Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini...
Transcript of Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini...
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012
1
Tinjauan Kebijakan MoneterSeptember 2012
Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan
oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG)
pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus,
September, dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai
media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan
penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi
moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian
Indonesia serta respon kebijakan moneter Bank Indonesia yang
dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara
triwulanan pada setiap bulan April, Juli, Oktober dan Desember.
Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan
terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama
bulan laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang
ditempuh Bank Indonesia.
Dewan Gubernur
Darmin Nasution Gubernur
Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur
Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur
Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur
Budi Mulya Deputi Gubernur
Halim Alamsyah Deputi Gubernur
Ronald Waas Deputi Gubernur
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012
2
Daftar Isi
I. Statement Kebijakan Moneter .....................................................3
II. Perkembangan dan Kebijakan Moneter ......................................5
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ......................................................5
Neraca Pembayaran Indonesia ..........................................................8
Inflasi ................................................................................................9
Nilai Tukar Rupiah ...........................................................................11
Perkembangan Sektor Keuangan ...................................................12
Pasar Keuangan Internasional .....................................................12
Suku Bunga .................................................................................13
Kredit ..........................................................................................13
Uang Beredar ..............................................................................16
Pasar Saham ................................................................................16
Pasar Surat Berharga Negara (SBN) ..............................................17
Pasar Reksadana ..........................................................................18
Kondisi Perbankan .......................................................................19
III. Respons Kebijakan Moneter .......................................................21
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012
3
I. Statement KebIjaKan MoneTeR
Rapat Dewan Gubernur (RDG) bank Indonesia pada tanggal 13 September 2012 memutuskan untuk mempertahankan bI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku bunga tersebut dipandang masih konsisten
dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan
sasaran inflasi tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5%±1%. Bank Indonesia
memandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan
defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan
seperti yang diperkirakan sebelumnya. Namun, Bank Indonesia tetap
mewaspadai tekanan terhadap transaksi berjalan terutama yang
bersumber dari risiko memburuknya prospek perekonomian global.
Ke depan, Bank Indonesia terus mengevaluasi dampak dari kebijakan-
kebijakan yang telah dilakukan sebelumnya dan apabila diperlukan akan
mengambil langkah-langkah kebijakan lanjutan. Bank Indonesia juga
akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam mengelola
permintaan domestik dan perbaikan neraca pembayaran agar tetap sejalan
dengan upaya menjaga kestabilan ekonomi makro dan kesinambungan
pertumbuhan ekonomi nasional.
Dewan Gubernur menilai kinerja perekonomian domestik masih tetap sejalan dengan kapasitas ekonomi. Dalam triwulan III 2012 masih tetap kuat didukung tingginya konsumsi dan investasi. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang cukup tinggi didukung
oleh tingkat kepercayaan masyarakat terhadap prospek ekonomi dan
terkendalinya inflasi. Investasi juga tetap kuat yang didorong oleh
tingginya kepercayaan dunia usaha terhadap prospek ekonomi, dan
didukung pembiayaan investasi baik yang bersumber dari perbankan
maupun investasi langsung (FDI). Di sisi lain, ekspor diperkirakan akan
sedikit membaik sejalan dengan membaiknya prospek beberapa negara
mitra dagang utama, walaupun masih dibayangi risiko pelemahan
perekonomian global.
Sesuai dengan prakiraan, neraca Pembayaran Indonesia pada triwulan III 2012 diprakirakan mengalami perbaikan walaupun tetap perlu diwaspadai. Defisit transaksi berjalan diprakirakan akan
lebih rendah dibandingkan triwulan II 2012, sesuai dengan prakiraan
sebelumnya. Hal itu terindikasi dari mulai membaiknya neraca perdagangan
pada Juli 2012. Di sisi lain, defisit transaksi berjalan dapat diimbangi
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012
4
oleh surplus transaksi modal dan finansial yang diprakirakan meningkat,
terutama FDI. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor yang tinggi
terhadap perekonomian Indonesia. Ke depan, kondisi NPI diharapkan
semakin baik dengan ekspektasi bahwa kondisi perekonomian global
dan harga komoditas ekspor akan membaik serta didukung oleh respons
kebijakan yang efektif. Sementara itu, jumlah cadangan devisa pada
akhir Agustus 2012 sedikit meningkat dibandingkan posisi akhir bulan
sebelumnya, yaitu mencapai 109 miliar dolar AS atau setara dengan 5,9
bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
Tekanan terhadap nilai tukar rupiah pada agustus 2012 masih berlanjut namun dengan intensitas yang menurun. Rupiah secara
point-to-point melemah sebesar 0,94% (mtm) ke level Rp9.535 per
dolar AS atau secara rata-rata melemah 0,63% (mtm) menjadi Rp9.493
per dolar AS. Tekanan terhadap nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh
prospek pemulihan ekonomi global yang masih rentan dan pasar
keuangan global yang masih dalam kondisi ketidakpastian. Selain itu,
ekspor yang tertekan di tengah impor yang masih relatif kuat juga turut
memengaruhi keseimbangan supply-demand valas di dalam negeri.
Untuk itu, Bank Indonesia terus mencermati keseimbangan di pasar valuta
asing untuk mengarahkan pergerakan nilai tukar rupiah sejalan dengan
fundamentalnya.
Tekanan inflasi masih terkendali meskipun meningkat didorong oleh faktor musiman (Hari Raya) dan tekanan harga pangan. Inflasi
IHK pada Agustus 2012 tercatat 0,95% (mtm) sehingga secara tahunan
tercatat sebesar 4,58% (yoy). Inflasi Agustus yang meningkat didorong
oleh kenaikan harga sejumlah komoditas bahan pangan yang disebabkan
oleh faktor musiman terkait dengan Hari Raya, volatilitas harga pangan
global, dan adanya gangguan pasokan. Hal tersebut juga berdampak pada
meningkatnya inflasi inti meskipun masih berada pada level yang relatif
rendah (4,16%, yoy). Tekanan inflasi inti diperkirakan bersifat temporer
dan secara fundamental inflasi inti tetap terjaga. Ke depan, inflasi pada
tahun 2012 dan 2013 diperkirakan masih akan berada pada kisaran
sasaran sebesar 4,5%±1%.
Perkembangan sistem perbankan menunjukkan stabilitas yang tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yang semakin baik dalam mendukung pembiayaan perekonomian. Kinerja industri perbankan
yang solid tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital
Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012
5
rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%.
Sementara itu, Intermediasi perbankan juga terus membaik, tercermin dari
pertumbuhan kredit yang hingga akhir Juli 2012 mencapai 25,2% (yoy).
Kredit investasi tumbuh cukup tinggi, sebesar 29,6% (yoy), dan diharapkan
dapat meningkatkan kapasitas perekonomian nasional. Sementara itu,
kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar
27,3% (yoy) dan 18,9% (yoy).
Ke depan, Dewan Gubernur tetap berupaya mencapai keseimbangan eksternal secara gradual dengan tetap fokus pada pengendalian inflasi. Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran
kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah ditempuh selama
ini, termasuk penguatan langkah-langkah mengendalikan permintaan
domestik. Di sisi lain, respons kebijakan suku bunga BI Rate tetap
diarahkan untuk mengendalikan tekanan inflasi dari sisi fundamental
sesuai prakiraan makroekonomi. Selain itu, koordinasi dengan Pemerintah
juga terus diperkuat dalam rangka mengurangi tekanan terhadap
keseimbangan eksternal.
II. PeRKeMbanGan eKonoMI Dan KebIjaKan MoneTeR
Pertumbuhan ekonomi IndonesiaPerekonomian Indonesia pada triwulan III 2012 diprakirakan akan tetap tumbuh tinggi di tengah kondisi ketidakpastian perekonomian global. Pertumbuhan ekonomi masih akan didominasi
oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Keyakinan konsumen yang
menguat dan terjaganya daya beli masyarakat mendorong pertumbuhan
konsumsi rumah tangga tetap tinggi. Sementara itu, iklim usaha yang
kondusif serta didukung optimisme yang tinggi mendorong pertumbuhan
investasi. Kinerja ekspor diprakirakan berpotensi tumbuh membaik
sejalan dengan revisi ke atas prospek ekonomi beberapa negara mitra
dagang utama. Impor diprakirakan masih tumbuh tinggi seiring dengan
permintaan domestik yang masih kuat.
Konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2012 diprakirakan tetap tumbuh kuat sejalan dengan terjaganya daya beli masyarakat serta
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012
6
kuatnya keyakinan konsumen. Daya beli masyarakat yang tetap solid
didukung oleh tingkat inflasi yang masih terkendali, suku bunga simpanan
dan kredit yang dalam tren menurun, serta potensi perbaikan pendapatan
ekspor. Sementara itu, masih kuatnya keyakinan konsumen tercermin
dari indeks keyakinan konsumen yang dihimpun dari berbagai survei yang
meningkat (Grafik 2.1). Pada Survei Konsumen BI (SK BI) Agustus 2012,
indeks penghasilan dan lapangan kerja saat ini serta indeks ekspektasi
lapangan kerja dan penghasilan menunjukkan kenaikan (Grafik 2.2). Hal
tersebut menunjukkan adanya potensi kinerja konsumsi rumah tangga
yang tetap baik. Indikator konsumsi pendukung lain yaitu indeks penjualan
eceran riil. Pada Juli 2012 indeks tersebut meningkat didorong oleh faktor
musiman hari raya Idul Fitri (Grafik 2.3). Di sisi lain, penjualan mobil pada
Agustus 2012 melambat, meski masih tumbuh pada level yang tinggi.
Perlambatan tersebut ditengarai sebagai dampak pemberlakuan kebijakan
Loan to Value (LTV) pada kredit kendaraan bermotor beberapa waktu lalu.
Masih kuatnya kinerja konsumsi belum memberikan dampak yang signifikan pada inflasi. Hal tersebut juga didukung oleh prakiraan kinerja
investasi yang masih akan tumbuh cukup baik pada triwulan ke depan.
Pertumbuhan investasi pada triwulan III 2012 diprakirakan masih cukup tinggi sejalan dengan kinerja konsumsi yang masih kuat dan potensi pemulihan ekspor. Kondisi iklim usaha yang lebih kondusif
dan optimisme dunia usaha yang masih tinggi juga turut mendukung
pertumbuhan investasi. Peningkatan optimisme tercermin dari indeks
tendensi bisnis yang membaik serta nilai investasi yang diprakirakan masih
tetap tinggi pada semester II 2012 (Grafik 2.4 dan 2.5). Selain itu, kenaikan
belanja modal pemerintah juga turut mendukung pertumbuhan investasi.
Beberapa indikator dini investasi seperti masih tingginya penjualan
semen dan impor bahan bangunan mengonfirmasi potensi kuatnya
pertumbuhan investasi ke depan. Dari sisi pembiayaan, suku bunga kredit
yang berangsur menurun mendorong meningkatnya penyaluran kredit
perbankan ke sektor-sektor riil yang produktif. Penurunan suku bunga
simpanan (deposito riil 1 bulan) juga akan memberikan efek peningkatan
investasi.
Kendati masih lemah, kinerja ekspor berpotensi tumbuh membaik pada triwulan III 2012 sejalan dengan potensi membaiknya perekonomian beberapa negara mitra dagang utama. Revisi ke atas
prospek konsumsi rumah tangga di AS dan Jepang mendukung perbaikan
ekspor. Sementara itu, harga komoditas berangsur meningkat memasuki
Grafik 2.2 Indeks Ekspektasi Lapangan Kerja 6 Bulan Ke Depan
Grafik 2.3 Indeks Penjualan Eceran
Grafik 2.1 Indeks Keyakinan Konsumen
������
���������������������������������������������������
��������
���������������������
���� ���� ���� ����
�������������
�������������
��������������������
��������������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
������
�����������������������������
��
��
��
��
��
���
���
���
���
���
���� ���� ����� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � ��
�������������������
�������������������
�����������������
�������������������������������������
������
���
�
��
��
��
��
��
�� �� �� �� �� �� ��� ��� ��� ����
������������������������
������������
��������������������
�������
����������
���
���� ���� ����
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012
7
triwulan III 2012. Dengan perkembangan tersebut ekspor nonmigas
berpotensi kembali mencatat pertumbuhan yang positif (Grafik 2.6).
Pertumbuhan ekspor nonmigas terutama pada kelompok barang pertanian
dan industri pengolahan. Namun untuk barang tambang seperti batubara,
tembaga dan nikel diperkirakan masih akan tumbuh negatif. Ekspor
barang-barang tambang tersebut berpotensi menurun dalam jangka
pendek terkait dengan kebijakan pengetatan ekspor mineral. Selain faktor
kebijakan, penurunan ekspor batubara disebabkan oleh melemahnya
permintaan dari China dan India.
Impor diprakirakan tetap tumbuh tinggi pada triwulan laporan seiring dengan masih kuatnya permintaan domestik dan potensi pemulihan ekspor. Perkiraan tersebut didasarkan pada perkembangan
impor hingga Juli 2012 yang menunjukkan pertumbuhan yang masih
tinggi, meski sedikit melambat (Grafik 2.7). Perkembangan impor bahan
baku yang memiliki pangsa terbesar (sekitar 66%), terindikasi meningkat
sejalan dengan ekspor manufaktur yang meningkat. Namun pertumbuhan
impor barang modal terkait perlengkapan transportasi dan kendaraan
penumpang menunjukkan perlambatan, sejalan dengan perlambatan
penjualan mobil di pasar domestik. Sementara itu, impor barang modal
selain alat transportasi relatif masih stabil dan pertumbuhan impor
barang konsumsi tahan lama tetap meningkat sebagai respons tingginya
permintaan untuk kelompok barang tersebut.
Kinerja sektoral pada triwulan III 2012 diprakirakan masih tumbuh baik dengan tetap bertumpu pada sektor industri pengolahan; perdagangan, hotel, dan restoran; serta pengangkutan dan komunikasi. Permintaan domestik yang masih kuat dan potensi
pemulihan kinerja ekspor menjadi faktor pendorong pertumbuhan
sektor industri pengolahan. Potensi membaiknya permintaan baik dari
sisi domestik maupun eksternal akan meningkatkan pesanan baru yang
kemudian memicu peningkatan produksi. Sektor perdagangan, hotel dan
restoran diprakirakan tumbuh tinggi didukung oleh aktivitas domestik
yang masih baik dan impor yang tinggi. Sementara itu, kinerja sektor
pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tumbuh stabil pada level yang
relatif tinggi seiring dengan masih baiknya kinerja subsektor angkutan
udara dan komunikasi. Meskipun demikian, faktor risiko memburuknya
perekonomian Eropa lebih dalam dan tersendatnya proses pemulihan
ekonomi China dapat berimbas pada kinerja ekspor sektor tradables yakni
sektor industri pengolahan, pertanian, dan pertambangan.
Grafik 2.4 Indeks Tendensi Bisnis - BPS
Grafik 2.5 Nilai Investasi
������
������������
������
��
��
���
���
���
���
��
��
��
��
���
���
���
� �� ��� �� � �� ��� �� � �� �������� ���� ����
��� ����������������������������������������������������������
��������������
������������������
����������������������
��������
����
���� �������� ����
����
����� ������ ����� ������ ����� ������ ����� ����������� ���� ���� ����
Grafik 2.6 Ekspor Riil Migas & Non Migas
������ ������
����������������
��������
���
���
���
�
��
��
��
��
��
���������������������������������
���� ���� ���� ����� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � �
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012
8
neraca Pembayaran IndonesiaKinerja neraca Pembayaran Indonesia (nPI) pada triwulan III 2012 diprakirakan akan lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meskipun defisit neraca transaksi berjalan (TB) masih
berlanjut, surplus transaksi modal dan finansial (TMF) diprakirakan akan
lebih baik, didorong oleh tingginya aliran dana asing dalam bentuk
portofolio. Hal tersebut menyebabkan kinerja NPI pada triwulan laporan
diprakirakan mencatat surplus.
Defisit neraca transaksi berjalan diprakirakan masih berlanjut pada triwulan III 2012. Meskipun berpotensi membaik, kinerja ekspor
diprakirakan masih rentan, terkait relatif masih lemahnya ekonomi
negara mitra dagang utama seperti Eropa, Amerika Serikat dan Jepang
meski sudah mulai menunjukan perbaikan. Namun, pergerakan harga
komoditas global yang meningkat pada triwulan laporan, tren depresiasi
nilai tukar rupiah, serta semakin terdiversifikasinya tujuan ekspor
Indonesia menyebabkan tekanan pada kinerja ekspor sedikit tertahan.
Impor diprakirakan akan melambat antara lain sebagai dampak dari tren
depresiasi nilai tukar rupiah yang menyebabkan biaya impor mengalami
kenaikan. Di sisi lain, defisit neraca jasa diprakirakan lebih rendah sebagai
dampak tertahannya kegiatan impor hingga menyebabkan turunnya
pembayaran kegiatan pengangkutan barang impor. Sementara itu, defisit
neraca pendapatan diprakirakan masih tetap tinggi disebabkan besarnya
jumlah pendapatan (dividen, bunga, dan margin keuntungan) yang harus
dibayar kepada investor asing. Selain itu, aliran remitansi diprakirakan
mengalami penurunan setelah mencapai puncaknya pada musim Lebaran
lalu.
Transaksi modal dan finansial (TMF) masih menjadi penopang kinerja nPI pada triwulan III 2012. Surplus TMF pada triwulan laporan
diprakirakan lebih baik, didorong oleh masih berlanjutnya aliran masuk
dana asing dalam bentuk portofolio. Secara umum, struktur aliran modal
pada triwulan laporan masih didominasi oleh investasi langsung (Foreign
Direct Investment / FDI). Investor asing masih mencatat beli neto pada
Agustus 2012. Sampai dengan akhir Agustus 2012, kepemilikan asing
pada instrumen SBN (termasuk SBSN) dan SBI mengalami kenaikan.
Di pasar saham, investor asing juga mencatat beli neto. Namun,
masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global, yang dapat
memengaruhi kinerja fundamental ekonomi, berpotensi menurunkan porsi
kepemilikan asing pada instrumen rupiah.
Grafik 2.7 Impor Riil Migas & Non Migas
������
�����
�����
�����
���
����
����
����
���� ���� ���� ����
�����
�����
���
����
����
����
����
�����
�������������������������������
� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � �
������
Grafik 2.8 Perkembangan Neraca Perdagangan
���������������
��
��
��
�
���
���
���
���
���
���
���
���
����
����
����
����
���������������
���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
�������������������������������������������������������
�������������������������������
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012
9
Dengan perkembangan di atas cadangan devisa masih berada pada level yang aman. Cadangan devisa pada akhir Agustus 2012 tercatat
sebesar 108,99 miliar dolar AS atau setara dengan 5,9 bulan impor barang
dan pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah.
I n f l a s iInflasi IHK agustus 2012, meskipun meningkat akibat faktor musiman Lebaran, secara fundamental relatif masih terkendali. Laju
inflasi IHK Agustus mencapai 0,95% (mtm) atau 4,58% (yoy), meningkat
dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,70% (mtm) atau 4,56% (yoy)
(Grafik 2.9). Meningkatnya tekanan inflasi pada bulan laporan terutama
terjadi pada kelompok bahan makanan akibat kenaikan permintaan
musiman periode Lebaran dan masih berlanjutnya kenaikan harga pangan
global (jagung, gandum dan kedelai). Selain itu, kenaikan inflasi juga
didorong oleh inflasi non-pangan yang bersifat musiman seperti tarif
angkutan terkait Lebaran dan biaya pendidikan khususnya perguruan
tinggi karena masuknya tahun ajaran baru. Dari sisi fundamentalnya,
tekanan inflasi yang dicerminkan oleh inflasi inti sejauh ini masih terjaga.
Hal tersebut didukung oleh ekspektasi inflasi yang terus membaik, respons
sisi penawaran yang masih memadai, serta terkelolanya pelemahan nilai
tukar rupiah. Sejalan dengan itu, inflasi administered prices tetap rendah
karena tidak ada kebijakan pemerintah yang berdampak pada harga
barang dan jasa yang strategis.
Tekanan inflasi kelompok volatile food pada agustus 2012 relatif masih tinggi dipengaruhi oleh faktor musiman hari raya Idul Fitri, berlanjutnya kenaikan harga pangan global, serta terbatasnya pasokan beberapa komoditas tertentu. Inflasi volatile food pada
Agustus 2012 tercatat sebesar 1,46% (mtm), melambat namun masih
tinggi jika dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 1,82%
(mtm) (Grafik 2.10). Secara tahunan, inflasi volatile food meningkat
menjadi 7,76% (yoy) dari bulan sebelumnya yang sebesar 7,27% (yoy).
Penyumbang inflasi tertinggi dari kelompok pangan yakni ikan segar
(0,1%, mtm) sebagai akibat dari tingginya permintaan selama periode
laporan (Tabel 2.1). Konsumen diprakirakan beralih ke ikan akibat
harga daging sapi yang tinggi akibat menurunnya pasokan. Tingginya
permintaan di tengah terbatasnya pasokan juga meningkatkan harga
berbagai komoditas sayur dan buah. Sementara itu, gejolak harga pangan
Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi
Grafik 2.10 Inflasi Volatile Food
������
��
��
�
�
��
���
���� ���� ���� ������������
����
��������
����
�������� �������� �������� �������� �������� ����
��������������������������������������
������
�
�
�
�
��
��
����� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
�����������������
�����
����
����
Tabel 2.1Penyumbang Inflasi Volatile Food
Komoditas Inflasi(%, mtm)
Kontribusi(%, mtm)
agustus 2012
InflasiTempeTahuDagingKacang PanjangKangkungCabe RawitDeflasiTelur AyamDaging AyamCabai MerahBawang Merah
8,54 0,05 9,08 0,05 4,90 0,04 11,22 0,02 7,67 0,02 8,29 0,01 -5,51 0,05 -2,12 0,04 -7,25 0,03 -6,00 0,02
Sumber : BPS
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012
10
global (kedelai) sejak beberapa periode terakhir sudah berdampak pada
komoditas turunan domestik seperti tempe dan tahu yang masing-masing
berkontribusi sebesar 0,05% (mtm) pada inflasi bulan laporan (Tabel 2.1).
Di sisi lain, dengan adanya koreksi harga pada beberapa komoditas seperti
telur ayam ras, daging ayam ras, cabai merah dan bawang merah, sejalan
dengan memadainya pasokan komoditas tersebut, membantu menahan
gejolak kenaikan inflasi volatile food lebih tinggi lagi.
Meskipun secara tahunan masih terjaga, inflasi inti bulanan sedikit meningkat akibat gejolak eksternal yang disertai kenaikan harga pangan akibat faktor musiman yang lebih tinggi dari perkiraan.
Inflasi inti Agustus 2012 mencapai 0,97% (mtm) atau 4,16% (yoy). Inflasi
inti dengan mengeluarkan komoditas emas, baik makanan maupun non-
makanan, mengalami kenaikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya
namun masih berada pada tingkat yang rendah (Grafik 2.11). Gejolak
harga pangan global yang masih berlangsung turut mendorong tingginya
inflasi volatile food yang pada gilirannya memberikan dampak rambatan
pada makanan olahan (inflasi inti kelompok makanan).
Sementara itu, faktor musiman, seperti kenaikan tarif angkutan (Grafik
2.12) dan jasa pendidikan, yang cukup tinggi serta kenaikan harga emas
turut mendorong tingginya inflasi inti non makanan. Tarif angkutan
antarkota mencatat kenaikan lebih dari dua kali lipat dari rata-rata lima
tahun terakhir yang sekitar 6,5%. Hal yang sama juga terjadi pada inflasi
biaya pendidikan, khususnya perguruan tinggi yang pada tahun ajaran ini
naik cukup tinggi. Di sisi lain, kecenderungan terus meningkatnya harga
aset properti belum memberikan dampak pada inflasi secara keseluruhan
dan masih sejalan dengan faktor fundamentalnya. Kenaikan harga yang
cukup signifikan dalam beberapa bulan terakhir terlihat pada properti
komersial, sedangkan kenaikan harga properti residensial masih moderat.
Meskipun demikian, tekanan inflasi inti pada bulan laporan diperkirakan bersifat temporer dan secara fundamental inflasi inti sejauh ini masih terjaga. Hal tersebut didukung oleh ekspektasi inflasi
yang terus membaik sebagaimana tercermin pada hasil Consensus Forecast
periode Agustus 2012 dimana inflasi IHK 2012 dan 2013 turun masing-
masing ke level 4,5% dan 5,10% (Grafik 2.13), ekspektasi inflasi di pasar
keuangan, serta hasil Survei Penjualan Eceran dan Survei Konsumen (Grafik
2.14). Selain itu, sisi penawaran yang masih dapat merespons permintaan
secara memadai sebagaimana tercermin pada utilisasi kapasitas produksi
khususnya industri pengolahan yang masih berada di sekitar level 71%.
Grafik 2.11 Inflasi Inti Pangan dan Non Pangan
Grafik 2.12 Inflasi Biaya Angkutan
������
��
��
��
�
�
�
�
�� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � �
���� ���� ���� ����
���������������������
�����������������������������������������
����
����
��������
������
�����
����
����
����
���
���
���
����
����
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
�����
����
�����������������������������������������������
������������
Grafik 2.13 Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast
������
���
���
���
���
���
���
���
����������������������������������������������
�
����
� � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � �
����
���� ��������
�������� ����
���� ������������
��������
����
������������
������������
����
������������
��������
����
��������
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012
11
Faktor lainnya yaitu nilai tukar rupiah, meskipun berada dalam tren
melemah, namun masih cukup terkelola dengan baik sehingga dampaknya
terhadap inflasi relatif moderat.
Inflasi administered prices agustus 2012 masih terjaga pada level yang rendah meskipun terjadi sedikit peningkatan sejalan dengan dampak musiman dan pengaruh kenaikan harga minyak global. Inflasi administered prices tercatat sebesar 0,35% (mtm) atau 2,78%
(yoy), meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar
0,03% (mtm) atau 2,71% (yoy). Peningkatan inflasi tersebut didorong
oleh kenaikan angkutan mudik terutama kereta api, serta dampak dari
kenaikan harga minyak global yang berpengaruh pada kenaikan harga
komoditas energi (BBM non subsidi). Bensin memberikan sumbangan
inflasi sebesar 0,02% (mtm).
nilai Tukar Rupiah Tekanan terhadap nilai tukar rupiah selama agustus 2012 masih berlanjut. Pelemahan rupiah dipicu oleh perlambatan pertumbuhan
ekspor di tengah impor yang masih tinggi serta kondisi perekonomian
global yang masih rentan. Masih tingginya ketidakpastian terkait prospek
penanganan krisis Eropa, pemulihan ekonomi AS yang masih rentan,
serta moderasi pertumbuhan ekonomi China turut memberi tekanan
pada pergerakan nilai tukar rupiah yang cenderung terdepresiasi secara
perlahan. Nilai tukar rupiah selama bulan laporan secara rata-rata melemah
sebesar 0,63% (mtm) ke Rp9.493 per dolar AS dari Rp9.433 per dolar
AS. Sementara secara point-to-point (ptp), nilai tukar melemah sebesar
0,94% menjadi Rp9.535 per dolar AS dari Rp9.445 per dolar AS. Namun
pergerakan rupiah tersebut diiringi oleh volatilitas yang lebih terjaga.
Hal itu tidak terlepas dari upaya Bank Indonesia yang terus mencermati
perkembangan pasar valuta asing dan mengarahkan pergerakan nilai tukar
rupiah agar sejalan dengan fundamentalnya.
Meski sempat mereda di awal bulan, kekhawatiran atas laju pemulihan ekonomi global tetap memberikan tekanan pada pergerakan rupiah. Pasang surut ekspektasi investor global terhadap
rencana stimulus lanjutan oleh The Fed dan ECB untuk memacu
perekonomian yang melemah memberikan tekanan pada pasar keuangan
global dan pergerakan nilai tukar. Namun, tingginya indikasi akan
dilakukan kebijakan stimulus lanjutan oleh ECB dan The Fed membawa
Grafik 2.14 Ekspektasi Inflasi Konsumen
������
���
���
���
���
���
���
������
��
��
�
�
����
�
���� ���� ����
���������������������������
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
Grafik 2.15 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
�������
�������������������������������
����������������������������������������������������
��� ���
��� ���
��� ��� ���
���
���
���
���
���
��� ���
��� ���
��� ��� ���
� � � � � � � ����������������������
���� ���� �������
������������
����
��������
��������
����
����
����
Grafik 2.16 CDS Negara Utama Eropa
���
���
���
���
���
���
��
��
��
���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
���
���
���
���
���
���
���
�
������������������
���������������������������
�������
�������������������������
���
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012
12
optimisme di pasar keuangan global selama Agustus 2012. Hal tersebut
memicu penurunan faktor risiko eksternal seperti tercermin dari
menurunnya Credit Default Swap (CDS) negara utama Eropa (Grafik 2.16).
Persepsi risiko domestik masih relatif stabil sejalan dengan moderasi risiko eksternal. Hal tersebut ditunjukkan oleh perkembangan
CDS dan premi swap yang relatif stabil (Grafik 2.17 dan 2.18). Selain
itu, imbal hasil investasi pada instrumen berdenominasi rupiah yang
masih kompetitif dibandingkan dengan negara-negara sekitar, masih
memberikan daya tarik bagi investor. Hal itu tercermin dari selisih suku
bunga dalam negeri dan luar negeri (Uncovered Interest Parity / UIP) yang
masih lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan
(Grafik 2.19). Bahkan jika memperhitungkan premi risiko (Covered Interest
Parity / CIP), investasi dalam rupiah lebih kompetitif dibandingkan dengan
Korea, Malaysia, dan Filipina.
Perkembangan Sektor Keuangan
Pasar Keuangan Internasional Pasar keuangan internasional pada bulan laporan mengalami perbaikan
dibandingkan dengan bulan sebelumnya meskipun masih fluktuatif.
Perbaikan tersebut sejalan dengan ekspektasi positif terhadap langkah-
langkah kebijakan yang diambil ECB dan kebijakan Quantitative Easing
III yang akan dilakukan oleh bank sentral AS. Sentimen positif tersebut
mendorong perbaikan persepsi risiko investor serta penguatan beberapa
mata uang di negara Asia terhadap dolar AS.
Di sisi lain, harga minyak dunia mengalami peningkatan seiring dengan
ekspektasi stimulus ekonomi dari AS, China dan Eropa yang merespons
perlambatan ekonomi. Selain itu, peningkatan harga minyak juga
dipengaruhi oleh masih tingginya ketegangan geopolitik di kawasan
negara-negara Timur Tengah. Sementara itu, harga komoditas
internasional non-migas lainnya masih tercatat menurun. Seiring dengan
itu, tekanan inflasi global turut mereda yang turut disebabkan oleh adanya
perlambatan aktivitas ekonomi dunia.
Meredanya tekanan inflasi global direspons oleh beberapa negara maju
dengan kebijakan moneter yang tetap akomodatif. Beberapa negara
emerging markets turut melakukan penurunan suku bunga acuan, seperti
Grafik 2.17 CDS Indonesia & Selisih Imbal Hasil
Grafik 2.18 Premi Swap
�
���������������������������������
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
����������������������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
��������������������������������������
��������������� ���������������
�
�
�
�
�
�
�
�
�������������������������
��� ��������� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��������� ��� ��� ���
���� ����
������������������
�������������������
Grafik 2.19 UIP (Uncovered Interest Parity)
�
����������������������������������������������
��� ���
����
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ���
����
��� ������ ������ ��� ���
����
���������
��������
�����
��������
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012
13
Brazil dan Colombia, sebagai respons atas pelemahan aktivitas ekonomi
domestik dan outlook global.
Suku Bunga Suku bunga di pasar uang antarbank (PUab) Rupiah mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan suku bunga deposit facility. Kebijakan Bank Indonesia menaikkan suku bunga deposit
facility atau koridor batas bawah PUAB O/N sebesar 25 bps berdampak
pada kenaikan rata-rata suku bunga PUAB O/N pada Agustus 2012
sebesar 15 bps menjadi 4,16%. Sejalan dengan suku bunga PUAB O/N
yang meningkat, suku bunga PUAB dengan tenor lebih panjang turut
meningkat. Suku bunga PUAB dengan tenor yang lebih panjang bergerak
pada kisaran 4,13% - 4,65%. Selain itu, volume transaksi di PUAB
khususnya untuk tenor overnight (ON) turut meningkat sejalan dengan
tingginya kebutuhan likuiditas selama bulan Ramadhan.
Di sisi risiko, persepsi risiko di pasar uang antarbank masih relatif terjaga.
Persepsi risiko di PUAB sebagaimana tercermin pada selisih (spread) suku
bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah pada Agustus 2012 tidak jauh
berbeda dari bulan sebelumnya yaitu sebesar 21 bps. Persepsi risiko
tersebut relatif stabil meskipun sempat meningkat pada saat penerapan
kenaikan suku bunga DF O/N.
Dari sisi operasi moneter, bank Indonesia masih konsisten untuk terus melakukan upaya penguatan operasi moneter. Upaya
penguatan operasi moneter yang dilakukan selama Agustus 2012
ditujukan untuk memperpanjang profil jatuh tempo (maturity profile) dan
optimalisasi instrumen Reverse Repo SUN. Pada Agustus 2012, rata-rata
suku bunga instrumen moneter meningkat sebesar 13 bps dibandingkan
dengan bulan sebelumnya.
Pada agustus 2012, penyerapan term Deposit Valas (TD Valas) tercatat cukup besar. Besarnya penyerapan TD Valas berdampak pada
PUAB valas di dalam maupun luar negeri yang cenderung menurun. Meski
dari sisi volume PUAB valas menurun, namun dari sisi suku bunga PUAB
valas relatif stabil. Suku bunga rata-rata tertimbang hasil lelang pada
Agustus 2012 tercatat relatif stabil dari bulan sebelumnya, kecuali untuk
tenor 14 hari yang turun 1 bps.
Di sisi suku bunga perbankan, suku bunga kredit dan suku bunga deposito bergerak stabil. Rata-rata suku bunga kredit pada Juli 2012
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012
14
tercatat tidak jauh berbeda dibandingkan dengan bulan sebelumnya
yakni sebesar 12,37%. Suku bunga kredit modal kerja dan kredit investasi
masih tercatat menurun meskipun hanya turun tipis yakni sebanyak 1 bps
dan 4 bps menjadi sebesar 11,78% dan 11,42%, sedangkan suku bunga
kredit konsumsi mengalami kenaikan tipis sebanyak 2 bps menjadi sebesar
13,92%. Di sisi suku bunga simpanan, rata-rata suku bunga deposito 1
bulan pada Juli 2012 tercatat stabil dari bulan sebelumnya sebesar 5,5%
(Tabel 2.2 dan Grafik 2.20).
Penurunan suku bunga kredit juga dikonfirmasi dengan suku bunga
dasar kredit (SBDK) yang masih terus mengalami penurunan. Penurunan
SBDK selain terjadi di seluruh segmen, kecuali segmen KPR yang tetap.
SBDK pada Juli 2012 untuk korporasi dan ritel masing-masing tercatat
sebesar 9,77% dan 11,07%, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar
9,81% dan 11,08%. Sementara itu, SBDK untuk jenis non KPR tercatat
sebesar 10,87%, menurun dari bulan sebelumnya yang sebesar 10,99%.
SBDK untuk jenis KPR tercatat belum mengalami perubahan dari bulan
sebelumnya yang sebesar 10,50%.
Tabel 2.2Perkembangan berbagai Suku bunga
Suku bunga (%)
6,75 6,75 6,75 6,50 6,00 6,00 6,00 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 7,25 7,25 7,25 7,00 6,75 6,75 6,50 6,00 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 6,86 6,80 6,83 6,75 6,56 6,35 6,26 5,97 5,66 5,42 5,35 5,39 5,39 12,08 12,17 12,07 12,05 11,94 11,88 11,92 11,24 11,12 n.a n.a n.a n.a 12,55 12,50 12,39 12,36 12,31 12,16 12,14 12,11 12,01 11,86 11,78 11,79 11,78 12,11 12,10 12,06 12,02 11,97 12,04 11,73 11,69 11,62 11,56 11,51 11,46 11,42 14,32 14,30 14,25 14,02 14,18 14,15 14,14 14,15 14,13 14,10 14,03 13,90 13,92
BI RatePenjaminan DepositoDep 1 bulan (rata-rata tertimbang)Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)Kredit Modal Kerja (KMK)Kredit Investasi (KI)Kredit Konsumsi (KK)
2011 2012
jul ags Sep okt nov Des jan Feb Mar apr Mei jun jul
KreditPertumbuhan kredit masih tetap tinggi sejalan dengan kegiatan ekonomi yang masih kuat. Pada Juli 2012, pertumbuhan kredit (tidak
termasuk kredit chaneling) mencapai 25,2% (yoy), sedikit lebih rendah dari
bulan sebelumnya yang mencapai 25,7% (yoy) (Grafik 2.21). Berdasarkan
jenis penggunaannya, kredit investasi mencatat pertumbuhan tertinggi
dibandingkan dengan jenis kredit lainnya sebesar 29,6% (yoy) lebih tinggi
dari bulan sebelumnya sebesar 29,1% (yoy). Di sisi lain, kredit modal kerja
dan kredit konsumsi tercatat melambat dari bulan sebelumnya sebesar Grafik 2.20 Perkembangan Berbagai Suku Bunga
�
��
��
��
��
��
�
�
�
���� ���� ���� ���� ����� � �� � � ��� � � ��� � � ��� ��
���������������������������������������
�������������������������������
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012
15
28,2% (yoy) dan 19,6% (yoy) menjadi 27,3% (yoy) dan 18,9% (yoy)
(Grafik 2.22).
Secara sektoral, pertumbuhan kredit terutama didukung oleh kredit sektor perdagangan, sektor industri pengolahan dan sektor jasa dunia usaha. Sampai dengan Juli 2012, pangsa penyaluran
kredit terbesar tercatat pada sektor perdagangan sebesar 20%, sektor
industri pengolahan sebesar 16% dan sektor jasa dunia usaha sebesar
11%. Masing-masing sektor tersebut tumbuh tinggi mencapai 39,4%,
29,9% dan 28,7% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan sektor konstruksi
(bangunan) dan sektor pengangkutan (transportasi) masih tercatat tinggi
sebesar 31% dan 30,4% (yoy). Sektor pertanian yang hanya memiliki
pangsa 5% dari total kredit juga mulai tumbuh tinggi sejak awal tahun
2012 dan di Juli mencapai 40% (yoy).
Sementara itu, berdasarkan jenis valutanya, pertumbuhan kredit dalam valuta asing (valas) berada dalam tren melambat di tengah perkembangan kredit rupiah yang terus meningkat. Pada Juli
2012, kredit valas tumbuh 27,9% (yoy) atau melambat dibandingkan
dengan bulan sebelumnya sebesar 29,3 % (yoy), sedangkan kredit rupiah
tumbuh sebesar 24,6% (yoy) atau meningkat dibandingkan dengan bulan
sebelumnya (yoy) yang sebesar 25,1% (yoy). Hal tersebut ditengarai terkait
dengan kondisi eksternal yang kurang kondusif. Namun, perlambatan
kredit valas tersebut diperkirakan hanya berdampak terbatas terhadap
pertumbuhan kredit total.
Dari sisi penawaran kredit, sumber dana untuk kredit yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh melambat. Pertumbuhan DPK pada Juli
2012 tercatat sebesar 20,2% (yoy), melambat dibandingkan dengan bulan
sebelumnya sebesar 21,2% (yoy). Perlambatan tersebut sejalan dengan
perlambatan pertumbuhan deposito yang diindikasikan terkait dengan
pemindahan dana nasabah deposito ke pasar finansial sebagaimana
tercermin pada transaksi giro yang meningkat tipis. Berdasarkan valutanya,
sumbangan DPK Rupiah terhadap total DPK tercatat menurun, sedangkan
sumbangan DPK valas justru meningkat. Berdasarkan komponennya,
peningkatan DPK Valas terutama didukung oleh akselerasi pertumbuhan
deposito valas. Sementara itu, foreign asset (FA) bank bergerak sejalan dengan
selisih antara DPK valas dan kredit valas.
Grafik 2.21 Perkembangan BI Rate, Kredit dan DPK
������
��
��
��
��
��
��
��
��
�
�
��
�
�
�
�
�
�
��������������
����
�����
�����
���
����
���
��� ���
���
���
���
����
���
��� ���
���
���
���
����
���
��� ���
���
���
���
����
���
��� ���
���
���
���
����
���
��� ���
������������������������������������������
�
Grafik 2.22 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
������
�������������
��
��
��
��
��
�
���
���
����
���
��� ���
���
���
���
����
���
��� ���
���
���
���
����
���
��� ���
���
���
���
����
���
��� ���
���
���
���
����
���
��� ���
����������������������������
���������������������������������
��������
����
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012
16
Uang BeredarPertumbuhan uang primer menurun. Pada Agustus 2012,
pertumbuhan uang primer menurun cukup signifikan menjadi 5,2%
(yoy) dibandingkan dengan bulan Juli yang mencapai 14,4% (yoy) (Grafik
2.23). Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan uang
kartal yang juga signifikan. Pertumbuhan uang kartal (currency outside
bank) turun menjadi -0,8% (yoy) atau mengalami kontraksi setelah pada
bulan sebelumnya tumbuh mencapai 17,9% (yoy). Penurunan yang
cukup signifikan tersebut disebabkan perbedaan pola belanja masyarakat
terkait hari raya Idul Fitri dan Ramadhan. Pada tahun 2011, pola belanja
masyarakat hanya terkonsentrasi di bulan Agustus 2011, sedangkan
pada tahun 2012 pola belanja masyarakat bergeser ke bulan Juli dan
pertengahan Agustus 2012. Hal tersebut menyebabkan perbedaan base
perhitungan yang cukup besar pada bulan Agustus, dari yang semula
sangat tinggi di tahun 2011 menjadi berkurang signifikan pada tahun
2012 mengikuti pergeseran hari raya Idul Fitri-nya.
Pada Juli 20121, pertumbuhan M1 dan M2 masing-masing sebesar 20,7%
(yoy) dan 19,1% (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan
bulan sebelumnya sebesar 22,5% dan 20,9% (yoy) (Grafik 2.24).
Pertumbuhan M1 yang menurun terutama terkait dengan penurunan
sumbangan uang kartal di Juli 2012. Sementara itu, peningkatan pola
belanja masyarakat di bulan Ramadhan belum terlalu signifikan mengingat
pelaksanaan Idul Fitri masih di pertengahan Agustus 2012. Pertumbuhan
M2 menurun sejalan dengan pertumbuhan M1 dan deposito. Dari
sisi faktor, pertumbuhan M2 didorong oleh penurunan sumbangan
Net Domestic Asset (NDA) sebagaimana tercermin pada penurunan
sumbangan NCG terkait pembayaran gaji ke-13.
Pasar SahamKinerja pasar saham mengalami koreksi pada bulan laporan. IHSG
tercatat mengalami penurunan sebesar 2,0% ke level 4.060,33 dibandingkan
dengan bulan sebelumnya. Pelemahan kinerja pasar saham domestik terutama
dipicu oleh sentimen negatif pelaku pasar terkait dengan kondisi Neraca
Pembayaran Indonesia yang sampai dengan triwulan II 2012 mengalami
defisit. Selain itu, kondisi pasar keuangan global yang masih cenderung
1 Data LBU
Grafik 2.23 Pertumbuhan Uang Primer
Grafik 2.24 Pertumbuhan Uang Beredar
������
��������������������
������������������
������������������������
���������������������������
��������
��������������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
���� ���� ���� ����
������ �
�������������������������������������������������������������������������������������
�
�
��
��
��
��
��
�
�
�
��
��
��
�����
�����
�����
�����
�����������������������
������� ��� ��� ��� ��� ���
������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����
Grafik 2.25 IHSG dan Perkembangan Bursa Global
�����������������������
����������������������
����������������������������������
��������������������������������������
����������������������������
�����������������������������
������������
�����������������
�� �� �� �� � � � ��
����������
�����
����������
�����
�����
����
����
������������
����
����
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012
17
fluktuatif menyebabkan kinerja pasar saham di negara emerging markets
lainnya turut mengalami tekanan dan terkoreksi sebesar 0,8% (mtm) (Grafik
2.25)
eksposur investor asing di pasar saham domestik tetap positif. Di
tengah tekanan yang dialami oleh IHSG, kepemilikan investor asing di
pasar domestik bergerak positif meski relatif terbatas. Pada Agustus 2012,
investor asing masih mencatat beli neto sebesar Rp0,41 triliun. Eksposur
tersebut menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencatat
beli neto sebesar Rp4,59 triliun.
Penurunan kinerja IHSG tercermin di sebagian besar indeks sektoral, kecuali infrastruktur dan konsumsi. Sektor industri dasar mengalami
pelemahan sebesar 5,7%, diikuti oleh sektor pertanian yang melemah
sebesar 5,1%. Sementara itu, sektor lainnya melemah di kisaran 2,0% -
4,8%. Sektor pertambangan mengalami tekanan akibat penurunan harga
komoditas ditengah melimpahnya pasokan batu bara dan menurunnya
permintaan dari China (Grafik 2.26).
Pasar Surat Berharga negara (SBn)Kinerja pasar Sbn sejalan dengan kinerja pasar saham domestik.
Pada Agustus 2012, secara keseluruhan imbal hasil SBN tercatat meningkat
46 bps dari bulan sebelumnya menjadi sebesar 6,12%. Imbal hasil SBN
untuk tenor jangka pendek, menengah dan panjang masing-masing naik
sebesar 46 bps, 50 bps dan 39 bps ke level 5,63%, 6,12% dan 6,77%.
Sementara itu, imbal hasil SUN dengan tenor 10 tahun mengalami
peningkatan sebesar 55 bps menjadi sebesar 6,26% dibandingkan dengan
Juli 2012 sebesar 5,71% (Grafik 2.27 dan Grafik 2.28).
Pelemahan yang terjadi pada pasar SBN disebabkan oleh faktor domestik
dan eksternal. Faktor domestik tersebut antara lain didorong oleh defisit
neraca pembayaran yang mengakibatkan pelemahan nilai tukar rupiah.
Sementara itu, faktor eksternal yang memicu peningkatan imbal hasil
antara lain berasal dari prospek perdagangan China yang diperkirakan
semakin memburuk sehingga turut mengurangi minat investor asing
bertransaksi di dalam negeri.
Meningkatnya ketidakpastian perekonomian global dan pelemahan
nilai tukar mendorong investor asing melakukan jual neto di pasar SBN.
Investor asing mencatat jual neto sebesar Rp1,4 triliun pada Agustus 2012
setelah pada bulan sebelumnya mencatatkan beli neto sebesar Rp10,1
Grafik 2.26 Perkembangan Saham Sektoral
Grafik 2.27 Imbal Hasil SBN dan BI Rate
Grafik 2.28 Perubahan Imbal Hasil SBN Bulanan
��
��
��
��
�
�
���� ���� ���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
�����������������������
��������������������������������� �����������������
�
����������������
����������������
�����������������
��������������������
��������������
�������������������
�����������������
��� �� � ��
����
����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�����
����
����
����
����
����
�����������������������������������������������������������������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ����
��
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012
18
triliun. Aksi jual investor asing tersebut terjadi pada seluruh instrumen SBN
jangka pendek, menengah, dan panjang sejalan dengan meningkatnya
ketidakpastian pasar keuangan global dan pelemahan nilai tukar rupiah.
Pasar ReksadanaKinerja reksadana sampai dengan juli 2012 menunjukkan peningkatan. Secara umum, kinerja reksadana yang tercermin dalam NAB
tumbuh sebesar 1,5% dibandingkan dengan Juni 2012. Sampai dengan
Juli 2012, peningkatan NAB reksadana ditopang oleh produk reksadana
pasar uang dan pendapatan tetap.
Tabel 2.3Perkembangan Reksadana
1 2 3 4 2011 5 6 7 8 9 10 11 122012 1 2 3 4 5 6 7
Saham MTMPasar Uang Campuran Pendapatan
Tetap Terproteksi IndekseTF-
Saham
eTF-Pendapatan
Tetap Syariah Total
juli 2012 -Desember 2011
1,8% 5,9% 3,9% -3,1% -1,9% 42,8% -24,1% -6,5% -13,8% -0,1% 3,7% -1,0% 2,7% -0,9% 1,1% 0,5% 1,4% -0,4% 0,9% 1,7% 8,0% -2,5% 6,0% 0,9% 0,5% 9,0% 7,2% 5,8% 3,6% 3,7% 3,6% 2,5% 0,6% 0,8% 1,2% 3,9% 3,3% 4,2% 1,0% 1,9% 3,9% 1,1% 0,3% -2,1% 1,3% -3,3% 0,4% 1,5% 0,1% 1,5% 1,8% -4,6% 5,3% -1,3% -0,6% 5,3% 1,8% 0,5% 0,0% 0,7% 0,1% 9,9% -5,5% 4,9% -0,3% -26,9% 5,9% 4,1% -0,4% 0,4% 4,0% -2,1% 63,7% 33,8% -1,0% 6,8% -7,3% 2,8% -3,4% 14,7% -4,8% -0,4% -40,5% -26,1% -2,1% -3,9% -7,9% 2,6% -4,1% -14,6% 9,6% -0,8% 6,8% 3,0% 1,0% 9,6% -2,7% 8,8% 3,9% 5,1% -1,7% 9,6% -1,6% 2,1% 1,1% -2,6% 30,8% 2,4% 0,1% 0,3% 2,7% 12,9% 5,5% 6,4% -1,0% 2,2% 8,1% 6,6% 2,0% 3,2% -5,1% 3,7% -0,9% 9,9% 0,8% 1,8% -2,8% 5,7% 2,5% 0,2% 2,2% 8,5% 62,5% 33,5% -1,7% 3,8% 79,0% 7,5% 4,4% 15,3% -1,5% 7,7% -1,2% 0,1% -1,9% 12,6% -11,4% -1,0% -1,2% -0,6% 0,3% 6,3% -32,9% -20,9% 1,7% 15,3% -10,3% 88,7% 6,1% -9,2% -0,7% -5,1% -6,8% -6,5% 0,5% -7,8% -0,6% -2,3% -9,4% -2,9% 6,7% -7,3% 4,7% 1,5% 1,3% 1,9% 36,5% 2,3% 1,9% 3,1% 1,7% 9,7% -4,1% 3,3% 0,3% 2,6% 22,1% -0,3% 5,7% 1,5%
3,3% 24,4% -0,1% 14,0% 0,8% 32,2% 129,1% 111,6% 9,5% 5,9%
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012
19
Kondisi PerbankanKinerja perbankan domestik pada bulan laporan masih tetap positif di tengah kondisi eksternal yang tidak kondusif. Permodalan
perbankan sebagaimana tercermin pada angka rasio kecukupan modal
(Capital Adequacy Ratio/CAR) per Juni 2012 masih terjaga pada kisaran
17% - 18%. Perkembangan intermediasi atau kredit perbankan pada Juli
2012 masih tumbuh tinggi yaitu sebesar 25,2% (yoy). Sementara itu, rasio
kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) selain kredit channeling
baik gross maupun neto tercatat sedikit menurun dari bulan sebelumnya
sebesar 2,2% dan 0,6%. Di sisi profitabilitas perbankan, indikator Return
on Asset (ROA) mengalami sedikit penurunan menjadi sebesar 3,1%
(Tabel 2.4).
Tabel 2.4Kondisi Umum Perbankan
IndikatorUtama
Total Aset (T Rp) DPK (T Rp) Kredit * (T Rp)LDR* (%) NPLs Gross* (%) NPLs Net * (%) CAR (%) NIM (%) ROA (%)
3.195,1 3.371,5 3.651,8 3.598,7 3.628,1 3.708,7 3.745,1 3.827,5 3.891,1 3.902,5 2.438,0 2.544,9 2.784,1 2.742,3 2.763,9 2.826,0 2.841,4 2.909,0 2.955,8 2.961,4 1.950,7 2.079,3 2.199,1 2.160,2 2.203,0 2.266,2 2.317,2 2.386,1 2.452,9 2.470,1 80,0 81,7 79,0 78,8 79,7 80,2 81,6 82,0 83,0 83,4 2,7 2,7 2,2 2,4 2,3 2,3 2,3 2,3 2,2 2,2 0,6 0,6 0,4 0,5 1,0 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 17,0 16,7 16,1 18,4 18,5 18,3 18,0 17,9 17,5 17,2 0,5 0,5 0,5 0,5 0,4 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 3,1 3,1 3,0 3,7 3,4 3,1 3,0 3,0 3,2 3,1
2011 2012
jun Sep Des jan Feb Mar apr Mei jun jul
* tanpa channeling
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012
20
III. ReSPonS KebIjaKan MoneTeR
Rapat Dewan Gubernur (RDG) bank Indonesia pada tanggal 13 September 2012 memutuskan untuk mempertahankan bI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku bunga tersebut dipandang masih konsisten
dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan
sasaran inflasi tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5% ± 1%. Bank Indonesia
memandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan
defisit transaksi berjalan pada Triwulan III 2012 mengalami perbaikan
seperti yang diperkirakan sebelumnya. Namun, Bank Indonesia tetap
mewaspadai tekanan terhadap transaksi berjalan terutama yang
bersumber dari risiko memburuknya prospek perekonomian global.
Ke depan, Bank Indonesia terus mengevaluasi dampak dari kebijakan-
kebijakan yang telah dilakukan sebelumnya dan apabila diperlukan akan
mengambil langkah-langkah kebijakan lanjutan. Bank Indonesia juga
akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dalam mengelola
permintaan domestik dan perbaikan neraca pembayaran agar tetap sejalan
dengan upaya menjaga kestabilan ekonomi makro dan kesinambungan
pertumbuhan ekonomi nasional.
Ke depan, bank Indonesia tetap berupaya mencapai keseimbangan eksternal secara gradual dengan tetap fokus pada pengendalian inflasi. Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter
dan makroprudensial yang telah ditempuh selama ini, termasuk penguatan
langkah-langkah mengendalikan permintaan domestik. Di sisi lain, respon
kebijakan suku bunga BI Rate tetap diarahkan untuk mengendalikan
tekanan inflasi dari sisi fundamental sesuai prakiraan makroekonomi.
Selain itu, koordinasi dengan Pemerintah juga terus diperkuat dalam
rangka mengurangi tekanan terhadap keseimbangan eksternal.
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012
21
Indikator Terkini
* angka sementara** angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000*** angka prakiraan Bank Indonesia1) minggu terakhir2) rata-rata tertimbang3) penutupan pada akhir periode 4) closed fileSumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS
SeKToR KeUanGan
H a R G a
SeKToR eKSTeRnaL
InDIKaToR KUaRTaLan
SUKU bUnGa & SaHaMSuku bunga SBI 9 bln 1)
Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2)
IHSG Indeks 3)
beSaRan MoneTeR (miliar Rp)base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D)Broad Money (M2 = C+D+T+S) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Total Deposito (Valas) Simpanan Giro Valuta Asing Surat Berharga Selain Saham (S) M2 - Rupiah Tagihan kepada Sektor LainnyaTagihan pada Sektor Swasta
Inflasi bulanan (%. mtm)Inflasi tahunan (%. yoy)
Rp/USD (akhir periode. nilai tengah)Ekspor Barang Non migas (f.o.b. juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f. juta USD) 4) Net International Reserve (juta USD)
Pertumbuhan PDB (%. yoy)** Konsumsi Investasi Perubahan Stok Ekspor Impor
6,78 6,28 5,77 5,22 5,04 4,88 3,82 3,83 3,93 4,24 4,32 4,46 - 6,80 6,83 6,75 6,56 6,35 6,26 5,97 5,66 5,42 5,35 5,39 5,39 - 6,90 7,05 7,11 6,99 6,81 6,68 6,52 6,31 6,00 5,89 5,76 5,67 - 6,11 5,61 5,30 4,87 4,67 4,43 3,93 3,81 3,81 3,83 4,10 4,17 - 3.842 3.549 3.791 3.715 3.822 3.942 3.985 4.122 4.181 3.833 3.956 4.142 4.060 625.440 565.149 566.282 568.783 613.488 594.078 578.964 586.034 596.592 604.979 627.359 634.993 - 662.806 656.096 665.000 667.587 722.991 696.323 683.253 714.258 720.924 749.450 779.416 771.792 - 324.725 279.224 281.341 279.066 307.760 286.242 280.103 287.046 290.861 294.768 314.670 315.375 - 338.081 376.872 383.659 388.521 415.231 410.082 403.150 427.212 430.064 454.682 464.746 456.417 - 2.621.346 2.643.331 2.677.787 2.729.538 2.877.220 2.854.978 2.849.796 2.911.920 2.927.259 2.992.057 3.050.355 3.054.530 - 1.943.770 1.973.573 2.000.315 2.047.205 2.139.840 2.145.246 2.150.808 2.182.891 2.190.885 2.227.527 2.254.329 2.269.805 - 1.683.246 1.703.621 1.725.881 1.753.123 1.846.002 1.842.815 1.848.124 1.875.257 1.887.124 1.900.824 1.915.625 1.926.042 - 923.986 933.931 953.045 956.480 981.445 993.655 998.643 1.022.038 1.020.792 1.027.151 1.016.060 1.017.021 - 759.260 769.690 772.836 796.643 864.557 849.160 849.481 853.219 866.332 873.673 899.565 909.020 - 126.436 130.714 129.685 135.589 140.518 141.171 145.623 148.649 148.486 159.186 164.762 170.722 - 134.088 139.238 144.749 158.494 153.320 161.260 157.061 158.984 155.275 167.516 173.942 173.041 - 14.770 13.663 12.472 14.746 14.388 13.409 15.735 14.771 15.450 15.081 16.610 12.932 - 2.480.140 2.498.955 2.535.630 2.579.204 2.722.313 2.700.399 2.688.438 2.748.499 2.763.324 2.817.790 2.868.983 2.870.876 - 2.205.555 2.249.588 2.283.424 2.337.812 2.383.823 2.374.862 2.403.464 2.464.483 2.519.946 2.586.786 2.653.871 2.667.448 - 1.946.476 1.989.000 2.024.718 2.068.037 2.118.376 2.106.449 2.138.727 2.189.236 2.230.960 2.289.504 2.361.812 2.377.917 - 0,93 0,27 -0,12 0,34 0,57 0,76 0,05 0,07 0,21 0,07 0,62 0,70 0,95 4,79 4,61 4,42 4,15 3,79 3,65 3,56 3,97 4,50 4,45 4,53 4,56 4,58 8.578 8.823 8.835 9.170 9.068 9.000 9.085 9.180 9.190 9.565 9.480 9.485 9.560 15.021 13.558 14.187 13.507 13.460 12.414 12.594 13.565 12.742 13.627 12.337 - - 11.346 11.440 12.067 12.130 12.632 11.715 11.894 12.296 12.660 13.382 13.150 - - 100,79 93,80 89,68 89,08 88,57 88,84 87,74 89,93 94,46 92,55 85,58 - -
ags Sep okt nov Des jan Feb Mar apr Mei jun jul ags
2011 2012
Tw. III Tw. IV* Tw. I Tw. II
2011 2012
6,5 6,5 6,3 6,4 4,6 4,6 4,9 5,0 7,1 11,5 10,0 12,3 16,7 -8,7 164,1 108,7 17,8 7,9 7,8 1,9 14,0 10,1 8,0 10,9