Tinjauan Atas Penerapan Kebijakan Akuntansi Tentang Aset Tetap Dalam Penyusunan Dan Penyajian...

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah merupakan sebuah organisasi yang terdiri atas unit-unit. Secara substansial dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia terdapat 3 (tiga) lingkup pemerintahan, yaitu : 1. Pemerintah Pusat. 2. Pemerintah Provinsi. 3. Pemerintah Kabupaten/Kota Ketiga lingkup pemerintahan ini merupakan entitas-entitas pelaporan yang menurut ketentuan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan keuangan, dimana bentuk dan isinya harus disusun dan disajikan sesuai standar akuntansi yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Dengan demikian SAP merupakan pedoman dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku secara internasional serta mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah. Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), pemerintah terus melakukan upaya-upaya reformasi guna meningkatkan 1

Transcript of Tinjauan Atas Penerapan Kebijakan Akuntansi Tentang Aset Tetap Dalam Penyusunan Dan Penyajian...

Page 1: Tinjauan Atas Penerapan Kebijakan Akuntansi Tentang Aset Tetap Dalam Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kab Melati Tahun 2008-Rev

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah merupakan sebuah organisasi yang terdiri atas unit-unit. Secara

substansial dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia terdapat 3 (tiga) lingkup

pemerintahan, yaitu :

1. Pemerintah Pusat.

2. Pemerintah Provinsi.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

Ketiga lingkup pemerintahan ini merupakan entitas-entitas pelaporan yang menurut

ketentuan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan keuangan, dimana bentuk dan isinya harus

disusun dan disajikan sesuai standar akuntansi yang telah diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Dengan demikian SAP merupakan pedoman dalam penyusunan dan penyajian laporan

keuangan yang telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku secara

internasional serta mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas

laporan keuangan pemerintah. Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan

yang baik (good governance), pemerintah terus melakukan upaya-upaya reformasi

guna meningkatkan transparansi dan akuntabilitas di bidang pengelolaan keuangan

negara. Adapun upaya-upaya reformasi tersebut mencakup perubahan-perubahan di

berbagai aspek yaitu: penataan peraturan perundang-undangan, penataan

kelembagaan, penataan sistem maupun peningkatan kualitas sumber daya manusianya

selaku pengelola keuangan.

Dalam penyusunan makalah ini, kelompok Melati Kursus Keuangan Daerah Khusus

Penatausahaan /Akuntansi Keuangan Derah Angkatan I ingin mengetahui apakah

dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangannya Pemerintah Kabupaten Melati

sebagai responden penelitian lapangan (field research), sudah sesuai dengan kebijakan

akuntansi yang mempunyai kekuatan hukum (dituangkan dalam Peraturan Bupati).

Adapun judul yang diambil berdasarkan uraian di atas untuk makalah ini adalah :

1

Page 2: Tinjauan Atas Penerapan Kebijakan Akuntansi Tentang Aset Tetap Dalam Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kab Melati Tahun 2008-Rev

”TINJAUAN ATAS PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI TENTANG ASET

TETAP DALAM PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN MELATI TAHUN 2008”

1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas,

adalah sebagai berikut :

1. Kebijakan Akuntansi

a. Bagaimana pelaksanaan penerapan Kebijakan Akuntansi dalam penyusunan

dan penyajian Laporan Keuangan Kabupaten Melati?

b. Bagaimana strategi Kabupaten Melati dalam menyusun laporan keuangan

daerah sehingga mencapai WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) ?

2. Aset Tetap

Bagaimana dasar pengakuan, pengukuran dan pengungkapan terhadap Aset tetap

dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan di Kabupaten Melati ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah :

1. Mengetahui dan memahami pelaksanaan atas penerapan kebijakan akuntansi

sebagai alat bantu penyusunan laporan keuangan yang memenuhi prinsip

transparansi dan akuntabilitas serta sesuai dengan SAP.

2. Mengetahui dan mempelajari bagaimana dasar pengakuan, pengukuran dan

pengungkapan terhadap aset tetap dalam penyusunan dan penyajian Laporan

Keuangan Kabupaten Melati.

1.4 Metodologi

Ada 2 (dua) metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu :

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan dilakukan dengan cara pengumpulan data-data primer yang

diperoleh melalui observasi (pengamatan langsung), wawancara/interview dan

data yang bersumber dari dokumen-dokumen yang diterbitkan oleh Pemerintah

Kabupaten Melati.

2

Page 3: Tinjauan Atas Penerapan Kebijakan Akuntansi Tentang Aset Tetap Dalam Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kab Melati Tahun 2008-Rev

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data-data

pendukung lainnya yang dapat berfungsi sebagai bahan referensi yang bisa di

dapat dari buku-buku atau bahan-bahan lainnya yng berkaitan dengan topik yang

dibahas.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Memuat topik tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penulisan, metodologi penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MELATI

Memuat tentang gambaran umum Kabupaten Melati, kebijakan APBD yang

digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Melati, serta kebijakan akuntansi dan

sistem akuntansi yang digunakan Pemerintah Kabupaten Melati dalam

penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

BAB III. KAJIAN LITERATUR

Menguraikan tentang teori yang mendukung analisis terhadap topik bahasan

mengenai Kebijakan Akuntansi tentang aset tetap.

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Menjelaskan tentang hasil analisis dan pembahasan terhadap kebijakan

akuntansi tentang Aset Tetap Pemerintah Kabupaten Melati.

BAB V. KESIMPULAN

Berupa kesimpulan dari keseluruhan uraian pendahuluan sampai dengan

analisis dan pembahasan.

3

Page 4: Tinjauan Atas Penerapan Kebijakan Akuntansi Tentang Aset Tetap Dalam Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kab Melati Tahun 2008-Rev

BAB II

GAMBARAN UMUM PEMERINTAH KABUPATEN

MELATI

A. Informasi Umum

Kabupaten Melati merupakan salah satu kabupaten yang ada di negara Republik

Indonesia, Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 37 tahun 2003

tanggal 18 Desember 2003 tentang pembentukan Kabupaten Melati. (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 1821).

Secara geografis Kabupaten Melati terletak antara 103,22 derajat sampai dengan

104,21 Bujur Timur dan 04,14 derajat sampai dengan 04,55 derajat lintang selatan

dengan luas wilayah 549.394 Ha.

B. Organisasi

Susunan Bupati, Wakil Bupati, Seretaris daerah Kabupaten Melati sebagai berikut :

- Bupati

- Wakil Bupati

- Sekretaris Daerah

Struktur organisasi Pemerintahan Kabupaten Melati sebagai berikut:

a. Sekretaris Daerah

Sekretaris Daerah Kabupaten Melati dibantu oleh 3 (tiga) orang asisten yang

membawahi 9 (sembilan) bagian yaitu :

1. Bagian Administrasi pemerintahan Umum

2. Bagian Administrasi perekonomian dan Sumberdaya Alam

3. Bagian Administrasi Pembangunan

4. Bagian Kesra dan kemasyarakatan

5. Bagian Hukum

6. Bagian Umum Perlengkapan dan Aset

7. Bagian Keuangan

8. Bagian Ortala

9. Bagian Humas Protokol

4

Page 5: Tinjauan Atas Penerapan Kebijakan Akuntansi Tentang Aset Tetap Dalam Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kab Melati Tahun 2008-Rev

b. Badan

Terdapat 5 (lima) Badan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Melati, yaitu :

1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penenaman Modal

2. Badan Kepegawaian Daerah dan Diklat

3. Inspektorat Daerah

4. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan

5. Bsadan Pelaksanaan Penyuluh Pertaniaan, Perikanan dan Peternakan.

5

Page 6: Tinjauan Atas Penerapan Kebijakan Akuntansi Tentang Aset Tetap Dalam Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kab Melati Tahun 2008-Rev

BAB III

KAJIAN LITERATUR

3.1. Akuntansi Pemeritahan Daerah

Secara umum pengertian akutansi dapat didefinisikan sebagai berikut:

Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran dengan cara

tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian – kejadian yang umumnya

bersifat keuangan termasuk menafsirkan hasil – hasilnya (American Institute of

Accounting, Sofyan Syafri Harahap ; 2003) Atau :

Akutansi adalah suatu kegiatan jasa, fungsinya adalah memberikan informasi

kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang

dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi sebagai dasar

memilih di antara beberapa alternatif (Accounting Principle Board Statment, Sofyan

Syafri Harahap ; 2003)

Sedangkan pengertian Pemerintah Daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58

tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi

seluas – luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sehingga pengertian akutansi Pemerintahan Daerah dapat didefinisikan sebagai proses

pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran

moneter, transaksi dan kebijakan – kebijakan yang umumnya bersifat keuangan dan

termasuk pelaporan hasil – hasilnya dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas – luasnya

dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Definisi lainnya dari

Akutansi Pemerintahan Daerah atau yang disebut sebagai Akutansi Keuangan Daerah

adalah proses pengidentifikasikan, pengukuran pencatatan dan pelaporan transaksi

ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah (Kabupaten, Kota atau Propinsi)

yang dijadikan informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak –

pihak ekternal pemerintah daerah yang memerlukannya (Abdul Halim : 2004).

Sedangkan pengertian Sistem Akutansi Pemerintah Daerah (SAPD) adalah

serangkaian prosedur, mulai dari proses pengumpulan dari proses pengumpulan data,

pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka

6

Page 7: Tinjauan Atas Penerapan Kebijakan Akuntansi Tentang Aset Tetap Dalam Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kab Melati Tahun 2008-Rev

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau

menggunakan aplikasi komputer (Deddi Nordiawan, dkk. ; 2007).

3.2. Kebijakan Akutansi Pemerintah Daerah

Dalam menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah yang berupa Catatan atas

Laporan Keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapan dasar penyajian laporan

keuangan dan kebijakan akutansinya, dimana definisi kebijakan akutansi menurut

pernyataan Standar Akutansi Pemerintahan adalah prinsip – prinsip, dasar – dasar,

konvensi – konvensi, aturan – aturan dan praktek – praktek spesifik yang dipilih oleh

suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

Pengungkapan kebijakan akutansi ini harus mengidentifikasikan dan menjelaskan

prinsip – prinsip akutansi yang akan digunakan oleh entitas pelaporan dan metode –

metode penerapannya yang secara material akan mempengaruhi penyajian laporan

keuangan yaitu laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Laporan Arus Kas.

Pengungkapannya juga harus meliputi pertimbangan – pertimbangan penting yang

akan diambil dalam memilih prinsip – prinsip akutansi yang sesuai.

Secara umum, kebijakan akutansi yang diungkapkan dalam Catatan atas Laporan

Keuangan harus menjelaskan hal – hal sebagai berikut :

a. Entitas pelaporan ;

b. Basis akutansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan ;

c. Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan

d. Kesesuaian antara kebijakan – kebijakan akutansi yang diterapkan entitas pelaporan

dengan ketentuan – ketentuan dalam pernyataan Standar Akutansi Pemerintahan ;

serta

e. Kebijakan – kebijakan akutansi tertentu lainnya yang diperlukan untuk memahami

laporan keuangan. Dalam Pernyataan Standar Akutansi Pemerintahan Nomor 01

tentang Penyusunan Laporan Keuangan, paragaf 103, menyatakan bahwa

pengungkapan suatu kebijakan akutansi dapat membantu pengguna laporan

keuangan dalam memahami setiap transaksi yang tercermin dalam laporan

keuangan..

7

Page 8: Tinjauan Atas Penerapan Kebijakan Akuntansi Tentang Aset Tetap Dalam Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kab Melati Tahun 2008-Rev

3.3. Proses Penyusunan Kebijakan Akutansi Pemerintah Daerah

Proses penyususnan kebijakan akutansi pemerintah daerah merupakan suatu

rangkaian mekanisme prosedural yang meliputi tahap – tahap kegiatan yang akan

dilaksanakan oleh suatu tim kelompok kerja (pokja) atau tim lainnya yang dibentuk

oleh kepala daerah untuk menyusun suatu kebijakan akutansi yang akan menjadi

aturan–aturan dan praktek praktek spesifik dalam penyusunan dan penyajian laporan

keuangan.

Proses yang digunakan dalam penyusunan kebijakan akutansi pemerintahan daerah ini

mengikuti proses yang berlaku umum dengan melakukan penyusuaian – penyusuaian

terhadap situasi dan kondisi yang ada di daerah. Penyesuaian ini dilakukan

berdasarkan pertimbangan–pertimbangan atas kebutuhan yang mendesak serta

kemampuan tiap–tiap pengguna dalam memahami dan melaksanakan standar yang

ditetapkan. Tahap–tahap kegiatan yang dilaksanakan dalam proses penyusunan

kebijakan akutansi, ialah sebagai berikut :

a. Mengumpulkan dan mengidentifikasi topik–topik yang berkaitan dengan

sistem akutansi dan pelaporan yang akan dikembangkan menjadi suatu standar.

b. Pembentukan tim kelompok kerja (pokja) yang bertugas menghimpun dan

membahas topik–topik yang sudah disetujui. Anggota tim ini terdiri dari berbagai

instansi yang kompeten di bidangnya dan atau berkaitan dengan topik yang akan

dibahas.

c. Tim pokja sebelum membahas suatu topik, harus melakukan riset terbatas

terhadap literatur–literatur, peraturan–peraturan, prinsip–prinsip akutansi yang

berlaku, praktek–praktek akutansi yang sehat serta sumber–sumber lainnya yang

berkaitan dengan topik yang akan dibahas.

d. Penyusunan dan penulisan draf berdasarkan hasil riset tersebut dan riset

lainnya.

e. Pembahasan terhadap draf yang telah disusun oleh pokja. Dalam pembahasan

ini dapat dilakukan perubahan–perubahan dan atau tambahan terhadap draf awal

yang diusulkan tersebut. Pembahasan dapat dilakukan oleh tim pokja itu sendiri

atau tim lain yang dibentuk khusus dan atau dapat dikoordinasikan dengan tim

pengawas lainnya (seperti BPKP) untuk menyamakan persepsi.

f. Pengambilan keputusan untuk menyusun draf menjadi suatu kebijakan

akutansi pemerintahan daerah yang akan dituangkan dalam peraturan kepala

daerah.

8

Page 9: Tinjauan Atas Penerapan Kebijakan Akuntansi Tentang Aset Tetap Dalam Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kab Melati Tahun 2008-Rev

3.4 Kebijakan Akuntansi Aktiva Tetap

3.4.1 Definisi Aset Tetap

Secara umum pengertian Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa

manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah

atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

3.4.2 Klasifikasi Asset Tetap

Dalam neraca asset tetap disajikan berdasarkan tingkat kekekalannya.

Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam

aktivitas operasi entitas. Berikut adalah klasifikasi aset tetap yang digunakan:

1. Tanah;

2. Peralatan dan Mesin;

3. Gedung dan Bangunan;

4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan;

5. Aset Tetap Lainnya; dan

6. Konstruksi dalam Pengerjaan

3.4.3 Pengakuan asset tetap

Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan memenuhi

kriteria:

1. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;

2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;

3. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan

4. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.

1.4.3 Pengukuran aset tetap

Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset dan

dikelompokkan sebagai aset tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya

perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak

memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.

1.4.4 Penyajian dan Pengungkapan

9

Page 10: Tinjauan Atas Penerapan Kebijakan Akuntansi Tentang Aset Tetap Dalam Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kab Melati Tahun 2008-Rev

Laporan keuangan harus mengungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap

sebagai berikut:

(a) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying

amount);

(b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:

- Penambahan;

- Pelepasan;

- Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;

- Mutasi aset tetap lainnya.

(c) Informasi penyusutan, meliputi:

- Nilai penyusutan;

- Metode penyusutan yang digunakan;

- Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;

- Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir

periode;

(d) Laporan keuangan juga harus mengungkapkan:

- Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap;

- Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset

tetap;

- Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi; dan

- Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.

1.4.5 Saldo Normal

Saldo normal asset tetap adalah di sebelah debit, ini berarti bahwa penambahan

asset tetap dicatat di sebelah debet sedangkan pengurangan asset tetap dicatat di

sebelah kredit.

10

Page 11: Tinjauan Atas Penerapan Kebijakan Akuntansi Tentang Aset Tetap Dalam Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kab Melati Tahun 2008-Rev

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Seperti telah diuraikan dimuka bahwa kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip,

dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan dan praktek-praktek spesifik yang

dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan

keuangan, dimana metode-metode penerapannya secara material akan mempengaruhi

penyajian laporan keuangan yaitu Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan

Arus Kas. Pengungkapan suatu kebijakan akuntansi diharapkan dapat membantu

pengguna laporan keuangan dalam memahamai setiap transaksi yang terjadi dan

tercermin dalam laporan keuangan. Para pengguna perlu membandingkan laporan

keuangan dari suatu entitas pelaporan dari waktu ke waktu untuk mengetahui trend

posisi keuangan, kinerja dan arus kas. Oleh karena itu, kebijakan akuntansi yang

digunakan harus diterapkan secara konsisten pada setiap periode. Apabila terjadi

perubahan dalam perlakuan, pengakuan dan pengukuran akuntansi sebagai akibat dari

perubahan atas basis akuntansi, kriteria kapitalisasi, metode dan estimasi yang

merupakan unsur-unsur pengungkapan kebijakan akuntansi, perubahan ini harus

diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Tinjauan Atas Penerapan Kebijakan Akuntansi tentang Aset Tetap Dalam Penyusunan

dan Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Melati Tahun 2007.

4.1 Dasar acuan penyusunan dan penyajian laporan keuangan Kabupaten

Melati

Kebijakan akuntansi yang digunakan Pemerintah Kabupaten Melati dalam

penyusunan dan penyajian laporan keuangan Tahun 2007 mengacu pada

Keputusan Bupati Melati Nomor: 900/Kpts.147-Huk/VIII/2007 tentang

Kebijakan Akuntansi Kabupaten Melati. Keputusan Bupati tersebut mengacu

kepada Permendagri No.13 Tahun 2006 sebagaimana telah dirubah menjadi

Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Permendagri No. 13

11

Page 12: Tinjauan Atas Penerapan Kebijakan Akuntansi Tentang Aset Tetap Dalam Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kab Melati Tahun 2008-Rev

Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang diantaranya

menyebutkan tentang definisi asset tetap seperti tertuang pada Pasal 53, yaitu :

1. Belanja modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf c

digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka

pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang

mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan

dalam kegiatan pemerintahan. (dipermendagri No.13 Tahun 2006 : seperti

dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan,

irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.

2. Nilai aset tetap berwujud sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang

dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga beli/bangun aset ditambah

seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai

aset tersebut siap digunakan..

3. Dihapus

4. Kepala daerah menetapkan batas minimal kapitaslisasi

(capitalization treshold) sebagai dasar pembebanan belanja modal.

4.2 Analisis terhadap masalah akuntansi tentang Aset Tetap di Pemkab

Melati.

Dari hasil diskusi yang dilakukan dengan teman-teman didaerah Pemkab Melati

dapat kami sampaikan beberapa masalah yang berkaitan dengan aset tetap

didaerah tersebut diantaranya:

1. Tidak tersedianya standar biaya yang digunakan untuk

mengkapitalisasi aset tetap.

2. Tidak terdapatnya pengkodean rekening yang spesifik atas

subklafikasi aset tetap seperti mobil dan motor dinas.

3. Tidak tertatanya dokumen kepemilikan atas aset tetap.

4. Tidak adanya aturan baku/kebijakan dari pemerintah daerah

mengenai waktu pengakuan aset tetap diakui sebagai hak milik.

5. Tidak terdapatnya buku inventaris aset tetap.

12

Page 13: Tinjauan Atas Penerapan Kebijakan Akuntansi Tentang Aset Tetap Dalam Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kab Melati Tahun 2008-Rev

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Atas masalah-masalah yang telah disampaikan pada Bab IV dapat kami sampaikan

beberapa aturan yang dapat memberikan solusi masalah tersebut :

- Sesuai dengan Permendagri No 13 tahun 2006 Pasal 239

1. Kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah tentang kebijakan

akuntansi pemerintah daerah dengan berpedoman pada standar akuntansi

pemerintahan.

2. Kebijakan akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dasar

pengakuan, pengukuran dan pelaporan atas aset, kewajiban, ekuitas,

pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta laporan keuangan.

3. Peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-

kurangnya memuat:

a. definisi, pengakuan, pengukuran dan pelaporan setiap akun dalam

laporan keuangan;

b. prinsip-prinsip penyusunan dan penyajian pelaporan keuangan.

4. Dalam pengakuan dan pengukuran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf

a juga mencakup kebijakan mengenai harga perolehan dan kapitalisasi aset.

5. Kebijakan harga perolehan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan

pengakuan terhadap jumlah kas/setara kas yang dibayarkan terdiri dari belanja

modal, belanja administrasi pembelian/pembangunan, belanja pengiriman,

pajak, dan nilai wajar imbalan lainnya yang dibayarkan sebagai komponen

harga perolehan aset tetap.

13

Page 14: Tinjauan Atas Penerapan Kebijakan Akuntansi Tentang Aset Tetap Dalam Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kab Melati Tahun 2008-Rev

6. Kebijakan kapitalisasi aset sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan

pengakuan terhadap jumlah kas/setara kas dan nilai wajar imbalan lainnya

yang dibayarkan sebagai penambah nilai aset tetap.

14