TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG...
-
Upload
truongkhue -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG...
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HIGIENITAS BOTOL
BAYI DI POSYANDU TERATAI VIII DESA GABUS ETAN
NGRAMPAL SRAGEN
TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
IKA WENI AGUSULISTIANA
NIM. B10.145
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
HALAMAN PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HIGIENITAS BOTOL
BAYI DI POSYANDU TERATAI VIII DESA GABUS ETAN
NGRAMPAL SRAGEN
TAHUN 2013
Diajukan Oleh :
IKA WENI AGUSULISTIANA
NIM. B10.145
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal Juli 2013
Pembimbing
(ESTRI KUSUMAWATI, SST., M.Kes)
NIK. 201187066
iii
HALAMAN PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HIGIENITAS BOTOL
BAYI DI POSYANDU TERATAI VIII DESA GABUS ETAN
NGRAMPAL SRAGEN
TAHUN 2013
Diajukan Oleh :
IKA WENI AGUSULISTIANA
NIM. B10.145
Telah dipertahankan di depan dewan penguji
Program Studi Diploma III Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta
Pada tanggal Juli 2013
Penguji I Penguji II
(ENI RUMIYATI, SST) (ESTRI KUSUMAWATI, SST., M.Kes)
NIK. 200682019 NIK. 201187066
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan Ka.Prodi
(DHENY ROHMATIKA, S.SiT)
NIK. 200582015
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul ” Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Higienitas Botol Bayi di
Posyandu Teratai VIII Desa Gabus Etan Ngrampal Sragen”. Karya Tulis Imiah
ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu
syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa
tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Imiah ini tidak
diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
3. Estri Kusumawati, SST., M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.
4. Pimpinan Posyandu Posyandu Teratai VIII Desa Gabus Etan Ngrampal Sragen
yang telah memberi ijin kepada penulis untuk pengambilan data awal dalam
pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
5. Seluruh responden yang telah bersedia diambil datanya guna penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini
6. Teman-teman semua yang telah membantu penulis dalam rangka penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini.
v
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi
kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
vi
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013
Ika Weni Agusulistiana
B10.145
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HIGIENITAS BOTOL
BAYI DI POSYANDU TERATAI VIII DESA GABUS ETAN
NGRAMPAL SRAGEN
TAHUN 2013
xiii + 45 halaman + 15 lampiran + 4 tabel + 4 gambar
ABSTRAK
Latar Belakang : Gaya hidup yang modern yang menuntut kaum ibu untuk
bekerja di luar rumah menyebabkan pemberian ASI secara langsung dari
sumbernya menjadi penyulit. Menjaga kesehatan bayi dapat dilakukan melalui
langkah sederhana dengan membersihkan botol susunya secara rutin dan harus
menyimpan botol susu di tempat yang tepat. Hal ini memang sebuah langkah
sederhana, namun mampu memberi dampak besar bagi kesehatan bayi. Studi
pendahuluan yang penulis lakukan di Desa Gabus Etan Ngrampal Sragen pada tanggal 18 September 2012 dengan jumlah ibu yang memiliki balita sebanyak 43
orang, setelah peneliti melakukan wawancara terhadap 10 ibu tentang higienitas botol. Setelah dilakukan wawancara hanya 3 ibu yang mampu menjawab
pertanyaan tentang higienitas botol, sedangkan 7 ibu belum bisa menjawab tentang higienitas botol
Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol Bayi di Posyandu Teratai VIII desa Gabus Etan Ngrampal Sragen Tahun 2013 dalam
tingkat baik, cukup dan kurang. Metode Penelitian : Desain penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif.
Penelitian ini dilakukan di Posyandu Teratai VIII desa Gabus Etan Ngrampal
Sragen pada September 2012 – Juli 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah 43
responden, pengambilan sampel yaitu dengan teknik purposive sampling.
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Cara pengumpulan data berasal dari
data primer dan Data Sekunder. Metode Pengolahan dan analisa menggunakan
analisa univariat.
Hasil Penelitian : Tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi di
Posyandu Teratai VIII Desa Gabus Etan Ngrampal Sragen dengan tingkat
pengetahuan baik sebanyak 8 responden (18,6%), tingkat pengetahuan cukup
sebanyak 26 responden (60,5%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 9
responden (20,9%) Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi di Posyandu
Teratai VIII Desa Gabus Etan Ngrampal Sragen dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 26 responden (60,5%).
Kata Kunci : Pengetahuan, higienitas, botol bayi
Kepustakaan : 27 literatur (tahun 2007 – 2012)
MOTTO
Beranilah mengambil resiko, sebab tidak ada hal lain yang bisa menggantikan
pengalaman
Kekalahan adalah sekolah tempat kebenaran selalu tumbuh lebih kuat
Pelajari apapun yang anda bisa, kapanpun, dan dari siapapun. Di sanalah nanti
akan tiba waktunya anda mendapat sesuatu yang menyenangkan
Jangan takut pada masa depan dan jangan menangis untuk masa lalu
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan kepada :
1. Kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan
dan kemudahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.
2. Kepada bapak - ibu tercinta, motivator terbesar dalam
hidupku yang tak pernah jemu mendoakan dan
menyayangiku, atas semua pengorbanan dan kesabaranmu mengantarkanku hingga sampai kini.
3. Ibu Estri Kusumawati, SST., M.Kes terima kasih atas bimbingan dan waktunya
4. Adhi Rosela 5. Sahabat-sahabatku, semoga kebersamaan ini kan slalu
terjalin 6. Almamater
CURICULUM VITAE
BIODATA
Nama : Ika Weni Agusulistiana
Tempat / Tanggal Lahir : Sragen, 20 Agustus 1992
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Made, Gabus, Ngrampal Sragen
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri Gabus 1 Sragen Lulus tahun 2004
2. SMP Negeri 2 Sragen Lulus tahun 2007
3. SMA Negeri 1 Sambungmacan Lulus tahun 2010
4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
ABSTRAK .................................................................................................. vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. vii
CURRICULUM VITAE ............................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4
E. Keaslian Studi Kasus ................................................................. 5
F. Sistematika Penulisan ................................................................ 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori .......................................................................... 8
1. Pengetahuan ......................................................................... 8
2. Higientas Botol Bayi ............................................................ 18
x
B. Kerangka Teori .......................................................................... 25
C. Kerangka Konsep ..................................................................... 26
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................ 27
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 27
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................... 28
D. Instrumen Penelitian ................................................................. 29
E. Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................... 30
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 32
G. Variabel Penelitian ................................................................... 33
H. Definisi Operasional ................................................................. 33
I. Metode Pengolahan dan Analisa Data ....................................... 34
J. Etika Penelitian ......................................................................... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum lokasi penelitian ........................................... 38
B. Hasil Penelitian ........................................................................ 39
C. Pembahasan ............................................................................. 40
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 43
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 44
B. Saran ........................................................................................ 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori ....................................................................... 25
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 26
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner ................................................................... 31
Tabel 3.2 Definisi Operasional ................................................................. 34
Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi ......................................................... 39
Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Higienitas Botol Bayi
di Posyandu Teratai VIII Desa Gabus Etan Ngrampal Sragen ..... 40
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Uji Validitas
Lampiran 5. Surat Balasan Uji Validitas
Lampiran 6. Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 7. Surat Balasan Penelitian
Lampiran 8. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 9. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 10. Kuesioner Penelitian
Lampiran 11. Kunci Jawaban Kuesioner
Lampiran 12. Hasil Uji Validitas
Lampiran 13. Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 14. Hasil Penelitian
Lampiran 15. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASI terbukti menjadi asupan nutrisi alami yang paling baik diberikan
kepada bayi. Meskipun seorang ibu bekerja, tidak lantas menjadi kendala untuk
memberikan ASI setiap hari. Makanan pendamping ASI adalah makanan atau
minuman yang mengandung gizi, diberikan pada bayi atau anak untuk
memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI ini di diberikan bersamaan dengan ASI
mulai usia 6 bulan hingga 24 bulan. Seiring bertambahnya usia bayi setelah
bayi berusaha 6 bulan mulai diperkenalkan dengan makanan pendamping
untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Riksani, 2012).
Gaya hidup yang modern yang menuntut kaum ibu untuk bekerja di
luar rumah menyebabkan pemberian ASI secara langsung dari sumbernya
menjadi penyulit. Penyelesaiannya air susu terpaksa diperah dan disimpan
supaya bisa dikonsumsi oleh bayi kapan saja. Ketika ASI diperah ASI
bersentuhan dengan berbagai objek, mulai dari tangan manusia, alat pemerah
botol susu, yang semuanya tidak steril. Walaupun ASI sendiri steril
bersentuhan dengan benda-benda asing itu menyebabkan pencemaran bakteri.
Pencegahan pencemaran bakteri merupakan hal yang diperlukan untuk
menjaga kebersihan tangan dan botol susu (Tejo, 2011).
xv
Higienitas adalah aspek yang terpenting dalam pemberian susu botol.
Bayi dapat mengalami sakit perut atau infeksi hebat yang berasal dari botolnya
jika tidak disterilkan secara memadai (Gore dkk, 2011).
Menjaga kesehatan bayi dapat dilakukan melalui langkah sederhana
dengan membersihkan botol susunya secara rutin dan harus menyimpan botol
susu di tempat yang tepat. Hal ini memang sebuah langkah sederhana, namun
mampu memberi dampak besar bagi kesehatan bayi (Destika, 2012).
Cara aseptik dalam menyiapkan PASI antara lain gunakan peralatan
dan wadah steril dan air yang direbus mendidih 10 menit. Gunakan susu
formula siap pakai dalam 4 jam setelah dibuka dari wadahnya. Simpan sisanya
dalam lemari es maksimal 24 jam beri tanda dan catat waktu dibuka. Cuci
cangkir dan peralatan dengan sabun dan air, bilas air panas atau dikukus
(Muslihatun, 2010).
Susu formula merupakan media yang baik bagi bakteri, sehingga
kontaminasi mudah terjadi terutama jika persiapan dan pemberian kurang
memperhatikan segi aseptik. Pemberian susu formula yang tidak baik dapat
meningkatkan risiko terjadinya diare pada bayi. Susu formula sebagai salah
satu makanan pengganti ASI pada anak yang penggunanya semakin
meningkat. Cara pemberian susu formula yang benar merupakan salah satu
faktor yang dapat menurunkan angka kejadian diare pada bayi dan balita akibat
minum susu formula (Amiruddin, 2007).
xvi
Penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia penyakit diare menjadi
penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor tiga pada bayi dan nomor
lima pada semua umur. Angka kesakitan yang terkena diare pada bayi yang
diberi ASI hanya 6% yang diberi ASI dari susu botol 14%, sedang bayi yang
diberi susu botol saja meningkat menjadi 18% (Adiningsih, 2011).
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di Desa Gabus
Etan Ngrampal Sragen pada tanggal 18 September 2012 dengan jumlah ibu
yang memiliki balita sebanyak 43 orang, setelah peneliti melakukan
wawancara terhadap 10 ibu tentang higienitas botol. Setelah dilakukan
wawancara hanya 3 ibu yang mampu menjawab pertanyaan tentang higienitas
botol, sedangkan 7 ibu belum bisa menjawab tentang higienetas botol.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
Higienitas Botol Bayi di Posyandu Teratai VIII Desa Gabus Etan Ngrampal
Sragen tahun 2013”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : “Bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas
botol bayi di Posyandu Teratai VIII desa Gabus Etan Ngrampal Sragen Tahun
2013?”.
xvii
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol
Bayi di Posyandu Teratai VIII desa Gabus Etan Ngrampal Sragen Tahun
2013.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi di
Posyandu Teratai VIII desa Gabus Etan Ngrampal Sragen tahun 2013
pada tingkat baik.
b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi di
Posyandu Teratai VIII desa Gabus Etan Ngrampal Sragen tahun 2013
pada tingkat cukup.
c. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi di
Posyandu Teratai VIII desa Gabus Etan Ngrampal Sragen tahun 2013
pada tingkat kurang.
D. Manfaat Penelitian
1. Ilmu Pengetahuan
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam perkembangan
pengetahuan dan penelitian selanjutnya khususnya tentang higienitas botol
bayi.
xviii
2. Diri Sendiri
Menerapkan ilmu yang diperoleh dalam pendidikan dan menambah
wawasan serta pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian,
khususnya tentang higienitas botol bayi.
3. Bagi Posyandu
Dapat memberikan pengetahuan bagi kader dalam upaya peningkatan
kualitas pelayanan serta sebagai bahan penyuluhan kepada masyarakat agar
tetap memperhatikan higienitas botol bayi dalam upaya pemberian ASI
kepada bayinya.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian lain yang serupa dengan pernah dilakukan, yaitu :
1. Hapsari Ari (2012), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
Higienitas Botol Bayi di Desa Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten
Sragen”. Jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi 30 orang. Sampel
dalam peneitian ini 30 responden dengan teknik sampling jenuh, instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini kuesioner. Analisa data dengan
menggunakan analisa univariat. Hasil dari penelitian ini tingkat
pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi di Desa Sambirejo Kecamatan
Sambirejo Kabupaten Sragen tingkat pengetahuan baik sebanyak 3 ibu
(10%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 12 ibu (40%) sedangkan
pengetahuan kurang sebanyak 15 ibu (50%).
xix
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu
variabel penelitian yaitu higienitas botol bayi, jenis penelitian, analisa data.
Perbedaan penelitian ini adalah waktu, tempat penelitian dan subyek
penelitian.
2. Febri, Fatmalia (2009), dengan judul “Tingkat Pengetahuan ibu tentang cara
Membersihkan Botol Bayi di Desa Soak Baru Kecamatan Ilir Palembang”.
Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dan teknik sampling
dengan cara cluster random sampling. Instrumen yang digunakan adalah
kuesioner. Analisa data distribusi menggunakan distribusi frekuensi dan
persentase dari variabel. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas
pengetahuan ibu berpengetahuan kurang (57,5%).
Persamaan yaitu pada variabel yaitu pengetahuan higienitas dan analisa data
dan perbedaan yaitu waktu , tempat penelitian dan subyek penelitian
F. Sistematika Penulisan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 5 bab, sistematika penulisan
Karya Tulis Ilmiah yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan isi karya tulis secara singkat meliputi latar
belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan.
xx
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tinjauan teori medis tentang pengetahuan terdiri definisi
pengetahuan, tingkat pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan,
faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, cara
Pengukuran Pengetahuan dan hygienitas botol meliputi Manfaat,
tips memilih botol bayi yang baik, cara menjaga kebersihan botol,
metode sterilisasi botol bayi serta kerangka teori dan kerangka
konsep.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini terdiri dari jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel,
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian,
definisi operasional, metode pengolahan data dan analisa data serta
etika penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian, hasil
penelitian, pembahasan dan keterbtasan penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian dan saran yang
meliputi saran bagi pengetahuan, bagi institusi pendidikan dan
peneliti selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xxi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Definisi pengetahuan
Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh manusia atau hasil
pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu merupakan milik
atau isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses usaha
manusia untuk tahu (Nashrulloh, 2009).
Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia
terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami
suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik
lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh
manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah
kejiwaan (Notoatmodjo, 2010).
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), ada enam tingkat pengetahuan
yang dicapai dalam domain kognitif yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
xxii
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk
mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan. menyatakan dan
sebagainya
2) Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya,
aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam
suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan
kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan
xxiii
dan seperti sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk
mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.
5) Sintesa (Syntesis)
Sintesa dalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang, baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya
dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian
itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang telah ada.
c. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yakni cara tradisional
atau non ilmiah yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern
atau cara ilmiah yakni melalui proses penelitian. Lebih jelasnya dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1) Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari:
a) Cara coba – salah (Trial and Error)
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban apabila seseorang
menghadapi persoalan atau masalah upaya pemecahannya
xxiv
dilakukan dengan coba-coba. Cara coba-coba ini dilakukan
dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut
dapat terpecahkan.
b) Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
disengaja oleh orang yang bersangkutan.
c) Cara kekuasaan atau otoritas
Kehidupan sehari-hari ditemukan banyak sekali kebiasaan
dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan
seperti ini bukan hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,
melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan ini
seolah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak.
Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal. Para pemuka agama,
pemegang pemerintahan dan lain sebagainya. Dengan kata lain,
pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang
otoritas, yakni orang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun
ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.
xxv
d) Berdasarkan pengalaman sendiri
Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh
sebab itu, pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
e) Cara akal sehat (common sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran. Misalnya pemberian hadiah
dan hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak
orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
f) Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus
diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan,
terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.
Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai
wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan
manusia.
xxvi
g) Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat
sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses
penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui
intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan
cara yang rasional dan yang sistematis.
h) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan perkembangan kebudayaan
umat manusia cara manusia berfikir ikut berkembang. Dari sini
manusia mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuan. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara
melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-
pernyataan yang dikemukan. Apabila proses pembuatan
kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan yang khusus
kepada yang umum dinamakan induksi sedangkan deduksi
adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum
ke khusus.
i) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai
dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat
umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan
kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman
empiris yang ditangkap oleh indra kemudian disimpulkan ke
xxvii
dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk
memahami suatu gejala.
j) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum ke khusus. Di dalam proses berpikir deduksi
berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada
kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua persitiwa
yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.
2) Cara ilmiah atau modern
Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah, atau metodologi penelitian (research metodology).
Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon yang mengembangkan
metode berpikir induktif kemudian dikembangkan oleh Deobold van
Dallen yang menyatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan
dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan membuat
pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan
objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok :
a) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul
pada saat dilakukan pengamatan.
b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak
muncul pada saat dilakukan pengamatan.
xxviii
c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala
yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
Menurut Erfandi (2009), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang, yaitu :
1) Pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,
makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi,
maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan
formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
2) Media masa/ informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate
impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media
masa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas
xxix
pokoknya, media masa membawa pula pesan-pesan yang berisi
sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
3) Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan
demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam
individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan
direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang
dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan
professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat
xxx
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan
manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang
bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
6) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan
lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya
menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal
dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
e. Cara Pengukuran Pengetahuan
Arikunto (2006) menyebutkan bahwa pengukuran pengetahuan
dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek pendidikan atau
responden.
Menurut Riwidikdo (2010), maka digunakan perhitungan
sebagai berikut:
Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD
Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD � x � mean + 1 SD
Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD
xxxi
2. Higienitas Botol
a. Pengertian
Higienitas adalah bersih, perilaku baik, dan aman untuk
kesehatan, kebersihan fisik dan mental yang dapat menciptakan
lingkungan sehat dan tubuh yang sehat. Orang yang menjaga
kebersihan dan lingkungannya serta makanan yang dikonsumsi
(UNICEF, 2009).
Dot, yang juga dikenal sebagai dummy, soother atau pacifier,
adalah pengganti puting susu (ibu) yang biasanya terbuat dari karet
atau plastik. Non nutritive sucking seperti halnya botol, sudah lama
dikenal dalam sejarah umat manusia, penggunaannya merupakan
usaha orangtua untuk memberikan sesuatu yang dapat menenangkan
dan memberikan rasa nyaman untuk bayinya. Botol, secara universal
seakan menjadi simbol perlengkapan perawatan bayi, penggunaannya
sangat seluas di seluruh dunia (IDAI, 2009)
b. Manfaat Higienitas
Menurut UNICEF (2009), higienitas botol merupakan salah satu
cara untuk mendorong berperilaku higienis untuk mencegah
penyebaran penyakit diare. Selain itu, perilaku higienis dapat
mencegah penyebaran penyakit lain yang behubungan dengan
lingkungan seperti cacingan atau demam berdarah.
xxxii
c. Tips memilih botol bayi yang baik
Menurut Melinda (2012), dalam memilih botol susu bayi, tentunya
harus ekstra hati-hati, yaitu:
1) Pilihlah botol susu yang sesuai dengan usia bayi. Perlu
memperhatikan ujung botol bayi dan pastikan sesuai dengan ukuran
mulut bayi. Botol susu plastik memerlukan perawatan untuk
menjaga kebersihannya.
2) Apabila menggunakan botol susu plastik untuk bayi, tentunya harus
benar-benar memperhatikan kebersihannya. Bisa mensterilkan botol
susu dengan menggunakan alat steril khusus yang ada di pasaran,
atau bisa juga menggunakan air panas.
3) Saat memilih botol susu, pastikan produk tersebut tidak
mengandung bahan kimia berbahaya. Anda bisa memilih botol susu
yang terdapat tulisan “recycle” yang berarti bisa digunakan
kembali. Atau pilihlah produk dengan tanda “food grade”.
Perlu ketahui, kode-kode tersebut merupakan informasi tentang
jenis plastik botol tersebut. Berikut ini beberapa kode yang biasanya
ada pada botol yaitu:
a) PP atau Polypropylene adalah bahan yang paling aman
digunakan seperti untuk botol susu bayi atau tempat makanan.
b) LDPE atau Low Density Polyethylene adalah bahan yang dapat
didaur ulang. Bahan ini cocok untuk tempat makan.
xxxiii
c) PET atau Polyethylene Terephthalate adalah bahan yang
biasanya dipakai untuk kemasan air mineral dan hanya untuk
sekali pakai. Tidak untuk digunakan dengan air panas atau
hangat.
d) HDPE atau High Density Polyethylene adalah bahan yang
direkomendasikan hanya untuk sekali pakai saja. Bahan jenis ini
biasanya digunakan untuk botol susu yang bewarna putih susu.
e) PVC atau Polyvinyl Chloride adalah bahan plastik yang
berbahaya untuk ginjal dan hati. Bahan jenis ini sulit di daur
ulang.
f) PS atau Polystyrene adalah bahan yang biasa digunakan untuk
tempat minuman sekali pakai atau tempat makan dari styrofoam.
Bahan jenis styrene berbahaya untuk otak dan sistem saraf.
Bahkan beberapa negara sudah melarang pemakaian bahan ini.
g) Other. Jika Anda mendapatkan produk dengan simbol yang
bertuliskan kata “other” artinya adalah produk tersebut
menggunakan salah satu bahan plastik yang berasal dari
Polycarbonate, Polylactic Acid, Acrylonitrile Butadiene Styrene
Acrylic, Nylon atau Fiberglass. Anda disarankan untuk
menghindari produk yang bertuliskan polycarbonate karena
mengandung bisphenol-A (BPA) yang bisa berbahaya bagi
perkembangan anak, sistem reproduksi, saraf, daya tahan tubuh
dan bisa menyebabkan kanker.
xxxiv
Menurut Farida (2008), beberapa hal yang perlu diperhatikan
ketika memilih botol susu, yaitu:
1) Sesuaikan ukuran botol
Di pasaran terdapat berbagai ukuran botol yang biasanya menyatu
dengan dot. Untuk ukuran kecil 30-50 ml, sedang 120 ml, dan besar
di atas 200 ml. Sesuaikan dengan kebutuhan asupan susu si kecil
pada setiap kali minum. Ingat, sangat tidak dianjurkan untuk
menyisakan susu dalam botol.
2) Bahan tahan panas, tak mudah pecah dan tak beracun
Sehingga proses sterilisasi bisa dilakukan dengan aman dan mudah.
Botol yang terbuat dari bahan gelas lebih awet, tahan lama, dan
proses sterilisasinya mudah. Hanya saja, botol ini cukup berat
hingga kurang nyaman digunakan, disamping mudah pecah.
Berbeda dengan botol plastik yang lebih tahan lama. Bayi pun aman
memegang botolnya sendiri.
3) Tidak banyak gambar
Sebab gambar-gambar itu berisiko terkelupas saat disterilisasi
dalam air mendidih. Sedangkan botol dengan aksesori, seperti
kepala boneka atau mainan boleh saja dijadikan pilihan, selama tak
menyulitkan proses sterilisasi atau pemberian susu kepada bayi.
4) Memiliki ring pengatur deras
Jika diputar ke arah tertentu, aliran susu akan semakin deras atau
sebaliknya. Ada tiga pengaturan yang baku, yaitu lambat, sedang,
xxxv
dan cepat. Jadi, bisa distel sesuai kebutuhan. Jika bayi mengalami
kelainan jantung, sangat dianjurkan memiliki kelengkapan ini,
karena bayi tak dianjurkan mengisap air susu terlalu deras. Jika
tidak, napas bayi bisa tersengal-sengal bahkan menimbulkan
tersedak. Ini juga bisa digunakan terutama untuk bayi 0-3 bulan.
Dengan regulator, maka isi susu tidak keluar jika tidak diisap. Pun
saat sedang menyusu lalu bayi terlelap tidur, keberadaan regulator
sangat membantu. Tidak cuma itu. Sekat ini juga berguna untuk
menahan aliran susu jika botol miring/terbalik. Saat bepergian
dimana kita sering menyimpan botol dalam tas, tak ada
kekhawatiran lagi air susu akan tumpah.
5) Botol susu dengan pegangan
Untuk bayi 6 bulan ke atas, beri kesempatan pada si kecil untuk
memegang botolnya sendiri. Dengan begitu, selain menikmati susu,
kemampuan motoriknya juga akan terlatih
d. Cara menjaga kebersihan botol
Menurut Destika (2012), menjaga kesehatan bayi dapat
dilakukan melalui langkah sederhana dengan membersihkan botol
susunya secara rutin dan menyimpan botol susu di tempat yang tepat.
Hal ini memang sebuah langkah sederhana, namun mampu memberi
dampak besar bagi kesehatan bayi. Karena itu, jika hendak memberi
susu melalui botol, tip kebersihan yaitu:
xxxvi
1) Menjaga kebersihan botol susu
Menjaga botol susu agar tetap steril. Botol susu perlu dicuci
menggunakan air panas. Merendamnya di dalam air panas selama
beberapa menit. Mencuci puting botol susu menggunakan air panas
agar terhindar dari kuman.
2) Jangan menyimpan susu lebih lama di dalam botol susu
membuang sisa susu di dalam botol. Sisa susu yang dibiarkan
tersimpan lama di dalam botol hanya akan menumbuhkan bakteri
dan bau busuk. Hal ini dapat menurunkan tingkat kebersihan botol
susu si kecil.
3) Jaga botol susu agar tetap kering
Botol yang basah dan dibiarkan tertutup dapat menjadi rumah bagi
bakteri dan kuman. Karena itu, setelah mencuci botol susu, harus
segera mengeringkannya menggunakan kain bersih.
4) Cuci puting botol susu
Mencuci puting botol setiap hari. Saat mencuci, perlu
membersihkan puting botol susu menggunakan spon lembut agar
tidak mudah sobek dan harus mencucinya dengan baik, terutama
pada sudut-sudut tutup botol dan putingnya.
e. Metode sterilisasi Botol Bayi
Menurut Safitri (2008), berbagai metode sterilisasi botol, yaitu:
1) Sterilisasi dengan uap listrik
xxxvii
Memerlukan waktu sekitar 10 menit, ditambah waktu untuk
mendinginkan peralatan. Kelebihannyatiadk memerlukan
pembilasan lagi setelahnya dan memiliki kapasitas besar.
Kekurangannya alat ini tidak bisa dibawa kemana-mana karena
memerlukan daya listrik, harus sering dibersihkan dan memilii
harga yang cukup mahal.
2) Steamer microwave
Membutuhkan waktu sekitar 5 menit, peralatan tetap steril dengan
3 jam jika penutup dibiarkan pada tempatnya. Alat ini juga
menggunakan uap untuk menghilangkan bakteri, tapi harganya
lebih murah. Kapasitas yang dimiliki tidak terlalu besar dan alat ini
tidak bisa mensterilkan alat makan seperti sendok atau mangkuk
logam.
3) Merebus
Membutuhkan waktu sekitar 10 menit, panci tidak boleh digunakan
untuk keperluan lain karena dot dapat rusak lebih cepat. Selain itu
segera angkat dan meniriskan botol kemudian menyimpan di
tempat yang bersih dan kering. Jika dibiarkan hingga air menjadi
dingin akan membuat mikroorganisme masuk dan menempel di
botol.
xxxviii
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: modifikasi Notoatmodjo (2010), Destika (2012)
Pengetahuan
Ibu
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pengetahuan :
1. Pendidikan
2. Media masa/informasi
3. Sosial budaya dan ekonomi
4. Lingkungan
5. Pengalaman
6. Usia
Higienitas Botol
1. Pengertian higienitas
botol
2. Manfaat higienitas botol
3. Tips memilih botol bayi
yang baik
4. Cara Menjaga Kebersihan
Botol
5. Metode sterilisasi Botol
Bayi
xxxix
C. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
= diteliti
= tidak diteliti
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Baik
Cukup
Kurang
Pengetahuan Ibu
tentang Higienitas Botol Bayi
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pengetahuan :
1. Pendidikan
2. Media masa/informasi
3. Sosial budaya dan ekonomi
4. Lingkungan
5. Pengalaman
6. Usia
xl
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif.
Menurut Nursalam (2008), penelitian deskritptif bertujuan untuk
mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa yang penting yang terjadi
pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih
menekankan pada data factual daripada penyimpulan. Penelitian kuantitatif
adalah teknik yang digunakan untuk mengolah data yang berbentuk angka,
baik sebagai hasil pengukurang maupun hasil konvensi (Nototatmodjo, 2010).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data
selama kasus berlangsung (Budiarto, 2003). Penelitian ini dilakukan di
Posyandu Teratai VIII Desa Gabus Etan Ngrampal Sragen.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk
memperoleh data penelitian yang dilaksanakan (Budiarto, 2003). Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan September 2012 – Juli 2013.
xli
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010).
Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang
mempunyai balita yang memakai botol ASI di Posyandu Teratai VIII Desa
Gabus Etan Ngrampal Sragen yang berjumlah 43 responden.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Arikunto (2006), jika populasi kurang dari 100 maka lebih
baik diambil semua dan jika jumlah subyek lebih dari 100, maka dapat
diambil 10 – 15% atau 20-25%. Jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sejumlah 43 responden.
3. Teknik sampling
Teknik sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan
dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan
mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2007). Teknik sampling
adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili
populasi. Cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar
memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan objek
penelitian (Nursalam, 2009).
xlii
Teknik pengambilan sampel yaitu dengan sampling jenuh. Menurut
Sugiyono (2010), sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel
D. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam. Kuisioner yang digunakan
untuk mengetahui pengetahuan ibu adalah kuesioner tertutup. Kuesioner
tertutup yaitu kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga
responden tinggal memilih (Arikunto, 2010). Kuesioner diambil dari
sumber teori tentang higienitas botol bayi.
2. Kisi-Kisi Kuesioner
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner tentang Higienitas Botol Bayi
Variabel Indikator Pernyataan Jumlah
Soal Favourable Unfavourable
Tingkat pengetahuan
Ibu tentang higienitas botol
bayi
1. Pengertian higienitas botol
1,3 2 3
2. Manfaat higienitas botol
4 2
3. Tips memilih botol bayi yang
baik
5,6,7,8,10,1213,15
9,11,14 12
4. Cara Menjaga Kebersihan Botol
16,18,21,22,23
17,19,20,24 10
5. Metode sterilisasi Botol Bayi
25,26 3
Jumlah 16 8 26
3. Cara penilaian
Kuesioner dalam penelitian ini dengan sistem penilaian pernyataan dengan
kriteria positif (favorable) yaitu bila responden memilih jawaban “benar”
xliii
nilainya 1 jika responden memilih jawaban “salah” nilainya 0 dan kriteria
negatif (unfavorable) bila responden memilih jawaban “salah” nilainya 1
dan jika responden memilih jawaban “benar” nilainya 0.
E. Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan
reabilitas dengan karakteristik seperti sejenis di luar lokasi penelitian yaitu di
Posyandu Asoka IV Desa Bener Ngrampal Sragen pada tanggal 14 Februari
2013 kepada 30 responden dengan 30 pernyataan.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2010). Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya
hendak diukur.
Uji validitas dengan menggunakan rumus product moment dengan
bantuan program SPSS for windows versi 16.0, rumus product moment,
yaitu:
Keterangan:
N : Jumlah responden
rxy : Koefisien korelasi product moment
( ) ( ) }Y - Y{N }XX{
YX. - XY . N
222 2ΣΣΣ−Σ
ΣΣΣ=
Nrxy
xliv
x : Skor pertanyaan
y : Skor total
xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total
Instrument dikatakan valid jika nilai rhitung > rtabel (0,361).
Setelah dilakukan uji validitas kepada 30 responden dengan 30 pernyataan.
Setelah dilakukan uji didapatkan 26 pernyataan valid dan 4 nomor
pernyataan tidak valid yaitu 4 dengan nilai 0,214 < 0,361, 17 dengan nilai
0,069 < 0,361, 24 dengan r hitung 0,064 < 0,361 dan 29 dengan nilai r
hitung 0,165 < 0,361. Selanjunya nomor yang tidak valid tidak digunakan
dalam penelitian.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan
bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban
tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,
maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2006).
Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha
Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Windows. Rumus
Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:
��
���
� Σ−��
���
�
−=
t
b
k
kr
2
2
11 11 σ
σ
xlv
Keterangan:
r11 = Reliabilitas Instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
��b2 = Jumlah varian butir
�t2
= Varians total
Instrumen dikatakan reliabel jika nilai alpha cronbach’s > rkriteria (0,60)
(Ghozali, 2005). Setelah dilakukan uji reliabilitas pada 14 Februari 2013
dari 26 pernyataan dengan menggunakan program SPSS for windows versi
16.0 didapatkan hasil nilai alpha cronbach’s sebesar 0,854 > 0,60,
sehingga instrumen dikatakan reliabel.
F. Teknik Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar
pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner pada ibu di Posyandu
Teratai VIII Desa Gabus Etan Ngrampal Sragen, kemudian menjelaskan
tentang cara pengisiannya. Responden disuruh mengisi kuesioner dengan
selesai dan kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang
diperoleh terdiri dari:
1. Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek
penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2006).
Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner
tentang higienitas botol yang diisi ibu.
xlvi
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
objek penelitian (Riwidikdo, 2006). Data sekunder didapatkan dari data
berdasarkan dari data demografi di Posyandu Teratai VIII Desa Gabus Etan
Ngrampal Sragen yaitu jumlah ibu di Posyandu Teratai VIII Desa Gabus
Etan Ngrampal Sragen
G. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Dalam
penelitian menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan tentang
higienitas botol bayi.
H. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup
atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti
(Notoatmodjo, 2010).
Tabel 3.2 Definisi Operasional
Nama
Variabel
Pengertian Skala Alat
Ukur
Hasil
xlvii
Pengetahuan Ibu tentang
higienitas
botol
Kemampuan Ibu menjawab
kuesioner
tentang higienitas
botol
Ordinal Kuesioner 1. Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) >
mean + 1 SD
2. Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD � x �
mean + 1 SD
3. Kurang : Bila nilai responden
yang diperoleh (x) < mean – 1 SD
I. Metode Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya
adalah pengolahan data. Proses pengolahan data menurut Arikunto (2006)
adalah:
a. Editing
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban
dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian
dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing
dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak
sesuai dapat segera dilengkapi.
b. Coding
Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-
tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data
selanjutnya.
c. Tabulating
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban
kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke
dalam tabel.
xlviii
2. Analisis Data
Menurut Notoatmodjo (2005), analisa univariat yaitu menganalisa
terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan
distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Penelitian ini hanya
mendeskirpsikan pengetahuan responden tentang tingkat pengetahuan ibu
tentang higienitas botol.
Menurut Riwidikdo (2009), maka digunakan perhitungan sebagai
berikut:
Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD
Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD � x � mean + 1 SD
Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD
Menurut Notoatmodjo (2007), rumus mean yaitu:
Rumus : X = n
x�
Keterangan :
X : rata-rata ( mean )
� x : Jumlah seluruh jawaban responden
n : Jumlah responden
Simpangan baku (standard deviation) adalah ukuran yang dapat
dipakai untuk mengetahui tingkat penyebaran nilai-nilai (data) terhadap
rata-ratanya.
Rumus :
SD = 1
)( 2
2
−
−��
n
n
xixi
xlix
Keterangan:
x : nilai responden
n : jumlah responden
Untuk mendapatkan distribusi persentase pengetahuan Ibu tentang
higienitas botol digunakan rumus persentase. Menurut Silalahi (2012),
rumus prosentase yaitu:
fi
Persen = ––– x 100
n
fi = Frekuensi
n = total kasus
J. Etika Penelitian
Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian
dengan memperhatikan masalah etika menurut Hidayat (2007), meliputi :
1. Informed Consent ( lembar persetujuan menjadi responden)
Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian peneliti
menjelaskan maskud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta
manfaat yang dilakukannya penelitian. Setelah diberikan penjelasan,
lembar persetujuan diberikan kepada subyek penelitian. Jika subyek
penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk diteliti maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika subyek
l
penelitian menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan
tetap menghormati haknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan subyek penelitian, peneliti tidak
mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan
inisial dan memberi nomor pada masing–masing lembar tersebut.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh oleh subyek penelitian
dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan
disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.
li
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Posyandu Teratai VIII Desa Gabus Etan Kecamatan Ngrampal
Kabupaten Sragen merupakan Pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kabupaten
Sragen yang bertanggung jawab di wilayah kerja Puskesmas Ngrampal Sragen.
Posyandu Teratai VIII Desa Gabus Etan Kecamatan Ngrampal Kabupaten
Sragen berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup yang sehat bagi setiap penduduk
agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Posyandu Posyandu Teratai
VIII Desa Gabus Etan Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen memiliki 4
Kader yang terdiri dari 6 kader aktif dan 2 Kader non aktif.
Sasaran utama Posyandu Teratai VIII Desa Gabus Etan Kecamatan
Ngrampal Kabupaten Sragen terdiri dari upaya kesehatan bayi, anak balita, ibu
hamil, ibu nifas dan ibu menyusui serta Pasangan Usia Subur (PUS). Tujuan
dari posyandu Posyandu Teratai VIII Desa Gabus Etan Kecamatan Ngrampal
Kabupaten Sragen yaitu menunjang percepatan penurunan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi khususnya di Kabupaten Sragen dan
Indonesia pada umumnya melalui pemberdayaan masyarakat.
lii
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini mengambil judul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
Higienitas Botol Bayi di Posyandu Teratai VIII Desa Gabus Etan Ngrampal
Sragen, tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi dilihat pada tabel
di bawah ini :
1. Mean dan Standar Deviasi
Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi
Variabel Mean Standar Deviasi
Tingkat pengetahuan ibu
tentang higienitas botol
bayi
17,9 3,5
Sumber: SPSS versi 16.0
Setelah dilakukan perhitungan dengan program SPSS didapatkan nilai
mean sebesar 17,9 dan standari deviasi sebesar 3,5.
a. Baik : (x) > mean+1 SD
(x) > 17,9 + 1 x 3,5
(x) > 21,4
Jadi Pengetahuan baik jika nilai responden x > 21,4
b. Cukup: mean – 1SD � x � mean + 1 SD
17,9 – 1 x 3,5 � x � 17,9 + 1 x 3,5
(x) 14,4 � x � 21,4
Jadi Pengetahuan cukup jika nilai responden 14,4 � x � 21,4
c. Kurang : (x) < mean–1 SD
(x) < 17,9 – 1 x 3,5
(x) < 14,4
Jadi Pengetahuan kurang jika nilai responden < 14,4
liii
2. Tingkat pengetahuan
Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi dapat diketahui tingkat
pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi di Posyandu Teratai VIII
Desa Gabus Etan Ngrampal Sragen sebagai berikut :
Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Higienitas Botol Bayi di
Posyandu Teratai VIII Desa Gabus Etan Ngrampal Sragen
No Pengetahuan Jumlah Persentase(%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
8
26
9
18,6
60,5
20,9
Total 43 100
Sumber: Data Primer (April 2013)
Berdasarkan pada tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi di Posyandu Teratai VIII
Desa Gabus Etan Ngrampal Sragen responden dengan tingkat pengetahuan
baik sebanyak 8 responden (18,6%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak
26 responden (60,5%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 9
responden (20,9%).
C. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan responden dengan tingkat pengetahuan
ibu tentang higienitas botol bayi di Posyandu Teratai VIII Desa Gabus Etan
Ngrampal Sragen responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 8
responden (18,6%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 26 responden
(60,5%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 9 responden (20,9%).
liv
Menurut Nashrulloh (2009), pengetahuan adalah apa yang diketahui
oleh manusia atau hasil pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu
merupakan milik atau isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses
usaha manusia untuk tahu.
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan (knowledge) adalah hasil
tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”. Pada dasarnya
pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia terhadap sesuatu, atau segala
perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat
berwujud barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula
objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan
dengan masalah kejiwaan (Notoatmodjo, 2010).
Hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi
di Posyandu Teratai VIII Desa Gabus Etan Ngrampal Sragen responden
dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 8 responden (18,6%). Seiring
dengan perkembangan teknologi saat ini sehingga informasi tentang higienitas
botol bayi dapat didapat melalui beberapa media elektronik maupun media
cetak. Menurut Erfandi (2009), informasi yang diperoleh baik dari pendidikan
formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian
lv
informasi sebagai tugas pokoknya, media masa membawa pula pesan-pesan
yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Menurut Erfandi (2009), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang, yaitu, pendidikan dan pekerjaan. Pendidikan adalah
suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan
di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi
proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut
untuk menerima informasi. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka
orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga
dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
Responden dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 26 responden
(60,5%) mayoritas responden salah dalam menjawab pernyataan tentang cara
menjaga higienitas botol. Berdasarkan karakteristik responden di Posyandu
Teratai VIII Desa Gabus Etan Ngrampal, Sragen kebanyakan berumur 20 – 35
tahun. Menurut Erfandi (2009), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang, yaitu usia. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap
dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang
pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin membaik.
Hasil penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian yang
dilakukan Hapsari, A (2012), dengan judul Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
lvi
Higienitas Botol Bayi di Desa Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten
Sragen”, hasil dari penelitian ini tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas
botol bayi di Desa Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen tingkat
pengetahuan baik sebanyak 3 ibu (10%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak
12 ibu (40%) sedangkan pengetahuan kurang sebanyak 15 ibu (50%), sehingga
mayoritas Tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi pada tingkat
kurang.
D. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini mempunyai kelemahan, yaitu :
1. Kendala
Waktu pengambilan data responden kurang memahami pernyataan dan
banyak pernyataan yang dilewati sehingga pengisian kuesioner tidak
lengkap sehingga harus mengulang untuk pengisian kuesioner.
2. Kelemahan
Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga hasil
penelitian terbatas pada pengetahuan. Penelitian ini akan berbeda hasil
jika menggunakan lebih dari 1 variabel penelitian. Kuesioner yang
digunakan kuesioner tertutup sehingga responden hanya bisa menjawab
“ya” atau “tidak” dan jawaban responden belum bisa untuk mengukur
pengetahuan secara mendalam.
lvii
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini mengambil judul “tingkat pengetahuan ibu tentang
higienitas botol bayi di Posyandu Teratai VIII desa Gabus Etan Ngrampal
Sragen Tahun 2013”. Tingkat pengetahuan responden dapat disimpulkan
sebagai berikut:
d. Tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi di Posyandu Teratai
VIII Desa Gabus Etan Ngrampal Sragen dengan tingkat pengetahuan baik
sebanyak 8 responden (18,6%)
e. Tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi di Posyandu Teratai
VIII Desa Gabus Etan Ngrampal Sragen dengan tingkat pengetahuan cukup
sebanyak 26 responden (60,5%).
f. Tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi di Posyandu Teratai
VIII Desa Gabus Etan Ngrampal Sragen dengan tingkat pengetahuan
kurang sebanyak 9 responden (20,9%).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas saran yang diberikan penulis yaitu:
4. Bagi Posyandu
Diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan peserta posyandu
dengan meningkatkan penyuluhan-penyuluhan khususnya pemakaian botol
lviii
ASI yang higienis pada bayi sehingga tidak terjadi penyakit diare pada
bayi.
5. Bagi Responden
Diharapkan masyarakat khususnya ibu di Posyandu Teratai VIII Desa
Gabus Etan Ngrampal Sragen lebih meningkatkan pengetahuan tentang
higienitas botol dengan aktif mengikuti penyuluhan-penyuluhan yang
diadakan tenaga kesehatan setempat dan lebih banyak membaca serta
mencari informasi dari media elektronik maupun media cetak.
6. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat mengembangkan atau
menambah variabel penelitian, sehingga akan didapatkan penelitian yang
lebih baik.