gournal Ceurology Ceurosurgery >sy)hiatry, 9D4"D"-#$.

    aksmi CK. "#$%. >enatalaksanaan Tetanus. 3!K, %$($$&4E"-E"9.

    >erdossi. "#$. Standar >elayanan 7edik4 Tetanus NonlineO. !ari ;/4

    [email protected]"#$-$#-"$-$$-68-

    32

  • 7/24/2019 tinjauan pstaka

    18/18

    %EJdo0nloadJdo)Pdo0nloadJ6-spm-neurologi diakses tanggal "$ *pril

    "#$6.

    /itar0an K. "##%. Tetanus. 1agian Ceurologi +K ;S;J/S; . *dam 7alik

    N:nlineO. !ari ;/4 http4JJlibrary.usu.a).idJdo0nloadJfkJpenysaraf-

    kiking".pdf diakses tanggal D *pril "#$6.

    Subandi !anuaji /. "#$%. Ceurologi untuk dokter umum. Surakarta4 ;CS

    >ress.

    Taylor *7. "##9. Tetanus. 3ontinuing ain, =ol 9(&4$#$-$#%.

    33