PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan...

25
1 PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON BANTUL TENTANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Patmisari, dan Pembimbing Anang Priyanto, M.Hum ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untukuntuk mengetahui kecenderungan persepsi warga Desa Panggungharjo Sewon Bantul tentang kekerasan dalam rumah tangga. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.Populasi dalam penelitian ini adalah warga Desa Panggungharjo Sewon Bantul.Teknik pengambilan sampel yaitu purposive proportional random samplingLokasi yang terpilih sebagai sampel yaitu di RT 03 Dusun Geneng, RT 08 Perum Alam Citra Dusun Cabeyan, RT 09 Dusun DongkelanDesa Panggungharjo Sewon Bantul. Jumlah sampel seluruhnya adalah 108 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi dengan rumuskorelasi Pearson (product momen) dengan hasil dari 36 item pernyataan 27 item pernyataan valid dan 9 item pernyataan tidak valid, sedangkan uji reliabilitasnya menggunakan teknik Alfa Cronbachdengan hasil 0,922. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dengan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Persepsi warga Desa Panggungharjo secara umum yaitu sebanyak 313 orang (48,3%) mempersepsikan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri, anak, orang tua pasangan dan pembantu rumah tangga, atau kekerasan yang dilakukan istri terhadap suami atau anak, orang tua pasangan dan pembantu rumah tangga yang berakibat penderitaan fisik dan psikis. Sebanyak 273 orang (42,1%)mempersepsikan jenis kekerasan dalam rumah tangga adalah kekerasan fisik, psikis, seksual dan ekonomi. Sebanyak 40 orang (37%) mempersepsikan memaksa istri untuk melayani kebutuhan seksual bukan kekerasan dalam rumah tangga. Warga desa mempersepsikan anggapan kekerasan dalam rumah tangga masalah pribadi, ketimpangan relasi laki-laki dan perempuan, ketergantungan istri terhadap suami, sikap abai masyarakat terhadap kekerasan dalam rumah tangga bukan penyebab maraknya kekerasan dalam rumah tangga dengan frekuensi 496 orang (51%).Warga desa mempersepsikan perlindungan korban kekerasan dalam rumah tangga dibutuhkan oleh korban dengan frekuensi 305 orang (47,1%). 2) Persepsi warga Desa Panggungharjo berdasarkan karakteristik responden yaitu warga desa berjenis kelaminlaki-laki 21 orang (41,2%) dan perempuan 23 orang (40,4%) mempersepsikan memaksa istri untuk melayani kebutuhan seksual bukan kekerasan rumah tangga. Warga desa yang berusia 51-60 tahun sebanyak 9 orang (45%) tahun mempersepsikan kekerasan ekonomi bukan kekerasan dalam rumah tangga dan sebanyak 12 orang (35%) yang berusia 41-50 tahun mempersepsikan dukungan bagi korban kekerasan dalam rumah tangga cukup dari keluarga. Warga desa tamatan SD sebanyak 8 orang (47%), SMP 7 orang (50%), dan SMA 16 orang (39%) mempersepsikan masalah kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah pribadi. Ibu rumah tangga sebanyak 12 orang (39%) mempersepsikansengaja membiarkan istri dan anak terlantar tanpa diberi nafkah bukankekerasan dalam rumah tangga. Kata kunci:persepsi warga desa, kekerasan dalam rumah tangga.

Transcript of PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan...

Page 1: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

1

PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON BANTUL TENTANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Patmisari, dan Pembimbing Anang Priyanto, M.Hum

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untukuntuk mengetahui kecenderungan persepsi warga Desa Panggungharjo Sewon Bantul tentang kekerasan dalam rumah tangga.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.Populasi dalam penelitian ini adalah warga Desa Panggungharjo Sewon Bantul.Teknik pengambilan sampel yaitu purposive proportional random samplingLokasi yang terpilih sebagai sampel yaitu di RT 03 Dusun Geneng, RT 08 Perum Alam Citra Dusun Cabeyan, RT 09 Dusun DongkelanDesa Panggungharjo Sewon Bantul. Jumlah sampel seluruhnya adalah 108 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi dengan rumuskorelasi Pearson (product momen) dengan hasil dari 36 item pernyataan 27 item pernyataan valid dan 9 item pernyataan tidak valid, sedangkan uji reliabilitasnya menggunakan teknik Alfa Cronbachdengan hasil 0,922. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dengan persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Persepsi warga Desa Panggungharjo secara umum yaitu sebanyak 313 orang (48,3%) mempersepsikan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri, anak, orang tua pasangan dan pembantu rumah tangga, atau kekerasan yang dilakukan istri terhadap suami atau anak, orang tua pasangan dan pembantu rumah tangga yang berakibat penderitaan fisik dan psikis. Sebanyak 273 orang (42,1%)mempersepsikan jenis kekerasan dalam rumah tangga adalah kekerasan fisik, psikis, seksual dan ekonomi. Sebanyak 40 orang (37%) mempersepsikan memaksa istri untuk melayani kebutuhan seksual bukan kekerasan dalam rumah tangga. Warga desa mempersepsikan anggapan kekerasan dalam rumah tangga masalah pribadi, ketimpangan relasi laki-laki dan perempuan, ketergantungan istri terhadap suami, sikap abai masyarakat terhadap kekerasan dalam rumah tangga bukan penyebab maraknya kekerasan dalam rumah tangga dengan frekuensi 496 orang (51%).Warga desa mempersepsikan perlindungan korban kekerasan dalam rumah tangga dibutuhkan oleh korban dengan frekuensi 305 orang (47,1%). 2) Persepsi warga Desa Panggungharjo berdasarkan karakteristik responden yaitu warga desa berjenis kelaminlaki-laki 21 orang (41,2%) dan perempuan 23 orang (40,4%) mempersepsikan memaksa istri untuk melayani kebutuhan seksual bukan kekerasan rumah tangga. Warga desa yang berusia 51-60 tahun sebanyak 9 orang (45%) tahun mempersepsikan kekerasan ekonomi bukan kekerasan dalam rumah tangga dan sebanyak 12 orang (35%) yang berusia 41-50 tahun mempersepsikan dukungan bagi korban kekerasan dalam rumah tangga cukup dari keluarga. Warga desa tamatan SD sebanyak 8 orang (47%), SMP 7 orang (50%), dan SMA 16 orang (39%) mempersepsikan masalah kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah pribadi. Ibu rumah tangga sebanyak 12 orang (39%) mempersepsikansengaja membiarkan istri dan anak terlantar tanpa diberi nafkah bukankekerasan dalam rumah tangga.

Kata kunci:persepsi warga desa, kekerasan dalam rumah tangga.

Page 2: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

2

A. PENDAHULUAN

Telah diundangkanUndang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, menjadikan kekerasan dalam

rumah tangga yang semula dianggap sebagai masalah pribadi kini menjadi

masalah publik dan perbuatan kriminal.Hak kaum wanita untuk terbebas dari

kekerasanbaik secara fisik, seksual, psikologi, atau penelantaran rumah tangga

terjamin dengan berlakunya Undang-Undang No.23 Tahun2004 tentang

Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Namun kenyataanya, masih

banyak terjadi kekerasan dalam rumah tangga.Ironisnya kasus kekerasan

dalam rumah tangga sering ditutup-tutupi oleh si korban karena terpaut

dengan struktur budaya, agama dan sistem hukum yang belum

dipahami.Padahal perlindungan oleh negara dan masyarakat bertujuan untuk

memberi rasa aman terhadap korban serta menindak pelakunya.Salah satu

faktor yang mempengaruhi kekerasan dalam rumah tangga tetap adabahkan

terus mengalami peningkatan adalah adanya persepsi sosial bahwa kekerasan

yang dilakukan oleh suami adalah wajar sebagai bentuk pendisiplinan suami

terhadap istri.Kebanyakan masyarakat berkeyakinan bahwa masalah dalam

keluarga adalah masalah internal keluarga masing-masing, termasuk juga

persoalan kekerasan di dalamnya. Keluarga dan korban sendiri akan merasa

malu jika aib keluarga terdengar sampai keluar rumah (Faqihuddin A.K, 2008

:34-36).

Bukti bahwa masih terjadi kekerasan dalam rumah tangga setelah

lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan dalam Rumah Tangga,dapat dilihat dari data pelaporan kasus

kekerasan dalam rumah tangga dari Polres Bantul. Dari bulan Januari hingga

Desember 2013 telah tercatat 30 kasus kekerasan dalam rumah tangga yang

dibawa ke ranah hukum .Berikut data laporan kasus kekerasan dalam rumah

tangga di Bantul dari bulan Januari hingga Desember 2013.

Page 3: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

3

Tabel 1.1Data Laporan Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tanggadi

Kabupaten Bantul

No Pela

ku/

Korb

an

Nama Jns

Kl

m

Umur

(th)

Pend. Jns

Kekerasan

Lokasi

1 K Ari F P 26 SMP Fisik Bambanglipuro

P Aris M L 28 SMP

2 K

Dwi K

P

18 SMP

Pelecehan

seksual Sedayu

P Rubi S L 30 SMP

3 K Danu Eka L 17 SMP Fisik Jetis

P Mudianto

ro

L

47 SMP

4 K

Farida D

P

15 SD

Pelecehan

seksual Sewon

P Heru S L 24 SD

P Nuri H L 19 SMP

5 K

Sundari

P

17 SMP

Pelecehan

Seksual Imogiri

P Ngadino L 40 SD

6 K Indah S P 38 SMP Fisik Banguntapan

P Sartoyo L 46 SMP

7 K Indri C P 31 SMP Fisik Banguntapan

P Didik c L 35 SMP

8 K

Suci B L

P

40 SMA

Penelanta

Ran Kasihan

P Devi R L 38 SMP

Page 4: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

4

9 K Hanifah P 21 SMP Fisik Pandak

P Eko P L 28 SMP

10 K Rizky S L 7 SD Fisik Banguntapan

P Indah S P 35 SMA

11 K Rosita SE P 33 SMP Fisik Banguntapan

P Dwi C L 33 SMP

12 K Bekti R P 38 SMA Fisik Banguntapan

P Anang W L 36 SMA

13 K Retno S P 24 SMP Fisik Sewon

P

Wahyu T

L

28 SMA

14 K Yuswani P 47 SMA Fisik Bantul

P Rachma L 49 SMA

Tabel 1.1 Data Laporan Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tanggadi

Kabupaten Bantul

No Pela

ku/

Korb

an

Nama Jns

Kl

m

Umur

(th)

Pend. Jns

Kekerasan

Lokasi

15 K Dwi

Nanta

L

39 S1 Fisik Jetis

P Supriha

Tin

P

36 SMA

16 K Kusmar

Yanti

P

42 S1 Psikis Bantul

P Amril N L 38 S1

17 K Dewi A P 30 SMA Fisik Sewon

P Siswanto L 33 SMA

Page 5: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

5

ro

18 K Rondiah P 38 SMA Fisik Banguntapan

P Karjono L 37 SMA

19 K Ifahni P 11 SD Pencabulan Imogiri

P Sukari L 38 SMP

20 K Febri S P 17 SMP Fisik Sewon

P Rocmad L 50 SMP

21 K Suprati

Nah

P

44 SMP Fisik

Banguntapan

P Sumarwa

nto

L

46 SMP

22 K Anita D P 19 SMP Fisik Kasihan

P Aziz A L 20 SMP

23 K Septi U P 16 SD Pencabulan Kasihan

P Okti IC L 27 SMP

24 K Dwi P Kasihan

P Ambaris

wanto

L

25 K Rifani F P 20 Fisik Sewon

P Sulisdiya

nto

L

29

26 K Waginah P 49 Fisik Sewon

P Pardiyar

To

L

50

27 K Rini P 31 Fisik Kasihan

P Wantoro L 35

Tabel 1.1 Data Laporan Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga di

Kabupaten Bantul

Page 6: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

6

No Pela

ku/

Korb

an

Nama Jns

Kl

m

Umur

(th)

Pend. Jns

Kekerasan

Lokasi

28 K Rita WS P 39 Kasihan

P Suharyo

No

L

37

29 K Venska

MB

P

29

Penelantara

n Sewon

P Fajar DS L 29

30 K Yeni

VD

P

29

Fisik

Kasihan

P NanangH L 33

Sumber :Data Dokumen Satreskrim Unit PPA Polres Bantul 2013

Dari data di atas dapat dilihat lokasi kekerasan dalam rumah tangga

paling banyak ada di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Banguntapan ada 7 kasus

kekerasan dalamrumah tangga, di Kecamatan Kasihan ada 7 kasus kekerasan

dalamrumah tangga, dan di Sewon ada 7 kasus kekerasan dalam rumah

tangga. Di ketiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Banguntapan,

Kecamatan Kasihan dan Kecamatan Sewon sama-sama terdapat 7 kasus

kekerasan dalam rumah tangga. Jika dibandingkan dengan jumlah kartu

keluarga (KK), Kecamatan Sewon adalah daerah yang paling berpotensi

terjadi kekerasan dalam rumah tangga. Tabel 1.2 berikut menunjukkan

perbandingan jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga dibandingkan

dengan jumlah kartu keluarga (KK) setiap kecamatan di Kabupaten Bantul.

Tabel 1.2 Perbandingan Data KasusKekerasan dalam RumahTangga

denganJumlah Kartu Keluarga setiapKecamatan.

Page 7: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

7

No Kecamatan Jumlah

Kasus

Kekerasan

dalam

Rumah

Tangga

Presentase

Jumlah

Kasus

(%)

Jumlah

Kartu

Keluarga

(KK)

Presentase

Jumlah

KK

(%)

1. Sedayu 1 3,33 12.753 4,94

2. Kasihan 7 23,33 27.177 10,52

3. Banguntapan 7 23,33 27.296 10,56

4. Piyungan - - 14.006 5,42

5. Sewon 7 23,33 25.119 9,72

6. Pajangan - - 9.626 3,73

7. Bantul 2 6,67 17.517 6,78

8. Pleret - - 12.815 4,96

9. Pandak 1 3,33 15.474 5,99

10 Jetis 2 6,67 16.472 6,37

11. Dlingo - - 11.945 4,62

12. Bambanglipuro 1 3,33 12.070 4,67

13. Srandakan - - 8.932 3,46

14. Sanden - - 9.850 3,81

15. Kretek - - 9.470 3,66

16 Pundong - - 9.927 3,84

17. Imogiri 2 6,67 17.845 6,91

Jumlah 30 258.294

Sumber : Data Dokumen Satreskrim Unit PPA Polres Bantul 2013,Badan

Kesejahteraan Keluarga, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga

Berencana 2012 dengan Pengolahan Data dari Peneliti April 2014.

Page 8: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

8

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 7kasus kekerasan dalam

rumah tangga dari 27.296kartu keluarga (KK) di Banguntapan,kasus

kekerasan dalam rumah tangga dari 27.177 kartu keluarga (KK) di Kasihan

dan 7kasus kekerasan dalam rumah tangga dari 25.119 kartu keluarga di

Sewon.Kecamatan Sewon adalah kecamatan yang paling sedikit jumlah kartu

keluarganya (KK) dibandingkan dengan Kecamatan Banguntapan dan

Kecamatan Kasihan,sedangkan di ketiga kecamatan tersebut sama-sama

terjadi 7 kasus kekerasan dalam rumah tangga. Dapat disimpulkan bahwa

kecamatan Sewon lebih berpotensi terjadi kekerasan dalam rumah tangga

dibandingkan dengan Kecamatan Banguntapan dan Kecamatan Kasihan.

Kecamatan Sewon terdiri dari 4 desa, yaitu desa Pendowoharjo,

Panggungharjo, Timbulharjo dan Bangunharjo. Dari data laporan 7 kasus

kekerasan dalam rumah tangga di Kecamatan Sewon, 3 kasus kekerasan

dalam rumah tangga terjadi di Desa Panggungharjo, 2 kasus kekerasan dalam

rumah tangga terjadi di Desa Timbulharjo, dan 2 kasus terjadi diDesa

Bangunharjo.

Desa Panggungharjomerupakan desa dimana di desa tersebut terdapat

banyak pesantren, di antaranya pesantren Al Mubarok, Aji Mahasiswa Al

Muhsin, Al Busyro, Al Kandiyas, Al Masyhuriyyah, Al unawir, Ali Maksum,

Komplek Huffadz I, Komplek L, Komplek Q, Nurrusalam Putri, Hindun

Anisah, Darul Muhaimin, Huffadh II, Al Satibi Komplek T (Forum

Komunikasi Pondok Pesantren Bantul : 2009).Masyarakat sekitar Desa

Panggungharjodapat diasumsikan sebagai masyarakat yang agamis karena

dipengaruhi oleh lingkungan sekitar pesantren, sehingga masyarakat mampu

bertindak sesuai dengan ajaran agama, dan menghindarkan diri dari perbuatan

yang dilarang termasuk perbuatan kekerasan.Tujuan umum dari pondok

pesantren menurut Abdul Rachman Saleh(Majalah Pendidikan : 2011) yaitu

membina warga negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran

agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi

Page 9: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

9

kehidupannya serta menjadikan sebagian orang yang berguna bagi agama,

masyarakat, dan negara.

Selain itu di Desa Panggungharjo, berdasarkan informasi dari

beberapa ketua Rukun Tetangga (RT) di Desa Panggungharjo, yaitu RT 03

Dusun Geneng, RT 08 Perum Alam Citra Cabeyan, dan RT 09 Dusun

Dongkelan, warga Desa Panggungharjo belum pernah mendapatkan

sosialisasi tentang kekerasan dalam rumah tangga.

Lingkungan Desa Panggungharjo yang termasuk daerah sekitar

pesantren ini akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mempersepsi

suatu tindakan. Kehidupan individu tidak dapat lepas dari lingkungannya,baik

lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Individu secara langsung

menerima stimulus dari luar dirinya, dan ini berkaitan dengan

persepsi(BimoWalgito 2004 : 87). Selain itu, warga desa Panggungharjo yang

belum pernah mendapatkan sosialisasi tentang Penghapusan Kekerasan

dalamrumah tangga akan mempengaruhi kemampuan warga Desa

Panggungharjo dalam mempersepsikan kekerasan dalam rumah tangga.

Di Desa Panggungharjo masih terjadi kekerasan dalam rumah tangga

meskipun Desa Panggungharjo merupakan desa yang banyak terdapat

pesantren. Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa warga Desa

Panggungharjo memiliki persepsi tersendiri tentang kekerasan dalam rumah

tangga dikarenakan warga Desa Panggungharjo merupakan lingkungan daerah

sekitar pesantren, dan warga Desa Panggungharjo belum pernah

mendapatkan sosialisasi tentang kekerasan dalam rumah tangga.

B. KAJIAN TEORI

1. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Page 10: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

10

Menurut Stephen P.Robbins (2003: 169) persepsi adalah proses

yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka

dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Meski

demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan

obyektif.

Persepsi merupakan kesan,tanggapan/pandangan atau pemahaman

sesorang tentang obyek di luar diri individu.

b. Faktor-faktor yang Berperan dalam Persepsi

Menurut Bimo Walgito (2004:89-90), ada tiga faktor yang

berperan dalam persepsi,yaitu :

1) Objek yang dipersepsi

2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

3) Perhatian

2. Warga Desa/Masyarakat

Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari berapa

manusia,yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan

pengaruh mempengaruhi satu sama lain(Hassan Shadily, 1983: 47).

Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup

karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu.Masyarakat

adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan(Soerjono

Soekanto, 1970: 54).

Jadi warga desa yaitu anggota-anggota suatu kelompok yang hidup

bersama karena suatu kepentingan bersama, berada pada suatu wilayah

dengan batas-batas tertentu.

3. Kekerasan Dalam Rumah Tangga

a. Pengertian Tindak Kekerasan

Istilah kekerasan digunakan untukmenggambarkan perilaku, baik

yang terbuka (overt) atau tertutup (covert), dan baikyang bersifat

Page 11: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

11

menyerang (offensive) atau bertahan (deffensive), yang disertai

penggunaan kekuatan kepada orang lain (Jack D. Douglas dalam Thomas

Santoso, 2002:11). Oleh karena itu, ada empat jenis kekerasan yang dapat

diidentifikasi:

1) kekerasan terbuka, kekerasan yang dapat dilihat, sepertiperkelahian;

2) kekerasan tertutup, kekerasan tersembunyi atau tidak dilakukan

langsung, seperti perilaku mengancam;

3) kekerasan agresif, kekerasan yang dilakukan tidak untuk perlindungan,

tetapi untuk mendapatkan sesuatu, seperti penjabalan;

4) kekerasan defensif, kekerasan yang dilakukan sebagai tindakan

perlindungan diri. Baik kekerasan agresif maupun defensif bisa

bersifat terbuka atau tertutup.

(Jack D. Douglas dalam Thomas Santoso, 2002:11).

b. Pengertian Rumah Tangga

Pengertian “rumah tangga” tidak tercantum dalam ketentuan

khusus, tetapi yang dapat kita jumpai adalah pengertian “keluarga” yang

tercantum dalam Pasal 1 ayat(30) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Bunyi Pasal 1 ayat

(30) sebagai berikut :

“Keluarga adalah mereka yang mempunyai hubungan darah sampai

derajad tertentu atau hubungan perkawinan”.

Dalam ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004

disebutkan bahwa lingkup rumah tangga dalam undang-undang ini

meliputi :

1) Lingkup rumah tangga dalam undang-undang ini meliputi :

a. Suami, istri, dan anak

b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang

sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah,

Page 12: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

12

perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap

dalam rumah tangga; dan

c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam

rumah tangga tersebut.

2) Orang yang bekerja sebagaimana dimaksud huruf c dipandang sebagai

anggota keluarga dalam jangka waktu selama berada dalam rumah

tangga yang bersangkutan.

c. Kekerasan dalam Rumah Tangga

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Yahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, kekerasan dalam rumah

tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan,

yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk

ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan

kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

Sebagian besar korban kekerasan dalam rumah tangga adalah kaum

perempuan (istri) dan pelakunya adalah suami, walaupun ada juga korban

justru sebaliknya, atau orang-orang yang tersubordinasi di dalam rumah

tangga itu.Pelaku atau korban kekerasan dalam rumah tangga adalah orang

yang mempunyai hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan,

perwalian dengan suami, dan anak bahkan pembatu rumah tangga, tinggal

di rumah ini.

Jadi kekerasan dalam rumah tangga adalah kekerasan yang

dilakukan oleh suami terhadap istri, anak, orang tua pasangan dan

pembantu rumah tangga, atau kekerasan yang dilakukan istri terhadap

suami atau anak, orang tua pasangan dan pembantu rumah tangga yang

berakibat penderitaan fisik dan psikis.

Page 13: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

13

d. Bentuk Tindak Kekerasan dalam Rumah Tangga

Bentuk- bentuk kekerasan dalam rumah tangga menurut Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2004 , tercantum dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal

8, dan Pasal 9, yaitu:

1) Kekerasan Fisik

2) Kekerasan Psikis

3) Kekerasan Seksual

4) Kekerasan Ekonomi

5) Faktor Penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga

Menurut LKBHUWK, sebuah lembaga bantuan hukum untuk

perempuan dan keluarga, penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah

tangga dapat digolongkan menjadi 2 (dua) faktor, yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal menyangkut kepribadian dari pelaku

kekerasan yang menyebabkan ia mudah sekali melakukan tindak

kekerasan bila menghadapi situasi yang menimbulkan kemarahan atau

frustasi(Moerti Hadiati S, 2010: 76).

Faktor eksternal adalah faktor-faktor di luar diri si pelaku

kekerasan.

Dalam Komnas Perempuan (2004) disebutkan ada banyak faktor

sosial, yang melestarikan adanya kekerasan dalam rumah tangga dan

menyulitkan korban memperoleh dukungan dan pendampingan dari

masyarakat.

a. Pertama dan yang utama adalah adanya ketimpangan relasi antara laki-

laki dan perempuan, baik di rumah tangga maupun dalam kehidupan

publik.

b. Kedua, ketergantungan istri terhadap suami secara penuh. Terutama

untuk masalah ekonomi, yang membuat istri benar-benar berada di

bawah kekuasaan suami.

Page 14: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

14

c. Ketiga, sikap kebanyakan masyarakat terhadap kekerasan dalam

rumah tangga yang cenderung abai.

d. Keempat, keyakinan-keyakinan yang berkembang di masyarakat

termasuk yang mungkin bersumber dari tafsir agama. Bahwa

perempuan harus mengalah, bersabar atas segala persoalan keluarga,

harus pandai menjaga rahasia keluarga, keyakinan tentang pentingnya

keluarga ideal yang penuh dan lengkap, tentang istri shalihah, juga

kekhawatiran-kekhawatiran terhadap proses perceraian dan akibat dari

perceraian.

e. Kelima, mitos tentang kekerasan dalam rumah tangga.

e. Perlindungan terhadap Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga

Kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah sosial, bukan

masalah keluarga yang perlu disembunyikan. Hal ini tertuang dalam

aturan yang tercantum dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2004 yang berbunyi :

“Pemerintah bertanggungjawab dalam upaya pencegahan kekerasan dalam

rumah tangga.”

Kekerasan dalam rumah tangga merupakan masalah sosial bukan

merupakan masalah pribadi,oleh karena itu :

Setiap orang yang mendengar, melihat, atau mengetahui terjadinya

kekerasan dalam rumah tangga wajib melakukan upaya-upaya sesuai

dengan batas kemampuannya untuk:

a. mencegah berlangsungnya tindak pidana;

b. memberikan perlindungan kepada korban;

c. memberikan pertolongan darurat; dan

d. membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan.

(Pasal 15 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004).

Page 15: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

15

Salah satu terobosan hukum yang dilakukan melalui Undang-

Undang Npmor 23 Tahun 2004 mengenai Penghapusan Kekerasan dalam

Rumah Tangga adalah mengenai peran-peran aparat penegak hukum,

khususnya kepolisian, advokat, dan pengadilan dalam memberikan dan

pelayanan bagi korban kekerasan dalam rumah tangga terutama sekali

dengan diaturnya mengenai mekanisme perlindungan dari pengadilan

demi keamanan korban (Moerti Hadiati Soeroso, 2010:68).

C. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan kecenderungan persepsi

warga Desa Panggungharjo Sewon Bantul tentang kekerasan dalam rumah

tangga.

Teknik dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

purposive proportional random sampling.

Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti yaitu

kuesioner (angket).Kisi-kisi kuesioner (angket) dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen

No. Indikator No.Butir Jumlah

Butir

1. Persepsi tentang pengertian

kekerasan dalam rumah tangga.

1,2,3,4,5,6,7,8,9 9

2. Persepsi tentang jenis-jenis

kekerasan dalam rumah tangga.

10,11,12,13,14,15,

16,17,18

9

3. Persepsi tentang faktor-faktor

penyebab maraknyakekerasan

19,20,21,22,23,24,

25,26,27

9

Page 16: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

16

dalam rumah tangga.

4. Persepsi tentang perlindungan

korban kekerasan dalam rumah

tangga

28,29,30,31,32,33,

34,35,36

9

Jumlah 36

Uji instrumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui validitas dan reabilitas instrumen, sehingga dapat diketahui layak

tidaknya instrumen penellitian tersebut digunakan dalam pengambilan data

penelitian data.

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas

konstruksi dengan rumusPearson (product moment) dari Pearson.

Uji validitas dilakukan sebelum pengumpulan data terhadap 20

orang responden yang memenuhi kriteria.Ujivaliditas dilakukan dengan

bantuan SPSS 17.0. Hasil uji vaiditas pada instrumen ini menggunakan

rumus Product Momentdengan bantuan SPSS 17.0 didapatkan dari 36 item

pernyataan sebanyak 9 item pernyataan tidak valid dan sebanyak 27 item

pernyataan valid.

Uji reabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik Alfa

Cronbach dilakukan untuk jenis data interval/essaydengan bantuan SPSS

17.0 didapatkan dengan nilai 0,922.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu statistik

deskritif dengan menggunakan persentase.

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Persepsi Warga Desatentang Kekerasan dalam Rumah Tangga Secara

Umum

Page 17: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

17

a. Persepsi Warga Desa Panggungharjo tentang Pengertian Kekerasan dalam

Rumah Tangga

Warga Desa Panggungharjo dengan frekuensi 313 (48,3%)

mempersepsikan pengertian kekerasan dalam rumah tangga adalah

kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri, anak, orang tua

pasangan dan pembantu rumah tangga, atau kekerasan yang dilakukan istri

terhadap suami atau anak, orang tua pasangan dan pembantu rumah tangga

yang berakibat penderitaan fisik dan psikis.

b. Persepsi Warga Desa tentang Jenis-jenis Kekerasan dalam Rumah Tangga

Warga Desa Panggungharjo dengan frekuensi 273 (42,1%)

mempersepsikan bahwa jenis kekerasan dalam rumah tangga adalah

kekerasan fisik, psikis, seksual dan ekonomi. Akan tetapi, warga Desa

Panggungharjo cenderung mempersepsikan bahwa memaksa istri untuk

melayani kebutuhan seksual bukanlah merupakan kekerasan dalam rumah

tangga. Sebanyak 37% warga desa menyatakan tidak setuju bahwa

memaksa istri untuk melayani kebutuhan seksual merupakan kekerasan

dalam rumah tangga. Bahkan sebanyak 16,7% menyatakan sangat tidak

setuju bahwa memaksa istri untuk melayani kebutuhan seksual merupakan

kekerasan dalam rumah tangga.

c. Persepsi Warga Desa tentang Faktor Penyebab Maraknya Kekerasan

dalam Rumah Tangga

Warga Desa Panggungharjo mempersepsikan bahwa anggapan

kekerasan dalam rumah tangga masalah pribadi, ketimpangan relasi antara

laki-laki dan perempuan, ketergantungan istri terhadap suami, sikap abai

masyarakat terhadap kekerasan dalam rumah tangga bukan penyebab

maraknyan kekerasan dalam rumah tangga dengan frekuensi 496 (51%).

d. Persepsi Warga Desa tentang Perlindungan Korban Kekerasan dalam

Rumah Tangga

Page 18: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

18

Warga Desa Panggungharjo dengan frekuensi 305 (47,1%)

mempersepsikan bahwa perlindungan terhadap korban kekerasan dalam

rumah tangga dibutuhkan oleh korban, dapat dari keluarga, masyarakat,

lembaga sosial dan kepolisian untuk mengurangi beban pada seseorang

yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga.

2. Persepsi Warga Desa Panggungharjo Sewon Bantul tentang Kekerasan

dalam Rumah Tangga Berdasarkan Karakteristik Responden

a. Persepsi Warga Desa Panggungharjo tentang Pengertian Kekerasan dalam

Rumah Tangga Berdasarkan Karakteristik Responden

Sebanyak 20 warga desa laki-laki (39,2%) mempersepsikan

kekerasan yang dilakukan terhadap orang yang bekerja membantu rumah

tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut bukan merupakan

kekerasan dalam rumah tangga.

Warga desa tamatan SMP sebanyak 7 orang (50%)

mempersepsikan kekerasan yang dilakukan istri terhadapsuami atau anak

bukan kekerasan dalam rumah tangga.

Warga Desa Panggungharjo yang bekerja di swasta masih ada

yang mempersepsikan bahwa kekerasan yang dilakukan istri terhadap

suami atau anak, kekerasan yang dilakukan terhadap pembantu rumah

tangga bukan kekerasan dalam rumah tangga yaitu 10 warga desa (48%).

Sebanyak 8 warga Desa yang bekerja sebagai swasta (38)

mempersepsikan kekerasan yang dilakukan terhadap orang tua pasangan

yang tinggal serumah bukan kekerasan dalam rumah tangga. Sebanyak 10

orang (48%) mempersepsikan bahwa kekerasan yang dilakukan terhadap

orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah

tangga bukan merupakan kekerasan dalam rumah tangga.

Page 19: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

19

b. Persepsi Warga Desa Panggungharjo tentang Jenis-jenis Kekerasan dalam

Rumah Tangga Berdasarkan Karakteristik Responden

Warga desa Panggungharjo yang berjenis kelamin laki-laki 21

(41,2%) mempersepsikan bahwa memaksa istri untuk melayani kebutuhan

seksual bukanlah kekerasan dalam rumah tangga. Sebanyak 23 warga desa

yang berjenis kelamin perempuan (40,4%) mempersepsikan bahwa

memaksa istri untuk melayani kebutuhan seksual bukan merupakan

kekerasan dalam rumah tangga. Sebanyak 20 masyarakat (35,1%)

mempersepsikan bahwa sengaja membiarkan istri dan anak terlantar tanpa

diberi nafkah bukan merupakan kekerasan dalam rumah tangga.

Warga Desa Panggungharjo yang berusia 21-30 tahun sebanyak 9

orang (45%) mempersepsikan bahwa memaksa istri untuk melayani

kebutuhan seksual bukanlah kekerasan dalam rumah tangga. Sebanyak 16

warga desa yang berusia 41-50 tahun (47%) mempersepsikan bahwa

melukai, menganiaya anggota keluarga bukan kekerasan dalam rumah

tangga. Warga desa yang berusia 51-60 tahun mempersepsikan bahwa

sengaja menelantarkan keluarga secara ekonomi bukan merupakan

kekerasan dalam rumah tangga.

Warga Desa Panggungharjo tamatan SMP mempersepsikan bahwa

memaksa istri untuk melayani kebutuhan seksual bukan merupakan

kekerasan dalam rumah tangga. Sebanyak 15 warga desa tamatan

akademi/perguruan tinggi (42%) mempersepsikan bahwa memaksa istri

untuk melayani kebutuhan seksual bukan merupakan kekerasan dalam

rumah tangga.

Sebanyak 9 warga desa yang bekerja sebagai swasta (43%)

mempersepsikan bahwa memaksa istri utnuk melayani kebutuhan seksual

bukan merupakan kekerasn dalam rumah tangga. Sebanyak 12 ibu rumah

tangga (39%) mempersepsikan bahwa sengaja membiarkan istri dan anak

Page 20: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

20

terlantar tanpa diberi nafkah bukan merupakan kekerasan dalam rumah

tangga.

c. Persepsi Warga Desa Panggungharjo tentang Faktor Penyebab Maraknya

Kekerasan dalam Rumah Tangga Berdasarkan Karakteristik Responden

Warga Desa Panggungharjo laki-laki (33,3%) dan perempuan

(31,6%) masih ada yang mempersepsikan bahwa kekerasan dalam rumah

tangga bukanlah hal yang pantas diceritakan kepada orang lain.

Warga Desa Panggungharjo yang berusia 21-30 tahun (50%)

mempersepsikan bahwa masalah kekerasan dalam rumah tangga adalah

masalah pribadi. Sebanyak 17 warga desa yang berusia 41-50 tahun (50%)

mempersepsikan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah hal yang

tidak pantas diceritakan kepada orang lain.

Warga Desa Panggungharjo tamatan SD mempersepsikan bahwa

kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah internal (pribadi), orang

lain tidak berhak campur tangan dalam mengatasi kekerasan yang terjadi.

Warga Desa Panggungharjo tamatan SMP mempersepsikan bahwa

masalah kekerasan dalam rumah tangga tidak pantas diceritakan kepada

orang lain. Warga Desa Panggungharjo tamatan SMA mempersepsikan

bahwa masalah kekerasan dalam rumah tangga tidak pantas diceritakan

kepada orang lain.

d. Persepsi Warga Desa Panggungharjo tentang Perlindungan Korban

Kekerasan dalam Rumah Tangga Berdasarkan Karakteristik Responden

Warga Desa Panggungharjo yang berusia 41-50 tahun

mempersepsikan bahwa dukungan atau bantuan untuk korban kekerasan

dalam rumah tangga cukup dari keluarga saja.

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

a. Mayoritas warga desa dengan frekuensi 313 (48,3%) mempersepsikan

pengertian kekerasan dalam rumah tangga adalah kekerasan yang

Page 21: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

21

dilakukan oleh suami terhadap istri, anak, orang tua pasangan dan

pembantu rumah tangga, atau kekerasan yang dilakukan istri terhadap

suami atau anak, orang tua pasangan dan pembantu rumah tangga yang

berakibat penderitaan fisik dan psikis.

b. Mayoritas warga desa yaitu dengan frekuensi 273 (42,1%)

mempersepsikan bahwa jenis kekerasan dalam rumah tangga adalah

kekerasan fisik, psikis, seksual dan ekonomi. Warga Desa

Panggungharjo sebanyak 40 warga desa (37%) mempersepsikan

bahwa memaksa istri untuk melayani kebutuhan seksual bukanlah

kekerasan dalam rumah tangga.

c. Mayoritas warga desa mempersepsikan bahwa anggapan kekerasan

dalam rumah tangga masalah pribadi, ketimpangan relasi antara laki-

laki dan perempuan, ketergantungan istri terhadap suami, sikap abai

masyarakat terhadap kekerasan dalam rumah tangga bukan penyebab

maraknyan kekerasan dalam rumah tangga dengan frekuensi 496

(51%).

d. Mayoritas warga desa dengan frekuensi 305 (47,1%) mempersepsikan

bahwa perlindungan terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga

dibutuhkan oleh korban, dapat dari keluarga, masyarakat, lembaga

sosial dan kepolisian untuk mengurangi beban pada seseorang yang

mengalami kekerasan dalam rumah tangga.

2. Persepsi Warga Desa Panggungharjo tentang Kekerasan dalam

Rumah Tangga Berdasarkan Karakteristik Responden

a. Persepsi Warga Desa Panggungharjo tentang Pengertian Kekerasan

dalam Rumah Tangga Berdasarkan Karakteristik Responden

1) Sebanyak 20 warga desa laki-laki (39,2%) mempersepsikan

kekerasan yang dilakukan terhadap orang yang bekerja membantu

rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut bukan

merupakan kekerasan dalam rumah tangga.

Page 22: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

22

2) Warga desa tamatan SMP sebanyak 7 orang (50%)

mempersepsikan kekerasan yang dilakukan istri terhadapsuami

atau anak bukan kekerasan dalam rumah tangga.

3) Warga Desa Panggungharjo yang bekerja di swasta masih ada yang

mempersepsikan bahwa kekerasan yang dilakukan istri terhadap

suami atau anak, kekerasan yang dilakukan terhadap pembantu

rumah tangga bukan kekerasan dalam rumah tangga yaitu 10 warga

desa (48%).

4) Sebanyak 8 warga Desa yang bekerja sebagai swasta (38)

mempersepsikan kekerasan yang dilakukan terhadap orang tua

pasangan yang tinggal serumah bukan kekerasan dalam rumah

tangga. Sebanyak 10 orang (48%) mempersepsikan bahwa

kekerasan yang dilakukan terhadap orang yang bekerja membantu

rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga bukan merupakan

kekerasan dalam rumah tangga.

b. Persepsi Warga Desa Panggungharjo tentang Jenis-jenis Kekerasan

dalam Rumah Tangga Berdasarkan Karakteristik Responden

1) Warga desa Panggungharjo yang berjenis kelamin laki-laki 21

(41,2%) mempersepsikan bahwa memaksa istri untuk melayani

kebutuhan seksual bukanlah kekerasan dalam rumah tangga.

2) Sebanyak 23 warga desa yang berjenis kelamin perempuan

(40,4%) mempersepsikan bahwa memaksa istri untuk melayani

kebutuhan seksual bukan merupakan kekerasan dalam rumah

tangga. Sebanyak 20 masyarakat (35,1%) mempersepsikan bahwa

sengaja membiarkan istri dan anak terlantar tanpa diberi nafkah

bukan merupakan kekerasan dalam rumah tangga.

3) Warga Desa Panggungharjo yang berusia 21-30 tahun sebanyak 9

orang (45%) mempersepsikan bahwa memaksa istri untuk

Page 23: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

23

melayani kebutuhan seksual bukanlah kekerasan dalamrumah

tangga.

4) Sebanyak 16 warga desa yang berusia 41-50 tahun (47%)

mempersepsikan bahwa melukai, menganiaya anggota keluarga

bukan kekerasan dalam rumah tangga.

5) Warga desa yang berusia 51-60 tahun mempersepsikan bahwa

sengaja menelantarkan keluarga secara ekonomi bukan merupakan

kekerasan dalam rumah tangga.

6) Warga Desa Panggungharjo tamatan SMP mempersepsikan bahwa

memaksa istri untuk melayani kebutuhan seksual bukan merupakan

kekerasan dalam rumah tangga.

7) Sebanyak 15 warga desa tamatan akademi/perguruan tinggi (42%)

mempersepsikan bahwa memaksa istri untuk melayani kebutuhan

seksual bukan merupakan kekerasan dalam rumah tangga.

8) Sebanyak 9 warga desa yang bekerja sebagai swasta (43%)

mempersepsikan bahwa memaksa istri utnuk melayani kebutuhan

seksual bukan merupakan kekerasn dalam rumah tangga.

9) Sebanyak 12 ibu rumah tangga (39%) mempersepsikan bahwa

sengaja membiarkan istri dan anak terlantar tanpa diberi nafkah

bukan merupakan kekerasan dalam rumah tangga.

c. Persepsi Warga Desa Panggungharjo tentang Faktor Penyebab

Maraknya Kekerasan dalam Rumah Tangga Berdasarkan Karakteristik

Responden

1) Warga Desa Panggungharjo laki-laki (33,3%) dan perempuan

(31,6%) masih ada yang mempersepsikan bahwa kekerasan dalam

rumah tangga bukanlah hal yang pantas diceritakan kepada orang

lain.

Page 24: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

24

2) Warga Desa Panggungharjo yang berusia 21-30 tahun (50%)

mempersepsikan bahwa masalah kekerasan dalam rumah tangga

adalah masalah pribadi.

3) Sebanyak 17 warga desa yang berusia 41-50 tahun (50%)

mempersepsikan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah hal

yang tidak pantas diceritakan kepada orang lain.

4) Warga Desa Panggungharjo tamatan SD mempersepsikan bahwa

kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah internal (pribadi),

orang lain tidak berhak campur tangan dalam mengatasi kekerasan

yang terjadi.

5) Warga Desa Panggungharjo tamatan SMP mempersepsikan bahwa

masalah kekerasan dalam rumah tangga tidak pantas diceritakan

kepada orang lain.

6) Warga Desa Panggungharjo tamatan SMA mempersepsikan bahwa

masalah kekerasan dalam rumah tangga tidak pantas diceritakan

kepada orang lain.

d. Persepsi Warga Desa Panggungharjo tentang Perlindungan Korban

Kekerasan dalam Rumah Tangga Berdasarkan Karakteristik

Responden

Warga Desa Panggungharjo yang berusia 41-50 tahun

mempersepsikan bahwa dukungan atau bantuan untuk korban

kekerasan dalam rumah tangga cukup dari keluarga saja.

B. Saran

1. Tokoh Masyarakat

Tokoh masyarakat diharapkan dapat membantu dan memberikan

dukungan sosial terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga.

2. Warga Desa Panggungharjo

Warga Desa Panggungharjo diharapkan lebih sadar bahwa kekerasan

dalamrumah tangga bukanlah permasalahan pribadi. Warga Desa

Page 25: PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi

25

panggungharjo diharapkan tidak bersifat abai terhadap permasalahan

kekerasan dalam rumah tangga di lingkungan keluarga atau masyarakat

sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bimo Walgito. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset

Data dokumen Satreskrim Unit PPA Polres Bantul Tahun 2013

Faqihuddin AK dan Ummu Azizah M. 2008. Referensi bagi Hakim Peradilan

Agama tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga.Jakarta : Komnas

Perempuan

Hassan Sadily. 1983. Sosiologi untuk masyarakat Indonesia. Jakarta : PT

BinaAksara

http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/tujuan-pondok-pesantren.html.

Diunduh pada tanggal 10 Februari 2014 pukul 21.00 WIB

http://fkppbantul.blogspot.com.2009/02/style-definitions-table_16.html?m=1.

Diunduh pada tanggal 6 Februari 2014 pukul 16.05 WIB

http://bkk.bantulkab.go.id/peta-tematik/B3%20Peta%20KK%20Jiwa.pdf.

Diunduh pada tanggal 28 Januari 2014 pukul 11.50 WIB

Moerti Hadiati. 2010. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif

Yuridis-Viktimologis.Jakarta: Sinar Grafika Offset

Munandar Soelaeman. 2008. Ilmu Sosial Dasar- Teori & Konsep Ilmu Sosial.

Bandung: PT Refika Aditama

Soerjono Soekanto. 1970. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: UI Pers

Stephen P. Robbins. 2003. Pelaku Organisasi. Klaten : PT Intan Sejati Klaten

Thomas Santoso. 2002.Teori-Teori Kekerasan. Jakarta: Ghalia Indonesia

Undang-Undang No.23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam

Rumah Tangga

William J.Goode.2007.Sosiologi Keluarga.Jakarta : PT Bumi Aksara