LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI...

44
LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA TIM PENELITI : Dr. I Nyoman Dhana, M.A Prof. Dr. A.A Bagus wirawan, S.U. Dr. Putu sukardja, M.Si. Dr. Ni Made Wiasti, M.Hum. Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Universitas Udayana Nomor : DIPA A-023.04.2.415253/2014 sesuai SPK Nomor : 276/UN 14.4.5/KU/2014 Tanggal 11 Juni 2014 PROGRAM STUDI DOKTOR KAJIAN BUDAYA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERDITAS UDAYANA 2014

Transcript of LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI...

Page 1: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

LAPORAN PENELITIAN

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSIWARISAN BUDAYA DUNIA

TIM PENELITI :

Dr. I Nyoman Dhana, M.AProf. Dr. A.A Bagus wirawan, S.U.

Dr. Putu sukardja, M.Si.Dr. Ni Made Wiasti, M.Hum.

Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Universitas UdayanaNomor : DIPA A-023.04.2.415253/2014 sesuai SPK Nomor : 276/UN

14.4.5/KU/2014 Tanggal 11 Juni 2014

PROGRAM STUDI DOKTOR KAJIAN BUDAYAPROGRAM PASCASARJANA

UNIVERDITAS UDAYANA2014

Page 2: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Kearifan Lokal Masyarakat Desa Jatiluwih :Potensi Warisan Budaya Dunia

Peneliti :a. Nama Lengkap : Dr. I Nyoman Dhana, M.Ab. NIDN : 0016095702c. Jabatan Fungsional : Lektord. Program Studi : Antropologie. Nomor HP : 08124600481f. Alamat Surel (e-mail) : [email protected] Peneliti (1)a. Nama Lengkap : Prof. Dr. A.A Bagus Wirawan, S.U.b.NIDN : 0020074804c. Perguruan Tinggi : Universitas UdayanaAnggota Peneliti (2)a. Nama Lengkap : Dr. Putu Sukardja, M.Si.b. NIDN : 0022065205c. Perguruan Tinggi : Universitas UdayanaAnggota Peneliti 3a. Nama Lengkap : Dr. Dra. Ni Made Wiasti, M.Humb.NIDN : 0008125913c. Perguruan Tinggi : Universitas UdayanaTahun Pelaksanaan : Tahun ke 1 dari Rencana 1 TahunBiaya Tahun Berjalan : Rp 10.000.000,00 (empat puluh juta rupiah)Biaya Keseluruhan : Rp 10.000.000,00

-Denpasar, 29 Oktober 2014

Mengetahui,Ketua Program Doktor Kajian BudayaUniversitas Udayana

Ketua Peneliti,

(Prof. Dr. A.A Bagus Wirawan, S.U)NIP 19480720197803 1 001

Dr. I Nyoman Dhana, M.ANIP 19570916198403 1 002

Page 3: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSIWARISAN BUDAYA DUNIA

ABSTRAK

Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang hidup dikawasan Warisan Budaya Dunia Jatiluwih yang juga merupakan Daerahtujuan wisata. Untuk mengelola kawasan ini tentu saja kelestarian danimplementasi kearifan lokal menjadi penting adanya. Terkait dengan halitu, penelitian ini berttujuan untuk mengidentifikasi dan memahamikearifan lokal masyarakart desa Jatiluwih, sehibngga hasilnya diharapkanberguna untuk mendukung pengelolaan kawasan warisan budaya dubiadan daerah tujuan wisata Jatiluwih.

Hasil penelitian dan pembahasannya menunjukkan bahwa kearifanlokal yang dimiliki masyarakat Desa Jatiluwih memang berkaitan denganupaya pelestarian budaya dan lingkungan setempat. Olreh karena itukearifan lokal tersebut berpotensi untuk membangun manajemen baikuntuk melestarikan kawasan warisan budaya dunia Jatiluwih maupundaerah tujuan wisata jatiluwih.

Kata Kunci : Kearifan lokal, warisan budaya dunia, daerah tujuan wisata

Page 4: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa Jatiluwih dan Subak Jatiluwih di Kabupaten Tabanan, Bali

sejak beberapa tahun yang lalu memiliki status ganda, yaitu sebagai daerah tujuan

wisata (DTW) dan sebagai warisan budaya dunia (WBD). Terkait dengan hal ini,

maka dua lembaga ini perlu dikelola dengan dengan strategi yang relavan dengan

statusnya itu. Sebagaimana diketahui, pariwisata di Bali diatur dalam peraturan

khusus, yaitu Peraturan Daerah Provinsi Bali nomor 2 Tahun 2012 tentang

Kepariwisataan Budaya Bali. Pasal 1 angka 14 peraturan tersebut menyatakan

bahwa :

“Kepariwisataan Budaya Bali adalah kepariwisataan Bali yangberlandaskan kepada Kebudayaan Bali yang dijiwai oleh ajaran AgamaHindu dan falsafah Tri Hita Karana sebagai potensi utama denganmenggunakan kepariwisataan sebagai wahana aktualisasinya, sehinggaterwujud hubungan timbal-balik yang dinamis antara kepariwisataandan kebudayaan yang membuat keduanya berkembang secara sinergis,harmonis dan berkelanjutan untuk dapat memberikan kesejahteraankepada masyarakat, kelestarian budaya dan lingkungan”.

Berdasarkan gagasan ini maka pengembangan pariwisata di Bali, termasuk

pengembangan DTW Jatiluwih perlu dilakukan dengan tetap berorientasi pada

pelestarian budaya dan lingkungan alam setempat. Begitu juga halnya dengan

gagasan di balik WBD menekankan pada pentingnya pelestarian dan lingkungan

alam setempat. Dengan demikian, pengelolaan Desa Jatiluwih dan Subak

jatiluwih, baik sebagai DTW maupun sebagai WBD, diorientasikan untuk

melestarikan budaya dan lingkungan alam setempat.

Page 5: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

Mengingat masyarakat Desa Jatiluwih merupakan ujung tombak dalam

pengelolaan DTW dan WBD Jatiluwih, maka pengelolaannya yang berorientasi

pada pelestarian budaya dan lingkungan alam setempat perlu disesuaikan dengan

kearifan lokal masyarakat Desa Jatiluwih. Dengan demikian masyarakat Desa

Jatiluwih dapat diharapkan mau dan mampu berpatisipasi secara optimal dalam

proses pengelolaan DTW dan WBD itu. Dalam rangka mewujudkan gagasan

inilah diperlukan penelitian tentang kearifan lokal masyarakat Desa Jatiluwih.

Terkait dengan kearifan lokal, Chambers (1983 : 106-118) menegaskan bahwa

setiap masyarakat memiliki pengetahuan dan teknologi tradisional yang disebut

”pengetahuan rakyat pedesaan”. Pengetahuan dan teknologi tradisional, jika

diwariskan secara turun temurun menjadi tradisi (Giddens, 2003). Suatu tradisi

sangatlah luas cakupannya, salah sartu di antaranya adalah kearifan tradisional.

Keraf (2002 : 289) mengemukakan bahwa kearifan tradisional bukan hanya

menyangkut pengetahuan, pemahaman dan adat kebiasaan tentang manusia, alam

dan bagaimana relasi yang baik di antara manusia, melainkan juga menyangkut

pengetahuan, pemahaman, dan adat kebiasaan tentang manusia, alam, dan

bagaimana relasi di antara semua penghuni komunitas ekologis. Dengan

demikian, kearifan tradisional ada yang berbentuk kearifan sosial, yaitu

pengetahuan, keyakinan, dan adat kebiasaan yang memedomani hubungan

manusia dengan sesamanya, dan ada pula yang berbentuk kearifan lingkungan,

yaitu pengetahuan, keyakinan, dan adat kebiasaan yang memedomani hubungan

manusia dengan lingkungan alam sekitarnya. Jika kearifan sosial dan kearifan

Page 6: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

lingkungan itu dimiliki oleh masyarakat pada lokasi tertentu maka disebut

kearifan lokal.

Bertolak dari paparan di atas, maka dalam rangka menyusun strategi

pengelolaan DTW dan WBD Jatiluwih yang berorientasi pada pelestarian budaya

dan lingkungan alam setempat diperlukan penelitian tentang kearifan lokal

masyarakat Desa Jatiluwih. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan

memfokuskan perhatian pada kearifan lokal masyarakat desa Jatiluwih, baik yang

berbentuk kearifan sosial maupun kearifan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan di atas tampaklah masalah yang perlu dikaji dalam

penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut.

1) Bagaimana kearifan sosial masyarakat Desa Jatiluwih?

2) Bagaimana kearifan lingkungan masyarakat Desa Jatiluwih

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

mengindentifikasi, memahami, dan menjelaskan hal-hal sebagai berikut.

1) Mengindentifikasi, memahami, dan menjelaskan kearifan sosial

masyarakat Desa Jatiluwih, yaitu pengetahuan, keyakinan, dan adat

kebiasaan yang memedomani hubungan manusia dengan sesamanya.

2) Mengindentifikasi, memahami, dan menjelaskan kearifan lingkungan

masyarakat Desa Jatiluwih, yaitu pengetahuan, keyakinan, dan adat

Page 7: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

kebiasaan yang memedomani hubungan manusia dengan lingkungan

alam sekitarnya.

1.3.2 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat, baik secara teoretis maupun

praktis, yakni sebagai berikut.

1) Manfaat teoretis, yaitu menambah pengetahuan tentang kearifan sosial dan

kearifan lingkungan masyarakat Desa Jatiluwih dalam konteks strategi

pengelolaan Desa Jatiluwih dan Subak Jatiluwih, baik sebagai DTW

maupun WBD.

2) Manfaat praktis, yaitu untuk menyusun strategi pengelolaan Desa

Jatiluwih dan Subak Jatiluwih, baik sebagai DTW maupun WBD.

1.4 Kerangka Pemikiran

1.4.1 Pandangan Manusia terhadap Lingkungannya

Tujuan penelitian ini sebagaimana disebutkan di atas pada dasarnya tidak

lepas dari telaah tentang hubungan manusia dengan lingkungannya. Dalam

menelaah hubungan manusia dengan lingkungannya, maka pandangan manusia

terhadap lingkungan tidak dapat diabaikan karena berdasarkan pandangannya

itulah manusia berusaha memanfaatkan potensi lingkungan dengan melakukan

berbagai kegiatan. Sehubungan dengan hal ini, Soemarwoto dalam tulisannya

berjudul Lingkungan Hidup dan Pembangunan (1989) menunjukkan bahwa

perilaku manusia dalam memanfaatkan lingkungan sangat ditentukan oleh citra

Page 8: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

lingkungan yang mereka miliki. Menurut Soemarwoto (1989 : 94) citra

lingkungan adalah sebagai berikut.

“Citra lingkungan menggambarkan anggapan orang tentang strukturlingkungan, bagaimana lingkungan itu berfungsi, reaksinya terhadaptindakan orang serta hubungan manusia dengan lingkungannya. Citralingkungan itu memberi petunjuk tentang apa yang boleh dilakukan danapa yang tidak boleh dilakukan demi kebaikan orang itu”.

Berdasarkan pengertian tentang citra lingkungan ini, maka dapat

dikatakan bahwa sikap dan perilaku manusia dalam mengelola lingkungannya

tidak lepas dari pandangannya atau anggapannya tentang lingkungan yang

bersangkutan. Jika lingkungannya dianggap mengandung potensi yang bermanfaat

baginya, maka mereka akan berusaha memanfaatkan potensi tersebut untuk

memenuhi kebutuhannya. Menurut Soemarwoto (1989 : 94), citra lingkungan

yang dimiliki suatu masyarakat bisa bersumber pada pengetahuan yang mereka

dapatkan dari hubungan mereka dengan lingkungan dan/atau bisa pula bersumber

pada agama, kepercayaan ataupun mistik. Dengan mengacu kepada pendapat

Sanderson (1993), agama, kepercayaan ataupun mistik sebagai sumber citra

lingkungan dapat dikatakan sebagai sub dari salah satu unsur sistem sosiokultural

masyarakat yang bersangkutan, yaitu unsur sistem sosiokultural berupa

superstruktur ideologis. Superstruktur ideologis meliputi cara-cara yang telah

terpolakan yang dengan cara tersebut para anggota masyarakat berpikir serta

melakukan konseptualisasi, menilai, dan merasa (Sanderson, 1993 : 62).

Sebagaimana diketahui, citra lingkungan masyarakat Bali dalam arti

demikian dapat dilihat dari ideologi yang mereka anut, yakni ideologi Tri Hita

Karana. Ideologi ini menekankan pada pentingnya keharmonisan hubungan

Page 9: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

antara manusia dengan manusia (pawongan), hubungan manusia dengan

lingkungan alam nyata atau sekala (palemahan) dan hubungan manusia dengan

lingkungan alam tidak nyata atau niskala (parhyangan). Dengan demikian, citra

lingkungan masyarakat Bali terlihat bersifat ekosentrisme.

1.4.2 Kepentingan dan Partisipasi Masyarakat dalam Lingkungan

Beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai hutan menunjukkan bahwa

dalam pemanfaatan potensi sumberdaya hutan bisa terjadi kompetisi dan konflik

antarkelompok pemanfaat. Salah satu contohnya adalah kompetisi yang berlanjut

dengan konflik antara masyarakat setempat dan pengusaha hutan di Irian jaya

sebagaimana ditunjukkan oleh Soehendra dan Aninung (1993). Selain itu bisa

pula terjadi kerjasama warga masyarakat dalam mengelola hutan sehingga

menghasilkan masukan finansial bagi mereka sekaligus menghasilkan kelestarian

hutan yang bersangkutan. Contohnya adalah kasus pengelolaan hutan yang

dilakukan oleh orang Badui sebagaimana ditelaah oleh Iskandar (1992).

Beberapa hasil penelitian tentang hutan di Bali khususnya menunjukkan

bahwa ada ada masyarakat-masyarakat yang mampu memanfaatkan sumberdaya

hutan untuk memenuhi kebutuhannya dengan tetap melestarikan hutan yang

bersangkutan. Di antaranya adalah hasil penelitian Astika, dkk (1984)

menunjukkan bahwa masyarakat Desa Adat Tenganan Pegringsingan telah

mampu memanfaatkan sekaligus melestarikan hutan setempat dengan

memberlakukan peraturan (awig-awig) dan sanksinya secara ketat. Begitu juga

hasil penelitian Atmadja (1992; 1993, 1993a) mengenai Hutan Wisata Kera

Sangeh (1992; 1993a) dan Hutan Wisata Kera Kedaton (1993) menunjukkan

Page 10: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

peran masyarakat setempat dalam mengelola hutan tersebut sehingga tetap lestari

dan mampu memberikan masukan finansial, baik terhadap rumah tangga maupun

komunitas setempat.

Mencermati hasil penelitian yang menunjukkan pemanfaatan hutan yang

menghasilkan masukan finansial bagi masyarakat yang bersangkutan sekaligus

menghasilkan kelestarian hutan, maka segera dapat dipahami bahwa partisipasi

masyarakat dalam melestarikan hutan tidak lepas dari kepentingannya untuk

meraih masukan finansial melalui pengelolaan hutan yang bersangkutan. Hal ini

dapat dilakukan tanpa dan dan/atau dengan menjadikan hutan sebagai objek

wisata, tergantung dengan konteks ekologis serta kemauan dan kemampuan

masyarakat setempat. Dengan demikian, penelitian seperti itu, termasuk

penelitian yang hendak dilakukan ini tetap perlu dilakukan untuk

mengembangkan model pengelolaan hutan yang berpoptensi untuk menghasilkan

masukan finansial bagi para partisipannya sekaligus untuk melestarikan hutan

yang bersangkutan. Dikatakan demikian bukan hanya kerena keberhasilannya

telah terbukti dari hasil penelitian terdahulu, melainkan juga karena masing-

masing hutan tentu memiliki kondisi ekologis yang tidak selalu sama, begitu pula

masyarakat di sekitarnya tidak selalu memiliki kemauan dan kemampuan yang

sama dalam konteks pemanfaatan hutan.

Menurut teori rasionalitas, manusia diasumsikan sebagai makhluk yang

rasional. Artinya, manusia selalu berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas

dalam melakukan setiap tindakan (Basrowi dan Sukidin, 2003; Mustain, 2007).

Sehubungan dengan itu, setiap individu manusia dalam kehidupan masyarakat

Page 11: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

memiliki kesadaran akan keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-

tindakannya (Yunita, 1986 : 68-69). Demikian juga teori insentif selektif

mengasumsikan bahwa keikutsertaan seseorang yang rasional dalam melakukan

suatu kegiatan dipengaruhi oleh jenis, bentuk, dan isi harapan-harapan yang bakal

menguntungkan.

Berdasarkan asumsi teori rasionalitas di atas, maka daoat diduga bahwa

warga masyarakat akan ikut berpartisipasi dalam kegiatan pelestarian lingkungan

jika mereka memandang kegiatan tersebut memberi keuntungan bagi mereka, dan

sebaliknya. Berpegang pada dugaan ini maka tidak mengherankan jika masyarakat

setempat telah berperan dalam melestarikan Hutan Wisata Kera di Bali

sebagaimana ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Atmadja (1992 dan

1993). Sebab dalam kenyataannya, hutan tersebut merupakan objek wisata yang

setiap hari dikunjungi banyak wisatawan, sehingga menghasilkan keuntungan

finansial bagi masyarakat yang bersangkutan.

1.4.3 Refleksi tentang Model Pelestarian Hutan Berbasis Masyarakat

Berdasarkan pemikiran mengenai partisipasi masyarakat dalam program

pelestarian lingkungan sebagaimana dipaparkan di atas, maka program pelestarian

hutan perlu disusun dengan mengakomodasi kepentingan semua pihak terkait.

Dengan demikian dapat diharapkan semua pihak akan berpartisipasi dengan

penuh semangat dan berkelanjutan. Secara lebih konkret, model pelestarian hutan

yang disusun dan dilaksanakan adalah model yang benar-benar didasarkan pada

kepentingan, kemauan, dan kemampuan para pihak terkait sehingga meyakinkan

Page 12: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

akan memberi kuntungan finansial bagi para partisipannya. Salah satu model

strategis dalam hal ini adalah model pelestarian hutan yang memberikan akses

kepada masyarakat untuk mengembangkan tanaman pangan di kawasan hutan

lindung, namun tanpa merusak tanaman hutan. Selain itu mereka juga diberi

kewajiban untuk memelihara kayu yang tumbuh di hutan dengan catatan mereka

juga diberi hak atas hasil kayu itu yang pengaturannya didasarkan pada system

pembangian hasil sesuai dengan semua pihak terkait. Dengan demikian dapat

diharapkan bahwa masyarakat akan mengembangkan rasa memiliki dan

tanggungjawab terhadap kelestarian hutan.

Sebaliknya, jika program pelestarian hutan dilakukan hanya dengan

melarang orang untuk memanfaatkan sumberdaya hutan sebagaimana sering

dilakukan selama ini, maka orang akan selalu cenderung berusaha

memanfaatkannya secara maksimal bahkan secara illegal selama mereka

memandang hutan itu berpotensi besar untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Apalagi jika hutan dipandangnya sebagai sumberdaya milik bersama (common

proverty), maka dengan mengacu kepada tesis Hardin sebagaimana dibahas oleh

Soemarwoto (2001 :94), kemungkinan besar pandangannya itu akan mendorong

mereka untuk memanfaatkan sumberdaya hutan untuk memperoleh keuntungan

sebesar-besarnya hanya untuk diri mereka sendiri sehingga pada gilirannya

terjadi kerusakan hutan yang berdampak negatif terhadap masyarakat setempat.

Page 13: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan motode penelitian kualitatif

yang mengandalkan teknik pengamatan dan wawancara mendalam dalam proses

pengumpulan data; dan mengandalkan teknik interpretatif dalam proses analisis

data kualitatif. Proses pengumpulan dan analisis data dalam penelitian ini

berorientasi pada paradigma kritis, yaitu mengacu teori-teori sosial kritis, dan

metode dekonstruksi. Secara lebih konkret, penerapan metode dan teknik

penelitian ini dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.

1.5.1 Penentuan Lokasi Penelitian

Berkenaan dengan kawasan Subak Jatiluwih ada Peta Desa Jatiluwih.

Dalam peta desa ini ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa sawah yang

merupakan bagian dari Subak Jatiluwih ternyata berada di dalam wilayah Desa

Jatiluwih. Berdasarkan informasi yang diperoleh, para petani subak ini merupakan

warga atau penduduk Desa Jatiluwih. Oleh karena itu, lokasi pelaksanaan

penelitian ini adalah di Desa Jatiluwih.

1.5.2 Penentuan Informan

Mengingat penelitian ini menggunakana pendekatan penelitian kualitatif,

maka data dan informasi yang dibutuhkan akan digali melalaui pengamatan dan

wawancara mendalam. Oleh karena itu, informan (bukan responden) merupakan

narasumber yang amat penting dalam penelitian ini, sebab tanpa informan akan

sulit memperoleh data dan keterangan untuk mencapai tujuan penelitian. Sudah

Page 14: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

dapat dipastikan informan dalam penelitian ini adalah warga masyarakat Desa dan

Subak Jatiluwih. Namun untuk menentukan orangnya memerlukan petunjuk dari

informan pangkal. Sehubungan dengan itu, kepala Desa Dinas dan Kepala Desa

Adat setempat serta Kepala Subak Jatiluwih dijadikan informan pangkal dalam

penelitian ini Sebagaimana dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1989 : 130),

informan pangkal adalah orang-orang yang dapat memeberikan petunjuk kepada

peneliti tentang adanya individu lain yang paham tentang berbagai sektor

kehidupan masyarakat yang ingin dikaji oleh peneliti. Individu-individu lain ini

disebut informan pokok atau informan kunci (key informant).

Oleh karena itu, berdasarkan petunjuk informan pangkal itu dikembangkan

jumlah informan, baik informan pangkal yang lainnya maupun informan kunci

dan informan selanjutnya. Dengan demikian, pengembangan informan dalam

penelitian ini bersifat snowboll, yakni dari informan ke informana lain.

Penambahan informan akan diakhiri apabila terdapat indikasi bahwa tidak ada

lagi variasi informasi dan kategorisasi data dan informasi telah jenuh.

1.5.3 Metode Pengumpulan Data dan Informasi : Pengamatan dan

Wawancara Mendalam

1.5.3.1 Pengamatan

Metode pengamatan yang akan diterapkan dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara mencermati hal-hal yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.

Namun perlu dikemukakan di sini, bahwa dalam pengamatan juga dilakukan

Page 15: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

wawancara dengan menanyakan sesuatu yang telah dilihat dan didengar terkait

dengan masalah yang dikaji guna memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang

lebih jauh. Hal ini biasa dilakukan dalam pengamatan terlibat, sehingga para akhli

mengatakan pengamatan terlibat sebagai pengamatan langsung bersama metode

lainnya dalam pengumpulan informasi (Mulyana, 2006 : 162), atau sebagai

pengamatan yang bercirikan interaksi peneliti dengan subjek (Satori dan

Komariah, 2009 : 117). Aspek-aspek yang akan dicermati dalam pengamatan

adalah (1) keadaan/situasi di rumah informan; (2) orang-orang yang ikut serta

dalam situasi tersebut, termasuk jenis kelamin, usia, profesi, tempat asal, dan

lain-lain; (3) kegiatan yang dilakukan orang dalam situasi tersebut; (4) benda-

benda yang ada di tempat itu serta letak dan penggunaannya; (5) perbuatan, yaitu

tindakan para pelaku dalam proses berlangsungnya kegiatan dalam situasi yang

diamati; ekspresi wajah yang dapat dilihat sebagai cerminan perasan dan emosi.

1.5.3.2 Wawancara Mendalam

Teknik wawancara mendalam digunakan dalam penelitian ini terutama

untuk menggali informasi mengenai pengalaman individu yang biasanya disebut

sebagai metode penggunaan data pengalaman individu (individual life history)

atau dokumen manusia (human document) (Koentjaraningrat, 1989 : 158). Dalam

hal ini peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara bebas dan leluasa tanpa

terikat pada suatu daftar pertanyaan rinci yang disiapkan sebelumnya. Dengan

cara ini memungkinkan wawancara berlangsung luwes, arahnya bisa lebih terbuka

sehingga diperoleh informasi yang lebih kaya, pembicaraan tidak terlampau

Page 16: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

terpaku atau tidak menjenuhkan/membosankan baik bagi peneliti maupun bagi

informan.

1.5.3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data/informasi akan dilakukan dengan teknik analisis interpretatif,

terutama secara emik tetapi juga secara etik, sehingga dapat dihindari

kemungkinan adanya masalah dengan informan yang telah melakukan sesuatu

tindakan tetapi tidak mampu menginfoprmasikan maknanya sebagaimana

dikatakan oleh Brian Vay (2004). Proses analisis ini bisa sejalan dengan proses

wawancara dan pengamatan, artinya analisis dilakukan secara bergantian dengan

wawancara dan pengamatan dalam satu paket waktu. Secara konkret

mekanismenya bahwa setiap informasi penting yang diperoleh dari informan

langsung dianalisis untuk membuat hipotesis-hipotesis kecil yang kemudian

digunakan untuk membuat pertanyaan yang diajukan berikutnya. Dengan

demikian teknik analisis dan wawancara tersebut mengacu kepada apa yang oleh

Taylor dan Bogdan (1984 : 128)disebut dengan istilah go hand-in-hand. Data

yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini sebagian besar berwujud data

kualitatif. Data ini akan dianalisis dengan mengikuti prosedur analisis data

kualitatif sebagaimana dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992), yaitu

reduksi data, menyajikan data, menafsirkan data, dan menarik simpulan. Kegiatan

pengumpulan data dan analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan

rangkaian kegiatan yang terkait dan bisa berlangsung secara ulang-alik, sampai

mendapatkan hasil penelitian akhir, yakni etnografi yang bersifat holistik dan

Page 17: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

sarat makna, dalam konteks pemberian jawaban terhadap masalah yang dikaji

dalam penelitian ini.

Page 18: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

BAB IIHASIL PENELITIAN :

SISTEM SOSIOKULTURAL DALAM KONTEKS SUBAKJATILUWIH

Kawasan Subak Jatiluwih pada dasarnya merupakan wilayah yang di

dalamnya terdapat sawah dan para petani pemilik dan/atau penggagarap sawah

tersebut. Dilihat dari perspektif teori sistem sosiokultural Sanderson sebagaimana

telah dipaparkan di atas, tampaklah bahwa di dalam kawasan tersebut terdapat

beberapa unsur sistem sosiokultural yang berpotensi untuk membangun

manajemen kawasan subak yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia.

Beberapa unsur sistem sosiokultural tersebut meliputi infrastruktur, struktur

sosial, dan superstruktur ideologis yang dapat digambarkan sebagai berikut.

2.1 Infrastruktur : Ekologi, Demografi, Ekonomi, dan Teknologi

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, infrastruktur merupakan

salah satu komponen pokok sistem sisiokultural yang terdiri dari empat

subkomponennya : ekologi, demografi, ekonomi, dan teknologi. Berkenaan

dengan hal ini, melalui penelitian di kawasan Subak Jatiluwih Kecamatan

Penebel Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali diperoleh data yang menunjukkan

adanya potensi sosiokultural untuk membangun manajemen WBD berbasis

masyarakat dan budaya di kawasan subak tersebut. Adapun data yang dimaksud

dalam hal ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Page 19: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

Arti istilah ekologi dalam hal mengacu kepada pendapat Sanbderson (2011

: 59-61), yaitu meliputi seluruh lingkungan fisik yang terhadapnya manusia harus

beradaptasi. Ia meliouti sifat-sifat tanah, sifat iklim, pola hujan, sifat kehidupan

tanaman dan binatang, serta ketersediaan sumber daya alam. Sesuai dengan

pengertian ini, kawasan Subak Jatiluwih dilihat sebagai ekologi yang secara fisik

berbatasan dengan kawasan atau wilayah di sekitarnya. Di sebelah utara

berbatasan dengan kawasan hutan, di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah

Desa Babahan, di sebelah barat berbatasan dengan wilayah Desa Wangaya Gede,

dan di sebelah timur berbatasan dengan wilayah Desa Senganan. Jarak antara

kawasan ini dengan Kota Kecamatan Penebel (13 km.), Kota Kabupaten Tabanan

(26 km.), dan Kota Propinsi Bali (47 km.).

Peta Desa Jatiluwih menunjukkan bahwa sawah Subak Jatiluwih

merupakan bagian dari wilayah Desa Jatiluwih. Luas keseluruhan desa ini adalah

2.233 ha., yang secara garis besar terbagi ke dalam 4 peruntukan : 1) tanah sawah

(303 ha), 2) ladang/kebun (814 ha), pekarangan (24 ha) dan lain-lain (jurang)

seluas 1.092 ha. Peruntukan lahan ini dapat dilihat sebagai bentuk adaptasi

masyarakat terhadap kondisi lingkungan alam setempat dalam rangka memenuhi

berbagai macam kebutuhan hidup mereka. Kondisi lingkungan alam tersebut

dapat diketahui antara lain dari kondisi geografisnya, terutama ketinggian

letaknya tidak merata, yaitu antara 500-1500 meter di atas permukaan laut.

Dengan demikian, kondisi ini menunjukkan bahwa kemiringan kawasan ini cukup

tajam. Secara topografis, kemiringan kawasan ini, memang cukup tajam dan tidak

merata, yakni antara 26-29 derajat.

Page 20: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

Berkenaan dengan bidang pertanian dalam arti luas, Petugas Penyuluhan

Pertanian Lapangan (PPL) Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian Jatiluwih, yaitu

Tama (2009 : 11), menunjukkan data mengenai potensi wilayah ini di bidang

pertanian.

”Pada umumnya WKPP Jatiluwih sangat potensial untuk pengembanganPeternakan dan Perikanan, terutama ternak sapi karena tersedianya pakanternak terutama rumput lapangan yang tersedia sepanjang tahun.terkecoalipada bulan-bulan tertentu misalnya bulan Juli sampai dengan Septemberpakan rumput agak berkurang. tetapi petani bisa menyiasati dengantanaman pengganti seperti batang pisang, pelepah kelapa, pelepah pakis,dllnya.tetapi juga banyak kendala yang dihadapi petani seperti modal yangmasih kecil serta menganggap ternak sapi merupakan usahasampingandiluar usaha pokok bertani padi. Adapun kelemahan petanipeternak sapi di WKPP Jatiluwih adalah sbb :

1. kandang terlalu sempit.

2. Kandang tidak berdinding pada umumnya sapi kedinginan.

3. Petani pada umumnya menengok sapinya sekali sehari”.

Jika disimak tampaklah bahwa pada dasarnya masalah yang terjadi di bidang

peternakan sapi di Desa Jatiluwih berupa apa yang disebut oleh Tama sebagai

kendala, yakni kurang memadainya modal dan kurang layaknya kondisi kandang

untuk beternak sapi secara efektif. Tampaknya masalah tersebut dapat ditangani

dengan memahami dan menggunakan teknologi tepat guna di bidang peternakan

sapi sehingga dapat diharapkan sapi yang dipelihara bisa sehat dan gemuk

sehingga harga jualnya bisa tinggi. Dengan harga jual sapi yang tinggi tentu saja

memungkinkan bagi peternak yang bersangkutan untuk memperbesar modalnya

untuk meningkatkan usaha peternakan sapinya. Sapi, selain bernilai ekonomis

juga dapat digunakan untuk melestarikan budaya lokal. Budaya lokal yang

dimaksud seperti membajak, sehingga bisa menghemat biaya produksi pertabian

Page 21: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

ketimbang menggunakan traktor yang memerlukan biaya ekonomi lebih tinggi,

baik untuk membeli traktor maupun bahan bakar dan kemungkinan biaya untuk

perawatannya. Selain itu kotoran sapi pun bisa digunakan sebagai bahan pupuk

organik untuk pertanian sehingga kelestarian tanah dapat dipertahankan sesuai

dengan gagasan terkait dengan WBD.

Selain beternak sapi, masyarakat Desa Jatiluwih juga memelihara berbagai

macam ternak : kerbau, kuda, kambing, babi, ayam buras, petelur, itik, entok,

angsa, merpati, burung puyuh, kelinci, bekisar, dan burung berkicau. Populasi

masing-masing jenis ternak ini adalah sebagaimana tampak pada tabel 1 di bawah

ini.

Tabel 1

Populasi Ternak di Desa Jatiluwih

No. Jenis Ternak Ternak Besar Unggas

Jantan Betina

1 Sapi 462 802

2 Kerbau 12 22

3 Kuda 1 -

4 Kambing 4 10

5 Babi 528 388

6 Ayam buras - - 4055

7 Ayam petelur - - 303.400

8 Ayam pedaging - - 0

Page 22: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

9 Itik - - 930

10 Entok - - 12

11 Angsa - - 4

12 Merpati - - 22

13 Burung Puyuh - - 4

14 Kelinci - - 25

15 Bekisar - - 5

16 Burung berkicau - - 32

Sumber data : Tama (2009 : 12).

Data pada tabel 1 di atas secara jelas menunjukkan bahwa ada 15 jenis

ternak yang dipelihara oleh masyarakat di Desa Jatiluwih. Populasinya beragam,

dari yang terkecil (1 ekor kuda) sampai yang terbesar (303.400 ekor ayam

petelur). Tentu saja semua jenis ternak tersebut bernilai jual, namun ada beberapa

di antaranya yang populasinya sangatlah minim, seperti kambing hanya 14 ekor,

entok 12 ekor padahal sebagaimana diketahui, harga kambing dan entok relatif

mahal. Pasar pun tampaknya membutuhkan jenis ternak ini. Misalnya kambing,

selain dibutuhkan untuk bahan sate dan gule kambing yang banyak penggemarnya

juga untuk keperluan upacara agama Hindu di Bali. Jika peternakan di Desa

Jatiluwih dilakukan dengan menggunakan teknologi tepat guna, kiranya

bermacam-macam jenis ternak tersebut di atas dapat ditingkatkan, baik kuantitas

maupun kualitasnya, sehingga memungkinkan untuk meningkatkan pendapatan

peternak yang bersangkutan. Seperti halnya ternak sapi, jenis ternak sebagaimana

Page 23: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

tercantum dalam tabel di atas juga dapat dilihat sebagai potensi untuk mendukung

gagasan WBD, yakni melestarikan lingkungan alam, terutama dengan

menggunakan kotoran ternak tersebut sebagai bahan pupuk organik.

Seiring dengan perkembangan bidang peternakan, ternyata data tahun 2011

mengenai ternak tertentu di Jatiluwih menunjukkan penurunan populasinya

dibandingkan dengan populsinya pada tahun 2009 sebagaimana tampak pada tabel

1 di atas. Data mengenai perbandingan populasinya itu dapat dilihat pada tabel 2

di bawah ini.

Tabel 2Perbandingan Pupulasi Ternak (2009 dan 2011) di Jatiluwih

No. Jenis Ternak Ternak Besar Unggas

2009 2011 2009 2011

1 Sapi 1.264 500 - -

2 Kerbau 34 6 - -

3 Kuda 1 - - -

4 Kambing 14 - - -

5 Babi 916 900 - -

6 Ayam buras - - 4055 -

7 Ayam petelur - - 303.400 150.000

8 Ayam pedaging - - 0 -

9 Itik - - 930 30

10 Entok - - 12 -

Page 24: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

11 Angsa - - 4 -

12 Merpati - - 22 -

13 Burung Puyuh - - 4 -

14 Kelinci - - 25 -

15 Bekisar - - 5 -

16 Burung berkicau - - 32 -

Sumber data : Diolah dari Tama (2009 : 12), dan Data Monografi

Desa Jatiluwih (2011)

Khusus berkenaan dengan budidaya perikanan di Desa Jatiluwih menurut

Tama (2009 : 12-13) tidak berkembang, karena terbatasnya air, terutama di musim

kemarau sering terjadi kekeringan karena letaknya tinggi, dan masyarakat belum

biasa memelihara ikan bersama tanaman padi (mina padi). Akan tetapi masih ada

warga masyarakat di desa ini yang memelihara ikan di kolam, seperti ikan mujair,

ikan mas, ikan nila. Jika masyarakat diberi pengetahuan dan keterampilan

mengenai teknologi tepat guna di bidang perikanan, maka tidak tertutup

kemungkinannya mereka bisa berhasil dalam usaha memelihara ikan.

Keberhasilan memelihara ikan bisa mendorong masyarakat untuk menambah

populasi ikan peliharaannya melalui berbagai cara termasuk dengan cara

mengembangkan budidaya ikan dengan sistem mina padi. Sistem ini bisa

berfungsi ganda, tidak saja untuk menambah pendapatan masyarakat juga bisa

berfungsi ekologis, bahwa secara alamiah ikan menjadi predotor atau pemangsa

serangga yang merupakan hama tanaman padi seperti wereng.

Page 25: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

Dilihat dari sudut demografi, ekonomi, dan teknologinya, masyarakat

Desa Jatiluwih tampak mempunyai kondisi tertentu. Menurut buku Data

Monografi Desa Jatiluwih (2011 : 3), penduduknya yang tergolong sebagai tenaga

kerja berjumlah 2389 orang. Dari segi usia, mereka dapat dikelompokkan menjadi

6 kelompok usia dengan jumlah setiap kelompoknya sebagaimana tampak pada

tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4Jumlah Angkatan Kerja di Jatiluwih Menurut Kelompok Umur

No. Kelompok Usia (Tahun) Jumlah Persentase

1 10-14 203 8,50

2 15-19 416 17,40

3 20-26 389 16,29

4 27-40 311 13,02

5 41-56 462 19,36

6 57- ke atas 607 25,43

Total 2388 100

Sumber Data : Diolah dari Buku Data Monografi Desa Jatiluwih (2011 : 3)

2.2 Struktur Sosial : Perilaku Aktual

Struktur sosial mengacu kepada perilaku aktual yang berkaitan dengan

kepolitikan, keluarga, kerabat, dan pendidikan. Dalam konteks ini ada beberapa

organisasi selain subak tersebut yang justru sudah berperan aktif dalam

pengelolaan Subak Jatiluwih. Organisasi tersebut adalah desa Dinas Jatiluwih dan

desa Adat Jatiluwih. Perannya itu tampak antar lain dalam surat pernyataan

bersama para tokoh beberapa organisasi tertanggal 14 Mei 2003, tentang

kiesediaan dan persetujuan mereka atas dimasukkannya Subak Jatiluwih dalam

Page 26: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

daftar usulan WBD. Para tokoh tersebut adalah Ketua BPD Jatiluwih, Kepala

Desa Jatiluwih, Kepala Subak Jatiluwih, Bendesa Adat Jatiluwih, Bendesa Adat

Guning Sari, dan Camat Penebel. Surat pernyataan tersebut jelas menunjukkan

adanya potensi untuk mendukung gagasan WBD, yakni melestarikan alam dan

budaya setempat. Potensi tersebut jelas pula merupakan potensi sosiokultural,

karena masing-masing tokoh itu atas nama organisasi yang dipimpinnya yang

tentu saja memiliki aturan.

Nama Subak Jatiluwih sesungguhnya adalah Subak Gede Jatiluwih. Subak

ini merupakan gabungan dari beberapa subak yang merupakan bagiannya. Adapun

beberapa subak yang menjadi bagian dari Subak Gede Jatiluwih dan jumlah

anggotanya adalah sebagasimana tampak pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3Jumlah Anggota Subak-Subak yang Menjadi Bagian dari Subak Gede

JatiluwihNo. Nama Subak Jumlah Anggota

(orang)

1 Subak jatiluwih 70

2 Subak Besi Kalung 79

3 Subak kedamaian 55

4 Subak Medui (Kedamaian Selatan) 51

5 Subak Gunung Sari Desa 35

6 Subak Gunung Sari Mekayu 25

Total Anggota 315

Sumber Data : Laporan Tim Penyusun Master Plan Subak Jatiluwih (2003)

Page 27: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

Jumlah anggota subak ini jelas merupakan sumber daya manusia yang jika dapat

dikelola secara efektif memungkinkan untuk mengembangkan manajemen Subak

Jartiluwih sebagai WBD berbasis masyarakat dan budaya lokal.

Selain potensi tersebut, para petani Subak Jatiluwih juga telah terhimpun

ke dalam beberapa kelompok yang secara khusus bergerak dalam bidang

peternakan. Dengan adanya kelompok-kelompok tersebut maka ada peluang

untuk mewujudkan gagasan WBD menjadi kegiatan nyata. Adapun kelompok-

kelompok tersebut meliputi 3 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Dua dari 3

kelompok ini berusaha di bidang peternakan, yang satu bernama Gabungan

Kelompok Tani Merta Jati berusaha di bidang peternakan sapi dan yang lainnya

bernama Gabungan kelompok Tani Dukuh Sari berusaha di bidang peternakan

babi. Unsur kepolitikan dalam struktur sosial seperti ini berpotensi untuk

mengembangkan cara-cara terorganisasi suatu masyarakat dalam memelihara

hukum, aturan internal dan hubungan individu-individu, termasuk mengendalikan

konflik-konflik sosial terkait dengan pengelolaan kawasan Subak Jatiluwih

sebagai WBD.

2.3 Superstruktur Ideologis : Ideologi Umum, Agama, Ilmu Pengetahuan

Sebagaimana dikemukakan, salah satu unsur superstruktur ideologis

adalah ideologi umum. Ideologi umum mengacu kepada kepercayaan dan norma

yang menonjol dalam masyarakat dalam konteks apa yang baik dan tidak baik,

apa yang benar dan tidak benar, dan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan.

Dalam konteks ini, subak dan desa pakraman di Bali, termasuk di Jatiluwih

mempunyai peraturan yang disebut awig-awig yang terdiri atas sejumlah bab dan

Page 28: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

pasal. Landasan dasarnya adalah filsafat Tri Hita Karana yang menekankan

pentingnya keharmonisan hubungan manusia-Tuhan, manusia-manusia, dan

manusia-lingkungan alam. Untuk mewujudkan keharmonisan dalam konteks ini,

maka ditentukan hal-hal yang boleh dan/atau tidak boleh dilakukan, yang patut

dan tidak patut dilakukan dalam hubungan manusia dengan lingkungan

sosiokultural dan lingkungan alam. Dengan dermikin, awig-awig subak dan awig-

awig desa pakraman merupakan dua peraturan yang mengandung potensi penting

untuk dijadikan acuan dalam membangun manajemen kawasan WBD berbasis

masyarakat dan budaya lokal.

Selain filsafat Tri Hita Karana, dalam agama Hindu yang dianut oleh

masyarakat di Jatiluwih juga ada beberapa konsep yang berpotensi penting untuk

dijadikasn acuan dalam membangun manajemen WBD berbasis masyarakat dan

budaya lokal. Dikatakan demikian karena dalam ajaran agama Hindu dikenal

berbagai macam konsep yang merupakan kearifan lokal yang memungkinkan

untuk membangun keharmonisan hubungan manusia dengan alam dan dengan

sesamanya. Adapun konsep-konsep tersebut, antara lain konsep desa-kala-patra;

dharma, artha, kama, moksa; tatwamasi; dan konsep Sagilik Saguluk, Paras

Paros Sarpanaya, Salunglung Subayantaka. Konsep-konsep ini memungkinkan

untuk dipakai pedoman yang efektif dalam mencegah masalah konflik sosial

karena mengandung makna-makna tersendiri yang telah membudaya. Konsep

desa-kala-patra yang mengandung makna yang menekankan pentingnya

pleksibilitas dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dapat diketahui dari

pendapat Mantra (1993 : 14) tentang konsep desa, kala, patra sebagai berikut.

Page 29: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

”Konsep ini menunjukkan penerimaan terhadap kenyataan hidupbahwa dalam keseragaman ada keragaman, dalam kesatuan pastiada perbedaan. Hal ini memberi gambaran tentang bentukkomunikasi kebudayaan Bali, baik ke luar maupun ke dalam.Menerima perbedaan dan variasi yang timbul sesuai desa, kala,patra (waktu, tempat, dan keadaan)”.

Petikan ini tampak mencerminkan bahwa konsep desa, kala, patra pada intinya

menekankan pentingnya upaya penyesuaian sikap dan perilaku dalam

menjalankan kehidupan sosial di tengah fenomena keberagaman dan perbedaan,

baik dalam konteks keruangan/tempat (desa) maupun waktu (kala), dan situasi

(patra). Ini berarti konsep desa, kala, patra, mencerminkan ideologi

fleksibilitasisme, yakni kelenturan sikap dan perilaku sosial sesuai dengan

keadaan pada waktu dan tempat yang berbeda-beda. Jika konsep ini diterapkan

oleh masyarakat di kawasan Subak Jatiluwih, maka semestinya mereka mampu

mengatur langkah mereka sesuai dengan aturan yang berlaku guna memperoleh

masukan finansial dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan alam dan

keharmonisan hubungan dengan sesama warga masyarakat.

Konsep dharma, artha, kama, moksa sebagaimana diketahui menekankan

bahwa kebenaran (dharma) perlu dipedomani dalam rangka mencari nafkah

(artha) untuk memenuhi nafsu, keinginan, dan kebutuhan (kama) agar mencapai

kebahagiaan (moksa). Jika hal ini dipadukan dengan konsep desa, kala, patra

sebagaimana dipaparkan di atas, maka secara idealnya upaya mencari nafkah

(artha) untuk memenuhi kebutuhan (kama), selain disesuaikan dengan kebenaran

(dharma) juga dengan situasi dalam konteks ruang/tempat (desa), waktu (kala),

dan keadaan masyarakat setempat (patra). Dengan cara demikian memungkinkan

Page 30: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

diperoleh hasil tanpa menimbulkan masalah, dan memungkinkan pula untuk

menciptakan kehidupan sosial yang harmonis, aman, dan nyaman.

Serupa dengan itu, konsep Tat Tawam Asi dapat dimaknai sebagai

larangan terhadap kekerasan guna mencapai kedamaian. Hal ini dapat dijadikan

sebagai kode etik karena mengandung arti ”Aku adalah Engkau” sehingga

relevan untuk membangun sikap saling menyayangi antarsesama demi

terwujudnya kedamaian. Pandangan ini mencerminkan kesadaran bahwa dalam

rangka mewujudkan kedamaian di tengah masyarakat yang satatus dan identitas

warganya berbeda-beda, maka diri sendiri (aku) dan orang lain (engkau) perlu

diposisikan secara dialektis, bukan secara oposisi biner, sehingga bisa hidup

berdampingan secara damai. Jika disimak dengan mengacu gagasan G.W.F Hegel

sebagaimana dikuitip oleh Sitorus (2004 : 167-168), Tat Twam Asi yang diartikan

sebagaimana dipaparkan di atas juga mengandung gagasan bahwa orang lain

(engkau) sebenarnya tidak pernah hadir secara absolut sebagai orang lain. Orang

lain juga berperan dalam keberadaan diri sendiri (aku), tanpa orang lain (engkau)

maka diri sendiri (aku) pun tidak ada. Selain itu, diri sendiri (aku) dan orang lain

(engkau) saling membutuhkan dan dengan demikian saling tergantung. Oleh

karena itu sikap saling menolak antara diri sendiri (aku) dan orang lain (engkau)

sesungguhnya adalah sebuah kekeliruan. Jika pemaknaan terhadap istilah Tat

Twam Asi di atas dikaji dengan mengacu gagasan Durkheim tentang solidaritas

ssosial sebagaimana dikutip oleh Laeyendecker (1983 : 291), istilah Tat Twam Asi

juga mencerminkan adanya ideologi solidaritasisme yang bersifat organis, yakni

ideologi yang menekankan pada pentingnya kerjasama atas dasar rasa saling

Page 31: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

membutuhkan dan saling tergantung antarawarga masyarakat yang memiliki ciri-

cirinya masing-masing. Dengan demikian ideologi yang terkandung dalam istilah

Tat Twam Asi itu memang sangat relevan untuk dijadikan acuan dalam

membangun manajemen berbasis masyarakat dan budaya lokal di kawasan Subak

Jatiluwih.

Terkait dengan konsep Sagilik Saguluk, Paras Paros Sarpanaya,

Salunglung Subayantaka menekankan pentingnya komitmen (janji kepada

sesama), kesadaran kolektif (senasib dan sepenanggungan), dan rasa hormat-

menghormati dan seterusnya. Oleh karena itu, dikaji dengan mengacu gagasan

Durkheim tentang solidaritas sosial sebagaimana dikutip oleh Laeyendecker (1983

: 290) tampaklah konsep ini mencerminkan adanya ideologi solidaritasisme yang

bersifat mekanis. Solidaritas sosial seperti ini tentu saja merupakan potensi yang

penting untuk membangun keharmonisan sosial dalam berbagai bidang

kerhidupan, termasuk dalam pengelolaan WBD. Mempunyai berbagai sarana fisik

yang dapat dimaknai dan difungsikan sebagai pengikat masyarakat agar mereka

Subak Jatiluwih dan Desa Pakraman Jatiluwih mempunyai berbagai sarana

fisik yang dapat dimaknai dan difungsikan sebagai pengikat masyarakat agar

mereka secara bersama-sama melakukan tindakan nyata untuk melestarikan

budaya dan lingkungan alam setempat. Sarana fisik yang dimaksudkan dalam hal

ini adalah pura subak, bendungan, dan pura desa. Terkait dengan sarana fisik ini,

masyarakat memiliki kepercayaan akan adanya kekuatan supernatural diyakini

dapat mengadili manusia jika melakukan hal-hal yang tidak patut dilaksanakan.

Page 32: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

BAB III

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN :PERSPEKTIF MANAJEMEN WARISAN BUDAYA DUNIA

BERBASIS MASYARAKAT DAN BUDAYA LOKALDALAM PENGELOLAAN KAWASAN SUBAK JATILUWIH

Sebagaimana diketahui, manajemen kelembagaan berproses secara

dinamis melalui tahapan-tahapannya yang secara garis besar meliputi tahap

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya. Oleh karena itu, dalam rangka

membangun manajemen warisan budaya dunia berbasis masyarakat dan budaya

lokal berdasarkan potensi sistem sosiokultural dalam pengelolaan Subak

Jatiluwih, maka langkah yang patut dilakukan adalah perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan sosial budaya

dan lingkungan alam setempat. Untuk itu, berdasarkan hasil penelitian yang telah

dipaparkan pada bab II di atas, model manajemen warisan budaya dunia yang

memungkinkan untuk dikembangkan dalam pengelolaan Subak Jatiluwih dapat

digambarkan sebagai berikut.

Page 33: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

Perencanaan merupakan satu tahapan yang paling awal dalam

membangun suatu manajemen. Definisi perencanaan dalam hal ini mengacu

kepada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan

Pembangunan Nasional yang menyatakan perencanaan pembangunan adalah

suatu proses untuk menentukan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan,

dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Sejalan dengan itu, Dror

sebagaimana dikutip oleh Schoorl (1980 : 294), mendefinisikan perencanaan

sebagai proses dalam penyiapan seperangkat keputusan mengenai tindakan di

kemudian hari yang ditujukan untuk mencapai tujuan-tujuan dengan

menggunakan cara-cara yang optimal.

Jika perencanaan dalam arti seperti itu disusun dalam rangka pengelolaan

Subak Jatiluwih sebagai WBD berdasarkan potensi sistem sosiokultural

sebagaimana dipaparkan pada bab II di atas, maka model perencanaan yang

memungkinkan untuk itu adalah perencanaan yang sesuai dengan filsafat Tri Hita

Karana. Artinya, bahwa keharmonisan hubungan antara manusia-Tuhan,

manusia-alam (lahan sawah, air, dan binatang), hubungan antara warga

masyarakat setempat (warga subak, desa pakraman, dan deasa dinas) tetap

dijadikan sebagai pegangan utama dalam proses perencanaan tersebut. Filsafat

yang demikian itu tentu saja dapat dijadikan acuan penting dalam membangun

manajemen warisan budaya dunia berbasis masyarakat dan budaya lokal.

Dikatakan sebgai acuan penting, karena dengan filsafat tersebut dapat diharapkan

terjadi sinergi antara para pihak terkait, meskipun masing-masing pihak

mempunyai status yang berbeda-beda. Berdasarkan sinergi yang memadai dapat

Page 34: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

diharapkan mereka membangun konerja sesuai dengan tujuan penetapan Subak

Jatiluwih sebagai warisan budaya dunia.

Selain itu, konsep-konsep yang sejalan dengan itu yang ada dalam ajaran

agama Hindu di Bali pun tidak kalah pentingnya untuk dijadikan acuan utama

dalam perencanaan pembangunan Subak Jatiluwih. Ada beberapa konsep

merupakan kearifan lokal masyarakat dan kebudayaan Bali, antara lain berupa

konsep-konsep yang mengandung nilai budaya yang patut dijadikan pedoman

dalam rangka menciptakan keharmonisan sosial. Konsep-konsep tersebut antara

lain desa-kala-patra; dharma, artha, kama, moksa; tatwamasi; dan konsep Sagilik

Saguluk, Paras Paros Sarpanaya, Salunglung Subayantaka. Konsep-konsep ini

memungkinkan untuk dipakai pedoman yang efektif dalam mencegah masalah

konflik sosial karena mengandung makna-makna tersendiri yang telah

membudaya. Konsep desa-kala-patra yang mengandung makna yang

menekankan pentingnya pleksibilitas dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini

dapat diketahui dengan mencermati pendapat Mantra (1993 : 14) tentang konsep

desa, kala, patra sebagai berikut.

”Konsep ini menunjukkan penerimaan terhadap kenyataan hidupbahwa dalam keseragaman ada keragaman, dalam kesatuan pastiada perbedaan. Hal ini memberi gambaran tentang bentukkomunikasi kebudayaan Bali, baik ke luar maupun ke dalam.Menerima perbedaan dan variasi yang timbul sesuai desa, kala,patra (waktu, tempat, dan keadaan)”.

Petikan ini tampak mencerminkan bahwa konsep desa, kala, patra pada intinya

menekankan pentingnya upaya penyesuaian sikap dan perilaku dalam

menjalankan kehidupan sosial di tengah fenomena keberagaman dan perbedaan,

baik dalam konteks keruangan/tempat (desa) maupun waktu (kala), dan situasi

Page 35: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

(patra). Ini berarti konsep desa, kala, patra, mencerminkan ideologi

fleksibilitasisme, yakni kelenturan sikap dan perilaku sosial sesuai dengan

keadaan pada waktu dan tempat yang berbeda-beda. Jika konsep ini diterapkan

dalam rangka membangun manajemen Subak Jatiluwih, maka apat diharapkan

bahwa para pihak terkait akan mampu mengatur langkah mereka sesuai dengan

aturan yang berlaku guna mencapai tujuan pembangunan Subak Jatiluwih.

Konsep dharma, artha, kama, moksa sebagaimana diketahui menekankan

bahwa kebenaran (dharma) perlu dipedomani dalam rangka mencari nafkah

(artha) untuk memenuhi nafsu, keinginan, dan kebutuhan (kama) agar mencapai

kebahagiaan (moksa). Jika hal ini dipadukan dengan konsep desa, kala, patra

sebagaimana dipaparkan di atas, maka secara idealnya upaya mencari nafkah

(artha) untuk memenuhi kebutuhan (kama), selain disesuaikan dengan kebenaran

(dharma) juga dengan situasi dalam konteks ruang/tempat (desa), waktu (kala),

dan keadaan masyarakat setempat (patra). Dengan cara demikian memungkinkan

diperoleh hasil tanpa menimbulkan masalah, dan memungkinkan pula untuk

menciptakan kehidupan sosial yang harmonis, aman, dan nyaman.

Serupa dengan itu, konsep Tat Tawam Asi dapat dimaknai sebagai

larangan terhadap kekerasan guna mencapai kedamaian. Hal ini dapat dijadikan

sebagai kode etik karena mengandung arti ”Aku adalah Engkau” sehingga

relevan untuk membangun sikap saling menyayangi antarsesama demi

terwujudnya kedamaian. Pandangan ini mencerminkan kesadaran bahwa dalam

rangka mewujudkan kedamaian di tengah masyarakat yang satatus dan identitas

warganya berbeda-beda, maka diri sendiri (aku) dan orang lain (engkau) perlu

Page 36: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

diposisikan secara dialektis, bukan secara oposisi biner, sehingga bisa hidup

berdampingan secara damai. Jika disimak dengan mengacu gagasan G.W.F Hegel

sebagaimana dikuitip oleh Sitorus (2004 : 167-168), Tat Twam Asi yang diartikan

sebagaimana dipaparkan di atas juga mengandung gagasan bahwa orang lain

(engkau) sebenarnya tidak pernah hadir secara absolut sebagai orang lain. Orang

lain juga berperan dalam keberadaan diri sendiri (aku), tanpa orang lain (engkau)

maka diri sendiri (aku) pun tidak ada. Selain itu, diri sendiri (aku) dan orang lain

(engkau) saling membutuhkan dan dengan demikian saling tergantung. Oleh

karena itu sikap saling menolak antara diri sendiri (aku) dan orang lain (engkau)

sesungguhnya adalah sebuah kekeliruan. Jika pemaknaan terhadap istilah Tat

Twam Asi di atas dikaji dengan mengacu gagasan Durkheim tentang solidaritas

ssosial sebagaimana dikutip oleh Laeyendecker (1983 : 291), istilah Tat Twam Asi

juga mencerminkan adanya ideologi solidaritasisme yang bersifat organis, yakni

ideologi yang menekankan pada pentingnya kerjasama atas dasar rasa saling

membutuhkan dan saling tergantung antarawarga masyarakat yang memiliki ciri-

cirinya masing-masing. Dengan demikian ideologi yang terkandung dalam istilah

Tat Twam Asi itu memang sangat relevan untuk dijadikan acuan dalam

membangun kerjasama (bukan perseteruan) antara kelompok sosial yang berbeda

seperti antara para pihak terkait dalam pengelolaan Subak Jatiluwih sebagai

warisan budaya dunia dan/atau sebagai daerah tujuan wisata.

Terkait dengan konsep Sagilik Saguluk, Paras Paros Sarpanaya,

Salunglung Subayantaka menekankan pentingnya komitmen (janji kepada

sesama), kesadaran kolektif (senasib dan sepenanggungan), dan rasa hormat-

Page 37: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

menghormati dan seterusnya. Oleh karena itu, dikaji dengan mengacu gagasan

Durkheim tentang solidaritas sosial sebagaimana dikutip oleh Laeyendecker (1983

: 290) tampaklah konsep ini mencerminkan adanya ideologi solidaritasisme yang

bersifat mekanis. Ideologi solidaritasisme yang bersifat mekanis ini memang

tampak penting dan relevan dalam rangka mencegah perseteruan antara para pihak

yang terlibat dalam suatu kegiatan bersama, seperti halnya dalam pengelolaan

Subak Jatiluwih.

Agar dapat menyusun perencanaan seperti itu serta melaksanakan, maka

konsep Tri Hita Karana dan konsep-konsep lain yang sejalan dengan itu perlu

dipahami dan diimplementasikan secara sungguh-sungguh. Tanpa demikian bukan

tidak mungkin akan timbul berbagai masalah yang mengganggu langkah

pencapaian tujuan pengelolaan Subak Jatiluwih sebagai WBD, yakni melestarikan

lingkungan alam dan budaya setempat. Dikatakan demikian karena sebagaimana

dikemukakan oleh Basrowi dan Sukidin (2003), Mustain (2007), dan Yunita

(1986), bahwa setiap manusia yang bersifat rasional akan memiliki motivasi kuat

untuk melakukan suatu kegiatan yang menjanjikan keuntungan bagi dirinya

sendiri. Dilihat dari perspektif teori pertukaran, maka keuntungan dalam konteks

teori rasionalitas itu lebih mengarah kepada keuntungan finansial berupa uang

tunai sebagai hasil dari pertukaran. Dalam konteks ini pendapat Damsar (2006 :

33), penting untuk dicermati, yakni sebagai berikut.

“Teori pertukaran melihat bahwa uang sebagai salah satu rujukan utamaorang untuk terus menerus terlibat dalam memilih di antara perilaku-perilaku alternatif. Suatu tindakan sosial dipandang ekuivalen dengantindakan ekonomis. Suatu tindakan dipandang rasional apabila seseorangmenghasilkan uang. Oleh sebab itu, makin tinggi uang yang diperolehmakin besar kemungkinan suatu tingkah laku akan diulang”.

Page 38: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

Dengan mengacu teori rasionalitas dan teori pertukaran ini, maka pengelolaan

Subak Jatiluwih berpeluang menimbulkan upaya para pihak terkait untuk

memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri atau kelompoknya sendiri melalui

cara-cara yang membuat pihak tertentu merasa diperlakukan secara kurang adil.

Masalah seperti ini berpotensi menjadi penghambat para pihak yang merasakan

ketidakadilan dalam ikut serta melestarikan alam dan budaya setempat. Dengan

demikian tujuan penetapan Subak Jatiluwih sebagai WBD sulit dicapai.

Untuk mengantisipasi timbulnya masalah seperti itu, maka suatu langkah

yang penting untuk dilaksanakan adalah menempatkan wakil dari kelompok-

kelompok masyarakat (subak, desa pakraman, desa dinas) secara proporsional

dalam personel badan pengelola Subak Jatiluwih, baik sebagai WBD maupun

sebagai daerah wisata. Penempatan wakil kelompok-kelompok masyarakat

tersebut hendaknya sesuai dengan kemauan, kompetensi, dan kemampuannya

pada bidang-bidang tugas yang ada dalam pengelolaan Subak Jatiluwih. Hal ini

penting agar mereka dapat bersinergi dan berkinerja kinerja secara optimal.

Selain itu, pembagian hasil pengelolaan Subak Jatiluwih pun perlu dilakukan

dengan tetap berpegang pada prinsip keadilan dan pemerataan. Dengan demikian

dapat diharapkan semua pihak merasa puas atas tata cara pengelolaan subak

tersebut, dan dengan demikian pula semua pihak dapat diharapkan akan ikut

berperan aktif dan sungguh-sungguh dalam upaya melestarikan lingkungan alam

dan budaya setempat secara bersama-sama dan berkelanjutan sesuai dengan

tugasnya masing-masing.

Page 39: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

Agar terwujud keharmonisan hubungan manusia dengan lingkungan alam,

maka teknologi yang mesti digunakan dalam pengelolaan Subak Jatiluwih adalah

teknologi pertanian dalam arti luas yang tetapt guna dan ramah lingkungan. Hal

ini perlu dilakukan dalam bidang bercocok tanam di sawah dan diladang, bidang

peternakan, dan bidang perikanan. Dengan mengimplementasikan nulai-nilai Tri

Hita Karana, usaha di bidang pertanian dalam arti luas ini dapat diharapkan dapat

berjalan secara lancar, tertib dan aman.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Page 40: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

Berdasarkan hasil penelitian ini dan pembahasannya dapat disimpulkan

sebagai berikut.

1) Sistem sosiokultural : infrastruktur material, struktur sosial, dan

superstruktur ideologis yang berkaitan dengan Subak Jatiluwih terlihat

mempunyai potensi yang memungkinkan untuk mendukung

pengembangan manajemen berbasis masyarakat dan budaya setempat

dalam pengelolaan subak tersebut.

2) Model manajemen berbasis masyarakat dan budaya lokal yang

memungkinkan untuk dikembangkan dalam pengelolaan Subak Jatiluwih

adalah yang manajemen yang berlandaskan para filsafat Tri Hita Karana

serta konsep-konsep yang sejalan dengan filsafat tersebut dan merupakan

kearifan lokal masyarakat Bali. Pada intinya konsep-konsep tersebut

menekankan betapa pentingnya keharmonisan dalam hubungan manusia –

Tuhan, manusia-manusia, dan manusia-lingkungan alam. Selain itu

konsep-konsep tersebut menekankan pentingnya kebenaran (dharma)

untuk menuntun langkah mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan,

namun tetap dengan sikap yang luwes sesuai dengan konteks waktu dan

ruang. Hal ini perlu dijadikan acuan utama dalam proses perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan pembangunan Subak Jatiluwih guna

mencapai tujuan penetapan subak tersebut sebagai warisan budaya dunia.

4.2 Saran

Page 41: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

Berdasarkan simpulan di atas, saran yang dapat diajukan dalam hal ini

adalah sebagai berikut.

1) Agar kelestarian alam dan budaya lokal yang terkait dengan Subak

Jatiluwih dapat dicapai, maka para pihak terkait (petani subak, masyarakat

Desa Pakraman Jatiluwih, Masyarakat Desa Dinas Jatiluwih, Pemerintah

Daerah Kabupaten Tabanan, dan Pemerintah Provinsi Bali), mesti benar-

benar menjadikan filsafat Tri Hita Karana sebagai pedoman dalam

pengelolaan Subak Jatiluwih.

2) Untuk itu, semua pihak tersebut perlu memahami dan

mengimplementasikan filsafat Tri Hita Karana secara sungguh-sungguh

dan dinamis, yakni menyesuaikan pelaksanaannya dengan situasi yang

aktual dalam konteks waktu dan tempat pelaksanaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Amal, I. 1998. “Perspektif Pembangunan Jangka Panjang : Globalisasi,Demokrasi, dan Wawasan Nusantara”. Dalam Y.M.A. Aziz (ed.) VisiGlobal Antisipasi Indonesia Memasuki Abad ke-21. Yogyakarta : PustakaPelajar. Halalam 44-52.

Basrowi dan Sukidin. 2003. Teori-Teori Perlawanan dan Kekerasan Kolektif.Surabaya : Penerbit Insan Cendekia.

Barker, Chris. 2005. Cultural Studies : Teori dan Praktik. Yogyakarta : PTBentang Pustaka.

Brian Fay. 2002. Filsafat Ilmu Sosial Kontemporer. Yogyakarta, Penerbit Jendela.Dhana, I Nyoman. 2010 Penguatan Strategi Pembangunan Ekonomi yang

Berwawasan Nusantara Guna Menjaga Ketahanan Nasional dalam Rangka

Page 42: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

Memperkokoh NKRI : Perspektif Sosial Budaya. Makalah dalam RangkaFGD, diselenggarakan oleh MPR RI Bekerjasama dengan UniversitasUdayana, Denpasar, 27 Nopember 2010.

Deperindag. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif 2025. Makalah dalamCreative Converence, di Bali.

Depbudpar. 2009. Kegiatan Tahun Indonesia Kreatif 2005. Makalah dalamSeminar Indonesia Kreatif, di Bogor.

Fashri, Fauzi. 2007. Penyingkapan Kuasa Simbol Apropriasi Reflektif PemikiranPierre Bordieu. Yogyakarta : Juxtapose.Geriya, I Wayan dkk.2009. Kebudayaan Unggul Inventori Unsur Unggulan

sebagai Basis Kota Denpasar Kreatif. Denpasar Bappeda Kota denpasar.Geriya, I Wayan dkk. 2010. Inovasi Budaya Pengembangan Kewirausahaan dan

Partisipasi Masyarakat untuk Penguatan Industri dan Kota KreatifDenpasar. Laporan Penelitian. Denpasar : Bappeda Kota Denpasar.

Geertz, C. 1971. The Interpretation of Cultures. New York : Basic Book.Geertz, C. 1984. ”Tihingan : Sebuah Desa di Bali”. Dalam Koentjaraningrat (ed),

Masyarakat Desa di Indonesia. Jakarta : Lembaga Penerbit FakultasEkonomi Universitas Indonesia. Halalam 246-277.

Geertz, C. 1989. Penjaja dan Raja. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.Harris, Marvin. 1979 Cultural Materialism The Struggle for a Science of Culture.

New York : Random House.Koentjaraningrat. 1980. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta : PT Dian

Rakyat.Koentjaraningrat. 1989. “Metode Penggunaan Data Pengalaman Individu”,

dalam Metode-Metode Penelitianm Masyarakat (Koentjaraningrat,red.). Jakarta, Penerbit PT Gramedia. Halaman 158-172.

Koentjaraningrat. 1980. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta : PT DianRakyat.

Koentjaraningrat. 1989. “Metode Wawancara”. Dalam Metode-Metode PenelitianMasyarakat (Koentjaraningrat, red.). Jakarta, Penerbit PT Gramedia.Halaman 129-157.

Laeyendecker, Leonardus. 1983. Tata, Perubahan, dan Ketimpangan. Jakarta :Penerbit PT Gramedia.

Miles, M.B. dan A.M. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumbertentang Metode-Metode Baru (Tjetjep Rohindi, penerjemah). Jakarta :Penerbit Universitas Indonesia.

Mulyana, Deddy. 2006. Metodologi Kualitatif : Paradigma baru Ilmu Komunikasidan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Mustain. 2007. Petani VS Negara Gerakan Sosial Petani Melawan HegemoniNegara. Yogyakarta : AR-Ruzz Media.

Nash, Dennison. 1987. “Tourism as a Form of Imperialism”. Dalam Valeme L.Smith (ed) Hosts and Guests The Anthropology of Tourism. Oxford : BasilBlackwell. Halaman 33-47.

Nugroho, H. 2006. “Kata Pengantar”. Dalam G. Ritzer, The Globalization of

Page 43: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

Nothing Mengkonsumsi Kehampaan di Era Globalisasi (I.Lucianda,penerjemah). Yogyakarta : Universitas Atmadjaja. Halamanxxiii-xxx.

Piliang, Y.A. 2005. “Antara Minimalisme dan Pluralisme”. Dalam. A. Adlin (ed.).Menggeledah Sebuah Hasrat Sebuah Pendekatan Pulti Perspektif.Yogyakarta : Jalasutra. Halaman 1-24.

Pronk. J.P. 1993. Sedunia Perbedaan Sebuah Acuan dalam KerjasamaPembangunan Tahun 1990-an (S. Maimoen, penerjemah. Jakarta :Yayasan Obor Indonesia.

Ramanthra, I Wayan, 2010. Alam dan Budaya Bali Sebagai Basis PembangunanEkonomi Kreatif. Makalah dalam Seminar Nasional Kebudayaan Balidalam Rangka Dies Natalis Ke-48 Universitas Udayana. Denpasar, 17September 2010.

Richard, G. 1997. Cultural Tourism in Europe. Wallingford: CAB International.Ritzer, G. 2006. The Globalization of Nothing Mengkonsumsi Kehampaan di Era

Globalisasi (I. Lucianda,penerjemah). Yogyakarta : UniversitasAtmadjaja.

Ryan, Chris and Micelle Aiken (eds). 2005. Indigenous Tourism: TheCommodification and Management of Culture. Amsterdam: Elsevier.

Sanderson, Stephen K. 1993. Sosiologi Makro Sebuah Pendekatan TerhadapRealitas Sosial(Farid Widjidi dan S.Menno, penerjemah). Jakarta :Rajawali Press.

Satori, Djaman dan Aan Komariah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung : Alfabeta.

Shiva, Vandana. 1993. “Kata pengantar”. Dalam Perspektif Sosial dan EkologiKeragaman Hayati (Hira Jamtani, ed.). Jakarta : Kophalindo. Halalam 7-13.

Sitorus, F.K. 2004. “Identitas Dekonstruksi Permanen”, dalam Mudji Sutrisno danHendar Putranto (ed.). Hermeneutika Pascakolonial . Yogyakarta :Kanisius. Halaman 155-171.

Soemardjan, Selo. 1993 “Beberapa Pemikiran tentang Pembangunan”, dalamMasyarakat dan Manusia dalam Pembangunan : Pokok-PokokPikiranSelo Soemardjan (Desiree Zuraida dan Jufrina Rizal, penyunting). Jakarta :Pustaka Sinar Harapan. Halaman 25-230.

Steger, Manfred B. Globalisme Bangkitnya Ideologi Pasar. Yogyakarta :Lafadl.Suparlan, Parsudi. 1986. “Masalah-Masalah Sosial dan IlmuSosialDasar”. Dalam Manusia Indonesia Individu Keluarga dan Masyarakat(A.W. Widjaja, penyunting). Jakarta : Akademika Pressindo. Halaman 61-74.

Taylor, Steven dan Bogdan Robet, 1984.Introduction to Qualitative ResearchMethods. New York, John Wiley & Sons.

Yunita, T Winarto. 1986. “Perberdaan Antara Interpretasi Neofungsionalisme danTindakan Individu yang Rasional”, dalam Berita Antropologi. JurusanAntropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.Jakarta. Halaman 66-80

Page 44: LAPORAN PENELITIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT … fileKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATILUWIH : POTENSI WARISAN BUDAYA DUNIA ABSTRAK Masyarakat Desa Jatiluwih merupakan masyarakat yang

LAMPIRAN : DAFTAR INFORMAN

1) I Wayan Diasa, mantan Kepala Dinas kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Tabanan.

2) I Nengah Wirata, ST, mantan Kepala Desa Jatiluwih.

3) I Nengah Kartika, Kepala Desa Jatiluwih.

4) I Nyoman Sutama, B Sc. Pekaseh Subak Jatiluwih.