TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS...

74
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET SEMINAR DENGAN FASILITAS YANG DITAWARKAN (Studi pada Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung) Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana S1 Dalam Ilmu Syariah Oleh Nama: Cindy Oktalinda NPM: 1621030397 Jurusan: Muamalah FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1441 H / 2020 M

Transcript of TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS...

Page 1: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET SEMINAR

DENGAN FASILITAS YANG DITAWARKAN

(Studi pada Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia

(LPEI) Bandar Lampung)

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Syarat-Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana S1

Dalam Ilmu Syariah

Oleh

Nama: Cindy Oktalinda

NPM: 1621030397

Jurusan: Muamalah

FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

1441 H / 2020 M

Page 2: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET SEMINAR

DENGAN FASILITAS YANG DITAWARKAN

(Studi pada Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia

(LPEI) Bandar Lampung)

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Syarat-Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana S1

Dalam Ilmu Syariah

Oleh

Nama: Cindy Oktalinda

NPM: 1621030397

Jurusan: Muamalah

Pembimbing I : Dra. Firdaweri., M.H.I

Pembimbing II : Juhrotul Khulwah., M.S.I

FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

1441 H / 2020 M

Page 3: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

ii

ABSTRAK

Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung

merupakan lembaga yang bergerak dalam pemberdayaan manusia (human

development) dengan cara melaksanakan atau mengadakan acara seminar atau

workshop yang pesertanya mulai dari tingkat siswa, mahasiswa, guru maupun

dosen. Kegiatan seminar merupakan suatu hal yang baik untuk dilakukan dalam

hal pembaharuan ilmu. Dan pada kenyataannya kegiatan seminar semakin

berkembang bahkan dijadikan sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan bagi

pihak tertentu. Dikarenakan hanya berfokus pada pendapatan keuntungan,

sehingga membuat pelaku usaha tidak menjalankan jual beli berdasarkan

ketentuan yang benar. Hal tersebut berdampak pada tidak terpenuhinya hak

konsumen.Permasalahan dalam skripsi ini adalah: bagaimana pelaksanaan praktik

jual beli tiket seminar dengan fasilitas yang ditawarkan oleh Lembaga

Pengembangan Edukasi Indonesia Bandar Lampung, dan bagaimana tinjauan

hukum Islam tentang praktik jual beli tiket seminar dengan fasilitas yang

ditawarkan oleh Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia Bandar Lampung.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana praktik jual beli

tiket seminar dengan fasilitas yang ditawarkan oleh tim Lembaga Pengembangan

Edukasi Indonesia Bandar Lampung dan untuk mengetahui sejelas mungkin status

hukumnya menurut Islam. Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan

(Field Research) yang bersifat deskriptif kualitatif yaitu mencari data dengan

melakukan penelitian langsung di lapangan, sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Metode pengolahan data menggunakan metode edit data (editing)

dan sistematika data (systematizing) yaitu menempatkan data menurut kerangka

sistematika bahasan berdasarkan urutan masalah kemudian tekhnik analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis kualitatif

dengan pendekatan induktif. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa praktik jual beli tiket seminar

dengan fasilitas yang ditawarkan pada Lembaga tersebut tidak sesuai dengan yang

diharapkan, karena pada waktu bersosialisasi pihak penjual menjelaskan terkait

fasilitas yang akan didapatkan oleh peserta tanpa menunjukkan bentuk dan jenis

fasilitas secara langsung, sehingga calon peserta hanya dapat mendengarkan

penjelasan dari pihak lembaga saat bersosialisasi dan hanya dapat menerka-nerka

fasilitas yang nantinya akan mereka dapatkan. Sehingga diantara peserta ada yang

kecewa,merasa dirugikan karena fasilitas yang didapatkan tidak sesuai dengan

yang diharapkan bahkan ada beberapa peserta yang tidak mendapatkan fasilitas

sepenuhnya.Dikarenakan jual beli tiket seminar dengan fasilitas yang ditawarkan

ini merupakan salah satu jual beli yang didasari ketidakjelasan barangnya

(mengandung gharar) oleh lembaga (penjual) dan merugikan pembeli, dan jual

beli tersebut merupakan jual beli yang hukumnya haram dan tidak diperbolehkan

dalam Islam karena tidak sesuai berdasarkan Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 90

dan Hadist Rasullah SAW yang diriwayatkan oleh Jama’ah kecuali Imam

Bukhari.

Page 4: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

iii

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Cindy Oktalinda

NPM : 1621030397

Jurusan : Muamalah

Fakultas :Syariah

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Jual Beli Tiket Seminar dengan Fasilitas yang ditawarkan(Studi pada

Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung)”

adalah benar-benar merupakan hasil karya penyusun sendiri, bukan duplikasi

ataupun saduran dari karya orang lain kecuali pada bagian yang telah dirujuk dan

disebut dalam footnote atau daftar pustaka. Apabila di lain waktu terbukti adanya

penyimpangan dalam karya ini, maka tanggung jawab sepenuhnya ada pada

penyusun.

Demikian surat pernyataan ini saya buat agar dapat dimaklumi.

Bandar Lampung, 08 Mei 2019

penulis,

Cindy Oktalinda

1621030397

Page 5: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan
Page 6: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan
Page 7: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

vi

MOTTO

الله

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku

dengan suka sama suka di antara kamu dan janganlah kamu membunuh dirimu.

Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

(QS. An-Nisa’(4( : 29).

Page 8: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

vii

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini kupersembahkan secara khusus untuk orang-orang yang

kusayangi serta selalu mendukung akan terselesaikannya karya ini diantaranya:

1. Kedua orang tuaku Bapak Sofiyan dan Ibu Eni Kusmiati tercinta yang selalu

mendukung ku secara penuh dalam berpendidikan dan tidak pernah lelah

dalam mendoakan dan menasehati secara moril ataupun materil untuk

anaknya, terimakasih tak terhingga telah menuntunku pada tahap ini dan

menyemangatiku untuk tahap selanjutnya;

2. Adikku tercinta Ridho Saputra terimakasih atas kasih sayang yang telah

diberikan yang tiada henti;

3. Dosen pembimbingIbu Dra.Firdaweri., M.H.I dan Ibu Juhratul Khulwah.,

M.S.I., yang memberikan bimbingan dengan sangat baik;

4. Almamater tercinta UIN Raden Intan Lampung;

5. Sahabat terbaik dalam perjalanan S1 yang selalu menyemangati dan

memberikan motivasi sampai pada akhir perjalanan S1, terimakasih untuk

Juwita Nur Safitri, Umi Hasanah, Eka Kurniasari, Murtiana, Rini Novitasari,

dan Megaliawati.

6. Almamater tercinta Tri Bhakti At-Taqwa, terimakasih tiada henti ku ucapkan

kepada KH. Kholiq Amrullah Adnan., M.Ag dan Ibu nyai Hj. Nurul

Hikmah.,S.Pd beserta seluruh guru-guru yang selalu mendoakan dan

memotivasi sampai detik ini dan tak lupa kepada Formalin TBA serta semua

orang yang menyemangati dan turut serta dalam perjuangan skripsi

khususnya untuk Hani Firgiani dan Eva Susmita.

Page 9: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

viii

RIWAYAT HIDUP

Cindy Oktalinda lahir di Negeri Sakti, Gedong Tataan, Kabupaten

Pesawaran pada tanggal 06 Oktober 1998. Lahir dari pasangan Bapak Sofiyan dan

Ibu Eni Kusmiati.

Riwayat pendidikan dimulai dari SD N 1 Negeri Sakti lalu kelas IV pindah

sekolah di SD N 1 Indraloka 1 selesai pada tahun 2010, kemudian melanjutkan

pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Way Kenanga selesai pada

tahun 2013. Setelah itu melanjutkan keMadrasah Aliyah Tri Bhakti At-

Taqwaselesai pada tahun 2016, kemudian melanjutkan ke Universitas Islam

Negeri Raden Intan Lampung dan mengambil Jurusan Muamalah di Fakultas

Syari’ah.

Bandar Lampung, 08 Mei 2019

Yang Membuat,

Cindy Oktalinda

NPM. 1621030397

Page 10: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-NYA

berupa Ilmu pengetahuan, kesehatan dan petunjuk sehingga skripsi yang

berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Tiket Seminar dengan

Fasilitas yang ditawarkan (Studi Pada Lembaga Pengembangan Edukasi

Indonesia (LPEI) Bandar Lampung)” dapat selesai. Shalawat dan salam

disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan umatnya.

Atas bantuan semua pihak dalam proses penyelesaian skripsi ini, tidak

lupa diucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof.Dr.H. Mukri.,M.Ag, selaku Rektor UIN Raden Intan Lampung

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di

kampus tercinta ini;

2. Dekan Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung Bapak Dr.H. Khairuddin

Tahmid., M.H yang senantiasa memfasilitasi kemudahan bagi mahasiswa-

mahasiswanya;

3. Bapak Dr.H. Khairuddin.,M.H selaku ketua Jurusan Muamalah dan Ibu

Juhrotul Khulwah.,M.S.I selaku sekretaris Jurusan Muamalah yang senantiasa

tanggap terhadap permasalahan mahasiswanya;

4. Ibu Dra. Firdaweri., M.H.I selaku pembimbing I dan Ibu Juhrotul

Khulwah.,M.S.I selaku pembimbing II yang selalu memberi masukan dan

membimbing secara penuh terhadap penyelesaian skripsi ini;

5. Tim penguji yang telah hadir di sidang munaqosyah Ibu Eti Karini, S.H.,

M.Hum selaku ketua sidang, Ibu Kartika S, S.pd., M.Pd selaku sekretaris,

Page 11: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

x

Bapak Dr. H. Khorul Abror, M.H selaku penguji I, Ibu Dra. Firdaweri, M.H.I

selaku penguji II, Ibu Juhrotul Khulwah, M.S.I selaku penguji III.

6. Seluruh dosen Fakultas Syari’ah yang telah memberikan Ilmu yang

bermanfaat;

7. Almamater tercinta UIN Raden Intan Lampung;

8. Seluruh teman-teman seperjuangan kelas H Muamalah Universitas Negeri

Raden Intan Lampung

Bandar Lampung,08 Mei 2019

Penulis,

Cindy Oktalinda

NPM. 1621030397

Page 12: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................

ABSTRAK .................................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ............................................................................. iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. iv

PENGESAHAN............................................................................................ v

MOTTO ........................................................................................................ vi

PERSEMBAHAN ........................................................................................ vii

RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii

DAFTAR BAGAN ..................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. PenegasanJudul ............................................................................... 1

B. Alasan Memilih Judul ...................................................................... 3

C. LatarBelakangMasalah .................................................................... 4

D. Fokus Penelitian .............................................................................. 8

E. Rumusan Masalah............................................................................ 8

F. TujuanPenelitian .............................................................................. 9

G. Signifikasi penelitian ....................................................................... 10

H. MetodePenelitian ............................................................................. 10

BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................. 17

A. JualBeli .......................................................................................... 17

1. PengertianJualBeli.................................................................. 17

2. DasarHukumJualBeli ............................................................. 22

3. Rukun Dan SyaratJualBeli ..................................................... 28

4. Macam-MacamJualBeli ......................................................... 42

5. JualBeli Yang DilarangMenurutHukum Islam ...................... 44

B. Gharar ........................................................................................... 47

1. PengertianGharar ................................................................... 47

2. Dalil Haramnya Gharar ......................................................... 48 3. Penyebab Terjadinya Gharar ................................................. 450

4. Bentuk-BentukJualBeliGharar .............................................. 52

C. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 52

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN .......................................... 55

A. Gambaran Umum Objek ............................................................... 57

1. SejarahLembagaPengembangan Edukasi Indonesia (LPEI)

Bandar Lampung .................................................................... 57

2. Struktur LembagaPengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) 59

3. Visi dan Misi LembagaPengembangan Edukasi Indonesia ... 62

Page 13: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

xii

B. Deskripsi Data Penulisan .............................................................. 63

1. Praktik Jual Beli Tiket Seminar dengan Fasilitas yang

ditawarkan .............................................................................. 63

2. Pendapat Para Peserta Tentang Praktik Jual Beli Tiket

Seminar dengan Fasilitas yang ditawarkan ............................ 65

BAB IV ANALISIS DATA ......................................................................... 71

A. PraktikJualBeliTiket Seminar DenganFasilitasyangditawarkan

pada Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI)

Bandar Lampung ........................................................................... 71

B. TinjauanHukum Islam TerhadapJualBeliTiket Seminar

pada Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI)

Bandar Lampung ........................................................................... 74

BAB V PENUTUP ....................................................................................... 78 A. Kesimpulan.................................................................................... 78

B. Rekomendasi ................................................................................. 79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 SK Pembimbing

Lampiran 3 Daftar Ralat

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 Permohonan Izin Riset

Lampiran 6 Daftar Nama Responden Penelitian

Lampiran 7 Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Tim LPEI

Lampiran 8 Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Peserta Seminar

Lampiran 9 Surat Keterangan Wawancara

Page 14: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Jumlah Responden dari Jenis Kelamin.............................................. 66

Tanggapan Responden Mengenai Rukun dan Syarat Jual Beli...... 66

Tanggapan Responden Mengenai Kepuasan Fasilitas

yang didapatkan................................................................................... 67

Page 15: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Sebagai kerangka awal guna mendapatkan gambaran yang jelas dan

memudahkan dalam memahami skripsi ini. Maka perlu adanya uraian terhadap

penegasan arti dan makna dari beberapa istilah yang terkait dengan tujuan

skripsi ini. Dengan penegasan tersebut diharapkan tidak akan terjadi

kesalahpahaman terhadap pemaknaan judul dari beberapa istilah yang

digunakan, disamping itu langkah ini merupakan proses penekanan terhadap

pokok permasalahan yang akan dibahas.

Adapun skripsi ini berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli

Tiket Seminar dengan Fasilitas yang ditawarkan (Studi Pada Lembaga

Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung) ”. Dengan uraian

sebagai berikut :

1. Tinjauan Hukum Islam

a. Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat (sesudah

menyelidiki, mempelajari).1

b. Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari dan menjadi bagian

agama Islam.2 Hukum Islam adalah istilah atau bahasa hukum yang

sering digunakan untuk menyatakan hukum-hukum yang tercakup dalam

1Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,1991), h. 1060. 2Mohammad Daud Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam Di

Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 42.

Page 16: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

2

ranah atau wilayah kajian Islam yang secara umum dan sering juga

dinyatakan dengan sebutan Hukum Syara‟ atau Syariah.3

Jadi yang dimaksud dengan Tinjauan hukum Islam adalah

pemeriksaan kegiatan pengumpulan data yang dilakukan secara sistemasi

dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan hukum yang bersumber

pada agama Islam.

2. Jual Beli Tiket Seminar

a. Jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar barang dengan barang

atau barang dengan uang, dengan jalan melepaskan hak milik dari yang

satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan sesuai dengan

ketentuan yang dibenarkan syara‟.4

b. Tiket menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah karcis kapal,

pesawat terbang dan sebagainya.5 Dalam hal ini yang dimaksud tiket

adalah karcis sebagai tanda bukti para peserta untuk memasuki atau

mengikuti acara seminar.

c. Seminar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu pertemuan atau

persidangan untuk membahas suatu masalah di bawah pimpinan ahli

(guru besar, pakar dan sebagainya).6

Jadi yang dimaksud dengan jual beli tiket seminar adalah suatu

akad tukar menukar uang dengan tiket seminar yang dilakukan antara

3Bunyana Sholihin, Metodologi Penelitian Syari‟ah (Yogyakarta: Kreasi Total Media,

2018), h. 11. 4A. Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam Di Indonesia (Bandar Lampung: UIN Raden

Intan Lampung, 2014), h. 146. 5Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), h. 1054. 6Ibid, h. 907.

Page 17: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

3

pihak penjual dan pembeli dengan tujuan pembeli tiket dapat mengikuti

acara seminar.

3. Fasilitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sarana untuk

melancarkan pelaksanaan fungsi, kemudahan.7 Fasilitas yang dimaksud

dalam hal ini ialah suatu sarana dan prasarana yang ditawarkan oleh pihak

panitia seminar kepada calon peserta seminar ketika akad jual beli

berlangsung. Yang mana peserta seminar yang sudah terdaftar akan

diberikan beberapa fasilitas yang sudah dijanjikan oleh panitia seminar.

4. Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung

adalah suatu lembaga pendidikan yang berbadan hukum dan dibawah

naungan Dinas Pendidikan yang terletak di Bandar Lampung. Lembaga ini

bergerak dalam pemberdayaan manusia (human development) dengan

mengadakan acara seminar maupun workshop.8

Dengan demikian dapat ditarik pengertian bahwa yang dimaksud

dengan judul skripsi ini adalah bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap

jual beli tiket seminar dengan fasilitas yang ditawarkan studi pada Lembaga

Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung.

B. Alasan Memilih Judul

Adapun alasan peneliti tertarik dalam memilih dan menentukan judul

tersebut adalah :

7Ibid, h. 275.

8Ahmad Legowo, (Ketua Umum Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia Bandar

Lampung), wawancara dengan penulis, Geprek King, Bandar Lampung, 20 November 2019.

Page 18: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

4

1. Alasan Objektif

Mengingat banyaknya persoalan muamalah yang terjadi di masyarakat

sehingga perlu pemahaman yang benar saat bermuamalah. Dalam praktik

jual beli tiket seminar dengan fasilitas yang ditawarkan oleh tim Lembaga

Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung yang di

dalamnya terdapat unsur ketidak pastian, spekulasi (gharar) sehingga

penelitian ini dianggap perlu guna menganalisisnya dari sudut pandang

hukum Islam.

2. Alasan Subjektif

Yang ditulis oleh peneliti merupakan permasalahan yang terkait

dengan jurusan hukum ekonomi syariah (muamalah) fakultas Syariah

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, tempat menimba ilmu dan

pengetahuan, dimana kajian tentang jual beli tiket seminar dengan fasilitas

yang ditawarkan ini merupakan kajian dalam bidang muamalah yaitu

dengan tinjauan hukum Islamnya.

C. Latar Belakang Masalah

Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung

adalah suatu lembaga pendidikan yang berbadan hukum dan dibawah naungan

dinas pendidikan yang terletak di Bandar Lampung. Lembaga ini sudah

didirikan sejak tahun 2018. Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI)

bergerak dalam pemberdayaan manusia (human development) dengan cara

melaksanakan atau mengadakan acara seminar atau workshop yang pesertanya

mulai dari tingkat siswa, mahasiswa, guru maupun dosen.

Page 19: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

5

Kegiatan seminar ini merupakan suatu hal yang baik untuk dilakukan

dalam hal pembaharuan ilmu. Namun untuk mengikuti seminar ini tidak semua

seminar gratis melainkan ada biaya yang harus kita bayarkan untuk mengikuti

seminar tersebut.

Tim Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar

Lampung membuka pendaftaran bagi para masyarakat yang ingin ikut andil

dalam acara seminar dengan cara melakukan transaksi jual beli tiket seminar

dengan harga yang telah ditentukan oleh pihak pelaksana seminar yang

merupakan anggota dari Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia itu

sendiri. Strategi pemasaran yang dilakukan lembaga ini agar mendapatkan

banyak peserta seminar yaitu dengan cara menyebarkan brosur, pamflet serta

bersosialisasi kepada masyarakat atau kumpulan pelajar guna menarik

perhatian mereka agar dapat mengikuti acara seminar.

Jual beli tiket seminar dikalangan masyarakat saat ini khususnya bagi

pelajar sudah tidak asing lagi, baik acara seminar yang berisikan motivasi,

kewirausahaan, maupun edukasi baik yang berbayar maupun tanpa memungut

biaya. Selain di Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar

Lampung, transaksi jual beli tiket seminar sangat umum dilakukan oleh

lembaga entrepreneur lainnya, salah satunya pada lembaga IEF (Indonesia

Entrepenuer Forum). Strategi penjualan tiket seminarnya pun hampir sama

dengan Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) yaitu dengan cara

bersosialisasi kepada masyarakat dan kumpulan pelajar. Akan tetapi penulis

lebih tertarik meneliti Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI)

Page 20: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

6

Bandar Lampung dikarenakan lembaga ini sering mengadakan seminar

berisikan edukasi bagi pelajar di daerah Lampung dalam setiap tahunnya

dibandingkan lembaga-lembaga lainnya.

Dalam pelaksanaan seminar para peserta akan mendapatkan beberapa

fasilitas yang sudah dijanjikan oleh pihak pelaksana, beberapa fasilitas tersebut

diantaranya adalah sertifikat, buku, konsumsi, e-book, konsultasi dengan

pembicara, pelatihan public speaking, dan juga foto bersama pembicara. Akan

tetapi pada praktiknya ternyata setelah mengikuti acara seminar fasilitas yang

sudah menjadi hak para peserta tidak sesuai dengan apa yang sudah dijanjikan

oleh pihak pelaksana bahkan ada juga fasilitas yang tidak diberikan.

Tidak jarang para peserta yang kecewa kepada pihak pelaksana karena

fasilitas didapatkan tidak sesuai dengan fasilitas yang dijanjikan mulai dari

tidak dapat foto bersama dengan pembicara, buku yang tidak sesuai dengan

buku yang dicontohkan pada saat bersosialisasi, banyak juga peserta yang tidak

mendapatkan e-book (materi berupa file), yang sangat disayangkan peserta

tidak mendapatkan materi pelatihan public speaking yang telah dijanjikan

sesuai dengan informasi dari pihak penjual tiket seminar, melainkan materi

pelatihan public speaking yang telah dijanjikan ternyata diberikan pada saat

sesi setelah seminar yaitu workshop dengan syarat diharuskan membayar

sejumlah biaya lagi. Jadi banyaknya fasilitas yang telah dijanjikan oleh pihak

penjual tiket seminar merupakan strategi atau upaya untuk menarik konsumen

agar mengikuti acara seminar tersebut.

Page 21: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

7

Sedangkan yang dinamakan jual beli yang benar menurut syari‟at Islam

ialah tukar menukar barang dengan barang atau barang dengan uang yang

dilakukan dengan jalan melepas hak milik dari yang satu dengan yang lain atas

dasar saling merelakan.9 Sebenarnya entensitas penyelenggaraan seminar

merupakan entensitas kegiatan sosial bukan kegiatan bisnis, namun pada

kenyataannya kegiatan seminar ini semakin berkembang dan dijadikan sebagai

alat untuk mendapatkan keuntungan.

Allah berfirman dalam Al-qur‟an surat An Nisa (4) ayat 29 yang berbunyi:

الل

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu

membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu.”10

Berdasarkan pada dalil Al Quran di atas sudah jelas bahwasannya Allah

telah mengharamkan bagi umat-Nya yang bermuamalah dengan cara yang

tidak dibenarkan oleh syara‟. Akan tetapi faktanya masih banyak yang

menyepelekan aturan-aturan Islam demi mendapatkan keuntungan yang lebih.

9Sohari Sahrani dan Ru‟fah Abdullah, Fiqih Muamalah (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011),

h. 65-66. 10

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemah untuk Wanita

(Jakarta Selatan: Wali, 2012), h. 83.

Page 22: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

8

Bertitik tolak dari masalah tersebut, maka menarik untuk meneliti lebih

lanjut mengenai persoalan, permasalahan dan menyusunnya dalam sebuah

karya ilmiah yakni skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Jual Beli Tiket Seminar Dengan Fasilitas Yang Ditawarkan (Studi Pada

Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung” bahwa

kajian ini penting untuk dibahas dan menarik untuk diteliti.

D. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini dapat memfokuskan masalah terlebih dahulu supaya

tidak terjadi perluasan permasalahan yang nantinya tidak sesuai dengan

penelitiann ini. Maka dari itu peneliti memfokuskan untuk meneliti suatu

praktik jual beli tiket seminar dengan fasilitas yang ditawarkan pada Lembaga

Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka hal yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana praktik jual beli tiket seminar dengan fasilitas yang ditawarkan

oleh tim Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar

Lampung?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang praktik jual beli tiket seminar

dengan fasilitas yang ditawarkan oleh tim Lembaga Pengembangan Edukasi

Indonesia (LPEI) Bandar Lampung?

Page 23: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

9

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui praktik jual beli tiket seminar dengan fasilitas yang

ditawarkan oleh tim Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI)

Bandar Lampung.

b. Untuk mengetahui status hukumnya menurut Islam tentang jual beli tiket

seminar dengan fasilitas yang ditawarkan oleh tim Lembaga

Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

a. Secara teoritis, bagi masyarakat penelitian ini diharapkan mampu

memberikan pemahaman mengenai tinjauan hukum Islam tentang jual

beli tiket seminar dengan fasilitas yang ditawarkan yang dapat dijadikan

pedoman dalam melakukan praktik jual beli dalam masyarakat dan untuk

memberikan sumbangsih secara spesifik mengenai teori-teori yang

berkenaan dengan jual beli tiket seminar dengan fasilitas yang

ditawarkan dalam hukum Islam. Selain itu diharapkan dapat memperkaya

khazanah pemikiran keislaman pada umumnya civitas akademik fakultas

Syariah Jurusan Muamalah pada khususnya serta menambah wawasan

bagi peneliti dengan harapan menjadi stimulus bagi penelitian

selanjutnya sehingga proses pengkajian akan terus berlangsung dan akan

memperoleh hasil yang maksimal.

Page 24: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

10

b. Secara praktis, penelitian ini dimaksudkan sebagai suatu syarat

memenuhi tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H)

pada Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

G. Signifikasi Penelitian

Manfaat penelitian berkenaan dengan manfaat ilmiah dan praktis berkena

dengan hasil penelitian. Mengungkapkan secara spesifik kegunaan yang dapat

tercapai dari aspek teoritis dengan mencapai kegunaan teoritis apa yang dicapai

dari masalah yang diteliti dan aspek praktis dengan menyebutkan kegunaan apa

yang dapat tercapai dari penerapan pengetahuan yang dihasilkan penelitian.11

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk:

1. Informasi ilmiah dalam bidang ekonomi Islam khususnya pada bidang

muamalah

2. Menambah wawasan pengetahuan serta pengalaman khususnya yang

berhubungan dengan jual beli tiket seminar dengan fasilitas yang

ditawarkan

3. Menambah wawasan bagi masyarakat dan dapat dijadikan referensi

bagi peneliti mahasiswa ataupun mahasiswi yang akan meneliti

tentang jual beli.

11

M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Jakarta:

Ghalia Indonesia, 2005), h. 21.

Page 25: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

11

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (Fied

Research) yaitu suatu penelitian yang dilakukan di lingkungan masyarakat

tertentu baik di lembaga-lembaga organisasi masyarakat (social).

Penelitian ini juga menggunakan penelitian kepustakaan (Library

research) sebagai pendukung dalam melakukan penelitian, karena teori-teori

yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari buku kepustakaan dengan

menggunakan berbagai literatur yang ada di perpustakaan yang relevan

dengan masalah yang diangkat untuk diteliti.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu penelitian yang

dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi

tentang suatu keadaan secara objektif.12

Sifat penelitian yang digunakan

adalah deskriptif analitik yaitu suatu metode penelitian dengan

mengumpulkan data-data yang disusun, dijelaskan, dipresentasikan dan

kemudian disimpulkan.

3. Data dan Sumber Data

Pada penelitian ini mengumpulkan data yang merupakan data yang

diperlukan untuk menjawab permasalahan yang ada. Dalam penulisan

skripsi ini data yang peneliti peroleh berasal dari sumber data primer dan

sekunder.

12

V. Wiratna Sujarweni, Metodelogi Penelitian Bisnis dan Ekonomi (Yogyakarta: Pustaka

Baru Prees, 2015), h. 74.

Page 26: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

12

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden

atau objek yang diteliti.13

Data primer adalah data yang diperoleh

langsung dari sumbernya baik melalui wawancara, observasi maupun

laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh

peneliti.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang mendukung sumber data primer

diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku ilmiah, hasil penelitian

dan karya ilmiah yang berhubungan dengan objek penelitian.14

Data

sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku-buku yang mempunyai

relevansi dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian.

4. Populasi dan Sample

a. Populasi

Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.15

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah

keseluruhan dari pihak penjual tiket seminar (berjumlah 5 orang) dan

peserta seminar (berjumlah 100 orang). Jadi populasi dari penelitian ini

13

Pabundu Tika Muhammad, Metodologi Riset Bisnis (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.

57. 14

Ibid, h. 107. 15

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

2012), h. 215.

Page 27: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

13

berjumlah lebih dari 100 orang yang terdiri dari pihak penjual tiket

seminar dan para peserta (pembeli).

b. Sample

Sample adalah sebagian dari populasi itu. Populasi itu misalnya

penduduk di wilayah tertentu, jumlah pegawai pada organisasi tertentu,

jumlah guru dan murid di sekolah tertentu dan sebagainya.16

Berdasarkan buku Suharsini Arikunto yang menyebutkan apabila

populasi <100 maka yang dijadikan sebagai sample adalah keseluruhan

populasi yang ada. Selanjutnya jika populasinya >100 orang dapat

diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Oleh karena itu

berdasarkan penentuan jumlah sample yang dijelaskan, peneliti

mengambil sample sebanyak 10% dari populasi yang tersedia yaitu

kurang lebih sebanyak 11 orang yang terdiri dari pihak penjual tiket

seminar (penjual) yang berjumlah 5 orang dan peserta seminar (pembeli)

yang berjumlah 6 orang.

5. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah proses pengadaan data untuk keperluan

penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam usaha

penghimpunan data untuk penelitian ini, digunakan beberapa metode, yaitu:

a. Wawancara

Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk

memperoleh informasi secara mendalam tentang isu atau tema yang

16

Ibid.

Page 28: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

14

diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap

informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain

sebelumnya.17

b. Observasi

Observasi merupakan suatu kegiatan mendapatkan informasi yang

diperlukan untuk menyajikan gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian

untuk menjawab pertanyaan penelitian, untuk membantu pengertian

perilaku manusia, atau untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran

terhadap aspek tertentu melalui umpan balik terhadap pengukuran

tersebut.18

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung

ditunjuk pada subjek peneliti, namun melalui dokumen seperti foto.

Metode tersebut dimaksudkan untuk mengumpulkan data melalui

catatan atau dokumentasi yang berkaitan dengan data-data tentang jual

beli tiket seminar dengan fasilitas yang ditawarkan.

6. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan datanya sebagai berikut:

a. Edit Data (editing)

Edit data adalah sebuah proses pengecekan, pengoreksian data

yang telah dikumpulkan, karena kemungkinan data yang masuk atau

terkumpul itu tidak logis dan meragukan. Tujuan editing adalah untuk

17

V. Wiratna Sujarweni, Metodelogi Penelitian Bisnis dan Ekonomi (Yogyakarta: Pustaka

Baru Prees, 2015), h. 31. 18

Ibid, 32.

Page 29: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

15

menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada percetakan di

lapangan dan bersifat koreksi, sehingga kekurangannya dapat dilengkapi

atau diperbaiki.

b. Sistematika Data (systematizing)

Sistematika data yaitu menempatkan data menurut kerangka

sistematika bahasan berdasarkan urutan masalah. Yang dimaksud dalam

hal ini yaitu mengelompokkan data secara sistematis data yang sudah

diedit dan diberi tanda itu menurut klasifikasi dan urutan masalah.19

7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan

dengan kajian penelitian, yaitu praktik jual beli tiket seminar dengan

fasilitas yang ditawarkan dalam Hukum Islam yang akan dikaji

menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian

yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti

pada kondisi objek yang alamiah.20

Metode kualitatif yaitu prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang yang dapat diamati. Maksudnya adalah analisis ini

bertujuan mengetahui adanya kerugian dari pihak pembeli dalam praktik

penjualan tiket seminar. Tujuannya dapat dilihat dari sudut hukum Islam,

yaitu agar dapat memberikan pemahaman mengenai adanya unsur

merugikan pada salah satu pihak yaitu pembeli dalam jual beli tiket seminar

dengan fasilitas yang ditawarkan.

19

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum (Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti, 2010), h. 30. 20

Ibid, h. 9.

Page 30: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

16

Metode berfikir dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

induktif, yaitu metode yang mempelajari suatu gejala yang khusus untuk

mendapatkan kaidah-kaidah di lapangan yang lebih umum mengenai

fenomena yang diselidiki. Metode ini digunakan dalam membuat

kesimpulan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan jual beli tiket

seminar dengan fasilitas yang ditawarkan.

Page 31: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

17

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Jual Beli

1. Pengertian Jual Beli

Kegiatan jual beli merupakan bentuk kegiatan muamalah yang

hampir dilakukan oleh seseorang setiap hari.21

Kata muamalah yaitu

peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan orang lain dalam hal

tukar menukar harta (termasuk jual beli).22

Tujuan diadakannya aturan ini

adalah agar tatanan kehidupan bermasyarakat berjalan dengan baik dan

saling menguntungkan.23

Perkataan jual beli sebenarnya terdiri dari dua

suku kata yaitu “jual dan beli”. Sebenarnya kata “jual dan beli”

mempunyai arti yang satu sama lainnya bertolak belakang. Kata jual

menunjukan bahwa adanya perbuatan menjual, sedangkan beli adalah

adanya perbuatan membeli.24

Penjual sebagai pihak yang menjual barang

membutuhkan para pembeli, demikian di sisi lain si pembeli juga

membutuhkan penjual yang jujur.25

Terdapat beberapa pengertian tentang jual beli baik secara bahasa

(etimologi) ataupun secara istilah (terminologi). Jual beli menurut bahasa

yaitu mutlaq al-mubadalah yang berarti tukar menukar secara mutlak.26

21

Sapiudin Shadiq, Fikih Kontemporer (Jakarta: Kencana, 2016), h. 295. 22

Zainuddin Ali, Hukum Ekonomi Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 118. 23

Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam (Jakarta: Bee Media Pustaka, 2017), h.

371. 24

Chairuman Pasaribu, Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam (Jakarta:

Sinar Grafika, 2004), h. 33. 25

Sapiudin Shadiq, Fikih Kontemporer ...., h. 295. 26

Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), h. 63.

Page 32: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

18

Pandangan jual beli menurut bahasa berarti al-ba‟i, al-tijarah, dan al-

mubadalah, hal ini sebagaimana firman Allah SWT:27

… “Mereka itu mengharapkan ijarah (perdagangan) yang tidak akan merugi”. (Q.S Fathir (35): 29)

28

Walaupun dalam bahasa Arab kata jual (البيع) dan kata beli (الشراء)

adalah dua kata yang berlawanan artinya, namun orang-orang Arab biasa

mengenakan ungkapan jual-beli itu dengan satu kata yaitu (البيع).29

Pengertian dari istilah adalah menukar suatu barang dengan barang

yang lain dengan cara tertentu (akad).30

Akad yaitu ijab qabul yang

melahirkan hak dan tanggung jawab terhadap objek akad (ma‟qud

„alaih).31

Secara bahasa akad adalah ikatan antara dua hal, baik ikatan

secara nyata maupun ikatan secara maknawi, dari segi maupun dari dua

segi.32

Jual beli merupakan transaksi yang dilakukan oleh pihak penjual

dan pembeli atas suatu barang dan jasa yang menjadi objek transaksi jual

beli.33

Dan menurut Pasal 20 ayat 2 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah,

ba‟i adalah jual beli antara benda dengan benda, atau pertukaran benda

dengan uang.34

27

Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2014), h. 67 28

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan…., h. 700. 29

Muhammad Ali, Fiqih (Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja, 2013), h. 95. 30

Huzaimah Tahido Yanggo, Masail Fiqiyah (Bandung: Penerbit Angkasa, 2005), h. 204. 31

Oni Sahroni, M. Hasanudin, Fikih Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2016), h. 4. 32

Fathurrohman Djamil, Penerapan Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan

Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h. 5. 33

Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2011), h.135. 34

Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2012), h.

101.

Page 33: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

19

Jual beli dalam arti umum ialah suatu perikatan tukar-menukar

sesuatu yang bukan kemanfaatan dan kenikmatan. Perikatan adalah akad

yang mengikat dua belah pihak. Tukar-menukar yaitu salah satu pihak

menyerahkan ganti penukaran atas sesuatu yang ditukarkan oleh pihak

lain. Dan sesuatu yang bukan manfaat ialah bahwa benda yang ditukarkan

adalah dzat (berbentuk), ia berfungsi sebagai objek penjualan, jadi bukan

manfaatnya atau bukan hasilnya.35

Jual beli dalam arti khusus ialah ikatan tukar menukar sesuatu yang

bukan kemanfaatan dan bukan pula kelezatan yang mempunyai daya tarik,

penukarannya bukan emas dan bukan pula perak, bendanya dapat direalisir

dan ada seketika (tidak ditangguhkan), tidak merupakan utang baik barang

itu ada di hadapan si pembeli maupun tidak, barang yang sudah diketahui

sifat-sifatnya atau sudah diketahui lebih dahulu.36

Definisi jual beli secara istilah menurut para fuqaha:37

Taqi al-Din ibn Abi Bakr ibn Muhammad al-Husayni, adalah

pertukaran harta dengan harta yang diterima dengan menggunakan ijab

qabul dengan cara yang diizinkan oleh syara‟.

Menurut Sayyid Sabiq jual beli adalah pertukaran harta dengan harta

atas dasar saling rela atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat

dibenarkan.

Menurut Abu Muhammad Mahmud al-Ayni, pada dasarnya jual beli

merupakan penukaran barang dengan barang yang dilakukan dengan suka

35

Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah ...., h. 69. 36

Ibid, h. 69-70. 37

Idri, Hadis Ekonomi (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 156.

Page 34: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

20

sama suka, sehingga menurut pengertian syara‟, jual beli adalah tukar

menukar barang atau harta secara suka sama suka. Definisi jual beli ini

sejalan dengan firman Allah bahwa jual beli harus didasarkan pada

keinginan sendiri dan atas dasar suka sama suka.38

Sebagaimana firman

Allah dalam surah An-Nisa‟ ayat 29:

الل

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.

dan janganlah kamu membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah

Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S An-Nisa (4): 29).39

Di kalangan ulama, terdapat perbedaan pendapat tentang definisi jual

beli sekalipun substansi dan tujuan masing-masing definisi adalah sama.

Ulama Hanafiyah mendefinisikan jual beli dengan dua definisi:

و ص بال على وجو مص مبا دلة ما ل “Saling menukar harta dengan harta melalui cara tertentu”

مقيد مصوصىفيو بثل على وجو مبا دلة شيئ مرغو ب “Tukar menukar sesuatu yang diingini dengan yang sepadan melalui

cara tertentu yang bermanfaat.”

Dalam definisi ini terkandung pengertian bahwa cara yang khusus

yang dimaksudkan ulama Hanafiyah adalah melalui ijab (ungkapan

38

Ibid. 39

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemah untuk Wanita

(Jakarta Selatan: Wali, 2012), h. 83.

Page 35: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

21

membeli dari pembeli) dan qabul (pernyataan menjual dari penjual). Di

samping itu harta yang diperjualbelikan harus bermanfaat bagi manusia,

sehingga bangkai, minuman keras dan darah, tidak termasuk sesuatu yang

boleh diperjuabelikan karena benda-benda itu tidak bermanfaat bagi

muslim apabila jenis-jenis barang seperti itu tetap diperjualbelikan,

menurut ulama Hanafiyah, jual belinya tidak sah.

Definisi lain dikemukakan ulama Malikiyah, Syafi‟iyah, dan

Hanabilah. Menurut mereka jual beli adalah:

كا وتلكال تلي ا الدمبا دلة “Saling menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik

dan kepemilikan.”

Dalam hal ini mereka melakukan penekanan kepada kata milik dan

kepemilikan, karena ada juga tukar menukar harta yang sifatnya tidak

harus dimiliki seperti sewa-menyewa (ijarah). Jual beli diartikan juga

dengan menukar barang dengan barang atau barang dengan uang, dengan

jalan melepaskan hak milik dari seseorang terhadap orang lainnya atas

dasar kerelaan kedua belah pihak.40

Jual beli menurut Kitab Undang-undang Hukum perdata

(Burgerlijkrecht) adalah suatu perjanjian timbal balik yang mana pihak-

pihak yang satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas

suatu barang. Sedangkan pihak yang lain (si pembeli) berjanji untuk

40

Idri, Hadis Ekonomi ...., h. 156-157.

Page 36: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

22

membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari

perolehan hak milik tersebut.41

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, jual beli adalah transaksi

tukar menukar uang dengan barang berdasarkan suka sama suka menurut

cara yang ditentukan syariat, baik dengan ijab qabul yang jelas, atau

dengan cara saling memberikan barang atau uang tanpa mengucapkan ijab

qabul, seperti yang berlaku pada pasar swalayan.42

2. Dasar Hukum Jual Beli

Jual beli dibolehkan Syariah berdasarkan Al-Qur‟an, Sunnah, dan

ijma‟ (konsensus) para ulama.43

Abdul al-Rahman dalam karyanya

mengatakan bahwa hukum jual beli bersifat kondisional, yakni bisa Al-

Ibahah (boleh), wajib, haram dan mandub (sunah). Al-Ibahah merupakan

hukum dasar dalam jual beli. Yakni jual beli hukumnya netral, karenanya

bisa jatuh makruh, sunah, wajib, dan bisa juga haram bergantung latar

belakangnya.44

Jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama umat

manusia yang mempunyai landasan yang kuat dalam Al-Qur‟an dan

Sunnah Rasulullah SAW.45

Jual beli bukan hanya sekedar muamalah, akan

41

Subekti, Aneka Perjanjian (Bandung: PT. Citra Aditiya Bakti, 1997), h. 1. 42

Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah ...., h. 64. 43

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h.

76. 44

Apipudin, Konsep Jual Beli dalam Islam: “Analisis Pemikiran Abdul al-Rahman al-

Jaziri dalam Kitab al-Fiqh „Ala al-Madahib al-Arba‟ah”. Jurnal Islaminomic, Vol. 5 No.2

(Agustus 2016), h. 82. 45

Abdul Rahman Ghazaly, Fiqih Muamalah (Jakarta: kencana Prenada Media Group,

2010), h. 68.

Page 37: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

23

tetapi menjadi salah satu media untuk melakukan kegiatan untuk saling

tolong menolong sesama manusia.46

a. Dasar Al-Qur’an

Firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah ayat 275:

الل … “…Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”

(Q.S Al-Baqarah (2): 275).47

Pada ayat di atas semua jual beli itu halal hukumnya selama

telah terpenuhi rukun juga syaratnya dan riba merupakan suatu

perbuatan yang diharamkan oleh Allah SWT.

Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 282:

“...Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli...” (Q.S Al-

Baqarah (2): 282)48

Salah satu syarat sah terpenuhinnya transaksi jual beli harus

adanya saksi, hal ini bertujuan agar ketika ada permasalahan antara

penjual dan pembeli dalam transaksi jual beli tersebut sudah ada saksi

yang menjadi penguat transaksi tersebut.

46

Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2016), h. 22. 47

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemah untuk Wanita ...., h.

47. 48

Ibid, h. 48.

Page 38: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

24

Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 198:

“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil

perniagaan) dari Tuhanmu.” (Q.S Al-Baqarah (2): 198)49

Ayat diatas menegaskan bahwa Allah menghalalkan jual beli

atau perniagaan selagi pekerjaan tersebut tidak bertentangan dengan

syariat Islam.

Firman Allah dalam surat An-Nisa‟ ayat 29:

الل

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.

dan janganlah kamu membunuh dirimu Sesungguhnya Allah

adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S An-Nisa (4): (29)50

.

Maksud ayat di atas janganlah mengambil harta orang lain

secara batil, seperti merampas, mencuri, suap menyuap, dan lain-lain.

Kecuali harta itu menjadi barang dagangan berlandaskan kerelaan

antara pihak yang berakad. Harta atas semacam itulah yang halal

untuk dimakan dan dibelanjakan. Dan janganlah membunuh orang

49

Ibid, h. 31. 50

Ibid, h. 83.

Page 39: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

25

lain, bunuh diri, dan menjerumuskan diri kalian sendiri kedalam

kebinasaan.

b. Dasar As-Sunnah

Mengenai sunnah dan hadits sebagai sumber hukum yang kedua,

Hasbi memilih pendapat ahli Ushul yang memformulasikan hadits

dengan segala perbuatan, ucapan dan taqrir (persetujuan atau

keputusan) Nabi yang berhubungan dengan hukum. Hasbi

mengatakan, bahwa menurut Ahli hadits, pengertian hadits dan sunnah

mengandung makna yang sama, yakni sama-sama semua perbuatan,

ucapan dan taqrir Nabi.51

Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan Rifa‟ah bin Rafi‟ al-

Bazar dan Hakim:

لو صلى ال –الل سئل رسو ل ب و عنو ان الن رفاعة بن رفع رضي الل عن : عمل الرجل بيده اى الكسب اطيب او افضل قال –عليو و سلمكم(ا . )رواه البزا روصححو الحوكل ب يع مب رر

“Dari Rifa‟ah bin Rafi r.a bahwasannya Nabi SAW, ditanya:

pencarian apakah yang paling baik? Beliau menjawab: ialah orang

yang berkerja dengan tangannya, dan tiap-tiap jual beli yang

benar.” (HR. Al-Bazzar disahkan oleh Al-Hakim).52

Rasulullah SAW telah menjelaskan bahwa sebaik-baiknya

pekerjaan ialah dengan hasil usaha jerih payah sendiri dan dengan

perniagaan yang benar. Dalam mencari harta salah satunya dengan

51

Nourouzzaman Shiddiqi, Fiqih Indonesia Penegasan dan Gagasan (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1997), h.111. 52

Al Hafiz Ibnu Hajar Asqalany, Terjemah Bulughul Maram, Cet. Ke-I, (Jakarta: Pustaka

Amani, 1995), h. 303.

Page 40: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

26

melakukan jual beli dengan rukun dan syarat yang dibenarkan dalam

Islam.

على و الل ص لى ض ي الل عن و ان رس ول الل ر ب س ييد الخ دري ا ع ن ب يع إل الرج ل ق ب ل ل ث وبو ب ال طرح الرج وىي ن هى عن المنابذة وسلم

الث وب ون هى عن المل مس ة والملمس ة ي قلبو اوي نظر إليو أن لم ي نظر إليو

“Dari Abu Sa‟id Al-Khudry r.a, bahwa Rasulullah SAW melarang

munabadzah, yaitu seseorang melemparkan kainnya kepada

seseorang ketika menjualnya, sebelum dia (pembeli) membalik

atau memeriksa kain itu. Beliau juga melarang mulamasah, yaitu

seseorang menyentuh kain tanpa memeriksanya”.53

Jual beli dengan cara penjual melemparkan kainnya kepada

pembeli, sebelum dia (pembeli) memeriksa kain tersebut merupakan

jual beli yang dilarang dalam Islam karena pembeli tidak merasa puas

dengan apa yang telah dibelinya tersebut sehingga pembeli merasa

dirugikan.

c. Ijma’

Ijma menurut syara‟ adalah suatu kesepakatan bagi orang-orang

yang susah payah dan menggali hukum-hukum agama (mujtahid) di

antara umat Muhammad SAW, sesudah beliau meninggal dalam suatu

masa yang tidak ditentukan atau sesuatu urusan (masalah) di antara

masalah-masalah yang diragukan (yang belum ada ketetapan dalam

53

Abdullah bin Abdurrahman Ali Bassam, Syarah Hadits Pilihan Bukhari Muslim, Cet.

Ke-IV, (Jakarta: Darul Falah, 2004), h. 585.

Page 41: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

27

kitab dan sunnah).54

Para ulama telah sepakat bahwa jual beli

diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu

mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan-bantuan orang lain yang

membutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang

sesuai.55

Dibawah ini merupakan kaidah fikih tentang hukum jual beli :

ا لأصل ف الميا ملة ال با حة ا ما قام الد ليل على منيو “Hukum dasar dalam bidang muamalah adalah kebolehan

(ibahah) sampai ada dalil yang melarangnya.”56

Selain itu, berdasarkan dasar hukum sebagaimana penjelasan di

atas bahwa jual beli itu hukumnya adalah mubah yang artinya jual beli

itu diperbolehkan asalkan di dalamnya memenuhi ketentuan yang ada

dalam jual beli yang dilakukan oleh manusia sejak masa Rasulullah

SAW, hingga saat ini menunjukkan bahwa umat telah sepakat akan

disyari‟atkan jual beli.57

Selain itu, dalam konteks Indonesia juga ada

legistimasi dari Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) Pasal

56-115.58

Berdasarkan nash di atas kaum muslimin telah ijma‟ tentang

kebolehan jual beli dan hikmah yang terkandung di dalamnya.

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa

pertolongan orang lain. Ia senantiasa membutuhkan barang yang

54

Nazar Bakry, Fiqh dan Ushul Fiqh (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), h. 51. 55

Rachmat Syafe‟i, Fiqh Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 75. 56

A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih (Jakarta: Kencana, 2006), h. 130. 57

Beni Ahmad Saebani, Ilmu Ushul Fiqh (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 46. 58

Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer ...., h. 25.

Page 42: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

28

berada di tangan orang lain. Sementara orang lain tidak akan

menyerahkan sesuatu pun tanpa ada ganti atau imbalannya. Oleh

karena itu, jual beli dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup

manusia dan menghilangkan kesulitan dalam kehidupan manusia.59

3. Rukun dan Syarat Jual Beli

Jual beli akan sah jika terpenuhi rukun dan syaratnya.60

Setelah jual

beli dilakukan secara sah, barang yang dijual menjadi milik pembeli

sedangkan uang yang dibayarkan pembeli sebagai pengganti harga barang,

menjadi milik penjual.61

Yang menjadi rukun jual beli di kalangan Hanafiyah adalah ijab

qabul.62

Dalam jual beli perlu adanya ijab qabul (tanda terima) yang

diucapkan dengan lisan atau perkataan, dan diperbolehkan dalam hati

masing-masing.63

Ini yang ditunjukkan oleh saling tukar menukar atau

berupa saling memberi (muathah). Sementara itu yang menjadi rukun jual

beli di kalangan Jumhur ada empat, yaitu ba‟i wal-musytari (penjual dan

pembeli), tsaman wa mabi (harga dan barang), shighat (ijab qabul).64

Adapun yang menjadi syarat-syarat jual beli adalah:

a. Penjual dan pembeli, baik penjual dan pembeli mempunyai syarat-

syarat. Syarat-syaratnya adalah:

59

Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah ...., h. 64. 60

Ibid, h. 65. 61

Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Mu‟amalat (Jakarta: Amzah, 2015), h. 173 62

Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah ...., h. 65. 63

Hussein Bahreisy, Pemodam Fiqih Islam (Surabaya: Al-Ikhlas: 1981), h. 167. 64

Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah ...., h. 65.

Page 43: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

29

1) Berakal, agar dia tidak tertipu, orang yang gila termasuk tidak sah

jual belinya

2) Dengan kehendak sendiri, bukan dipaksa (suka sama suka)

3) Tidak mubazir

4) Baligh. 65

Menurut ittifaq imam mazhab empat, jual beli yang

dilakukan oleh setiap orang baligh, berakal dan tidak dalam

paksaan adalah sah, jual beli oleh orang gila tidak sah.66

b. Uang dan benda yang dibeli, syaratnya yaitu:

1) Suci, barang najis tidak sah dijual dan tidak boleh dijadikan uang

untuk dibelikan, seperti kulit hewan atau bangkai yang belum

disamak.

2) Ada manfaatnya, tidak boleh menjual sesuatu yang tidak ada

manfaatnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al Isra

ayat 27 yang berbunyi:

“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara

syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”.

(Q.S Al Isra (17): 27)67

65

Lukman Hakim, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam (Surakarta: Penerbit Erlangga, 2012),

h. 111. 66

Khudori Soleh, Fiqih Kontekstual (Jakarta: PT Pertja, 1999), h. 1. 67

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan…., h. 428.

Page 44: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

30

3) Barang itu dapat diserahkan. Tidak sah menjual suatu barang

yang tidak dapat diserahkan kepada yang membeli, misalnya ikan

dalam laut.

4) Barang tersebut merupakan kepunyaan si penjual, kepunyaan

yang diwakilinya, atau yang mengusahakan.

c. Lafaz ijab qabul, ijab adalah perkataan penjual, misalnya “Saya jual

barang ini sekian”, sedangkan qabul adalah ucapan pembeli, misalnya

“Saya terima (saya beli) dengan harga sekian”. Keterangannya yaitu

ayat yang mengatakan bahwa jual beli itu suka sama suka. Sedangkan

suka sama suka tidak dapat diketahui dengan jelas kecuali dengan

perkataan, karena perasaan suka sama suka itu tergantung pada hati

masing-masing. Ini pendapat kebanyakan ulama, menjadi rukun,

hanya menurut adat telah berlaku bahwa seperti itu sudah dipandang

sebagai jual beli.

Rukun jual beli ada tiga, yaitu akad (ijab kabul), orang-orang yang

berakad (penjual dan pembeli), dan ma‟kud alaih (objek akad).68

a. Sighat (ijab kabul), ijab adalah perkataan penjual, misalnya “saya jual

barang ini sekian”, sedangkan kabul adalah ucapan pembeli, misalnya

“saya terima (saya beli) dengan harga sekian”.69

Jadi ijab kabul dapat

dimaknai persetujuan antara pihak penjual dan pihak pembeli untuk

melakukan transaksi jual beli, di mana pihak pembeli menyerahkan

uang dan pihak penjual menyerahkan barang (serah terima), baik

68

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), h. 70 69

Lukman Hakim, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, (Bandung: Erlangga, 2012), h.

112

Page 45: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

31

transaksi menyerahkan barang lisan maupun tulisan.70

Jual beli belum

belum dikatakan sah sebelum ijab dan kabul dilakukan sebab ijab

kabul menunjukkan kerelaan atau keridhoan. Keterangan yang

mengatakan jual beli harus berdasarkan suka sama suka yaitu sabda

Rasulullah SAW:”Sesungguhnya jual beli hanya sah dilakukan suka

sama suka.” (H.R Ibnu Hibban). Sedangkan suka sama suka tidak

dapat diketahui dengan jelas kecuali dengan perkataan, karena

perasaan suka sama suka itu bergantung pada hati masing-masing. Ini

pendapat kebanyakan ulama, tetapi Nawawi, Mutawally, dan Baghawi

berpendapat bahwa lafaz itu tidak berlaku menjadi rukun, hanya

menurut adat telah berlaku bahwa hal tersebut sudah dipandang

sebagai jual beli.71

Sighat atau ijab kabul, hendakanya diucapkan oleh penjual dan

pembeli secara langsung dalam suatu majelis dan juga bersambung,

maksudnya tidak boleh diselang oleh hal-hal yang menggangu

jalannya ijab kabul tersebut. Syarat-syarat sah ijab kabul ialah sebagai

berikut:

1) Jangan ada yang memisahkan, pembeli jangan diam saja setelah

penjual menyatakan ijab, dan sebaliknya.

2) Jangan diselangi dengan kata-kata lain antara ijab dan kabul.

70

Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Bandar Lampung:

Permatanet, 2016), h. 105 71

Lukman Hakim, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, (Bandung: Erlangga, 2012), h.

112

Page 46: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

32

3) Beragama Islam, syarat ini khusus untuk pembeli benda-benda

tertentu. Misalnya seseorang dilarang menjual hambanya yang

beragama Islam kepada pembeli non-muslim, karena akan

merendahkan abid yang beragama Islam. Sedangkan Allah

melarang orang-orang mukmin memberi jalan kepada orang kafir

untuk merendahkan mukmin.72

Firman Allah Swt. :

الل

”Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-

orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (QS.

An-Nisa : 141)73

b. Penjual dan pembeli, penjual yaitu pemilik harta yang menjual

barangnya, atau orang yang diberi kuasa untuk menjual harta orang

lain. Penjual haruslah cakap dalam melakukan transaksi jual beli

(mukallaf). Pembeli, yaitu orang yang cakap yang dapat

membelanjakan hartanya (uangnya).74

Adapun syarat-syaratnya

adalah:

1) Berakal dalam arti mumayiz

Jual beli tidak dipandang sah bila dilakukan oleh orang gila,

dan anak kecil yang tidak berakal. Bagaimana hukumnya jual beli

yang dilakukan anak-anak, seperti biasa terjadi pada masa

72

Sohari Sahrani, Ru‟fah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia,

2011), h. 69 73

Departemen Agama Republik Indonesia, Al Quran Dan Terjemahannya,

(Semarang: Kumudasmoro Grafindo, 1994), h. 146 74

Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Bandar Lampung:

Permatanet, 2016), h. 105

Page 47: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

33

sekarang. Dalam persoalan ini terjadi perbedaan pendapat di

kalangan ulama. Ulama dari kalangan Hanafiyah, Malikiyah, dan

Hanabilah berpendapat transaksi jual beli yang dilakukan anak-

anak kecil yang telah mumayiz adalah sah selama ada izin walinya.

Dalam hal ini, golongan Hanafiyah tidak menyaratkan baligh

dalam jual beli. Ini berarti transaksi jual beli yang dilakukan anak

kecil yang telah mumayiz adalah sah. Mumayiz dimaksudkan,

mengerti dengan jual beli yang dilakukan oleh anak-anak yang

belum mumayiz dan orang gila tidak sah. Ulama Syafi‟iyah

berpendapat, jual beli yang dilakukan oleh anak-anak tidak sah

karena tidak ada ahliyah (kepantasan/kemampuan). Dalam hal ini

ulama syafi‟iyah memandang aqid (pihak yang berakad)

disyaratkan cerdas, maksudnya telah baligh, dan mempunyai

ahliyah (kemampuan) dalam persoalan agama dan harta.

Seiring dengan perkembangan zaman, anak-anak yang lahir

di zaman modern ini perkembangan otak dan pemikirannya (aspek

kognitif) sangat cepat walau belum baligh. Kalau dipersyaratkan

baligh sebagai syarat sahnya sebuah akad tentu akan menimbulkan

kesulitan dalam kehidupan manusia. Bagi anak-anak yang sudah

mengerti, dapat membedakan yang baik dan buruk serta mengerti

tentang objek yang dibelinya, boleh saja melakukan jual beli.

Namun, jual beli yang diizinkan adalah terhadap barang-barang

Page 48: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

34

yang kecil dan murah, seperti makanan, minuman, mainan,

pensil,buku tulis, pena, dan sebagainya.75

2) Dengan kehendak sendiri (bukan paksaan), maksudnya bahwa

dalam melakukan transaksi jual beli salah satu pihak tidak

melakukan suatu tekanan atau paksaan kepada pihak lain,

sehingga pihak lain pun dalam melakukan transaksi jual beli

bukan karena kehendaknya sendiri. Oleh karena itu, jual beli yang

dilakukan bukan atas dasar kehendak sendiri adalah tidak sah.76

Hal ini sebagaimana firman Allah Swt. :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.”

(QS. An-Nisa : 29)77

3) Keduanya tidak mubazir, maksudnya bahwa para pihak yang

mengikatkan diri dalam transaksi jual beli bukanlah orang-orang

yang boros (mubazir, sebab orang yang boros menurut hukum

dikatakakn sebagai orang yang tidak cakap bertindak. Artinya ia

tidak dapat melakukan sendiri sesuatu perbuatan hukum meskipun

hukum tersebut menyangkut kepentingan semata. Hal ini

sebagaimana firman Allah Swt. :

75

Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016), h. 66 76

Suhrawardi K. Lubis, Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika,

2014), h. 141 77

Departemen Agama Republik Indonesia, Al Quran Dan Terjemahannya,

(Semarang: Kumudasmoro Grafindo, 1994), h. 123

Page 49: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

35

الل

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum

sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu)

yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka

belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada

mereka kata-kata yang baik.” (QS. An-Nisa : 5)78

4) Baligh, yaitu menurut hukum Islam (fiqih), dikatakan baligh

(dewasa apabila telah berusia 15 tahun bagi anak laki-laki dan

telah datang bulan (haid) bagi anak perempuan).79

c. Objek Jual Beli

Merupakan barang yang akan digunakan sebagai objek transaksi

dalam jual beli. Objek ini harus ada fisiknya.80

Menurut Sayid Sabiq,

objek akad jual beli harus mempunyai kriteria sebagai berikut:

1) Benda tersebut suci dan halal (tidak boleh menjual barang yang

diharamkan, seperti miras, bangkai, babi, dan patung).

2) Benda tersebut dapat dimanfaatkan (tidak boleh melakukan jual

beli ular dan anjing kecuali yang sudah terlatih yang digunakan

untuk berburu)

3) Benda tersebut milik yang melakukan akad jual beli (dilarang

menjual barang yang bukan miliknya walaupun itu milik istrinya

sendiri). Dalam ilmu fiqh hal ini disebut ba‟i al-fudhuli.

78

Ibid., h. 123 79

Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Bandar Lampung:

Permatanet, 2016), h. 106

80

Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2016), h. 137

Page 50: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

36

4) Benda tersebut dapat diserahkan (tidak boleh menjual barang

yang tidak dapat diserahkan, seperti menjual ikan yang masih di

air).

5) Benda tersebut diketahui bentuknya atau keberadaannya atau

spesifikasinya dan harganya juga sudah jelas.

6) Benda tersebut sudah diterima oleh pembeli.81

Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, rukun jual beli ada

tiga, yaitu:

a. Pihak-pihak. Pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian jual beli

terdiri atas penjual, pembeli, dan pihak lain yang terlibat dalam

perjanjian tersebut.

b. Objek. Objek jual beli terdiri atas benda yang berwujud dan benda

yang tidak berwujud, yang bergerak maupun yang tidak bergerak, dan

yang terdaftar maupun tidak terdaftar. Syarat objek yang

diperjualbelikan adalah sebagai berikut: barang yang dijualbelikan

harus ada, barang yang dijualbelikan harus dapat diserahkan, barang

yang dijualbelikan harus berupa barang yang memiliki nilai/harga

tertentu, barang yang dijualbelikan harus halal, barang yang

dijualbelikan harus diketetahui oleh pembeli, kekhususan barang

yang dijualbelikan harus diketahui, penunjukkan dianggap memenuhi

syarat langsung oleh pembeli tidak memerlukan penjelasan lebih

lanjut, dan barang yang dijual harus ditentukan secara pasti pada

81

Mardani, Hukum Perikatan Syariah,(Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 90

Page 51: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

37

waktu akad. Jual beli dapat dilakukan terhadap: barang yang terukur

menurut porsi, jumlah, berat, atau panjang, baik berupa satuan atau

keseluruhan, barang yang ditakar atau ditimbang sesuai jumlah yang

ditentukan, sekalipun kapasitas dari takaran dan timbangan tidak

diketahui, dan satuan komponen dari barang yang dipisahkan dari

komponen lain yang telah terjual.

c. Kesepakatan. Kesepakatan dapat dilakukan dengan tulisan, lisan, dan

isyarat.82

Ketiganya mempunyai makna hukum yang sama. Akad ada

dua bentuk:

1) Akad dengan kata-kata, dinamakan juga dengan ijab dan kabul.

Ijab, yaitu kata-kata yang diucapkan terlebih dahulu, misalnya,

penjual berkata: “baju ini saya jual dengan harga Rp 10.000,-.

Kabul, yaitu kata-kata yang diucapkan kemudian. Misalnya:

pembeli berkata:”barang saya terima”.

2) Akad dengan perbuatan, dinamakan juga dengan “mu‟athah”.

Misalnya: pembeli memberikan uang seharga Rp 10.000,- kepada

penjual, kemudian mengambil barang yang senilai itu tanpa ucap

kata-kata dari kedua belah pihak.83

Mengenai rukun dan syarat jual beli, para ulama berbeda

pendapat, berikut ini adalah uraiannya:

a. Menurut Mazhab Hanafi, rukun jual beli hanya ijab dan kabul

saja. Menurutnya yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah

82

Ahmad Ilham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta: Gramedia, 2010),

h. 139 83

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2015), h. 103

Page 52: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

38

kerelaan antara kedua belah pihak untuk berjual beli. Namun,

karena unsur kerelaan berhubungan dengan hati sering tidak

kelihatan, maka diperlukan indikator (qarinah) yang

menunjukkan kerelaan tersebut dari kedua belah pihak. Indikator

tersebut bisa dalam bentuk perkataan (ijab dan kabul) atau dalam

bentuk perbuatan, yaitu saling memberi (penyerahan barang, dan

penerimaan uang). Dalam fikih, hal ini terkenal dengan istilah

“bai al-muathah”.

b. Menurut Mazhab Maliki , syarat-syarat yang berkenaan dengan

aqid (orang yang berakad), shigat, dan ma‟qud “alaih (barang)

berjumlah 11 syarat, yaitu:84

1) Syarat aqid

Adalah penjual atau pembeli. Dalam hal ini terdapat tiga

syarat, ditambah satu bagi penjual:

a) Penjual dan pembeli harus mumayyiz

b) Keduanya merupakan pemilik barang atau yang dijadikan

wakil

c) Keduanya dalam keadaan sukarela. Jual beli berdasarkan

paksaan adalah tidak sah

d) Penjual harus sadar dan dewasa

Ulama Malikiyah tidak mensyaratkan harus Islam

bagi aqid kecuali dalam membeli hamba yang muslim

84

Ibid., h. 82.

Page 53: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

39

dan membeli mushaf. Begitu pula dipandang shahih jual

beli orang buta.

2) Syarat dalam sighat

a) Tempat akad harus bersatu

b) Pengucapan ijab qabul tidak terpisah

Di antara ijab qabul tidak boleh ada pemisah yang

mengandung unsur penolakan dari salah satu aqid secara

adat.

3) Syarat harga dan yang dihargakan

a) Bukan barang yang dilarang syara

b) Harus suci, maka tidak diperbolehkan menjual khamar,

dan lain-lain

c) Bermanfaat menurut pandangan syara‟

d) Dapat diketahui oleh kedua orang yang berakad

e) Dapat diserahkan.85

c. Ulama‟ Syafi‟iyah mensyaratkan 22 syarat, yang berkaitan

dengan aqid, shighat, dan ma‟qud „alaih. Persyaratan tersebut

adalah:

1) Syarat aqid yaitu:

a) Dewasa atau sadar

85

Rachmat Syafe‟i, Fikih Muamalah…., h. 78.

Page 54: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

40

Aqid harus baligh dan berakal, menyadari dan

mampu memelihara agama dan hartanya. Dengan

demikian, akad anak mumayyiz dipandang belum sah.

b) Tidak dipaksa atau tanpa hak

c) Islam

Dipandang tidak sah, orang kafir yang membeli

kitab Al-Qur‟an atau kitab-kitab yang berkaitan dengan

agama, seperti hadits, kitab-kitab fiqih, dan juga

membeli hamba yang muslim. Hal ini berdasarkan antara

lain firman Allah SWT:

الل

“Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada

orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang

beriman.” Q.S An-Nisa (4): (141).86

d) Pembeli bukan musuh

Umat Islam dilarang menjual barang, khususnya

senjata, kepada musuh yang akan digunakan untuk

memerangi dan menghancurkan kaum muslimin.

2) Syarat sighat

a) Berhadap-hadapan

Pembeli dan penjual harus menunjukkan shighat

akadnya kepada orang yang sedang bertransaksi

dengannya, yakni harus sesuai dengan orang yang dituju.

86

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan…., h. 115.

Page 55: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

41

Dengan demikian tidak sah berkata, “Saya menjual

kepadamu!” tidak boleh berkata, “Saya menjual kepada

Ahmad,” padahal nama pembeli bukan Ahmad.

b) Ditujukan pada seluruh badan yang akad

Tidak sah mengatakan, “Saya menjual barang ini

kepada kepala atau tangan kamu.”

c) Qabul diucapkan oleh orang yang dituju dalam ijab

Orang yang mengucapkan qabul haruslah orang

yang diajak bertransaksi oleh orang yang mengucapkan

ijab, kecuali jika diwakilkan.

d) Harus menyebutkan barang atau harga

e) Ketika mengucapkan shighat harus disertai niat

(maksud)

f) Pengucapan ijab qabul harus sempurna

g) Ijab qabul tidak terpisah

Antara ijab qabul tidak boleh diselingi oleh waktu

yang terlalu lama, yang menggambarkan adanya

penolakan dari salah satu pihak

h) Antara ijab dan qabul tidak terpisah dengan pernyataan

lain

i) Tidak berubah lafazh

Lafazh ijab tidak boleh berubah, seperti perkataan,

“Saya jual dengan lima ribu, kemudian berkata lagi, saya

Page 56: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

42

menjualnya dengan sepuluh ribu,” padahal barang yang

dijual masih sama dengan barang yang pertama dan

belum ada qabul.

j) Bersesuaian antara ijab dan qabul secara sempurna

k) Tidak dikaitkan dengan sesuatu

Akad tidak boleh dikaitkan dengan sesuatu yang

tidak ada hubungan dengan akad

l) Tidak dikaitkan dengan waktu

3) Syarat ma‟qud „alaih (barang)

a) Suci

b) Bermanfaat

c) Dapat diserah terima

d) Barang milik sendiri atau menjadi wakil dari orang lain

e) Jenis diketahui oleh kedua orang yang melakukan akad

d. Menurut jumhur ulama, rukun jual beli itu ada empat, yaitu

sebagai berikut:

1) Orang yang berakad (penjual dan pembeli)

2) Sighat (lafazh ijab dan kabul)

3) Ada barang yang dibeli

4) Ada nilai tukar pengganti barang87

.

87

Sohari Sahrani, Ru‟fah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia,

2011), h. 67

Page 57: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

43

4. Macam-Macam Jual Beli

Jumhur fuqaha‟ membagi jual beli kepada shahih dan ghairu shahih,

yakni:

a. Jual beli shahih, yaitu jual beli yang disyariatkan menurut asal dan

sifat-sifatnya terpenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat, tidak terkait

dengan hak orang dan tidak ada hak khiyar di dalamnya. Jual beli

shahih menimbulkan implikasi hukum, yaitu berpindahnya

kepemilikan, yaitu barang berpindah miliknya menjadi milik pembeli

dan harga berpindah miliknya menjadi milik pembeli.

b. Jual beli ghairu shahih, yaitu jual beli yang tidak terpenuhi rukun dan

syaratnya dan tidak mempunyai implikasi hukum terhadap objek akad,

masuk dalam kategori ini adalah jual beli bathil dan jual beli fasid,

yakni:

1) Jual beli bathil, jual beli yang tidak disyariatkan menurut asal dan

sifatnya kurang salah satu rukun dan syaratnya. Misalnya, jual

beli yang dilakukan oleh orang yang tidak cakap hukum, seperti

gila, atau jual beli terhadap mal ghairu mutaqawwim (benda yang

tidak dibenarkan memanfaatkannya secara syara‟), seperti

bangkai dan narkoba. Akad jual beli bathil ini tidak mempunyai

implikasi hukum berupa perpindahan milik karena ia dipandang

tidak pernah ada.

2) Jual beli fasid, yaitu jual beli yang disyariatkan menurut

asalnya, namun sifatnya tidak. Misalnya, jual beli itu dilakukan

Page 58: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

44

oleh orang yang pantas (ahliyah) atau jual beli benda yang

dibolehkan memanfaatkannya. Namun, terdapat hal atau sifat

yang tidak disyariatkan pada jual beli tersebut yang

mengakibatkan jual beli itu menjadi rusak. 88

5. Jual Beli Yang Dilarang Menurut Hukum Islam

Jenis-jenis jual beli yang dilarang dalam syariat Islam antara lain:

a) Jual beli barang yang belum diterima, seorang muslim tidak boleh

membeli suatu barang kemudian menjualnya padahal ia belum

menerima barang dagangan tersebut.

b) Jual beli seorang muslim dari muslim lainnya, seorang muslim tidak

boleh jika seorang saudara seagamanya telah membeli suatu barang

seharga lima ribu rupiah misalnya, kemudian ia berkata kepada

penjual. “Mintalah kembali barang itu, dan batalkan jual belinya,

karena aku akan membelinya darimu seharga enam ribu rupiah”.

c) Jual beli najasy, seorang muslim tidak boleh menawar suatu barang

dengan harga tertentu padahal ia tidak ingin membelinya, namun ia

berbuat seperti itu agar diikuti para penawar lainnya kemudian

pembeli tertarik membeli barang tersebut. Seorang muslim juga tidak

boleh berkata pada pembeli yang ingin membeli suatu barang,

“Barang ini dibeli dengan harga sekian”. Ia berkata bohong untuk

menipu pembeli tersebut, ia bersekongkol dengan penjual atau tidak.

88

Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah ...., h. 71.

Page 59: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

45

d) Jual beli barang-barang haram dan najis, seorang muslim tidak

menjual barang-barang haram, barang-barang najis dan barang-barang

yang menjurus kepada yang haram. Jadi ia tidak boleh menjual

minuman keras, babi, bangkai, berhala, dan anggur yang hendak

dijadikan minuman keras.

e) Jual beli gharar, orang muslim tidak boleh menjual sesuatu yang di

dalamnya terdapat gharar (ketidakjelasan). Jadi ia tidak boleh menjual

ikan di air, atau menjual bulu di punggung kambing yang masih

hidup, atau anak hewan yang masih di dalam perut induknya atau

buah-buahan yang belum masak, biji-bijian yang belum mengeras atau

menjual barang tanpa penjelasan sifatnya.

f) Jual beli dua barang dalam satu akad, seorang muslim tidak boleh

melangsungkan dua jual beli dalam satu akad, namun ia harus

melangsungkan keduanya sendiri-sendiri, karena di dalamnya terdapat

ketidakjelasan yang membuat orang muslim lainnya tersakiti atau

memakan hartanya dengan tidak benar. Dua jual beli dalam satu akad

mempunyai banyak bentuk, misalnya penjual berkata kepada pembeli,

“Aku jual barang ini kepadamu sepuluh ribu secara kontan atau lima

belas ribu sampai waktu tertentu (kredit).” Setelah itu akad jual beli

dilangsungkan dan penjual tidak menjelaskan jual beli manakah

(kontan atau kredit) yang ia kehendaki.

g) Jual beli urbun (uang muka), seorang muslim tidak boleh melakukan

jual beli urban, atau mengambil uang muka secara kontan. Tentang

Page 60: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

46

jual beli urban, Imam Malik menjelaskan bahwa jual beli urban ialah

seseorang menjual sesuatu atau menyewa hewan, kemudian berkata

kepada penjual, “Engkau aku beri uang satu dinar dengan syarat jika

kau membatalkan jual beli, maka aku tidak akan memberimu uang

sisanya.”

h) Menjual sesuatu yang tidak ada pada penjual orang muslim tidak

boleh menjual sesuatu yang tidak ada padanya atau sesuatu yang

belum dimilikinya karena hal tersebut menyakiti pembeli yang tidak

mendapatkan barang yang dibelinya.

i) Jual beli utang dengan utang, seorang muslim tidak boleh menjual

utang dengan utang, karena itu menjual barang yang tidak ada dengan

barang yang tidak ada pula dan Islam tidak memperbolehkan

melakukan jual beli seperti itu. Contohnya, anda menjual piutang dua

kwintal beras pada orang lain yang akan dibayar pada suatu waktu,

kemudian anda menjualnya kepada orang lain sehingga seratus ribu

sampai waktu tertentu.

j) Jual beli inah, seorang muslim tidak boleh menjual suatu barang

kepada orang lain dengan kredit, kemudian ia membelinya lagi dari

pembeli dengan harga yang lebih murah, karena jika ia menjual

barang tersebut kepada pembeli seharga sepuluh ribu rupiah,

kemudian ia membelinya dari pembeli yang sama seharga lima ribu

rupiah, maka itu seperti orang yang meminjamkan uang lima ribu

rupiah dan meminta dikembalikan sebanyak sepuluh ribu rupiah. Hal

Page 61: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

47

ini seperti riba nasi‟ah yang diharamkan oleh Al Qur‟an dan Al

Hadits.

k) Jual beli Mushanah, seorang muslim tidak boleh menahan susu

kambing, unta, atau lembu selama berhari-hari agar susunya terlihat

banyak, kemudian manusia tertarik membelinya dan ia pun menjual-

belikannya cara penjualan seperti ini merupakan kebatilan kerena

mengandung penipuan. 89

B. Gharar

1. Pengertian Gharar

Menurut ahli fikih, gharar adalah sifat dalam muamalah yang

menyebabkan sebagian rukunnya tidak pasti (mastur al-„aqibah).90

Gharar artinya keraguan, tipuan atau tindakan yang bertujuan untuk

merugikan pihak lain.91

Jual beli yang terdapat unsur penipuan adalah

larangan oleh hukum perdata Islam.92

Sedangkan secara terminologis

gharar adalah sebagai berikut:

a. Menurut UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, gharar

yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak

diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat

transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah.

89

Lukman Hakim, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam ...., h. 114. 90

Adiwarman A. Karim, Oni Sahroni, Ribab, Gharar dan Kaidah-Kaidah Ekonomi

Syariah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h. 77. 91

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Cetakan ke-1, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2003), h. 120. 92

Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h.

148.

Page 62: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

48

b. Menurut penjelasaan Pasal 2 ayat (3) Peraturan bank Indonesia No.

10/16/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatan

Penghimpun Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank

Syariah memberikan pengertian mengenai gharar sebagai transaksi

yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui

keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi

dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah.

c. Menurut Racmadi Usma, gharar adalah transaksi yang mengandung

tipuan dari salah satu pihak sehingga pihak lain dirugikan.

d. Imam Malik mendefinisikan gharar sebagai jual beli objek yang

belum ada dengan demikian belum diketahui kualitasnya oleh

pembeli apakah kualitas barang itu baik atau buruk, seperti jual beli

budak belian yang melarikan diri, atau jual beli binatang yang telah

lepas dari tangan pemiliknya, atau jual beli anak binatang yang

masih berada dalam kandungan ibunya. Menurut Imam Malik jual

beli tersebut adalah jual beli yang haram karena mengandung unsur

untung-untungan.

e. Menurut Ibn Hazim, terdapat gharar dalam suatu jual beli apabila

pembeli tidak mengetahui apa yang dibelinya dan penjual tidak

mengetahui apa yang dijualnya. 93

93

Mardani, Hukum Sistem Ekonomi Islam (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2017), h.

104.

Page 63: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

49

2. Dalil Haramnya Gharar

Gharar hukumnya dilarang dalam syariat Islam, oleh karena itu

melakukan transaksi atau memberikan syarat dalam akad yang ada unsur

ghararnya itu hukumnya tidak boleh.94

Allah telah berfirman dalam Q.S Al-Maidah ayat 90:

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)

khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib

dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah

perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” Q.S

Al-Maidah (5): (90).95

Jual beli gharar yaitu jual beli yang samar sehingga ada

kemungkinan terjadi penipuan, seperti penjualan ikan di dalam kolam

atau menjual kacang tanah yang atasnya kelihatan bagus tetapi di

dalamnya jelek.96

Dan hadits Rasulullah SAW tentang gharar yaitu:

ب يع الحصاة عن ن هى علىو وسلم اللوصلى النب ي رة : أن عن أب ىر ى(واه الجماعة ا البخار ر ) .ع غرا ر وعن ب ي

“Bersumber dari Abi Hurairah: “Sesungguhnya Nabi SAW

melarang jual beli dengan cara melempar batu dan jual beli secara

gharar.” (HR. Jama‟ah kecuali Imam Bukhari).97

94

Adiwarman A. Karim, Oni Sahroni, Ribab, Gharar dan Kaidah-Kaidah Ekonomi

Syariah ...., h. 78. 95

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemah untuk Wanita......., h.

123. 96

Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah ...., h. 73-74. 97

Adib Bisri Musthafa, et. al. Terjemah Nailul Autar, Jilid V (Semarang: CV. Asy Syifa,

1994), h. 465.

Page 64: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

50

Pada hadits di atas sesungguhnya Rasulullah melarang apabila

melakukan transaksi jual beli dengan ketidakjelasan. Seperti, orang yang

menjual tanah diukur dengan jauhnya lemparan batu hal ini tidak

dibenarkan dalam Islam karena tidak jelasnya ukuran tanah tersebut.

3. Penyebab Terjadinya Gharar

Menurut Yusuf Al-Subaily, gharar adalah jual beli yang tidak jelas

kesudahannya. Jadi penyebab terjadinya gharar adalah ketidakjelasan.

Ketidakjelasan itu bisa terjadi pada barang atau harga.98

Ketidakjelasan pada barang disebabkan hal:

a. Fisik barang tidak jelas.

Misalnya: Penjual berkata: “Aku menjual kepadamu barang yang

ada dalam kotak ini dengan harga Rp. 100.000,-.” dan pembeli tidak

tahu fisik barang yang berada di dalam kotak.

b. Sifat barang tidak jelas.

Misalnya: Penjual berkata: “Aku jual sebuah mobil kepadamu

dengan harga Rp. 50.000.000,-.” Dan pembeli belum pernah melihat

mobil tersebut dan tidak tahu sifatnya.

c. Ukuran tidak jelas.

Misalnya: Penjual berkata: “Aku jual kepadamu sebagian tanah ini

dengan harga Rp. 10.000.000,-.”

d. Barang bukan milik penjual, seperti menjual rumah yang bukan

miliknya.

98

Ibid, h. 105.

Page 65: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

51

e. Barang yang tidak dapat diserahterimakan, seperti menjual jam

tangan yang hilang. 99

Ketidakjelasan pada harga disebabkan beberapa hal:

1) Penjual tidak menentukan harga

Misalnya: Penjual berkata: “Aku jual mobil ini kepadamu dengan

harga sesukamu.” Lalu mereka berpisah dan harga ditetapkan oleh

kedua belah pihak.

2) Penjual memberikan dua pilihan dan pembeli tidak menentukan

salah satunya.

Misalnya: Penjual berkata: “Saya jual mobil ini kepadamu jika tunai

seharga 50 juta dan jika tidak tunai dengan harga 75 juta rupiah.”

Lalu mereka berpisah dan pembeli membawa mobil tanpa

menentukan harga yang disetujui.

3) Tidak jelas jangka waktu pembayaran.

Misalnya: Penjual berkata: “Saya jual motor ini dengan harga 5 juta

rupiah dibayar kapan anda mampu.”

Berdasarkan penjelasan di atas, maka gharar ada tiga macam yaitu:

a) Jual beli sesuatu yang tidak ada, seperti jual beli hablul habalah.

b) Jual beli sesuatu yang tidak diserahterimakan, seperti unta yang

melarikan diri.

c) Jual beli sesuatu yang tidak dapat diketahui secara mutlak, atau

tidak dapat diketahui jenis atau ukurannya. 100

99

Ibid.

Page 66: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

52

Lebih jelasnya, gharar merupakan situasi dimana terjadi

uncomplete information karena adanya ketidakpastian kedua belah

pihak yang bertransaksi. Dalam gharar ini kedua belah pihak sama-

sama tidak memiliki kepastian mengenai sesuatu yang

ditransaksikan. Gharar bisa terjadi bila kita mengubah sesuatu yang

seharusnya bersifat pasti menjadi tidak pasti.101

4. Bentuk-Bentuk Jual Beli Gharar

Menurut ulama fiqih, bentuk-bentuk gharar yang dilarang adalah:

a. Tidak ada kemampuan penjual untuk menyerahkan objek akad pada

waktu terjadi akad, baik objek akad itu sudah ada maupun belum

ada.

b. Menjual sesuatu yang belum berada di bawah penguasaan penjual.

Apabila barang yang sudah dibeli dari orang lain belum diserahkan

kepada pembeli, maka pembeli belum boleh menjual barang itu

kepada pembeli lain.

c. Tidak ada kepastian tentang jenis pembayaran atau jenis benda yang

dijual.

d. Tidak ada kepastian tentang sifat tertentu dari barang yang dijual.

e. Tidak ada kepastian tentang jumlah harga yang harus dibayar.

f. Tidak ada kepastian tentang waktu penyerahan objek akad.

100

Ibid. h. 106. 101

Efa Rodiah Nur, “Riba dan Gharar: Suatu Tinjauan Hukum dan Etika dalam Transaski

Bisnis Modern”. Jurnal Al-„Adalah, Vol. 12 No. 3 (Juni 2015), h. 648.

Page 67: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

53

g. Tidak ada ketegasan bentuk transaksi, yaitu ada dua macam atau

lebih yang berbeda dalam satu objek tanpa menegaskan bentuk

transaksi mana yang dipilih. 102

C. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka mengungkapkan hasil penelitian yang pernah

dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Selain itu, penelitian terdahulu dapat

dijadikan sebagai referensi dan acuan bagi penulis untuk melakukan

penelitian itu sehingga terjadi penelitian yang saling terkait. Diantaranya

penelitian terdahulu yang terkait dengan masalah penelitian adalah sebagai

berikut:

Pertama, skripsi oleh Agus Purnomo (2013) yang berjudul “Tinjauan

Hukum Islam Terhadap Jual Beli Tiket Pesawat (Studi Kasus di Agen Garasi,

Gerbang Transportasi Yogyakarta)”. Penelitian ini merupakan skripsi

mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, dilakukan dalam rangka

mengambil strata 1 program studi muamalah. Penelitian ini menarik pada

permasalahan di mana transaksi jual beli tiket pesawat yang dilakukan

mengandung unsur wanprestasi. Bahwa manajemen dari jasa agen penjual

tiket tersebut mengambil keuntungan yang lebih terhadap perubahan harga

yang terjadi, sedangkan perubahan harga tersebut tidak disampaikan kepada

pembeli tiket. Hasil dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa jual beli

tiket pesawat pada Agen Garasi, Gerbang Transportasi Yogyakarta tidak

sesuai dengan aturan, karena adanya unsur penipuan oleh perusahaan

102

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam ...., h. 148-149.

Page 68: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

54

terhadap konsumen berupa ketidakjelasan objek akad. Dalam hal ini,

perusahaan tidak memberitahukan kode tiket.103

Kedua, Deni Ariska (2018) yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam

Tentang Sistem Jual Beli Kelapa di Desa Marang Kecamatan Pesisir Selatan”.

Penelitian ini merupakan skripsi mahasiswi Universitas Islam Negeri Raden

Intan Lampung, dilakukan dalam rangka mengambil strata 1 program studi

muamalah. Penelitian ini menarik pada beberapa permasalahan, permasalahan

dalam penelitian ini adalah bagaimana tinjauan hukum Islam tentang

pelaksanaan jual beli kelapa tiga hitung dua di Desa Marang Kecamatan

Pesisir Selatan. Berdasarkan hasil penelitian, praktik jual beli kelapa tiga

hitung dua yaitu para petani yag mempunyai kebun kelapa mereka menjual

hasil kebun mereka yang berupa kelapa kepada pengepul, lalu petani

menawarkan hasil kebun mereka kepada para pengepul. Jika keduanya sudah

bertemu, maka langsung melakukan tawar menawar dan jika sudah sepakat

maka terjadilah pertukaran barang dengan uang antara kedua belah pihak

dengan harga Rp. 4.000,- pergandeng, setelah itu barang langsung dibawa dan

diolah oleh para pengepul. Pelaksanaan jual beli kelapa tiga hitung dua studi

kasus di Desa Marang Kecamatan Pesisir Selatan, mereka mengacu kepada

adat dan kebiasaan yang telah lama mereka gunakan selama ini atau dalam

Islam dikatakan „Urf. Menurut hukum Islam tidak diperbolehkan (jika ada

unsur ketidakjelasan dalam ukuran atau takaran di dalamnya), sebab diketahui

103

Agus purnomo, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Tiket Pesawat (Studi Kasus

di Agen Garasi, Gerbang Transportasi Yogyakarta)” (Skripsi Program Studi Muamalah

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2018), h. i.

Page 69: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

55

jelas, takaran dan ukuran serta petani harus ridho dan tidak mengungkit-

ngungkit hasil jual kelapa tersebut.104

Ketiga, Umi Nurrohmah (2018) yang berjudul “Pengurangan Berat

Timbangan dalam Jual Beli Pisang dan Talas Menurut Perspektif Hukum

Islam di Desa Gunung Batu, Sumberejo, Tanggamus”. Penelitian ini

merupakan skripsi mahasiswi Universitas Islam Negeri Raden Intan

Lampung, dilakukan dalam rangka mengambil strata 1 program studi

muamalah. Penelitian ini menarik pada beberapa permasalahan, permasalahan

dalam penelitian ini adalah bagaimana pandangan hukum Islam terhadap

pengurangan berat timbangan dalam jual beli pisang dan talas menurut

perspektif hukum Islam di Desa Gunung Batu, Sumberejo, Tanggamus.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa pihak tengkulak

melakukan hal tersebut tanpa adanya dasar yang jelas dan hanya mengira-

ngira berapa jumlah berat yang akan dikurangi, biasanya pengurangan yang

diterapkan yaitu berkisar antara 10% sampai 20% atau 1 kg sampai 5 kg

tergantung dari berat pokok. Hal ini dilakukan dengan alasan untuk

meminimalisir kerugian, praktik tersebut dilakukan tanpa adanya kesepakatan

antara kedua belah pihak. Dalam jual beli dengan sistem demikian tentu pihak

petani akan menanggung kerugian dan ketidakadilan karena menanggung

104

Deni Ariska,“Tinjauan Hukum Islam Tentang Sistem Jual Beli Kelapa di Desa Marang

Kecamatan Pesisir Selatan”. (Skripsi Program Studi Muamalah Universitas Islam Negeri

Lampung, Lampung, 2018), h. ii-iii.

Page 70: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

56

beban pengurangan yang besar. Jual beli dengan sistem ini tidak

diperbolehkan menurut Hukum Islam.105

Dari beberapa karya ilmiah yang ada, setelah diamati, kajian secara

spesifik dan komprehensif terdapat persamaan dan perbedaan. Adapun

persamaannya yaitu sama-sama membahas masalah jual beli sedangkan

perbedaannya yaitu terletak pada objek permasalahan yang akan dibahas..

Oleh karena itu, mengenai tinjauan hukum Islam terhadap jual beli tiket

seminar dengan fasilitas yang ditawarkan belum ada yang mengkajinya,

sehingga peneliti tertarik untuk mengkaji permasalahan tersebut dalam

sebuah karya ilmiyah yang berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual

Beli Tiket Seminar Dengan Fasilitas Yang Ditawarkan pada Wirausaha Muda

Nusantara Lampung.

105

Umi Nurrohmah, “Pengurangan Berat Timbangan dalam Jual Beli Pisang dan Talas

Menurut Perspektif Hukum Islam di Desa Gunung Batu, Sumberejo, Tanggamus”. (Skripsi

Program Studi Muamalah Universitas Islam Negeri Lampung, Lampung, 2018), h. ii-iii.

Page 71: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

80

DAFTAR PUSTAKA

A. Al-Qur’anul Karim

Al-Qur'an danTerjemah untuk Wanita, Kementerian Agama Republik

Indonesia,Jakarta Selatan: Wali, 2012.

B. Buku

Ali, Mohammad Daud, Hukum Islam PengantarIlmuHukumdan Tata

Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: PT Raja GrafindoPersada,

2014.

Ali, Muhammad, Fiqih,Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja, 2013.

Ali, Zainuddin, Hukum Ekonomi Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

-------, Zainuddin, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Jakarta: Sinar

Grafika, 2007.

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2011.

Asqalany, Al Hafiz Ibnu Hajar, Terjemah Bulughul Maram, Cet. Pertama,

Jakarta: Pustaka Amani, 1995.

Bahasa, T. P, KamusBesarBahasa Indonesia, Jakarta: BalaiPustaka, 1991.

Bahreisy, Hussein, Pemodam Fiqih Islam, Surabaya: Al-ikhlas: 1981.

Bakry, Nazar, Fiqh dan Ushul Fiqh, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1994.

Bassam, Abdullah bin Abdurrahman Ali, SyarahHadits Pilihan Bukhari

Muslim, Cet. Ke-IV, Jakarta: Darul Falah, 2004.

Chairuman, Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam,Jakarta:

Sinar Grafika, 2004.

Djamil, Fathurrohman, Penerapan Perjanjian Dalam Transaksi Di

Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

Djazuli, A. Kaidah-Kaidah Fikih, Jakarta: Kencana, 2006.

Ghazaly, Abdul Rahman, Fiqih Muamalah, Jakarta: kencana Prenada

Media Group, 2010.

Page 72: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

81

Hamid, Syamsul Rijal, Buku Pintar Agama Islam,Jakarta: Bee Media

Pustaka, 2017.

Hakim,Lukman, Prinsip-PrinsipEkonomi Islam, Surakarta:

PenerbitErlangga, 2012.

Hasan, M. Ali, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Cetakan ke-1,

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.

Hasan, M. Iqbal, Pokok-PokokMateriMetodologiPenelitiandanAplikasinya

Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005.

Idri, HadisEkonomi,Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.

Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2011.

Ja‟far, A. Khumedi, HukumPerdata Islam Di Indonesia, Bandar Lampung:

UIN RadenIntan Lampung, 2014.

Karim, A. Adiwarman, Oni Sahroni, Ribab, Gharar dan Kaidah-Kaidah

Ekonomi Syariah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015.

Mardani, FiqihEkonomiSyariah, Jakarta: PT FajarInterpratamaMandiri,

2012.

-------, Hukum Sistem Ekonomi Islam,Depok: PT Raja Grafindo Persada,

2017.

Muhammad, Abdulkadir, HukumdanPenelitianHukum, Bandung: PT.

Citra AdityaBakti, 2010.

Muhammad, PabunduTika, MetodologiRisetBisnis, Jakarta: BumiAksara,

2006.

Muslich, Ahmad Wardi, Fiqih Mu‟amalat, Jakarta: Amzah, 2015.

Musthafa, Adib Bisri dkk, Terjemah Nailul Autar, Jilid V, Semarang: CV.

Asy Syifa, 1994.

Mustofa,Imam,FiqihMuamalahKontemporer,Jakarta: PT Raja

GrafindoPersada, 2016.

Pasaribu, Chairuman, Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam

Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2004.

Rozalinda, FikihEkonomiSyariah,Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2016.

Page 73: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

82

Saebani, Beni Ahmad, Ilmu Ushul Fiqh, Bandung: Pustaka Setia, 2009.

Sahrani, SoharidanRu‟fah Abdullah, FiqihMuamlah, Bogor: Ghalia

Indonesia, 2011.

Sahroni, Oni,M. Hasanudin, Fikih Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2016.

Shadiq, Sapiudin, Fikih Kontemporer, Jakarta: Kencana, 2016.

Shiddiqi, Nourouzzaman, Fiqih Indonesia Penegasan dan

Gagasan,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.

Soleh, Khudori, Fiqih Kontekstual, Jakarta: PT Pertja, 1999.

Sholihin, Bunyana,MetodologiPenelitianSyari‟ah, Yogyakarta: Kreasi

Total Media, 2018.

Sjahdeini, Sutan Remy, PerbankanSyariah, Jakarta: Kencana, 2015.

Subekti, Aneka Perjanjian, Bandung: PT. Citra Aditiya Bakti, 1997.

Sugiyono, MetodePenelitianKuantitatifKualitatifdan R&D, Bandung:

Alfabeta, 2012.

Suhendi,Hendi, FiqihMuamalah,Jakarta: PT Raja GrafindoPersada 2014.

Sujarweni, V. Wiratana, MetodologiPenelitianBisnisdanEkonomi,

Yogyakarta: PustakaBaruPrees, 2015.

Syafe‟i, Rachmat, Fiqh Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2001.

Yanggo, Huzaimah Tahido, Masail Fiqiyah, Bandung: Penerbit Angkasa,

2005.

C. Jurnal

Amelia, Dea Rizka,“Tinjauan Hukum Islam Tentang Jual Beli Pulsa

Token Listrik pada PT. PLN Cabang Tanjung Karang”. Skripsi

Program Studi Muamalah Universitas Islam Negeri Lampung,

Lampung, 2018.

Apipudin, Konsep Jual Beli dalam Islam: “Analisis Pemikiran Abdul al-

Rahman al-Jaziri dalam Kitab al-Fiqh „Ala al-Madahib al-

Arba‟ah”. Jurnal Islaminomic, Vol. 5 No.2 Agustus 2016.

Page 74: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TIKET …repository.radenintan.ac.id/10995/1/PERPUS PUSAT.pdfii ABSTRAK Lembaga Pengembangan Edukasi Indonesia (LPEI) Bandar Lampung merupakan

83

Ariska,Deni, “Tinjauan Hukum Islam Tentang Sistem Jual Beli Kelapa di

Desa Marang Kecamatan Pesisir Selatan”. Skripsi Program Studi

Muamalah Universitas Islam Negeri Lampung, Lampung, 2018.

Nur, Efa Rodiah, “Riba dan Gharar: Suatu Tinjauan Hukum dan Etika

dalam Transaski Bisnis Modern”. Jurnal Al-„Adalah, Vol. 12 No.

3, Juni 2015..

Nurrohmah, Umi, “Pengurangan Berat Timbangan dalam Jual Beli Pisang

dan Talas Menurut Perspektif Hukum Islam di Desa Gunung Batu,

Sumberejo, Tanggamus”.Skripsi Program Studi Muamalah

Universitas Islam Negeri Lampung, Lampung, 2018.

D. Wawancara

Ahmad Legowo, Wawancara dengan Penulis, Geprek King, Bandar

Lampung, 20 November 2019.

Alvino Nursyah, Wawancara dengan Penulis, Perpustakaan Daerah,

Bandar Lampung, 3 Desember 2019.

Anatasya, Wawancara dengan Penulis, Masjid Ad-Du‟a, Bandar Lampung,

2 Desember 2019.

Dede Romansyah, Wawancara dengan Penulis, Sekretariat LPEI, Bandar

Lampung, 23 November 2019.

Fitri Adelia, Wawancara dengan Penulis, UIN Raden Intan Lampung,

Bandar Lampung, 2 Desember 2019.

Jarkasi, Wawancara dengan Penulis, Pandawa, Bandar Lampung, 28

November 2019.

Nur Komariyah, Wawancara dengan Penulis, Sekretariat LPEI, Bandar

Lampung, 23 November 2019.

Qori‟, Wawancara dengan Penulis, Perpustakaan Pusat UIN Raden Intan

Lampung, Bandar Lampung, 28 November 2019.

Rini Novita, Wawancara dengan Penulis, Kosan Asyifa, Bandar Lampung,

25 November 2019.

Tri Hastuti, Wawancara dengan Penulis, UIN Raden Intan Lampung,

Bandar Lampung, 2 Desember 2019.

Umi Hasanah, Wawancara dengan Penulis, UIN Raden Intan Lampung,

Bandar Lampung, 2 Desember 2019.