TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN JUAL BELI...
Transcript of TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN JUAL BELI...
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN
JUAL BELI PROPERTI DI PERUMAHAN TAYLON SYARI‟AH
KABUPATEN PATI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar dalam Sarjana Hukum (S.H)
Oleh :
MAULINA HANDAYANI
NIM : 214 13 026
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
MOTTO
JANGAN KATAKAN AKU TAK DAPAT, TAPI
KATAKAN AKU DAPAT DAN COBALAH !!!
PERSEMBAHAN
Alhamdulilah puji syukur kepada Allah SWT dengan izin-Nya Skripsi
ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini penulis persembahkan untuk
orang-orang yang mendukung penulis dalam menuntut ilmu.
1. Bapak Kuryanto dan ibu Siti Khasanah yang senantiasa tiada hentinya
mendo’akan penulis dan yang telah bersusah payah menuntun
perjalanan kaki saya agar tetap berada pada jalan yang di ridhoi Allah
SWT.
2. Adik adik tercinta Atsna Azizah, Atok Mubarrok dan Hasbi Al Aziz
Saljusodri yang senantiasa mendukung dan juga mendoakan penulis.
3. Keluarga besar embah Jamari dan embah Jamal yang telah memberikan
dukungan moral maupun material.
4. Pakde In’am dan Bude Inung yang sudah seperti orang tua kedua bagi
penulis, yang senantiasa menuntun, mendukung, memberikan motivasi
dan pengalaman yang sangat luar biasa kepada penulis.
5. Sahabat-sahabat tercinta saya Intan Fadlilah, Tugini, Diena Surianas
Tutie, Diana Wulansari, Feri Firdaus, Nurul Azizah, Anida Kumalasari,
Rukayatun, Ilham Indrawan, Muhammad Munif, Sinta Nur Riskawati,
Tiffany Alfiana Zulfa dan Laelatul Hidayah yang selalu mendukung
dan memberi warna dikehidupan penulis.
6. Keluarga besar KKN posko 56 yang selalu memberikan semangat dalam
pembuatan skripsi ini.
7. Kawan-kawan Hukum Ekonomi Syari’ah 2013 IAIN Salatiga.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun dalam mengarungi proses
pembelajaran akademik di jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah IAIN
Salatiga.
Sholawat serta salam mudah-mudahan dilimpahkan kepada khotamul anbiya,
Nabi Muhammad SAW, yang telah menyelamatkan ummat manusia dari gelap
kejahiliyaan kepada cahaya illahiyah yang terang benderang yang penuh ilmu
pengetahuan.
Dalam penyelesaian penyusunan skripsiini, yang berjudul “Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Pelaksanaan Jual Beli Properti di Perumahan Taylon Syari’ah
Kabupaten Pati” sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata 1
dalam Hukum Ekonomi Syariah, pada Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, tentunya tidak terlepas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak
yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, hingga akhirnya skribsi ini dapat
terselesaikan dengan segala kekurangannya. Karenannya patutlah penyusun
mengucapkan terimakasih kepada mereka yang telah membantu, baik secara langsung
maupun tidak langsung, terutama kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Salatiga.
2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah Institut Agama
Islam Negeri Salatiga.
3. Bapak Dr Ilya Muhsin, S.H.I., M.Si., selaku Wakil Dekan Fakultas Syariah.
4. Ibu Evi Ariyani, M.H selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah.
5. Ibu Heni Satar Nurhaida, SH., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik.
6. Bapak Sukron Ma‟mun, S.HI.,M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenagannya serta pengorbanan waktunya
dalam membimbing penulis skripsi ini.
7. Bapak ibu dosen serta karyawan Institut Agama Islam Negeri Salatiga yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Pimpinan P.T Tan Iskandar Muda dan juga staff karyawan Perumahan Taylon
Syari‟ah yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian
dan memberikan waktunya untuk memberikan informasi yang dibutuhkan
penulis.
9. Para Narasumber di Perumahan Taylon syari‟ah yang telah memberikan informasi
kepada penulis yang tidak bisa penulis sebut satu persatu
10. Ayahanda Kuryanto dan Ibunda Siti Khasanah serta keluarga besar saya di rumah
yang telah mendoakan dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan studi di
Institut Agama Islam Negeri Salatiga (IAIN) dan penyusunan skripsi dengan
penuh kasih sayang dan kesabaran.
11. Teman-teman Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2013 di Institut
Agama Islam Negeri Salatiga.
Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan balasan apapun.
Penyusun menyadari skripsi ini jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan
saran dari pembaca sangat di harapkan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan
karya ilmiyah ini. Penyusun berharap skripsi ini bermanfaat khususnya bagi peyusun
dan para pembaca pada umumnya.atas bantuan yang diberikan kepada penyusu,
semoga Allah SWT memberikan balasan yang layak, Amin
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 14 Maret 2018
Penulis
MAULINA HANDAYANI
NIM. 214 13 026
ABSTRAK
Handayani, Maulina. 2018. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Jual Beli
Properti Perumahan Taylon Syari‟ah Kabupaten Pati”. Skripsi.
Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah. Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing Sukron Ma‟mun,
S.HI.,M.Si.
Kata Kunci : Jual beli, Properti Syari’ah
Dewasa ini banyak ditemui developer peroperti yang menggunakan nama
syari‟ah, akan tetapi dalam pelaksanannya justru kurang bahkan jauh dari
pelaksanaan konsep syariat yang telah diajarkan dalam Islam. Berbeda dengan
developer properti yang satu ini, dengan nama Taylon Syari‟ah. Developer properti
ini berusaha mengaplikasikan usahanya dengan konseptual syari‟ah secara
keseluruhan. Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui bagaimana pelaksanaan jual beli
properti di Perumahan Taylon Syari‟ah Kabupaten Pati, (2) mengetahui bagaimana
tinjauan hukum islam terhadap pelaksanaan jual beli yang dilakukan di Perumahan
Taylon Syari‟ah Kabupaten Pati
Melalui penelitian kualitatif, peneliti berusaha mengungkapkan permasalahan
diatas. Dengan metode ini, dilakukan wawancara kepada informan sesuai data yang
dibutuhkan. Peneliti juga menggunakan data dan dokumentasi yang ada. Dan untuk
menguji hasil temuan data tersebut, peneliti menganalisis data dengan kerangka
teoritik yang peneliti susun.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Dalam akad jual beli perumahan
Taylon Syari‟ah, akad yang dipakai yaitu istisna‟ (akad pemesanan). Dimana ketika
ada seseorang ingin memesan kavling tanah yang nantinya akan dibangun
perumahan, maka dikenakan Booking Fee sebesar Rp. 2.000.000,- sebagai tanda jadi
yang mengikat unit tetapi tidak mengikat harga. Maksud dari mengikat unit tetapi
tidak mengikat harga adalah jika sewaktu-waktu harga tanah naik maka harga yang
dipesan juga ikut naik selama belum di akad. Adapun cara pembayaran yaitu dengan
system tunai dan kredit. Mengenai tinjauan hukum Islam terhadap jual beli properti
Perumahan Taylon Syari‟ah Kabupaten Pati didapati dari beberapa rujukan Al-Qur‟an
maupun hadits yang telah tertulis sebelumnya menerangkan bahwasannya dalam
konseptual akad jual beli Perumahan Taylon Syari‟ah telah mengambil daripada
konsep jual beli yang disyari‟atkan dalam Islam.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
LEMBAR BERLOGO ............................................................................... ii
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................. iii
PENGESAHAN ......................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.................................................. v
MOTTO...................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
ABSTRAK ................................................................................................. xi
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
D. Kegunaan Penelitian....................................................................... 8
E. Penegasan Istilah ............................................................................ 8
F. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 10
G. Metode Penelitian .......................................................................... 13
H. Sistematika Penulisan .................................................................... 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Jual Beli .......................................................................................... 13
1. Pengertian Jual Beli............................................................ 19
2. Dasar Hukum Jual Beli ...................................................... 20
3. Rukun dan Syarat Jual Beli ................................................ 21
4. Macam-macam Jual Beli .................................................... 27
5. Khiar dalam Jual Beli ......................................................... 36
B. Akad Istishna‟ ................................................................................ 37
a. Pengertian Akad Istishna‟ ........................................................ 37
b. Hukum akad Istishna‟ .............................................................. 37
c. Dalil-dalil tentang Istishna‟...................................................... 39
C. Jual Beli Kredit .............................................................................. 42
BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
A. Perumahan Taylon syari‟ah............................................................ 49
B. Type-type Perumahan Taylon Syari‟ah ......................................... 52
C. Kelebihan dan Kekurangan dari Perumahan Taylon Syari‟ah ...... 58
D. Model Transaksi Pembelian Perumahan Syari‟ah ......................... 59
BAB IV JUAL BELI PERUMAHAN TAYLON SYARI’AH DALAM
TINJAUAN HUKUM ISLAM
A. Pelaksanaan Jual Beli Properti di Perumahan Taylon Syari‟ah Kabupaten
Pati.................................................................................................. 68
B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Properti di
Perumahan Taylon Syari‟ah Kabupaten Pati ............................... 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 78
B. Saran-saran .................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
A. Biografi Penulis
B. Penunjukan Pembimbing Skripsi
C. Lembar Konsultasi
D. Surat Keterangan Kegiatan
E. Surat Keterangan Ujian Komprehensif
F. Daftar harga Perumahan Taylon Syari‟ah
G. Contoh Surat Perjanjian
H. Brosur Perumahan Taylon Syari‟ah
I. Foto terkait dengan Perumahan Taylon syari‟ah
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kegiatan bisnis diartikan sebagai kegiatan usaha yang dijalankan oleh
orang atau badan usaha (perusahaan) secara teratur dan terus-menerus, yaitu
berupa kegiatan mengadakan barang-barang atau jasa maupun fasilitas-fasilitas
untuk diperjualbelikan, atau disewakan dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan ( Asyhadie, 2014: 29). Dalam kegiatan bisnis, banyak usaha-usaha
yang didirikan oleh kebanyakan orang dari usaha kecil, menengah sampai usaha
besar. Dalam melakukan usahanya, banyak orang melakukan berbagai cara untuk
dapat memajukan usahanya.
Bisnis properti memang menggiurkan bukan isapan jempol saja. Banyak
yang sukses meraup penghasilan lumayan besar dengan terjun di dunia properti.
Bisnis properti seperti makhluk indah yang ingin selalu didekati oleh pebisnis
lintas sektoral. Tarcatat beberapa pebisnis yang awalnya bukan pebisnis properti
sekarang menjadi pebisnis properti sukses disamping pengusaha properti
kawakan yang memang sudah dikenal sebagai orang properti.
Tentu tidak asal memasuki dunia baru bagi mereka tanpa dibekali
pemahaman tentang apa yang akan mereka lakukan. Sektor properti dipengaruhi
oleh kondisi makro ekonomi Nasional. Sektor properti dipengaruhi oleh tingkat
inflasi atau pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang bagus
menyebabkan daya beli masyarakat meningkat dan daya serap masyarakat
terhadap produk properti juga meningkat.Tak ketinggalan tingkat suku bunga
bank sangat berpengaruh terhadap kemampuan beli masyarakat karena
berhubungan dengan besarnya cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), terutama
terhadap perumahan kelas menengah ke bawah.
Dalam ekonomi Islam, dikenal adanya berbagai lembaga keuangan seperti
asuransi syari‟ah, leasing syari‟ah, dan perbankan syari‟ah. Pada umumnya yang
dimaksud dengan bank syari‟ah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah
(Sudarsono, 2003: 27).
Properti syariah hadir sebagai pilihan tidak hanya bagiumat Muslim
melainkan juga masyarakat secara umum yang ingin membeli rumah dengan cara
aman, bersistem sehat dan sesuai dengan aturan Islam. Umumnya, jika tidak
dalam bentuk tunai (cash), maka kredit pembelian rumah menjadi pilihan bagi
sebagian besar masyarakat. Sistem bunga adalah variabel yang sering melekat
pada kredit pembelian rumah atau properti. Hal ini jelas termasuk riba dalam
Islam dan haram hukumnya.
Sistem ekonomi berbasis syariah yang tumbuh sangat pesat di Indonesia
juga merambah ke bisnis properti, bahkan porsi pembelian properti melalui
sistem syariah telah menjadi daya tarik tersendiri dalam menjaring konsumen.
Bisnis properti syariah di Indonesia mengalami pertumbuhan signifikan.
Riba dalam hutang dan jual-beli banyak bentuknya. Contoh riba utang
yang muncul dalam jual-beli yang tidak tunai, misalnya salah seorang sebut saja
AA membeli mobil kepada BB secara tidak tunai dengan ketentuan harus lunas
dalam lima tahun. Jika dalam lima tahun tidak dilunasi maka tempo akan
diperpanjang dan si AA dikenai denda berupa tambahan sebesar 6%,. Praktek ini
tergolong ke dalam riba duyun yang haram hukumnya memperoleh tambahan
dari denda yang dibebankan.
Beberapa dalil yang menjelaskan haramnya praktik riba diantaranya :
firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran ayat 130
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan”
Selain itu, dijelaskan juga dalam hadits Rasulullah SAW. Dari Abu
Hurairah ra, dari Rasulullah SAW berkata, „Jauhilah tujuh perkara yang
membinasakan !‟ Para sahabat bertanya, „Apa saja tujuh perkara tersebut wahai
Rasulullah?‟ Beliau menjawab, „Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa
yang diharamkan Allah SWT kecuali dengan jalan yang benar, memakan riba,
mamakan harta anak yatim, lari dari medan peperangan dan menuduh berzina
pada wanita-wanita mu‟min yang sopan yang lalai dari perbuatan jahat.
(Muttafaqun Alaih).Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dari Jabir
Radhiyallahu anhu, ia berkata:
عن جابر قال لعن رسول اللو صلى اللو عليو وسلم آكل الربا ومؤكلو وكاتبو وشاىديو
وقال ىم سواء “Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam telah melaknat pemakan riba, yang
memberi riba, penulisnya dan dua saksinya,” dan beliau bersabda, “mereka
semua sama.”
Di balik potensi keuntungannya, para pelaku bisnis ini masih cukup
banyak yang melakukan praktik usaha dengan melibatkan hal-hal yang tidak
sesuai dengan agama Islam, seperti penggunaan bunga kredit kepemilikan rumah
yang tergolong sebagai riba dan haram hukumnya dalam syariat, seperti yang
diterangkan dalam Q.S Al-Baqarah, ayat 275 yang berbunyi :
“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”
(Al-Baqarah: 275)
Pola pembelian properti yang selama ini menggunakan fasilitas
pembiayaan dari perbankan konvensional dinilai bertentangan dengan agama
Islam karena terkait dengan riba. Dalam Islam riba itu sangat dihindarkan
karena termasuk dosa besar. Banyak dalil yang bisa dieksplor yang bisa
menjadi landasan memaknai haramnya riba, dalam Al Qur‟an maupun hadits,
termasuk juga pendapat para ulama.
Memang saat ini ada bank syari‟ah yang memiliki produk Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) dengan embel-embel Syariah tapi pendapat beberapa
guru yang memiliki ilmu tentang bisnis syariah ternyata Bank Syari‟ah itu
tidak syariah. Membingungkan memang bagi sebagian orang, tapi bagi
mereka yang mengerti tentang bisnis syari‟ah dan riba dan bahayanya, tidak
ada keraguan lagi jika bank syari‟ah itu tidak syari‟ah, berarti produk-produk
bank syari‟ah juga termasuk riba dan riba itu harus ditinggalkan dalam
berbisnis.
Penjualan perumahan dengan pola pembiayaan bank konvensional
dengan produk bank yang bernama Kredit Pemilikan Rumah setidaknya
memberikan keringanan kepada developer karena banklah yang melunasi
pembayaran harga rumah, untuk selanjutnya konsumenlah yang berhutang dan
menyicil ke bank.
Lain halnya jika perumahan dikembangkan dengan prinsip-prinsip
Syariah Islam seperti Perumahan Taylon Syari‟ah, lembaga pembiayaan tidak
terlibat dalam proses jual-beli produk properti. Adalah wajib hukumnya bagi
developer properti syari‟ah untuk inovatifdan kreatif dalam mensiasati pola
pembiyaan untuk konsumen.
Selain dituntut untuk merancang pola pembiyaan yang sesuai dengan
keinginan dan kemampuan konsumen pengembang properti syariah juga
diwajibkan untuk mencari sendiri sumber pembiayaan proyeknya. Lagi-lagi
dengan syarat tidak boleh meminta pembiayaan ke bank atau kepada lembaga
pembiayaan lain yang mengandung riba.
Kemudian bagaimana pandangan etika dalam Islam dalam melakukan
bisnis jual beli yang baik. Karena seperti halnya usaha-usaha lain, Perumahan
Taylon Syari‟ah dalam menjalankan usahanya menggunakan sistem syari‟ah
yaitu menujal tanah dan bangunan berupa perumahan dengan cara yang
syar‟iya itu tanpa menggunakan pembiayaan melalui bank, tanpa adanya sita,
tanpa adanya denda dan yang paling menarik yaitu tanpa adanya riba yang
dimana sudah dijelaskan diatas bahwa riba itu haram hukumnya. Akan tetapi
apakah benar semuanya itu bisa benar-benar dilakukan oleh developer
Perumahan Taylon Syari‟ah yang berada dibawah naungan PT. Tan Iskandar
Muda yang bergerak di bidang properti ini. Apakah bisnis ini benar-benar
sesuai dengan syari‟at Islam.
Berdasarkan uraian diatas, bisnis properti yang dilakukan oleh
Perumahan Taylon Syari‟ah Tayu Kabupaten Pati, penulis harus mencari tahu
bagaimana pelaksanaannya. Maka dari itu bagi penulis itu sangat menarik
untuk bisa dilakukan penelitian karena bisnis properti syari‟ah itu masih
jarang sekali.
Dilatar belakangi hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Jual
Beli Properti di Perumahan Taylon Syari’ah Kabupaten Pati”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas diatas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan jual beli properti di Perumahan Taylon
Syari‟ah Kabupaten Pati?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan jual beli
properti di Perumahan Taylon Syari‟ah Kabupaten Pati?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki tujuan yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan jual beli properti yang dijalankan oleh
Perumahan Taylon Syari‟ah Kabupaten .
2. Untuk mengetahui tinjauan hukum islam dari sistem jual beli yang
dijalankan oleh pihak Perumahan Taylon Syari‟ah Kabupaten Pati .
D. KEGUNAAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis mengharapkan bahwa penelitian ini tidak
hanya berguna untuk pribadi tetapi dapat juga berguna bagi orang lain.
Beberapa kegunaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagi Akademik
a. Menambah wawasan dan pengetahuan terutama pada penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya yang ingin mendalami
permasalahan ini.
b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh civitas
akademika sebagai bahan informasi dan rujukan bagi mereka yang
ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.
2. Bagi Praktisi
a. Bagi Perumahan Taylon Syari‟ah Kabupaten Pati, dapat dijadikan
bahan pertimbangan dalam menjalankan sistem bisnisnya dengan
etika-etika bisnis yang baikdansesuaisyari‟at Islam.
b. Dapat dijadikan panduan bagi konsumen dalam melakukan
pembelian untuk bersikap bijak sebelum membeli.
E. PENEGASAN ISTILAH
Agar tidak terjadi salah pengertian dalam pemahaman penelitian yang
penulis teliti ini, maka dipandang perlu untuk menjelaskan beberapa istilah
yang ada hubungannya dengan judul penelitian ini yaitu :
1. Hukum Islam
Hukum Islam yaitu rangkaian dari kata “hukum” dan kata “Islam”
untuk mengetahui arti hukum Islam perlu diketahui lebih dahulu arti kata
hukum. Hukum yaitu seperangkat peraturan tentang tingkah laku manusia
yang diakui sekelompok masyarakat itu berlaku da mengikat untuk
seluruh anggotanya. Hukum Islam artinya seperangkat peraturan
berdasarkan wahyu Allah dan Sunnah Rasul tentng tingkah laku manusia
yang diakui dan diyakini serta mengikat untuk semua yang beragama
Islam (Syarifuddin, 1997 : 4-5).
Menurut Sudarsono (1992 : 12), hukum Islam adalah peraturan-
peraturan dan ketentuan-ketentuan tentang jual beli berdasarkan al-
Qur‟an, Hadis, dan menurut beberapa madzhab serta pandangan Majlis
Ulama Indonesia.
2. Jual Beli
Menurut Suhendi (2014 : 68), jual beli adalah suatu perjanjian tukar-
menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela di
antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain
menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah
dibenarkan Syara‟ dan disepakati.
3. Properti
Properti menunjukkan kepada sesuatu yang biasanya dikenal sebagai
entitas dalam kaitan dengan kepemilikan seseorang atau sekelompok
orang atas suatu hak eksklusif. (Wikipedia,
https://id.m.wikipedia.org/wiki/properti )
F. TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian ini bukan merupakan plagiasi ataupun pengulangan dari
penelitian-penelitian yang telah ada. Karena penelitian ini menganalisis
tentang “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Properti di
Perumahan Taylon Syari‟ah Kabupaten Pati”. Beberapa penelitian
terdahulu yang menjadi acuan dan perbandingan penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
Pertama, Skripsi Anur Janatin Na‟im (Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung) 2015, dengan judul “Perlindungan Konsumen Dalam Jual-
beli Perumahan Ditinjau dari Undang-Undang No.08 Tahun 1999 dan
Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional No. 06/DSN-MUI/IV/2000 (Studi Kasus di
Perum Taman Nirwana Kediri). Penelitian ini bertujuan untuk
mendiskripsikan pelaksanaan jual-beli perumahan di Perum Taman Nirwana
Kediri dan mendiskripsikan hubungan perlindungan konsumen dalam jual-
beli perumahan di Perum Taman Nirwana dengan Undang-Undang No.8
Tahun 1999 dan Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional No.06/DSN-MUI/IV/2000.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa : (1). Pelaksanaan jual-beli di Perum Taman Nirwana Kediri, pembeli
diberi kebebasan untuk memilih obyeknya dan pembayarannya dapat
dilakukan secara tunai, tunai bertahap dan kredit (KPR). Fasilitas yang
ditawarkan ada hunian dengan desain 2 ruang kamar tidur, ruang tamu,
dapur dan kamar mandi, sedangkan fasilitas umum ad ataman, mushola dan
lapangan, meskipun mushola dan lapangan belum direalisasikan pelaku
usaha. (2). Perlindungan konsumen berdasarkan Undang-Undang N0.8
Tahun 1999 dalam pelaksanaan jual-beli di Perum Taman Nirwana belum
sepenuhnya terlaksana. Hal ini terlihat dari hak-hak konsumen yang belum
terpenuhi terutama fasilitas umum dan kontruksi bangunan yang kurang
bagus. Tindakan pelaku usaha ini menunjukkan bahwa pelaku usaha di
Perum Taman Nirwana Kediri dalam transaksi jual-beli rumah telah
melanggar ketentuan undang-undang No.8 Tahun 1999 yang terdapat dalam
pasal 4, pasal 7, pasal 8, pasal 9, pasal 10, pasal 16 dan pasal 17, sehingga
pelaku harus dikenakan sanksi tegas sebagaimana pasal 62 undang-undang
No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. (3). Perlindungan
Konsumen berdasarkan Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional N0.06/DSN-
MUI/IV/2000, dalam jual-beli rumah di Perum Taman Nirwana belum
sepenuhnya terlaksana. Hal ini terlihat dari hak-hak konsumen yang belum
terpenuhi terutama fasilitas umum dan kontrusi bangunan yang kurang
bagus.Tindakan pelaku usaha ini melanggar ketentuan Fatwa Dewan
Syari‟ah Nasional No.06/DSN-MUI/IV/2000 No. 2 ayat (4) dan (6).
Kedua, Skripsi Ayu Anggraini (Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim) 2016, dengan judul “Pembelian Tanah Kavling Bisnis
Properti Syari‟ah Perspektif Kompilasi Hukum Ekonomi Syari‟ah (Studi
Kasus Perseroan Terbatas Bisnis Properti Syari‟ah Indonesia Malang).
Masalah yang dikaji adalah (1). Bagaimana proses pembelian tanah kavling
bisnis property syari‟ah Indonesia?(2). Bagaimana proses pembelian tanah
kavling bisnis property syari‟ah Indonesia perspektif kompilasi hukum
ekonomi syari‟ah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pembelian
tanah kavling PT.Bisnis property syari‟ah Insonesia terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan dan menjadi hal yang wajib agar dapat sah menurut
hukum yakni: akad dalam pembelian, rukun pembelian, syarat-syarat
pembelian, dan kewajiban dan hak dari pembelin.dalam pembelian tanah
kavling juga harus memperhatikan KHES sehingga jual beli yang dilakukan
tidak menyalahi hukum.
Ketiga, Skripsi susi Nurkholidah (Universitas Islam Negeri Walisogo
Semarang) 2015, dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Pelaksanaan Perjanjian Pendahuluan Jual Beli Perumahan Pada PT.Rumah
Cerdas Yogyakarta (Studi Kasus di Perumahan Griya Kembang Putih).hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa akad yang digunakan di dalam perjanjian
pendahuluan jual beli perumahan pada PT.Rumah Cerdas telah memenuhi
rukun dan syarat-syarat perjanjian menurut hukum Islam, tujuan akad
dilaksanakan dan para pihak menyatakan kerelaan atas isi dari perjanjian
tersebut. Dalam pelaksanaannya keterlambatan pembangunan dikarenakan
belum adanya dana dari pihak PT.Rumah Cerdas dan menanggap bantuan
dari pemerintah yang memiliki program rumah bersubsidi. Menurut
pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan perjanjian pendahuluan jual
beli perumahan, perjanjian PT. Rumah Cerdas tidak sesuai dengan asas-asas
didalam bermuamalat yaitu asas keseimbangan, kemaslahatan, asas amanah
dan asas keadilan.
Penelitian ini tidak merupakan duplikasi atau pengulangan dari
penelitian yang ada. Karena dari penelusuran karya ilmiah yang dilakukan
oleh penulis belum ditemukan yang sama dan bahkan masih jarang sekali
apalagi yang secara spesifik membahas tentang praktik jual beli property di
Perumahan Taylon Syari‟ah Kabupaten Pati.
G. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field
research) bersifat kualitatif yaitu penelitian yang dimiliki sasaran
penelitian terbatas tetapi dengan keterbatasannya itu dapat digali
sebanyak mungkin data mengenai sasaran penelitian (Burhan Bungin,
2001: 29).
Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif yaitu
menggunakan pendekatan fiqh, karena yang akan diteliti adalah berbagai
aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian
(Hardijan Rusli, 2006: 45).
2. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Perumahan Taylon Syari‟ah Jl.Tayu-
Jepara Km.2, Kecamatan Tayu Kabupaten Pati dengan subjek penelitian
sistem jual beli properti syari‟ahyang dilakukan oleh Perumahan Taylon
Syari‟ah Kabupaten Pati.Perumahan Taylon Syari‟ah adalah salah satu
perumahan yang berbasis syari‟ah di Kabupaten Pati, dan yang sudah
menjalankan bisnisnya dengan konsep kesyari‟ahan yang baik dan benar.
3. Data dan Sumber Data Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sistem jual beli properti
yang dilakukan oleh Perumahan Taylon Syari‟ah Kabupaten Pati. Sumber
data penelitian adalah sumber dari mana data dapat diperoleh (Moleong,
2000: 114). Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. Data Primer
Data primer adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang
diamati atau diwawancarai (Moleong, 2009: 157). Sumber data primer
penelitian ini, penulis peroleh baik melalui kegiatan observasi dengan
karyawan dan juga pembeli yang terlibat langsung dengan Perumahan
Taylon Syari‟ah Kabupaten Pati.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari sumber data yang sudah jadi. Seperti
dari skripsi, tesis, disertasi, jurnaldan juga buku-buku yang berkaitan
dengan penelitian ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode penelitian lapangan (Ali, 2009: 107). Penulis
menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data antara lain:
a. Observasi (Pengamatan)
Observasi dalam penelitian ini dengan cara mengumpulkan
data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala
yang tampak pada obyek penelitian yang pelaksanaannya langsung
pada tempat dimana suatu peristiwa, keadaan atau situasi sedang
terjadi (Nawawi, 1995: 94). Pengamatan ini yang dilakukan secara
langsung pada objek yaituperumahan Taylon Syari‟ah Kabupaten Pati.
b. Wawancara (Interview)
Merupakan tanya jawab secara lisan dimana dua orang atau
lebih berhadapan secara langsung dalam proses interview ada dua
pihak yang menempati kedudukan yang berbeda. Satu pihak sebagai
pencari informasi atau interviewer sedangkan pihak lain berfungsi
sebagai informan atau responden (Romy, 1990: 71). Wawancara ini
dilakukan pihak yang terkait dengan Perumahan Taylon Syari‟ah
Kabupaten Pati, karyawan ataupun pembeli langsung.
c. Dokumen
Dokumen adalah metode pencarian dan pengumpulan data
mengenai hal-hal yang berupa catatan , buku, majalah, dokumen, dan
sebagainya (Arikunto, 1998: 148). Adapun dokumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sejarah dari Perumahan Taylon Syari‟ah
dan foto-foto terkait dengan Perumahan Taylon Syari‟ah.
5. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif
analisis. Analisis data yang dapat digunakan adalah pendekatan normatif
dengan sumber data primer dan sekunder, dengan menggunakan pola
pikir deduktif yang menganalisis sistem jual beli menurut Hukum Islam.
Setelah pengumpulan data terkumpul kemudian data tersebut dianalisis
seperlunya agar diperoleh data yang matang dan akurat. Untuk
menganalisisnya, data-data yang diperoleh kemudian direkdusi,
dikategorikan dan selanjutnya disentisasi atau disimpulkan (Moleong,
2011: 288).
6. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan data yang
digunakan yaitu triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai suatu pembanding terhadap
data itu (Moleong, 2002: 178).
Berdasarkan pendapat Moleong diatas, maka penulis melakukan
perbandingan data yang telah diperoleh. Yaitu data-data sekunder hasil
kajian pustaka akan dibandingkan dengan data-data primer yang
diperoleh dari observasi dan wawancara yang sesuai fakta-fakta yang
ditemui dilapangan. Sehingga kebenaran dari data yang diperoleh dapat
dipercaya dan meyakinkan untuk diambil sebuah kesimpulan.
H. SISTEMATIKA PENELITIAN
Agar diperoleh penelitian yang sistematis, terarah serta mudah
dipahami dan dapat dimengerti oleh para pembaca pada umumnya, maka
peneliti akan menyajikan karya ilmiah ini ke dalam bentuk sistematika
penelitian yang terdiri dari lima bab yaitu sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan dalam bab ini berisi mengenai, Latar belakang
masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,
Penegasan Istilah, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian yang berisi tentang
Jenis penelitian dan pendekatan, Lokasi Penelitian, Data dan Sumber Data,
Teknik Pengumpulan Data, Analisia Data, Pengecekan Keabsahan Data,
Tahap-Tahap Penelitian dan Sistematika Penulisan.
Bab II Landasan Teori dalam bab ini berisi mengenai,praktik jual
beli, dalam hal ini mencakup bahasan tentang konsep jual beli dalam Islam
yang di antaranya mengenai pengertian jual beli, dasar hukum jual beli,
rukun dan syarat jual beli, macam-macam jual beli, larangan dalam jual beli
dan jual beli yang dilarang dalam islam. Dan membahas sekitar akad istisna‟
dan jual beli kredit.
Bab III Pemamaparan Data dan Hasil Penelitian dalam bab ini berisi
mengenai, Lokasi Perumahan Taylon Syari‟ah Kabupaten Pati, Gambaran
umum mengenai pelaksanaan jual beli perumahan di Taylon Syari‟ah.
Bab IV Pembahasan dalam bab ini berisikan tentang analisis dan
pembahasan penyusun mengenai pelaksanaan jual beli yang dilakukan oleh
pihak perumahan Taylon Syari‟ah berdasarkan hasil observasi dan
wawancara. Pembahasan dilakukan dengan cara menganalisis dan
menjelaskan tentang pelaksanaan jual beli properti tersebut yaitu aspek
hukum muamalah dan aspek hukum jual beli properti.
Bab V Penutup dalam bab ini berisi mengenai, Kesimpulan dan Saran
dari hasil analisis serta Rekomendasi saran-saran yang memuat masukan
khususnya terhadap pelaksanaan jual beli properti.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Jual beli
1. Pengertian Jual Beli
Jual beli Adalah proses pemindahan hak milik/barang atau harta
kepada pihak lain dengan menggunakan uang sebagai alat tukarnya.
Perdagangan atau jual beli menurut bahasa berarti al-Bai‟, al-
Tijarah dan al-Mubadalah, sebagaimana Allah Swt berfirman:
“Mereka mengharapkan tijarah (perdagangan) yang tidak
akan rugi” (Fathir : 29).
Jual beli (al-bay) secara bahasa menurut Aziz (2010:23) adalah
memindahkan hak milik terhadap benda dengan akad saling mengganti.
Menurut pengertian syari‟at jual beli adalah pertukaran harga atas
dasar saling rela atau memindahkan hak milik dengan ganti yang
dibenarkan (Sabiq, 1987:45). Secara terminologi ada beberapa definisi
jual beli yang dikemukakan oleh para ulama fiqh, sekalipun substansinya
dan tujuan masing-masing definisi adalah sama yaitu tukar menukar
barang dengan cara tertentu atau tukar menukar sesuatu dengan sepadan
menurut caranya yang benar. Jual beli (al-Buyu) adalah pertukaran harta
atas dasar saling rela atau memindahkan hak milik dengan ganti yang
dapat dibenarkan (berupa alat tukar yang sah) (Dewi dkk, 2006:9).
2. Dasar Hukum Jual Beli
Transaksi jual beli merupakan aktifitas yang dibolehkan dalam
Islam, baik disebutkan dalam al-Quran, al-Hadis maupun ijma‟ ulama.
Adapun dasar hukum jual beli adalah :
1. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Swt dalam Surat Al-
Baqarah ayat 275 :
“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba”
2. Dalam Surat An-Nisa‟ ayat 29 :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu
dan janganlah kamu membunuh dirimu.Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.”
Berdasarkan ayat ini, yang menjadi kriteria suatu transaksi yang
sah adalah adanya unsur suka sama suka (Hasan, 2008:381).
Adapun landasan hukum jual beli yang berasal dari hadits
Rasulullah Saw. adalah sebagaimana sabdanya:
انماالبيع عن ترا ض
“Sesungguhnya sahnya jual beli atas dasar kerelaan”
Sedangkan para ulama telah sepakat mengenai kebolehan akad
jual beli. Ijma‟ ini memberikan hikmah bahwa kebutuhan manusia
berhubungan dengan sesuatu yang ada dalam kepemilikan orang lain,
dan kepemilikan sesuatu itu tidak akan diberikan dengan begitu saja,
namun harus ada kompensasi sebagai imbal baliknya. Sehingga
dengan disyariatkannya jual beli tersebut merupakan salah satu cara
untuk merelalisasikan keinginan dan kebutuhan manusia, karena pada
dasarnya manusia tidak akan dapat hidup sendiri tanpa berhubungan
dan bantuan orang lain (Huda, 2011:54).
3. Rukun dan Syarat Jual Beli
a. Rukun Jual Beli
Menurut mazhab Hanafi rukun jual beli adalah ijab dan qobul
yang menunjukkan sikap tukar menukar atau saling member. Ataupun
dengan kata lain, bahwa ijab qobul adalah perbuatan yang
menunjukkan kesediaan kedua belah pihak untuk menyerahkan milik
masing-masing kepada pihak lain dengan menggunakan perkataan dan
perbuatan (Muclich, 2010 : 178-179).
Jumhur Ulama‟ menetapkan rukun jual beli ada 4 yaitu :
1) Orang yang berakad (penjual dan pembeli)
2) Shighat (lafal ijab dan qabul)
3) Barang yang dibeli
4) Nilai tukar pengganti barang (Sahrani, 2011:67).
Dari keempat rukun tersebut, mereka sepakati dalam setiap jenis akad.
Rukun jual beli menurut jumhur ulama, selain mazhab Hanafi ada tiga
yaitu :
1) Pihak yang berakad (aqidain)
2) Yang diakadkan (Ma‟qud „Alaih)
3) Shighat (lafal) (ijab qobul) (Aziz, 2010 : 28).
b. Syarat-syarat Sah Jual Beli
1) Penjual dan Pembeli (aqidain)
Yang dimaksud dengan aqidain adalah para pihak yang
melakukan akad. Adapun syarat yang harus ada pada penjual dan
pembeli yaitu :
a) Berakal dan Baligh
Baligh berakal agar tidak mudah ditipu orang.Batal
akad anak kecil, orang gila, dan orang bodoh sebab mereka
tidak pandai mengendalikan harta. Oleh karena itu, anak
kecil, orang gila, dan orang bodoh tidak boleh menjual harta
sekalipun itu miliknya, Allah SWT berfirman:
فهاء اموا (5كم )النسآء:ل ولت ؤتواالس
“Dan janganlah kamu berikan hartamu kepada
orang-orang yang bodoh”(An-Nisa:5).
Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa harta tidak boleh
diserahkan kepada orang bodoh.„Illat larangan tersebut ialah
karena orang bodoh tidak cakap dalam mengendalikan harta,
orang gila dan anak kecil juga tidak cakap dalam mengelola
harta sehingga orang gila dan anak kecil juga tidak sah
melakukan ijab dan Kabul (Suhendi, 2014 : 74).
b) Kehendak sendiri (bukan paksaan)
Tidak sah jika ada unsure pemaksaan terhadap hartanya
tanpa kebenaran karena tidak ada kerelaan darinya.
c) Tidak mubazir (pemboros), sebab harta orang yang mubazir itu
ditangan walinya.
d) Beragama Islam,
Syarat ini khusus untuk pembeli saja dalam benda-benda
tertentu, misalnya seseorang dilarang menjual hambanya yang
beragama islam sebab besar kemungkinan pembeli tersebut
akan merendahkan abid yang beragama Islam, sedangkan
Allah Swt. melarang orang-orang mukmin memberi jalan
kepada orang kafir untuk merendahkan orang mukmin, firman-
Nya:
ولن يعل اللو للكفرين علي المؤمني سبيل
“Dan Allah sekali-kali tidak memberi jalan bagi orang kafir
untuk menghina orang mukmin” (An-Nisa:141).
2) Ma‟uqud „Alaihi (harga atau barang)
Menurut Aziz (2010:47) bahwa Al-Ma‟uqud alaih adalah
harga dan barang yang dihargakan. Untuk melengkapi keabsahan jual
beli, barang atau harga harus memenuhi syaratnya yaitu :
a) Suci atau mungkin untuk disucikan sehingga tidak sah penjualan
benda-benda najis seperti anjing, babi dan yang lainnya,
Rasulullah Saw. bersabda :
عن جابر رض أن رسول اللو ص م ان اللو ورسولو حرم ب يع مروالميتة والنزير والصنام )رواه البخاري ومسلم( ال
“ Dari Jabir r.a. Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya
Allah dan Rasul-Nya mengharamkan penjualan arak, bangkai,
babi, dan berhala.“ (Riwayat Bukhari dan Muslim)
b) Memberi manfaat menurut syara‟, maka dilarang jual beli benda-
benda yang tidak boleh diambil manfaatnya menurut syara‟,
seperti menjual babi, kala, cicak, dan yang lainnya.
c) Jangan ditaklikan, yaitu dikaitkan atau digantungkan kepada hal-
hal lain, seperti jika ayahku pergi, kujual motor ini kepadamu.
d) Tidak dibatasi waktunya, seperti kujual motor ini kepada Tuan
selama satu tahun, maka penjualan tersebut tidak sah sebab jual
beli merupakan salah satu sebab pemilikan secara penuh yang
tidak dibatasi apa pun kecuali ketentuan Syara‟.
e) Dapat diserahkan dengan cepat maupun lambat tidaklah sah
menjual binatang yang sudah lari dan tidak dapat ditangkap
lagi.Barang-barang yang sudah hilang atau barang yang sulit
diperoleh kembali karena samar, seperti seekor ikan jatuh ke
kolam, tidak diketahui dengan pasti ikan tersebut sebab dalam
kolam tersebut terdapat ikan-ikan yang sama.
f) Milik sendiri, tidaklah sah menjual barang orang lain dengan tidak
se-izin pemiliknya atau barang-barang yang baru akan menjadi
miliknya.
g) Diketahui (dilihat), barang yang diperjualbelikan harus dapat
diketahui banyaknya, beratnya, takarannya, atau ukuran-ukuran
yang lainnya, maka tidaklah sah jual beli yang menimbulkan
keraguan salah satu pihak (Suhendi, 2014:72-73).
3) Lafaz Shighat
a) Pengertian Lafaz shighat
Shighat adalah ijab dan qobul. Ijab diambil dari kata anjaba
yang artinya meletakkan, dari pihak penjual yaitu pemberian hak
milik, dan qobul yaitu orang yang menerima hak milik (Aziz, 2010
: 29).
b) Syarat-syarat sah ijab Kabul ialah sebagai berikut.
(a) Jangan ada yang memisahkan, pembeli jangan diam saja
setelah penjual menyatakan ijab dan sebaliknya.
(b) Jangan diselingi dengan kata-kata lain antara ijab dan kabul.
(c) Beragama Islam, syarat ini khusus untuk pembeli saja dalam
benda-benda tertentu, misalnya seseorang dilarang menjual
hambanya yang beragama Islam kepada pembeli yang tidak
beragama Islam, sebab besar kemungkinan pembeli tersebut
akan merendahkan abid yang beragama Islam
(Suhendi,2014:71).
Sedangkan Allah Swt. melarang orang-orang mukmin memberi
jalan kepada orang kafir untuk merendahkan mukmin, firmannya :
ولن يعل اللو للكا فرين علي المؤ مني سبيل Dan Allah sekali-kali tidak member jalan bagi orang kafir
untuk menghina orang mukmin (An-Nisa :141)
c) Masalah ijab dan Kabul ini para ulama fiqh berbeda pendapat,
diantarannya berikut ini.
(a) Menurut Ulama Syafi‟iyah ijab dan Kabul ialah :
عقد الب يع إل بالصفةالكل مية لي ن “Tidak sah akad jual beli kecuali dengan shigat (ijab kabul)
yang diucapkan”
(b) Imam Malik berpendapat :
ستفهام ان الب يع قدوقع وقد لزم بال“Bahwa jual beli itu telah sah dan dapat dilakukan secara
dipahami saja”
(c) Pendapat ketiga ialah penyampaian akad dengan perbuatan
atau disebut juga dengan aqad bi al-mu‟athah yaitu:
عطاء بدون كلم كأن يشتي شيأ المعاطة وىي الخدوالثنو معلوم لو فاللأ خذ من البائع وي عطيو الثمن وىو
بالقبض يلك “Aqad bi al-mu‟athah ialah mengambil dan memberikan
dengan tanpa perkataan (ijab dan Kabul), sebagaimana
seseorangmembeli sesuatu yang telah diketahui harganya,
kemudian ia mengambilnya dari penjual dan memberikan
uangnya sebagai pembayaran” (Suhendi, 2014 : 73-74).
4. Macam-macam Jual Beli
Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi.Ditinjau dari segi
hukumnya, jual beli ada dua macam, jual beli yang sah menurut hukum
dan batal menurut hukum, dari segi objek jual beli dan segi pelaku jual
beli.
Ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli dapat
dikemukakan pendapat Imam Taqiyuddin bahwa jual beli dibagi menjadi
tiga bentuk :
ة وب يع م الب ي وع ثلثة ب يع عي مشاىدة وب يع شيئ موصوف ف الذ عي غائبة ل تشاىد
“Jual beli itu ada tiga macam : 1) jual beli benda yang kelihatan,
2) jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam janji, dan 3) jual beli
benda yang tidak ada.”
1) Jual beli benda yang kelihatan ialah pada waktu melakukan akad jual
beli benda atau barang yang diperjualbelikan ada di depan penjual dan
pembeli. Hal ini lazim dilakukan masyarakat banyak dan boleh
dilakukan, seperti membeli beras dipasar.
2) Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah jual beli
salam (pesanan). Menurut kebiasaan para pedagang, salam adalah
untuk jual beli yang tidak tunai (kontan), salam pada awalnya berarti
meminjamkan barang atau sesuatu yang seimbang dengan harga
tertentu, maksudnya ialah perjanjian yang penyerahan barang-
barngnya ditangguhkan hingga masa tertentu, sebagai imbalan harga
yang telah ditetapkan ketika akad.
3) Jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat ialah jual beli
yang dilarang oleh agama Islam karena barangnya tidak tentu atau
masih gelap sehingga dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari
curian atau barang titipan yang akibatnya dapat menimbulkan kerugian
salah satu pihak. Sementara itu, merugikan dan menghancurkan harta
benda seseorang tidak diperbolehkan, seperti yang dijelaskan oleh
Muhammad Syarbini Khatib (t.t:6) bahwa penjualan bawang merah
dan wortel serta yang lainnya yang berada di dalam tanah adalah batal
sebab hal tersebut merupakan perbuatan gharar, Rasulullah Saw.
bersabda :
إن النب ص م ن هي عن ب يع العنب حت يسودوعن الحب
حت يشد “Sesungguhnya Nabi Saw. melarang perjualan anggur
sebelum hitam dan dilarang penjualan biji-bijian sebelum mengeras.”
Ditinjau dari segi pelaku akad (subjek), jual beli terbagi menjadi tiga
bagianyaitu :
1) Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan adalah akad yang
dilakukan oleh kebanyakan orang. Bagi orang bisu diganti
dengan isyaratkarena isyarat merupakan pembawaan alami
dalam menampakkan kehendak.Hal yang dipandang dalam
akad adalah maksud atau kehendak dan pengertian, bukan
pembicaraan dan pernyataan.
2) Penyampaian akad jual beli melalui utusan, perantara, tulisan,
atau surat-menyurat sama halnya dengan ijab Kabul dengan
ucapan, misalnya via Posdan Giro. Jual beli ini dilakukan
antara penjual dan pembeli tidak berhadapan dalam satu
majelis akad, tetapi melalui Pos dan Giro, jual beli seperti ini
dibolehkan menurut syara.
3) Jual beli dengan perbuatan (saling memberikan) atau dikenal
dengan istilah mu‟athah yaitu mengambil dan memberikan
barang tanpa ijab dan Kabul, seperti seseorang mengambil
rokok yang sudah bertuliskan label harganya, dibandrol oleh
penjual dan kemudian diberikan uang pembayarannya kepada
penjual . Jual beli dengan cara demikian dilakukan tanpa sighat
ijab Kabul antara penjual dan pembeli, menurut sebagian
Syafi‟iyah tentu hal ini dilarang sebab ijab Kabul sebagai
rukun jual beli. Tetapi sebagian Syafi‟iyah lainnya, seperti
Imam Nawawi membolehkan jual beli barng kebutuhan sehari-
hari dengan cara yang demikian, yakni tanpa ijab Kabul
terlebih dahulu (Suhendi, 2014 : 77-78).
Selain pembelian di atas, jual beli juga ada yang dibolehkan
dan ada yang dilarang juga ada yang batal ada juga yang terlarang
tetapi sah.
Jual beli yang dilarang dan batal hukumnya adalah sebagai berikut:
1) Barang yang hukumnya najis oleh agama, seperti anjing , babi,
berhala, bangkai, dan khamr, Rasulullah Saw. bersabda :
عن جابر رض ان رسول اللو ص م قال إن اللو ورسولو حرم
والنزير ولصنام )رواه البخاري ومسلم( ب يع المروالميتة
“Dari Jahir r.a, Rasulullah Saw. bersabda, sesungguhnya
Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkan menjual arak,
bangkai, babi, dan berhala” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
2) Jual beli sperma (mani) hewan, seperti mengawinkan seekor
domba jantan dengan betina agar dapat memperoleh turunan.
Jual beli ini haram hukumnya karena Rasulullah Saw.
bersabda:
عن ابن عمر رض قال ن هي رسول اللو ص م عن عسب الفحل )رواه البخاري(
“Dari Ibnu Umar r.a., berkata; Rasulullah Saw.telah
melarang menjual mani binatang” (Riwayat Bukhari).
3) Jual beli anak binatang yang masih berada dalam perut
induknya. Jual beli seperti ini dilarang karena barangnya belum
ada dan tidak tampak juga, Rasulullah Saw. Bersabda:
ن ابن عمر رض ان رسول اللو ص م ن هي عن ب يع ع
لة )رواه البخاري ومسلم(حبل الحب “Dari Ibnu Umar r.a Rasulullah Saw. telah melarang
penjualan sesuatu yang masih dalam kandungan induknya”
(Riwayat Bukhari dan Muslim).
4) Jual beli dengan muhaqallah. Baqalah berarti tanah, sawah,
dan kebun, maksud muhaqallah disini ialah menjual tanan-
tanaman yang masih di ladang atau di sawah. Hal ini dilarang
agama sebab ada persangkaan riba di dalamnya.
5) Jual beli dengan mukhadharah, yaitu menjual buah-buahan
yang belum pantas untuk dipanen, seperi menjual rambutan
yang masih hijau, mangga yang masih kecil-kecil, dan yang
lainnya. Hal ini dilarang karena barang tersebut masih samar,
dalam artian mungkin saja buah tersebut jatuh tertiup angin
kencang atau yang lainnya sebelum diambil oleh si
pembelinya.
6) Jual beli dengan muammassah, yaitu jual beli secara sentuh-
menyentuh, misalkan seseorang menyentuh sehelai kain
dengan tangannya di waktu malam atau siang hari, maka orang
yang menyentuh berarti telah membeli kain tersebut. Hal ini
dilarang karena mengandung tipuan dan kemungkinan akan
menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak.
7) Jual beli dengan munabadzah, yaitu jual beli secara lempar-
melempar, seperti seorang berkata,”lemparkan kepadaku apa
yang ada padamu, nanti kulemparkan pula kepadamu apa yang
ada padaku”. Setelah terjadi lempar-melempar, terjadilah jual
beli. Hal ini dilarang karena mengandung tipuan dan tidak ada
ijab dan Kabul.
8) Jual beli dengan muzabanah, yaitu menjual buah yang basah
dengan buah yang kering, seperti menjual padi kering dengan
bayaran padi yang basah, sedangkan ukurannya dengan dikilo
sehingga akan merugikan pemilik padi kering. Hal ini dilarang
oleh Rasulullah Saw. dengan sabdanya:
حا ق لة والمحا
عن أنس رض قال ن هي رسول اللو عن الم
ضرة والمل مسةوالمنابذة والمزاب نة )رواه البخاري( “Dari Anas r.a, ia berkata ; Raulullah Saw. melarang jual beli
muhaqallah, mukhadharah, mulammassah, munabazah dan
muzabanah” (Riwayat Bukhari).
9) Menentukan dua harga untuk satu barang yang
diperjualbelikan. Menurut Syafi‟I penjualan seperti ini
mengandung dua arti, yang pertama seperti seseorang berkata
“Kujual buku ini seharga $ 10,- dengan tunai atau $ 15,-
dengan cara utang”. Arti kedua ialah seperti seseorang
berkata.”Aku jual buku ini kepadamu dengan syarat kamu
harus menjual tasmu padaku.” Rasulullah Saw. bersabda :
عت ي ف عن اب ىري رة رض قال رسول اللو ص م من باع ب ي
عة ف لو او كسهما أوالربا )رواه ابوداود( بي “Dari Abi Hurairah, ia berkata; Rasulullah
Saw.bersabda, barang siapa yang menjual dengan dua
harga dalam satu penjualan barang, maka baginya ada
kerugian atau riba.” (Riwayat Abu Dawud).
10) Jual beli dengan syarat (iwadh mahjul), jual beli seperti ini,
hamper sama dengan jual beli dengan menentukan dua harga,
hanya saja di sini dianggap sebagai syarat, seperti seseorang
berkata, “aku jual rumahku yang butut ini kepadamu dengan
syarat kamu mau menjual mobilmu kepadaku.” Lebih jelasnya,
jual beli ini sama dengan jual beli dengan dua harga arti yang
kedua menurut al-Syafi‟i.
11) Jual beli gharar, yaitu jual beli yang samar sehingga ada
kemungkinan terjadi penipuan, seperti penjualan ikan yang
masih di kolam atau menjual kacang tanah yang atasnya
kelihatan bagus tetapi dibawahnya jelek. Penjualan ini
dilarang, karena Rasulullah Saw. bersabda :
مك ف الماء ف إنو غرز)رواه احمد(لتشت رواالس “Janganlah kamu membeli ikan di dalam air, karena jual beli
seperti itu termaasuk gharar, alias nipu” (Riwayat Ahmad)
12) Jual beli dengan mengecualikan sebagian benda yang dijual,
seperti seseorang menjual sesuatu dari benda itu ada yang
dikecualikan salah satu bagiannya, misalnya A menjual seluruh
pohon-pohonan yang ada dikebunnya, kecuali pohon pisang.
Jual beli ini sah sebab ada yang dikecualikannya jelas. Namun,
bila yang dikecualikan tidak jelas (majhul), jual beli tersebut
batal. Rasulullah Saw. bersabda :
يا حا ق لة والمزاب نة والث ن
أن رسول اللو ص م ن هي عن الم
أن ت علم )رواه النسائ( إل “Rasulullah melarang jual beli dengan muhaqallah,
mudzabanah, dan yang dikecualikan, kecuali bila ditentukan”
(Riwayat Nasai).
13) Larangan menjual makanan hingga dua kali takar. Hal ini
menunjukkan kurangnya saling percaya antara penjual dan
pembeli. Jumhur ulama berpendapat bahwa seseorang yang
membeli sesuatu dengan takaran dan telah diterimanya,
kemudian ia jual kembali, maka ia tidak boleh menyerahkan
kepada pembeli kedua dengan takaran yang pertama sehingga
ia harus menakarnya lagi untuk pembeli yang kedua itu.
Rasulullah Saw. melarang jual beli makanan yang dua kali
ditakar, dengan takaran penjual dan takaran pembeli (Riwayat
Ibnu Majah dan Daruquthni).
5. Khiar dalam Jual Beli
Dalam jual beli, menurut agama Islam dibolehkan memilih, apakah
akan meneruskan jual beli atau akan membatalkannya. Karena terjadinya
oleh sebab sesuatu hal, khiar dibagi menjadi tiga macam berikut ini.
1. Khiar majelis, artinya antara penjual dan pembeli boleh memilih akan
melanjutkan jual beli atau membatalkannya. Selama keduannya masih
ada dalam satu tempat (majelis), khiar majelis boleh dilakukan dalam
berbagai jual beli. Rasulullah Saw. bersabda :
عان باليار مال ي ت فرفا )رواه البخاري ومسلم( الب ي “Penjual dan pembeli boleh khiar selama belum berpisah”
(Riwayat Bukhari dan Muslim).
Bila keduanya telah berpisah dari tempat akad tersebut, maka khiar
majelis tidak berlaku lagi, batal.
2. Khiar Syarat, yaitu penjualan yang di dalamnya disyaratkan sesuatu
baik oleh penjual maupun oleh pembeli, seperti seseorang
berkata,”saya jual rumah ini dengan harga Rp 100.000.000,00 dengan
syarat khiar- selama tiga hari”. Rasulullah Saw. bersabda :
ت باليار ف كل سلعة اب ت عت ها ثلث ليل )رواه البيهقي(أن
“Kamu boleh khiar pada setiap benda yang telah dibeli selama
tiga hari tiga malam” (Riwayat Baihaqi).
3. Khiar „aib. artinya dalam jual beli ini disyaratkan kesempurnaan
benda-benda yang dibeli, seperti seseorang berkata;”saya beli mobil
itu seharga sekian, bila mobil itu cacat akan saya kembalikan”,seperti
yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dari Aisyah r.a.
bahwa seseorang membeli budak, kemudian budak tersebut disuruh
berdiri di dekatnya, didapatinya pada diri budak itu kecacatan, lalu
diadukannya kepada rasul, maka budak itu dikembalikan pada penjual
(Suhendi, 2014 : 83).
B. Akad Istisna’
a. Pengertian Akad Istishna‟
Akad Istishna‟ ialah akad yang terjalin antara pemesan sebagai
pihak 1 dengan seorang produsen suatu barang atau yang serupa sebagai
pihak ke-2, agar pihak ke-2 membuatkan suatu barang sesuai yang
diinginkan oleh pihak 1 dengan harga yang disepakati antara keduanya.
(Badai‟i As shanaai‟i oleh Al Kasaani 5/2 & Al Bahrur Raa‟iq oleh Ibnu
Nujaim 6/185)
b. Hukum akad Istishna‟
Ulama‟ fiqih sejak dahulu telah berbeda pendapat dalam
permasalahan ini ke dalam dua pendapat:
Pendapat pertama: Istishna‟ ialah akad yang tidak benar alias batil dalam
syari‟at islam. Pendapat ini dianut oleh para pengikut mazhab Hambali
dan Zufar salah seorang tokoh mazhab Hanafi. (Al Furu‟ oleh Ibnu
Muflih 4/18, Al Inshaf oleh Al Murdawi 4/300, Fathul Qadir oleh Ibnul
Humaam 7/114 & Al Bahrur Raa‟iq oleh Ibnu Nujaim 6/185)
Ulama‟ mazhab Hambali melarang akad ini berdalilkan dengan
Hadits Hakim bin Hizam radhiallahu „anhu:
ل تبع ما ليس عندك “Janganlah engkau menjual sesuatu yang tidak ada padamu.”
(Riwayat Ahmad, Abu Dawud, An Nasa‟i, At Tirmizy, Ibnu Majah,
As Syafi‟i, Ibnul Jarud, Ad Daraquthny, Al Baihaqy 8/519 dan Ibnu
Hazem)
Pada akad istishna‟ pihak ke-2 yaitu produsen telah menjual
barang yang belum ia miliki kepada pihak pertama, tanpa mengindahkan
persyaratan akad salam. Dengan demikian, akad ini tercakup oleh
larangan dalam hadits di atas.(Al Furu‟ oleh Ibnu Muflih 14/18 & Al
Bahrur Raa‟iq oleh Ibnu Nujaim 6/185.)
Sebagaimana mereka juga beralasan: Hakikat istishna‟ ialah
menyewa jasa produsen agar ia mengolah barang miliknya dengan upah
yang disepakati. (Fathul Qadir oleh Ibnul Humaam 7/114)
Pendapat kedua: Istishna‟ adalah salah satu bentuk akad salam,
dengan demikian akad ini boleh dijalankan bila memenuhi berbagai
persyaratan akad salam. Dan bila tidak memenuhi persyaratan salam,
maka tidak dibenarkan alias batil. Ini adalah pendapat yang dianut dalam
mazhab Maliki & Syafi‟i. (Mawahibul Jalil oleh Al Hatthab 4/514, Al
Muqaddmat Al Mumahhidaat 2/193, Al Muhazzab oleh As Syairozi
1/297, Raudhatut Thalibin oleh An Nawawi 4/26.)
Ulama‟ yang berfatwa dengan pendapat kedua ini berdalilkan
dengan dalil-dalil yang berkaitan dengan akad salam.
Bila demikian adanya, berdasarkan pendapat ke dua ini, maka
dapat disimpulkan bahwa bila pihak 1 (pemesan) tidak mendatangkan
bahan baku, maka berbagai persyaratan salam harus dipenuhi.
Akan tetapi bila pihak 1 (pemesan) mendatangkan bahan baku,
maka yang terjadi adalah jual/sewa jasa dan bukan salam, maka berbagai
persyaratan pada akad sewa jasa harus dipenuhi, diantaranya yang
berkaitan dengan tempo pengkerjaan, dan jumlah upah.
Pendapat ketiga: Istishna‟ adalah akad yang benar dan halal, ini
adalah pendapat kebanyakan ulama‟ penganut mazhab Hanafi dan
kebanyakan ulama‟ ahli fiqih zaman sekarang. (Al Mabsuth oleh As
Sarakhsi 12/138, Fathul Qadir oleh Ibnul Humaam 7/114, & Al Bahrur
Raa‟iq oleh Ibnu Nujaim 6/185, Suq Al Auraaq Al Maaliyah Baina As
Sayari‟ah Al Islamiyyah wa An Nuzhum Al Wad‟iyyah oleh Dr Khursyid
Asyraf Iqbal 448)
c. Dalil –dalil tentang Istishna‟
Ulama‟ mazhab Hanafi berdalilkan dengan beberapa dalil berikut
guna menguatkan pendapatnya:
Dalil pertama: Keumuman dalil yang menghalalkan jual-beli,
diantaranya firman Allah Ta‟ala:
وأحل اللو الب يع وحرم الربا
“Padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.”(Qs. Al Baqarah: 275)
Berdasarkan ayat ini dan lainnya para ulama‟ menyatakan
bahwa hukum asal setiap perniagaan adalah halal, kecuali yang nyata-
nyata diharamkan dalam dalil yang kuat lagi shahih alias valid.
Dalil kedua: Nabi shallallahu „alaihi wa sallam pernah
memesan agar dibuatkan cincin dari perak.
عن أنس رضي الله عنو أن نب اللو صلى الله عليو و سلم ك ان أراد أن يكتب إل العجم فقيل لو إن العجم ل ي قب لون إل كتابا عليو
ة. قال كأن أنظر إل ب ياضو ف يده. خات. فاصطنع خاتا من فض رواه مسلم
“Diriwayatkan dari sahabat Anas radhiallahu „anhu, pada suatu hari
Nabi shallallahu „alaihi wa sallam hendak menuliskan surat kepada
seorang raja non arab, lalu dikabarkan kepada beliau: Sesungguhnya
raja-raja non arab tidak sudi menerima surat yang tidak distempel,
maka beliaupun memesan agar ia dibautkan cincin stempel dari
bahan perak. Anas menisahkan: Seakan-akan sekarang ini aku dapat
menyaksikan kemilau putih di tangan beliau.” (Riwayat Muslim)
Perbuatan nabi ini menjadi bukti nyata bahwa akad istishna‟
adalah akad yang dibolehkan. (Fathul Qadir oleh Ibnul Humaam
7/115)
Dalil ketiga: Sebagian ulama‟ menyatakan bahwa pada
dasarnya umat Islam secara de facto telah bersepakat alias merajut
konsensus (ijma‟) bahwa akad istishna‟ adalah akad yang dibenarkan
dan telah dijalankan sejak dahulu kala tanpa ada seorang sahabat atau
ulamakpun yang mengingkarinya.Dengan demikian, tidak ada alasan
untuk melarangnya. (Al Mabsuth oleh As Sarakhsi 12/138 & Fathul
Qadir oleh Ibnul Humaam 7/115)
Dalil keempat: Para ulama‟ di sepanjang masa dan di setiap
mazhab fiqih yang ada di tengah umat Islam telah menggariskan
kaedah dalam segala hal selain ibadah:
الصل ف الشياء الباحة، حتى يدل الدليل على التحريم
“Hukum asal dalam segala hal adalah boleh, hingga ada dalil yang
menunjukkan akan keharamannya.”
Dalil kelima: Logika; banyak dari masyarakat dalam banyak
kesempatan membutuhkan kepada suatu barang yang spesial, dan
sesuai dengan bentuk dan kriteria yang dia inginkan. Dan barang
dengan ketentuan demikian itu tidak di dapatkan di pasar, sehingga ia
merasa perlu untuk memesannya dari para produsen. Bila akad
pemesanan semacam ini tidak dibolehkan, maka masyarakat akan
mengalamai banyak kesusahan. Dan sudah barang tentu kesusahan
semacam ini sepantasnya disingkap dan dicegah agar tidak
mengganggu kelangsungan hidup masyarakat. (Badai‟i As shanaai‟i
oleh Al Kasaani 5/3)
Dalil keenam: Akad istishna‟ dapat mendatangkan banyak
kemaslahatan dan keuntungan, dan tidak mengandung unsur riba, atau
ketidak jelasan/spekulasi tinggi (gharar) dan tidak merugikan kedua
belah pihak.Bahkan sebaliknya, kedua belah pihak merasa
mendapatkan keuntungan.Dengan demikian setiap hal yang demikian
ini adanya, sudah sepantasnya untuk diizinkan dan tidak dilarang.
Berdasarkan pemaparan singkat di atas, dapat anda saksikan
bahwa pendapat ketiga lebih kuat, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa akad istishna‟ adalah akad yang dibenarkan dalam syari‟at
islam.(Artikel, https://pengusahamuslim.com/1156-akad-istishna.html
diakses pada tanggal 19/11/2017).
C. Jual Beli Kredit
Akad istishna‟ yang sudah dijelaskan diatas adalah akad yang boleh
atau biasa digunakan dari zaman dahulu. Dan tentunya dalam pembayarannya
ada istilah cash atau tunai dan dengan cara kredit. Dalam Islam jual beli
dengan cara kredit itu ada perbedaan para ulama, ada yang memperbolehkan
da nada yang melarang. Itu tergantung kita bagaimana cara mengaplikasikan
system kredit itu, apakah sesuai dengan syari‟at Islam atau tidak.
Di zaman yang serba canggih ini perkembangan sistem ekonomi sudah
sangat pesat. Beragam sistem ditawarkan oleh para niagawan untuk bersaing
menggaet hati para pelanggan. Seorang niagawan muslim yang tidak hanya
berorientasi pada keuntungan dunia sudah semestinya cerdik dan senantiasa
menganalisa fenomena yang ada agar mengetahui bagaimana pandangan
syariat terhadap transaksi ini. Dengan demikian tidak mudah terjerumus ke
dalam larangan-Nya.
Di dalam ilmu fikih, akad jual beli ini lebih familiar dengan istilah jual
beli taqsith (التقسيـط). Secara bahasa, taqsith itu sendiri berarti membagi atau
menjadikan sesuatu beberapa bagian. Meskipun sistem ini adalah sistem
klasik, namun terbukti hingga kini masih menjadi trik yang sangat jitu untuk
menjaring pasar, bahkan sistem ini terus-menerus dikembangkan dengan
berbagai modifikasi.
Hukum Jual-Beli dengan Sistem Kredit
Secara umum, jual beli dengan sistem kredit diperbolehkan oleh
syariat. Hal ini berdasarkan pada beberapa dalil, di antaranya adalah:
1. Firman Allah Ta‟ala :
ى فاكتبوه يا أي ها الذين آمنوا إذا تداي نتم بدين إل أجل مسم
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya.” (QS. Al Baqarah : 282)
Ayat di atas adalah dalil bolehnya akad hutang-piutang, sedangkan
akad kredit merupakan salah satu bentuk hutang, sehingga keumuman
ayat di atas bisa menjadi dasar bolehnya akad kredit.
2. Hadis „Aisyah radhiyallahu „anha,
عليو وسلم من ي هودي طعاما بنسيئة، ورىنو درعو اشت رى رسول اللو صلى الله
“Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam membeli sebagian bahan
makanan dari seorang yahudi dengan pembayaran dihutang dan beliau
juga menggadaikan perisai kepadanya.” (HR. Bukhari:2096 dan Muslim:
1603)
Dalam hadis ini Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam membeli
bahan makanan dengan sistem pembayaran dihutang, itulah hakikat
kredit.
Harga Ganda dalam Jual Beli Kredit
Di antara hal penting yang perlu kita ketahui juga adalah akad jual beli
kredit dengan harga ganda. Ilustrasinya adalah sebagai berikut: Seorang
penjual menawarkan barang dagangan kepada para pembeli dengan beberapa
penawaran harga. Jika dibayar secara kontan maka harganya sekian rupiah
(satu juta misalnya), akan tetapi jika dibayar secara kredit maka harganya
sekian (dua juta misalnya), dst.
Kenyataannya praktik semacam inilah yang banyak berkembang di
dalam jual beli kredit. Oleh karena itu penting kiranya kita mengetahui
tinjauan syariat terhadap sistem perniagaan seperti ini.
Para ulama berbeda pendapat dalam menyikapi transaksi seperti ini.
Mayoritas para ulama membolehkan praktik jual beli kredit semacam ini,
dengan catatan sudah terjadi kesepakatan harga antara penjual dan pembeli
sebelum mereka berpisah. Artinya pembeli sudah menentukan pilihan harga
dan pihak penjual juga sudah menyepakati hal itu.
Pendapat ini berdasarkan kaidah dalam muamalah bahwa hukum asal
setiap perniagaan adalah halal. Seperi firman Allah SWT yang sudah
terantum diatas. Oleh karena itu selama tidak ada dalil yang valid nan tegas
yang mengharamkan praktik semacam ini, maka perniagaan tersebut halal
atau boleh dilakukan.
Dan sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa akad jual beli
seperti ini tidak boleh (Authar :5/160). Pendapat ini didukung oleh sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu „anhu,
عة –صلى اللو عليو وسلم –ن هى النب عن ب ي عت ي ف ب ي
“Nabi shallallahu „alaihi wasallam melarang dual transaksi dalam satu jual
beli.” (HR. Tirmidzi: 3/1290 dan Nasai: 7/296)
Pendapat inilah yang dipegang oleh Imam An Nasa‟i. Beliau membuat
sebuah judul bab “Transaksi Ganda dalam jual beli” (بيعتين في بيعة) kemudian
beliau mengatakan, “Yaitu perkataan seseorang, „saya jual dagangan ini
seharga seratus dirham cash/tunai, dan dua ratus dirham secara kredit.”
Pendapat yang Lebih Kuat adalah:
Perbedaan pendapat ini didasari atas perbedaan mereka dalam memahami
konteks hadits ini. Ulama yang memperbolehkan transaksi ini, mereka
berpendapat bahwa transaksi tersebut (kredit dengan harga ganda) bukanlah
transaksi yang dimaksud dalam hadits Abu Hurairah di atas. Sedangkan
pendapat ke dua yang mengharamkan transaksi ini, mereka berpendapat
bahwa transaksi kredit adalah contoh riil dari hadis di atas.
Pendapat yang lebih kuat –wallahu a‟lam– adalah pendapat yang
pertama yang mengatakan bolehnya transaksi seperti ini. Sebab penafsiran
yang lebih tepat sebagaimana disampaikan oleh Ibnul Qayyim dan yang
lainnya, bahwa makna hadits ini ialah larangan dari jual beli sistem „inah.
Yaitu seseorang menjual kepada orang lain suatu barang dengan pembayaran
dihutang dengan syarat sang penjual membelinya kembali dengan harga
yang lebih mahal secara kredit.
Pendapat ini dikuatkan dengan beberapa alasan:
Pada hakikatnya di dalam kasus jual beli di atas tidak terjadi dua transaksi,
sebab meskipun ada variasi harga akan tetapi sang pembeli hanya memilih
salah satu harga saja. Itu artinya harga yang disepakati oleh penjual dan
pembeli hanya satu saja, bukan ganda. Sedangkan yang dilarang di dalam
hadis di atas adalah jual beli dengan akad ganda.
Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda,
من أسلف ف شيء فليسلف ف كيل معلوم ووزن معلوم إل أجل معلوم
“Barang siapa yang membeli dengan cara memesan, hendaknya ia memesan
dengan takaran serta timbangan yang jelas dan hingga batas waktu yang
jelas pula.” (HR. Bukhari: 2240 dan Muslim: 1604)
Hadis di atas menunjukan bolehnya akad pemesanan. Sebagaimana
dalam akad istishna‟ diperbolehkan mengakhirkan penyerahan barang
dengan syarat pembayaran kontan serta ukuran dan waktu penyerahannya
jelas, maka boleh juga dalam akad kredit mengakhirkan penyerahan uang
dengan syarat peyerahan barang secara kontan serta nominal pembayaran
dan waktu pembayarannya jelas.
(http://artikelkuislami.blogspot.co.id/2011/10/bagaimana-hukum-jual-
beli.html diakses pada tanggal 3 April 2018).
Ada beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan dalam akad jual
beli kredit. Di antaranya adalah;
1. Jika pembeli sudah menentukan pilihan harga, maka maka sebesar itulah
jumlah uang yang berhak di ambil oleh penjual. Pihak penjual tidak
berhak untuk mengambil lebih, sekalipun pembeli terlambat melunasi
pembayaran.
2. Misalnya, “A” membeli barang kepada pihak “B” dengan harga 10 juta
dibayar kredit selama satu tahun. Jika ternyata pihak “A”tidak mampu
melunasi dalam tempo satu tahun, maka pihak “B” tidak berhak
menaikkan harga yang telah disepakati.
3. Jika barang sudah berada di tangan pembeli dan kesepakatan harga juga
sudah disetujui, maka barang dagangan resmi menjadi milik pembeli.
Dengan demikian, penjual tidak berhak menyita atau menarik kembali
barang dagangannya meskipun uang cicilan kredit belum selesai.
BAB III
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
A. Perumahan Taylon Syari’ah
Kecamatan Tayu merupakan kecamatan termaju ketiga di Kabupaten Pati
setelah kecamatan Pati dan kecamatan Juwana. Terletak lebih kurang 27 km ke
arah utara kota Pati, tepat di jalur yang menghubungkan Pati dengan Jepara.
Kecamatan ini berada di ketinggian antara 1-41 meter dpl dan
sebagaimana daerah lain di kabupaten Pati bagian utara, tanah di kecamatan Tayu
terdiri atas tanah Aluvial, Red Yellow dan Regosol. Dengan luas 4.759 ha yang
terdiri atas 2.038 ha lahan sawah dan sisanya seluas 2.721 ha lahan non sawah.
Batas-batas wilayah kecamatan Tayu yaitu:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Dukuhseti.
2. Sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa.
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Margoyoso.
4. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Gunungwungkal
dan Kecamatan Cluwak.
Tayu mempunyai penduduk sebanyak 68.545 jiwa yang terdiri atas 34.074
penduduk laki-laki dan 34.471 penduduk perempuan. Dan secara administratif,
Tayu terbagi dalam 22 desa yang memiliki 72 Rukun Warga (RW) dan 368
Rukun Tetangga (RT). (Wikipedia, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tayu,_Pati ).
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian di Perumahan Taylon
Syari‟ah Kecamatan Tayu Kabupaten Pati. Adapun gambaran umum tentang
Perumahan Taylon Syari‟ah adalah sebagai berikut
Perumahan Taylon Syari‟ah adalah salah satu perumahan yang
menjalankan bisnisnya menggunakan konsep sesuai dengan syari‟at Islam yang
berdiri dibawah naungan PT. Tan Iskandar Muda . Perumahan Taylon Syariah
berdiri pada tahun 2010 dengan nama Perumahan Taylon Sejahtera yang masih
bekerja sama dengan bank dan sudah laku terjual sejumlah 162 unit rumah,
karena sudah terjual banyak berarti peminat juga banyak, dan semakin banyak
peminat maka semakin banyak pula masalah timbul, salah satunya adalah
masalah dengan bank yaitu banyak yang kena denda akhirnya di sita , kena
blacklist oleh pihak bank. Dengan keluhan para pembeli yang bermasalah dengan
bank akhirnya pada tahun 2016 Pak Gamal Haris selaku Direktur PT.Tan
Iskandar Muda sekaligus penanggung jawab dari Bisnis tersebut mengganti nama
dengan Perumahan Taylon Syari‟ah dan sampau saat ini sudah terjual sebanyak
35 kavling tanah yang dibangun rumah. Perumahan Taylon Syari‟ah juga
menyediakan berbagai macam type yaitu ada empat type yang disediakan mulai
dari type 28/68 - type 56/100 dengan harga mulai dari 166.500.000 –
360.700.000. Untuk mengetahui daftar harga secara lebih jelas nanti akan ada di
halaman lampiran. Tentunya bukan hanya namanya saja yang Syari‟ah tetapi
penerapan jual belinya juga menggunakan prinsip-prinsip syari‟ah. Beruntungnya
pak Gamal Haris adalah anggota dari Developer Properti Syari‟ah Indonesia
(DPSI) dengan begitu untuk beliau mencoba bisnis ini dijalankan dengan konsep
syari‟ah. Perumahan Taylon Syari‟ah menawarkan kavling tanah dan bangunan
rumah yang mempunyai dan menyajikan fasilitas yang sangat menarik yaitu :
1) Masjid
2) Sekolahan
3) Lapangan futsal
4) Lapangan badminton
5) Taman asri
6) Komplek pertokoan
7) Jalan 7 meter sudah beton
8) Saluran sudah rapi
Adapun perbedaan properti syari‟ah dengan properti konvensional adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.1
Properti Syari’ah Properti Konvensional
Hanya ada 2 pihak yaitu penjual
(developer) dan pembeli
Ada 3 pihak yaitu penjual (developer),
pembeli dan juga bank
Menggunakan prinsip akad jual beli
Istishna‟ (pemesanan)
Syarat dan ketentuan ditetapkan bank
pemberi kredit
Tidak mengenal sistem bunga
sehingga cicilan tetap selama masa
tenor
Suku bunga disesuaikan dengan naik
turunnya BI rate atau kebijakan bank
Rumah yang diperjualbelikan atau
kredit tidak dijadikan jaminan
Rumah yang diperjualbelikan atau kredit
dijadikan jaminan
Jika konsumen terlambat atau
menunggak pembayaran, tidak akan
didenda
Apabila konsumen terlambat atau
menunggak pembayaran akan dikenakan
sanksi berupa denda
Tidak ada sita Ada sita
Tidak ada penalty Ada penalty
Tidak ada BI Checking Ada BI Checking
Dari perbedaan tersebut sudah bisa diambil sebuah kesimpulan bahwa
Perumahan Taylon Syari‟ah Kabupaten Pati ini tidak hanya menggunakan nama
Syari‟ah sebagai daya tarik pembeli, tetapi sistem pelaksanaannya juga sudah
sesuai apa yang diajarkan oleh syari‟at Islam. Jadi bagi para pembeli jangan
khawatir karena hal diatas bisa dijadikan pertimbangan jika ingin membeli kavling
rumah tanpa riba.
B. Type –type Perumahan Taylon Syari’ah
Perumahan Taylon Syari‟ah menyediakan beberapa macam type dan ukuran
kavling tanah yaitu ada 4 macam type. Desain rumah bisa menyesuaikan
tergantung permintaan dan request dari pembeli, tetapi jika ada tambahan
spesifikasi bangunan maka akan ada juga tambahan biaya. Type-type tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Type 27 ini type paling kecil dari type-type yang lainnya. Dengan spesifikasi
yang sudah bagus yitu mempunyai luas tanah 68 m2
pondasi yang digunakan
adalah batu kali, dengan menggunakan dinding pasangan bata putih, kusen
untuk tipe 27 menggunakan kayu bengkireh, pintunya dari kayu jati, jendela
kayu jati + kaca 5 mm. Untuk bagian rangkap atap menggunakan baja ringan,
sedangkan gentengnya menggunakan mantili di cat. Untuk bagian lantai tipe
27 ini menggunakan keramik 40x40 motif, untuk terasnya kramik warna
40x40. Cat dinding yang digunakan untuk bagian luar itu mowilek luar atau
setara.kalau untuk cat bagian dalam itu metrolite atau setara. Kalau pada
bagian plafon gyfsum. Dan untuk tegangan listrik itu ada 1.300 W. dan untuk
sumber air adalah sumur.
Gambar 3.1
2. Type yang kedua yang disediakan adalah type 36 . Dengan spesifikasi yang
sudah bagus yaitu mempunyai luas tanah 78 m2
pondasi yang digunakan
adalah batu kali, dengan menggunakan dinding pasangan bata putih, kusen
untuk tipe 36 ini berbeda dengan type 27 yaitu menggunakan kayu sekelas
Kalimantan, pintunya dari kayu jati, jendela kayu jati + kaca 5 mm. Untuk
bagian rangkap atap menggunakan baja ringan, sedangkan gentengnya
menggunakan mantili di cat. Untuk bagian lantai tipe 36 ini juga berbeda
dengan type 27 menggunakan granit ukuran 60x60 polos, untuk terasnya juga
granit polos ukuran 60x60. Cat dinding yang digunakan untuk bagian luar itu
mowilek luar atau setara.kalau untuk cat bagian dalam itu metrolite atau
setara. Kalau pada bagian plafon gyfsum. Dan untuk tegangan listrik itu ada
1.300 W. dan untuk sumber air adalah sumur.
Gambar 3.2
3. Type yang ketiga adalah type 45 . Dengan spesifikasi yang bagus yaitu
mempunyai luas tanah 90 m2
pondasi yang digunakan adalah batu kali,
dengan menggunakan dinding pasangan bata putih, kusen untuk tipe 45 ini
sama dengan type 36 yaitu menggunakan kayu sekelas Kalimantan, pintunya
dari kayu jati, jendela kayu jati + kaca 5 mm. Untuk bagian rangkap atap
menggunakan baja ringan, sedangkan gentengnya menggunakan mantili di
cat. Untuk bagian lantai tipe 36 ini juga sama dengan type 36 menggunakan
granit ukuran 60x60 polos, untuk terasnya juga granit polos ukuran 60x60.
Cat dinding yang digunakan untuk bagian luar itu mowilek luar atau
setara.kalau untuk cat bagian dalam itu metrolite atau setara. Kalau pada
bagian plafon gyfsum. Dan untuk tegangan listrik itu ada 1.300 W. dan untuk
sumber air adalah sumur.
Gambar 3.3
4. Type yang terakhir adalah type 56 . Dengan spesifikasi yang bagus yaitu
mempunyai luas tanah 100 m2
pondasi yang digunakan adalah batu kali,
dengan menggunakan dinding pasangan bata putih, kusen untuk tipe 56 ini
sama dengan type 45 yaitu menggunakan kayu sekelas Kalimantan, pintunya
dari kayu jati, jendela kayu jati + kaca 5 mm. Untuk bagian rangkap atap
menggunakan baja ringan, sedangkan gentengnya menggunakan mantili di
cat. Untuk bagian lantai tipe 36 ini juga sama dengan type 36 menggunakan
granit ukuran 60x60 polos, untuk terasnya juga granit polos ukuran 60x60.
Cat dinding yang digunakan untuk bagian luar itu mowilek luar atau
setara.kalau untuk cat bagian dalam itu metrolite atau setara. Kalau pada
bagian plafon gyfsum. Dan untuk tegangan listrik itu ada 1.300 W. dan untuk
sumber air adalah sumur.
Gambar 3.4
C. Kelebihan dan Kekurangan dari Perumahan Taylon Syari’ah
Semua jenis usaha pasti ada kelebihan dan juga kekurangan yang
dimiliki, begitu juga dengan perumahan Taylon Syari‟ah ini. Adapun kelebihan
dan kekurangan dari Perumahan Taylon Syari‟ah adalah sebagai berikut:
a. kelebihan dari Perumahan Taylon Syari‟ah
1. jumlah cicilan yang tetap (fixed) tidak tergantung pada suku bunga
Bank Indonesia.
2. Uang muka ringan tidak seperti yang lain.
3. Bisa reques desain sesuai selera.
4. Tidak mengenal riba.
5. Tidak akan dikenakan denda jika pembeli telat membayar cicilan
6. Tidak akan ada sita jika pembeli pada akhirnya tidak mampu
membayar cicilan sampai waktu dispensasi habis.
7. Penerapan sistem jual belinya sudah sesuai dengan syari‟at Islam.
b. Kekurangan dari Perumahan Taylon Syari‟ah
1. Jika pembelian kredit maka proses pembangunan sesuai urutan
daftar antrian dan yang jelas butuh waktu cukup lama.
2. Garansi pemeliharaan rumah maksimal Cuma 100 hari.
Dari beberapa kelebihan dan kekurangan dari Perumahan Taylon Syari‟ah ini
masih jauh lebih banyak kelebihannya.
D. Model Transaksi Pembelian Perumahan Taylon Syari’ah
Perumahan Taylon Syariah mempunyai beberapa model transaksi yang
digunakan dan karena untuk memerangi riba maka model jual beli nya
menggunakan sistem sebagai berikut:
1) Tanpa Bank yaitu bank tidak untuk pendanaan, tetapi hanya untuk sarana
pembayaran transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan pembeli.
2) Tanpa BI Cheking sehingga sangat memberikan kemudahan bagi calon
pembeli yang kesulitan jika melalui system BI Checking.
3) Tanpa Riba/Bunga karena cicilan tetap sampai masa tenor.
4) Tanpa Denda karena jika ada denda jika ada keterlambatan cicilan itu
termasuk riba. Dalam jual beli kredit maka sejatinya adalah hutang piutang.
Jadi jika harga sudah di akadkan maka tidak boleh ada kelebihan sedikitpun
baik dinamakan denda, administrasi atau bahkan infaq sekalipun. Karena ini
termasuk mengambil manfaat dari hutang piutang itu juga disebut dengan
riba.
5) Tanpa Sita karena didalam KPR tidak boleh melakukan sita jika pembeli
tidak sanggup menyicil lagi. Karena rumah tersebut sudah sepenuhnya milik
pembeli walaupun masih kredit. Solusinya adalah pembeli ditawarkan untuk
menjual rumahnya baik lewat pembeli atau dengan bantuan developer.
6) Tanpa Penalty yaitu jika pembeli mempercepat pelunasan missal dari tenor
waktu 10 tahun kemudian di tahun 8 sudah lunas maka tidak ada penalty
dalam KPR syari‟ah karena itu adalah riba. Bahkan ada sistem diskon yang
nilainya dikeluarkan saat pelunasan terjadi.
7) Angsuran tetap sampai lunas yaitu tidak ada tambahan biaya ketika
membayar cicilan, karena kalau ada berarti itu sama saja dengan riba.
8) Tanpa ribet, jlimet dan mumet yaitu mudah prosesnya asalkan dokumen
persyaratan lengkap. Hal ini yang paling disukai oleh pembeli jika proses
mudah.
Perumahan Taylon Syari‟ah ada dua sistem prosedur pembayaran
yaitu dengan cara system tunai dan system kredit, adapun prosedur pembelian
perumahan adalah sebagai berikut :
A. Sistem tunai
1. Booking Fee (Hanya mengikat Unit, tidak mengikat Harga)
2. Bayar 50 % (Sebelum rumah di bangun, harga fixed dan mengikat)
3. Bayar 100 % (Sebelum rumah pasang genteng)
B. Sistem Kredit
1. Booking Fee (hanya mengikat Unit, tidak mengikat harga)
2. Maksimal 15 hari dari Booking Fee, DP lunas berkas kredit
lengkap
3. Berkas diproses pengembang
a. Apabila ditolak (DP dikembalikan)
b. Apabila disetujui (segera akad)
c. Unit dibangun sesuai urutan daftar antrian dengan
dijadwalkan estimasi waktunya oleh pihak developer
secara tertulis
4. Semua tambahan spesifikasi bangunan (jika ada) harus dibayar
lunas sebelum dimulai pembangunan, jika tidak maka akan
dibangun sesuai paket
5. Maksimal 7 hari setelah mulai pembangunan unit, kelebihan luas
tanah harus sudah lunas dibayarkan ke rekening pengembang
6. Unit rumah sudah jadi, segera serah terima
7. Masa garansi pemeliharaan rumah maksimal 100 hari
Dari wawancara yang penulis lakukan kepada narasumber, didapat
beberapa informasi sebagai berikut:
Bapak Wisnu merupakan salah satu karyawan (admin dan drafter) yang
mengelola proyek perumahan Taylon Sejahtera, beliau menyampaikan
berdirinya perumahan Taylon Sejahtera yang berada di Desa Tayu Kulon,
Kecamatan Tayu ini berdiri pada tahun 2010, kemudian berganti nama menjadi
perumahan Taylon Syari‟ah pada tahun 2016. Semenjak beralih menjadi
perumahan Taylon Syari‟ah konsep yang di terapkanpun menggunakan konsep
syari‟ah secara keseluruhan. Hali ini didasari karena Bapak Gamal Harist selaku
owner (pemilik) perumahan Taylon Sejahtera menjadi anggota Developer
Property Syari‟ah Indonesia (DPSI), kemudian selama menjadi anggota
Developer Property Syari‟ah Indonesia (DPSI) beliau mengenal konsep
kesyari‟ahan dalam muamalah yang didalamnya terdapat konsep riba yang
ternyata bertolak belakang dengan konsep yang dipakai sebelum beralih nama
menjadi perumahan Taylon Syari‟ah. Sehingga dengan adanya itu beliau
memutus kerja sama secara keseluruhan dengan perbankan konvensioanal, dan
menerapkan konsep kesyari‟ahan secara keseluruhan dalam parktik jual-beli
kavling tanah dan Perumahan Taylon Syari‟ah (wawancara hari Kamis tanggal 22
Maret 2018 pukul 14.30 WIB).
1. Menurut Ibu Yeni (marketing)
a. Akad jual beli Perumahan Taylon Syari‟ah.
Dalam akad jual beli perumahan Taylon Syari‟ah, akad yang
dipaki yaitu istisna‟ (akad pemesanan). Dimana ketika ada seseorang
ingin memesan kavling tanah yang nantinya akan dibangun
perumahan, maka dikenakan Booking Fee sebesar Rp. 2.000.000,-
sebagai tanda jadi yang mengikat unit tetapi tidak mengikat harga.
Adapun maksud dari mengikat unit tetapi tidak mengikat harga
adalah jika sewaktu-waktu harga tanah naik maka harga yang
dipesan juga ikut naik selama belum di akad. Dan bilamana pemesan
menggagalkan akad, uang yang semula dijadikan Booking Fee di
kembalikan kepada pemesan secara utuh berdasarkan prosedur yang
ada. Kemudian dalam praktik jual beli yang dilakukan tidak
mengenal istilah BI Checking yaitu ketika ada nasabah yang sudah di
black list namanya oleh bank berarti nasabah tersebut bermasalah.
Akan tetapi hal tersebut tidak menjadikan penghalang bagi pemesan
atau Buyer (pembeli) untuk melakukan akad jual beli kavling tanah
perumahan Taylon syri‟ah (wawancara hari Kamis tanggal 22 Maret
2018 pukul 15.00 WIB).
b. Prosedur pembayaran
Dalam proses pembayaran yang dilakukan oleh pemesan bisa
melalui bank, bukan dalam rangka pembiayaan perumahan
melainkan sebagai perantara pembayaran. Kemudian jika didapati
pembayaran angsuran yang telat oleh pembeli, maka tidak dikenakan
denda maupun sita dengan syarat pembeli memberikan alasan tepat
dan bisa diterima oleh pihak marketing perumahan Taylon Syari‟ah.
Dan bilamana ada pembeli benar-benar tidak bisa membayar
angsuran, maka akan diberikan surat peringatan (SP) I. Setelah dua
bulan mendapat surat peringatan (SP) I pembeli tidak bisa membayar
angsuran, maka dari pihak marketing akan memberikan surat
peringatan (SP) II. Selanjutnya bila dalam waktu dua bulan pembeli
juga belum bisa membayar angsuran maka akan dikenakan resduling,
tetapi jika setelah diberikan resduling pembeli masih belum bisa
membayar angsuran, maka akan diberikan waktu lagi selama dua
bulan untuk menjual rumahnya. Jika dalam waktu dua bulan rumah
belum juga terjual maka akan dibantu oleh pihak marketing untuk
menjual rumahnya.
2. Menurut Bapak Muhlisin (pelaksana)
a. Akad jula beli Perumahan Taylon Syari‟ah
Akad istisna‟ yang dipakai dalam akad jula beli ini mengacu
pada hadits Nabi Muhammad SAW., yang menyatakan bahwasannya
Nabi pernah melakukan jual beli dengan memesan terlebih dahulu
sebuah cincin stampel dari perak. Adapun hadits yang di maskud
adalah sebagai berikut:
عن أنس رضي الله عنو أن نب اللو صلى الله عليو و سلم كان أراد
أن يكتب إل العجم فقيل لو إن العجم ل ي قب لون إل كتابا عليو
ة. قال كأن أنظر إل ب ياضو ف يده. خات. فاصطنع خاتا من فض
رواه مسلم“Diriwayatkan dari sahabat Anas radhiallahu „anhu,
pada suatu hari Nabi shallallahu „alaihi wa sallam
hendak menuliskan surat kepada seorang raja non
arab, lalu dikabarkan kepada beliau: Sesungguhnya
raja-raja non arab tidak sudi menerima surat yang
tidak distempel, maka beliaupun memesan agar ia
dibautkan cincin stempel dari bahan perak. Anas
menisahkan: Seakan-akan sekarang ini aku dapat
menyaksikan kemilau putih di tangan beliau.” (Riwayat
Muslim)
Berdasarkan hadits di atas menunjukkan bahwa istisna‟
diperbolehkan, dan kemudian dijadikan dasar dalam akad jual beli
Perumahan Taylon Syari‟ah. Dan untuk menjauhi riba maka dalam
pengelolaan praktik jual beli Perumahan Taylon Syari‟ah tidak
melibatkan perbankan konvensional dalam pembiayaannya.
b. Prosedur pembayaran
Untuk prosedur pemabayaran terdapat dua cara, adapun cara
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Sistem tunai
Pembayaran ini dilakukan secara tunai, dengan memberikan
Booking Fee sebesar Rp. 2.000.000,- dan membayar 50%
dari harga rumah sebelum dibangun. Kemudian dilunasi
100% sebelum rumah dipasang genteng.
2) Sistem kredit
Pembayaran ini dilakukan secara berangsur berdasarkan
kesepakatan antara penjual dan pembeli, dengan memberikan
Booking Fee sebesar Rp. 2.000.000,-. Dari Booking Fee
tersebut nantinya akan dimasukkan sebagai Down Payment
(DP) / uang muka.
Sebagai ketentuan yang harus dipenuhi yaitu maksimal 15
hari setelah pemeberian booking Fee, Down Payment (DP) / uang
muka harus dilunasi (wawancara hari Kamis tanggal 22 Maret 2018
pukul 15.30 WIB).
3. Menurut Ibu Reena (pembeli)
Ibu Reena adalah salah satu pembeli Perumahan Taylon Syari‟ah,
beliau tinggal di Perumahan Taylon Syari‟ah sejak perumahan ini masih
bernama Perumahan Taylon Sejahtera, dan sampai sekarang sudah
mempunyai tiga kavling tanah di daerah Perumahan Taylon Syari‟ah.
Akan tetapi proses pembelian dua kavling tanah terakhir harus dengan
cara tunai. Hal tersebut dikarenakan adanya hubungan dengan pekerjaan,
yang mana profesi Ibu Reena adalah seorang perias. Bagi developer
pekerjaan perias tidaklah semuanya sesuai dengan syariat, karena ada
satu pekrjaan yang tidak diperbilehkan dalam Islam yaitu mencukur alis.
Kendati demikian Ibu Reena tidak merasa keberatan, justru mendukung
ketentuan yang dibuat oleh pihak developer. Karena dengan begitu maka
konsep praktik jual beli yang dilakukan sesuai dengan konsep yang benar
menurut syari‟at Islam (wawancara hari Kamis tanggal 22 Maret 2018
pukul 18.30 WIB)..
4. Menurut Bapak Bandi (pembeli)
Bapak Bandi merupakan seorang PNS yang tinggal diperumahan
Taylon Syari‟ah kurang lebih 4 tahun. Beliau mengaku bahwa dalam
pembayaran angsuran Perumahan Taylon Syari‟ah seringkali tidak tepat
waktu, karena mengingat banyaknya kebutuhan dan sering kali ada
kebutuhan mendadak. Tetapi dari pihak developer tidak
mempermasalahkan semua itu, karena jika beliau telat dalam
pembayaran angsuran Perumahan Taylon Syari‟ah, biasanya langsung
memberikan konfirmasi kekantor pemasaran Perumahan Taylon Syari‟ah
dan memberikan alasan yang dapat diterima developer, sehingga bisa
dimaklumi(wawancara hari Kamis tanggal 22 Maret 2018 pukul 19.00
WIB).
Berdasarkan dari keterangan para narasumber diatas ada satu hadits
menunjukkan bahwa istisna‟ pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.,
dan dari keterangan hadits di atas juga menunjukkan bahwasannya istisna‟
diperbolehkan.
Kemudian dari beberapa rujukan Al-Qur‟an maupun hadits diatas
telah menerangkan tentang bagaimana keabsahan akad jual beli yang sesuai
dengan syari‟at. Yang mana dalam konseptual akad jual beli Perumahan
Taylon Syari‟ah telah mengambil daripada konsep jual beli yang
disyari‟atkan sebagaimana tertuang dalam Al-Qur‟an, Hadist maupun Ijma‟
Ulama‟ yang terpapar diatas.
BAB IV
Jual Beli Perumahan Taylon Syari’ah dalam Tinjauan Hukum Islam
A. Pelaksanaan Jual Beli Properti di Perumahan Taylon Syari’ah Kabupaten
Pati
Manusia adalah makhluk sosial, yang dimana dalam kehidupannya saling
membutuhkan antara satu dengan yang lain, makadari itu manusia tidak bisa
hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain.
Penjual merupakan seseorang yang mempunyai lahan kosong yang
nantinya akan dibangun sebuah Perumahan yang menggunakan konsep syari‟ah
yang ada di kecamatan Tayu Kulon Kabupaten pati. Pembeli adalah sesorang
yang membeli kavling tanah. Ada yang berbeda mengenai sistem jual beli yang
dilakukan oleh penjual dan pembeli di Perumahan Taylon Syari‟ah. Berikut hasil
wawancara yang dilakukan penulis dengan narasumber yang berkenaan dengan
hal tersebut dalam hal ini sebagai narasumbernya ialah penjual dan pembeli.
Dalam penelitian ini terdapat informan atau narasumber terkait dalam
pelaksanaan jual beli perumahan Taylon Syari‟ah di Kabupaten Pati adalah dari
karyawan di kantor pemasaran Perumahan Taylon Syari‟ah dan dari pihak
pembeli yang sudah menempati rumah yang ada di perumahan itu.
Perumahan Taylon Syari‟ah berdiri sudah cukup lama, tetapi dulunya pada
tahun pertama berdiri namanya tidak menggunakan Syari‟ah seperti temuan
penulis dalam wawancara dengan narasumber.
“perumahan ini berditi sudah hampir 8 tahun mbak dari tahun 2010
sampai sekarang, tapi dulu waktu pembukaan pertama namanya tidak
Taylon Syari‟ah tetapi Taylon Sejahtera. Kemudian semenjak
pemiliknya mengenal tentang riba, digantilah nama perumahan itu
menjadi Perumahan Taylon Syari‟ah dengan tujuan untuk memerangi
riba. Dan sejak saat itu beliau memutuskan semua kerjasama dengan
bank-bank konvensional dan menerapkan konsep kesyari‟ahan secara
keseluruhan dalam praktik jual beli Perumahan ini”/wawancara
dengan Bapak Wisnu karyawan di kantor pemasaran Taylon Syari‟ah
22 Maret 2018.
“semenjak namanya diganti menggunakan Syari‟ah, semakin banyak
peminatnya mbak, sampai lahan masih tersisa tiga. Ini baru mau mulai
dibuka tahap ke tiga”/wawancara dengan Ibu Yeni marketing
Perumahan Taylon Syari‟ah 22 Maret 2018.
“di Pati ini pak Haris sudah membangun dua bisnis property syari‟ah
mbak, ya di Taylon Syari‟ah di desa Tayu Kulon ini sama di desa
Waturoyo yang namanya Waturoyo Syari‟ah. Di Rembang baru
dibuka juga dengan nama Rembang Syari‟ah”/wawancara dengan
Bapak Muhlisin tim pelaksana di Perumahan Taylon syari‟ah 22 Maret
2018.
a. Akad jual beli Perumahan Taylon Syari‟ah.
Dalam akad jual beli perumahan Taylon Syari‟ah, akad yang
dipaki yaitu istisna‟ (akad pemesanan). Sebagaimana temuan penulis
dalam wawancara dengan narasumber.
“dalam akad jual beli disini sebenarnya ada empat mbak, tetapi
yang kita terapkan selama ini cuma satu yaitu akad istishna‟ (akad
pemesanan) Dimana ketika ada seseorang ingin memesan kavling
tanah yang nantinya akan dibangun perumahan, maka dikenakan
Booking Fee sebesar Rp. 2.000.000,- sebagai tanda jadi yang
mengikat unit tetapi tidak mengikat harga, maksudnya mengikat
unit tetapi tidak mengikat harga adalah jika sewaktu-waktu harga
tanah naik maka harga yang dipesan juga ikut naik selama belum
di akad. Dan jika pemesan menggagalkan akad, uang yang semula
dijadikan Booking Fee di kembalikan kepada pemesan secara utuh
tapi tetap procedural. Kemudian dalam praktik jual beli yang
dilakukan tidak mengenal istilah BI Checking yaitu ketika ada
nasabah yang sudah di black list namanya oleh bank berarti
nasabah tersebut bermasalah. Akan tetapi hal tersebut tidak
menjadikan penghalang bagi pemesan untuk melakukan akad jual
beli kavling tanah perumahan Taylon syri‟ah.”/wawancara dengan
Ibu Yeni marketing Perumahan Taylon Syari‟ah 22 Maret 2018.
“akad istishna‟ kita gunakan karena mengacu pada hadist nabi
yang dulunya Nabi juga pernah melakukan jual beli dengan
memesan dulu, yaitu beliau pesan untuk dibuatkan cincin stampel
dari perak. Jadi dengan bukti dari hadist itu berarti jual beli
istishna‟ itu boleh dilakukan”/wawancara dengan Bapak Muhlisin
tim pelaksana di Perumahan Taylon syari‟ah 22 Maret 2018.
“saya senang mbak bertemu dengan pengusaha yang benar-benar
menjalankan bisnisnya sesuai dengan syari‟at Islam seperti
perumahan Taylon Syari‟ah ini”/wawancara dengan Ibu Reena
selaku pembeli perumahan Taylon Syari‟ah 22 Maret 2018.
b. Prosedur pembayaran
Dalam proses pembayaran yang dilakukan oleh pemesan bisa
melalui bank, bukan dalam rangka pembiayaan perumahan melainkan
sebagai perantara pembayaran. Kemudian jika didapati pembayaran
angsuran yang telat oleh pembeli, maka tidak dikenakan denda maupun
sita dengan syarat pembeli memberikan alasan tepat dan bisa diterima
oleh pihak marketing perumahan Taylon Syari‟ah.
Dan bilamana ada pembeli benar-benar tidak bisa membayar
angsuran, maka akan diberikan surat peringatan (SP) I. Setelah dua bulan
mendapat surat peringatan (SP) I pembeli tidak bisa membayar angsuran,
maka dari pihak marketing akan memberikan surat peringatan (SP) II.
Selanjutnya bila dalam waktu dua bulan pembeli juga belum bisa
membayar angsuran maka akan dikenakan resduling, tetapi jika setelah
diberikan resduling pembeli masih belum bisa membayar angsuran, maka
akan diberikan waktu lagi selama dua bulan untuk menjual rumahnya.
Jika dalam waktu dua bulan rumah belum juga terjual maka akan dibantu
oleh pihak marketing untuk menjual rumahnya.
Untuk prosedur pemabayaran terdapat dua cara, adapun cara yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Sistem tunai
Pembayaran ini dilakukan secara tunai, dengan memberikan
Booking Fee sebesar Rp. 2.000.000,- dan membayar 50% dari
harga rumah sebelum dibangun. Kemudian dilunasi 100%
sebelum rumah dipasang genteng.
2) Sistem kredit
Pembayaran ini dilakukan secara berangsur berdasarkan
kesepakatan antara penjual dan pembeli, dengan memberikan
Booking Fee sebesar Rp. 2.000.000,-. Dari Booking Fee tersebut
nantinya akan dimasukkan sebagai Down Payment (DP) / uang
muka.
Sebagai ketentuan yang harus dipenuhi yaitu maksimal 15 hari
setelah pemeberian booking Fee, Down Payment (DP) / uang muka harus
dilunasi.
“disini ada dua prosedur pembayaran yaitu dengan cara tunai dan
kredit”/wawancara dengan Bapak Wisnu karyawan Perumahan
Taylon Syari‟ah 22 Maret 2018.
“disini juga peraturannya ketat lo mbak, karena jika ada orang
yang mau beli ditanya dulu pekerjaannya, kalau kerjanya di bank
atau koperasi pasti pihak marketing langsung menolaknya. Karena
sebenarnya saya juga begitu mbak, karena saya adalah seorang
perias pengantin. Tetapi boleh saja sih membeli kavling tanah
lagi ketentuannya harus belu tunai atau cash, tidak boleh kredit.
Tapi kalau saya sih mendukung saja sih mbak mereka
menjalankan konsep bisnis seperti itu, toh itu juga tidak
merugikan saya, malah Alhamdulillah riasannya jadi laris
manis”/wawancara dengan Ibu Reena sebagai pembeli perumahan
Taylon Syari‟ah 22 Maret 2018.
“saya pernah telat membayar angsuran mbak, bahkan tidak hanya
sekali duakali, tapi sudah seringkali, tapi dari pihak kantor tidak
pernah melakukan denda ataupun sita. Yang penting ada itikad
baik saja menghubungi kantor menyertakan alasannya Insyaallah
kantor akan memberikan dispensasi”/wawancara dengan Bapak
Bandi sebagai pembeli perumahan Taylon Syari‟ah 22 Maret
2018.
Berdasarkan keterangan narasumber diatas, maka penulis berpendapat
bahwa akad praktik jual beli Perumahan Taylon Syari‟ah Kabupaten Pati
sudah sesuai dengan kaidah maupun konseptual syariat yang di ajarkan
dalam Islam. Karena dalam realisasinya baik owner (pemilik) maupun
pengelola Perumahan Taylon Syari‟ah telah benar-benar mengamalkan dan
memperhatikan muamalah yang sesuai dengan syariat Islam.
B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Properti Perumahan Taylon
Syari’ah Kabupaten Pati
Transaksi jual beli merupakan aktifitas yang dibolehkan dalam Islam, baik
disebutkan dalam Al-Quran, Hadits maupun ijma‟ ulama. Adapun dasar hukum
jual beli adalah sebagai berikut :
1. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Swt dalam Surat Al-
Baqarah ayat 275 :
وأحل اللة الب يع وحرم الربا
“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba”
2. Dalam Surat An-Nisa‟ ayat 29 :
يا أي ها الذين آمنوا لتأكلوا أموالكم ب ي نكم بالباطل إل أضن تكون تارة
إن اللة كان بكم رحيما عن ت را ض منكم ول ت قت لوا أن فسكم “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka
di antara kamu dan janganlah kamu membunuh
dirimu.Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.”
Berdasarkan ayat ini, yang menjadi kriteria suatu transaksi yang sah
adalah adanya unsur suka sama suka (Hasan, 2008:381).
Adapun landasan hukum jual beli yang berasal dari hadits Rasulullah
SAW., adalah sebagai berikut:
انماالبيع عن ترا ض
“Sesungguhnya sahnya jual beli atas dasar kerelaan”
Sedangkan para ulama telah sepakat mengenai kebolehan akad jual
beli. Ijma‟ ini memberikan hikmah bahwa kebutuhan manusia berhubungan
dengan sesuatu yang ada dalam kepemilikan orang lain, dan kepemilikan
sesuatu itu tidak akan diberikan dengan begitu saja, namun harus ada
kompensasi sebagai imbal baliknya. Sehingga dengan disyariatkannya jual
beli tersebut merupakan salah satu cara untuk merelalisasikan keinginan dan
kebutuhan manusia, karena pada dasarnya manusia tidak akan dapat hidup
sendiri tanpa berhubungan dan bantuan orang lain (Huda, 2011:54).
Hadits Nabi SAW., tentang istisna‟ :
عن أنس رضي الله عنو أن نبى اللو صلى الله عليو و سلم كان أراد أن يكتب
إلى العجم فقيل لو إن العجم لا ي قب لون إلا كتابا عليو خاتم. فاصطنع خاتما
من فضة. قال كأنى أنظر إلى ب ياضو فى يده. رواه مسلم
“Diriwayatkan dari sahabat Anas radhiallahu „anhu,
pada suatu hari Nabi shallallahu „alaihi wa sallam
hendak menuliskan surat kepada seorang raja non
arab, lalu dikabarkan kepada beliau: Sesungguhnya
raja-raja non arab tidak sudi menerima surat yang
tidak distempel, maka beliaupun memesan agar ia
dibautkan cincin stempel dari bahan perak. Anas
menisahkan: Seakan-akan sekarang ini aku dapat
menyaksikan kemilau putih di tangan beliau.” HR.
Riwayat Muslim.
Secara umum, jual beli dengan sistem kredit diperbolehkan oleh
syariat. Hal ini berdasarkan pada beberapa dalil, di antaranya adalah:
3. Firman Allah Ta‟ala :
ى فاكتبوه يا أي ها الذين آمنوا إذا تداي نتم بدين إل أجل مسم
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya.” (QS. Al Baqarah : 282)
Ayat di atas adalah dalil bolehnya akad hutang-piutang, sedangkan
akad kredit merupakan salah satu bentuk hutang, sehingga keumuman
ayat di atas bisa menjadi dasar bolehnya akad kredit.
4. Hadis „Aisyah radhiyallahu „anha,
عليو وسلم من ي هودي طعاما بنسيئة، ورىنو درعو اشت رى رسول اللو صلى الله
“Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam membeli sebagian bahan
makanan dari seorang yahudi dengan pembayaran dihutang dan beliau
juga menggadaikan perisai kepadanya.” (HR. Bukhari:2096 dan Muslim:
1603)
Dalam hadis ini Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam membeli
bahan makanan dengan sistem pembayaran dihutang, itulah hakikat
kredit.
Pada hakikatnya di dalam kasus jual beli di atas tidak terjadi dua transaksi,
sebab meskipun ada variasi harga akan tetapi sang pembeli hanya memilih
salah satu harga saja. Itu artinya harga yang disepakati oleh penjual dan
pembeli hanya satu saja, bukan ganda. Sedangkan yang dilarang di dalam
hadis di atas adalah jual beli dengan akad ganda.
Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda,
من أسلف ف شيء فليسلف ف كيل معلوم ووزن معلوم إل أجل معلوم
“Barang siapa yang membeli dengan cara memesan, hendaknya ia memesan
dengan takaran serta timbangan yang jelas dan hingga batas waktu yang
jelas pula.” (HR. Bukhari: 2240 dan Muslim: 1604)
Hadis di atas menunjukan bolehnya akad pemesanan. Sebagaimana
dalam akad istishna‟ diperbolehkan mengakhirkan penyerahan barang
dengan syarat pembayaran kontan serta ukuran dan waktu penyerahannya
jelas, maka boleh juga dalam akad kredit mengakhirkan penyerahan uang
dengan syarat peyerahan barang secara kontan serta nominal pembayaran
dan waktu pembayarannya jelas.
Berdasarkan hadits di atas menunjukkan bahwa istisna‟ pernah
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW., dan dari keterangan hadits di atas
juga menunjukkan bahwasannya istisna‟ diperbolehkan.
Kemudian dari beberapa rujukan Al-Qur‟an maupun hadits diatas
telah menerangkan tentang bagaimana keabsahan akad jual beli yang sesuai
dengan syari‟at. Yang mana dalam konseptual akad jual beli Perumahan
Taylon Syari‟ah telah mengambil dari pada konsep jual beli yang
disyari‟atkan sebagaimana tertuang dalam Al-Qur‟an, Hadist maupun Ijma‟
Ulama‟ yang terpapar diatas.
Berdasarkan dalil-dalil diatas penulis berpendapat bahwa konseptual
pengelolaan akad praktik jual beli Perumahan Taylon Syari‟ah sudah benar.
Karena dalil-dalil yang ada telah menunjukkan bahwasannya pengelolaan
akad praktik jual beli Perumahan Taylon Syari‟ah sudah sesuai dengan
kaidah muamalah sebagaimana tealah disyariatkan dalam ajaran Islam.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil wawancara yang penulis peroleh dari narasumber, diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam akad jual beli perumahan Taylon Syari‟ah, akad yang dipakai
yaitu istisna‟ (akad pemesanan). Dimana ketika ada seseorang ingin
memesan kavling tanah yang nantinya akan dibangun perumahan, maka
dikenakan Booking Fee sebesar Rp. 2.000.000,- sebagai tanda jadi yang
mengikat unit tetapi tidak mengikat harga. Adapun maksud dari mengikat
unit tetapi tidak mengikat harga adalah jika sewaktu-waktu harga tanah
naik maka harga yang dipesan juga ikut naik selama belum di akad. Dan
bilamana pemesan menggagalkan akad, uang yang semula dijadikan
Booking Fee di kembalikan kepada pemesan secara utuh berdasarkan
prosedur yang ada. Kemudian dalam praktik jual beli yang dilakukan
tidak mengenal istilah BI Checking yaitu ketika ada nasabah yang sudah
di black list namanya oleh bank berarti nasabah tersebut bermasalah.
Akan tetapi hal tersebut tidak menjadikan penghalang bagi pemesan atau
Buyer (pembeli) untuk melakukan akad jual beli kavling tanah
perumahan Taylon syri‟ah. Dalam proses pembayaran yang dilakukan
oleh pemesan bisa melalui bank, bukan dalam rangka pembiayaan
perumahan melainkan sebagai perantara pembayaran. Kemudian jika
didapati pembayaran angsuran yang telat oleh pembeli, maka tidak
dikenakan denda maupun sita dengan syarat pembeli memberikan alasan
tepat dan bisa diterima oleh pihak marketing perumahan Taylon Syari‟ah.
Untuk prosedur pemabayaran terdapat dua cara, adapun cara yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Sistem tunai
Pembayaran ini dilakukan secara tunai, dengan memberikan
Booking Fee sebesar Rp. 2.000.000,- dan membayar 50%
dari harga rumah sebelum dibangun. Kemudian dilunasi
100% sebelum rumah dipasang genteng.
b. Sistem kredit
Pembayaran ini dilakukan secara berangsur berdasarkan
kesepakatan antara penjual dan pembeli, dengan memberikan
Booking Fee sebesar Rp. 2.000.000,-. Dari Booking Fee
tersebut nantinya akan dimasukkan sebagai Down Payment
(DP) / uang muka.
Sebagai ketentuan yang harus dipenuhi yaitu maksimal 15
hari setelah pemeberian booking Fee, Down Payment (DP) / uang
muka harus dilunasi.
2. Mengenai tinjauan hukum Islam terhadap jual beli properti Perumahan
Taylon Syari‟ah Kabupaten Pati didapati dari beberapa rujukan Al-
Qur‟an maupun hadits yang telah tertulis sebelumnya menerangkan
bahwasannya dalam konseptual akad jual beli Perumahan Taylon
Syari‟ah telah mengambil daripada konsep jual beli yang disyari‟atkan
dalam Islam.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis samapikan adalah sebagai berikut:
1. Kepada pengelola Perumahan Taylon Syari‟ah semoga bisa
mengistiqomahkan konseptual muamalah berbasis syari‟ah yang sudah
direalisasikan.
2. Untuk pengusaha muslim lainnya semoga bisa mengikuti napak tilas
sebagaimana yang telah direalisasikan oleh pengelola Perumahan Taylon
Syari‟ah yang senantiasa memperhatikan pengelolaan usaha dengan
konseptual syari‟ah.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainudin. 2009. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
Asyhadie, Zaenie. 2014. Hukum Bisnis: Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia.
Ed. Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.
Aziz, Abdul Muhammad Azzam. 2010 .”Fiqh Muamalah Sistem Transaksi dalam
Fiqh Islam”. Jakarta : Bumiaksara.
Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial: Format Kuantitatif dan Kualitatif.
Surabaya: Airlangga University.
Dewi, Gemala, Widyaningsih, &Yeni Salma Barlinti. 2006. “Hukum Perikatan Islam
di Indonesia”. Jakarta : Bumiaksara.
Huda, Qamarul. 2011 .“Fiqh Muamalah”. Yogyakarta
M. Ali Hasan. 2008. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Muclich, Ahmad Wardi.2010.”Fiqh Muamalah”. Jakarta : AMZAH
Moleong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Ed. Cetakan ke 26. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Ed. Cetakan ke 16. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
. 2011. Metode Penelitan Kualitatif. Ed.
Nawawi. Hadari. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Rusli, Hardijan. 2006. Metode Penelitian Hukum Normatif: Bagaimana?. Jurnal Law
Review Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan Vol. V No.
3.
Romy, Suemitro. 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurementri. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Sabiq, sayyid. 1987 . Fikih Sunnah 13. Bandung: PT Alma‟arif
Sahrani, Sohari dan Ruf‟ah Abdullah. 2011.”Fiqh Muamalah”. Bogor : Ghalia
Indonesia.
Suhendi, Hendi.2014.“Fiqh Muamalah”.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sudarsono, Heri. 2003. Bank danLembagaKeuanganSyari‟ah.Yogyakarta: Ekonisia.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/properti
https://pengusahamuslim.com/1156-akad-istishna.html
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tayu.Pati
http://artikelkuislami.blogspot.co.id/2011/10/bagaimana-hukum-jual-beli.html
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Maulina Handayani
Tempat/Tanggal Kelahiran : Kab. Semarang/ 19 Oktober 1994
Alamat : Dusun Krajan RT 02/RW 06 Desa
Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang
Nomor Telepon : 085802460146
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan
TK ROWOSARI
MI MA‟ARIF SRATEN
MTs Al-HIKMAH KAJEN MARGOYOSO PATI
SMK CORDOVA KAJEN MARGOYOSO PATI
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
Hormat saya,
Maulina Handayani
PT. Tan Iskandar Muda
Perumahan Taylon Syari’ah Jl.Tayu-Jepara Km.2 Telp.(0295)4590315 Hp.081326877800
PERJANJIAN PENDAHULUAN JUAL BELI (AKAD ISTISHNA’)
NO.70150029/M/TAN‟IM/X/2017
Pada hari ini, tanggal 2 bulan Oktober, tahun 2017, telah terjadi kesepakatan Jual
Beli berupa
RUMAH TINGGAL antara:
Nama :
Alamat :
No. KTP :
Dalam hal ini bertindak selaku dan atas nama pribadi selanjutnya disebut sebagai
Pembeli.
Nama :
Alamat :
No. KTP :
Dalam hal ini bertindak selaku dan atas nama PT.Tan Iskandar Muda dalam hal ini
Perumahan Tayu Kulon Sejahtera selanjutnya disebut sebagai Penjual.
Para Pihak telah sepakat mengenai hal-hal sebagai berikut :
1. Perjanjian Pengikatan Jual-Beli ini dituangkan mengikuti format Akad Jual
Beli Istishna‟ dan dijalankan mengikuti kaidah hukum-hukum syariah Islam.
2. Rumah Tinggal yang dijadikan sebagai Objek Jual Beli ini terletak di
Perumahan Taylon Syariah Gg.9 Blok E nomor 31 dengan SHM no.01884,
luas tanah 76 M2.
3. Ketentuan pokok hukum syara‟ tentang Istishnâ‟ yang termaktub dalam
Mukadimah Akad Jual Beli Istishna‟ pada pasal 1 dokumen ini merupakan
satu kesatuan yang tak terpisahkan dan dimaksudkan untuk dijadikan rujukan.
Pasal 1
Mukadimah Akad Jual Beli Istishna’
(KETENTUAN POKOK HUKUM SYARA’ TENTANG AL-ISTISHNÂ’)
1. Istishnâ‟ yang dimaksudkan adalah istishnâ yang berupa jual beli, bukan
istishnâ‟ yang berupa ijarah.
2. Istishnâ‟ adalah jual beli sesuatu yang dideskripsikan berada dalam
tanggungan yang proses pembuatannya berlangsung dari penjual atau orang
lainnya -Sale in the form of a contract for manufacture- (Rawwas Qal ‟ah Ji,
Mu‟jam Lughah al-Fuqaha‟). Istishnâ dalam pengertian lainnya adalah akad
pembelian langsung sesuatu yang termasuk apa yang harus
dibuat/dirakit/dibentuk/dibangun (yushna‟u shun‟an) yang mengharuskan
penjual menyerahkannya dalam bentuk yang sudah jadi dibuat dengan bahan-
bahan yang berasal darinya dengan spesifikasi yang spesifik dan dengan
harga tertentu (Dr. Muhammad Ahmad az- Zarqa, „Aqd al-Istishnâ wa mudâ
Ahammiyatihi fî al-Istitsmârât al-Mu ‟âshirah).
3. Istishnâ‟ merupakan salah satu bentuk jual beli yang hukumnya boleh.
Dasarnya adalah perbuatan Rasul saw dimana Beliau pernah memesan
dibuatkan cincin dan bangku, persetujuan Rasul saw atas praktek istishnâ
yang dilakukan oleh para sahabat, dan ijmak sahabat.
4. Sebagai jual beli, terhadap Istishnâ‟berlaku hukum-hukum jual beli secara
umum disertai dengan ketentuan-ketentuan khusus tentangnya.
5. Sehingga sah, akad Istishnâ‟harus memenuhi rukun dan syaratnya.
6. Rukun Istishnâ‟ ada tiga:
a. Al-„aqidân (dua pihak yang berakad) yaitu al-mustashni‟ (yang memesan
barang) atau pembeli dan ash-shâni‟ (pembuat) atau penjual. Kedua pihak
haruslah pihak yang secara syar‟iy sah melakukan tasharruf.
b. Ijab dan qabul, dalam hal ini harus ada suka sama suka diantara kedua
pihak, adanya kesatuan majelis dan keterpautan antara ijab dan qabul.
c. Al-„ma‟qûd „alayh (obyek akad) yaitu barang yang dipesan untuk dibuat
(al-mustashna ‟fîhiatau al-mashnû‟).
7. Syarat Khusus Istishnâ‟ terkait al-mustashna‟ fîhi atau al-mashnû‟:
a. Harus dijelaskan spesifikasinya dengan sejelas-jelasnya sehingga bisa
menghilangkan perselisihan.
b. Berada dalam tanggungan penjual (ash-shâni‟) untuk dia serahkan kepada
pembeli (almustashni‟)setelah jangka waktu tertentu yang disepakati.
Semua spesifikasi atau sifat yang bisa menyebabkan perbedaan nilai atau
harga, maka harus disebutkan dalam detil spesifikasi barang itu.
c. Barang itu (al-mashnû‟) harus merupakan barang shinâ‟ah, yaitu yang
melalui prosespembuatan, perakitan, pembentukan atau pembangunan.
Jadi barang yang dijual dalam istishnâ‟ adalah barang jadi hasil proses
pembuatan, perakitan, pembentukan atau pembangunan dari satu atau
lebih bahan baku.
d. Bahan untuk membuat barang tersebut berasal dari penjual (ash-shâni‟).
Sebab jika bahan berasal dari al-mustashni‟, akad tersebut menjadi akad
ijarah sebab obyek akadnya adalah hanya berupa kerja saja.
8. Dalam akad Istishnâ‟, tempo waktu penyerahan barang harus disepakati
dengan jelas.
9. Harga istishnâ‟ boleh dibayarkan di awal pada saat akad, boleh dibayar
sekaligus pada saat penyerahan barang, boleh sebagian di awal dan dilunasi
pada saat penyerahan barang, dan boleh juga dibayar secara kredit setelah
penyerahan barang baik sekaligus atau dengan angsuran. Hal itu dikecualikan
dari pengharaman jual beli utang dengan utang. Dasarnya adalah riwayat al-
Bukhari dan Muslim tentang pemesanan cincin oleh Rasul saw yang
kemudian diikuti oleh para sahabat dimana hal itu menunjukkan bahwa akad
al-istishnâ‟ tersebar luas di Madinah. Mereka melangsungkan akad al-
istishnâ‟ berdasarkan yang biasa mereka lakukan. Syara‟ tidak membatasi
tata cara pembayarannya. Ini menunjukkan bahwa syara‟ menyetujui akad
istishnâ‟ yang tersebar di tengah penduduk Madinah dan syara‟ tidak
menambah hukum-hukum baru.
10. Jika akad istishnâ‟ sempurna, maka akad tersebut bersifat mengikat kedua
pihak, dengan ketentuan:
a. Keduanya berhak membatalkannya selama belum berpisah majelis.
b. Jika sudah berpisah majelis, keduanya tidak boleh membatalkan akad, baik
barang belum atau sedang dibuat, kecuali atas persetujuan pihak lain. Jika
terjadi dharar yakni kerugian finansial pada salah satu pihak–pihak yang
tidak membatalkan akad-, maka pihak yang dirugikan itu boleh menuntut
ganti rugi.
c. Dalam konteks sistem pembayaran yang dilakukan secara kredit, penjua
boleh mempersyaratkan bahwa Uang Muka (DP) termasuk seluruh dana
yang sudah dibayarkan hangus apabila Pembeli secara sepihak
membatalkan ketika Akad Istishna‟ sudah sempurna.
11. Penjual (ash-shâni‟) wajib menyerahkan barang sesuai spesifikasi yang
disepakati pada waktu yang disepakati.
12. Pada saat barang diserahkan, pembeli (al-mustashni‟) memiliki hak khiyâr
ar-ru‟yah. Yaitu ketika melihat barang jika ia mendapati ketidaksesuaian
dengan spesifikasi yang disepakati maka ia memiliki pilihan:
a. Menerima barang tersebut, atau
b. Menolak menerima barang tersebut dan meminta penjual untuk
menyerahkan barang sesuai spesifikasi yang disepakati, dan memberikan
tambahan tempo waktu kepada penjual. Dalam hal ini, pembeli tidak
boleh tetap menerima barang dan meminta kompensasi finansial atas
ketidaksesuaian barang dengan spesifikasi, sebab jika begitu artinya telah
terjadi dua jual beli dalam satu jual beli dan itu adalah haram.
c. Menolak barang tersebut dan meminta kembali harga yang sudah
dibayarkan, dan artinya akad istishnâ‟ tersebut batal.
d. Setelah point c tersebut, dimungkinkan untuk dilakukan jual beli yang baru
atas barang tersebut, namun tidak ada hubungannya dengan akad istishnâ‟
yang sudah dibatalkan.
13. Jika penjual (ash-shâni‟) meninggal dunia sebelum barang itu selesai, maka
pemesan (almustashni‟) memiliki khiyar. Yaitu antara menerima diberikan
barang dari pembuat (ash-shâni‟) lainnya atau membatalkan akad tersebut.
14. Jika pembeli (al-mustashni‟) meninggal dunia sebelum barang diserahkan
maka harus dilihat. Jika barang belum dibuat oleh penjual (ash-shâni‟) maka
kelanjutan akad istishna‟ tersebut diserahkan kepada penjual apakah tetap
dilanjutkan atau dibatalkan. Jika barang sedang dalam proses pembuatan atau
sudah selesai dibuat tetapi belum diserahkan, maka ahli waris pembeli wajib
mengambil alih tanggung jawab pembeli.
Pasal 2
Tentang RUMAH TINGGAL
1. Pembeli dan Penjual telah sepaham bahwa RUMAH TINGGAL termasuk
barang shinâ‟ah (manufaktur).
2. Pembeli dan Penjual telah menyepakati RUMAH TINGGAL memiliki
spesifikasi yang secara rinci tercantum dalam addendum sebagai satu
kesatuan dari dokumen akad Istishnâ‟ ini. Spesifikasi rumah tinggal secara
lebih rinci dapat juga dijelaskan lebih lanjut setelah akad ini disepakati.
3. Usulan dari pihak pembeli mengenai layout dan rencana perubahan dapat
disampaikan pada saat awal pembangunan rumah tinggal dilaksanakan,
selagi tidak merubah RAB.
Pasal 3
Harga dan Total Kewajiban Finansial
1. Pembeli dan Penjual telah menyepakati harga Jual Istishnâ‟ atas
RUMAH TINGGAL No. 31 Blok E LB 27m2 LT 76m2 adalah Rp
211.600.000,- (Nilai selama 5 tahun)
2. Harga tersebut sudah termasuk SHM no.01884
3. Harga tersebut belum termasuk biaya Pajak, AJB, BPHTB dan BBN
4. Biaya AJB, BPHTB dan BBN akan dibayarkan sesuai dengan tahapan
prosesnya.
5. Biaya-biaya lain termasuk iuran-iuran setelah serah terima rumah
bukan merupakan tanggung jawab penjual.
Pasal 4
Cara Pembayaran
1. Pembeli dan Penjual telah menyepakati bahwa harga RUMAH TINGGAL
yang disebutkan pada pasal 3 akan dibayarkan oleh Pembeli kepada Penjual
dengan cara pembayaran sebagai berikut:
a. Diawal pada saat Akad sebesar Rp 43.000000,- sebagai bagian dari
uang muka setelah dikurangi Booking Fee dqan DP awal sejumlah
Rp. 10.000.000,-
b. Pembayaran Sisa harga Jual dilakukan secara kredit sejak Bulan
November 2017 dengan angsuran selama jangka waktu 60 bulan.
c. Besarnya angsuran selama 5 tahun setiap bulan adalah Sisa Harga
Jual dibagi jumlah bulan, yaitu sebesar Rp 2.750.000,- per bulan.
d. Pembayaran angsuran tiap bulannya bisa dilakukan secara tunai atau
melalui transfer ke rekening BNI Syariah No. Rekening
0440044048 atas nama GAMAL HARIS atau Bank Jateng
Syariah No. Rekening 5031006011 atas nama PT.TAN
ISKANDAR MUDA. e. Jika pembayaran dilakukan melalui transfer, pihak Pembeli harus
memberitahukan kepada Penjual berikut bukti transfernya ke email
: [email protected] atau WA 0813.2687.7880
f. Setelah pembayaran diterima, pihak Penjual harus memberikan
kuitansi pembayaran angsuran kepada Pembeli berikut informasi
total angsuran yang sudah dibayarkan dan sisa kewajiban yang
harus dibayarkan.
Pasal 5
Keterlambatan Pembayaran
1. Keterlambatan pembayaran angsuran tidak dikenakan denda.
2. Dalam hal terjadi keterlambatan pembayaran (angsuran) oleh Pembeli dari
tanggal jatuh tempo (tiap bulannya), Pembeli berkewajiban
menyampaikannya kepada Penjual berikut alas an keterlambatan itu.
3. Dalam hal Penjual tidak bisa menerima keterlambatan berikut alasannya,
dan tidak memberikan tempo tambahan kepada Pembeli, maka Penjual
berhak menuntut Pembeli untuk segera membayarnya.
4. Dan dalam hal Penjual tetap tidak memberi tempo tambahan, sementara
Pembeli tetap tidak mampu membayarnya (sampai dengan 3 bulan
berturut-turut), Penjual berhak menuntut eksekusi agunan.
5. Pembeli dan Penjual telah menyepakati bahwa dalam hal Pembeli tetap
tidak mampu membayar maka penyelesaikannya akan dilakukan sesuai
ketentuan hukum syara‟, dan praktisnya dilakukan mengikuti penyelesaian
perselisihan sebagaimana yang tercantum pada pasal 9 tentang
Penyelesaian Perselisihan
Pasal 6
Agunan
1. Dalam transaksi jual beli Istishnâ‟ secara kredit atas RUMAH TINGGAL
ini, Pembeli dan Penjual telah menyepakati bahwa :
a. Pembeli bersedia memberkan jaminan personal kepada penjual
b. Sebelum ada agunan pengganti atas transaksi tersebut maka
sertifikat rumah akan dititipkan kepada pihak ketiga tapi bukan
sebagai agunan.
c. Kesepakatan atas hal ini akan dibuatkan dalam dokumen tersendiri
yang memiliki kekuatan hukum yang sama (notaril).
2. Apabila pembeli tidak mampu menyelesaikan kewajiban bulanan kepada
penjual (3 bulan secara berturut-turut) maka pembeli atas inisiatif sendiri
menjual rumah yang dimilikinya.
3. Dalam hal konsumen tidak mampu menjual rumahnya dalam tempo yang
telah ditetapkan penjual, maka penjual boleh meminta untuk membantu
menjualkan rumah konsumen, yang pelaksanaannya dilakukan sesuai
ketentuan syariah. Rumah tersebut akan dijual secara wajar mengikuti
pasar dalam transaksi yang memberikan manfaat paling besar kepada
debitur (Pembeli). Hasil penjualan tersebut digunakan untuk membayar
utang yang menjadi kewajiban pembeli (debitur). Dalam hal terdapat
kelebihan dari hasil penjualan rumah setelah pembayaran utang, kelebihan
tersebut dikembalikan kepada Pembeli (debitur). Dalam hal terjadi
ketidakcukupan hasil penjualan rumah untuk pembayaran utang,
kekurangan tersebut tetap menjadi tanggungan Pembeli (debitur).
Pasal 7
Penyerahan RUMAH TINGGAL dan Hak Khiyar
1. Penerima pesanan sebagai penjual (ash-shâni‟) wajib menyerahkan
RUMAH TINGGAL kepada Pemesan sebagai pembeli (al-mustashni ‟) sesuai
spesifikasi yang tercantum dalam addendum, selambat-lambatnya 4 bulan
setelah DP Lunas.atau pada tanggal 3 bulan Februari tahun 2018.
2. Pada saat penyerahan RUMAH TINGGAL, Pembeli memiliki hak khiyar
ru‟yah dengan ketentuan:
a. Jika RUMAH TINGGAL telah sesuai dengan spesifikasi yang
tercantum dalam addendum, Pembeli tidak boleh menolaknya.
b. Jika RUMAH TINGGAL tidak memenuhi spesifikasi yang
tercantum dalam addendum, maka Pembeli bisa memilih satu diantara
opsi berikut:
1. Menerima barang tersebut, atau
2. Menolak barang tersebut dan meminta penjual untuk
menyerahkan barang sesuai spesifikasi yang disepakati, dan
memberikan tambahan tempo kepada penjual. Dalam hal ini,
Pembeli tidak boleh menerima barang dan meminta
kompensasi finansial, sebab jika begitu artinya telah terjadi
dua jual beli dalam satu jual beli yang diharamkan oleh
syara‟.
3. Menolak barang tersebut dan meminta kembali harga yang
sudah dibayarkan, dan dengan itu akad istishnâ‟ tersebut
batal.
4. Setelah pasal 7.2.b.2 tersebut, dimungkinkan untuk
dilakukan jual beli yang baru atas barang tersebut, namun
tidak ada hubungannya dengan akad istishnâ‟ yang sudah
dibatalkan.
Pasal 8
Pembatalan Akad dan Ganti Rugi
1. Setelah akad ini disepakati, kedua pihak baik Pembeli maupun Penjual
tidak boleh membatalkan akad, baik barang belum dibuat atau sedang
dibuat, kecuali atas persetujuan pihak lain.
2. Apabila Akad Jual beli ini dibatalkan atas keinginan sepihak dari Pihak
Pembeli maka seluruh dana yang telah dibayarkan kepada Pihak Penjual
dianggap hangus.
3. Jika terjadi dharar yakni kerugian finansial pada salah satu pihak maka
pihak yang dirugikan boleh menuntut ganti rugi.
4. Besarnya kerugian dan ganti rugi ditetapkan melalui kesepakatan diantara
Pembeli dan Penjual.
5. Dalam hal tidak tercapai kesepakatan besarnya kerugian dan ganti rugi,
maka penentuan kerugian dan ganti rugi tersebut dipercayakan kepada
pihak ketiga yang disepakati oleh Pembeli dan Penjual.
Pasal 9
Penyelesaian Perselisihan
1. Dalam hal terjadi perselisihan selama pelaksanaan akad jual beli Istishnâ‟
ini hingga selesai seluruh kewajiban kedua pihak baik Pembeli dan Penjual,
maka kedua pihak telah menyepakati untuk menyelesaikan perselisihan itu
secara kekeluargaan melalui musyawarah dan mufakat dengan tetap
mengacu kepada ketentuan hukum syara‟.Dalam hal tidak tercapai mufakat
dan penyelesaian, kedua pihak menyepakati untuk menunjuk pihak ketiga
yang disepakati bersama untuk menjadi hakim.
Pasal 10
Masa Pemeliharaaan
1. Masa pemeliharaan atas rumah tinggal yang diperjualbelikan adalah 100
hari setelah serahterima bangunan.
2. Yang termasuk dalam objek pemeliharaan adalah kerusakan-kerusakan
yang muncul karena kualitas bangunan kurang baik, bukan karena unsur
kesengajaan pemilik rumah dan juga bukan karena force major seperti
kebakaran atau bencana alam
3. Kerusakan-kerusakan yang terjadi setelah masa pemeliharaan tersebut
bukan menjadi tanggung jawab penjual walaupun masa angsuran masih
berlangsung.
Pasal 11
Lain-Lain
1. Pihak penjual menjamin sepenuhnya bahwa tanah yang dijual adalah milik
sah secara hukum syara atau bebas dari sitaan, tidak tersangkut dalam suatu
perkara atau sengketa, tidak sedang atau dijual kepada orang atau pihak
lain.
2. Akad ini dibuat oleh Pembeli dan Penjual dalam keadaan sadar tanpa
tekanan pihak manapun.
3. Dokumen ini dibuat dalam dua rangkap yang memiliki kekuatan hukum
yang sama. Masing masing salinan dipegang oleh Pembeli dan Penjual.
Pati, 2 Oktober 2017
Pihak Yang Berakad
PT.Tan Iskandar Muda
Nanang Aried Sulistyo Gamal Haris,ST
Pembeli (Al-Mustashni‟) Penjual (Ash-Shâni‟)
Saksi-saksi :
Rini Wisnu
Pamungkas
Istri
ADDENDUM
1. Al-Mustashna‟ fîhi atau al-mashnû‟ yang dalam akad disebut BARANG
adalah berupa Rumah Tinggal No.31 Blok E, LB 27 m2 LT 76 m2
2. Spesifikasi RUMAH TINGGAL adalah sebagai berikut:
I. Pondasi : Plat Beton / Batu kali
II. Dinding : Bata, Plester, Aci & Cat
III. Lantai
∼ Ruang Utama : 40 x 40
∼ Teras Dpn/Blkg : 40 x 40
∼ Kamar Mandi : 20 x 20 / Dinding : 20 x 25
IV. Kusen Pintu Jendela
∼ Kusen Sekelas Kalimantan
∼ Pintu Utama dan kamar Sekelas Kalimantan
∼ Daun Jendela Sekelas Kalimantan
∼ Kamar Mandi / Pintu PVC
V. Plafond
∼ Gypsum
VI. Atap
∼ Rangka Baja Ringan
∼ Genteng Mantili
VII. Sanitair
∼ Closet Jongkok
VIII. Instalasi Air
∼ Sumur PAM
IX. Instalasi Listrik
∼ PLN 1300 VA
□ 5 Titik Lapu
□ 3 Titik Stop Kontak
Gerbang Perumahan Taylon Syari‟ah dan tampak dibelakangnya masjid yang
termasuk salah satu fasilitas yang disediakan.
Gambar salah satu bangunan yang ada di Perumahan Taylon Syari‟ah
Kantor pemasaran Perumahan Taylon Syari‟ah
Denah rumah tahap II yaitu Taylon Syari‟ah
Wawancara dengan Pak Wisnu karyawan di Perumahan Taylor Syari‟ah sebagai
Admin dan Drafter
Wawancara dengan Ibu Yeni selaku Marketing dari Perumahan Taylon syari‟ah
Wawancara dengan Pak Muhlisin selaku tim Pelaksana di Perumahan Taylon
Syari‟ah
Diskusi bareng dengan karyawan di kantor pemasaran Perumahan Taylon Syari‟ah