lp di ruang melati

70
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan salah satu proses yang ada di pendidikan klinik dan suatu proses yang kompleks. Pembelajaran klinik dalam keperawatan merupakan wahana yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerjemahkan pengetahuan teoritis ke dalam pembelajaran (Emilia, 2008). Menurut Corkhill (1998) dikutip dari Syahreni dan Waluyanti (2007) tujuan pembelajaran klinik adalah mengintegrasikan teori dengan praktik. Hal senada yang di ungkapkan oleh Munthe (2009) pembelajaran klinik tidak hanya memberikan kesempatan untuk menerapkan teori-teori yang telah diperoleh dikelas sebelumnya. Selain itu, menurut Oermann (1997) pembelajaran klinik juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir kritis. Pembelajaran klinik harus ditata sedemikian rupa sehingga mahasiswa mempunyai kemampuan untuk berhubungan dengan masalah nyata tersebut (Syahreni & Waluyanti, 2007). Dalam proses pencapaian kompetensi tidak dapat dipisahkan dari rumah sakit pendidikan sebagai wahana pembelajaran klinik. Pengertian wahana mempunyai konotasi wadah atau tempat dengan seluruh sumber daya yang secara dinamis ikut berperan, serta sebagai lingkungan belajar klinik yang kondusif bagi pencapaian kompetensi bagi para LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS) 1

description

lp di ruang melati

Transcript of lp di ruang melati

Page 1: lp di ruang melati

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran merupakan salah satu proses yang ada di pendidikan klinik dan

suatu proses yang kompleks. Pembelajaran klinik dalam keperawatan merupakan

wahana yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerjemahkan

pengetahuan teoritis ke dalam pembelajaran (Emilia, 2008).

Menurut Corkhill (1998) dikutip dari Syahreni dan Waluyanti (2007) tujuan

pembelajaran klinik adalah mengintegrasikan teori dengan praktik. Hal senada yang

di ungkapkan oleh Munthe (2009) pembelajaran klinik tidak hanya memberikan

kesempatan untuk menerapkan teori-teori yang telah diperoleh dikelas sebelumnya.

Selain itu, menurut Oermann (1997) pembelajaran klinik juga memberikan

kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir kritis.

Pembelajaran klinik harus ditata sedemikian rupa sehingga mahasiswa mempunyai

kemampuan untuk berhubungan dengan masalah nyata tersebut (Syahreni &

Waluyanti, 2007).

Dalam proses pencapaian kompetensi tidak dapat dipisahkan dari rumah sakit

pendidikan sebagai wahana pembelajaran klinik. Pengertian wahana mempunyai

konotasi wadah atau tempat dengan seluruh sumber daya yang secara dinamis ikut

berperan, serta sebagai lingkungan belajar klinik yang kondusif bagi pencapaian

kompetensi bagi para mahasiswa. Lingkungan klinik yang dipilih penting untuk

mencapai objektif dan tujuan praktik klinik dalam sebuah program pendidikan

keperawatan (Emilia, 2008).

Rumah sakit merupakan fasilitas yang mutlak yang harus ada karena menjadi

tempat mengembangkan pengalaman belajar klinik (Emilia, 2008). Lingkungan

belajar klinik di rumah sakit merupakan konteks sosial yang unik dengan kondisi

khusus untuk pembelajaran kegiatan dan sumber belajar kesempatan untuk praktik

dan aplikasi pengetahuan dan evaluasi (Emilia, 2008). Hal senada di ungkapkan oleh

Reilly dan Oermann (2002) pada lingkungan klinik, peserta didik belajar untuk

menerapkan teori tindakan ke dalam masalah klinis yang nyata, mempelajari cara

belajar, mengembangkan keterampilan dalam mengatasi ambiguitas, dan

bersosialisai ke dalam profesi. Belajar sangatlah penting karena mempengaruhi

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

1

Page 2: lp di ruang melati

pendekatan belajar yang di ambil oleh mahasiswa dan akhirnya akan mempengaruhi

pencapaian kompetensi mahasiswa.

Praktik Clinical Instruktur program studi D-III Akademi Kebidanan Mandiri

Gresik di selenggarakan dalam rangka untuk menciptakan bidan pendidik profesional

yang disiapkan untuk mendapatkan lulusan bidan yang berkualitas, hal ini

dikarenakan masih banyak ditemui dosen pendidik yang kurang berpengalaman

dalam membimbing mahasiswa di lahan praktek.

Seiring dengan berkembangnya pendidikan kesehatan di Indonesia khususnya

di bidang kebidanan. Pendidikan kebidanan mulai mengalami perkembangan yang

sangat pesat dengan lahirnya akademi-akademi kebidanan baru baik yang dikelola

oleh Departemen Kesehatan maupun oleh yayasan atau swasta dalam strata Diploma

III.

Berdasarkan hal tersebut, maka sangat diperlukan sarana/lahan praktek

pembelajaran klinik. Diharapkan dengan penerapan ilmu pembelajaran kebidanan

secara nyata di rumah sakit, mahasiswa mampu mengembangkan kemampuan baik

knowledge, skill, maupun attitude.

D-III Akademi Kebidanan Mandiri Gresik mempercayakan RSUD dr. Soegiri

Lamongan sebagai lahan praktik bagi mahasiswa D-III kebidanan dalam

melaksanakan Praktik Bimbingan Klinik (CI) yang berjumlah 28 mahasiswa dibagi

dalam 7 kelompok dan tersebar dalam 7 ruangan, yang terdiri dari: Ruang Anggrek,

Ruang Teratai 1, Ruang Teratai 2, Ruang Bougenvile, Ruang Dahlia, Ruang Melati,

dan Ruang Paru. Adapun mahasiswa yang menjadi bimbingan dalam praktik CI ini

adalah mahasiswa Program Studi Akademi Kebidanan Mandiri Gresik Semester II.

Praktik bimbingan klinik (CI) ini berlangsung mulai tanggal 03 Agustus 2015 – 30

Agustus 2015. Mahasiswa Program D-III Kebidanan yang melaksanakan praktik

bimbingan klinik (CI) ini juga mendapat bimbingan dari pembimbing institusi dan

pembimbing-pembimbing di lahan praktik.

1.2 Tujuan

1.2.1 Penulisan

1. Mahasiswa mampu mengetahui macam-macam kasus penyakit di

ruangan Nifas (Melati).

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

2

Page 3: lp di ruang melati

2. Mahasiswa mampu menyelesaikan Laporan Kelompok yang telah

diberikan oleh Institusi Pendidikan.

1.2.2 Praktek

1.2.2.1 Tujuan Umum

Dapat menerapkan teori bimbingan klinik (CI) yang diperoleh di

Institusi Pendidikan ke lahan praktik.

1.2.2.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian terkait dengan proses bimbingan klinik

(CI) di Ruang Melati RSUD dr. Soegiri Lamongan.

2. Mengkaji dan mengindentifikasi kebutuhan dasar klien terkait

dengan pencegahan infeksi, pemeriksaan fisik, personal

hygiene, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, kenyamanan,

psiko-sosial-spiritual, pemberian obat, peri operatif,

keseimbangan cairan dan elektrolit, pemeriksaan laboratorium,

dan pemberian obat parenteral.

3. Melaksanakan persiapan untuk pemeriksaan diagnosa dan

laboratorium.

4. Melaksanakan berbagai macam tindakan dasar keperawatan

untuk pencegahan infeksi, pemeriksaan fisik, personal hygiene,

nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, kenyamanan, psiko-

sosial-spiritual, pemberian obat, peri operatif, keseimbangan

cairan dan elektrolit, pemeriksaan laboratorium, dan pemberian

obat parenteral.

1.3 Sistematika Penulisan

Cover

Daftar Isi

Lembar Pengesahan

Kata Pengantar

Bab I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

3

Page 4: lp di ruang melati

1.2.1. Penulisan

1.2.2. Praktek

1.3. Sistematika Penulisan

Bab II Ruang Lingkup Praktek

1.4. Denah Ruangan

1.5. Kapasitas Ruangan

1.6. Administrasi Pasien di Ruang Rawat Inap

1.7. Macam-macam Kasus di Ruangan

2.4.1 Pengertian Penyakit

2.4.2 Penatalaksanaan

1.8. Macam-macam Keterampilan yang Dilakukan

1.9. Pengalaman Baru

Bab III Penutup

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran

Daftar Pustaka

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

4

Page 5: lp di ruang melati

BAB II

RUANG LINGKUP PRAKTEK KLINIK

2.1 Denah Ruangan + Keterangan

Lampiran

2.2 Kapasitas Ruangan

Ruang Melati terdiri dari 8 ruangan:

Ruang Melati 1 terdiri dari 2 bed

Ruang Melati 2 terdiri dari 3 bed dan 2 kamar mandi

Ruang Melati 3 terdiri dari 2 bed dan 2 kamar mandi

Ruang Melati 4 terdiri dari 5 bed dan 2 kamar mandi

Ruang Melati 5 terdiri dari 3 bed

Ruang Melati 6 terdiri dari 7 bed dan 1 kamar mandi

Ruang Melati 7 terdiri dari 2 bed dan 2 kamar mandi

Ruang Melati 8 terdiri dari 1 bed dan 1 kamar mandi

2.3 Administrasi Pasien Di Ruang Rawat Inap

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

5

Page 6: lp di ruang melati

2.4 Macam-macam Kasus Di Ruangan

2.4.1 Pengertian Penyakit

1. IUFD

a. Definisi

IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin

dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau

kurang dari 20 minggu (Rustam Muchtar, 1998)

IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan

dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya

kehamilan (Sarwono, 2005)

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

6

Page 7: lp di ruang melati

Intra Uterine Fetal death ( IUFD) adalah terjadinya kematian

janin ketika masih berada dalam rahim yang beratnya 500 gram dan

atau usia kehamilan 20 minggu atau lebih.

IUFD atau stilbirth adalah kelahiran hasil konsepsi dalam

keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu (atau

berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000gr). IUFD Adalah

keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan.

Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal deadth

(IUFD), Kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan

abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap

tinggal dalam rahim disebut missed abortion. Sesudah 20 minggu

biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu

dan seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat

disangka terjadi kematian dalam rahim.

b. Etiologi

Penyebab IUFD antara lain:

1. Faktor plasenta

a. Insufisiensi plasenta

b. Infark plasenta

c. Solusio plasenta

d. Plasenta previa

e. Cord accident (kelainan tali pusat)

f. Abruptio Plasenta (lepasnya plasenta)

g. Insufisiensi plasenta

h. Ketuban pecah dini

i. Vasa previa

j. Perdarahan Feto-maternal

2. Faktor ibu (maternal)

a. Diabetes mellitus tidak terkontrol

b. Preeklampsi dan eklampsi

c. Nefritis kronis

d. Polihidramnion dan oligohidramnion

e. Shipilis

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

7

Page 8: lp di ruang melati

f. Penyakit jantung

g. Hipertensi

h. Penyakit paru atau TBC

i. Inkompatability rhesus

j. AIDS

k. Kehamilan post-term (≥ 42 minggu).

l. Infeksi

m. Hemoglobinopati

n. Ruptura uteri

o. Hipotensi akut ibu

p. Kematian ibu

q. Umur ibu tua

3. Faktor intrapartum

a. Perdarahan antepartum

b. Partus lama

c. Anastesi

d. Partus macet

e. Persalinan presipitatus

f. Persalinan sungsang

g. Obat-obatan

4. Faktor janin

a. Prematuritas

b. Postmaturitas

c. Kelainan bawaan

d. Perdarahan otak

e. Kehamilan ganda

f. Intrauterine growth restriction (Perkembangan Janin Terhambat)

g. Kelainan congenital

h. Anomali kromosom

i. Infeksi (Parvovirus B-19, CMV, listeria)

5. Faktor tali pusat

a. Prolapsus tali pusat

b. Lilitan tali pusat

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

8

Page 9: lp di ruang melati

c. Vassa praevia

d. Tali pusat pendek

Kecuali itu, ada berbagai penyebab yang bisa mengakibatkan

kematian janin di kandungan, diantaranya:

1. Ketidakcocokan rhesus darah ibu dengan janin

Akan timbul masalah bila ibu mem iliki rhesus negatif,

sementara bapak rhesus positif. Sehingga anak akan mengikuti

yang dominan, menjadi rhesus positif. Akibatnya antara ibu dan

janin mengalami ketidakcocokan rhesus. Ketidakcocokan ini akan

mempengaruhi kondisi janin tersebut. Misalnya, dapat terjadi

hidrops fetalis (reaksi imunologis yang menimbulkan gambaran

klinis pada janin, antara lain pembengkakan pada perut akibat

terbentuknya cairan berlebih dalam rongga perut (asites),

pembengkakan kulit janin, penumpukan cairan di dalam rongga

dada atau rongga jantung, dan lain-lain).

2. Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan janin.

Terutama pada golongan darah A,B,O. "Yang kerap terjadi

antara golongan darah anak A atau B dengan ibu bergolongan O

atau sebaliknya." Sebab, pada saat masih dalam kandungan, darah

ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah

janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka ibu akan

membentuk zat antibodinya.

3. Gerakan janin berlebihan

Gerakan bayi dalam rahim yang sangat berlebihan, terutama

jika terjadi gerakan satu arah saja. karena gerakannya berlebihan,

terlebih satu arah saja, maka tali pusat yang menghubungkan

janin dengan ibu akan terpelintir. Kalau tali pusat terpelintir,

maka pembuluh darah yang mengalirkan plasenta ke bayi jadi

tersumbat.

4. Berbagai penyakit pada ibu hamil

Salah satu contohnya preeklampsia dan diabetes. Itulah

mengapa pada ibu hamil perlu dilakukan cardiotopografi (CTG)

untuk melihat kesejahteraan janin dalam rahim.

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

9

Page 10: lp di ruang melati

5. Kelainan kromosom

Bisa disebut penyakit bawaan, misalnya, kelainan genetik

berat trisomy. Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya

baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, yaitu dari otopsi bayi.

6. Trauma saat hamil

Trauma bisa mengakibatkan terjadi solusio plasenta. Trauma

terjadi, misalnya, karena benturan pada perut, karena kecelakaan

atau pemukulan. Benturan ini bisa mengenai pembuluh darah di

plasenta, sehingga timbul perdarahan di plasenta.

7. Infeksi maternal

Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagai infeksi, seperti

infeksi akibat bakteri maupun virus. Demam tinggi pada ibu

hamil bisa menyebabkan janin mati.

8. Kelainan bawaan bayi

Kelainan bawaan pada bayi sendiri, seperti jantung atau paru-

paru, bisa mengakibatkan kematian di kandungan.

c. Patofisiologi

Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa

factor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal

tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi

ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Serta anemia, karena anemia

disebabkan kekurangan FE maka dampak pada janin adalah irefersibel.

Kerja organ – organ maupu aliran darah janin tidak seimbang dengan

pertumbuh janin.

d. Manifestasi Klinis

1. DJJ tidak terdengar

2. Uterus tidak membesar, fundus uteri turun

3. Pergerakan anak tidak teraba lagi

4. Palpasi anak tidak jelas

5. Reaksi biologis menjadi negative, setelah anak mati kurang lebih 10

hari

6. Pada rongen dapat dilihat adanya:

tulang-tulang tengkorak tutup menutupi

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

10

Page 11: lp di ruang melati

tulang punggung janin sangat melengkung

hiperekstensi kepala tulang leher janin 

ada gelembung-gelembung gas pada badan janin

bila janin yang mati tertahan 5 minggu atau lebih,

kemungkinan Hypofibrinogenemi 25%

e. Klasifikasi

Menurut United States National Center for Health Statistic Kematian

janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:

1. Golongan I : kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu

penuh (early fetal death)

2. Golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu (intermediate

fetal death)

3. Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late

fetal death)

4. Golongan IV : kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga

golongan di atas.

Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah

perubahan- perubahan sebagai berikut :

1. Rigor mortis (tegang mati)

Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali.

2. Maserasi grade 0 (durasi < 8 jam) :

Kulit kemerahan ‘setengah matang’

3. Maserasi grade I (durasi > 8 jam) :

Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih

tapi kemudian menjadi merah dan mulai mengelupas.

4. Maserasi grade II (durasi 2-7 hari) :

Kulit mengelupas luas, efusi cairan serosa di rongga toraks dan

abdomen. Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi

merah coklat.

5. Maserasi grade III (durasi >8 hari)

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

11

Page 12: lp di ruang melati

Hepar kuning kecoklatan, efusi cairan keruh, mungkin terjadi

mumifikasi. Badan janin sangat lemas, hubungan antara tulang-

tulang sangat longgar dan terdapat oedem dibawah kulit.

f. Pathway IUFD

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

12

Page 13: lp di ruang melati

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

13

Page 14: lp di ruang melati

g. Manifestasi Klinis dan Diagnosis IUFD

1. Anamnesis :

• Pasien mengaku tidak lagi merasakan gerakan janinnya.

• Perut tidak bertambah besar, bahkan mungkin mengecil

(kehamilan tidak seperti biasanya)

• Perut sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti ingin

melahirkan

• Penurunan berat badan

2. Pemeriksaan Fisik :

• Inspeksi : Tinggi fundus uteri berkurang atau lebih rendah

dari usiaa kehamilannya. Tidak terlihat gerakan-gerakan janin

yang biasanya dapat terlihat pada ibu yang kurus.

• Palpasi : Tonus uterus menurun, uterus teraba flaksid. Tidak

teraba gerakan-gerakan janin.

• Auskultasi : Tidak terdengarnya denyut jantung janin

setelah usia kehamilan 10-12 minggu pada pemeriksaan

ultrasonic Doppler merupakan bukti kematian janin yang kuat.

3. Pada foto radiologik dapat dilihat adanya :

a. Tulang-tulang tengkorak tutup menutupi (tanda Spalding)

yaitu tumpang tindih (overlapping) secara ireguler tulang

tengkorak, yang terjadi akibat likuefaksi massa otak dan

melemahnya struktur ligamentosa yang membentuk tengkorak.

Biasanya tanda ini muncul 7 hari setelah kematian. Namun

ciri-ciri yang sama dapat ditemukan pada kehamilan

ekstrauterin dengan janin hidup.

b. Tulang punggung janin sangat melengkung (tanda Naujokes)

c. Hiperekstensi kepala tulang leher janin (tanda Gerhard)

d. Ada gelembung-gelembung gas pada badan janin (tanda

Robert)

e. Femur length yang tidak sesuai dengan usia kehamilan

Digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan adanya

kelainan dari system skelet

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

14

Page 15: lp di ruang melati

4. Bila janin yang mati tertahan 5 minggu atau lebih, kemungkinan

hypofibrinogenemia 25%.

5. Untuk diagnosis pasti penyebab kematian sebaiknya dilakukan

otopsi janin, pemeriksaan plasenta serta selaput. Diperlukan

evaluasi secara komprehensif untuk mencari penyebab kematian

janin termasuk hal-hal yang berhubungan dengan penyakit

maternal, yaitu perlunya diperiksa kadar TSH, HbA1c dan

TORCH. Sehingga dapat mengantisipasi pada kehamilan

selanjutnya.

Protokol Pemeriksaan pada janin dengan IUFD menurut

Cunningham dan Hollier (1997):

1. Deskripsi bayi

Malformasi

bercak/ noda

warna kulit – pucat, pletorik

derajat maserasi

2. Tali pusat

Prolaps

pembengkakan - leher, lengan, kaki

hematoma atau striktur

jumlah pembuluh darah

panjang tali pusat

3. Cairan Amnion

warna – mekoneum, darah

konsistensi

volume

4. Plasenta

berat plasenta

bekuan darah dan perlengketan

malformasi struktur – sirkumvalata, lobus aksesorius

edema – perubahan hidropik

5. Membran amnion

bercak/noda

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

15

Page 16: lp di ruang melati

ketebalan

Tabel . Diagnosis dan Diagnosis Banding IUFD

Gejala dan Tanda

yang Selalu Ada

Gejala dan Tanda

yang Kadang-

Kadang Ada

Kemungkinan

Diagnosis

Gerakan janin

berkurang atau hilang,

nyeri perut hilang

timbul atau menetap,

perdarahan

pervaginam sesudah

hamil 22 minggu

Syok, uterus

tegang/kaku, gawat

janin atau DJJ tidak

terdengar

Solusio

Plasenta

Gerakan janin dan DJJ

tidak ada, perdarahan,

nyeri perut hebat

Syok, perut kembung/

cairan bebas intra

abdominal, kontur

uterus abnormal,

abdomen nyeri,

bagian-bagian janin

teraba, denyut nadi

ibu cepat

Ruptur Uteri

Gerakan janin

berkurang atau hilang,

DJJ abnormal

(<100/mnt/>180/mnt)

Cairan ketuban

bercampur mekonium

Gawat Janin

Gerakan janin/DJJ

hilang

Tanda-tanda

kehamilan berhenti,

TFU berkurang,

pembesaran uterus

berkurang

IUFD

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

16

Page 17: lp di ruang melati

h. Penilaian Klinik

1. Pertumbuhan janin (-), bahkan janin mengecil sehingga TFU

menurun.

2. Bunyi DJJ tidak terdengar dengan stetoskop dan pastikan dengan

Doppler.

3. Tulang kepala kolaps.

4. USG: untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya

menunjukan janin tanpa tanda kehidupan

5. Pemeriksaan HCG urin menjadi negatif.

i. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi ialah trauma psikis ibu ataupun

keluarga, apalagi bila waktu antara kematian janin dan persalinan

berlangsung lama. Bila terjadi ketuban pecah dapat terjadi infeksi.

Terjadi koagulopati bila kematian janin brlangsung lebih dari 2 minggu.

2. Mioma Uteri

a. Definisi

Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang tersusun dari otot polos

uteri dan jaringan ikat yang menumpangnya dan sering juga disebut

sebagai fibromioma, leiomioma, fibroid.

b. Etiologi

Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri saat ini belum diketahui.

Mioma uteri banyak ditemukan pada usia reproduktif dan angka

kejadiannya rendah pada usia menopause, dan belum pernah

dilaporkan terjadi sebelum menarche. Diduga penyebab timbulnya

mioma uteri paling banyak oleh stimulasi hormon estrogen.1

Apakah estrogen secara langsung memicu pertumbuhan mioma uteri,

atau memakai mediator masih menimbulkan silang pendapat. Dimana

telah ditemukan banyak sekali mediator didalam mioma uteri, seperti

estrogen growth factor, insulin growth factor – 1 (IGF-1). Awal

mulanya pembentukan tumor adalah terjadinya mutasi somatik dari

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

17

Page 18: lp di ruang melati

sel-sel miometrium. Mutasi ini mencakupi rentetan perubahan pada

kromosom, baik secara parsial maupun secara keseluruhan.

c. Klasifikasi

Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan

selebihnya adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan

menurut arah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara

lain mioma submukosa, mioma intramural, mioma subserosa, dan

mioma intraligamenter. Jenis mioma uteri yang paling sering adalah

jenis intramural (54%), subserosa (48,2%), submukosa (6,1%) dan jenis

intraligamenter (4, 4%).1,2:

1. Mioma submukosa

Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga

uterus. Jenis ini di jumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini

sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma uteri jenis

lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan

perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering

memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma submukosa

umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya

benjolan waktu kuret, dikenal sebagai Currete bump. Tumor jenis ini

sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa

pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma

submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari

rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau

mioma yang di lahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi,

dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia

dan sepsis karena proses di atas.

2. Mioma intramural

Terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium. Karena

pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan

terbentuklah semacam simpai yang mengelilingi tumor. Bila didalam

dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan

mempunyai bentuk yang berdungkul dengan konsistensi yang padat.

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

18

Page 19: lp di ruang melati

Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam

pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih

keatas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.

3. Mioma subserosa

Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada

permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat

tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma

intraligamenter.

4. Mioma intraligamenter

Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain,

misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan

diri dari uterus. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja

dalam satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam

satu saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk

bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma

terdiri dari berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti

kumparan (whorle like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri

dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang

mioma ini.

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

19

Page 20: lp di ruang melati

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

20

Page 21: lp di ruang melati

e. Diagnosis

Diagnosis mima uteri ditegakkan berdasarkan:

i. Anamnesis

- Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang

relatif lama.

- Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau

buang air besar.

- Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.

ii. Pemeriksaan fisik

- Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.

- Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual

didapatkan tumor tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi

kavum Douglasi.

- Konsistensi padat, kenyal, mobil, permukaan tumor umumnya

rata.

iii. Gambaran Klinis

Pada umumnya wanita dengan mioma tidak mengalami gejala.

Gejala yang terjadi berdasarkan ukuran dan lokasi dari mioma yaitu :

a. Menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak)

b. Perut terasa penuh dan membesar

c. Nyeri panggul kronik (berkepanjangan)

Nyeri bisa terjadi saat menstruasi, setelah berhubungan

seksual, atau ketika terjadi penekanan pada panggul. Nyeri terjadi

karena terpuntirnya mioma yang bertangkai, pelebaran leher

rahim akibat desakan mioma atau degenerasi (kematian sel) dari

mioma. Gejala lainnya adalah:

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

21

Page 22: lp di ruang melati

- Gejala gangguan berkemih akibat mioma yang besar dan

menekan saluran kemih menyebabkan gejala frekuensi

(sering berkemih) dan hidronefrosis (pembesaran ginjal)

- Penekanan rektosigmoid (bagian terbawah usus besar) yang

mengakibatkan konstipasi (sulit BAB) atau sumbatan usus

- Prolaps atau keluarnya mioma melalui leher rahim dengan

gejala nyeri hebat, luka, dan infeksi

Bendungan pembuluh darah vena daerah tungkai serta

kemungkinan tromboflebitis sekunder karena penekanan

pelvis (rongga panggul)

iv. Pemeriksaan luar

Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta

pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas.

v. Pemeriksaan dalam

Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor

dapat terbatas atau bebas dan ini biasanya ditemukan secara

kebetulan.

vi. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium. Anemia merupakan akibat

paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan uterus

yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang

mioma menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus

menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia

dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioma terhadap

ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan

kemudian menginduksi pembentukan eritropoetin ginjal.

USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan

endometrium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma

juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua

pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik

USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak

dapat membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya

membutuhkan diagnosa jaringan.

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

22

Page 23: lp di ruang melati

Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena

pola gemanya pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi

juga bergabung dengan uterus; lebih lanjut uterus membesar dan

berbentuk tak teratur.

Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa

di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan

ureter.Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma

submukosa disertai dengan infertilitas.Laparaskopi untuk

mengevaluasi massa pada pelvis.

b. Komplikasi

i. Perdarahan sampai terjadi anemia.

ii. Degenerasi ganas.

Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32

– 0,6 % dari seluruh mioma serta merupakan 50 – 75 % dari semua

sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada

pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan

keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila

terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.2,3

iii. Torsi.

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul

gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Keadaan ini

dapat terjadi pada semua bentuk mioma tetapi yang paling sering

adalah jenis mioma submukosa pendinkulata.

c. Diagnosis Banding

Pada mioma subserosa, diagnosa bandingnya adalah tumor

ovarium yang solid, atau kehamilan uterus gravidus. Sedangkan pada

mioma submucosum yang dilahirkan diagnosa bandingnya adalah

inversio uteri. Kemudian, pada mioma intramural, diagnosa

bandingnya adalah adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma korporis

uteri atau sarcoma uteri.

3. Secsio Ceasaria dengan Letak Sungsang

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

23

Page 24: lp di ruang melati

a. Definisi

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan

pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul

dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.

(Obstetri Fisiologi hal: 221)

Letak sungsang adalah dimana janin terletak memanjang dengan

kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah cavum

uteri (Sarwono P, 1992 : 606)

Presentasi sungsang terjadi bila bokong atau tungakai janin

berpresentasi ke dalam pelvis ibu (Hacker, 2001 : 254)

b. Etiologi

Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak

sungsang diantaranya ialah prematuritas, rnultiparitas, hamil kembar,

hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa dan panggul sempit.

Kadang-kadang juga disebabkan oleh kelainan uterus (seperti fibroid)

dan kelainan bentuk uterus (malformasi). Plasenta yang terletak

didaerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang,

karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus. Kelainan

fetus juga dapat menyebabkan letak sungsang seperti malformasi

CNS, massa di leher, aneuploid.

Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah:

Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong,

Air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar

Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam

pintu atas panggul.

Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena

kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.

Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada,

misalnya pada panggulsempit, hidrosefalus, plasenta previa,

tumor – tumor pelvis dan lain – lain.

Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara

Gemeli (kehamilan ganda)

Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri.

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

24

Page 25: lp di ruang melati

Janin sudah lama mati.

Sebab yang tidak diketahui.

Penyebab letak sungsang dapat berasal dari:

1. Sudut Ibu

a. Keadaan rahim

1) Rahim arkuatus

2) Septum pada rahim

3) Uterus dupleks

4) Mioma bersama kehamilan

b. Keadaan plasenta

1) Plasenta letak rendah

2) Plasenta previa

c. Keadaan jalan lahir

1) Kesempitan panggul

2) Deformitas tulang panggul

3) Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi

kepala

2. Sudut janin

Pada janin tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak

sungsang :

1) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat

2) Hidrocephalus atau anencephalus

3) Kehamilan kembar

4) Hidroamnion atau aligohidromion

5) Prematuritas

Dalam keadaan normal, bokong mencapai tempat yang lebih luas

sehingga terdapat kedudukan letak kepala. Disamping itu kepala janin

merupakan bagian terbesar dan keras serta palinglambat. Melalui

hukum gaya berat, kepala janin akan menuju kearah pintu atas panggul.

Dengangerakan kaki janin, ketegangan ligamentum fatundum dan

kontraksi braxson hicks, kepala janin berangsur-angsur masuk ke pintu

atas panggul. (Manuaba, 1998 : 361 )

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

25

Page 26: lp di ruang melati

c. Patofisiologi

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin

terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32

minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga

memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin

dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau

letak lintang.

Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan

jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua

tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa

untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan

kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus.

Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum

cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada

kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam

presentasi kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian

dari mereka berada dalam posisi sungsang.

d. Pathway Letak Sungsang

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

26

Page 27: lp di ruang melati

( Manuaba )

e. Diagnosa

Diagnosis letak bokong dapat ditentukan dengan persepsi gerakan

janin oleh ibu, pemeriksaan Leopold, auskultasi denyut jantung janin di

atas umbilikus, pemeriksaan dalam, USG dan Foto sinar-X. Pergerakan

anak teraba oleh ibu di bagian perut bawah, di bawah pusat, dan ibu

sering merasa benda keras ( kepala ) mendesak tulang iga.

Antara tonjolan tulang tadi dapat diraba anus dan genitalia

anak, tapi jenis kelamin anak hanya dapat ditentukan kalau oedem tidak

terlalu besar.

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

27

Page 28: lp di ruang melati

Terutama kalau caput succedaneum besar, bokong harus

dibedakan dari muka karena kedua tulang pipi dapat menyerupai tubera

ossis ischii, dagu menyerupai jung os sacrum sedangkan mulut

disangka anus.

Yang menentukan ialah bentuk os sacrum yang menyerupai

deretan processi spinosi yang disebut crista sacralis media. (Mochtar,

1998 : 352)

f. Pemeriksaan Penunjang

Palpasi

Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada

fundus uteri. Punggung anak dapat diraba pada salah satu sisi perut dan

bagian – bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Di atas symphyse

teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.

Auskultasi

DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dan

pusat. Bunyi jantung terdengar pada punggung anak setinggi pusat..

Pemeriksaan dalam

Dapat diraba os sakrum, tuber ischii dan anus, kadang-

kadang kaki (pada letak kaki). Kalau pembukaan sudah besar maka

pada pemeriksaan dalam dapat teraba 3 tonjolan tulang ialah tubera

ossis ischii dan ujung os sacrum sedangkan os sacrum dapat dikenal

sebagai tulang meruncing dengan deretan processi spinosi di tengah –

tengah tulang tersebut.

Pemeriksaan foto rontgen : Bayangan kepala pada fundus.

Pemeriksaan USG

4. Kista Ovarium

a. Definisi

Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air,

dapat tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb,

2007).

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

28

Page 29: lp di ruang melati

Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan

dinding tipis, berisi cairan atau bahan setengah cair (Soemadi,

2006).

Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi

pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini di

bungkus oleh semacam selaput yang terbentuk radi lapisan terluar

dari ovarium (Agusfarly, 2008)

Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal

pada ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium

secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh

hormonal dengan siklus mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005)

b. Etiologi

Kista ovarium terbantuk oleh semacam sebab. Penyebab inilah yang

nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista

ovarium, tipe folikuler merupakan tipe kista paling banyak ditemukan.

Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium

yang tidak terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal

terdapat dalam ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel

telur ini terbuka saat siklus menstruasi untuk melepaskan telur. Namun

pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan

bendungan cairan yang nantinya akan menjadi kista. Cairan yang

mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibat dari

perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada

beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tibuh

seperti rambut dan gigi. Kista jenis ini di sebut dengan Kista Dermoid.

c. Patofisiologi

Banyak tumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama

tumor ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda yaitu akibat

dari pertumbuhan, aktivitas endokrin dan komplikasi tumor.

1. Akibat pertumbuhan

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

29

Page 30: lp di ruang melati

Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan

pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat – alat disekitarnya

disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila

tumor mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan

miksi, sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga

perut kadang – kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta

dapat juga mengakibatkan obstipasi edema pada tungkai.

2. Akibat aktivitas hormonal

Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu

sendiri mengeluarkan hormon.

3. Akibat Komplikasi

a) Perdarahan ke dalam kista

Biasanya terjadi sedikit–sedikit sehingga berangsur–angsur

menyebabkan pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala

–gejala klinik yang minimal. Akan tetapi kalau perdarahan

terjadi dalam jumlah yang banyak akan menimbulkan nyeri di

perut.

b) Putaran Tangkai

Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih.

Adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui

ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietal

dan ini menimbulkan rasa sakit.

c) Infeksi pada tumor

Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman pathogen. Kista

dermoid cenderung mengalami peradangan disusul penanahan.

d) Robek dinding Kista

Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat

trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering

pada saat persetubuhan. Jika robekan kista disertai hemoragi

yang timbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke

uterus ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri

terus menerus disertai tanda – tanda abdomen akut.

e) Perubahan keganasan

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

30

Page 31: lp di ruang melati

Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan

mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinn perubahan

keganasan. Adanya asites dalam hal ini mencurigakan.

(Smeltzer and Bare, 2001)

d. Pathway kista ovarium

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

31

Page 32: lp di ruang melati

e. Manifestasi Klinis

Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak

memiliki gejala. Namun kadang–kadang kista dapat menyebabkan

beberapa masalah seperti :

1. Bermasalah dalam pengeluaran urin secara komplit

2. Nyeri selama hubungan seksual

3. Masa di perut bagian bawah dan biasanya bagian – bagian organ

tubuh lainnya sudah terkena.

4. Nyeri hebat saat menstruasi dan gangguan siklus menstruasi

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

32

Page 33: lp di ruang melati

5. Wanita post monopouse : nyeri pada daerah pelvik, disuria,

konstipasi atau diare, obstruksi usus dan asietas.

(Wiknjosastro,2005)

f. Tanda Dan Gejala

Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau

hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang

berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam.

Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena

mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis,

radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker

ovarium.

Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau

perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius.

Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista

ovarium :

1. Perut terasa penuh, berat, kembung

2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)

3. Haid tidak teratur

4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar

ke punggung bawah dan paha.

5. Nyeri sanggama

6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada

saat hamil.

Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan

kesehatan segera:

1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba

2. Nyeri bersamaan dengan demam

3. Rasa ingin muntah

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

33

Page 34: lp di ruang melati

g.     Pemeriksaan Penunjang

       Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan

pemeriksaan:

d. Ultrasonografi (USG)

Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer)

digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang suara

frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul,

dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar

monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter

untuk memastikan keberadaan kista, membantu mengenali

lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat.

Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material

padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

e. Laparoskopi

Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan

melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat

ovarium, menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan

percontoh untuk biopsi.

f. Hitung darah lengkap

Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.

h. Komplikasi

Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas

terjadinya kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme

terjadinya kanker masih belum jelas namun dianjurkan pada wanita

yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan skrining atau deteksi

dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium.

Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan

kontrasepsi oral terutama yang berfungsi menekan terjadinya

ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia subur menggunakan

metode konstrasepsi ini alami keluhan pada siklus menstruasi,

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

34

Page 35: lp di ruang melati

lebih baik segera melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan

terjadinya kanker ovarium.

2.4.2 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan IUFD

Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan

janin, gawat janin atau kelainan bawaan atau akibat infeksi yang

tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati.

1. Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian

janin setelah 5 hari. Tanda-tandanya berupa overlapping

tulang tengkorak, hiperfleksi columna vertebralis,

gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.

2. USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik

untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya

menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan, tidak ada denyut

jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban

berkurang.

3. Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien.

Sebaiknya pasien selalu didampingi oleh orang terdekatnya.

Yakinkan bahwa kemungkinan besar dapat lahir

pervaginam.

4. Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi

maupun ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan

keluarganya sebelum keputusan diambil.

5. Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif maka tunggu

persalinan spontan hingga 2 minggu dan yakinkan bahwa 90

% persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi

6. Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan

spontan, lakukan penanganan aktif.

7. Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

35

Page 36: lp di ruang melati

a. Jika servik matang, lakukan induksi persalinan

dengan oksitosin atau prostaglandin.

b. Jika serviks belum matang, lakukan pematangan

serviks dengan prostaglandin atau kateter foley,

dengan catatan jangan lakukan amniotomi karena

berisiko infeksi

c. Persalinan dengan seksio sesarea merupakan

alternatif terakhir

8. Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu,

trombosit menurun dan serviks belum matang, matangkan

serviks dengan misoprostol:

a. Tempatkan misoprostol 25 mcg dipuncak vagina, dapat

diulang sesudah 6 jam

b. Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol,

naikkan dosis menjadi 50mcg setiap 6 jam. Jangan berikan

lebih dari 50 mcg setiap kali dan jangan melebihi 4 dosis.

9. Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.

10. Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau

bekuan mudah pecah, waspada koagulopati

11. Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk

melihat dan melakukan kegiatan ritual bagi janin yang

meninggal tersebut.

12. Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk

mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi .

Metode-Metode Terminasi

1. Terminasi harus selalu dilakukan dengan induksi, yaitu

Infus Oksitosin

Cara ini sering dilakukan dan efektif pada kasus-

kasus dimana telah terjadi pematangan serviks.

Pemberian dimulai dengan 5-10 unit oksitosin dalam

500 ml larutan Dextrose 5% melalui tetesan infus

intravena. Dua botol infus dapat diberikan dalam waktu

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

36

Page 37: lp di ruang melati

yang bersamaan. Pada kasus yang induksinya gagal,

pemberian dilakukan dengan dosis oksitosin dinaikkan

pada hari berikutnya. Infus dimulai dengan 20 unit

oksitosin dalam 500 ml larutan Dextrose 5% dengan

kecepatan 30 tetes per menit.

Bila tidak terjadi kontraksi setelah botol infus

pertama, dosis dinaikkan menjadi 40 unit. Resiko efek

antidiuretik pada dosis oksitosin yang tinggi harus

dipikirkan, oleh karena itu tidak boleh diberikan lebih

dari dua botol pada waktu yang sama.

Pemberian larutan ringer laktat dalam volume

yang kecil dapat menurunkan resiko tersebut. Apabila

uterus masih refrakter, langkah yang dapat diulang

setelah pemberian prostaglandin per vaginam.

Kemungkinan terdapat kehamilan sekunder harus

disingkirkan bila upaya berulang tetap gagal

menginduksi persalinan.

Prostaglandin

Pemberian gel prostaglandin (PGE2) per

vaginam di daerah forniks posterior sangat efektif untuk

induksi pada keadaan dimana serviks belum matang.

Pemberian dapat diulang setelah 6-8 jam. Langkah

induksi ini dapat ditambah dengan pemberian oksitosin.

2. Operasi Sectio Caesaria (SC)

Pada kasus IUFD jarang dilakukan. Operasi ini hanya

dilakukan pada kasus yang dinilai dengan plasenta praevia,

bekas SC (dua atau lebih) dan letak lintang.

2. Penatalaksanaan Mioma Uteri

Pilihan pengobatan mioma tergantung umur pasien,

paritas, status kehamilan, keinginan untuk mendapatkan

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

37

Page 38: lp di ruang melati

keturunan lagi, keadaan umum dan gejala serta ukuran lokasi

serta jenis mioma uteri itu sendiri.

1.Konservatif

Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah

ataupun medikamentosa terutama bila mioma itu masih kecil

dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Penanganan

konservatif, bila mioma yang kecil pada pra dan post

menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai

berikut :

Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara

periodik setiap 3-6 bulan.

Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.

Pemberian zat besi.

Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75

mg IM pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu

sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan

pengerutan tumor dan menghilangkan gejala.

Obat ini menekan sekresi gonadotropin dan

menciptakan keadaan hipoestrogenik yang

serupa yang ditemukan pada periode

postmenopause. Efek maksimum dalam

mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12

minggu.

Terapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan

sebelum pembedahan, karena memberikan

beberapa keuntungan: mengurangi hilangnya

darah selama pembedahan, dan dapat

mengurangi kebutuhan akan transfusi darah.

Baru-baru ini, progestin dan antipprogestin

dilaporkan mempunyai efek terapeutik.

Kehadiran tumor dapat ditekan atau diperlambat

dengan pemberian progestin dan levonorgestrol

intrauterin.

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

38

Page 39: lp di ruang melati

2.Pengobatan Operatif

Penanganan operatif, bila:

Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.

Pertumbuhan tumor cepat.

Mioma subserosa bertangkai dan torsi.

Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.

Hipermenorea pada mioma submukosa.

Penekanan pada organ sekitarnya.

Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa :

a. Enukleasi Mioma

Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih

menginginkan anak atau mempertahankan uterus demi

kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman, efektif,

dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya

tidak dilakukan bila ada kemungkinan terjadinya karsinoma

endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari pada masa

kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor

dengan tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit

dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang

menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium,

kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan seksio

sesarea.

Kriteria preoperasi menurut American College of Obstetricians

Gynecologists (ACOG) adalah sebagai berikut:

Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.

Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas

tegas.

Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab

kegagalan kehamilan dan keguguran yang berulang.

b. Histerektomi

Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi,

dan pada penderita yang memiliki leiom ioma yang

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

39

Page 40: lp di ruang melati

simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria ACOG

untuk histerektomi adalah sebagai berikut:

Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau

yang dapat teraba dari luar dan dikeluhkan olah pasien.

Perdarahan uterus berlebihan :

Perdarahan yang banyak bergumpal-gumpal atau

berulang-ulang selama lebih dari 8 hari.

Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.

Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi :

Nyeri hebat dan akut.

Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian

bawah yang kronis.

Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang

berulang-ulang dan tidak disebabkan infeksi

saluran kemih.

c. Penanganan Radioterapi

Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi

(bad risk patient).

Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.

Bukan jenis submukosa.

Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada

rektum.

Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat

menyebabkan menopause.

Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan

perdarahan.

3. Penatalaksanaan Letak Sungsang

Kurangnya volume darah sampai dengan perdarahan

pervaginaan

Intervensi :

a. Kaji pengeluaran darah

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

40

Page 41: lp di ruang melati

R/ Memantau jumlah perdarahan yang keluar sehingga

dapat ditentukan tindakan selanjutnya Anjurkan px

mengkonsumsi makanan yang banyak

mengandung zat besi.

R/ Membantu pembentukan sel darah merah

b. Periksa kadar hb

R/ deteksi terhadap petunjuk dan perhubungan

sehingga menentukan tindakan keperawatan

selanjutnya.

c. Kolaborasi dalam pemberian

o Infus rl

R/ Mengganti cairan dan melancarkan aliran

darah sebelum tranfusi

o Transfusi darah

R/ Untuk memenuhi jumlah darah yang hilang

dan periksa kadar hb

Rasa nyaman (nyeri) sampai dengan terputusnya kontinuitas

jaringan

Tujuan : klien mengalami penurunan nyeri

Ekspresi wajah dan posisi tubuh rileks

Aktivitas meningkat

Intervensi :

Lakukan pendekatan pada px dan keluarga

Ajarkan tehnik destraksi

Kaji kembali terhadap:

Adanya nyeri (verbal maupun norverbal)

Keefektifan tindakan penurunan rasa nyeri

Berikan analgesic sesuai order dokter

Psikologi (cemas) sampai dengan kurangnya pengetahuan

Intervensi :

a. Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarga

R/ Pasien dan keluarga kooperative

b. Kaji tingkat penyebab dan anxietas

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

41

Page 42: lp di ruang melati

R/ Dapat memudahkan dalam menentukan

intervensi

c. Beri informasi secara lengkap tentang proses, penyebab

dan akibat dari penyakitnya

R/ Pasien akan memahami dan menerima

penyakitnya

d. Anjurkan pasien banyak berdo’a

R/ Mendekatkan diri kepada Tuhan dapat

mengurangi beban

e. Tunjukkan rasa empati dan beri motivasi

R/ Memberi ketenangan pada pasien

Ketidakmampuan merawat diri sampai dengan kelemahan

fisik.

Intervensi :

o Kaji tingkat perkembangan pasien

R/ Mengetahui sejauh mana pasien dapat melakukan

aktivitas

o Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya

R/ Untuk memenuhi kebutuhan pasien

o Ajarkan mobilisasi secara bertahap

R/ Mencegah kontraktur, spasme otot dan meningkatkan

sirkulasi darah

o Latih pasien melakukan aktivitas

R/ Pasien mampu melakukan aktivitas dan merawat diri

secara mandi.

Istirahat tidur sampai dengan nyeri pada luka operasi

Intervensi :

a. Kaji pola tidur pasien

R/ Mengetahui kebiasaan tidur pasien

b. Ajarkan tehnik destraksi dan relaksasi

R/ Mengetahui kebiasan tidur pasien

c. Ciptakan lingkungan yang tenang

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

42

Page 43: lp di ruang melati

R/ Memberi kesempatan bagi pasien untuk tidur/istirahat

d. Kaji kebiasaan yang dapat menjadi pengatur tidur

R/ Mengetahui hal-hal yang mempermudah untuk tidur

e. Observasi TTV

R/ Mengetahui perkembanagan pasien

4. Penatalaksanaan Kista Ovarium

a. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah

melalui tindakan bedah, misal laparatomi, kistektomi atau

laparatomi salpingooforektomi.

b. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas

ovarium dan menghilangkan kista.

c. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk

mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan

setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian

penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh

pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada

distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan

memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.

d. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien

tentang pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan

analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres hangat

pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam,

informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti

tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi

(Lowdermilk.dkk. 2005).

2.5 Macam-macam Keterampilan yang Dilakukan

1. Mencuci Tangan (7 Langkah)

2. Mencuci Tangan Dengan Larutan Desinfektan

3. Mengukur Suhu Tubuh Axila

4. Mengukur Tekanan Darah

5. Memandikan Klien Posisi Berbaring

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

43

Page 44: lp di ruang melati

6. Merapikan Tempat Tidur Dengan Pasien Diatasnya

7. Merapikan Tempat Tidur Tanpa Pasien Diatasnya

8. Mengganti alat tenun tempat tidur tanpa pasien di atasnya

9. Vulva hygine

10. Membantu pasien BAK dan BAB

11. Memiringkan Pasien

12. Menyiapkan Injeksi Dari Vial

13. Menyiapkan Injeksi Dari Ampul

14. Menyiapkan injeksi intra vena

15. Menyiapkan infus

16. Memberikan tranfusi darah

17. Melakukan Injeksi Intravena

18. Memasang Kateter sementara

19. Melepas Kateter menetap

20. Memasang Infus

21. Melepas InfusPerawatan Payudara

22. Membantu Pasien Makan dan Minum

23. Huknah Tinggi

24. Pemeriksaan Fisik Dewasa

25. Menghitung DJJ

26. Menentukan TFU

27. Memberikan posisis fowler

28. Memberikan posisis sims

29. Memberikan posisi dorsal recumbent

30. Memindah pasien dari tempat tidur ke kereta dorong

31. Memberikan obat melalui oral

32. Memberikan oksigen

33. Perawatan luka

34. Menghitung tetesan infus

35. Mengambil darah vena

36. Perawatan payudara

37. Perawatan payudara ibu nifas

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

44

Page 45: lp di ruang melati

2.6 Pengalaman Baru

1. Melakukan tes doppler

2. Menentukan TFU

3. Melakukan perawatan payudara

4. Melakukan senam nifas

5. Menganamnesa pasien

6. Melakukan palpasi pada pasien yang terkena kista

7. Melakukan red blue

8. Menangani infus yang macet

9. Memasang dan melepas kateter pada pasien

10. Mengoplos obat vial dan ampul

11. Menghitung tetesan infus

12. Melakukan tindakan huknah tinggi pada pasien

13. Mengambil sampel darah

14. Membantu pasien makan, minum, dan minum obat

15. Menyeka ibu nifas

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

45

Page 46: lp di ruang melati

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari laporan yang penulis buat, penulis dapat menyimpulakan bahwa masih

terdapat perbedaan antara prosedur tindakan dan teori dengan praktek langsung

dilapangan. Misalnya sebelum dan sesudah melakukan tindakan di haruskan mencuci

tangan selain itu persiapan alat yang disebutkan dalam teori sebagian belum

dilaksanakan nyata di lapangan. Hal ini dikarenakan keterbatasan alat di Rumah sakit

serta penggunaan waktu secara tepat agar pasien dapat segera ditangani. Selain hal-

hal yang disebutkan di atas juga masih terdapat hal-hal yang belum dilakukan dalam

praktek langsung yaitu untuk alat yang bersifat disposable. Tapi dalam pelaksanaan

praktek di lapangan tidak bersifat disponsible.

Meskipun begitu petugas kesehatan sangat memperhatikan pensterilan alat

yang digunakan, sehingga pasien tidak mengalami hal-hal yang tidak di inginkan.

Misalnya terlular penyakit dari pasien lain selain itu pasien merasa nyaman.

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

46

Page 47: lp di ruang melati

3.2 Saran

3.2.1 Untuk Rumah Sakit dan pembimbing lahan.

Diharapkan meningkatkan fasilitas dan kualitas Rumah sakit sehingga

tidak terjadi kendala dalam melayani pasien.

Upayakan untuk meningkatkan kebersihan lingkungan Rumah Sakit.

Hendaknya pembimbing lahan membimbing mahasiswa agar mengetahui

tindakan perawatan.

Hendaknya pembimbing lahan memberikan kesempatan kepada

mahasiswa untuk melakukan tindakan perawatan.

3.2.2 Untuk Pembimbing Akademik

Hendaknya pembimbing akademik membantu mahasiswa dalam

pembuatan laporan secara benar.

Lebih meningkatkan pembimbingan pada mahasiswa dalam praktek

kebidanan.

3.2.3 Untuk Mahasiswa

Hendaknya serius dalam pelaksanaan keperawatan dan jangan bergurau.

Hendaknya mahasiswa saling bekerja sama dengan mahasiswa lainnya

meskipun berbeda instansi dalam menghadapi pasien.

Hendaknya mahasiswa mampu menjaga nama baik Rumah Sakit dan

Institusi.

Dalam melaksanakan tindakan, hendaknya mahasiswa mengacu pada teori

yang ada.

Disiplin menggunakan waktu secara efisien dalam pelaksanaan praktek

maupun pembuatan laporan.

Lebih tanggap dan terampil dalam melakukan tindakan di lahan praktek.

Dalam pemberian obat hendaknya memperhatikan prinsip 6 Benar (benar

obat, benar dosis, benar klien, benar rute pemberian, benar waktu, benar

pendokumentasian)

3.2.4 Untuk Akademik

Diharapkan dapat melengkapi alat-alat di laboratorium

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

47

Page 48: lp di ruang melati

Diharapkan buku perpustakaan lebih di lengkapi, agar mahasiswa lebih

mudah mencari informasi atau referensi.

DAFTAR PUSTAKA

Holingwor, Tony. 2002. Diagnosis Banding Dalam Obstetri dan Ginekologi A-Z.

Jakarta: EGC.

Mukhtar, Roestam. 2002. Sinopsis Obstetri Edisi 4

Winknjosastro H. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi III,cetakan enam. Jakarta: Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Balai Penerbit FK UI.

A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:

EGC.

Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.

Mansjoer, Arief dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.

Hanifa, dr. Wikjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan.

Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.

Jakarta: EGC.

Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of

America: Mosby.

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

48

Page 49: lp di ruang melati

Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Universitas Padjadjaran Bandung . 1984.

Obstetri Patologi. Bandung: Elstar Offset

Manuaba, Ida Bagus. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga

Berencana Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal

LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)

49