Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
-
Upload
dewi-abiss -
Category
Documents
-
view
235 -
download
0
Transcript of Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
1/49
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS POST SECTIO CAESAREA
ATAS INDIKASI RIWAYAT SC
DI RUANG BOUGENVILE RSUD IBNU SINA KABUPATEN GRESIK
Oleh:
FITRI DAMIYANTINIM. 011112058
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2012
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
2/49
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Post Sectio Caesarea Hari ke – 1 Atas IndikasiRiwayat SC 1 Tahun Yang Lalu Di Ruang Bougenvile RSUD Ibnu SinaKabupaten Gresik Telah disahkan oleh pembimbing pada;
Hari : Jumat
Tanggal : 27 Desember 2012
Gresik, 25 Desember 2012
Fitri Damiyanti NIM.011112058
Pembimbing Akademik
Woro Setia Ningtyas, S.Keb, Bd.
Pembimbing Klinik
Djuwariyah, S.ST NIP.195710011979072001
Mengetahui,Kepala Ruang Bougenvile
RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik
Endywati, S.ST NIP.195705011981072001
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
3/49
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telahmelimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyusun danmenyelesaikan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Post Sectio Caesarea Di RuangBougenvile RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik sebagai syarat untuk memenuhitugas dalam mata kuliah Asuhan Kebidanan.
Dalam penyusunan laporan pendahuluan ini kami banyak mendapatkan pengarahan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu penulismenyampaikan terima kasih kepada:1. Sunjoto, dr., Sp.OG(K), selaku ketua Program Studi Pendidikan Bidan
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang telah memberikankesempatan kepada kami untuk melaksanakan praktik klinik.
2. Woro Setia Ningtyas, S.Keb, Bd, selaku pembimbing akademik yang telahmemberi bimbingan kepada kami untuk menganalisa dan mendokumentasikanasuhan kebidanan yang telah diberikan.
3. Endang Puspitawati, dr., Sp.THT-KL, selaku Direktur RSUD Ibnu SinaKabupaten Gresik yang telah memberi izin kepada kami untuk melakukan
praktik klinik.4. Endywati, S.ST selaku kepala Ruangan Bougenvile RSUD Ibnu Sina
Kabupaten Gresik yang telah menerima kami dengan baik dan memberikanizin kepada kami untuk melaksanakan praktik klinik kebidanan di RuangBougenvile RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik.
5. Djuwariyah, S.ST, selaku pembimbing praktik klinik yang telah berkenanmeluangkan waktu untuk membimbing dan mengasah keterampilan kamidalam memberikan asuhan kebidanan.
6. Seluruh staf RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik terutama staf ruangBougenvile yang telah memberikan bimbingan serta dukungan kepada kamiselama menjalani praktik klinik.
7. Semua pihak yang terkait dalam membantu terselesaikannya laporan ini.Kami menyadari sepenuhnya dalam penyusunan laporan pendahuluan ini
masih jauh dari sempurna, namun kami berusaha semaksimal mungkin untuk
dapat menyusun laporan pendahuluan ini. Oleh karena itu, kami mengharapkansaran dan kritik yang dapat membangun demi perbaikan penyusunan laporan yangakan datang agar lebih baik lagi. Semoga laporan pendahuluan ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Gresik, 25 Desember 2012
Penulis
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
4/49
DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................................... iLembar Pengesahan .............................................................................................. iiKata Pengantar ..................................................................................................... iiiDaftar Isi................................................................................................................ vBAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 11.2 Tujuan ....................................................................................................... 21.3 Manfaat ..................................................................................................... 21.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................... 21.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN TEORI2.1 Konsep Dasar Masa Nifas Fisiologis ........................................................ 42.2 Konsep Dasar Sectio Cesarea.................................................................. 182.3 Konsep Dasar Teori Asuhan Manajemen Kebidanan Varney ................ 23
BAB 3 TINJAUAN KASUS3.1 Data Subjektif.......................................................................................... 313.2 Data Objektif ........................................................................................... 33
3.3
Analisa..................................................................................................... 343.4 Penatalaksanaan ...................................................................................... 34
BAB 4 PEMBAHASAN ..................................................................................... 36BAB 5 PENUTUP .............................................................................................. 38DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 39
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
5/49
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut World Health Organiztion (WHO), melalui pemantauan ibu
meninggal di berbagai belahan dunia memperkirakan bahwa setiap tahun
terdapat 500.000 orang ibu meninggal disebabkan kehamilan, persalinan dan
nifas (Depkes, 2002).
Salah satu tujuan pembangunan millennium atau millennium
Development Goals (MDS) 2015 adalah perbaikan kesehatan maternal,
dimana penurunan 75% rasio kematian maternal menjadi ukuran keberhasilan
terhadap pencapaian target MDG-s ke-5. Dalam periode sekarang ini asuhan
masa nifas sangat diperlukan karena merupakan masa kritis bagi ibu dan bayi.
Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan
dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo,
2009).
Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu
(Abdul Bari dalam Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal, 2002). Hal di
atas menunjukkan bahwa masa nifas yang merupakan masa transisi sistem
reproduksi untuk kembali mendekati keadaan sebelum hamil, merupakan
salah satu masa yang sangat penting, selain karena alasan diatas, masa nifas
(puerperium) juga merupakan masa yang sangat penting dan rawan, karena
terjadi perubahan yang luar biasa pada fisik, psikis, sosial, dan peran menjadi
orang tua. Maka dari itu, penting bagi bidan untuk selalu memantau
perkembangan kesehatan ibu untuk mengkaji kebutuhan ibu dan melakukan
deteksi dini komplikasi masa nifas serta penanganannya melalui pemberian
asuhan kebidanan yang komprehensif.
Kasus pada ibu dengan riwayat obstetri jelek dapat meningkatkan risiko
kematian ibu dan bayi sehingga diperlukan salah satu cara alternatif lain
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
6/49
dengan mengeluarkan hasil konsepsi melalui pembuatan sayatan pada dinding
uterus melalui dinding perut yang disebut sectio caesarea (Mochtar, 1998).
Pada operasi Caesar yang direncanakan angka komplikasinya kurang
lebih 4,2% sedangkan untuk operasi Caesar darurat kurang lebih 19%. Pada
kasus bekas operasi Caesar sebelumnya dimana dapat ditemukan perlekatan
organ dalam panggul sering menyulitkan saat mengeluarkan bayi dan dapat
pula menyebabkan cedera pada kandung kemih dan usus.
Dengan demikian, pengetahuan dan pemahaman bidan pada masa nifas
merupakan hal yang penting untuk dapat melaksanakan asuhan kebidanan
yang maksimal, dan pengetahuan tentang masa nifas merupakan dasar
penting yang harus diketahui untuk melakukan pemantauan perkembangan
kesehatan ibu, melakukan deteksi dini serta penanganan yang adekuat untuk
menjamin kesejahteraan ibu dan bayinya yang pada akhirnya dapat
menurunkan angka kematian ibu di Indonesia.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan kebidanan pada ibu nifas post
sectio caesarea secara komprehensif dan berkesinambungan dengan
pola pikir manajemen kebidanan Varney dan dokumentasi SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar masa nifas, konsep
dasar sectio caesarea dan penatalaksanaan nifas post sectio caesarea
secara teori.
2) Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subyektif dan dataobjektif pada ibu nifas post sectio caesarea.
3) Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah pada ibu
nifas post sectio caesarea
4) Mahasiswa mampu melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan
secara menyeluruh pada ibu nifas post sectio caesarea
5) Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi terhadap asuhan yang
diberikan pada ibu nifas post sectio caesarea
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
7/49
6) Mahasiswa dapat mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah
dikerjakan dengan menggunakan dokumentasi SOAP
1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas post
sectio caesarea secara komprehensif.
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu melakukan asuhan masa nifas adalah tanggal 19-20 Desember
2012. Tempat pelaksanaan adalah di Instalasi Rawat Inap ruang Bougenvile
RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB 1 Pendahuluan
Menguraikan tentang latar belakang, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, pelaksanaan, dan sistematika penulisan.
BAB 2 Landasan Teori
Menjelaskan konsep dasar masa nifas, konsep dasar sectio
caesarea, konsep dasar KPD / riwayat SC sebelumnya dan konsep
dasar asuhan kebidanan pada ibu dengan masa nifas post sectio
caesarea.
BAB 3 Tinjauan Kasus
Merupakan tinjauan kasus asuhan kebidanan pada ibu nifas post
sectio caesarea.
BAB 4 Pembahasan
Membandingkan antara kasus dengan konsep teori yang telah
dibuat.
Bab 5 Simpulan
Daftar Pustaka
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
8/49
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
9/49
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Masa Nifas Fisiologis
2.1 1. Pengertian
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Sarwono, 2009).
Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan dimulai
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-
kira 6 minggu (Saifuddin, 2006)
Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan
selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga
kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil, bukan
kondisi prahamil (Varney H dkk, 2008).
Dari pengertian-pengertian di atas dapat diketahui bahwa hasil
yang diperoleh dari masa nifas adalah kembalinya kondisi alat
reproduksi seperti sebelum hamil. Namun, perlu diingat bahwa wanita
tidak kembali ke keadaan fisiologis dan antomis yang sama persis, ada
bagian-bagian organ reproduksi yang mengalami perbedaan baik
anatomis maupun fisiologisnya antara sebelum dan setelah hamil,
sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai penanda (bukti objektif) antara
wanita yang sudah pernah hamil dan melahirkan dan wanita yang belum
hamil dan melahirkan.
2.1 2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
2) Melaksanakan skrinning yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dini,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat.
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
10/49
4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.
2.1 3. Tahapan Masa nifas
1) Puerperium dini (awal)
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan, dimulai dari lahirnya plasenta sampai 40 hari/ 6 minggu post
partum.
2) Intermediat puerperium
Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia, dimulai dari 6 minggu
sampai 8 minggu post partum.
3) Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan ibu mengalami komplikasi
maka waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan
bahkan tahunan, dimulai setelah 8 minggu post partum sampai organ
reproduksi benar-benar mendekati kondisi prahamil (Bahiyatun, 2009).
2.1 4. Perubahan Fisiologis dan Anatomis pada Masa Nifas
1) Perubahan sistem reproduksi
(1) Involusi Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali pada keadaan semula atau ke kondisi
sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram.
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 grUri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gr1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gr2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gr6 minggu Bertambah kecil 50 gr8 minggu Sebesar normal 30 gr
Involusi uterus melibatkan reorganisasi dan penanggalan
desidua/endometrium dan pengelupasan lapisan pada tempat
implantasi plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan berat serta
perubahan tempat uterus, warna dan jumlah lochea.
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
11/49
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
a) Iskemia Miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus
dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relative
anemi dan menyebabkan serat otot atrofi
b) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur
hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari
semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai
pengerusakan secara langsung jaringan hipertropi yang
berlebihan hal ini disebabkan karena penurunan hormon
estrogen dan progesteron.
c) Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan.
Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh
perubahan lokasi uterus ketika turun keluar dari abdomen dan
kembali menjadi organ pelvik. Segera setelah proses persalinan
puncak fundus kira-kira dua pertiga hingga tiga perempat dari
jalan atas diantara simfisis pubis dan umbilicus. Kemudian naik
ke tingkat umbilicus dalam beberapa jam dan bertahan hingga
satu atau dua hari dan kemudian secara berangsur-angsur turun
ke pelvik yang secara abdominal tidak dapat terpalpasi di atas
simfisis setelah sepuluh hari.
(2) Implantasi tempat perlekatan plasenta
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
12/49
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan
permukaan kasar, tidak rata, kira-kira sebesar telapak tangan dan
menonjol ke dalam cavum uteri. Segera setelah plasenta lahir,
penonjolan tersebut dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu
diameternya menjadi 3,5 cm dan 6 minggu telah mencapai 24 mm.
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak
pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Biasanya luka
yang demikian sembuh dengan menjadi parut, tetapi luka bekas
plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena luka
ini sembuh dengan cara yang luar biasa, yaitu dilepaskan dari
dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru di bawah
permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan
juga dari sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
(3) Pengeluaran Lochea
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi
situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan
keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan
desidua inilah yang dinamakan lochea.
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme
berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada
vagina normal. Lochea mempunyai bau yang amis (anyir)
meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda
pada setiap wanita. Lochea mengalami perubahan karena proses
involusi. Pengeluaran lochea dapat dibagi menjadi lochea rubra,
sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan masing-masing lochea
dapat dilihat sebagai berikut:
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
13/49
Lochea Waktu Warna Ciri-ciriRubra 1-3 hari Merah
kehitaman
Terdiri dari sel desidua, verniks
caseosa, rambut lanugo, sisamekonium dan sisa darah
Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampurmerah
Sisa darah bercampur lendir
Serosa 7-14 hari Kekuningan/kecoklatan
Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri darileukosit dan robekan laserasi
plasentaAlba >14 hari putih Mengandung leukosit, selaput
lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
(4) Endometrium
Perubahan – perubahan endometrium ialah timbulnya trombosis
degenerasi dan nekrosis di tempat inplantasi plasenta.
Hari I : Endometrium setebal 2 – 5 mm dengan permukaan
yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin.Hari II : Permukaan mulai rata akibat lepasnya sel – sel
dibagian yang mengalami degenerasi.
(5) Pembuluh Darah Uterus
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-
pembuluh darah yang besar seperti arteri dan vena yang mengantar
darah dari dan ke uterus khususnya di tempat implantasi plasenta.
setelah post partum otot – otot berkontraksi, pembuluh – pembuluh
darah pada uterus akan terjepit, proses ini akan menghentikan darah
setelah plasenta lahir.
(6) Perubahan pada serviks, vulva, vagina dan perineum.
Segera setelah post partum, serviks agak menganga seperti
corong, karena corpus uteri yang mengadakan kontraksi.
Sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
14/49
corpus dan serviks uteri berbentuk seperti cincin. Warna serviks
merah kehitam – hitaman karena pembuluh darah.
Serviks secara cepat mengalami pemulihan dan menutup;
Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat
dimasukan 2 – 3 jari saja dan setelah 1 minggu hanya dapat
dimasukan 1 jari ke dalam cavum uteri. Namun, serviks tidak
pernah kembali ke keadaannya semula dan selalu memperlihatkan
bukti persalinan, diantaranya:
a. Os eksternus pulih membentuk celah dan bukan cekungan
seperti nulipara
b. Pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan
dalam persalinan. Oleh robekan ke samping ini terbentuk bibir
depan dan bibir belakang dari serviks.
c. Lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari canalis
servikalis.
d. Pada serviks terbentuk otot-otot baru.
e. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun
mencapai ukuran-ukurannya yang normal, dan pada minggu
keriga postpartum rugae vagina mulai nampak kembali.
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami
penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan
kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul
kembali pada minggu ketiga. Hymen tampak sebagai tonjolan kecil
dan dalam proses pembentukkan berubah menjadi krankulae
mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan
selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan
pertama.
Perubahan perineum pasca melahirkan terjadi pada saat
perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi
secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi
tertentu. Biasanya perineum menjadi agak bengkak / oedem /
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
15/49
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
16/49
Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh
beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat
mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolesterol
darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca
melahirkan,kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian,
faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.
Pasca melahirkan biasanya ibu merasa lapar sehingga
diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan
diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun
kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga
mengalami penurunan selama 1 – 2 hari. Kecuali ada komplikasi
kelahiran, tidak ada alasan untuk menunda pemberian makan pada
wanita pasca partum yang sehat lebih lama dari waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan pengkajian awal
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cema
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan
analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan
motilitas ke keadaan normal.
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi yang dapat
menjadi masalah pada awal puerperium akibat dari menurunnya tonus
otot selama proses persalinan dan awal masa pasca partum, diare
sebelum persalinan, kurangnya makanan berserat, terjadi dehidrasi
selama persalinan, hemoroid, laserasi jalan lahir dan pengendalian diri
terhadap BAB. Ibu dapat melakukan pengendalian terhadap BAB
karena kurang pengetahuan dan kekhawatiran lukanya akan terbuka bila
BAB. Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai
tiga hari setelah ibu melahirkan. Ibu seringkali sudah menduga nyeri
saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya di perineum akibat
episiotomi, laserasi, atau hemoroid. Kebiasaan buang air yang teratur
perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali ke normal.
4) Perubahan sistem perkemihan
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
17/49
Pasca melahirkan biasanya ibu merasa sulit buang air kecil
sehingga ibu post partum dianjurkan segera buang air kecil agar tidak
mengganggu proses involusi uteri dan ibu merasa nyaman. Hal yang
menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu postpartum, antara lain
:
1. Adanya oedema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga
terjadi retensi urine.
2. Diaphoresis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang
teretensi dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
3. Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekan kepala janin dan
spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, sehingga
menyebabkan miksi.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen akan menurun,
hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah dan hilangnya
peningkatan volume darah akibat kehamilan, hal ini merupakan
mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Keadaan seperti
ini disebut dengan diuresis pasca partum dan diuresis yang sangat
banyak terjadi dalam hari-hari pertama puerperium. Diuresis yang
banyak mulai segera setelah persalinan sampai 5 hari postpartum.
Empat puluh persen ibu postpartum tidak mempunyai proteinuri yang
patologi dari segera setelah lahir sampai hari kedua postpartum, kecuali
ada gejala infeksi dan preeklamsi.
Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 4
jam pasca persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera
dipasang dower kateter selama 24 jam. Bila kemudian keluhan tak
dapat berkemih dalam waktu 4 jam, lakukan kateterisasi dan bila
jumlah residu > 200 ml, kateter dibuka dan pasien diharapkan dapat
berkemih seperti biasa.
5) Perubahan sistem musculoskeletal/diastasis rectie abdominis
Perubahan sistem musculoskeletal terjadi pada saat umur
kehamilan semakin bertambah. Adaptasi musculoskeletal ini mencakup
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
18/49
: peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat perbesaran rahim,
relaksasi dan hipermobilitas.
(1) Dinding abdominal dan peritoneum
Dinding perut akan longgar dan lembek setelah proses
persalinan karena peregangan selama kehamilan, dimana pada
masa kehamilan kulit abdomen akan melebar, melonggar dan
mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen
dapat kembali normal kembali dalam beberapa minggu pasca
melahirkan dengan latihan post natal.
(2) Striae
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut
pada dinding abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat
menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang
samar. Tingkat diastatismuskulus rektus abdominis pada ibu
postpartum dapat dikaji melalui keadaan umum, aktifitas, paritas
dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan lama
pengambalian tonus otot menjadi normal.
(3) Perubahan ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir,
berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang
ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak
uterus menjadi retroflexi. Tidak jarang pula wanita mengeluh
“kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena ligamen,fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.
(4) Simfisis pubis
Pemisahan simfisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal
ini dapat menyebabkan morbiditas maternal. Gejala dari pemisahan
simfisis pubis antara lain : nyeri tekan pada pubis disertai
peningkatan nyeri saat bergerak di tempat tidur ataupun waktu
berjalan. Pemisahan simfisis dapat dipalpasi. Gejala ini dapat
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
19/49
menghilang setelah beberapa minggu atau bulan pasca melahirkan,
bahkan ada yang menetap sehingga diperlukan kursi roda.
Adapun gejala-gejala system musculoskeletal yang biasa
timbul pada masa pasca partum antara lain nyeri punggung bawah,
sakit kepala/nyeri leher, nyeri pelvis posterior, disfungsi simfisis
pubis, diastasis rekti, osteoporosis akibat kehamilan dan disfungsi
dasar panggul.
6) Perubahan sistem endokrin
(1) Oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh glandula pituitary posterior dan
bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Oksitosin di
dalam sirkulasi darah menyebabkan kontraksi otot uterus dan pada
waktu yang sama membantu proses involusi uterus.
(2) Prolaktin
Penurunan estrogen menjadikan prolaktin yang dikeluarkan
oleh glandula pituitary anterior bereaksi terhadap alveoli dari
payudara sehingga menstimulasi produksi ASI. Pada ibu yang
menyusui kadar prolaktin tetap tinggi dan merupakan permulaan
stimulasi folikel di dalam ovarium ditekan.
(3) HCG, HPL, Estrogen, dan progesterone
Ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan lahir, tingkat
hormon HCG, HPL, estrogen, dan progesteron di dalam darah ibu
menurun dengan cepat, normalnya setelah 7 hari.
Tabel Perubahan Sistem Endokrin pada Masa Nifas
Hormon Perubahan YangTerjadi
KeadaanTerendah
Hormon PlacentalLactogen
Menurun 24 jam
Estrogen Menurun Hari ke-7Progesteron Menurun Hari ke-7FSH Menurun Hari ke 10-12LH Menurun Hari ke 10-12Prolaktin Menurun Hari ke-14
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
20/49
7) Perubahan tanda-tanda vital
(1) Suhu tubuh
Suhu tubuh akan mengalami peningkatan sedikit (37,5 0C-
380C) dalam 24 jam post partum sebagai akibat dari kerja keras
waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Pada hari ke -
3 suhu badan akan naik lagi karena ada pembentukan ASI. Nifas
dianggap terganggu apabila demam lebih 38 0C pada 2 hari
berturut-turut pada 10 hari pertama post partum.
(2) Nadi
Nadi dalam keadaan normal selama masa nifas kecuali karena
pengaruh partus lama, persalinan sulit dan kehilangan darah yang
berlebihan. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal
dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan post
partum yang tertunda. Denyut nadi dan curah jantung tetap tinggi
selama jam pertama setelah bayi lahir. Kemudian mulai menurun
dengan frekuensi yang tidak diketahui. Pada minggu ke-8 sampai
ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi
sebelum hamil.
(3) Tekanan Darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
lebih rendah setelah ibu melahirkan karena adanya perdarahan.
Tekanan darah tinggi pada post partum menandakan terjadinya pre
– eklampsi post partum.
(4) PernafasanKeadaan pernafasan selalu berhubungan dengan suhu tubuh
dan denyut nadi. Jika suhu tubuh dan denyut nadi tidak normal,
pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus
pada saluran pernafasan
8) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Sebagai kompensasi jantung dapat terjadi bradikardi 50-70 x/menit,
keadaan ini dianggap normal pada 24-48 jam pertama. Penurunan
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
21/49
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
22/49
2.1 5. Tanda – tanda Bahaya Masa Nifas
Tanda-tanda bahaya yang sering terjadi pada masa nifas adalah
sebagai berikut :
1) Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba
(melebihi hiad biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih
dari 2 pembalut dalam waktu setengah jam).
2) Cairan vagina (lokhea) berbau busuk. Hal ini merupakan salah satu
tanda infeksi.
3) Demam. Deman merupakan salah satu tanda infeksi.
4) Sakit kepala terus menerus, nyeri epigastrik, pandangan mata kabur
dan bengkak pada muka dan ekstrimitas. Merupakan gejala awal
dari preeklampsia postpartum.
5) Nyeri abdomen. Bisa karena diastasis muskulus rektus abdominalis
yang abnormal karena kehamilan yang overdistensi.
6) Nyeri atau terasa panas ketika buang air kecil. Hal ini bisa
disebabkan karena adanya infeksi pada traktus urinarius.
7) Kelelahan dan sulit tidur. Kelelahan dan sulit tidur bisa timbul dari
depresi, kekhawatiran berlebih, atau merupakan refleksi dari adanya
tanda-tanda bahaya yang lain.
8) Sembelit atau haemoroid. Adanya sembelit / haemoroid ini bisa
diperparah jika ibu mengalami BAB yang susah / keras.
9) Sangat sakit saat payudara disentuh, pembengkakan, puting yang
pecah-pecah. Hal ini dapat meningkatkan morbiditas ibu serta
kesulitan dalam menyusui.
10) Kesulitan dalam menyusui. Hal ini dapat membuat ibu gelisah dan
merasakan ketidakmampuan dalam merawat bayi. Jika hal itu terus
berlanjut dapat menyebabkan bayi kekurangan nutrisi yang
dibutuhkan.
11) Kesedihan dan merasa kurang mampu merawat bayi secara
memadai. Dua hal di atas dapat membuat ibu jatuh ke dalam depresi
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
23/49
yang tentu saja akan lebih mengganggu perawatan yang optimal
terhadap bayi.
12) Tromboflebitis. Gejala-gejalanya adalah rasa sakit yang sangat,
merah, lunak, dan/atau pembengkakan pada kaki.
13) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama, sangat letih, atau
nafas terengah-engah.
2.1 6. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar pada ibumulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga
kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan
pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas denganmelakukan
kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu:1.
1) Kunjungan I : 6 – 8 jam setalah persalinan
Tujuannya :
1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk
bila perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal.
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
2) Kunjungan II : 6 hari setelah persalinanTujuannya :
1. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda – tanda demam infeksi atau perdarahan
abnormal.
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
24/49
3. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan
istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda –
tanda penyakit. Memberikan konseling kepada ibu mengenai
asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari – hari.
3) Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan.
Tujuannya : sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )
4) Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan.
Tujuannya :
1. Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami.
2. Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 19
Pelayanan yang diberikan adalah :
1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
2. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uteri)
3. Pemeriksaan lokhea dan pengeluaran pervaginam lainnya
4. Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kali, pertama
segera setelah melahirkan dan kedua diberikan setelah 24 jam dari
pemberian kapsul vitamin A pertama.
5. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
6. Pelayanan KB pasca salin.
2.1 7. Kebutuhan Dasar Masa Nifas
1) Kebutuhan Nutrisi / Gizi, meliputi :
(1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari(2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral dan vitamin yang cukup
(3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk
minum setiap kali menyusui)
(4) Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pasca salin
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
25/49
(5) Minum kapsul vitamin A (200.000 IU) agar bisa memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.
2) Eliminasi
Miksi disebut normal jika dapat buang air kecil spontan setiap 3-4
jam, berkemih harus terjadi dalam 4-8 jam pertama dan minimal
sebanyak 200 cc. buang air harus dilaukan 3-4 hari pada pasca
persalinan bila masih sulit dapat dilakukan laksaus peroral atau
perektal.
3) Konseling masa Nifas
(1) Istirahat
Tidur / istirahat siang minimal 1-2 jam, tidur malam minimal
8 jam
(2) Kebersihan Diri
Pastikan kebersihan ibu terjaga, mandi minimal 2 kali sehari,
dan mengganti pembalut 2-3 kali sehari atau jika terasa lembab
dan basah.
(3) Keluarga Berencana
Anjurkan ibu untuk menggunakan alat kontrasepsi segera
setelah masa nifas berakhir. Selain itu ibu dapat menggunakan
metode amenore laktasi.
(4) Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan luka episiotomy sudah
sembuh maka koitus bisa dilakukan 3-4 minggu setelah post
partum.
(5) Ambulansi
Ambulansi harus dilakukan sedini mungkin untuk mencegah
trombisis vena kecuali ada kontra indikasi.
(6) Senam Nifas
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
26/49
Senam nifas adalah latihan jasmani yang dilakukan setelah
melahirkan guna mengembalikan kondisi kesehatan dan
meperbaiki regangan pada otot setelah kehamilan.
2.2 Konsep Dasar Sectio Caesarea
2.2.1 Pengertian Sectio Caesarea
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500
gram. (Angsar, dkk, 2005)
2.2.2 Istilah-istilah Sectio Caesarea
1. Sectio Caesarea primer (efektif)
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan
secara Sectio Caesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa,
misalnya pada panggul sempit.
2. Sectio Caesarea sekunder
Bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus
percobaan), bila tidak ada kemajuan baru dilakukan Sectio
Caesarea.
3. Sectio Caesarea ulang ( repeat caesarean section )
Dilakukan Sectio Caesarea ulang setelah kehamilan sebelumnya
dilakukan Sectio Caesarea.
4. Sectio Caesarea histerektomi
Suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan Sectio
Caesarea, langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu
indikasi.
5. Operasi Porro
Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin
sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi misalnya pada
keadaan infeksi rahim yang berat.
2.2.3 Indikasi Sectio Caesarea
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
27/49
Menurut Kasdu (2003) indikasi Sectio Caesarea di bagi menjadi dua
faktor :
1. Faktor Janin
a. Bayi terlalu besar
Berat bayi sekitar 4000 gram atau lebih, menyebabkan bayi
sulit keluar dari jalan lahir
b. Kelainan letak bayi
Ada dua kelainan letak janin dalam rahim yaitu letak
sungsang dan lintang
c. Ancaman gawat janin (Fetal Distres)
Gangguan pada janin melalui tali pusat akibat ibu menderita
hipertensi atau kejang rahim. Gangguan pada bayi juga
diketahui adanya mekonium dalam air ketuban. Apabila proses
persalinan sulit melalui vagina maka dilakukan operasi Sectio
Caesarea.
d. Janin abnormal
Janin abnormal misalnya kerusakan genetik dan
hidrosephalus.
e. Faktor plasenta
Ada beberapa kelainan plasenta yang menyebabkan keadaan
gawat darurat pada ibu dan janin sehingga harus dilakukan
persalinan dengan operasi bila itu plasenta previa dan solutio
plasenta.
f. Kelainan tali pusatAda dua kelainan tali pusat yang biasa terjadi yaitu prolaps
tali pusat dan terlilit tali pusat.
g. Multiple pregnancy (kehamilan kembar)
Tidak selamanya bayi kembar dilaksanakan secara operasi.
Persalinan kembar memiliki resiko terjadinya komplikasi
misalnya lahir prematur sering terjadi preeklamsi pada ibu. Bayi
kembar dapat juga terjadi sungsang atau letak lintang. Oleh
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
28/49
karena itu pada persalinan kembar dianjurkan dirumah sakit,
kemungkinan dilakukan tindakan operasi.
2. Faktor Ibu
a. Usia
Ibu yang melahirkan pertama kali diatas usia 35 tahun atau wanita
usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini seseorang memiliki penyakit
yang beresiko misalnya hipertensi, jantung, DM dan eklamsia.
b. Tulang Panggul
Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul
ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin.
c. Persalinan sebelumnya dengan operasi
d. Faktor hambatan jalan lahir
Gangguan jalan lahir terjadi adanya tumor atau myoma. Keadaan
ini menyebabkan persalinan terhambat atau tidak maju.
e. Ketuban pecah dini
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sekitar 60-70% bayi yang
mengalami ketuban pecah dini akan lahir sendiri 2×24 jam. Apabila
bayi tidak lahir lewat waktu, maka dokter akan melakukan tindakan
operasi Sectio Caesarea.
2.2.4 Jenis Operasi Sectio Caesarea
Jenis-jenis operasi Sectio Caesarea yaitu :
1. Sectio Caesarea abdominalis
a. Sectio Caesarea transperitonealis
1) Sectio Caesarea klasik (Korporal)Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus
uteri sepanjang 10 cm.
Kelebihan
- Mengeluarkan janin lebih cepat.
- Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih
tertarik.
- Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
29/49
Kekurangan
- Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena
tidak ada reperitonealisasi yang baik.
- Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura
uteri spontan.
2) Sectio Caesarea ismika (Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada
segmen bawah rahim sepanjang 10 cm.
Kelebihan
- Penjahitan luka lebih mudah.
- Penutupan lukan dengan reperitonealisasi yang baik.
- Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk
menahan penyebaran isi uterus ke rongga periotoneum.
- Perdarahan kurang.
- Dibanding cara klasik kemungkinan ruptur uteri
spontan lebih kecil.
Kekurangan
- Luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah, sehingga
dapat menyebabkan arteri uterina putus sehingga
mengakibatkan perdarahan yang banyak.
- Keluhan pada kandung kemih postoperatif tinggi.
b. Sectio Caesarea ekstraperitonealis
Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian
tidak membuka kavum abdominal.
2. Sectio Caesarea vaginalis
2.2.5 Komplikasi
Komplikasi Sectio Caesarea sebagai berikut :
1. Infeksi puerperal (nifas)
a. Ringan : kenaikan suhu beberapa hari saja.
b. Sedang : kenaikan suhu lebih tinggi diseryai dehidrasi dan perut
sedikit kembung.
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
30/49
c. Berat : dengan peritonitis, sepsi dan ileus paralitik.
2. Perdarahan, disebabkan oleh :
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
b. Atonia uteri.
c. Perdarahan pada placental bed .
3. Luka kandung kemih, emboli paru, dan keluhan kandung kemih bila
reperitonealisasi terlalu tinggi.
4. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan yang mendatang.
2.2.6 Nasihat Pasca Operasi
1. Dianjurkan tidak hamil selama lebih kurang satu tahun dengan
memakai kontrasepsi.
2. Kehamilan berikutnya diawasi dengan antenatal care yang baik.
3. Dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit.
4. Apakah persalinan yang berikutnya harus dengan Sectio Caesarea
bergantung dari indikasi Sectio Caesarea dan keadaan pada kehamilan
berikutnya.
2.2.7 Perawatan Setelah Operasi Ibu Nifas Dengan Sectio Caesarea
observasi dan perawatan ibu nifas dengan sectio caesarea ini bertujuan
agar dapat mendeteksi kejadian lebih dini, observasinya meliputi :
1) Kesadaran penderita
(1) Pada anastesi lumbal : kesadaran penderita baik, karena ibu dapat
mengetahui hampir semua proses
persalinan.
(2) Pada anastesi umum : pulihnya kesadaran oleh ahli telah diaturdengan memberikan O 2 di akhir operasi.
2) Pengukuran dan pemeriksaan
(1) Pengukuran nadi, tekanan darah, temperatur dan pernafasan.
(2) Mengukur keseimbangan cairan melalui produksi urine dengan
perhitungan :
a. Produksi urine normal : 500-600 cc
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
31/49
b. Pernafasan : 500-600 cc
c. Penguapan badan : 900-1000 cc
(3) Pemberian cairan pengganti sekitar 2000-2500 cc dengan perhitungan
20 tetes/menit (1cc/menit)
(4) Infus setelah operasi diberikan 1x24 jam pertama
(5) Mengukur TFU dan kontraksi rahim untuk menutup pembuluh darah
(6) Memeriksa paru untuk mengetahui kebersihan jalan nafas dan ronchi
basal untuk mengetahui adanya edema paru.
(7) Memeriksa bising usus yang menandakan berfungsinya usus dengan
adanya flatus.
(8) Perdarah lokal pada luka operasi
(9) Perdarahan pervaginam dengan :
a. Evaluasi pengeluaran lochea rubra
b. Atonia uteri meningkatkan perdarahan
c. Perdarahan berkepanjangan
(10) Payudara : putting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI.
3) Profilaksis antibiotik
Infeksi selalu diperhitungkan dari adanya alat yang kurang steril,
sehingga pemberian antibiotika sangat pentik untuk menghindari
terjadinya sepsis sampai kematian.
4) Mobilisasi penderita
Konsep mobilisasi dini tetap merupakan landasan dasar, karena
perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan :
a. Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi nifas. b. Mempercepat involusi alat kandungan.
c. Melancarkan fungsi gastrointestinal dan alat perkemihan.
d. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat
fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
Setelah sadar, ibu boleh melakukan mobilisasi dengan miring kanan –
kiri, dan apabila ibu tidak pusing dan kondisi ibu baik, mobilisasi bisa
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
32/49
dianjurkan dengan duduk bahkan bisa jalan dengan infuse (Manuaba ;
1999)
5) Rawat gabung
Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama sehingga
ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI
(kolostrum pertama) sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin
sehingga ikatan kasih saying semakin terjalin.
2.3 Konsep Dasar Teori Manajemen Asuhan Kebidanan Varney
Dilaksanakan pada tanggal :
Jam : alasan untuk mengetahui waktu pemeriksaan
Tempat : alasan untuk mengetahui tempat pemeriksaan
Tanggal : untuk mengetahui tanggal pemeriksaan saat ini dan untuk
menentukan
jadwal pemeriksaan berikutnya.
PENGKAJIAN
Data Subjektif
1. Biodata
a. Nama klien dan suami
Untuk mengetahui identitas klien dan untuk mengenal dan memanggil
penderita supaya tidak keliru dengan klien yang lain.
b. Usia klien dan suami
Kehamilan yang pertama kali dengan baik antara 19-35 tahun, dengan
otot masih bersifat sangat elastis dan mudah diregang. Tetapi menurut
pengalaman, penderita umur 25-35 tahun masih mudah untuk
melahirkan jadi melahirkan tidak saja umur 19-25 tahun, primi tua
dikatakan mulai 35 tahun. Kehamilan usia lanjut juga merupakan
etiologi dari plasenta previa.
c. Agama
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
33/49
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan
kesehatan klien. Dengan diketahui agama pasien akan memudahkan
bidan melakukan pendekatan dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
d. Suku/bangsa
Untuk mengetahui latar belakang sosial budaya yang mempengaruhi
kesehatan klien.
e. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu atau taraf kemampuan
berpikir ibu, sehingga bidan bisa menyampaikan penyuluhan KIE
pada pasien dengan lebih mudah.
f. Pekerjaan
Ditanyakan pekerjaan suami dan ibu sendiri untuk mengetahui
bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi penderita agar nasehat yang
diberikan sesuai.
g. Alamat
Untuk mengetahui ibu tinggal dimana dan diperlukan bila
mengadakan kunjungan rumah (home care/home visit) ke ibu.
h. Nomor Telepon
Untuk memudahkan dalam berkomunikasi
2. Keluhan Utama
Keluhan yang mungkin dialami pada ibu nifas setelah operasi SC
antara lain mual bahkan muntah akibat sisa pengaruh obat anastesi, nyeri
atau sakit pada tulang belakang di tempat bekas penyuntikan obat
anastesi, nyeri di bekas sayatan hingga berhari-hari atau berminggu-
minggu, bekas jahitan akan muncul keloid atau bekas luka yang
membentuk benjolan memanjang sehingga mengganggu estetika perut,
sembelit, luka jahitan terinfeksi bahkan terbuka.
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
34/49
3. Riwayat Obstetri yang lalu
No
Kehamilan Persalinan AnakAnakke- UK
Penyulit
Penolong Jenis
Tempat
Penyulit JK BB
Keadaan
(mengetahui berapa kali klien melahirkan, bagaimana proses
kelahirannya dan mengalami abortus, jika sudah pernah melahirkan, usia
anak terkecil ditanyakan untuk mengetahui jarak kelahiran).
4. Riwayat KB
Apakah ibu pernah menggunakan KB, metode apa, berapa lama, dankarena apa Ibu berhenti menggunakan KB.
5. Riwayat Kesehatan Ibu
Apakah ibu tidak menderita penyakit jantung, hipertensi, asma, DM,
ginjal, Hepatitis, TBC.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah keluarga klien memiliki riwayat penyakit jantung,
hipertensi,asma, DM, Penyakit kelainan darah, Hepatitis, TBC, Riwayat
Gemelli juga dipengaruhi faktor keturunan selain bangsa, umur dan
parietas.
7. Pola Fungsional Kesehatan
1) Nutrisi
Normalnya makan 3x sehari dengan menu yang seimbang seperti
nasi, lauk, sayur, buah, dan susu (cukup mengandung karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral, air). Jumlah tambahan kalori yang
dibutuhkan pada ibu hamil adalah 300 kalori per hari.
Minum: normalnya 6-8 gelas/hari, dan ibu tidak mengalami
gangguan makan.
2) Eliminasi
Menguraikan miksi dan defekasi setiap hari dan keluhan serta
masalah yang terjadi. Normalnya BAK 6-8 kali per hari dan BAB 1
kali per hari. Pada plasenta previa perdarahan dapat terjadi setelah
miksi atau defekasi.
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
35/49
3) Istirahat dan aktifitas
Menguraikan tentang apakah terdapat masalah pada tidur dan
frekuensi tidur dalam sehari.
4) Personal Hygiene
Menguraikan aktivitas yang dilakukan sehari-hari (berat ringannya
aktivitas) dan macam-macam aktivitas yang dilakukan. Umumnya, ibu
hamil dapat melakukan aktivitas ringan sampai sedang seperti
sebelum hamil, hanya saja waktunya dikurangi dan ibu menjaga agar
tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat. Pada plasenta previa
perdarahan dapat terjadi setelah aktifitas fisik yang terlalu berat.
5) Pola Kebiasaan
8. Riwayat Psikososial Budaya
1) Perkawinan
Kawin: Umur: Lama:
2) Respon ibu terhadap kelahiran bayi termasuk emosi, dukungan
keluarga dan kesiapan menjadi orang tua.
3) Bounding attachment : apakah ibu sudah memegang bayinya? Kapan
pertama kali meneteki ?
4) Bagaimana cara ibu memegang bayinya?
5) Apakah ibu sudah tahu cara meneteki bayi dengan benar?
6) Rencana KB?
7) Kebiasaan yang menguntungkan/merugikan selama masa nifas?
Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Bertujuan untuk menilai keadaan umum ibu, status gizi, tingkat kesadaran,
serta ada tidaknya kelainan bentuk badan. (Keterampilan Dasar Praktik Klinik
Untuk kebidanan, 2008)
1) Kesadaran
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
36/49
Pada kehamilan fisiologis, seharusnya kesadaran ibu dalam keadaan
Compos mentis, yaitu dengan sadar dapat menjawab semua pertanyaan
petugas.
2) Tanda-Tanda Vital
(1) TD : Normal antara 100/60-140/90 mmHg (Chapman, 2006)
(2) Suhu : Normal antara 36 0C – 37 0C
(3) Nadi : Nadi normal antara 80-110 x/menit (Depkes RI)
3) Berat Badan
Berat badan ibu untuk mengetahui tingkat gizi ibu dan seberapa besar
kenaikan berat badan ibu saat hamil. Peningkatan berat badan optimal untuk
rata-rata kehamilan ± 12,5 kg.
4) Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan dilakukan sekali pada kunjungan pertama.
Normalnya, tinggi badan > 145 cm. Jika diketahui Bumil dengan TB <
145cm maka tergolong low high yang kemungkinan resiko panggul
sempitnya lebih tinggi.
5) Lingkar Lengan Atas
Normalnya lingkar lengan atas > 23,5 cm. Jika < 23,5 cm merupakan
indikator Ibu kurang gizi sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR.
2. Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan
bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Informasi dari hasil
pemeriksaan fisik dan anamnesis diolah untuk membuat keputusan klinik,
menegakkan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan
yang paling sesuai dengan kondisi ibu. Langkah-langkah dalam melakukan
pemeriksaan fisik:
1) Muka : Ada/ tidak chloasma gravidarum, konjungtiva merah
muda, sklera putih, oedema tidak ada, mulut bersih, gigi
tidak karies. (Depkes RI, 2009)
2) Dada : Tidak ada benjolan abnormal, saat hamil areola
hiperpigmentasi, colostrum ada/tidak. Hamil 12 minggu ke
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
37/49
atas keluar colostrum yang berasal dari kelenjar sinus yang
mulai berekskresi. (Sarwono, 2005)
3) Abdomen : Apakah ada linea alba, striae livide, striae albican, bekas
SC, menentukan tinggi fundus uteri, kontraksi uterus dan
konsistensi uterus.
4) Ekstremitas : Ekstremitas atas dan bawah oedema/ tidak.
5) Genetalia : Vulva dan vagina (Berapa banyak perdarahan yang keluar)
Perineum (Ada atau tidaknya bekas luka
episiotomy/robekan/sikatrik)
6) Anus : Hemoroid/Wasir dalam kehamilan terjadi pelebaran vena
haemorroidalis interna dan pleksus hommorroidalis
eksternal karena terdapatnya konstipasi dan pembesaran
uterus. (Sarwono, 2005)
3. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Darah
INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosa:
PAPIAH post partum hari ke……./……. Jam post partum dengan
riwayat……
Masalah:
Keluhan ibu diluar diagnosa medis, namun dapat berpengaruh bagi keadaan
ibu.
IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditemukan
berdasarkan data yang ada kemungkinan menimbulkan keadaan yang gawat.
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
38/49
Mencakup tentang tindakan segera untuk menangani diagnosa/masalah
potensial yang dapat berupa konsultasi, kolaborasi dan rujukan.
INTERVENSI
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik kepada ibu.
R/: ibu dan keluarga mengetahui tentang keadaannya sehingga dapat membuat
ibu dan keluarga menjadi tenang
2. Jelaskan penyebab dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu
R/: Informasi dari tenaga kesehatan akan membuat ibu tenang
3. Observasi tanda-tanda vital
R/: Tanda-tanda vital merupakan salah satu indicator untuk mengetahui
keadaan ibu
4. Observasi TFU, kontraksi uterus, dan pengeluaran lochea setiap hari
R/: 1) TFU merupakan salah satu indikator untuk mengetahui bahwa proses
involusio berlangsung normal, normalnya TFU mengalami penurunan 1 cm/
hari yang teraba keras dan bundar
1) Dengan mengobservasi kontraksi uterus dapat mengetahui apakah uterus
berkontraksi dengan baik atau tidak, karena apabila uterus kurang
berkontraksi akan menyebabkan perdarahan dan memperlambat proses
involusi.
2) Perubahan warna, bau, jumlah dan perpanjangan lochea merupakan
terjadinya infeksi yang disebabkan oleh involusio yang kurang baik.
5. Pemenuhan Kebutuhan nutrisi dan hidrasi
R/ Bila kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi maka ibu akan tetap mempunyai
tenaga, untuk proses laktasi, dan untuk mempercepat penyembuhan luka post
SC.
6. Anjurkan Ibu untuk mobilisasi secara bertahap
R/: Dengan mobilisasi lochea akan keluar dengan lancar dan mencegah
terjadinya perdarahan serta mempercepat proses involusi uterus.
7. Berikan HE tentang personal hygiene
R/: Diharapkan ibu secara mandiri mampu menjaga kebersihan dirinya
sehingga terhindar dari infeksi
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
39/49
8. Memberikan KIE tentang :
- ASI eksklusif
- Perawatan BBL
- Imunisasi
R/: Ibu mau memberikan ASI pada bayinya dan merawat bayinya dengan
benar, serta memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayinya.
9. Kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian obat – obatan
R/: Terapi yang benar akan mempercepat kesembuhan pasien.
IMPLEMENTASI
Melaksanakan rencana asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh
dengan efisien dan aman sesuai perencanaan.
EVALUASI
Tindakan pengukuran antara keberhasilan dalam melaksanakan tindakan untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang dilakukan sesuai kriteria
hasil yang ditetapkan dan apakah perlu untuk melakukan asuhan lanjutan atau
tidak.
Pendokumentasian menggunakan SOAP.
S : Data diperoleh dari keterangan/keluhan ibu langsung
O : Data diperoleh dari hasil pemeriksaan yang didapat secara keseluruhan.
A : Diagnosa yang ditetapkan dari data subjektif dan objektif.
P : Perencanaan yang dilakukan sesuai diagnosa.
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
40/49
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS POST SC HARI KE -1
DI RUANG BOUGENVILE RSUD IBNU SINA KABUPATEN GRESIK
Tanggal Pengkajian : 19 Desember 2012 No. Reg : 43-34-
34
Pukul : 19.00 WIB Oleh : Fitri
Damiyanti
Tempat : Ruang Bougenvile RSUD Ibnu Sina Kab.Gresik
A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama Pasien : Ny.A Nama Suami : Tn.K
Umur : 23 Tahun Umur : 28
Tahun
Suku/bangsa : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl.Delik Sumber, Benjeng
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bekas jahitan terasa nyeri, air susu belum keluar.
3. Riwayat Kehamilan, Persalinan Dan Nifas Yang Lalu
No
Kehamilan Persalinan AnakAnakke-
Tahun UK
Penyulit
Penolong
Jenis
Tempat
Penyulit
JK BB
Keadaan
1. 1 2011 8 bln -Dokte
r SC RS ♂ 330
0
Meninggal usia 3
hari
2. 2 2012 9 blnDokte
r SC RS BSC ♂ 320
0 Hidup
operasi SC dilakukan pada tanggal 18 Desember 2012 pada pukul 07.30
WIB. Bayi dilahirkan dengan luksir kepala. AS : 8/9, plasenta manual
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
41/49
lengkap insersi pada korpus belakang SBR dijahit 2 lapis secara jelujur
feston.
4. RiwayatKB
Ibu tidak menggunakan KB apapun setelah kelahiran anak pertama karena
memang ibu dan suami ingin merencanakan kehamilan kedua ini.
5. Riwayat Kesehatan Klien
Ibu tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit jantung, hipertensi,
asma, DM, ginjal, hepatitis, TBC.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit jantung, hipertensi, asma,
DM, hepatitis, TBC dan tidak ada riwayat gemelli.
7. Pola Fungsional Kesehatan
1) Nutrisi
Pada pukul 18.00 WIB ibu sudah mengkonsumsi 1 porsi makanan
yang diberikan oleh rumah sakit serta minum segelas air hangat sedikit
demi sedikit.
2) Eliminasi
Kateter masih terpasang, ibu belum dapat BAB.
3) Istirahat dan aktifitas
Setelah proses persalinan ibu belum bisa tidur dengan nyenyak
karena masih merasakan nyeri/sakit pada luka jahitan bekas operasinya.
Ibu sudah bisa miring kanan-kiri dan duduk.
4) Personal hygieneSetelah proses persalinan ibu sudah ada mengganti pembalutnya
pada sore hari dibantu oleh suami/ibunya.
5) Pola Kebiasaan
Ibu ada kebiasaan pantangan makanan setelah melahirkan yang
didapat dari kebiasaan orang tuanya seperti mengkonsumsi telur dan
ikan laut karena takut ASI yang diminum bayinya akan menyebabkan
alergi pada kulit bayi.
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
42/49
8. Riwayat Psikososial Budaya
1) Respon emosional: ibu dan suami merasa gembira dengan kelahiran
bayinya.
2) Bounding attachment: terjadi interaksi yang baik antara ibu dengan
bayi, ibu menyusui bayinya dengan menatap dan memegang bayinya
dengan penuh kasih sayang dan bayi merasa nyaman.
3) Cara memegang bayi: ibu dapat memegang bayi dengan luwes dan
tidak kaku.
4) Rencana KB: ibu dan suami belum ada rencana akan menggunakan
kontrasepsi apa.
5) Ibu tidak pernah menyusui bayinya.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Nadi : 80 x/menit Pernafasan : 20 x/menit Suhu : 36 0C
2. Pemeriksaan Khusus
a. Muka : wajah tidak pucat, konjungtiva merah muda, sklera
putih
b. Payudara : simetris kiri dan kanan, konsistensi lembek, puttingsusu
menonjol, tidak ada pengeluaran ASI, kebersihan
cukup.
c. Abdomen : tidak ada nyeri tekan, ada bekas SC.
Tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi
uterus baik, konsistensi uterus keras.
d. Ekstremitas :
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
43/49
Atas : infus RL drip oksitosin 1 ampul terpasang di tangan
sebelah kiri, pada lokasi infus tidak terdapat feblitis /
kemerahan.
Bawah : tidak ada oedema, pergerakan bebas terbatas
e. Genetalia : tampak perdarahan merah segar pervaginam ± 50 cc.
DC terpasang, urine tampung ± 300 cc, warna kuning
jernih.
f. Anus : tidak ada hemoroid
3. Terapi yang didapat
Cairan : Infus RL : D5 = 2 : 3 drip oksitosin sampai dengan 24
jam.
Injeksi : cefotaxime 3x1 gram, Alinamin F 3x1 ampul, Vitamin
C 3x2 ampul.
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
44/49
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Post SC
Darah Lengkap pada tanggal 18-12-2012
No.Rekam Medik : 43-34-34
Hasil :
Nama: Ny. A Umur: 23 tahunRuang: Bougenvile Kelas: III
Pemeriksaan TanggalDARAH 18-12-2012Hb 11,6
LED 14-29Leucosyt 7200Diff Eo. 2Ba. 0St. 0Sg. 70Ly. 25Mo. 3PCV 32Thrombosit 242000MCV 98MCH 32MCHC 33Golongan darah OHbs Ag (-)GDA 109
C. Analisa
P2002 Post Partum SC hari ke-1 atas indikasi riwayat SC 1 tahun yang lalu.,
ibu belum dapat menyusui bayinya.
D. Penatalaksanaan
Pukul(WIB)
Penatalaksanaan
19.20wib
1. Memberitahu hasil pemeriksaan mengenai keadaan umum dankondisi fisik ibu ; ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
19.25wib
2. Membantu dan menjelaskan pada ibu pentingnya mobilisasiuntuk mengurangi nyeri dan mempercepat penyembuhan luka
jahitan ; ibu sudah bisa miring kanan dan kiri.
19.30wib
3. Membantu dan menjelaskan pada ibu pentingnya personal hygene; suami / keluarga sudah diajarkan untuk menyeka badan ibu sertamengganti pembalut.
19.35 4. Melaksanakan advise dokter obgyn dalam pemberian terapi ;
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
45/49
wib terpasang infus RL , injeksi cefotaxim 1 gram IV, injeksialinamin F 50 mg, injeksi vitamin C 2 ampul @ 2ml.
19.40wib
5. Memberikan KIE tentang : ASI eksklusif, perawatan luka bekasoperasi, tanda-tanda bahaya masa nifas, perawatan payudara,nutrisi ibu menyusui,; Ibu mengerti penjelasan bidan dan mampumengulang penjelasan bidan.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal: 20 Desember 2012 Pukul: 20.00 WIB
S : Ibu mengatakan nyeri pada bekas luka jahitan sudah mulai berkurang.
O : TD : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR: 20x/menit.
ASI sudah keluar
Tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik,
konsistensi uterus keras, bising usus (+)
Luka pada jahitan membaik, tidak ada tanda-tanda infeksi.
Lochea rubra
A : P 20001 Post SC hari ke-2 atas indikasi riwayat bekas SC 1 tahun yang lalu.
P :
Pukul(WIB) Penatalaksanaan
20.15wib
1. Melaksanakan advise dokter obgyn dalam pemberian terapi obatoral ; asam mefenamat 1 tab 500 mg, cefadroxil 1 tab 500mg danviliron 2 x 1.
20.20wib
2. Memberikan HE tentang ASI eksklusif, perawatan luka bekasoperasi, perawatan payudara, perawatan bayi sehari-hari di rumah,nutrisi ibu menyusui, rencana KB dan kunjungan ulang
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
46/49
BAB 4
PEMBAHASAN
Dari Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Post SC hari ke-1 atas indikasi
riwayat bekas SC 1 tahun yang lalu didapatkan:
Pengumpulan data subjektif yang sudah berjalan dengan baik terlihat dari
adanya kerjasama yang baik antara klien dengan bidan. Bidan mengumpulkan
semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Hasil anamnesa terhadap ibu mengenai
keluhan yang terdapat pada data subjektif didapatkan bekas jahitan ibu masih
terasa nyeri, keadaan tersebut merupakan masalah umum yang sering terjadi
pada ibu nifas dengan luka operasi SC. Pada data obyektif, pemeriksaan
umum dan pemerikaan fisik ibu dalam batas normal.
Pada tahap interpretasi data, bidan menganalisa data yang diperoleh pada
pengkajian, serta menginterpretasikan secara akurat dan logis untuk
menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat. .Masalah
dirumuskan sesuai dengan kondisi klien dan dilakukan penatalaksaan secara
mandiri dan kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri ginekologi. Pada hasil
interpretasi data tidak didapatkan adanya kesenjangan antara teori dan kasus
yang terjadi di lapangan. Pada kasus tidak muncul masalah karena hasil
pemeriksaan ibu dalam keadaan baik dan normal serta tidak ada keluhan yang
berat. Pada kasus ini tidak ada kebutuhan tindakan segera, yang apabila tidak
terpenuhi dapat mengancam keselamatan ibu.
Pada tahap penatalaksanaan, bidan merencanakan asuhan kebidanan
berdasarkan diagnosa dan masalah yang ditegakkan. Rencana asuhan disusun
berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien, tindakan segera, tindakan
antisipasi dan asuhan secara komprehensif. Melibatkan klien/pasien dan atau
keluarga dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat untuk
klien. Rencana asuhan yang diberikan dimulai dari menjalin hubungan
terapeutik dengan ibu dan keluarga sebagai bekal untuk membina hubungan
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
47/49
saling percaya dan terbuka antara ibu dan keluarga dengan petugas kesehatan.
Kemudian menjelaskan tentang keluhan yang dialami ibu bahwa kondisinya
masih dalam batas normal agar ibu merasa tenang dan tidak khawatir akan
kondisinya. Selanjutnya, rencana asuhan diarahkan untuk memberikan KIE
pada ibu tentang nutrisi, personal hygiene, eliminasi, istirahat, aktivitas/
mobilisasi, aktivitas seksual, dan kebiasaan yang merupakan kebutuhan dasar
pada ibu nifas yang sangat mempengaruhi kesehatannya. Memberikan KIE
tentang pentingnya ASI dan memotivasi ibu agar tidak menyerah dalam
meyusui bayinya untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif.
Mendiskusikan dan memberi bimbingan pada ibu tentang perawatan bayi
sehari-hari di rumah agar ibu dapat mandiri dalam merawat bayinya, serta
mendiskusikan tentang rencana KB dan kunjungan ulang ibu dan bayi.
Selanjutnya bidan juga melakukan konsultasi dengan DSOG dan terapinya
sudah sesuai dengan advise DSOG
Setelah semua rencana sudah dilakukan maka ditemukan keberhasilan dalam
melaksanakan asuhan, dan pada kasus ini tidak ditemukan perbedaan antara
teori dan praktik karena semua rencana yang telah disusun sudah dilaksanakan
pada klien. Kemudian bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan
berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien. Penilaian
dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil
evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan atau keluarga.
Setelah semua asuhan selesai dilakukan bidan melakukan pencatatan secara
lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan
dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
48/49
BAB 5
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari data pada bab-bab sebelumnya penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1) Dalam melakukan pengkajian baik melalui anamnesa maupun pemeriksaan
untuk menilai keadaan klien secara menyeluruh, penulis tidak mengalami
kesulitan karena pasien kooperatif.
2) Dalam mengatasi masalah/diagnosa, berdasarkan data-data yang terkumpul
saat pengkajian.
3) Dalam menetapkan rencana asuhan yang diberikan pada pasien, penulis
telah melakukan sesuai dengan teori.
4) Dalam melakukan asuhan, penulis telah melaksanakannya sesuai dengan
sesuai dengan advise DSOG.
2. Saran
Dapat dijadikan pertimbangan dasar atau bahan data untuk penyusunan
laporan selanjutnya dengan keluhan yang berbeda.
-
8/19/2019 Fitri Damiyanti - Lp Post Sc (Ruang Nifas Rsud Ibnu Sina Gresik)
49/49
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas . Jakarta: EGC
Handajani, Sutjiati. 2010. Manajemen Asuhan Kebidanan: Pengantar & Contoh
Kasus . Jakarta: EGC
7 Keluhan Pasca Caesar diunduh pada tanggal 25 November 2012 pukul 23.00
WIB dari
http://female.kompas.com/read/2012/07/20/15414643/Kenali.7.Keluhan.Pasca-
Caesar-Perlu ibu ketahui, pasca-caesar
Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta: EGC
Mirzanie, Hanifah. 2010. Obgynacea . Yogyakarta: TOSCA Enterprise.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009 . Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
Saifuddin, Abdul. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: YBPSP
Saminem. 2010. Dokumentasi asuhan Kebidanan: Konsep dan Praktik . Jakarta:
EGC
Sastrawinata, Sulaiman. 2005. Obstetri Fisiologi Bagian Obstetri Ginekologi FK
Unpad Bandung. Bandung: El Eman
Varney, Helen, et al. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan . Jakarta: EGC