TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA...

101
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA MASYARAKAT KECAMATAN TAPOS KOTA DEPOK” Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy.) Oleh : ADE TRI CAHYANI NIM : 1110043100029 KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIKIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1436 H/2015 M

Transcript of TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA...

Page 1: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

“TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA

MASYARAKAT KECAMATAN TAPOS KOTA DEPOK”

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy.)

Oleh :

ADE TRI CAHYANI

NIM : 1110043100029

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIKIH

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1436 H/2015 M

Page 2: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota
Page 3: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota
Page 4: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

iii

LEMBAR PERYATAAN

Nama : Ade Tri Cayani

Nim : 1110043100029

Dengan ini saya menyatakan bahwa;

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang di ajukan untuk memenuhi salah

satu persayaratan memperoleh gelar strata 1 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua Sumber saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil

jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku

di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Oktober 2014

Ade Tri Cahyani

Page 5: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

iv

ABSTRAK

Ade Tri Cahyani, NIM: 1110043100029, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Praktik Gadai Pada Masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok”, program Studi

perbandingan Madzhab dan Hukum, Konsentrasi Perbandingan Mazhab Fikih,

Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

1435 H/2014 M.

Skripsi ini merupakan upaya untuk memaparkan mengenai permasalahan

Praktik Gadai Pada Masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok. dalam praktiknya

menunjukkan adanya beberapa hal yang dipandang memberatkan dan dapat

mengarahkan kepada suatu persoalan yaitu riba. Hal ini dapat dilihat dari praktik

pelaksanaan gadai itu sendiri yang secara ketat ia harus menambahkan adanya bunga

gadai (rahin) karena ia harus menambahkan sejumlah uang tertentu dalam melunasi

utangnya. Oleh karena itu penulis akan mengkaji mengenai praktik gadai tersebut

yang terjadi dalam masyarakat di Kecamatan Tapos Kota Depok, dengan

menganalisa permasalahan mengenai tinjauan hukum Islam terhadap mekanisme

gadai, pemanfaatan barang gadai, pemanfaatan barang gadai yang terjadi di

masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok.

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk memberikan pengetahuan kepada

masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota Depok tentang praktik

pegadaian yang sesuai dengan hukum Islam. Untuk mengetahui pandangan hukum

Islam dalam memberi jawaban atas permasalahan terhadap praktik gadai di

masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok.

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif dengan

menggunakan instrumen penelitian lapangan (field research). Dan penelitian

kepustakaan yang didasarkan pada suatu pembahasan dengan menggunakan metode

studi kepustakaan (library research), metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif, yakni penulis berusaha menyajikan fakta-fakta yang

objektif sesuai dengan kondisi dan situasi yang sebenarnya terjadi pada saat

penelitian dilakukan. Metode pengumpulan data menggunakan purposive sampling.

Dengan permasalahan yang ada, penulis menarik kesimpulan bahwa praktik

gadai yang diterapkan masyarakat di Kecamatan Tapos Kota Depok ini tidak sah

menurut hukum Islam, akad gadai dalam mekanisme gadai tidak sempurna atau

belum sesuai syariat Islam, seluruh praktik gadai yang penulis temukan terdapat

unsur riba dan pemanfaatan atas barang yang di gadaikan, gadai yang berupa barang

hutang praktik gadai yang terjadi dengan menggunakan barang kredit ini jelaslah

sangat tidak sesuai dengan syariat Islam.

Kata kunci : Praktik gadai, pemanfaatan barang gadai, gadai berupa barang

hutang.

Pembimbing : H. M. Riza Afwi, MA dan Arip Purkon, S.Hi, MA

Daftar Pustaka : Tahun 1923 s.d. Tahun 2011

Page 6: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

v

بسم ٱلله ٱلرحمن ٱلرحيم

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, Puji dan syukur yang tiada hentinya

dipanjatkan kepada sang penguasa kepada Allah SWT, yang telah memberikan

nikmat dan petunjuknya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skiripsi ini dengan

baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW beserta

keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Berkat rahmat dan hidayah dari Allah SWT, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan karya ilmiah dengan judul “TINJAUAN HUKUM ISLAM

TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA MASYARAKAT KECAMATAN

TAPOS KOTA DEPOK”

Penulis juga sadar sepenuhnya bahwa diri ini berutang budi kepada banyak

pihak telah berkontribusi bahkan berjasa besar baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga ingin menyampaikan ungkapan

penuh rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada para pihak yang telah

menanamkan jasa baik berupa bimbingan, arahan serta bantuan yang diberikan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu,

ucapan terima kasih diberikan kepada:

1. Bapak Dr. H. Phil. J.M. Muslimin, M.A selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Dr. Khamami, MA selaku Ketua Jurusan Program Study Perbandingan

Mazhab dan Hukum, beserta ibu Siti Hanna, Lc, MA, selaku Sekretaris Jurusan

Page 7: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

vi

Program Study Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Muhammad Taufiki, M.Ag dan Bapak Fahmi Ahmadi, M.Si yang

sudah memberikan arahan dan bimbingan sehingga penulis dapat menulis skripsi

dengan baik.

4. Bapak H. Riza Afwi, MA, dan bapak Arip Purkon S.Hi, MA, selaku pembimbing

skiripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan, saran serta

petunjuk dalam menyelesaikan skiripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi

5. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa kuliah,

semoga amal kebaikannya mendapatkan balasan di sisi Allah SWT.

6. Seluruh staf karyawan Perpustakaan Utama dan staf karyawan fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas kerjasamanya dalam pelayanan

yang terbaik dalam pengumpulan materi skiripsi dan kelancaran administrasi.

7. Pejabat Kantor Kecamatan Tapos Kota Depok, beserta jajarannya yang telah

membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data yang diperlukan untuk

penelitian ini.

8. Para relawan yang telah bersedia untuk diwawancarai sehingga membantu

kelancaran dalam memperoleh data-data yang diperlukan untuk penelitian ini.

9. Kepada ayah tercinta bapak H. Asam Muhit, S.Ag M.Si, ibunda Hj. Yayah

Rokayah, atas pengorbanan dan cinta kasihnya yang tidak terbatas baik berupa

moril dan materil, serta doa yang tak pernah terhingga sepanjang masa untuk

Page 8: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

vii

keberhasilan studi penulis, segala hormat dan cinta yang tak terhingga penulis

persembahkan. Seluruh keluarga besarku, kakanda Neneng Hasanah, machyudin,

kakak iparku Dodi Mardani dan Juliana Sari dan kaka yang tercinta Boggie Adhar

Frandyas yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan agar penulis tetap

semangat dalam menempuh studi di kampus tercinta ini. serta seluruh keluargaku

yang selalu memberikan keceriaan dalam bingkai kebersamaan baik suka maupun

duka.

10. Sahabat-sahabat tercinta, Dian Rahmayanti, Sri Wahyu Ningsih, Widya permata

Sari, Dian Kamal sari Ohorella, Ida Handayani, Ulfah Hidayah, Raihanun, dan

semua rekan-rekan PMH (Perbandingan Mazhab Hukum) angkatan 2010,

khususnya perbandingan mazhab fiqih kelas A dan B yang tidak mungkin dapat

penulis sebutkan satu-persatu, yang senantiasa selalu memberikan semangat dan

berjuang bersama dikampus tercinta ini, serta yang selalu menebarkan benih-benih

keceriaan dalam kebersamaan.

Besar harapan bagi penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa

saja yang memerlukannya dan dapat memberikan khazanah baru dalam dunia

akademik. Sebagai manusia yang dhoif, yang memiliki keterbatasan dan kekurangan,

tentunya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akhirnya, hanya kepada Allah

SWT juga kita memohon agar apa yang telah kita lakukan menjadi sesuatu investasi

yang sangat berharga dan kelak dapat membantu kita di yaumil akhir.

Jakarta, 15 Oktober 2014

Ade Tri Cahyani

Page 9: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... iii

ABSTRAK .................................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................ v

DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 7

D. Kajian Pustaka .................................................................................. 8

E. Metode Penelitian ........................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 14

BAB II : TINJAUAN UMUM MENGENAI GADAI

A. Pengertian Gadai (Rahn) ................................................................ 16

B. Dasar Hukum Gadai ....................................................................... 20

C. Rukun dan syarat Gadai .................................................................. 23

D. Hak dan Kewajiban dalam gadai .................................................... 30

E. Pendapat Para Ulama Tentang Pemanfaatan barang gadai ............ 32

F. Berakhirnya Akad Gadai ................................................................ 37

Page 10: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

ix

BAB III: PRAKTIK GADAI PADA MASYARAKAT Di KECAMATAN

TAPOS KOTA DEPOK

A. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Tapos Kota Depok .............. 39

B. Sekilas Kondisi masyarakat di Kecamatan Tapos Kota Depok ..... 40

C. Mekanisme praktik gadai di masyarakat Kecamata Tapos Kota

Depok ............................................................................................ 46

D. Latar belakang terjadinya praktik pemanfaatan barang gadai

di kecamatan Tapos kota Depok ................................................... 50

BAB IV: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI DI

KECAMATAN TAPOS KOTA DEPOK

A. Tinjauan Hukum Islam terhadap Mekanisme gadai yang terjadi di

masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok ................................... 53

B. Tinjauan Hukum Islam terhadap praktik pemanfaatan barang gadai

di masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok ............................... 55

C. Tinjauan Hukum Islam terhadap gadai yang berupa barang hutang

di masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok ............................... 61

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 65

B. Saran ............................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 70

LAMPIRAN

Page 11: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dengan transaksi, Allah

SWT telah menjadikan manusia saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya,

agar mereka saling tolong-menolong, baik dengan jalan tukar-menukar, sewa

menyewa, bercocok tanam atau dengan cara yang lainnya, karena sejatinya manusia

adalah makhluk sosial (social creature). Bentuk dari tolong menolong ini bisa berupa

pemberian dan bisa berupa pinjaman (gadai).1 Praktik gadai yang terjadi pada masyarakat di

kecamatan Tapos Kota Depok tidak sesuai dengan syariat Islam.

Bagi masyarakat mendengar kata gadai bukanlah hal yang aneh, mereka

mengetahui bahwa gadai merupakan salah satu ajaran yang ada dalam agama Islam,

khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos kota Depok sudah menjadi suatu

kebiasaan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari masyarakat di

Kecamatan Tapos Kota Depok, mereka terbiasa melaksanakan praktik gadai dengan

cara yang sangat sederhana yang dilakukan antar kerabat dekat ataupun tetangga.

Mereka menganggap proses gadai tersebut lebih mudah dan cepat untuk mendapatkan

pinjaman di bandingkan mereka harus meminjam kepada pegadaian ataupun bank.

Meski begitu mereka tetap menganggap bahwa barang gadaian tersebut sebagai

antisipasi bilamana hutangnya tidak terbayar, maka barang gadaian yang digunakan

1 Muhammad Shalikul Hadi, Pegadaian Syariah, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2003), hal. 2.

Page 12: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

2

untuk menutupi hutangnya. Dan mereka pun tahu bahwa hutang adalah hak adami

yang harus dibayar sebelum mati.2

Allah berfirman dalam surat al-Maidah ayat 2 sebagai berikut :

Artinya :“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah SWT, sesungguhnya

Allah SWT amat berat siksa-Nya.” (Qs. Al-Maidah:2).3

Karena sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai hasrat untuk hidup

bersama. Lebih-lebih dalam zaman modern ini tidak mungkin bagi seseorang

makhluk hidup secara layak dan sempurna tanpa bantuan dari atau kerja sama dengan

orang lain. Oleh sebab itu, kerjasama antara seorang manusia merupakan sebuah

kebutuhan. Kebutuhan itu bisa berbagai bentuk, misalnya berupa uang, padahal ia

memiliki sejumlah barang yang dapat dinilai dengan uang. Dalam kondisi seperti ini

orang bisa melakukan beberapa alternatif guna mendapatkan uang. Salah satu

alternatif tersebut, misalnya dengan menggadaikan barang.

Rasulullah pernah mencontohkan praktik gadai dengan menggadaikan baju

besinya ketika membeli makanan kepada orang Yahudi. Seiring dengan

berkembangnya zaman dan aneka ragam kebutuhan manusia, maka saat ini bukan

2 Muhammad al-Fitra Haqiqi, harta halal harta haram, (Jombang: lintas media, tth) hal.129.

3Departemen Agama RI Al-Quran dan terjemahannya, (Jakarta: yayasan penyelenggaraan

penterjemah Al-Quran, 1986), hal. 157.

Page 13: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

3

hanya pakaian tetapi segala macam harta benda dapat digadaikan sebagaimana yang

sering dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok. Diantara mereka

ada yang menggadaikan tanah, kendaraan bermotor, ruko, rumah, bahkan elektronik

seperti handphone, televisi.

Rahn mempunyai nilai sosial yang sangat tinggi. Namun pada kenyataannya,

dalam masyarakat konsep tersebut dinilai “tidak adil”. Dilihat dari segi komersil yang

meminjamkan uang merasakan dirugikan misalnya karena inflasi atau pelunasan

berlarut-larut sementara barang jaminan tidak laku. Di lain pihak barang jaminan

mempunyai hasil.4

Banyaknya lembaga pegadaian dengan tujuan pokoknya yang baik bukan

berarti semua masyarakat mengerti dan menggadaikan barangnya ke lembaga

pegadaian tetapi banyak pula masyarakat dalam melakukan transaksi gadai

melakukan transaksi gadai justru lebih memilih antar individu dengan cara sederhana.

Gadai yang terjadi di masyarakat khususnya masyarakat Kecamatan Tapos

Kota Depok, dalam praktiknya menunjukkan adanya beberapa hal yang dipandang

memberatkan salah satu pihak yakni Murtahin dan dapat mengarahkan kepada suatu

persoalan yaitu riba. Hal ini dapat dilihat dari praktik pelaksanaan gadai itu sendiri

yang mengharuskan penerima barang gadai (murtahin) untuk membebankan bunga

kepada penggadai (rahin) pada saat Penggadai mengembalikan uang pinjamannya

4

Chuzaimah T. Yanggo, A. Hafiz Anshori, AZ, MA, Problematika Hukum Islam

kontemporer III, Jakarta: pustaka Firdaus, 1995, hal. 78.

Page 14: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

4

kepada penerima barang gadai (murtahin). 5 Dengan adanya syarat dan ketentuan

seperti itu maka praktik gadai yang dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Tapos

Kota Depok tidak akan bisa menjadi suatu solusi untuk menyelesaikan masalah

keuangan yang sedang dialami oleh rahin, akan tetapi justru akan menambah masalah

baru karena rahin harus mengembalikan uang pinjamannya lebih banyak dari uang

pinjaman yang diterima.

Masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok menggadaikan barang yang

mereka miliki ke orang lain yang mereka kenal seperti saudara, dan tetangga. Dalam

pelaksanaannya, akad gadai seringkali yang mensyaratkan dalam pemberian hak

pakai terhadap barang yang dimiliki rahin, ada pula dalam akad gadai meskipun

rahin tidak mensyaratkan perizinan memanfaatkan barang tetapi pihak murtahin tetap

memanfaatkan barang gadaian tersebut untuk kepentingan pribadi sampai rahin dapat

mengembalikan utangnya pada murtahin.

praktik gadai yang dilakukan tidak dapat dikategorikan membantu seperti

yang di syariatkan oleh hukum Islam, dan ini merugikan salah satu pihak dalam hal

ini rahin dan bisa dikategorikan dalam persoalan riba. Padahal dalam sistem ekonomi

Islam tidak mengajarkan kepada umat muslim untuk menjadi hamba yang hanya

mengejar materi saja tanpa melihat kehalalannya, melainkan mengajarkan dan

memberitahukan tatacara bagaimana dapat menghasilkan harta dengan halal.6

5 Muhammad Shalikul hadi, Pegadaian Syariah, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2003), hal. 8.

6 Muhammad al fitra haqiqi, harta halal harta haram, (Jombang: lintas media, tth) hal. 182.

Page 15: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

5

Menurut jumhur ulama, apabila tidak diijinkan oleh yang menggadaikan,

barang yang digadaikan tidak dapat diambil sama sekali manfaatnya oleh si

pemegang gadai, Jumhur berlandaskan pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu

Hanifah dari Nabi Muhammad SAW:

لال ػ : عهى-لال سعل انه ػه ): صه انه صاحث ي نا غهك انش

, انز س غ , ن غشي (ػه انذاسلط ا ثماخ, انحاكى, س .سجان 7

Artinya:“Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah

Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barang gadaian tidak

menutup pemilik yang menggadaikannya, keuntungan untuknya dan

kerugiannya menjadi tanggungannya. "Riwayat Daruquthni dan

Hakim dengan perawi-perawi yang dapat dipercaya.”

Hadits ini mensyariatkan baik untung maupun rugi adalah untuk yang

menggadaikan.8 Berangkat dari beberapa landasan dan latar belakang di atas penulis

menemukan suatu problem dalam hal praktik gadai di masyarakat Kecamatan Tapos

Kota Depok, di mana dalam proses praktik gadai penyalahgunaan akad dalam praktik

gadai karena di dalamnya terdapat pemanfaatan, kecurangan, ketidakadilan, serta

riba. Menurut masyarakat, dalam pelaksanaan praktik gadai yang dilakukan di

Kecamatan Tapos Kota Depok belum mengetahui kejelasan tentang hukum kehalalan

dan keharamannya.

Terkadang akad yang dilakukan itu telah sesuai dengan hukum syara‟, tetapi

di dalam pelaksanaan dari akad dan sistem yang diterapkan itu sendiri belum dapat

ditindak lanjuti dan masih harus dipertanyakan tentang hukumnya.

7

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-„Asqalani, Bulughul Maram, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah,

2007),Cet. 2 Hadits No. 883. 8 Nazar bakry, Problematika Fiqih Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hal. 52.

Page 16: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

6

Dari fenomena di atas, maka penulis tertarik mengadakan penelitian di

Kecamatan Tapos kota Depok. Sebelumnya pun tidak pernah dilakukan penelitian

serupa di Kecamatan Tapos kota Depok. Maka dari itu judul skripsi yang penulis

angkat adalah “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI

PADA MASYARAKAT KECAMATAN TAPOS KOTA DEPOK”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk lebih terarah dan menghindari salah persepsi dari pembaca, maka

penulis membatasi pembahasan tersebut pada:

a. Praktik gadai dibatasi pada kegiatan praktik gadai yang sering dilakukan oleh

masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok.

b. Penelitian pelaksanaan praktik gadai dan pemanfaatan barang gadai di masyarakat

Kecamatan Tapos Kota Depok.

c. Materi dibatasi, mengenai hukum Islam atau hukum-hukum yang hanya berkaitan

dengan pelaksanaan praktik gadai.

2. Perumusan Masalah

Praktik gadai yang terjadi pada masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok

menimbulkan beberapa problem yang harus dibahas dan ditentukan jawabannya. Hal

ini dikarenakan prosedur dari akad hingga pemanfaatan barang gadai tidak semuanya

berjalan sesuai dengan prosedur gadai yang sesuai dengan syariat Islam dengan

demikian penulis mengambil perumusan masalah sebagai berikut:

Page 17: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

7

a. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap mekanisme gadai yang terjadi di

masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok?

b. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik pemanfaatan barang gadai di

masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok ?

c. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap gadai yang berupa barang hutang di

masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Pada setiap penelitian yang dilakukan pada dasarnya memiliki tujuan dan

fungsi tertentu yang ingin dicapai baik yang berkaitan langsung dengan penulis atau

pihak lain yang memanfaatkan hasil penelitian tersebut. Adapun tujuan dari penelitian

yang dilakukan penulis adalah:

a. Memberikan penjelasan terhadap proses dalam mekanisme gadai yang terjadi di

Masyarakat Kecamatan Tapos Kota depok sesuai dengan tata cara pelaksanaan

Praktik gadai yang sesuai dengan syariat Islam.

b. memberikan pengetahuan kepada masyarakat, khususnya masyarakat di

Kecamatan Tapos Kota Depok tentang hukum pemanfaatan barang gadai yang

sesuai dengan syariat Islam.

c. memberikan penjelasan terhadap permasalahan barang gadai yang berupa barang

hutang sesuai dengan syariat Islam.

Page 18: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

8

2. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Dari penelitian ini dapat menambah pengetahuan dari pihak lain yang

memanfaatkannya, juga diharapkan hasil penelitian ini dapat mendeskripsikan

proses dalam mekanisme gadai yang sesuai dengan syariat Islam.

b. Dengan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai hukumnya

memenfaatkan barang gadai sesuai dengan Hukum Islam.

c. Dengan penelitian yang penulis lakukan bisa memberitahu informasi mengenai

hukum menggadaikan barang yang berupa barang hutang, serta hasil penelitian ini

bisa bermanfaat untuk seluruh masyarakat dalam menjalani praktik gadai yang

sesuai dengan syariat Islam.

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan terhadap beberapa sumber,

kepustakan, penulis meliputi bahwa apa yang menjadi masalah pokok penelitian

tampaknya sangat penting dan prospektif. Untuk menghindari pengulangan dalam

penelitian ini, sehingga tidak terjadi adanya pembahasan yang sama dengan penelitian

lain, maka penulis perlu menjelaskan adanya tujuan penelitian yang akan diajukan.

Dan beberapa tulisan yang berkaitan dengan masalah tersebut merupakan suatu data

yang sangat penting.

Adapun beberapa skripsi yang pernah dibaca pada perpustakaan yang

tersedia di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut:

Page 19: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

9

1. Pada tahun 2011, telah ditulis skripsi atas nama Sarki dengan judul “Praktik

Gadai Dikalangan Masyarakat di Desa Argapura Kecamatan Cigudeg

Kabupaten Bogor Dalam Perspektif Hukum Islam” dalam anaslisa ini membahas

tentang Skripsi ini membahas tentang praktik gadai yang sering dilakukan oleh

masyarakat Desa Argapura Cigudeg Bogor yang hanya meliputi praktik gadai

mengandung riba atau tidak dan hukum Islam yang dibatasi hukum-hukum yang

bekaitan dengan pelaksanaan gadai. Metode penelitian kualitatif deskriptif,

penulisnya tidak bisa menyajikan data yang valid dan jelas terhadap studi kasus

yang coba diangkat.

2. Pada tahun 2012 atas nama Nur habibah, dengan judul “Analisa Dampak

Perekonomian dalam Gadai Sawah di Kalangan Petani Muslim.” Skripsi ini

membahas mengenai tata cara sistem gadai sawah, dampak perekonomian petani

muslim di Desa Karang Patri dan analisa hukum memanfaatkan uang dari hasil

gadai. Metode yang digunakan kualitatif dan kuantitatif.

3. Pada tahun 2003, atas nama Aty Nurhayati, dengan judul “Konsep Gadai (ar-

rahn) dalam Islam Serta Prospeknya di Indonesia.” Dalam skripsi ini membahas

tentang Analisa pegadaian dengan sistem syariah yang mempunyai prospek yang

cerah, baik pegadaian dengan sistem syariah maupun pegadaian baru serta

mengenai sekmentasi dan pangsa pasarari pegadaian ini sangat baik. Ini semua

dianalisis dari analisa SWOT yang telah ia teliti.

4. Chuzaimah T. Yanggo dan A. Hafiz Anshory AZ. Dalam bukunya “Problematika

Hukum Islam Kontemporer III” Dalam bukunya menjelaskan mengenai Gadai

Page 20: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

10

menurut Syari'at Islam berarti, permohonan atau pengekangan. Sehingga dengan

akad gadai menggadai kedua belah pihak mempunyai tanggung jawab bersama.

Yang punya hutang bertanggung jawab melunasi hutangnya, dan orang yang

punya hutang bertanggung jawab menjamin keutuhan barang jaminannya. Dan

bila utang telah dibayar, maka penahanan atau pengekangan oleh sebab itu akad

menjadi lepas, sehingga dalam pertanggungjawaban yang menggadai dan yang

menerima gadai hilang untuk menjalankan kewajiban dan bebas dari tanggung

jawab masing-masing.

Sedangkan yang membedakan dari penelitian ini membahas tentang

penyalahgunaan akad dalam praktik gadai di masyarakat Kecamatan Tapos Kota

Depok. Yang menjelaskan praktik gadai dalam Islam, penulis menyajikan beberapa

contoh praktik gadai yang diduga sering menjadi objek penyalahgunaan, agar dapat

menjadi bahan yang dapat dipertimbangkan untuk terciptanya produk hukum baru

sehingga bisa menanggulangi penyalahgunaan dan pemanfaatan praktik gadai

tersebut, kemudian Penulis juga mencoba untuk memberikan data yang akurat secara

prima dan up to date sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Dengan

metode penelitian yang mengedepankan kualitatif deskriptif. Dan didukung oleh

wawancara secara langsung dengan para narasumber yang sering dan bahkan selalu

bersentuhan dengan praktik gadai dalam kehidupan sehari-harinya.

Page 21: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

11

E. Metode Penelitian

Suatu metode ilmiah dapat dipercaya apabila disusun dengan mempergunakan

suatu metode yang tepat. Metode merupakan cara kerja atau tata kerja untuk dapat

memahami obyek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan.

Metode adalah pedoman–pedoman, cara seseorang ilmuwan mempelajari dan

memahami lingkungan–lingkungan yang dihadapi. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode–metode sebagai berikut:

1. Metode Pendekatan

Dalam ini penulis menggunakan metodelogi dengan pendekatan kualitatif,

yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung,

deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil, analisis data kualitatif

cendrung dilakukan secara analisa induktif dan makna merupakan hal yang

esensial.9

Dalam masalah ini prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seorang, lembaga,

masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang

tampak, atau sebagaimana adanya.10

Dari pemaparan di atas Penulis berusaha memaparkan suatu kejadian dan

peristiwa. Metode ini berguna untuk melahirkan teori-teori tentative, metode

9Lexi Moeleong. Metotodologi penelitian Kualitatif, Cet. 13, (Bandung: PT. Remaja Rosda

karya, 2002), hl.135. 10

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Cet.12, (Yogyakarta: Gajah Mada

Universitas Press 2007), hl. 67.

Page 22: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

12

deskriptif berusaha mencari bahan bukan mengujinya, penelitian ini lahir karena

kebutuhan.

Penelitian ini memerlukan kualifikasi, yaitu peneliti harus memiliki sifat yang

represif (mau menerima) yang berarti harus selalu mencari informasi, bukan

menguji kebenaran suatu teori dan penelitian harus memiliki kekuatan integrative,

yaitu kekuatan untuk memadukan berbagai informasi yang diperoleh menjadi satu

kesatuan penafsiran.

2. Jenis Penelitian

Dalam penyusunan skiripsi ini, penulis memilih studi kepustakaan (library

research). Penulis mencari bahan-bahan dari sumber tulisan yang berhubungan

dengan permasalahan judul skiripsi.

3. Sumber Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik

Studi Pustaka, yaitu menyelidiki dokumen-dokumen tertulis untuk memperoleh

data yang terdiri dari:

a. Sumber data primer yaitu kitab suci Al-Quran, Hadist, Kitab Fiqih dan

lain-lain

b. Sumber data sekunder yaitu data yang di peroleh dari bahan-bahan hukum

yang memberikan penjelasan mengenai bahan primer seperti, buku teks,

Dokume-dokumen, Analisis data, Biografi, Kamus, maupun data dari

internet (website).

Page 23: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

13

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penulisan skiripsi ini adalah dengan

menggunakan purposive sampling yaitu salah satu teknik pengambilan data atau

sampel yang sering digunakan dalam penelitian. Dengan cara peneliti menentukan

sendiri sampel yang diambil karena adanya pertimbangan pertimbangan tertentu,

sampel diambil tidak secara acak tetapi ditentukan sendiri oleh peneliti. Jadi

menurut penulis sampel ini cocok untuk penelitian kualitatif penelitian yang tidak

melakukan generalisasi. 11

5. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data yang telah dihimpun, penulis menggunakan

beberapa metode, yaitu:

a. Metode induktif, yaitu pengambilan kesimpulan yang dimulai dari

kesimpulan atau fakta-fakta khusus menuju kepada kesimpulan yang

bersifat umum. 12 Jadi metode induktif adalah menganalisa data yang

bersifat khusus kemudian ditarik kesimpulan secara umum, oleh

karenanya dalam penelitian sebagai isi dari skiripsi ini, penulis mencari

berdasarkan literarture tentang judul yang sedang penulis teliti kemudian

dari temuan tersebut dilakukan analisa atau kesimpulan secara umum.

11

12

Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah,Cet ke 7,(Bandung: Sinar Baru

Algesindo, 2003), h.7.

Page 24: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

14

b. Metode deduktif, menarik fakta atau kesimpulan yang bersifat umum,

untuk dijadikan fakta atau kesimpulan umum yang bersifat khsusus.13

6. Teknik Penulisan

Adapun Teknik penulisan dan penyusunan skripsi berpedoman pada Prinsip-

prinsip yang telah diatur dan di bukukan dalam buku pedoman penulisan skiripsi

Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian awal skripsi, bagian isi

skripsi, dan bagian akhir skripsi yang terbagi dalam lima bab. Masing-masing bab

terbagi dalam berbagai uraian sub-sub bab. Sistematika skripsi ini adalah sebagai

berikut: Bagian awal skripsi terdiri dari halaman judul, persetujuan pembimbing,

lembar pengesahan penguji, lembar pernyataan, abstrak, kata pengantar, daftar isi.

Bagian isi skripsi terdiri dari:

Bab I membahas mengenai pendahuluan, dalam bab ini diuraikan latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,tujuan dan manfaat

penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II memembahas tentang teori tentang gadai dalam Islam. Dalam bab ini

diuraikan tentang teori yang digunakan sebagai dasar pembahasan selanjutnya yaitu

pengertian gadai, dasar hukum gadai, rukun dan syarat gadai, hak dan kewajiban

13

Sutrisno Hadi, Metodelogi Penelitian Resreach, (Jakarta: PT. Moyo Segoro Agung, 2007),

h.56.

Page 25: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

15

dalam gadai, pendapat ulama kontemporer terhadap pemanfaatan barang gadai,

batalnya akad gadai.

Bab III membahas mengenai praktik Gadai di Kecamatan Tapos Kota

Depok. Letak geografis wilayah Kecamatan Tapos, sekilas kondisi masyarakat

Kecamatan Tapos, mekanisme praktik gadai di masyarakat Kecamatan Tapos Kota

Depok, latar belakang terjadinya praktik pemanfaatan barang gadai di Kecamatan

Tapos Kota Depok.

Bab IV membahas tentang hasil Analisa Dan Pembahasan. Bab ini terdiri

dari 3 sub yaitu terhadap Tinjauan Hukum Islam terhadap mekanisme gadai yang

terjadi di masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok, Tinjauan Hukum Islam terhadap

praktik pemanfaatan barang gadai di masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok, dan

Tinjauan Hukum Islam terhadap gadai yang berupa barang hutang.

Bab V berisi penutup dan kesimpulan yang menjawab rumusan masalah dan

Saran dari Penulis.

Page 26: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

16

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI GADAI

A. Pengertian Gadai (Rahn)

Al-Rahn dalam kamus bahasa arab menggadaikan, menangguhkan س– سا

atau jaminan hutang, gadaian.14Dan dapat juga dimaknai dengan alhabsu.Secara ش

etimologi rahn (gadaian) berarti tetap atau lestari, sedangkan al-habsu berarti

penahanan.15Begitupun jika dikatakan“ni‟matun rohinah” artinya: karunia yang tetap

dan lestari. 16 Menurut syarak kalimat Rahn itu artinya menjadikan harta sebagai

pengkukuh/penguat sebab adanya hutang.17

Sedangkan menurut terminologi atau istilah syara‟ terdapat beragam

pengertian tentang gadai(rahn), yaitu :

1. Menurut Imam syafi‟i

Mendefinisikan akad al-rahnu seperti berikut menjadikan al-„Ain (barang)

sebagai watsiiqah (jaminan) utang yang barang itu digunakan untuk membayar utang

tersebut (al-marhun bihi) ketika pihak al-Madiin (pihak yang berhutang, Al-Rahin)

tidak bisa membayar hutang tersebut. Kalimat, (menjadikan al-„Ain) mengandung

pemahaman bahwa kemanfaatan tidak bisa dijadikan sebagai sesuatu yang digadaikan

14

Adib Bisri, Munawir AF, Kamus AL-BISRI, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1999), Cet.

Ke-1, hal. 274. 15

Choiruman Pasaribu, Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta:

Sinar Grafika, 1996), Cet. Ke-2, hal. 139. 16

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Alih bahasa. H. Kamaluddin A Marjuki, (Bandung: PT. Al-

Maarif, 1996), hal.139. 17

Taqiyuddin Abu Bakar, Kifayatul Akhyar Fii Halli Ghayatil Ikhtishar, alih bahasa oleh

Syarifuddin Anwar, Mishbah Musthafa, ( Surabaya: Bina Iman, 1995), Cet. Ke-2, hal. 584.

Page 27: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

17

(al-marhuun), karena kemanfaatan sifatnya habis dan rusak, oleh karena itu tidak bisa

dijadikan sebagai jaminan.18

2. Menurut Imam Malik

Mendefinisikan Al-Rahn seperti sesuatu yang mutamawwal (berbentuk harta

dan memiliki nilai) yang diambil dari pemiliknya untuk menjadikan watsiiqah hutang

yang Laziin (keberadaannya sudah positif dan mengikat). Maksudnya, suatu akad

atau kesepakatan akan mengambil sesuatu dari harta yang berbentuk al-„Ain (Barang,

harta yang berbentuk konkrit) seperti harta tidak bergerak yaitu tanah, rumah, hewan,

barang komoditi, atau dalam bentuk kemanfaatan (kemanfaatan barang, tenaga, atau

keahlian seseorang). Namun, dengan syarat kemanfaatan tersebut harus jelas dan

ditentukan dengan masa (penggunaan atau pemanfaatan suatu barang) atau pekerjaan

dengan memanfaatkan tenaga atau keahliannya, juga dengan syarat kemanfaatan

tersebut dihitung masuk kedalam hutang yang ada.19

3. Menurut Imam Hanafi

Rahn didefinisikan menjadi sesuatu (barang) jaminan terhadap hak (piutang)

yang mungkin dijadikan sebagai pembayaran hak (piutang) itu baik seluruhnya

maupun sebagiannya.20

18

Ibnu Qudamah, Al-Mughnil, Penerjemah Misbah, (Jakarta: Pustka Azzam, 2009), Cet. 1,

Hal. 24. 19

Ahmad Al-Dardiri, Al-Syarhu Al-Shagir, (Mesir: Dar El-Maarif) t.th, Jil. 3, hal. 207. 20

Ahmad Al-Dardiri, Al-Syarhu Al-Shagir, Hal. 209.

Page 28: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

18

4. Menurut Imam Hanbali

Mendefinisikan rahn dengan harta yang dijadikan jaminan hutang sebagai

pembayar harga (nilai) hutang ketika yang berhutang berhalangan (tidak mampu)

membayar utangnya kepada pemberi pinjaman.21

Rahn menurut syara adalah :

أ أخذ رنك انذ ك ث تح ثمح تذ ح يانح ف ظش انؾأسع ا ل ن جؼم ػ

ذهك انؼ ي أخز تؼض

“Menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan

syara‟sebagai jaminan hutang, hingga orang yang bersangkutan boleh

mengambil hutang atau ia bisa mengambil (manfaat) barang itu”22

Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan

atas pinjaman yang diterimanya.Barang yang ditahan tersebut harus memiliki nilai

ekonomis.Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat

mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.Secara sederhana dapat

dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan hutang atau gadai.23

Menurut Wahbah Zuhayli Al-Rahn sebagaimana didasarkan pada firman

Allah SWT dalam surat al-Muddatsir ayat 38:

:

Artinya:“tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah

diperbuatnya.”

21

Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Tanah Bakri Wakaf, 1996),

Cet. 4, Hal. 158. 22

Sayyid Sabiq Fikih Sunnah 12, (Jakarta: Pustaka Percetakan Offset,1998), hal. 139 23

Sayyid Sabbiq, Fiqhus Sunnah (Beirut: Darul-Kitab al-Arabi, 1987), Cetakan Ke-8, hal.

169.

Page 29: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

19

Sementara itu, gadai menurut istilah adalah akad utang di mana terdapat

suatu barang yang di jadikan peneguhan atau penguat kepercayaan dalam utang

piutang, barang itu boleh dijual kalau utang tak dapat dibayar, hanya penjual itu

hendaknya dengan keadilan (dengan harga yang berlaku di waktu itu).24

Gadai tersebut menjadikan suatu yang bernilai menurut pandangan syara‟

sebagai tanggungan hutang, dengan adanya benda yang menjadi tanggungan itu

seluruh atau sebagian utang dapat diterima.25

Menurut kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), gadai adalah

suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang

diserahkan kepadanya oleh seseorang yang berhutang atau oleh orang lain atas

namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil

pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang yang

berpiutang lainnya, dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan

biaya yang dikeluarkan, biaya-biaya mana harus didahulukan (Pasal 1150 KUH

Perdata).26

Selain berbeda dengan KUH Perdata, pengertian gadai menurut syari'at

Islam juga berbeda dengan pengertian gadai menurut ketentuan hukum adat yang

mana dalam ketentuan hukum adat pengertian gadai yaitu menyerahkan barang gadai

untuk menerima pembayaran sejumlah uang secara tunai dengan ketentuan, si penjual

24

Hendi Suhendi, Fiqh Mu‟amalah, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2008), hal. 106. 25

Ahmad Azhar Basir, Hukum Islam tentang Riba, Utang-piutang Gadai, (Bandung: PT.Al-

Ma‟arif, 1983), hal. 50. 26

KUHPerdata Pasal 1150

Page 30: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

20

(penggadai) tetap berhak atas pengembalian tanahnya dengan jalan menebusnya

kembali.27

Dari definisi di atas pada dasarnya mengandung makna yang sama, yaitu

gadai menurut bahasa adalah tetap atau penahanan, sedangkan menurut istilah

menjadikan sesuatu benda yang mempunyai nilai harta dalam pandangan syara‟ untuk

kepercayaan suatu utang, sehingga memungkinkan mengambil seluruh atau sebagian

utang dan benda yang dighadaikan. Sederhananya dapat dijelaskan bahwa rahn adalah

semacam jaminan hutang atau gadai.

B. Dasar Hukum Gadai

Sistem hutang piutang dengan gadai ini diperbolehkan (jaiz) tidak wajib

berdasarkan kesepakatan ulama, tetapi disyariatkan dengan dasar Al-Qur‟an, Hadits

dan Ijma‟ para Ulama.

1. Berdasarkan dalil Al-Qur‟an Al- Baqarah/2:283:

Artinya: “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara

tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka

hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang

berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian

yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan

27

Chuzaimah T. Yanggo, A. Hafiz Anhory, A.Z, Problematika Hukum Islam Komtemporer

III, (Jakarta: Pustaka Firdaus,2004), Hal.140.

Page 31: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

21

amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah

Tuhannya dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikannya

persaksian dan barang siapa yang menyembunyikannya, maka

sesungguhnya ia adalah yang berdosa hatinya dan Allah SWT

maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-

Baqarah/2:283)

Berdasarkan ayat di atas, bahwa dalam melakukan kegiatan muamalah yang

tidak secara tunai, yang dilakukan dalam perjalanan dan tidak ada seorang pun yang

mampu menjadi juru tulis yang akan menuliskannya, maka hendaklah ada barang

tanggungan (borg) yang oleh pihak yang berpiutang digunakan sebagai jaminan.28

Sebab gadai tidak bisa terjadi sebelum serah terima barang karena ia merupakan akad

saling membantu dan menolong yang membutuhkan serah terima.29

Para ulama bersepakat gadai hukumnya boleh, baik ketika tengah perjalanan,

mapun ketika Para menetap, berbeda pendapat terdapat mujahid dan ulama

Zahiriyyah 30 karena sunnah menjelaskan tentang pensyariatan dan Al-Rahn secara

mutlak, baik ketika sedang ditengah perjalanan maupun ketika sedang menetap.

2. Berdasarkan dalil dari As-sunnah

Masalah rahn juga diatur dalam hadits Nabi Muhammad SAW, yaitu:

دسػ عهى ػه اهلل صه انث س نمذ: لال ػ اهلل سض أظ ػ

نمذ عحح إانح ؽؼش تخثض عهى ػه اهلل صه انث إن يؾد تؾؼش

28

M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, hal.125. 29

Al-Qadhi Abu Syuja bin Ahmad Al-Ishfahani, Ringkasan Fiqih Mazhab Syafi‟I, alih

bahasa Toto Edidarmo, (Jakarta:PT Mizan Publika,2012), Cet.2, hal. 327. 30

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adilatuhu, (Depok: Gema Insani, 2011), jilid 6, hal.

109.

Page 32: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

22

أيغ ال صاع إال عهى ػه اهلل صه يحذ ل أصثح يا )مل عؼر

(أتاخ نرغؼح إى31

Artinya: Dari anas r.a dia berkata:”sesungguhnya nabi s.a.w menggadaikan

baju besinya dengan biji gandum.Aku menemui nabi s.a.w. dengan

membawa roti yang terbuatdari biji gandum dan kue biasa yang

sudah tengik. Aku pernah mendengar beliau bersabda: “bagi

keluarga Muhammad s.a.w setiap pagi dan sore hanya memerlukan

satu sha‟. Padahal sesungguhnya mereka ada Sembilan anggota

keluarga.” (HR. Bukhari)

Hadis dari Aisyah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, yang berbunyi:

ظه ػه ت حؾشو لال ى انح ظ ت ظ : حذثا اعحاق ت إتش أخثش ا ػ

د ػ ػائؾح لا ند ى ػ االع اؽرش سعل اهلل صه اهلل : ت انؼؼ ػ اتشا

عهى ذ. ػه حذ د طؼايا س دسػا ي 32ي

Artinya: “Telah meriwayatkan kepada kami Ishaq bin Ibrahim Al-Hanzhali

dan Ali bin Khasyram berkata: keduanya mengabarkan kepada kami

Isa bin Yunus bin „Amasy dari Ibrahim dari Aswaddari Aisyah

berkata: bahwasannya Rasulullah saw. membeli makanan dari

seorang yahudi dengan menggadaikan baju besinya (sebagai

jaminan/anggunan).”(HR. Bukhori).

Dari hadits diatas praktik gadai sudah pernah diajarkan Nabi Muhammad

SAW, Rasulullah pernah menggadaikan baju besinya kepada orang Yahudi

mendapatkan gandum untuk keluarganya. Gadai itu diperbolehkan kerena gadai

termaksud akad Syar‟i yang melindungi hak dan berfungsi untuk membayar hutang

jika penghutang tidak sanggup membayar.33

3. Ijma‟ Ulama

31

Bukhori, Shahih al-Bukhori, hadis no. 2373, jil. 2 (Beirut al-Yamâmah: Dâr ibnu Katsir,

1987), h. 887. 32

Bukhori, Shahih al-Bukhori, jil. 2 (Beirut al-Yamâmah: Dâr ibnu Katsir, 1987), h. 729.

33

Muhammad Yusuf, Ensiklopedi Tematis Ayat Al-Qur‟an dan Hadits, (Jakarta: Widya

Cahaya, 2012), Jil. 7, hal. 49.

Page 33: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

23

Pada dasarnya para ulama telah bersepakat bahwa gadai itu boleh.Para ulama

tidak pernah mempertentangkan kebolehannya demikian pula landasan hukumnya.

Jumhur ulama berpendapat bahwa gadai disyari‟atkan pada waktu tidak bepergian

maupun pada waktu berpergian.34

C. Rukun dan syarat Gadai

melaksanakan akad gadai agar dipandang sah dan benar dalam syariat islam

maka harus memenuhi rukun dan syarat gadai berdasarkan hukum Islam.

1. Rukun Gadai

Menurut hukum Islam bahwa rukun gadai itu ada 4 (empat), yaitu:

a) Shighat atau perkataan

b) Adanya pemberi gadai (rahin) dan penerima gadai (murtahin)

c) Adanya barang yang digadaikan (marhum)

d) Adanya utang (marhum bih)35

Adapun mengenai rukun gadai dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Shighat atau perkataan

Shighat menurut istilah fuqaha‟ ialah:

اسذثاط االجاب تمثل ػه ج يؾشع ثثد انرشاض

"Perkataan antara ijab dan qabul secara yang dibenarkan syara' yang

menetapkan keridlaan keduanya (kedua belah pihak)"36

34

Muhammad Sholikhul Hadi, Pegadaian Syari'ah, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2000), hal.

521. 35

Choiruman Pasribu Suhrowardi K.Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam, (Jakarta: Sinar

Grafika, 1996), cet.2, Hal.142. 36

TM. Hasbi Ash-Shiddieqi, Pengantar Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT. Pustaka RizkiPutra,

1997),Cet.I, Hal. 26.

Page 34: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

24

Rukun gadai akan sah apabila disertai ijab dan qabul, sedangkan ijab dan

qabul adalah shighat aqdi atas perkataan yang menunjukkan kehendak kedua belah

pihak, seperti kata "Saya gadaikan ini kepada saudara untuk utangku yang sekian

kepada engkau", yang menerima gadai menjawab "Saya terima marhum ini" Shighat

aqdi memerlukan tiga syarat:

1) Harus terang pengertiannya

2) Harus bersesuaian antara ijab dan qabul

3) Memperlihatkan kesungguhan dari pihak-pihak yang

bersangkutan.

Akad gadai juga bisa dilakukan dengan bentuk bahasa, kata isyarat tersebut

diberikan terhadap apa yang dimaksudkan, sebagaimana yang dikatakan oleh TM.

Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Pengantar Fiqh Muamalah bahwa isyarat bagi orang

bisu sama dengan ucapan lidah (sama dengan ucapan penjelasan dengan lidah).37

b) Adanya pemberi gadai (rahin) dan penerima gadai (murtahin).

Pemberi gadai haruslah orang yang dewasa, berakal, bisa dipercaya, dan

memiliki barang yang akan digadaikan. Sedangkan penerima gadai adalah orang,

bank, atau lembaga yang dipercaya oleh rahin untuk mendapatkan modal dengan

jaminan barang (gadai).38

37

TM. Hasbi Ash-Shiddieqi, Pengantar Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT. Pustaka Rizki Putra,

1997),Cet.I, hal. 31. 38

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan syariah, (Yogyakarta: Ekonisia Kampus

Fakultas Ekonomi UII, 2004), hal.160.

Page 35: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

25

c) Adanya barang yang digadaikan (marhum).

Barang yang digadaikan harus ada wujud pada saat dilakukan perjanjian

gadai dan barang itu adalah barang milik si pemberi gadai (rahin), barang gadaian itu

kemudian berada dibawah pengawasan penerima gadai (murtahin).39

Pada dasarnya semua barang bergerak dapat digadaikan, namunada juga

barang bergerak tertentu yang tidak dapat digadaikan.

Adapun jenis barang jaminan yang dapat digadaikan di pegadaian antara

lain:

1) Barang-barang perhiasan; emas, perak, intan, mutiara, dan lainlain.

2) Barang-barang elektronik:tv, kulkas, radio, telpon genggam, tape recorder, dan

lain-lain.

3) Kendaraan: sepeda, motor, mobil.

4) Barang-barang rumah tangga: barang-barang pecah belah.

5) Mesin: mesin jahit, mesin ketik, dan lain-lain.

6) Tekstil: kain batik, permadani.

7) Barang-barang lain yang dianggap bernilai.40

Dalam hubungan ini menurut pendapat ulama syafi”iyah barang yang

digadaikan itu memiliki tiga syarat:

1) Bukan utang, karena barang hutangan itu tidak dapat digadaikan

2) Penetapan kepemilikan penggadai atas barang yang digadaikan tidak terhalang.

39

Ahmad Sarwat, Fikih Sehari-hari, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, tth), hal. 93. 40

Muhammad Shalikul Hadi, Pegadaian Syariah, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2003), hal. 142.

Page 36: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

26

3) Barang yang digadaikan bisa dijual apabila sudah tiba masa pelunasan hutang

gadai.41

d) Adanya hutang (marhum bih)

Hutang (marhum bih) merupakan hak yang wajib diberikan kepada

pemiliknya, yang memungkinkan pemanfaatannya (artinya apabila barang tersebut

tidak dapat dimanfaatkan, maka tidak sah), dan dapat dihitung jumlahnya.42Selain itu

hutang yang digunakan haruslah bersifat tetap, tidak berubah dengan tambahan bunga

atau mengandung unsur riba.43

2. Syarat Gadai

Menurut Imam Syafi‟i bahwa syarat sah gadai adalah harus ada jaminan

yang berkriteria jelas dalam serah terima.44Sedangkan Maliki mensyaratkan bahwa

gadai wajib dengan akad dan setelah akad orang yang menggadaikan wajib

menyerahkan barang jaminan kepada yang menerima gadai.45

Menurut Sayyid Sabiq, syarat sah akad gadai adalah sebagai berikut:

a) Berakal;

b) Baligh (dewasa);

c) Wujudnya marhum (barang yang dijadikan jaminan pada saat akad);

41

Muhammad Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, alih bahasa: Imam Ghazali Syaid, Achmad

Zaidun, (Jakarta: Pustaka Imani, 2007), Cet. 3, Hal. 196. 42

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan syariah, (Yogyakarta: Ekonisia Kampus

Fakultas Ekonomi UII, 2004), Hal.161. 43

Chairuman Pasaribu, Suhwardi K.Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta: Sinar

Grafika, 1996) Cet. 2, Hal. 142. 44

Syaikh al-„Allamah Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqih Empat Mazhab,

(Bandung: Hasyimi, 2012), Cet.13, Hal. 235. 45

Muhammad Sholikul Hadi, Pegadaian Syari‟ah, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2003), Hal.

53.

Page 37: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

27

d) Barang jaminan dipegang oleh orang yang menerima barang gadaian atau

wakilnya.46

Berdasarkan dari keempat syarat di atas dapat di simpulkan bahwa syarat sah

gadai tersebut ada 2 hal yaitu :

a. Syarat aqidain (rahin dan murtahin)

Dalam perjanjian gadai unsur yang paling penting adalah pihak-pihak yang

melaksanakan perjanjian gadai (unsur subjektif), yaitu cukup dengan melakukan

tukar menukar benda, apabila mereka berakal sehat (tidak gila), dan telah mumayyiz

(mencapai umur). Kemudian untuk orang yang berada di bawah pengampuan atau

wali dengan alasan amat dungu (sufih) hukumnya seperti mumayyiz, akan tetapi

tindakan-tindakan hukum sebelum mencapai usia baligh diperlukan izin dari wali,

apabila pengampu mengizinkan perjanjian gadai dapat dilakukan, tetapi apabila wali

tidak mengizinkan maka perjanjian gadai tersebut batal menurut hukum.47

b. Syarat barang gadai (marhun)

Marhun adalah barang yang ditahan oleh murtahin (penerima gadai) sebagai

jaminan atas hutang yang ia berikan. Para ulama sepakat syarat yang berlaku pada

barang gadai adalah barang yang dapat diperjual-belikan.48

Secara umum barang gadai harus memenuhi beberapa syarat antara lain :

a). Harus dapat diperjualbelikan

46

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 12, (Jakarta: Pustaka Percetakan Offset,1998), Hal. 141 47

Rahmat Syafi‟I, Fiqih Muamalah, Cet.3, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), Hal.162 48

Chairuman Pasaribu, Suhwardi K.Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta: Sinar

Grafika, 1996) Cet. 2, Hal. 143.

Page 38: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

28

b) Harus berupa harta yang bernilai

c) Marhun harus bisa dimanfaatkan secara syari‟ah

d) Harus diketahui keadaan fisiknya, maka piutang diterima secara lansung

e) Harus dimiliki oleh rahin (peminjam atau pegadai) setidaknya harus seizin

pemiliknya.49

Salah satu syarat bagi marhum adalah penguasaan marhum oleh murtahin.

Mengenai penguasaan atau penerimaan barang yang digadaikan pada dasarnya

disepakati sebagai syarat gadai. Berdasarkan firman Allah SWT dalam surah Al-

Baqarah ayat 283:

ضح يمث فش

Artinya: “maka hendaklah ada barang yang digadaikan (oleh yang

berpiutang).”

Tetapi ulama masih berselisih pendapat, apakah penguasaan barang ini merupakan

syarat kelengkapan ataukah syarat sahnya gadai.

Menurut Imam Malik, penguasaan barang itu sebagai sebagai syarat

kelengkapan, akad gadai itu sudah mengikat dan orang yang menggadaikan sudah

dipaksa untuk menyerahkan barang kecuali bila penerima gadai tidak mau adanya

penentuan demikian. Sebab Imam Malik mengqiyaskan gadai dengan akad-akad lain

yang mengikat dengan adanya ucapan, dan jika barang gadai beralih kepada

kekuasaan orang yang menggadaikan dengan jalan peminjaman (ariyyah), penitipan

atau lainnya, maka akad gadai tersebut tidak mengikat lagi.

49

Rahmat Syafi‟I, Fiqih Muamalah, Cet.3, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hal. 168

Page 39: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

29

Sedangkan menurut Abu Hanifah, Imam Syafi‟i, dan golongan zhahiri,

penguasaan barang itu termasuk syarat sahnya gadai. Sebab selama belum terjadi

penguasaan, akad gadai itu tidak mengikat orang yang menggadaikan. 50Seseorang

menggadaikan barang dengan syarat, ia akan membawa haknya pada saat jatuh

tempo, dan jika tidak maka barang tersebut menjadi milik penerima gadai. Fuqaha

sependapat bahwa syarat tersebut mengharuskan batalnya gadai, sebab apabila rahin

menggadaikan suatu barang seperti kepada murtahin maka kemanfaatan dari barang

tersebut itu sepenuhnya milik rahin begitu pula kerugian atau kerusakannya berada

dalam tanggungan rahin.51

Seperti sabda Nabi Muhammad SAW:

: لالػ ا ت ششج سض اهلل ػ عهى-لال سعل انه ػه نا غهك ): صه انه

انز س صاحث ي , انش غ , ن غشي (ػه انذاسلط ا , انحاكى, س

ثماخ .سجان

Artinya:“Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah

Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:"Barang gadaian tidak

menutup pemilik yang menggadaikannya, keuntungan untuknya dan

kerugiannya menjadi tanggungannya."(Riwayat Daruquthni dan

Hakim dengan perawi-perawi yang dapat dipercaya).52

50

Al-Faqih Abdul Wahid Muhammad bin Achmad bin Muhammad ibnu Rusyd, Bidayatul

Mujtahid, alih bahasa: Imam Ghazali Syaid, Achmad Zaidun, (Jakarta: Pustaka Imani, 2007), Cet. 3,

hal. 197. 51

Ismail Yakub, Al-UMM, (Kuala Lumpur: Victory Agencie,1989), Cet. 1, hal. 366. 52

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-„Asqalani, Bulughul Maram, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah,

2007),Cet. 2, Hal. 503, Hadits No. 883.

Page 40: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

30

D. Hak dan Kewajiban Para Pihak

Para pihak (pemberi dan penerima gadai) masing-masing mempunyai hak

dan kewajiban yang harus dipenuhi. Sedangkan hak dan kewajiban adalah sebagai

berikut:53

1. Hak dan kewajiban pemberi gadai (rahin)

A. Hak Pemberi Gadai

1). Pemberi gadai mempunyai hak untuk mendapatkan kembali barangmiliknya

setelah pemberi gadai melunasi utangnya.

2). Pemberi gadai berhak menuntut ganti kerugian dari kerusakan danhilangnya

barang gadai apabila hal itu di sebabkan oleh kelalaianpenerima gadai.

3). Pemberi gadai berhak untuk mendapatkan sisa dari penjualanbarangnya

setelah dikurangi biaya pelunasan utang dan biayalainnya.

4). Pemberi gadai berhak meminta kembali barangnya apabilapenerima gadai

telah jelas menyalahgunakan barangnya.

B. Kewajiban Pemberi Gadai

1). Pemberi gadai berkewajiban untuk melunasi utang yang telah diterimanya

dari penerima gadai dalam tenggang waktu yang telah ditentukan.

2). Pemberi gadai berkewajiban merelakan penjualan atas barang gadai

miliknya, apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan pemberi gadai

tidak dapat melunasi utangnya kepada pemegang gadai.

53

Muhammad Shalikul Hadi, Pegadaian Syariah, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2003),hal. 53

Page 41: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

31

2. Hak dan kewajiban penerima gadai (murtahin)

A. Hak penerima gadai (murtahin)

1). Penerima gadai berhak untuk menjual barang yang digadaikan, apabila

pemberi gadai pada saat jatuh tempo tidak dapat memenuhi kewajibanya

sebagai orang yang berhutang.

2) Penerima gadai berhak mendapatkan penggantian biaya yang telah

dikeluarkan untuk menjaga keselamatan barang jaminan.

3) Selama utangnya belum dilunasi, maka penerima gadai berhak untuk

menahan barang jaminan yang diserahkan oleh pemberi gadai.

B. Kewajiban penerima gadai (murtahin)

1) Penerima gadai berkewajiban bertanggung jawab atas hilang atau merosotnya

harga barang yang digadaikan jika itu semua atas kelalaianya.

2) Penerima gadai tidak dibolehkan menggunakan barang yang digadaikan

untuk kepentingan pribadi.

3) Penerima gadai berkewajiban untuk memberitahu kepada pemberi gadai

sebelum di adakan pelelangan barang gadai. Dalam perjanjian gadai baik

pemberi gadai atau penerima gadai tidak akan lepas dari hak-hak dan

kewajiban-kewajiban. Hak penerima gadai adalah menahan barang yang

digadaikan, sehingga orang yang menggadaikan barang dapat melunasi

barangnya. Sedangkan hak menahan barang gadai adalah bersifat

menyeluruh, artinya jika seseorang menggadaikan barangnya dengan jumlah

tertentu, kemudian ia melunasi sebagiannya, maka keseluruhan barang gadai

Page 42: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

32

masih berada di tangan penerima gadai, sehingga rahin menerima hak

sepenuhnya atau melunasi seluruh utang yang ditanggungnya.54

Hasbi Ash Shiddieqy mengatakan tidak boleh bila yang menerima gadai

menjual barang gadaian yang diterimanya dengan syarat harus dijual setelah jatuh

tempo dan tidak sanggup ditebus olehnya tetapi harus dijual belikan oleh pemberi

gadai, atau wakilnya dengan seizin murtahin (yang menerima gadai).

Jika pemberigadai tidak mau menjual barang tersebut, maka yang menerima

gadai berhak mengajukan tuntutan kepada hakim.55

E. Pendapat Ulama Kontemporer Tentang Pemanfaatan Barang Gadai

Pada dasarnya segala sesuatu yang diperbolehkan untuk dijual, maka boleh

untuk dijadikan jaminan (borg) atas utang.56Transaksi Rahn adalah transaksi yang

dimaksud untuk meminta kepercayaan dan jaminan hutang, bukan untuk mencari

keuntungan atau hasil.57

Para ulama fiqh sepakat mengatakan, bahwa segala biaya yang dibutuhkan

untuk pemeliharaan barang-barang jaminan itu menjadi tanggung jawab pemiliknya,

yaitu orang yang berutang. Para ulama fiqh juga sepakat mengatakan bahwa barang

yang dijadikan barang jaminan itu tidak boleh dibiarkan begitu saja, tanpa

54

Al-Faqih Abdul Wahid Muhammad bin Achmad bin Muhammad ibnu Rusyd, Bidayatul

Mujtahid, alih bahasa: Imam Ghazali Syaid, Achmad Zaidun, (Jakarta: Pustaka Imani, 2007), Cet. 3,

hal. 200. 55

Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqih Islam (Tinjauan Antar Mazhab), (Semarang:

Pustaka Risky putra, 2001)Cet. II, hal.366. 56

Abdul Fatah Idris dan Abu Ahmadi (eds),Kifayatul AkhyarTerjemah Ringkas Fiqih Islam

Lengkap,(Jakarta: Rineka Cipta, 1990), Cet.I, hal.143 57

Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq, (Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2013), Cet. 1, hal. 794

Page 43: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

33

menghasilkan sama sekali, akan tetapi apakah diperbolehkan pihak pemegang barang

jaminan memanfaatkan barang gadaian, meskipun mendapat izin dari pemilik barang

jaminan, 58 dalam hal ini terjadi beberapa perbedaan pendapat para ulama. Ada

beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para mujtahidin tentang pengambilan

manfaat dari hasil barang gadaian.

1. Pendapat Imam Syafi'i

Dalam kitab Madzahibul Arbaah dijelaskan, Imam Syafi‟i mengatakan:

ػه انحك ف يفؼح انش صاحة انش ذحد ذ ك انش ا

شذ الذغ ذ ػ إالػذاإلرفاع تانش ان

Artinya: “Orang yang menggadaikan setelah yang mempunyai hak atas

manfaat barang yang digadaikan, meskipun barang yang

digadaikan tidak hilang kecuali mengambil manfaat atas barang

gadaian itu”.59

Dalam masalah ini Imam Syafi‟i pemanfaatan barang gadai tidak terkait

dengan adanya izin, akan tetapi ini berkaitan dengan keharaman pengambilan

manfaat atas utang yang tergolong riba yang diharamkan oleh syara‟.60

Imam Syafi‟i mengemukakan pandangannya berdasarkan hadits Rasulullah

SAW yang berbunyi :

58

Saleh Al-Fauzan, Fikih Sehari-hari, Penerjemah: Abdul Hayyie Al-Kattani (Jakarta:

Gema Insani, 2006), Cet. 1, hal. 416. 59

Chuzaimah T. Yanggo, A. Hafiz Anhory, A.Z, Problematika Hukum Islam Komtemporer

III, (Jakarta: Pustaka Firdaus,2004), hal. 83. 60

Ghufron A. Mas‟adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada,2002), hal. 178.

Page 44: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

34

لال : ػ عهى-لال سعل انه ػه انز : صه انه صاحث ي نا غهك انش

, س غ , ن غشي حغ إعاد لال انؾافؼ انذاسلط سا ).ػه

( يرصم

Artinya: Dari Abu Hurairah dari Nabi saw ia bersabda : Gadaikan itu

tidakmenutup akan yang punyanya dari manfaat barang itu,

faedahnya kepunyaannya dia dan dia wajib mempertanggung

jawabkan segala resikonya (kerusakan dan biaya).(HR. Asy-Syafi'i

dan Daruqutny dania berkata bahwa sanadnya Hasan dan

bersambung).61

Dalam hadits di atas jelas menunjukkan, bahwa barang gadaian itu tidak

menutup hak atas pemiliknya yaitu orang yang menggadaikan untuk mengambil

manfaatnya.Dengan demikian, orang yang menggadaikan tetap berhak atas segala

hasil yang ditimbulkandari barang gadaian itu dan bertanggung jawab atas segala

resiko yangmenimpa barang tersebut. Dan penerima gadai hanyalah menguaasai

barang jaminan sebagai kepercayaan atas uang yang telah dipinjamkannya sampai

waktu yang telah ditentukan pada waktu akad.62

2. Pendapat Imam Hanafi

Menurut Imam Hanafi, tidak ada bedanya antara pemanfaatan barang

gadaian yang mengakibatkan kurang harganya atau tidak. Imam Hanafi berpendapat

bahwa rahin tidak boleh memanfaatkan borg tanpa seizin murtahin, begitu pula

murtahin tidak boleh memanfaatkannya tanpa seizin rahin. Mereka beralasan bahwa

61

Imam Syafi'i, al-Um, Jilid 3, tth.tp. hal. 167. 62

As Shan‟ani, Subulus Salam III,Penerjemah: Abd. Rasyid Nafis (Jakarta: Al-Ikhlas,

1995), Cet. 1, hal. 181.

Page 45: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

35

barang gadai harus tetap dikuasai oleh murtahin selamanya. 63 Oleh sebab itu,

golongan Hanafiyah ada yang membolehkannya untuk memanfaatkannya jika

diizinkan oleh rahin. Tetapi sebagian lainnya tidak membolehkan sekali pun ada izin

bahkan mengkategorikannya sebagai riba, jika disyaratkan ketika akad untuk

memanfaatkan borg, hukumnya haram sebab termasuk riba.64

3. Pendapat Imam Hanbali

Imam Hanbali berpendapat bahwa apabila yang dijadikan barang jaminan itu

adalah hewan, maka pemegang barang jaminan berhak untuk mengambil susunya dan

mempergunakanya, sesuai dengan jumlah biaya pemiliharaan yang dikeluarkan

pemegang barang jaminan.65

Hal tersebut dijelaskan dalam hadits yaitu:

ش : ػ ات ششج سض اهلل ػ لا ل سعل اهلل صه اهلل ػه عهى انظ

ػه انز ا يش إراكا فمر انذس ؾشب ت نث ا يش اراكا فمر شكة ت

ؾشب انفمح (سا انثخاس)شكة

Artinya: “Abu Hurairah r.a. berkata, bahwa Rasulullah SAW. Bersabda:

binatang tunggangan yang dirungguhkan atau diborongkan harus

ditunggangi dipakai, disebabkan ia harus dibayar, air susunya

boleh diminum diperas untuk pembayaran ongkosnya, orang yang

menunggangi dan meminum air susunya harus membayar.”66(HR.

Bukhari)

63

Nazar Bakry, Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1994), hal. 49. 64

Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqh Muamalah dan aplikasinya pada lembaga keuangan

Syariah, (Jakarta: Lembaga peneliti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Cet. 1, hal. 226. 65

Ibnu Qudamah, Al-Mughni., (Beirut: Dar al-Kitab Al-„Araby,1980), Jil. 6, hal. 432-433. 66

Imam Hafidz Ahmad bin ali bin hajjar Al-Asqalani, Fathul Al-Bari, (Beirut: Dar Al-

Kotob Al-ilmiyah, 2003), Cet. 1, hal. 32.

Page 46: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

36

Hadits di atas menerangkan bahwa binatang yang dijadikan jaminan boleh

diambil manfaatnya seperti untuk tunggangan, diminum air susunya hal ini

disebabkan karena adanya biaya yang telah dikeluarkan untuk pemeliharaan tetapi

apabila hasil ternaknya ada kelebihannya, maka kelebihan itu dibagi rata antara

murtahin dan rahin.Dan apabila orang yang menunggangi dan yang minum air

susunya tidak membaginya maka orang tersebut harus membayar kelebihan itu.

4. Pendapat Ulama Malikiyah

Maliki berpendapat gadai wajib dengan akad (setelah akad) pemberi gadai

(rahin) dipaksakan untuk menyerahkan marhun untuk dipegang oleh penerima gadai

(murtahin).Jika marhun sudah berada di tangan pemegang gadaian (murtahin),

diperbolehkannya murtahin memanfaatkan barang gadai atas izin rahin atau

disyaratkan ketika akad.67Pemberi gadai (rahin) juga mempunyai hak memanfatkan

berbeda dengan pendapat Imam Asy Syafi‟i yang mengatakan hak memanfaatkan

berlaku selama tidak merugikan/membahayakan penerima gadai (murtahin).68

Pada dasarnya barang gadai tidak boleh diambil manfaatnya, baik oleh

pemiliknya maupun oleh penerima gadai. Hal ini disebabkan status hanya sebagai

jaminan utang dan sebagai amanat bagi penerimanya. Namun apabila mendapat izin

dari masing-masing pihak yang bersangkutan, maka barang tersebut boleh

dimanfaatkan. Hal ini dilakukan karena pihak pemilik barang (pemberi gadai) tidak

memiliki barang secara sempurna yang memungkinkan ia melakukan perbuatan

67

Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqh Muamalah dan aplikasinya pada lembaga keuangan

Syariah, (Jakarta: Lembaga peneliti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Cet. 1, hal. 227. 68

Sayyid sabiq Fikih Sunnah 12, Alih bahasa. H. Kamaluddin A Marjuki (Jakarta: Pustaka

Percetakan Offset,1998), hal. 141.

Page 47: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

37

hukum (barangnya sudah digadaikan). Misalnya, mewakafkan, menjual dan

sebagainya sewaktu-waktu atas barang yang telah digadaikan tersebut. Sedangkan

hak penerima gadai (murtahin) terhadap barang tersebut hanya pada keadaan atau

sifat kebendaannya yang mempunyai nilai, tetapi tidak pada guna pemanfaatan/

pemungutan hasilnya. Murtahin hanya berhak menahan barang gadai, tetapi tidak

berhak menggunakan atau memnfaatkan hasilnya, sebagaimana pemilik barang

(pemberi gadai) tidak berhak menggunakan barangnya itu, tetapi sebagai pemilik

apabila barang yang digadaikan itu mengeluarkan hasil, maka hasil itu menjadi

miliknya.69

F. Berakhirnya Akad Gadai

Menurut Sayid Sabiq, jika barang gadai kembali ke tangan Rahin atau dengan

kata lain,.jika barang gadai berada kembali dalam kekuasaan Rahin, maka ketika itu akad

gadai sudah batal. Dengan demikian dalam perspektif Sayyid Sabiq agar akad gadai tidak

batal barang gadai harus dalam penguasaan murtahin.70

Gadai dipandang batal dengan beberapa keadaan seperti :

1. Borg (barang gadai) diserahkan kepada pemiliknya.

Jumhur ulama selain Syafi'i menganggap gadai menjadi batal jika murtahin

menyerahkan Borg kepada pemiliknya (Rahin) sebab borg merupakan jaminan utang,

jika borg diserahkan, tidak ada lagi jaminan. Selain itu dipandang batal pun akad gadai

jika murtahin meminjamkan borgkepada Rahin atau kepada orang lain atas seizin Rahin.

69

Muhammad Sholikhul Hadi, Pegadaian Syari'ah,( Jakarta: Salemba Diniyah, 2000), hal.

54. 70

Sayyid Sabbiq, Fiqhus Sunnah (Beirut: Darul-Kitab al-Arabi, 1987), Cetakan Ke-8, Hal.

190.

Page 48: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

38

a. Dipaksa menjual borg

Gadai batal, jika hakim memaksa Rahin untuk menjual borg atau hakim

menjualnya jika Rahin menolak.

b. Rahin melunasi semua hutang.

c. Pembebasan hutang.

d. Pembatalan akad gadai dari pihak murtahin

Akad gadai dipandang batal dan berakhir jika murtahin membatalkan Rahin

meskipun tanpa seizin Rahin. Sebaliknya dipandang tidak batal jika Rahin

membatalkanmya.

Menurut ulama Hanafiyah, murtahin diharuskan untuk mengatakan

pembatalan borg kepada Rahin. Hal ini karena Rahin tidak terjadi, kecuali dengan

memegang. Begitu pula cara membatalkannya adalah dengan tidak memegang.

2. Rahn meninggal

Menurut Imam Malik, Rahin batal atau berakhir jika Rahin meninggal

sebelum menyerahkan borg kepada murtahin. Juga dipandang batal jika murtahin

meninggal sebelum mengembalikan borgkepada Rahin.

3. Borg rusak

4. Tasharruf dan Borg

Rahn dipandang habis apabila borg ditasharrufkan seperti dijadikan hadiah,

hibah, sedekah, dan lain-lain atau jin pemiliknya.71

71

Al-Faqih Abdul Wahid Muhammad bin Achmad bin Muhammad ibnu Rusyd, Bidayatul

Mujtahid, alih bahasa: Imam Ghazali Syaid, Achmad Zaidun, (Jakarta: Pustaka Imani, 2007), Cet. 3,

hal. 207.

Page 49: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

39

BAB III

PRAKTIK GADAI DI KECAMATAN TAPOS KOTA DEPOK

A. Letak Geografis kecamatan Tapos Kota Depok

Wilayah Kecamatan Tapos merupakan salah satu Kecamatan terletak di

Wilayah Kota Depok, provinsi Jawa Barat, dengan batas wilayah Kecamatan Tapos

adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cimanggis dan Kota Bekasi

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Cikeas Kabupaten Bogor

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Cibinong Kabupaten Bogor

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cimanggis dan Kecamatan

Sukmajaya.72

Kecamatan Tapos ini baru berdiri pada tahun 2009 yang merupakan

pemekaran dari Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Tapos terdiri dari 7 kelurahan

yaitu:73

1. Kelurahan Tapos

2. Kelurahan Sukatani

3. Kelurahan Cilangkap

4. Kelurahan Sukamaju Baru

5. Kelurahan Leuwinanggung

6. Kelurahan Jatijajar

7. Kelurahan Cimpaeun

72

muchsin, Camat Tapos, Wawancara Pribadi, di Kecamatan Tapos, 4 Juli 2014. 73

Buku Informasi Kependudukan Kota Depok, September 2013.

Page 50: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

40

Kecamatan Tapos mempunyai 7 Kelurahan, 622 RT, 127 RW, secara umum

Kecamatan Tapos juga mempunyai luas wilayah secara keseluruhan seluas 3342,00

Ha. Berikut ini data penggunaan lahan di Kecamatan Tapos terdiri dari:

1. Luas lahan yang terbangun : 1197,94 Ha

2. Luas lahan non terbangun : 2141,61 Ha

Lahan terbangun terdiri dari pemukiman, perindustrian, perdagangan jasa

perkantoran, fasos fasum, lapangan, gedung masjid.Sedangkan, lahan non terbangun

terdiri dari danau, situ, sawah teknis irigasi, sawah non teknis, belukar/tanah kosong.

Ladang/kebun, hutan kota, lapangan golf, sungai, kuburan, empang, jalan.74

Di

kecamatan tapos ini masih banyak ditemukan sawah, lahan perkebunan, tanah

kosong, dan memiliki wilayah yang mempunyai daya dukung rendah seperti lereng

yang curam dan rawan longsor.

B. Sekilas Kondisi Masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok

Berdasarkan data monografi penduduk Kecamatan Tapos dengan tanah

seluas 3342,00 Ha, dihuni oleh 77.404 kk, serta keseluruhan jumlah penduduk

sebanyak 257.693 orang , yang terdiri dari 135.647 laki-laki dan 129.948 wanita.

Untuk lebihjelasnya jumlah penduduk Kecamatan Tapos Berdasarkan masing-masing

kelurahan adalah sebagai berikut:75

74

Data Monografi Kecamatan Tapos Kota Depok , data RT/RW Tahun 2009. 75

Data SIAK ( Sistem Informasi Administrasi Kependudukan), Provinsi Jawa Barat Kota

Depok, Kecamatan Tapos.

Page 51: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

41

Tabel 3.1, berdasarkan setiap kelurahan

No Kelurahan

KK Laki-laki Prempuan Jumlah

1 Tapos 4.980 8.320 7.811 16.131

2 Leuwinanggung 4.638 7.883 7.293 15.126

3 Sukatani 17.555 30.663 29.732 60.395

4 Sukamaju Baru 14.200 25.149 23.915 49.064

5 Jatijajar 12.362 22.282 21.198 43.480

6 Cilangkap 15.756 27.725 27.216 54.941

7 Cimpaeun 7.913 13.675 12.783 26.458

Jumlah 77.404 135.647 129.948 265.595

Dilihat dari data statistik di atas jumlah penduduk Kecamatan Tapos lebih

banyak laki-laki dibandingkan perempuan.Kendati demikian dengan melihat data

struktur yang diperolehdari arsip monografi,76

penulis dapat mengelompokkan

keadaan pendudukKecamatan Tapos dari beberapa bidang antara lain :

1. Bidang Sosial Budaya

Seperti wilayah Kecamatan lainnya, walaupun Kecamatan Tapos baru

didirikan pada tahun 2009, tetapi seperti kebanyakan wilayah perkampungan di

Indonesia pada umumnya, bahwa nilai sosialdan rasa solidaritas masyarakat di

Kecamatan Tapos masih sangat tinggi dan masih membudaya ditengah-tengah

76

Visi-Misi Rencana pembangunan jangka menengah tahun 2013-2016 Kota Depok.

Page 52: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

42

perilaku kehidupan sehari-hari.Nilai-nilai kebersamaan dalam masyarakat ini sangat

terlihat seperti halnyadalam rangka membangun, memperbaiki sarana dan prasarana

umum, seperti masjid, mushalla,perbaikan jalan, pos kamling dan kegiatan-kegiatan

lainnya secara gotong-royong, serta membina kebersihan lingkungan seperti

membersihkan jalan umum, membersihkan got/ solokan, serta membuat Tempat

pembuangan akhir sampah, membuat taman kota.

Dengan demikian, masyarakat Kecamatan Tapos masih memiliki nilai-nilai

kemasyarakatan yang mencerminkanmasyarakat yang berbudaya dari dimensi

kegotongroyongan dankebersamaan.Serta dikarenakan kepadatan penduduk

Kecamatan Tapos cenderung sedang, maka sangat baik untuk mengembangkan suatu

kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam rangka menegakkan kehidupan beragama,

ekonomi, sosial dan budaya.Dimana aspek sosial kemasyarakatannya tidak terlalu

kompleks seperti pada Kecamatan yang kepadatan penduduknya tinggi.

Di Kecamatan Tapos juga terdapat kelas-kelas sosial, yang membedakan

lapisan satu dengan yang lainnya seperti Lapisan masyarakat, petani, pedagang,buruh

industri, Pejabat, pengusaha dan lapisan tokoh agama.Meskipun terdapat kelas sosial

tetapi tidak ada garis pembatas, tidak ada jarak ataupun penghalang untuk tetap

berkomunikasi satu sama lain, karena masih sangat kentalnya adat budaya yang

menjadi kebiasaan di Kecamatan Tapos ini.

2. Keagamaan

Dengan melihat data statistik tabel berdasarkan jumlah penduduk menurut

agama, maka dapat dikatakan bahwa mayoritas masyarakat Kecamatan Tapos

Page 53: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

43

pemeluk agama Islam,77

meskipun pemerintah kota Depok telah melakukan

sosialisasi dan penyuluhan untuk menangkal menjamurnya praktik gadai yang tidak

didasari syariat Islam tetapi dapat dipastikan akan merugikan masyarakat yang

melakukan praktik gadai tersebut, karena tidak adanya payung hukum yang secara

tegas mengatur gadai.

Dapat penulis katakan upaya pemerintah kota Depok belum maksimal jika

hanya melakukan sosialisasi dan penyuluhan saja, seharusnya ditingkatkan menjadi

sebuah pembahasan dengan kementerian agama, dan anggota DPRD kota Depok agar

dapat muncul bukti konkrit peran pemerintah dalam upaya melindungi masyarakatnya

dalam hal ini masyarakat yang beragama Islam secara khusus dan umumnya bagi

masyarakat pemeluk agama lain.

Tabel 3.2. Jumlah penduduk menurut agama

No

Kelurahan

AGAMA

Islam Kristen

Protesta

Kristen

Khatolik

Hindu Budha Khong

Huchu

lainn

ya

1 Tapos 15.658 314 41 1 70 47 0

2 Leuwinan

ggung

14.662 313 128 15 7 0 1

3 Sukatani

53.538 4.684 1.766 202 194 10 1

77

Buku Informasi Kependudukan Kota Depok, September 2013.

Page 54: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

44

4 Sukamaju

baru

44.360 3.443 977 57 93 134 0

5 Jatijajar 39.980 2.305 787 50 217 134 7

6 Cilangkap 52.092 1.890 602 23 109 224 0

7 Cimpaeun 25.441 688 240 31 52 6 0

Total 245.731 13.637 4.541 379 742 555 9

3. Bidang Ekonomi

Keadaan ekonomi masyarakat Kecamatan Tapos sebagian besar di

topangoleh hasil pertanian dan persawahan, dan pengembangan peternakan.Serta

adanya masyarakat di suatu wilayah juga sangat mempengaruhikeberhasilan

program-program pemerintah, hingga dapat memberikan mempengaruhi bagi

kesejahteraan masyarakat.

Disamping itu keadaan ekonomi masyarakat Kecamatan Tapos juga di

topang oleh sumber-sumber lainnya seperti petani, peternak, pedagang, Penjahit,

buruh, APN, PNS, karyawan, guru swasta, supir dan sebagainya.

Dengan rincian 40% masyarakat Kecamatan Tapos mengandalkan

kebutuhan sehari-harinya dari hasil pertanian, dengan cara menjadi petani, baik dari

hasil sawah maupun dari hewan ternak. Selanjutnya 30% lainnya masyarakat

Page 55: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

45

Kecamatan Taposbermata pencarian sebagai pegawai swasta, dan 30% lagi bekerja

sebagai buruh harian lepas.78

Dari fakta tersebut di atas menunjukan sangatlah mungkin banyak terjadi

praktik Gadai yang penulis prediksikan di awal, yang bermata pencarian sebagai

petani melakukan praktik gadai untuk meningkatkan hasil pertaniannya guna

meningkatkan omset perharinya. Sedangkan yang bermata pencarian sebagai pegawai

swasta dan buruh harian lepas yang notabenenya memiliki penghasilan yang tetap

namun tidak adanya kepastian soal masa depan seperti dana pensiun, tunjangan-

tunjangan, seperti halnya pegawai negeri sipil (PNS), pegawai swasta dan buruh

harian lepas merupakan golongan masyarakat yang juga bersentuhan langsung

dengan praktik gadai yang penulis ungkapkan dikarenakan adnaya sistem kontrak dan

potongan dari out sourcing, sehingga mereka sangat membutuhkan dana cepat untuk

menutupi kebutuhan sehari-hari yang semakin mendesak menurut pengamatan yang

penulis lakukan di lapangan gadai adalah solusi tercepat untuk bisa mendapatkan

dana segar yang didapat tanpa ada syarat yang berbelit, ini penulis ungkapkan

dikarenakan penulis banyak melihat fhamplet dan selembaran berupa brosur yang

dikemas sedemikian rupa sehingga menarik para calon pelaku gadai ini untuk tertarik

menggunakan jasa dari penyedia gadai tersebut, tanpa melihat ketentuan yang

ditawarkan oleh penyedia jasa gadai.

78

Ues Supriyadi, Sekretaris Kecamatan Tapos, Wawancar Pribadi, di Kecamatan Tapos,

pada tanggal 4 juli 2014.

Page 56: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

46

C. Mekanisme praktik gadai di masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok.

Di Kecamatan Tapos sering sekali terjadi transaksi gadai dengan cara

menggadaikan sertifikat rumah, dan Tanah, ini dilakukan oleh masyarakat yang

bermata pencaharian sebagai petani, sedangkan bagi para pegawai swasta dan buruh

harian lepas lebih banyak meminjam sejumlah uang dengan menggadaikan barang-

barang berharga miliknya yang masih memiliki nilai jual seperti handphone, Ipad,

kendaraan, dan alat-alat elektronik lainnya.

Selama masa gadai yang terjadi pada masyarakat Kecamatan Tapos hak

pemegang barang gadai tersebut berada dalam kekuasaan murtahin (pihak pemegang

gadai) dan mereka pada umumnya memanfaatkan barang gadai dalam kehidupan

sehari-hari. Sehingga hal ini berdampak pada kerusakan barang gadai tanpa adanya

tanggung jawab dari murtahin, meski pun dengan adanya perjanjian taupun tanpa

perjanjian dan kebutuhan rahin yang mendesak yang menjadikan murtahin selalu

memanfaatkan barang gadai tanpa menghiraukan kerusakannya, serta bunga yang

diminta murtahin kepada pihak rahin.

Dengan ini penulis mencoba mencari fakta terkait tata cara atau mekanisme

praktik gadai yang dilakukan masyarakat kecamatan Tapos kota Depok yang penulis

temukan di beberapa kelurahan yang berada di bawah wilayah Kecamatan Tapos.

1. Transaksi gadai yang dilakukan oleh ibu Lia (murtahin) dan bapak Effendi (rahin)

pada tanggal 8 Juli 2014.

Menurut wawancara yang penulis lakukan dengan ibu Lia: Bapak Effendi

yang seorang buruh harian lepas (buruh bangunan) menggadaikan sebuah Ipad yang

Page 57: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

47

harganya Rp. 8.000.000 (dua belas juta rupiah) untuk mendapatkan uang kepada ibu

Lia sebesar Rp. 1.200.000 (satu juta lima ratus ribu rupiah). Bapak Effendi berjanji

kepada ibu Lia secara lisan akan mengembalikan pinjamannya dalam jangka waktu 2

minggu, namun bila dalam jangka waktu tersebut tidak dapat mengembalikan

pinjamannya dengan sukarela Ipad yang menjadi objek gadainya menjadi hak

milikibu Lia sebagai murtahin. Akan tetapi sebelum jatuh tempo yang disepakati,

Ipad yang menjadi objek gadai digunakan sebagai mainan anak saya dan saya

sendiri.79

2. Transaksi gadai yang dilakukan oleh bapak Asam (Murtahin) dan bapak Tapsur

(rahin) pada tanggal 19 Agustus 2000.

Menurut wawancara yang Penulis lakukan kepada bapak Asam: beliau

pernah melakukan praktik gadai menjadi orang yang menerima barang gadai, pada

waktu itu bapak Tapsur sedang membutuhkan uang untuk kebutuhan mendesak lalu

bapak Asam memberikan pinjaman uang sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta

rupiah) dan bapak Tapsur memberikan barang jaminan mobil kepada bapak Asam,

dan tidak adanya batas waktu yang ditentukan. Terlebih kerena bapak Asam juga

membutuhkan transportasi untuk bekerja, maka bapak Asam memanfaatkan barang

tersebut, tetapi selang waktu 1 tahun ada seorang sekelompok Polisi mendatangi

bapak Asam dan memberi tahu kalau ternyata mobil itu mau ditarik lissing karena

mobil itu tidak dibayar-bayar uang kreditnya oleh bapak Tapsur, akhirnya bapak

79

Hasil wawancara dengan ibu Lia, warga Kelurahan Tapos Kecamatan Tapos Pada tanggal

12 Juli 2014.

Page 58: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

48

Tapsur membayar hutang pinjamannya hanya Rp. 7.000.000,- berkurang nominalnya

dari uang yang pertama kali bapak pinjamkan ke bapak Tapsur.80

3. Transaksi gadai yang dilakukan oleh bapak Ramlan (Rahin) kepada bapak Gani

(Murtahin) yang terjadi pada tanggal 27 Juni 2012.

Menurut wawancara yang Penulis lakukan dengan bapak Ramlan: pada

waktu itu bapak Ramlan yang bekerja sebagai karyawan swasta merasa kesulitan

membayar tunggakan kredit motor selama 3 bulan, bapak Ramlan juga

membutuhkan uang mendesak untuk membayar uang sekolah anaknya, lalu beliau

meminjam uang sebesar Rp. 3.000.000,- kepada bapak Gani (pemegang gadai) dalam

tempo 2 bulan dengan perjanjian secara lisan dan sebagai jaminannya bapak Ramlan

menyerahkan sepeda motor yang masih kredit itu, bapak Gani tetap meminta bunga

kepada bapak Ramlan sebesar Rp.50.000,- perbulannya, dan juga memanfaatkan

motor tersebut sebagai transportasi sehari-harinya, sampai bapak Ramlan dapat

menebus barang yang digadaikan, tetapi meskipun bapak Ramlan telat

mengembalikan uang pinjamannya kepada bapak Gani tapi barang tersebut

diserahkan kembali oleh bapak Ramlan.81

4. Transaksi gadai yang dilakukan oleh ibu Aminah (rahin) kepada bapak H. Eos

(Murtahin) pada tanggal 20 februari 2009.

80

Hasil wawancara Bapak Asam, warga kelurahan Sukatani kecamatan Tapos pada tanggal

16 Juli 2014. 81

Hasil wawancawa dengan bapak Ramlan, warga Kelurahan Jatijajar, pada tanggal 15 Juli

2014.

Page 59: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

49

Menurut wawancara yang Penulis lakukan dengan ibu Aminah: Ibu Aminah

pernah menggadaikan sertifikat rumah kepada bapak H. Eos untuk mendapatkan

pinjaman uang sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) pada waktu itu

beliau sangat membutuhkan banyak uang untuk membayar biaya operasi anaknya.

dengan perjanjian secara lisan dan dalam jangka waktu 6 bulan, jika tidak

membayarnya maka rumah itu menjadi milik bapak H. Eos. Pada waktu itu ibu

Aminah tidak mampu membayar uang pinjamannya yang sangat besar, beliau

mengadu kepada pemerintah Kecamatan bahwa rumahnya akan diambil paksa tetapi

setelah di bicarakan bersama-sama secara damai akhirnya rumah ibu Aminah hanya

dijual hanya dibagi dua dengan bapak H. Eos dari hasil penjualan rumah.82

5. Transaksi gadai yang dilakukan oleh ibu Laras (Murtahin) kepada bapak Ahmad

(Rahin) pada tanggal 12 Maret 2014

Setelah melakukan wawancara dengan ibu Laras, beliau pernah melakukan

praktik gadai sebagai penerima barang gadaian. Pada waktu itu bapak Ahmad

membutuhkan pinjaman uang dari ibu Laras dengan memberikan jaminan berupa

motor. Ibu Laras memberikan pinjaman uang sejumlah Rp. 2.000.000,- kepada bapak

Ahmad, karena tidak adanya batas waktu pembayarannya dengan demikian suami

dari ibu Laras pun menggunakan motor jaminan tersebut untuk berdagang sayuran

keliling. Sampai bapak Ahmad bisa mengembalikan uang pinjaman tersebut.ibu

82

Hasil wawancara dengan ibu Aminah warga Kelurahan cimpaeun, pada tanggal 5 Juli

2014.

Page 60: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

50

Laras beralasan karena beliau sudah memberikan pinjaman uang kepada pemilik

barang ini.83

6. Transaksi gadai yang dilakukan oleh Lukman (Murtahin) kepada bapak Niman

(Rahin) pada tanggal 20 November 2011.

Menurut hasil wawancara yang penulis lakukan dengan bapak Lukman

beliau mengatakan bahwa beliau pernah melakukan praktik gadai sebagai penerima

barang gadai, waktu itu bapak Niman sedang membutuhkan uang untuk membayar

hutang-hutang anaknya sebesar Rp.75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah)

dengan memberi jaminan 3 ruko milik bapak Niman. Dalam tempo 1 tahun, dan

selama setahun itu bapak Lukman memanfaatkan ruko tersebut untuk disewakan ke

orang lain, dan keuntungan dari menyewakan itu milik pribadi sebab beliau beralasan

dari pada ruko itu kosong tidak ada yang menempati maka lebih baik disewakan agar

lebih bermanfaat dan menghasilkan keuntungan.84

D. Latar belakang terjadinya praktik pemanfaatan barang gadai di kecamatan

Tapos kota Depok.

Praktik pemanfaatan barang gadai tersebut terjadi berdasarkan latar belakang

dan motivasi/faktor tertentu, maka faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya

pemanfaatan barang gadai antara lain:

83

Hasil Wawancara dengan ibu laras Warga Kelurahan Lewinanggung pada tanggal 14 Juli

2014. 84

Hasil wawancara bapak Lukman, warga kelurahan Sukamaju Baru, pada tanggal 5 Juli

2014

Page 61: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

51

1. Karena faktor ekonomi

Seperti yang sudah penulis jelaskan bahwa pada umumnya masyarakat

Kecamatan Tapos ini 40% berprofesi sebagai Petani, dan 60% berprofesi sebagai

buruh harian lepas dan pegawai swasta. Mereka beranggapan bahwa menggadai di

perum pegadaian persyaratan yang berbelit, hasil yang didapat tidak sesuai dengan

yang didapat, keharusan melunasi uang pinjaman tepat pada waktunya.Sehingga

membuat masyarakat Kecamatan Tapos merasa lebih cocok melakukan gadai kepada

perorangan dari pada lembaga yang telah dibentuk oleh pemerintah, sebab dengan

begitu mereka bisa mendapatkan uang pinjaman dengan syarat yang tidak berbelit,

tidak didesak untuk membayar uang pinjaman tepat waktu.

2. Faktor sosial dan kebiasaan masyarakat (urf)

Sesuai dengan informasi yang penulis dapatkan dari masyarakat Kecamatan

Tapos, dapat penulis simpulkan setiap masyarakat Kecamatan Tapos yang menggadai

dan pemegang gadai ini keduanya saling membutuhkan. Bagi mereka yang

menggadaikan merasa sulit untuk memperoleh pinjaman dana yang cepat untuk

mencukupi kebutuhan sehari-harinya jika harus menggadaikan barang atau surat-surat

berharga pada lembaga atau pun bank. Selain itu pinjaman uang harus dikembalikan

tepat waktu kepada lembaga atau bank dengan disertai bunga yang besar, sehingga

mereka lebih memilih menggadaikan barang yang mereka punya kepada orang yang

lebih mereka percaya seperti tetangga, sanak saudara atau pun orang yang mereka

kenal.Meskipun dalam perjanjian jangka waktu sudah ditentukan, tetapi terkadang

mereka bisa mengambil barang yang mereka gadai kapan pun sampai mereka mampu

Page 62: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

52

menebusnya kembali.Begitu pula mereka yang penerima barang gadai mereka juga

membutuhkan barang gadaian itu, untuk keperluannya sehari-hari, itu sudah menjadi

hukum adat pada masyarakat Kecamatan Tapos ini.

Oleh sebab itu, praktik gadai yang sering terjadi di masyarakat Kecamatan

Tapos ini sudah menjadi adat kebiasaan dan sulit untuk dihilangkan meskipun dalam

praktik gadai tersebut ada kerancuan mengenai barang yang digadaikan dan adanya

unsur kecurangan dan pemanfaatan barang gadaian yang disalah gunakan namun

mereka berpedoman untuk saling percaya dan saling tolong-menolong, dan sampai

sekarang pun mereka masih melakukan praktik gadai dengan cara seperti itu.

Page 63: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

53

BAB IV

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI DI

KECAMATAN TAPOS KOTA DEPOK

A. Tinjauan Hukum Islam terhadap Mekanisme gadai yang terjadi di masyarakat

Kecamatan Tapos Kota Depok.

Setelah data terkumpul dari permasalahan yang terjadi dikalangan

masyarakat Kecamatan Tapos maka penulis dapat menarik beberapa mekanisme

pegadaian yang penulis temukan saat melakukan wawancara dan meninjau lansung

ke lapangan di tempat penulis melakukan penelitian ini, pada dasarnya seluruh kasus

yang penulis temukan telah memenuhi unsur-unsur gadai menurut syara‟ baik rukun

maupun syarat melakukan praktik gadai diantaranya:

a. Lafadz yaitu pernyataan perjanjian gadai yang dapat dilakukan dengan cara

tertulis maupun cukup secara lisan.

b. Pemberi dan Penerima Gadai yaitu baik pemberi maupun Penerima barang

gadai haruslah merupakan seorang yang berakal dan telah akil baligh sehingga

dianggap telah cakap melakukan perbuatan hukum sesuai dengan syariat Islam.

c. Barang yang digadaikan yaitu barang gadai haruslah ada pada saat perjanjian

gadai dilakukan dan barang gadai itu milik pemberi gadai (rahin), dan barang

gadaian itu haruslah berada dibawah pengawasan penerima gadai.

Page 64: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

54

d. Adanya utang yang bersifat tetap, tidak berubah dengan tambahan bunga atau

mengandung unsur riba.85

Namun yang menjadi persoalan adalah akad dan perjanjian yang dilakukan

oleh masyarakat di Kecamatan Tapos kota Depok, Jawa Barat dari seluruh praktik

gadai yang penulis temukan terdapat unsur riba dan pemanfaatan atas barang yang di

gadaikan, sehingga rukun dan syarat gadai yang telah terpenuhi tetap tidak

berpengaruh sebagai pedoman dan tata cara melakukan praktik gadai di kalangan

masyarakat Kecamatan Tapos, Depok, karena akad dalam transaksi gadai sangatlah

penting dan menjadi ujung tombak dalam sah atau tidaknya suatu transaksi gadai

yang dilakukan oleh Rahin dan Murtahin, apabila akadnya saja telah salah maka bisa

dipastikan praktik gadai tersebut akan merugikan salah satu antara rahin atau tidak

menutup kemungkinan murtahin yang dirugikan.

Dari hasil penelitian dan wawancara penulis mekanisme Praktik gadai

tersebut timbul karena adanya adat kebiasaan yang salah yang tidak sesuai dengan

syariat Islam. tetapi masih sering diterapkan dikehidupan masyarakat Kecamatan

Tapos, sangatlah jelas terlihat bahwa praktik gadai pada masyarakat di Kecamatan

Tapos Kota Depok kesalahan dalam melakukan akad gadai atau perjanjian gadai.

Meskipun dalam akad atau perjanjian rahin mengizinkan ataupun tidak mengizinkan

barang gadaian boleh dipergunakan. Akan tetapi, murtahin tetap tidak boleh

menggunakan atau memanfaatkan barang gadaian tersebut karena ini berkaitan

dengan keharaman mempergunakan atau mengambil manfaat barang gadai itu

85

Ahmad Sarwat, Fikih Sehari-hari, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, tth), hal. 93.

Page 65: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

55

diharamkan oleh syara‟.86

Maka pasti praktik gadai tersebut akan merugikan salah

satu pihak. Seperti yang di riwayatkan oleh Anas bin Malik Radhiallahu „anhu:

ار الشض احذكى لشضا فاذ ن احه ػه انذاتح فال ش كثا ال مثه

Artinya: “Apabila kamu menghutangkan sesuatu kepada orang lain,

kemudian (orang yang berhutang) memberi hadiah kepada yang menghutangi

atau memberi layanan berupa naik kendaraannya (dengan gratis), janganlah

menaikinya dan janganlah menerimanya.” (HR. Ibnu Majjah; hadits ini

mempunyai beberapa penguat)

B. Tinjauan Hukum Islam terhadap praktik pemanfaatan barang gadai di

masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok

Dalam pengambilan manfaat barang gadai diperbolehkan dengan syarat

sekedar pengganti biaya perawatannya, apabila barang yang digadaikan bisa

dimanfaatkan, sedangkan barang tersebut membutuhkan biaya perawatan dan pemilik

barang tidak memberi biaya perawatannya maka pemegang barang boleh

memanfaatkannya, akan tetapi hanya sebatas atau seimbang dengan biaya yang

dikeluarkan untuk keperluan memelihara barang tersebut.

Hal tersebut dijelaskan dalam hadits yaitu:

انظش : ػ ا ت ششج سض اهلل ػ لال سعل اهلل صه اهلل ػه عهى

شكة تفمر ا را كا يشا نث انذس ؾشب تفمر ارا كا يشا ػه انز

(سا انثخاس)شكة ؾشب انفمح

Artinya: “Abu Hurairah r.a. berkata, bahwa Rasulullah SAW. Bersabda:

binatang tunggangan yang dirungguhkan atau diborongkan harus

ditunggangi dipakai, disebabkan ia harus dibayar, air susunya

boleh diminum diperas untuk pembayaran ongkosnya, orang yang

86

Ghufron A. Mas‟adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada,2002), hal. 178.

Page 66: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

56

menunggangi dan meminum air susunya harus membayar biaya

perawatannya.”87(HR. Bukhari)

Dari hadits di atas menjelaskan bahwa murtahin boleh memanfaatkan

barang gadai dengan syarat harus seimbang dengan pemakaian/pemanfaatan barang

dengan biaya yang dikeluarkan untuk biaya perawatan barang tersebut, dan tidak

boleh berlaku zhalim atau sampai membahayakan barang gadai tersebut. Hal ini

sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Imam Hanbali.

Imam Hanbali berpendapat bahwa apabila yang dijadikan barang jaminan itu

adalah hewan, maka pemegang barang jaminan berhak untuk mengambil susunya dan

mempergunakanya, sesuai dengan jumlah biaya pemiliharaan yang dikeluarkan

pemegang barang jaminan.88

Tetapi praktik gadai yang terjadi dikalangan masyarakat Kecamatan Tapos

Kota Depok dari hasil penelitian penulis bahwa praktik gadai yang terjadi yaitu

mengambil unsur pemanfaatan barang gadai secara berlebihan, murtahin bukan hanya

memakai barang gadaian milik rahin, tapi sering pula mereka menyewakan barang

gadaian milik rahin ke orang lain.

Sehingga pemanfaatan yang terjadi dapat mengakibatkan kerusakan terhadap

barang gadai tersebut yang nantinya akan mengurangi nilai dari barang gadai

tersebut. Seperti kasus bapak Lukman (murtahin) dan bapak Niman (Rahin), Bapak

Lukman Pernah menerima barang gadaian dari bapak Niman sebab pada waktu itu

87

Imam Hafidz Ahmad bin ali bin hajjar Al-Asqalani, Fathul Al-Bari, (Beirut: Dar Al-

Kotob Al-ilmiyah, 2003), Cet. 1, hal. 32. 88

Ibnu Qudamah, Al-Mughni., (Beirut: Dar al-Kitab Al-„Araby,1980), Jil. 6, hal. 432-433.

Page 67: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

57

bapak Niman membutuhkan uang Rp.75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah)

dengan memberi jaminan 3 ruko miliknya kepada bapak Lukman, Dalam tempo 1

tahun dan selama setahun itu bapak Lukman memanfaatkan ruko tersebut untuk

disewakan ke orang lain, dan keuntungan dari menyewakan itu milik pribadi sebab

beliau beralasan dari pada ruko itu kosong tidak ada yang menempati maka lebih baik

disewakan agar lebih bermanfaat dan menghasilkan keuntungan.

Pendapat Imam Malik yang membolehkan murtahin memanfaatkan barang

gadai memilki banyak kekurangan dan berdampak pada kerugian salah satu pihak

dalam hal ini rahin karena dapat dipastikan bila murtahin memanfaatkan barang gadai

tersebut akan mengurangi nilai dari barang yang digadaikan dan bila di

implementasikan dalam kasus bapak Lukman (murtahin) yang memindah tangankan

kembali barang gadai yang dipegang olehnya dangan cara menyewakan kepada orang

lain, maka praktik gadai yang dilakukan oleh bapak Lukman terkandung unsur riba

didalamnya dan akan membahayakan barang gadai tersebut.

Menurut Ulama Maliki gadai wajib dengan akad (setelah akad) pemberi

gadai (rahin) dipaksakan untuk menyerahkan marhun untuk dipegang oleh penerima

gadai (murtahin).Jika marhun sudah berada di tangan pemegang gadaian (murtahin),

diperbolehkannya murtahin memanfaatkan barang gadai atas izin rahin atau

disyaratkan ketika akad dan pemberi gadai (rahin) juga mempunyai hak

memanfatkan.89

89

Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqh Muamalah dan aplikasinya pada lembaga keuangan

Syariah, (Jakarta: Lembaga peneliti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Cet. 1, hal. 227.

Page 68: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

58

Pendapat Imam Maliki dalam hal gadai yang membolehkan murtahin untuk

memanfaatkan barang gadai dengan syarat dibolehkan dan diberi izin oleh Rahin,

sangat bertentangan dengan pendapat dari Imam Syafi‟i yang tidak membolehkan

barang gadai dimanfaatkan oleh murtahin karena berkaitan dengan keharaman untuk

mengambil manfaat atas utang yang termasuk riba.

Adapun menurut pendapat Imam Syafi‟i pemanfaatan barang gadai tidak

terkait dengan adanya izin, akan tetapi ini berkaitan dengan keharaman pengambilan

manfaat atas utang yang tergolong riba. Yang mana riba diharamkan oleh syara‟.90

Serta hak memanfaatkan berlaku selama tidak merugikan/membahayakan penerima

gadai (murtahin).91

padahal mengambil keuntungan dan memanfaatkan barang gadaian sama

halnya dengan riba, seperti yang sudah dijelaskan didalam ayat Al-Quran Surat Ar-

Ruum ayat 39 Allah SWT berfirman:

Artinya: Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia

bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi

Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk

mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-

orang yang melipat gandakan (pahalanya). (QS. Ar-Ruum 30/39)

90

Ghufron A. Mas‟adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada,2002), hal. 178. 91

Sayyid sabiq Fikih Sunnah 12, Alih bahasa. H. Kamaluddin A Marjuki (Jakarta: Pustaka

Percetakan Offset,1998), hal. 141.

Page 69: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

59

Maksud dari ayat di atas ialah memberikan tambahan ketika melunasi hutang

disamping pokoknya. Dengan kata lain seseorang dipaksa memberikan bunga dari

nilai pinjaman, karena itu Allah SWT katakan harta yang diperoleh dengan cara

seperti itu tidak bertambah disisi Allah SWT, melainkan akan menjadi malapetaka.92

Dan dalam hadits sudah dijelaskan yang berkaitan dengan praktik

pemanfaatan barang gadai yaitu:

ػثذ أت أخثشا عؼذ أت انحافظ انه ش أت ت ا لاال ػ : انؼثاط أت حذث

ذ يح ا ؼمب ت ى حذث إتشا مز ت إدسظ حذث ي ح ت ػثذ ػ انه ت

ضذ حذث لال ػاػ حثة أت ت يشصق أت ػ انرجث فضانح ػ ت

ذ صاحة ػث - عهى ػه اهلل صه -انث فؼح جش لشض كم : لال أ ي ف

ج .انشتا ج ي93

Artinya :“Dikabarkan dari Abu Abdillah al- Hafiz dan Abu Sai‟d bin abi amrin

“Abu Abbas mengabarkan kepada kami “muhamad bin ya‟kub

mengabarkan kepada Ibrahim bin munqij “ mengabarkan aku kepada

Idris bin yahya dari Fadholah bin u‟baidi sahabat Nabi SAW.

Sesungguhnya nabi berkata Setiap pinjaman yang menghasilkan

manfaat, maka itu termasuk riba.”(HR. al-Baihaqi).

Dalam hadits ini menjadi sangat penting dalam memahami riba, dimana

setiap keuntungan yang didapatkan dari transaksi utang-piutang, statusnya adalah

riba. keuntungan yang dimaksud mencakup semua bentuk keuntungan, bahkan

sampai bentuk keuntungan pelayanan.

Dan sudah dijelaskan di bab II, gadai menurut pengertian bahasa adalah

menangguhkan atau jaminan. Jadi gadai bukan termasuk pada akad pemindahan hak

92

M.Thalib, Pedoman Wiraswasta dan Manajemen Islamy, (Solo: CV. Pustaka Mantiq,

1992) hal. 143 93

Imam Baihaqi, Sunan al- Kubra, juz 5, h, 350

Page 70: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

60

milik. Tegasnya bukan pemilikan atas suatu benda dan bukan pula akad atas manfaat

benda atau sewa-menyewa, melainkan hanya sekedar jaminan untuk suatu utang

piutang.

Selain itu pula dalam persoalan ini, menurut jumhur ulama fiqh, selain

Hanabilah berpendapat bahwa pemegang barang jaminan tidak boleh memanfaatkan

barang jaminan karena barang itu bukan miliknya secara penuh. Hak pemegang

barang jaminan terhadap barang itu hanyalah sebagai jaminan piutang.94

Gadai dalam hukum Islam pada dasarnya berlandaskan asas ta‟awwun atau

tolong-menolong dan tidak boleh mengambil keuntungan sepihak, Hal ini didasarkan

pada firman Allah SWT surat Al-Maidah ayat 2:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-

syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan

(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id,

dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah

sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila

kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan

janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka

94

Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syari'ah

Nasional, Komplek Kejaksaan Agung Blok E1/3 Cipayung Ciputat, CV. Gaung Persada,

cet. ke-3, September 2006, hal. 153

Page 71: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

61

menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat

aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat

berat siksa-Nya. (QS. Al-Maidah: 2)

Berdasarkan firman Allah SWT diatas, apabila seseorang menolong orang

lain dalam urusan yang tidak baik (maksiat) maka hal tersebut bukanlah merupakan

pertolongan. Juga sebaliknya, jika seseorang menolong demi kebaikan dengan jalan

yang tidak sesuai prinsip kebaikan dan ketaqwaan, seperti memberikan pinjaman

dengan menggunakan uang hasil korupsi atau pinjaman dengan bunga, maka hal

demikian juga tidak dapat dikatakan sebagai usaha menolong dalam hukum Islam.95

Dengan demikian dalam praktik gadai pada masyarakat Kecamatan Tapos

Kota Depok dalam hal pemanfaatan dan mengambil keuntungan atau bunga,

meskipun pihak murtahin bermaksud untuk menolong, namun dalam kenyataannya

pihak murtahin meminta bunga dan memanfaatkan barang gadai selama rahin

meminjam uang. Maka menurut pandangan penulis ini tidak sah dan mengandung

unsur riba.

C. Tinjauan Hukum Islam terhadap gadai yang berupa barang hutang.

Perbuatan yang dilakukan oleh seorang mukallaf baik yang berkenaan

dengan aspek ibadah maupun mu‟amalah dalam hal membuat akad ada yang sudah

sah dan yang belum memenuhi syarat, sehingga menjadi rusak. Sebab akad yang sah

adalah yang memenuhi syarat danrukun yang terkandung dalam akad tersebut.

95

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) konsep dan sistem

operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hal. 735-736.

Page 72: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

62

Sebagaimana yang sudah penulis jabarkan sebelumnya di bab II mengenai

rukun dan syarat dalam gadai yaitu:

a). Shighat atau perkataan

Rukun gadai akan sah apabila disertai ijab dan qabul, sedangkan ijab dan

qabul adalah shighat aqdi atas perkataan yang menunjukkan kehendak kedua belah

pihak, seperti kata "Saya gadaikan ini kepada saudara untuk utangku yang sekian

kepada engkau", yang menerima gadai menjawab "Saya terima marhum ini" Shighat

aqdi memerlukan tiga syarat:

1) Harus terang pengertiannya

2) Harus bersesuaian antara ijab dan qabul

3) Memperlihatkan kesungguhan dari pihak-pihak yang bersangkutan.

b). Adanya pemberi gadai (rahin) dan penerima gadai (murtahin).

Pemberi gadai haruslah orang yang dewasa, berakal, bisa dipercaya, dan

memiliki barang yang akan digadaikan. Sedangkan penerima gadai adalah orang,

baik, atau lembaga yang dipercaya oleh rahin untuk mendapatkan modal dengan

jaminan barang (gadai).96

c). Adanya barang yang digadaikan (marhum).

Barang yang digadaikan harus ada wujud pada saat dilakukan perjanjian

gadai dan barang itu adalah barang milik si pemberi gadai (rahin), barang gadaian itu

kemudian berada dibawah pengawasan penerima gadai (murtahin).97

96

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan syariah, (Yogyakarta: Ekonisia Kampus

Fakultas Ekonomi UII, 2004), hal.160. 97

Ahmad Sarwat, Fikih Sehari-hari, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, tth), hal. 93.

Page 73: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

63

Dalam hubungan ini menurut pendapat ulama syafi”iyah barang yang

digadaikan itu memiliki tiga syarat:

1) Bukan utang, karena barang hutangan itu tidak dapat digadaikan

2) Penetapan kepemilikan penggadai atas barang yang digadaikan tidak terhalang.

3) Barang yang digadaikan bisa dijual apabila sudah tiba masa pelunasan hutang

gadai.98

d). Adanya hutang (marhum bih)

Hutang (marhum bih) merupakan hak yang wajib diberikan kepada

pemiliknya, yang memungkinkan pemanfaatannya (artinya apabila barang tersebut

tidak dapat dimanfaatkan, maka tidak sah), dan dapat dihitung jumlahnya.99 Selain itu

hutang yang digunakan haruslah bersifat tetap, tidak berubah dengan tambahan bunga

atau mengandung unsur riba.100

Secara kasat mata praktik gadai di kalangan masyarakat Kecamatan Tapos

ini sudah sesuai dengan rukun dan syarat gadai dalam syariat Islam. Barang yang

menjadi jaminan gadai secara hukum sah dan halal untuk digadaikan, namun

adakalanya praktik yang terjadi hukumnya menjadi tidak jelas. Dari hasil penelitian

dan wawancara penulis di lapangan Kesalahan praktik gadai yang dilakukan oleh

masyarakat di Kecamatan Tapos Kota Depok, bukan hanya terjadi dari kesalahan

Lafadz atau perjanjiannya saja namun yang penulis temukan ada juga praktik gadai

98

Al-Faqih Abdul Wahid Muhammad bin Achmad bin Muhammad Ibnu Rusyd, Bidayatul

Mujtahid, alih bahasa: Imam Ghazali Syaid, Achmad Zaidun, (Jakarta: Pustaka Imani, 2007), Cet. 3,

hal. 196. 99

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan syariah, (Yogyakarta: Ekonisia Kampus

Fakultas Ekonomi UII, 2004), hal.161. 100

Chairuman Pasaribu, Suhwardi K.Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta: Sinar

Grafika, 1996) Cet. 2, hal. 142.

Page 74: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

64

dengan menggunakan barang yang masih belum seluruhnya menjadi hak milik rahin

atau biasa disebut barangnya masih belum selesai diangsur (barang kredit), seperti

praktik gadai yang dilakukan oleh bapak Asam (murtahin) dengan bapak Tapsur

(rahin), bapak Ramlan (rahin) dengan bapak Gani (murtahin). Menurut hemat

penulis, para rahin menggadaikan barang gadaian (marhun) masih dalam keadaan

kredit. Hal ini berkenaan dengan kebutuhan rahin yang mendesak, dikarenakan

hutang yang belum dilunasi serta bunga yang semakin membengkak.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur‟an surah Al-Muthaffifii ayat 1:

Artinya: “kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang”.(QS. Al-

Muthaffifii: 1)

praktik gadai yang terjadi dengan menggunakan barang kredit ini jelaslah

sangat tidak sesuai dengan syariat Islam karena di dalamnya terdapat unsur penipuan

dan praktik yang terjadi tidak sesuai dengan rukun dan syarat gadai kaitannya dengan

(Ma‟qud „alaih) yaitu barang yang digadaikan berupa hutang serta masih dalam

proses pembayaran. Praktikgadai seperti ini akan mengakibatkan kerugian bagi

murtahin, dan sudah tentu barang tersebut tidak boleh menjadi barang jaminan karena

syarat menggadai barang adalah barang gadai tersebut harus benar-benar milik rahin.

Page 75: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis mendeskripsikan pembahasan secara keseluruhan sebagai

upaya menjawab pokok-pokok permasalahan dalam menyusun skripsi ini.penulis

menarik kesimpulan tentang praktik gadai yang terjadi di Kecamatan Tapos Kota

depok sebagai berikut:

1. Mekanisme gadai yang terjadi di masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok, pada

dasarnya seluruh kasus yang penulis temukan telah memenuhi unsur-unsur gadai

menurut syar‟i baik rukun maupun Syarat gadai. Tetapi seringnya terjadi pada

masyarakat Tapos Kota Depok adalah akad gadai tidak sempurna atau belum sesuai

syariat Islam. seluruh praktik gadai yang penulis temukan terdapat unsur riba dan

pemanfaatan atas barang yang di gadaikan, karena akad dalam transaksi gadai

sangatlah penting dan menjadi ujung tombak dalam sah atau tidaknya suatu transaksi

gadai yang dilakukan oleh Rahin dan Murtahin, apabila akadnya saja telah salah

maka bisa dipastikan praktik gadai tersebut akan merugikan salah satu antara rahin

atau tidak menutup kemungkinan murtahin yang di rugikan. Praktik gadai Pada

Masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok timbul karena adanya adat kebiasaan yang

salah yang tidak sesuai dengan syariat Islam. tetapi masih sering diterapkan

dikehidupan masyarakat Kecamatan Tapos, sangatlah jelas terlihat bahwa praktik

gadai pada masyarakat di Kecamatan Tapos Kota Depok adanya kesalahan dalam

melakukan akad gadai atau perjanjian gadai.

Page 76: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

66

2. praktik pemanfaatan barang gadai di masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok,pada

praktik pemanfaatan barang gadai ini Kecenderungan dilakukan oleh pihak murtahin,

sebab berawal dari akad atau perkataan rahin yang sering kali berucap secara

langsung atau tidak langsung barang gadaian itu boleh dipergunakan atau

dimanfaatkan. Dan meskipun pihak murtahin bermaksud untuk menolong, namun

murtahin sering pula mengambil manfaat dari barang gadai dengan cara memakai

barang tersebut untuk kebutuhan pribadi maupun disewakan kembali pada orang lain

yang mengarah kepada tambahan. Disisi lain pihak murtahin meminta bunga yang

mengandung kezaliman pada rahin, sehingga praktek ini menunjukkan adanya unsur

riba.

3. gadai yang berupa barang hutang, hal seperti ini sering terjadi pada masyarakat

Kecamatan Tapos Kota Depok tidak sesuai dengan hukum Islam. Praktek gadai

tersebut dilihat dari ma‟qud alaih (barang yang digadaikan), tidak sesuai dengan

hukum Islam, yaitu barang gadai tersebut berupa hutang.Seperti pendapat ulama

syafi”iyah barang yang digadaikan itu memiliki tiga syarat:

1) Bukan utang, karena barang hutangan itu tidak dapat digadaikan

2) Penetapan kepemilikan penggadai atas barang yang digadaikan tidak terhalang.

3) Barang yang digadaikan bisa dijual apabila sudah tiba masa pelunasan hutang

gadai.

Seperti halnya dalam syarat gadai bahwa barang gadai tidak boleh ada tanggungan

dengan pihak lain atau milik sempurna. praktik gadai yang terjadi dengan

menggunakan barang kredit ini jelaslah sangat tidak sesuai dengan syariat Islam

Page 77: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

67

karena di dalamnya terdapat unsur penipuan. Hal ini akan mengakibatkan kerugian

bagi murtahin, dan sudah tentu barang tersebut tidak boleh menjadi barang jaminan

karena syarat menggadai barang adalah barang gadai tersebut harus benar-benar milik

rahin.

B. SARAN-SARAN

Dalam rangka kesempurnaan skripsi ini penulis sampaikan beberapa saran

yang berkaitan dengan pembahasan mengenai Praktik Gadai Pada masyarakat Di

Kecamatan Tapos Kota Depok sebagai berikut:

1. praktik gadai yang terjadi pada masyarakat di Kecamatan Tapos Kota Depok ini

harus diperhatikan akad yang diucapkan oleh rahin dan murtahin harus sesuai syariat

Islam,karena akad dalam transaksi gadai sangatlah penting dan menjadi ujung tombak

dalam sah atau tidaknya suatu transaksi gadai yang dilakukan oleh Rahin dan

Murtahin, apabila akadnya saja telah salah maka bisa dipastikan praktik gadai

tersebut akan merugikan salah satu antara rahin atau tidak menutup kemungkinan

murtahin yang di rugikan.

2. Manusia mempunyai hasrat hidup bersama, lebih-lebih dalam zaman modern ini,

tidak mungkin bagi seorang makhluk hidup secara layak dan sempurna tanpa bantuan

dari atau kerja sama dengan orang lain. Oleh sebab, itu kerja sama antara seorang

manusia merupakan sebuah kebutuhan, dan kebutuhan itu bisa berbagai hal, misalnya

dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari kehidupan berupa uang dan

mereka memiliki sejumlah barang yang dapat dinilai dengan uang. Salah satu

alternatif yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan itu, yaitu dengan

Page 78: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

68

menggadaikan barang tersebut. Kendati demikian seorang tidak diperbolehkan

menggunakan cara bermu‟amalah yang dapat menimbulkan kerugian, kecurangan

pada pihak lain dan melakukan cara-cara yang dilarang syara‟. Demikiaan pula

praktik gadai pada masyarakat Kecamatan Tapos Kota Depok, banyaknya pihak

murtahin memanfaatkan barang gadaian dengan cara dipakai secara pribadi atau

disewakan kembali ke orang lain. Praktek itu sangat rentan dengan pemerasan,

kecurangan dan penipuan sehingga dapat berakibat merugikan pihak-pihak lain, baik

rahin atau pun pihak lainnya.

3. Bagi rahin, hendaklah lebih berhati-hati dan pintar pintarlah dalammemilah-milah

mana praktek yang diridhoi oleh Allah atau sesuai dengansyara‟ dan mana yang

dilarang oleh syara‟mengingat sekarang ini banyaksekali cara bermu‟amalah yang

menarik dan menguntungkan akan tetapi kenyataannya tidaklah demikian. Itu semua

bisa menjadi kecuranganataupun penipuan dimana sulit untuk membedakannya.

4. Bagi murtahin yang memanfaatkan barang gadai tersebut, meskipun ada perjanjian

atau tanpa adanya perjanjian, adanya penarikan tambahan, serta memanfaatkan

barang tersebut untuk disewakan, ataupun dimanfaatkan keperluan lainnya. Bagi

masyarakat pada umumnya dan khususnya bagi masyarakat Kecamatan Tapos yang

melakukan praktik gadai, mulailah melakukan praktik gadai yang sesuai dengan

syariat Islam gunakanlah aturan-aturan yang sesuai denganpandangan dan dibenarkan

oleh agama serta tidak merugikan masyarakat yang membutuhkan pertolongan.

5. Dalam pelakaksanaan praktek gadai prinsip ta‟awwun (Tolong-menolong) jangan

sampai terabaikan. Dan yang sering terlupakan Dalam melakukan gadai, antara

Page 79: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

69

penggadai dan penerima gadai harus ada kejelasan waktu pengembalian hutang,

sehingga pelaksanaan gadai tidakberlarut lama.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan terjemahannya, Departemen Agama RI, Jakarta: yayasan

penyelenggaraan penterjemah Al-Quran, 1986.

Abu bakar, Taqiyuddin, kifayatul Akhyar Fii halli Ghayatil Ikhtishar, cet.2, alih

bahasa oleh syarifudin anwar,Misbah Mustafa, Surabaya:Bina Iman,

1995.

Page 80: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

70

Adib, Bisri, Munawir AF, Kamus AL-BISRI, Cet. Ke-1, Surabaya: Pustaka Progressif,

1999.

Ahmad al-Ishfahani bin al-Qadhi Abu Syuja, Ringkasan fiqih Mazhab Syafi‟i, Cet.1,

alih bahasa Toto Edidarma, Jakarta: Pustaka as-sunnah, Desember 2007.

Al- Ashqalani, Imam Hafiz Ahmad bin Ali bin Hajjar, Fathul al-Bari, cet.1, Beirut:

Dar al-Khotob al-Ilmiyah, , 2003.

al-Dardiri, Ahmad, Al-Syarhu Al-Shagir, Jil. 3, Mesir: Dar El-Maarif, t.th,

Al-Faifi, Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq,

Cet. 1Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013,

Al-Fauzan, Saleh, Fikih Sehari-hari, Cet. 1, Penerjemah: Abdul Hayyie Al-Kattani,

Jakarta: Gema Insani, 2006.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Bineka

Cipta, 2006.

As Shan‟ani, Subulus Salam III, Cet. 1, Penerjemah: Abd. Rasyid Nafis, Jakarta: Al-

Ikhlas, 1995.

As Syarbini, Muhammad Al-Khattib, Mughnil Muhtahaj, Beirut: Al-Fikr, jil.2, 1978.

As-Shiddieqi, TM.Hasbi, Pengantar Fiqih Muamalah, cet. 1, Jakarta: PT.Pustaka

Rizky Putra, 1997

Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqh Islam Waadillatuhu, cet. 1, Jil.6, Penerjemah Abdul Hayyi

Al-qattani, dkk, Jakarta: Gema Insani, 2011.

Bakry, Nazar, Problem Matika pelaksanaan Fiqh Islam, Jakarta: PT.Raja Brakindo

Persada, 1994.

Basir, Ahmad Azhar, Hukum Islam tentang riba, Hutang-pihutang gadai, Bandung:

PT. Al-Maarif, 1983.

Buku Informasi Kependudukan Kota Depok, September 2013.

Data Monografi Kecamatan Tapos Kota Depok, Data RT/RW tahun 2009.

Data SIAK (sistem informasi administrasi kependudukan),provinsi Jawa Barat kota

Depok, kecamatan tapos.

Page 81: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

71

Dewan syari‟ah nasional majelis Ulama Indonesia, Himpunan fatwa dewan Syariah

nasional, Komplek Kejaksaan Agung Blok e1/3 Cipayung Ciputat,

cf.Gaung persada, Cet.3, September 2006

Hadi, Muhammad Sholikhul, Pegadaian Syari'ah, Jakarta: Salemba Diniyah, 2000.

Muhammad Al fitra haqiqi, harta halal harta haram, Jombang: lintas media, t.th

Hasan, M. Ali, Masail Fiqhiyah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

Hasil Wawancara dengan bapak ues supriyadi, sekertaris Kecamatan Tapos,

wawancara pribadi, dikecamatan Tapos Kota Depok pada Tanggal 4 Juli

2014.

Hasil wawancara dengan ibu Lia, warga kelurahan Tapos Kecamatan Tapos Kota

Depok pada tanggal 12 Juli 2014

Hasil wawancara dengan bapak Asam, warga kelurahan Sukatani Kecamatan Tapos

Kota Depok pada tanggal 16 Juli 2014

Hasil wawancara dengan bapak Ramlan, warga kelurahan Jatijajar Kecamatan Tapos

Kota Depok pada tanggal 15 Juli 2014

Hasil wawancara dengan ibu Aminah, warga kelurahan Cimpaeun Kecamatan Tapos

Kota Depok pada tanggal 5 Juli 2014

Hasil wawancara dengan ibu Laras, warga kelurahan leuwinanggung Kecamatan

Tapos Kota Depok pada tanggal 14 Juli 2014

Hasil wawancara dengan Bapak Lukman, warga kelurahan Sukamaju Baru

Kecamatan Tapos Kota Depok pada tanggal 5 Juli 2014

Kuhperdata Pasal 1150.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke- 3, Departemen Pendidikan Nasional,

Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisa Fiqh dan Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo,

2009.

Madjid , M. Abdul, dkk, Kamus istilah Fikih

Mas‟adi, A Gufhron, Fiqih Muamalat kontekstual, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada 2002.

Page 82: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

72

Moleong, Lexi J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,

2004

Muslim al-Hijjaj, Imam Abi al-Husein, shahih Muslim, jil.3, Mesir: Dar Al-Hadist

Al- qahirah, 1994.

Rais, Isnawati dan Hasanudin, Fiqh Muamalah dan aplikasinya pada lembaga

keuangan Syariah, Cet. 1, Jakarta: Lembaga peneliti UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2011.

Rusyid, Al-Faqih, abd. Walid Muhammad ibn Ahmad Bin Muhammad Ibn, Bidayatul

Al-Mujhtahid. Alih bahasa: Imam Ghazali syaid, Achmad zaidun,

Jakarta: Pustaka Imani, 2007.

Sabbiq, Sayyid, Fikih Sunnah 12, Alih bahasa. H. Kamaluddin A Marjuki, Jakarta:

Pustaka Percetakan Offset,1998.

Sabbiq, Sayyid, Fiqhus Sunnah (Beirut: Darul-Kitab al-Arabi, 1987), Cetakan Ke-8,

Salman, Abdul dan L, Hermansyah Ahmad , Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, Cet.

Ke- 3, Jakarta: Prenada Media Group, 2007.

Sarwat, Ahmad, Fiqih Sehari-hari, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, t.th

Shiddieqy,Hasbi ash,Hukum-Hukum Fiqih Islam(Tinjauan antar mazhab), cet.II,

Semarang: Pustaka Risky Putera, 2001

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Pustaka Pelajaran, 1992.

Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan syariah, Yogyakarta: Ekonisia

Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2004.

Sula, Muhammad Syakir, Asuransi Syariah (life and general) konsep dan sistem

operasional, Jakarta: Gema Insani, 2004.

Suhendi, Hendi, Fiqh Mu‟amalah, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2008.

Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Bandung : Alfabeta, 2004.

Syafi'I, Imam, al-Um, Jilid 3, tth.tp.

Syafi‟I, Rahmat, Fiqih Muamalah, Cet.3, Bandung: Pustaka Setia, 2006.

Thalib, munammad, Pedoman Wiraswasta dan menejemen Islami, Solo: CV. Pustaka

Mantiq, 1992

Page 83: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

73

Qudama, Ibnu, Al-Mughni, Jil. 6, Beirut: Dar al-Kitab Al-„Araby,1980.

Visi-misi rencaana pembangunan cara mengenengah tahun 2013-2016 Kota Depok.

Yakub, Ismail, Al-UMM, Cet. 1, Kuala Lumpur: Victory Agencie,1989.

Yanggo, T. Chuzaimah, A. Hafiz Anhory, A.Z, Problematika Hukum Islam

Komtemporer III, Jakarta: Pustaka Firdaus,2004.

Page 84: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

Surat Pernyataan kesediaan Wawancara

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ramlan

Alamat : jl. Pucung Rt. 06/ Rw.02 no. 60 Kelurahan Jatijajar Kecamatan

Tapos Kota Depok.

Dengan ini menyatakan pada hari:

Telah diwawancarai dalam rangka penelitian skripsi oleh mahasiswa yang bernama:

Nama : Ade Tri Cahyani

Semester : VIII(delapan)

Jurusan : Perbandingan Mazhab fikih

Fakultas : Syari’ah dan Hukum

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dapat

digunakan sebagaimana mestinya.

Pewawancara

(Ade Tri Cahyani)

Informan

( Ramlan )

Page 85: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

Data Wawancara

Nama : Bapak Ramlan

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Alamat : jl. Pucung Rt. 06/ Rw.02 no. 60 Kelurahan Jatijajar Kecamatan

Tapos Kota Depok.

1. Apakah Ibu/ bapak sebelumnya pernah melakukan praktik gadai?

saya pernah waktu itu menggadaikan motor saya kepada bapak Gani

tetangga saya

2. Apa alasan bapak/ibu menggadaikan pada tetangga atau kerabat? Kenapa

tidak kepegadaian?

Ya, kalo menurut saya lebih enakan ke tetangga sih, soalnya kalau telat

bayarnya juga barang kita ga bakal diambil sama yang ngasih pinjaman. Lebih enak

aja lah pokoknya

3. Berapa nominal uang yang dipinjam oleh rahin (penggadai)?

saya meminjam uang kepada pak gani Rp. 3.000.000

4. Apa yang melatar belakangi rahin sehingga terjadinya praktik gadai?

juga membutuhkan uang mendesak untuk membayar uang sekolah anaknya

dan untuk membayar tunggakan motor saya

5. Adakah perjanjian secara tertulis dalam melaksanakan akad gadai?

Gak ada sih, ya secara ucapan aja,kan udah saling percaya.

Page 86: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

6. Apakah barang gadai tersebut disimpan atau dimanfaatkan ?

Dalam perjanjian lisan saya mengizinkan motor saya untuk dipergunakan oleh

bapak Gani

7. Apakah ada persyaratan dalam melakukan praktik gadai?

Ada, pastinya .. bapak Gani meminta uang tambahan Rp.50.000 perbulannya,

ya menurut saya wajar-wajar saja. Selagi dia tidak memaksa-maksa saya untuk cepat-

cepat mengembalikan uangnya.

8. Apakah bapak/ibu mengetahui system praktik gadai dalam Islam ?

Ya sedikitnya tahu mas.

9. Apakah bapak/ibu tahu hukum memanfaatkan barang gadai?

Ya, tau juga sih sedikit, Cuma kan kita biar enak satu sama lain aja. Dan

disini sistemnya memang seperti itu. Agar bisa menguntungkan satu sama lain.

Page 87: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

Surat Pernyataan kesediaan Wawancara

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Lia Sumiaty

Alamat : Jl. bungur Rt.05/ RW.02 Kelurahan Tapos Kecamatan Tapos Kota

Depok

Dengan ini menyatakan pada hari:

Telah diwawancarai dalam rangka penelitian skripsi oleh mahasiswa yang bernama:

Nama : Ade Tri Cahyani

Semester : VIII(delapan)

Jurusan : Perbandingan Mazhab fikih

Fakultas : Syari’ah dan Hukum

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dapat

digunakan sebagaimana mestinya.

Pewawancara Informan

(Ade Tri Cahyani) (Lia Sumiaty)

Page 88: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

Data Wawancara

Nama : Ibu Lia

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. bungur Rt.05/ RW.02 Kelurahan Tapos Kecamatan Tapos Kota

Depok

1. Apakah Ibu/ bapak sebelumnya pernah melakukan praktik gadai?

Ya, baru-baru ini tetangga saya bapak Efendi meminta saya memberi

pinjaman uang dengan memberikan jaminan sebuah Ipad.

2. Berapa nominal uang yang dipinjam oleh rahin?

Rp.2.000.0000

3. Apa yang melatar belakangi rahin sehingga terjadinya praktik gadai?

Bapak Effendi kan bekerja sebagai buruh bangunan, dia menggadaikan

Ipadnya seharga Rp.8.000.000, kepada saya dengan meminjam uang pinjaman

sebesar Rp. 1.200.000

4. Adakah perjanjian secara tertulis dalam melaksanakan akad gadai?

Engga ada lah, paling Cuma secara lisan saja, bapak Effendi berjanji akan

mengembalikan uang saya sampai batas waktu 2 minggu.

5. Apakah barang gadai tersebut disimpan atau dimanfaatkan?

Ya, saya pakelah, dipake anak saya hitung-hitung nunggu uang diganti

6. Apakah ada persyaratan dalam melakukan praktik gadai?

Bapak Effendi sih bilangnya kalau dia tidak bisa mengembalikan uangnya

dalam tempo yang sudah ditentukan maka tab menjadi milik saya.

Page 89: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

7. Apakah bapak/ibu mengetahui system praktik gadai dalam Islam ?

Saya kurang begitu tahu sih, Tapi setau saya praktik gadai yang saya sudah

benar.

8. Apakah bapak/ibu tahu hukum memanfaatkan barang gadai?

Wah kalau itu saya juga kurang tahu…

Page 90: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

Surat Pernyataan kesediaan Wawancara

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Asam

Alamat : Jl. Puri Kemang Rt.02/Rw.08 No.98 Kelurahan Sukatani Kecamatan

Tapos Kota Depok.

Dengan ini menyatakan pada hari:

Telah diwawancarai dalam rangka penelitian skripsi oleh mahasiswa yang bernama:

Nama : Ade Tri Cahyani

Semester : VIII(delapan)

Jurusan : Perbandingan Mazhab fikih

Fakultas : Syari’ah dan Hukum

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dapat

digunakan sebagaimana mestinya.

Pewawancara

(Ade Tri Cahyani)

Informan

( Asam )

Page 91: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

Data Wawancara

Nama : Asam

Pekerjaan : PNS

Alamat : Jl. Puri Kemang rt.02/rw.08 no. 98 Kelurahan Sukatani Kecamatan Tapos

Kota Depok.

1. Apakah ibu/bapak sebelumnya pernah melakukan praktik gadai?

Ya, saya pernah melakukan praktik gadai dengan bapak Tapsur, saya

sebagai seorang yang menerima barang gadai.

2. Berapa uang yang dipinjam oleh Rahin(penggadai)?

Pada waktun itu bapak tapsur meminjam uang ke saya sebesar

RP.10.000.000,- dengan memberikan jaminan kepada saya berupa mobil

3. Apa yang melatarbelakangi rahin meminjam uang ke murtahin?

Dia hanya bilang kalau dia membeutuhkan uang,

4. Adakah perjanjian tertulis dalam akad gadai?

Tidak, hanya saja ketika dalam perjanjian kita saling sepakat untuk

member tempo selama 1 tahun.

5. Apakah barang gadai tersebut dimanfaatkan oleh murtahin?

Karena saya juga membutuhkan transportasi jadi saya manfaatkan..

selama hutangnya belum dibayar.

Page 92: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

6. Apakah ada persyaratan dalam melakukan praktik gadai?

Ya, dalam satu tahun jika pemilik rang gadai tidak bisa melunasi

hutangnya maka barang tersebut menjadi milik saya. Tapi setelah setahun

berlalu ada depkolektir datang kerumah saya mereka mengatakan bahwa

mobil ini akan ditarik karena mobil ini masih dalam keadaan kredit, saya

merasa ditipu, setelah skian lama bapak Tapsur hanya mengembalikan uang

saya sebesar 7.000.000,-

7. Apakah bapak mengetahui pelaksanaan praktik gadai dalam islam?

Ya, saya mengetahui tapi tidak begitu mendalam.

8. Apakah bapak mengetahui hukum dari memanfaatkan barang gadai?

Saya tahu, tidak diperbolehkan mengambil manfaat barang gadai tapi adat

istiadat di kampong ini ya seperti itu. Dimana barang gadaian itu langsung

dimanfaatkan oleh orang yang member pinjaman uang, selama barang

tersebut belum mampu ditebus oleh rahin.

Page 93: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

Surat Pernyataan kesediaan Wawancara

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Laras Wati

Alamat : Gg. damai Rt. 06 Rw. 04 No. 32 Kel. Leuwinanggung Kec. Tapos

Kota Depok.

Dengan ini menyatakan pada hari:

Telah diwawancarai dalam rangka penelitian skripsi oleh mahasiswa yang bernama:

Nama : Ade Tri Cahyani

Semester : VIII(delapan)

Jurusan : Perbandingan Mazhab fikih

Fakultas : Syari’ah dan Hukum

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dapat

digunakan sebagaimana mestinya.

Pewawancara Informan

(Ade Tri Cahyani) (Laras Wati)

Page 94: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

Data Wawancara

Nama : Ibu Laras

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Gg. damai Rt. 06 Rw. 04 No. 32 Kel. Cimpaeun Kec. Tapos Kota

Depok.

1. Apakah Ibu/ bapak sebelumnya pernah melakukan praktik gadai?

Ya, saya pernah menerima barang gadai dari bapak Ahmad

2. Berapa nominal uang yang dipinjam oleh rahin?

memberikan pinjaman uang sejumlah Rp. 2.000.000,- kepada bapak Ahmad

dengan jaminan berupa motor.

3. Apa yang melatar belakangi rahin sehingga terjadinya praktik gadai?

Pak Ahmad hanya bilang dia butuh uang, dan mau pinjam uang ke saya dengan

memberi jaminan berupa motor.

4. Adakah perjanjian secara tertulis dalam melaksanakan akad gadai?

Tidak ada, hanya perjanjian secara lisan dan dalam jangka waktu 6 bulan, jika

tidak membayarnya maka rumah itu menjadi milik bapak H. Eos.

5. Apakah barang gadai tersebut disimpan atau dimanfaatkan?

Ya motor jaminan itu dipakai oleh suami saya untuk berdagang sayur

keliling.karena saya juga kan sama-sama butuh dan saya sudah memberikan

pinjaman uang kepada bapak Ahmad.

Page 95: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

6. Apakah ada persyaratan dalam melakukan praktik gadai?

Engga ada sih, saya ke bapak Ahmad kan hanya saling tolong-menolong saja.

7. Apakah bapak/ibu mengetahui system praktik gadai dalam Islam ?

Saya sedikit tahu, dalam praktik gadai itu hanya asas tolong-menolong saja.

8. Apakah bapak/ibu tahu hokum memanfaatkan barang gadaian?

Tahu, tapi disini tradisinya memang seperti itu, kalau masyarakat kampung sini

rata-rata menggadaikan ke tetangga atau saudaranya. Karena jika di pegadaian

banyak yang meminta tambahan yang besar. Sehingga masyarakat di kampung

cimpaeun tidak mau menggadaikan ke pegadaian.

Page 96: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

Surat Pernyataan kesediaan Wawancara

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Aminah Rodiyah

Alamat : Gang Nangka Rt.04 Rw. 03 No.2 Kelurahan Cimpaeun Kecamatan

Tapos Kota Depok.

Dengan ini menyatakan pada hari:

Telah diwawancarai dalam rangka penelitian skripsi oleh mahasiswa yang bernama:

Nama : Ade Tri Cahyani

Semester : VIII(delapan)

Jurusan : Perbandingan Mazhab fikih

Fakultas : Syari’ah dan Hukum

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dapat

digunakan sebagaimana mestinya.

Pewawancara

(Ade Tri Cahyani)

Informan

(Aminah Rodiyah)

Page 97: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

Data Wawancara

Nama : Ibu Aminah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Gang Nangka Rt.04 Rw. 03 No.2 Kelurahan Cimpaeun Kecamatan

Tapos Kota Depok.

1. Apakah Ibu/ bapak sebelumnya pernah melakukan praktik gadai?

Ya, saya pernah menggadaikan sertifikat rumah kepada bapak H. Eos

2. Apa alasan bapak/ibu menggadaikan pada tetangga atau kerabat? Kenapa

tidak kepegadaian?

Saya pikir akan lebih mudah dengan orang yang saya kenal dibandingkan saya

harus menggadaikan ke pegadaian. Karena kalau di pegadaian banyak

persyaratan-persayaratannya, namanya kita orang kampung saya males ambil

pusing.

3. Berapa nominal uang yang dipinjam oleh rahin?

Rp.50.000.000

4. Apa yang melatar belakangi ibu/bapak sehingga terjadinya praktik gadai?

Waktu saya menggadaikan sertifuikat rumah saya itu karena anak saya jatuh sakit, dan

saya membutuhkan uang banyak untuk menbayar operasi anak saya. Tidak ada cara lain

selain menggadaikan sertifikat rumah saya ke bapal H. Eos.

5. Adakah perjanjian secara tertulis dalam melaksanakan akad gadai?

Tidak ada, hanya perjanjian secara lisan dan dalam jangka waktu 6 bulan, jika

tidak membayarnya maka rumah itu menjadi milik bapak H. Eos.

Page 98: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

6. Apakah barang gadai tersebut disimpan atau dimanfaatkan?

Tidak, sih. Kan hanya sertifikatnya saja. Jd saya masih tinggal dirumah saya sendiri.

7. Apakah ada persyaratan dalam melakukan praktik gadai?

Ya itu yang tadi saya bilang, dalam jangka waktu 6 bulan, jika tidak membayarnya

maka rumah itu menjadi milik bapak H. Eos.

8. Apakah bapak/ibu mengetahui system praktik gadai dalam Islam ?

Saya tidak begitu tahu.

Page 99: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

Surat Pernyataan kesediaan Wawancara

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Lukman Firdaus

Alamat : Gang Nangka Rt.04 Rw. 03 No.2 Kelurahan Sukamaju Baru

Kecamatan Tapos Kota Depok.

Dengan ini menyatakan pada hari:

Telah diwawancarai dalam rangka penelitian skripsi oleh mahasiswa yang bernama:

Nama : Ade Tri Cahyani

Semester : VIII(delapan)

Jurusan : Perbandingan Mazhab fikih

Fakultas : Syari’ah dan Hukum

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dapat

digunakan sebagaimana mestinya.

Pewawancara

(Ade Tri Cahyani)

Informan

(Lukman Firdaus)

Page 100: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

Data Wawancara

Nama : Bapak Lukman

Pekerjaan : PNS

Alamat : Gang Nangka Rt.04 Rw. 03 No.2 Kelurahan Sukamaju Baru

Kecamatan Tapos Kota Depok.

1. Apakah Ibu/ bapak sebelumnya pernah melakukan praktik gadai?

Ya, saya pernah menerima barang gadai dari bapak Niman

2. Berapa nominal uang yang dipinjam oleh rahin?

Rp.75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah) dengan memberi jaminan 3 ruko

milik bapak Niman

3. Apa yang melatar belakangi rahin sehingga terjadinya praktik gadai?

membutuhkan uang untuk membayar hutang-hutang anaknya.

4. Adakah perjanjian secara tertulis dalam melaksanakan akad gadai?

Tidak ada, hanya perjanjian secara lisan dan dalam jangka waktu 1 tahun,

5. Apakah barang gadai tersebut disimpan atau dimanfaatkan?

memanfaatkan ruko tersebut untuk disewakan ke orang lain, dan keuntungan dari

menyewakan itu milik pribadi sebab beliau beralasan dari pada ruko itu kosong

tidak ada yang menempati maka lebih baik disewakan agar lebih bermanfaat dan

menghasilkan keuntungan

6. Apakah ada persyaratan dalam melakukan praktik gadai?

Engga ada

Page 101: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK GADAI PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30686/1/ADE TRI... · masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Tapos Kota

7. Apakah bapak/ibu mengetahui system praktik gadai dalam Islam ?

Kurang begitu paham, hanya saja kalau orang membutuhkan pertolongankan ya,

mesti kita bantu.

8. Apakah bapak/ibu tahu hukum memanfaatkan barang gadaian?

Saya kurang tahu juga, tapi setahu saya bukannya gak apa-apa, jika sudah di

izinkan oleh bapak Niman.