Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak...

154

Transcript of Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak...

Page 1: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas
Page 2: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas
Page 3: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

iii

Tim Peneliti

Koordinator PenelitiP. Agung Pambudhi, MM

Nara SumberDr. Bambang P.S. BrodjonegoroDr. Hadi SoesastroDr. Djisman Simanjuntak

Anggota PenelitiSigit Murwito, S.SosRobert Endi Jaweng S.IPSri Mulyono, MSsFirman Bakri Anom, SH

Peneliti LapanganDaniel Collyn Damanik, S.E., MM.; Fernandus Sitepu, S.E.; Rela Ginting, S.Pt.;Femmy, S.Sos; Herman Boedoyo, S.E.; Zamzami Abdul Karim, SE, MA; Yustinus Vena H, SS.;Hendri Benyamin, SIP; Zufriady, SE., MM.; Nursia Sinaga, S.Sos; Yusep Hendarsyah, SIP;Syamsul Ariefin, SE; Wasi Gede Puraka, S.Sos; Unang Atmaja, M.Sc; Dyah Ayu Sitoresmi;A.Syafi’i M.Si; Muhammad Safi’I, M.Si; MG.Westrie Kekalih, M.Sc; Teguh Yuliano, ST;Sunaryo Hadi Wibowo, S.Sos; Sukasmanto, M.Si; Aan Eko Widiarto, SH.,M.Hum;Dr. Rafael Purtomo Samaji; Teguh Hadi Priyono, Se. M.Si; Dhoni Andhi Purwadi,S.Sos;Taufik Hidayat SP.; Ira Verolina; Eddy Ratno Susanto, ST; Guna S.Lubin, S.Hut;Purwadi, SE.; Mukati, SE.; Siti Amalia, SE, M.Si; Dr. Grevo Gerung;Drs. Budiman Jaya A.A. Msi.; Halim, S.E., MS.; Drs.H.Bernard, MS.;Ir. Andi Sukaena, M.Si; Drs. Jalaludi Mulbar, MS.; Dr. Arifin Bakti; Drs. Martinus Metboki;Zet Ena. SE.; Ir. Achmad Rochani, MS.; Ir. Irman Amri

Asisten PenelitiRegina Retno Budiastuti, SHF. SundokoKurniawaty Septiany Musdar, SE

Page 4: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

v

Kata pengantar - KPPOD

Tahun 2005 ini untuk kelima kalinyaKPPOD melakukan studi tahunan“Pemeringkatan Daya Saing InvestasiKabupaten/Kota di Indonesia”. Sejaksosialisasi pertama kalinya yang intensif darihasil studi tahun 2001, respon masyarakatterhadap pemeringkatan tersebut cukup luas.Dunia usaha menunjukkan apresiasinyadengan menggunakan hasil studi sebagaisalah satu sumber kebijakan investasinya; paraakademisi memberikan berbagai masukanseputar pendekatan metodologis studi;bahkan berbagai institusi yang bereputasiinternasional menggunakan berbagai temuanstudi sebagai referensi mereka. Singkatnyadalam wacana iklim investasi daerah, hasilstudi pemeringkatan tahunan tersebutmenjadi salah satu referensi utama.

Bagi KPPOD, yang amat penting untukdiperhatikan adalah tanggapan PemerintahDaerah (Pemda), sebagai pihak yangdiharapkan merespon hasil studi denganmemperbaiki daya saing investasi daerahnyauntuk berkompetisi dengan daerah-daerahlainnya, sebagaimana tujuan utama studi.Permintaan daerah untuk sosialisasi hasil studidi daerahnya, pembentukan tim peningkataniklim investasi di beberapa daerah, konsultasiPemda dengan KPPOD untuk membahaskebijakan perekonomian daerah, permintaandaerah-daerah yang belum diperingkat untukdimasukkan dalam sampel penelitian,

memberikan dorongan bagi KPPOD untukterus melaksanakan kegiatan tersebut. Selainberbagai tanggapan positif tersebut, harusdiakui ada berbagai kritik terhadapmetodologi studi, utamanya menyangkutpenentuan benchmark untuk perbandinganantar daerah. Input-input tersebut meng-hasilkan perubahan pilihan indikator, rumusankuesioner, jumlah responden, dan carapenghitungan indeks peringkat daerah dalamstudi tahun 2005 ini.

KPPOD tidak bermaksud menyatakanbahwa pemeringkatan tersebut telah berhasilmendorong perbaikan iklim investasi daerah.Namun KPPOD mencatat bahwa dalam limatahun pelaksanaan otonomi daerah (otda),beberapa daerah telah mengupayakanperbaikan iklim investasi daerahnya secaracukup progresif. Implementasi OSS (One StopService) untuk menjamin kepastian pelayananperijinan usaha; forum stakeholder di beberapadaerah sebagai awal terlembaganya publicprivate partnership yang tidak saja untukkepentingan penyusunan perencanaanstrategis, namun juga sebagai action orientedforum untuk menyelesaikan berbagaipersoalan terkait pembangunan ekonomidaerah; efisiensi penggunaan APBD yangmenghemat anggaran daerah sehingga dapatdialokasikan untuk memperluas programpengembangan ekonomi daerah, merupakanbeberapa contoh best practice daerah. Dalam

Page 5: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005vi

pandangan KPPOD, berbagai hal positiftersebut merupakan hasil dari upaya berbagaipihak untuk penciptaan iklim investasi daerahyang kondusif.

Selain hal-hal positif yang telah dilakukanPemda, KPPOD juga mencatat berbagai haldistortif terhadap iklim investasi daerah. Studiini menemukan bahwa masih terdapatkebijakan resmi Pemda tentang berbagaipungutan daerah yang tidak relevan,pungutan pungutan ilegal, dan gangguankeamanan sebagai contoh negatif ikliminvestasi daerah. Studi ini juga mendapatkanpenegasan tentang pentingnya peran KepalaDaerah (Bupati/Walikota) dalam menciptakaniklim investasi yang baik di daerah.

Selain temuan-temuan spesifik tersebut,studi ini menunjukkan adanya pergeseranderajat penting tidaknya indikator-indikatorpemeringkatan terhadap daya saing investasidaerah. Pergeseran tersebut mengindikasikanadanya perubahan iklim investasi daerah,yang dapat diintepretasikan positif maupunnegatif. Secara detail, hal hal tersebut dapatdisimak dalam laporan ini.

Sebagai bagian dari upaya besar untukperbaikan iklim investasi daerah, studi inimerupakan suatu proses yang harus selaludisesuaikan dengan dinamika ekonomiKabupaten/Kota yang menjadi obyek

penelitian ini. Kelangsungan dari studi ini akansangat tergantung pada manfaat yangdidapat dari hasil studi: bagi Pemerintah,Pemda, Dunia Usaha, yang ujungnya bagikepentingan dinamika aktivitas perekonomiandaerah dan nasional.

Studi tahunan yang secara konsisten sudahberlangsung selama lima tahun ini hanyamungkin terlaksana dengan adanyadukungan berbagai pihak. Para Peneliti danResearch Associates KPPOD, para Enumerator,dan para Responden penelitian adalah pihakpihak yang amat berjasa dalam penyusunandesain penelitian dan pelaksanaan surveilapangan. KPPOD juga amat menghargaiperan Kadin Indonesia, mitra KPPOD untukmengenali realitas dunia usaha.

Ucapan terimakasih juga kepada The AsiaFoundation dan USAID yang terus menerusmendukung aktivitas studi ini baik dalam haldana maupun pemikiran-pemikirannya.Demikian juga ucapan terimakasih kamikepada pemerintah pusat, khususnyaDepartemen Dalam Negeri dan Pemda Pemdayang bersedia mendukung kelangsungankegiatan ini. KPPOD tidak akan mampumelaksanakan tugas besar ini tanpa dukunganpara pihak tersebut, yang meyakini manfaatkegiatan ini.

Koordinator Penelitian

P. Agung Pambudhi

Page 6: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

vii

Kata pengantar - The Asia Foundation

Otonomi daerah dimaksudkan untukmewujudkan reformasi kepemerintahan yangsekaligus ditujukan untuk mendukung prosespertumbuhan ekonomi daerah. Meskidemikian, dalam 5 tahun pelaksanaannya,proses desentralisasi ini banyak mengalamikendala yang besar. Banyak pemerintahdaerah yang tidak konsisten, antara tujuanpembangunan daerah dengan realitaskebijakan serta pelaksanaannya di tingkatlapangan.

Hal ini terbukti dengan adanya keluhanpara pelaku usaha mengenai peningkatanjumlah dan besarnya pungutan, berbagaikasus korupsi, dan munculnya berbagaiperaturan daerah yang menghambat duniausaha. Tentu saja hal ini bertentangan dengansemangat memangkas proses birokrasi yangharus ditempuh ketika pelaku usaha inginberhubungan langsung dengan pemerintahdaerah ketika mereka membuka usaha baru.Persoalan ini masih ditambah lagi denganadanya masalah kurangnya fasilitasiinfrastruktur dan dinamika sosial, politik,budaya yang seringkali justru mematikankeinginan investor untuk berusaha.

Memang tidak dipungkiri pula beberapapemerintah daerah yang aktif merespontujuan di atas dengan menciptakan banyakinovasi, dan memberikan berbagai fasilitasiuntuk merangsang pelaku usaha menanam-kan investasi di daerah mereka. Seperti yang

ditunjukan oleh Pemda Kabupaten Gianyaryang merupakan salah satu kabupatenpertama di Indonesia yang mendirikan PusatLayanan Perijinan Terpadu. Inisiatif ini jugadiikuti oleh usaha-usaha lain untukmeningkatkan citra pemerintah yangmengedepankan keamanan dan inovasidaerah, seperti halnya Pemerintah Kota Soloyang memberikan fasilitas perijinan yanggratis kepada pelaku usaha skala kecil yangbaru memulai usahanya.

Berbagai respon inilah yang ingin dilihatdari Studi Pemeringkatan Daya Saing InvestasiKabupaten/Kota yang dilakukan oleh KPPODsetiap tahun, yang bertujuan untuk melihatdaya tarik investasi tiap-tiap daerah diIndonesia. Studi ini tidak hanya melihat aspekperaturan ataupun informasi ekonomi daerah.KPPOD juga melibatkan partisipasi pelakuusaha melalui persepsi mereka untuk menilailima faktor utama daya tarik investasi, yakniKelembagaan; Tenaga Kerja; Keamanan,Sosial dan Budaya; Ekonomi Daerah; danInfrastuktur Fisik.

Survey ini ditujukan untuk mendorongkompetisi antar pemerintah daerah untukmeningkatkan usaha-usaha mereka dalammenciptakan lingkungan untuk investasi,penciptaan lapangan kerja dan pem-berantasan korupsi. Untuk tujuan ini pula,KPPOD membagi informasi yang merekadapatkan kepada pelaku usaha sebagai bahan

Page 7: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005viii

dasar untuk memutuskan dimana merekaakan berusaha.

Kegiatan ini merupakan bagian dari upayaAsia Foundation untuk mendukung perbaikaniklim usaha di Indonesia. Sejak tahun 1996,Asia Foundation telah bekerjasama denganpengusaha dan pemerintah daerah untukmengurangi hambatan perdagangan daninvestasi. Beberapa program yang AsiaFoundation laksanakan diantaranya:peningkatan kualitas layanan perijinan usaha,memfasilitasi pembuatan peraturan denganpartisipasi masyarakat, dan mendukungasosiasi usaha kecil dan menengah untukmelakukan advokasi kebijakan usaha yanglebih baik.

Asia Foundation menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada KPPODIndonesia, secara khusus kepada Bpk P. AgungPambudhi dan Tim Peneliti Studi Peme-ringkatan Daya Saing Investasi Kabupaten/Kota 2005 yang telah mendedikasikan waktudan pikirannya selama lima tahun berturut-

turut untuk menghasilkan studi peme-ringkatan ini. Asia Foundation jugamenyampaikan terima kasih kepada ParaPelaku Usaha didaerah yang menjadi subjekpemeringkatan ini, serta terima kasih secarakhusus pada U.S. Agency for InternasionalDevelopment (USAID) atas dukungan danauntuk program ini.

Bagian yang terpenting dalam surveipemeringkatan ini adalah memberikanpenghargaan khusus kepada pemda yangmelakukan yang inovasi, memberikan catatankepada pemda yang tidak sejalan dengantujuan diatas, dan akhirnya membagikanseluruh informasi tersebut kepada pihak-pihakyang berkepentingan sebagai bahan dasaruntuk mengambil kebijakan dan strategiberikutnya. Kami berharap melalui kerja-kerjaKPPOD Indonesia, Indonesia menjadi semakinterpacu untuk menjadikan negara ini sebagainegara yang menarik bagi investor danmeningkatkan kemakmuran.

Director for Economic ProgramsThe Asia Foundation

Liesbet Steer

Page 8: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

ix

Daftar Isi

Tim PenelitiKata Pengantar - KPPODKata Pengantar - The Asia FoundationDaftar IsiDaftar BoxDaftar GambarDaftar TabelDaftar LampiranBab I. Pendahuluan

A. PENDAHULUANB. TUJUAN PENELITIANC. SIGNIFIKANSI PENELITIAN

Bab II. Dasar PemikiranBab III. Rangkuman Hasil Penelitian

A. FAKTOR; VARIABEL; INDIKATOR PEMERINGKATANB. BOBOT FAKTOR, VARIABEL DAN INDIKATOR PEMERINGKATANC. HASIL STUDI PEMERINGKATAN DAYA SAING INVESTASI

228 KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA TAHUN 22051. Peringkat Umum2. Peringkat Faktor Kelembagaan3. Peringkat Faktor Keamanan, Politik dan Sosial Budaya4. Peringkat Faktor Ekonomi Daerah5. Peringkat Faktor Tenaga Kerja & Produktivitas6. Peringkat Faktor Infrastruktur Fisik

Bab IV. PenutupA. TEMUANB. SARAN-SARAN

Lampiran

iii

v

vii

ix

x

xi

xii

xiii

1

1

2

3

3

5

5

6

9

9

12

21

24

28

32

37

37

41

43

Page 9: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005x

Kepemimpinan Kepala DaerahPeraturan DaerahPartisipasi Masyarakat Dalam Pengambilan KebijakanPerizinan UsahaPenyimpangan Dalam Perizinan UsahaPungutan Tidak ResmiKondisi Keamanan Daerah-daerah di IndonesiaHubungan Eksekutif - LegislatifInformasi Potensi Investasi DaerahPeta Masalah Ketenaga-kerjaan di Era OtonomiKondisi Ketenaga-listrikan

Daftar Box

14

15

16

17

18

20

23

23

27

31

35

Page 10: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

xi

Daftar Gambar

Diagram 1 : Hirarki Faktor dan Variabel PemeringkatanDiagram 2 : Bobot Faktor PemeringkatanDiagram 3 : Faktor KelembagaanDiagram 4 : Bobot Faktor Keamanan, Politik dan Sosial BudayaDiagram 5 : Bobot Faktor Ekonomi DaerahDiagram 6 : Bobot Faktor Tenaga KerjaDiagram 7 : Bobot Faktor Infrastruktur FisikGrafik 1. : Nilai Rata-rata Daya Saing Investasi Kabupaten/kotaGrafik 2.1 : Kelompok Peringkat Kota dan Kabupaten Berdasarkan Seluruh Faktor

(Umum)Grafik 2.2 : Nilai Rata-rata Kategori Peringkat UmumGrafik 3.1 : Kelompok Peringkat Kota dan Kabupaten Berdasarkan Faktor

KelembagaanGrafik 3.2 : Nilai Rata-rata Berdasarkan Faktor KelembagaanGrafik 4.1 : Kelompok Peringkat Kota dan Kabupaten Berdasarkan Faktor

Keamanan, Politik dan Sosial BudayaGrafik 4.2 : Nilai Rata-rata Berdasarkan Faktor Keamanan, Politik dan Sosial

BudayaGrafik 5.1 : Kelompok Peringkat Kota dan Kabupaten Berdasarkan Faktor

Ekonomi DaerahGrafik 5.2 : Nilai Rata-rata Berdasarkan Faktor Ekonomi DaerahGrafik 6.1 : Kelompok Peringkat Kota dan Kabupaten Berdasarkan Faktor Tenaga

KerjaGrafik 6.2 : Nilai Rata-rata Berdasarkan Faktor Tenaga KerjaGrafik 7.1 : Kelompok Peringkat Kota dan Kabupaten Berdasarkan Faktor

Infrastruktur FisikGrafik 7.2 : Nilai Rata-rata Berdasarkan Faktor Infrastruktur Fisik

5

6

7

7

8

8

9

10

10

10

12

12

21

21

24

24

28

28

32

32

Page 11: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005xii

Daftar Tabel

Tabel 1.1 : Peringkat “A” Berdasarkan Seluruh Faktor (Umum)Tabel 1.2 : Peringkat “E” Berdasarkan Seluruh Faktor (Umum)Tabel 2.1 : Peringkat “A” Berdasarkan Faktor KelembagaanTabel 2.2 : Peringkat “E” Berdasarkan Faktor KelembagaanTabel 3.1 : Peringkat “A” Berdasarkan Faktor Keamanan, Politik dan Sosial BudayaTabel 3.2 : Peringkat “E” Berdasarkan Faktor Keamanan, Politik dan Sosial BudayaTabel 4.1 : Peringkat “A” Berdasarkan Faktor Ekonomi DaerahTabel 4.2 : Peringkat “E” Berdasarkan Faktor Ekonomi DaerahTabel 5.1 : Peringkat “A” Berdasarkan Faktor Tenaga KerjaTabel 5.2 : Peringkat “E” Berdasarkan Faktor Tenaga KerjaTabel 6.1 : Peringkat “A” Berdasarkan Faktor Infrastruktur FisikTabel 6.2 : Peringkat “E” Berdasarkan Faktor Infrastruktur Fisik

11

12

13

14

21

22

25

26

29

30

33

34

Page 12: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

xiii

Daftar Lampiran

PERINGKAT DAERAHLampiran 1.1: Peringkat 59 Kota Berdasarkan Seluruh Faktor (Umum)Lampiran 1.2: Peringkat 169 Kabupaten Berdasarkan Seluruh Faktor (Umum)Lampiran 2.1: Peringkat 59 Kota Berdasarkan Faktor KelembagaanLampiran 2.2: Peringkat 169 Kabupaten Berdasarkan Faktor KelembagaanLampiran 3.1: Peringkat 59 Kota Berdasarkan Faktor Keamanan, Politik dan Sosial

BudayaLampiran 3.2: Peringkat 169 Kabupaten Berdasarkan Faktor Keamanan, Politik dan

Sosial BudayaLampiran 4.1: Peringkat 59 Kota Berdasarkan Faktor Ekonomi DaerahLampiran 4.2: Peringkat 169 Kabupaten Berdasarkan Faktor Ekonomi DaerahLampiran 5.1: Peringkat 59 Kota Berdasarkan Faktor Tenaga KerjaLampiran 5.2: Peringkat 169 Kabupaten Berdasarkan Faktor Tenaga KerjaLampiran 6.1: Peringkat 59 Kota Berdasarkan Faktor Infrastruktur FisikLampiran 6.2: Peringkat 169 Kabupaten Berdasarkan Faktor Infrastruktur Fisik

PROFIL DAERAHLampiran 7 : Profil Daya Saing Investasi 59 Kota dan 169 Kabupaten di Indonesia

BOBOT PEMERINGKATLampiran 8 : Bobot Faktor - Variabel - Indikator Pemeringkatan Daya Saing Investasi

Daerah Tahun 2005Lampiran 9 : Perbandingan Bobot Faktor - Variabel - Indikator Pemeringkatan Tahun

2002 - 2005Lampiran 10 : Perubahan Bobot Faktor - Variabel - Indikator Pemeringkatan Tahun

2002 - 2005Lampiran 11 : MetodologiLampiran 12 : Formula Penghitungan Bobot

43

44

46

47

49

50

52

53

55

56

58

59

61

119

120

121

123

136

Page 13: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

I. Pendahuluan

A. PENDAHULUAN

Iklim investasi yang baik akan mendorongterjadinya pertumbuhan ekonomi, yaknimelalui investasi yang didukung olehproduktivitas yang tinggi. Investasi akanmemperkuat pertumbuhan ekonomi denganmendatangkan lebih banyak input ke dalamproses produksi. Oleh karenanya, memper-baiki iklim investasi merupakan suatu tugasyang penting bagi setiap pemerintah,terutama negara-negara yang memiliki dayasaing investasi yang rendah seperti Indonesia.Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi ikliminvestasi di Indonesia dinilai masihmemprihatinkan. Beberapa hasil surveilembaga internasional, memperlihatkanbahwa posisi peringkat daya saing investasiIndonesia masih berada pada kelompokperingkat bawah dan selalu berada di bawahnegara-negara di sekitar kita, seperti Thailanddan Malaysia. Peringkat ini juga cenderungmengalami penurunan secara signifikan. Halini menunjukkan seriusnya persoalan ikliminvestasi di Indonesia.yang harus segeradisikapi.

Perbaikan iklim investasi bukan hanyatanggungjawab pemerintah pusat, namunseluruh lapisan pemerintahan dan masyarakatsecara umum, agar perekonomian Indonesiasegera pulih dari krisis yang berkepanjangan.Kebijakan desentralisasi pemerintahan diIndonesia yang mulai diterapkan sejak tahun2001 telah mengamanatkan kepada

pemerintah daerah untuk turut berperan besardalam upaya penciptaan iklim investasi yangkondusif di daerahnya. Dengan kewenangandi-bidang pemerintahan yang telah diserah-kan kepada pemerintah daerah, telahmemungkinkan pemerintah daerah untuklebih leluasa dalam menciptakan ikliminvestasi di daerahnya masing-masing. Prosespengambilan kebijakan pembangunan yangsebelumnya lebih banyak dikendalikan olehpemerintah pusat, selanjutnya menjadi lebihdekat pada masyarakat di daerah. Kesiapandan kemampuan daerah dalam berkreasi,merupakan salah satu penentu keberhasilanpembangunan di daerah termasuk dalammenciptakan iklim investasi yang kondusif.

Untuk turut berperan dalam upayamenciptakan dan memperbaiki iklim investasiyang kondusif dan mendorong berbagaidaerah untuk bersaing dalam memperbaikiiklim investasi, KPPOD melakukanPemeringkatan Daya Saing InvestasiKabupaten/Kota di Indonesia. Kegiatan inidilakukan setiap tahun sejak tahun 2001. Padatahun 2005, KPPOD kembali melakukankegiatan ini. Selama lima tahunpelaksanaannya, sejumlah temuan telahdihasilkan dalam studi ini. Hasil studi inibanyak digunakan oleh para pihak dalampengambilan kebijakan yang terkait dengandaya saing investasi, terutama dalammenentukan lokasi investasi. Adalahtantangan bagi KPPOD untuk terusmeningkatkan kualitas dan kuantitas hasil

Page 14: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 20052

penelitian ini. Untuk itu tim peneliti KPPODterus berupaya melakukan perbaikan danpenyempurnaan hasil penelitian setiaptahunnya. Perbaikan yang dilakukanmencakup kualitas data input, penambahanjumlah daerah yang diperingkat, danperbaikan indikator maupun penambahanindikator serta hal-hal lainnya terkait denganinstrumen dan mekanisme penelitian. Padatahun 2005 ini, sejumlah perbaikan mencakuppembobotan faktor, variabel, dan indikator,serta penambahan sejumlah indikator baru.Demikian juga halnya dengan daerah yangdiperingkat juga mengalami penambahan.

B. TUJUAN PENELITIAN

Ada dua hal yang hendak dicapai darikegiatan pemeringkatan ini. Capaian pertamaadalah untuk mendorong kompetisi antardaerah dalam meningkatkan daya sainginvestasinya. Capaian kedua adalah mem-berikan referensi bagi dunia usaha dalamkeputusan berinvestasi. Hasil studi ini

diharapkan dapat membantu daerah-daerahdalam melihat daya saingnya terhadapinvestasi ditinjau dari berbagai aspekberdasarkan persepsi dunia usaha. Adapunhasil utama dari studi ini adalah:1. Peringkat daya saing investasi daerah

terhadap investasi berdasarkan persepsidunia usaha;

2. Peta persoalan terkait dengan ikliminvestasi di berbagai daerah dan faktor-faktor yang menyebabkannya.

C. SIGNIFIKANSI PENELITIAN

1. Dapat membantu daerah-daerah dalammelihat daya tariknya terhadap investasiditinjau dari berbagai aspek;

2. Sebagai suatu panduan bagi kalangandunia usaha atau investor dalam membuatkeputusan berinvestasi;

3. Mendorong kompetisi antar daerahkabupaten/kota dalam meningkatkan dayasaing investasi dan menciptakan ikliminvestasi yang kondusif.

Page 15: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

II. Dasar Pemikiran

Daya saing investasi Indonesia dibanding-kan dengan negara-negara lain di kawasanASEAN dan dunia, pada tahun-tahun terakhirselalu berada pada posisi di bawah.Berdasarkan World Economic Forum (WEF),peringkat daya saing Indonesia pada tahun2004 berada pada posisi ke 69 dari 104negara. Posisi tersebut memang lebih baikdibandingkan dengan tahun 2003 yangberada di urutan ke 72, tetapi masih tetap jauhlebih rendah dibanding Malaysia danThailand yang berada pada posisi 31 dan 34.Sementara hasil survei International Institute forManagement Development (IMD), tentangperingkat daya saing global, memperlihatkanperingkat Indonesia terus mengalamipenurunan dari tahun ke tahun. Berturut-turutsejak tahun 2001-2004, Indonesia beradapada urutan 46, 47, 57 dan 58. Pada tahun2005, peringkat ini turun ke peringkat 59 dari60 negara di dunia yang diteliti, satu peringkatlebih baik dibandingkan Venezuela yangberada di peringkat 60. Peringkat tersebutmasih jauh di bawah negara-negara tetanggaseperti Malaysia yang berada di urutan 28, danThailand 27.

Survei yang berbeda yang dilakukan olehlembaga survei internasional lainnya,Indonesia pada tahun 2005 berada padaperingkat 60, jauh lebih rendah dari Malaysia(26) dan Thailand (31). Indikator-indikatoryang digunakan dalam survei tersebut adalahmakro ekonomi, korupsi, penegakan hukum,dan pajak. Selain faktor-faktor tersebut,

masalah buruh, infrastruktur, perijinan,kepabeanan, dan keamanan dinilai masihterus membebani investasi di Indonesia.Dilihat dari Incremental Capital Output Ratio(ICOR), yang menunjukkan besarnya investasiyang diperlukan untuk memperoleh satupersen pertumbuhan PDB, ICOR Indonesiamasih berkisar 4-5%, sementara ICOR negara-negara tetangga hanya 2-3%. Hal inimemperlihatkan bahwa daya saing investasiIndonesia masih lemah dibandingkan dengannegara-negara tetangga.

Sejalan dengan kondisi iklim investasinasional yang memburuk, otonomi daerahditerapkan mulai tahun 2001. Selama 5 tahunpelaksanaan otonomi daerah telah terjadibeberapa perubahan dalam tatapemerintahan di tingkat lokal. Banyak upayatelah dilakukan oleh pemerintah daerah(pemda) untuk pembenahan, mulai dari tatakelembagaan pemerintahan, perencanaanperekonomian daerah dan kemasyarakatanserta lain sebagainya. Di sisi lain, denganberbagai alasan tidak sedikit justru dijumpaipraktik-praktik negatif dalam penyelenggaraanpemerintahan dan pelayanan publik, yangjustru mengurangi daya saing investasidaerah. Keterbatasan pemda dalammelakukan pembiayaan pembangunanperekonomian daerah, sering dijadikan alasanmengeluarkan kebijakan yang justrukontraproduktif terhadap penciptaan dayasaing investasi. Padahal dalam kontekspembangunan regional, investasi memegang

Page 16: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 20054

peran penting untuk mendorong per-tumbuhan ekonomi daerah. Pemda harusberupaya keras mendorong agar sebanyakmungkin investasi dapat masuk ke daerahnya.Yang menjadi persoalan adalah investasi tidakselalu datang ke setiap daerah. Hanya daerah-daerah yang memiliki daya saing investasiyang baik yang akan mendapatkan peluanginvestasi yang lebih besar. Di era otonomidaerah, daerah-daerah harus bersaing dengandaerah lainnya untuk menarik investasi.

Investasi yang akan masuk ke suatu daerahbergantung kepada daya saing investasi yangdimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Dayasaing investasi suatu daerah tidak terjadidengan serta merta. Pembentukan daya sainginvestasi, berlangsung secara terus-menerusdari waktu ke waktu dan dipengaruhi olehbanyak faktor. Pelaku utama investasi adalahkalangan dunia usaha. Dengan demikianuntuk mengetahui faktor-faktor yang signifikanmempengaruhi daya saing investasi suatudaerah, penelitian ini mempertimbangkanpersepsi dunia usaha dalam mengambilkeputusan untuk melakukan investasi di suatudaerah. Persepsi ini juga perlu dipahami olehpemda. Sama halnya ketika pemda perlumengetahui bagaimana kerangka berpikirinvestor dalam menentukan pilihan lokasiuntuk investasinya.

Dari berbagai literatur dan pendapat parapelaku usaha, faktor ekonomi, infrastruktur,politik dan kelembagaan, sosial, dan budayadiyakini merupakan beberapa faktorpembentuk daya saing investasi suatu negaraatau daerah. Secara umum investasi ataupenanaman modal, baik dalam bentukpenanaman modal dalam negeri (PMDN)

maupun pananaman modal asing (PMA)membutuhkan adanya iklim yang sehat dankemudahan serta kejelasan prosedurpenanaman modal. Iklim investasi daerah jugadipengaruhi oleh kondisi makro ekonomidaerah yang bersangkutan.

Keberhasilan daerah untuk meningkatkandaya saing terhadap investasi salah satunyabergantung kepada kemampuan daerahdalam merumuskan kebijakan yang berkaitandengan investasi dan dunia usaha, sertapeningkatan kualitas pelayanan terhadapmasyarakat. Hal yang juga penting untukdiperhatikan dalam upaya menarik investor,selain makroekonomi yang kondusif, jugaadanya pengembangan sumber daya manusiadan infrastruktur dalam artian luas. Kondisiinilah yang mampu menggerakan sektorswasta untuk ikut serta dalam menggerakkanroda ekonomi.

Bagi investor, informasi mengenai potensiinvestasi dan iklim investasi daerah sangatdiperlukan sebagai bahan pertimbangandalam pengambilan keputusan lokasi untukinvestasi. Tetapi hal ini tidak cukup sampaisebatas ketersediaan informasi saja. Diperlu-kan rangkaian upaya untuk memberikangambaran yang lebih komprehensif mengenaiiklim investasi di berbagai daerah, untukmembantu para investor dalam membuatkeputusan lokasi investasinya. Pemeringkatandaya saing investasi daerah yang dilakukanoleh KPPOD salah satunya adalah untukmenjawab permasalahan di atas, disampingjuga untuk membantu pemerintah daerahdalam melihat daya saingnya terhadapinvestasi dibanding-kan dengan daerahlainnya

Page 17: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

III. Rangkuman Hasil Penelitian

A. FAKTOR; VARIABEL; INDIKATORPEMERINGKATAN.

Untuk tujuan memperbaiki hasil penelitianini, pada Pemeringkatan tahun 2005, KPPODmelakukan sejumlah revisi terhadap variabeldan indikator yang digunakan untuk menilaidaya saing investasi suatu daerah. Revisi yangdilakukan termasuk penambahan sejumlahindikator, penyempurnaan pengelompokanindikator ke dalam variabel-variabel-nya, sertamenghilangkan sejumlah indikator yangdinilai kurang berpengaruh terhadap dayasaing investasi suatu daerah, atau karenatumpang tindih dengan indikator lainnya.Penyempurnaan dan revisi variabel danindikator pemeringkatan melibatkan sejumlahnarasumber dalam suatu forum Focused GroupDiscusión (FGD). Peserta FGD terdiri darikalangan pelaku usaha berbagai sektor (a.l.Perdagangan Jasa, Manufaktur, Perkebunan,

Pertambangan, dan sebagainya), dansejumlah akademisi/pakar ekonomi.Selanjutnya indikator-indikator yangdigunakan untuk pemeringkatan diputuskanoleh tim peneliti KPPOD.

Berdasarkan identifikasi tingkat danelemen-elemen untuk tujuan pemeringkatandaya saing daerah Kabupaten/Kota terhadapinvestasi, dari pemahaman studi literatur, opinipara pelaku usaha, masukan para ahli dan hasilpemeringkatan yang dilakukan KPPODsebelumnya; variabel-variabel yangmempengaruhi daya saing investasi daerahdikelompokkan sama seperti tahun-tahunsebelumnya yakni kedalam 5 (lima) faktor,sebagai berikut: (1). Kelembagaan, (2).Keamanan Politik dan Sosial Budaya, (3).Ekonomi Daerah, (4). Tenaga Kerja, dan (5).Infrastruktur Fisik, seperti terlihat pada diagram1: “Hirarki Faktor dan Variabel Pemeringkatan” .

���������������������� � ���� ��������

������ ������ ����������� ������������� � �

�������������

���!���!"��#�$����

��%�&�������!�'

���� � ������(��#

�(#����

��� ����

��)�$�

������������������������

��!����!��(�( �

�(�������(�( �

���#������

����!��)������

���$���

����!��)���� �*!���!����!�����

���#���� �*!���!����!�����

Diagram 1Hirarki Faktor dan Variabel Pemeringkatan

Page 18: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 20056

Masing-masing faktor dijabarkan dalamvariabel-variabel yang secara keseluruhanberjumlah sama dengan jumlah variabel tahunsebelumnya, yakni sebanyak 14 variabel.Selanjutnya setiap variabel dijabarkan lagidalam indikator-indikator yang secarakeseluruhan berjumlah 47 indikator (tahunsebelumnya 42 indikator). Perubahan variabeldan indikator tahun 2005 dibandingkandengan tahun sebelumnya dapat dilihat padalampiran 10.

B. BOBOT FAKTOR, VARIABEL DANINDIKATOR PEMERINGKATAN

Konsekuensi dari perubahan variabel danindikator yang digunakan untukpemeringkatan adalah harus dilakukanpembobotan ulang terhadap faktor, variabeldan indikator-indikatornya. Pembobotanfaktor, variabel dan indikator tetapmenggunakan pendekatan The AnalyticalHierarchy Process (AHP). Untuk tahun 2005pembobotan faktor, variabel dan indikatorseluruhnya dilakukan oleh narasumber daridaerah, yang merupakan para pelaku usaha.Hasil pembobotan faktor, variabel, indikatorpemeringkatan adalah sebagai berikut:

1. Bobot Faktor Pemeringkatan

Pada pemeringkatan tahun 2005, jumlahfaktor pemeringkatan sama seperti tahunsebelumnya yaitu sebanyak 5 faktor. FaktorKeamanan, Politik dan Sosial Budaya memilikibobot terbesar dalam mempengaruhi dayasaing investasi suatu daerah, yakni sebesar27%. Kemudian disusul oleh Faktor EkonomiDaerah dengan bobot sebesar 23%. BobotFaktor Ekonomi Daerah ini lebih besardibandingkan tahun sebelumnya yang hanyasebesar 17%. Faktor Kelembagaan yang padatahun 2002-2004 memiliki bobot terbesar(31%) untuk pemeringkatan tahun 2005 justrumemiliki bobot terkecil dibandingkan dengankeempat faktor lainnya, yakni turun menjadisebesar 15%. Hal ini tidak serta mertamenunjukkan kondisi kelembagaan daerah-daerah di Indonesia setelah 5 tahunpelaksanaan otonomi daerah sudah mulai

�����������

����� �����

������������ ����

������ �����

��������

� ������ ��� ������ ������

���

���

���

������

Diagram 2Diagram 2Diagram 2Diagram 2Diagram 2Bobot Faktor PemeringkatBobot Faktor PemeringkatBobot Faktor PemeringkatBobot Faktor PemeringkatBobot Faktor Pemeringkat

membaik, sehingga tidak lagi dipandangsebagai faktor yang terlalu penting dalammempengaruhi daya saing investasi daerah.Hal ini bisa terjadi karena diluar dunia usahasudah mulai apatis dengan kondisikelembagaan pemerintah daerah yang hingga5 tahun pelaksanaan otonomi daerah belumjuga menunjukkan perbaikan yang signifikan.Selanjutnya perhatian dunia usaha beralihpada faktor-faktor yang lebih terukur, yakniekonomi daerah, ketenagakerjaan, daninfrastruktur fisik. Pertimbangan lain jugadisebabkan ketiga faktor ini memiliki bobotlebih besar dibandingkan dengan faktorkelembagaan. Yang menarik, bahwa sampaidengan tahun ke-5 pelaksanaan otonomidaerah Faktor Keamanan Politik Sosial Budayamasih menjadi perhatian utama bagi parapelaku usaha dan memiliki bobot pengaruhyang terbesar dibandingkan dengan ke-4 faktorlainnya.

2. Bobot Variabel dan Indikator untuk FaktorKelembagaan

Faktor Kelembagaan memiliki bobot 15%dalam mempengaruhi daya saing investasidaerah. Dilihat dari bobot variabel-variabelyang tergabung dalam Faktor Kelembagaan,Variabel Kepastian Hukum masih memilikibobot terbesar dalam membentuk daya sainginvestasi daerah, yakni dengan bobot sebesar0.396 terhadap keseluruhan Faktor

Page 19: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

7

Kelembagaan (bobot lokal), atau sebesar 5.9%terhadap daya saing investasi daerah secarakeseluruhan (bobot global). Variabel KebijakanDaerah dan Peraturan Daerah (Perda)menduduki urutan kedua, yakni sebesar 23%(bobot lokal) dan terhadap daya sainginvestasi sebesar 3.4% (bobot global). Padapemeringkatan tahun 2005 ini dimasukkanvariabel baru, yakni Variabel KepemimpinanLokal. Variabel Kepemimpinan Lokal memilikibobot yang cukup signifikan yakni sebesar19% secara lokal, dan secara global sebesar2.8%.

Dilihat dari bobot indikator-indikator dalamFaktor Kelembagaan, indikator yang palingbesar mempengaruhi daya saing investasiadalah Indikator Konsistensi Peraturan (2.1%),disusul Indikator Pungutan Liar di LuarBirokrasi (1.8%) yang keduanya tergabungdalam Variabel Kepastian Hukum. Dari VariabelKepemimpinan Lokal, Indikator Inisiatif KepalaDaerah memiliki bobot terbesar, yakni sebesar1.3%.

3. Bobot Variabel dan Indikator untuk FaktorKeamanan Politik Sosial Budaya

Faktor Keamanan, Politik dan Sosial Budaya,merupakan faktor yang memiliki bobotterbesar dalam membentuk daya sainginvestasi daerah, yakni sebesar 27.4%. Padafaktor ini, Variabel Keamanan memiliki bobotterbesar yakni sebesar 61.2% bobot lokal(16.8% bobot global), disusul Variabel SosialBudaya sebesar 21.2%, dan selanjutnyaVariabel Politik sebesar 17.6%. Demikian jugaindikator-indikator yang tergabung dalamVariabel Keamanan juga memiliki bobotterbesar, yakni indikator Kemanan Usahamemiliki bobot 8.2%, disusul indikatorKeamanan Masyarakat sebesar 5.9%. DalamVariabel Politik, Indikator Hubungan EksekutifLegislatif memiliki bobot terbesar yakni sebesar62.8% secara lokal dan 3% secara global.

4. Bobot Variabel dan Indikator untuk FaktorEkonomi Daerah

Hasil pembobotan Faktor Ekonomi Daerah,dalam pemeringkatan tahun 2005 adalahsebesar 22.6%. Variabel Potensi Ekonomi

��������

���

�� �� ������

���

��

����

n Keamananl Kemanan Usahal Keamanan Masyarakatl Dampak Unjuk Rasa

n Politikl Hubungan Eksekutif-

Legislatifl Hubungan Antar Partai

Politik

Diagram 4Diagram 4Diagram 4Diagram 4Diagram 4Faktor Keamanan, Politik dan Sosial BudayaFaktor Keamanan, Politik dan Sosial BudayaFaktor Keamanan, Politik dan Sosial BudayaFaktor Keamanan, Politik dan Sosial BudayaFaktor Keamanan, Politik dan Sosial Budaya

n Sosial Budayal Keterbukaan Masyarakat

terhadap Dunia Usahal Keterbukaan Masyarakat

terhadap Tenaga Kerja dariLuar Daerah

l Etos Kerja Masyarakatl Kemudahan Memperoleh

Hak Penguasaan Tanahl Potensi Konflik di Masyarakat

��������� ����

�������� ����� ���

��

!������� ��������������

�������

"���

#$%

&'%

()%

&*%

Diagram 3Diagram 3Diagram 3Diagram 3Diagram 3Faktor KelembagaanFaktor KelembagaanFaktor KelembagaanFaktor KelembagaanFaktor Kelembagaan

n Kepastian Hukuml Konsistensi Peraturanl Penegakan Keputusan

Peradilanl Kecepatan Aparat

Keamananl Pungutan Liar di Luar

Birokrasi

n Aparatur dan Pelayananl Respon pemda terhadap

Permasalahan Dunia Usahal Birokrasi Pelayanan Dunia

Usahal Informasi Potensi Ekonomi

Daerahl Penyalahgunaan Wewenang

Oleh Aparat

n Kebijakan Daerah danPerdal Kejelasan Tarifl Kejelasan Prosedurl Proses Perumusan Perdal Kebijakan Ketenagakerjaan

n Kepemimpinan Lokall Kepemimpinan Kepala

Daerahl Inisiatif Kepala Daerahl Hubungan Kepala Daerah

dengan Pengusaha

Page 20: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 20058

merupakan variabel yang memiliki bobotterbesar dibandingkan seluruh variabel (14variabel) pemeringkatan, yakni sebesar 17.5%secara global, dan dibandingkan denganVariabel Struktur Ekonomi dalam FaktorEkonomi jauh lebih besar yakni sebesar 77.5%.Indikator PDRB Perkapita, merupakan indikatoryang memiliki bobot terbesar secara globalyakni sebesar 8.4%, lebih tinggi dibandingkandengan Indikator Keamanan Usaha (8.2%secara global) dan Indikator KeamananMasyarakat (5.9%) yang keduanya berada diFaktor Keamanan Politik Sosial Budaya.Sementara Indikator Pertumbuhan Ekonomisecara global memiliki bobot terbesar ketigasecara global yakni sebesar 6%. Besarnyabobot indikator-indikator ekonomi daerahmenunjukkan bahwa pada tahun 2005, parapelaku usaha menaruh perhatian yang besarpada indikator-indikator ekonomidibandingkan dengan indikator-indikatoryang tergabung dalam policy variabel(Kelembagaan).

5. Bobot Variabel dan Indikator untuk FaktorTenaga Kerja

Dalam pemeringkatan tahun 2005, FaktorTenaga Kerja juga mendapat perhatian yangbesar dari kalangan investor, dengan bobot

sebesar 18.3% dalam membentuk daya sainginvestasi daerah. Faktor ini terdiri dari 3Variabel, yakni Ketersediaan Tenaga Kerja,Kualitas Tenaga Kerja, dan Biaya Tenaga Kerja.Yang cukup menarik adalah bahwa VariabelBiaya Tenaga Kerja, yang selama ini banyakdikeluhkan oleh para pelaku usaha, justrumemiliki bobot terkecil dibandingkan dengandua variabel lainnya, yakni hanya sebesar24.1%. Sementara Variabel Kualitas TenagaKerja, khususnya Indikator ProduktivitasTenaga Kerja memperoleh bobot yang cukupbesar yakni sebesar 5.9% secara global.Terlihat bahwa perhatian utama para pelakuusaha terletak pada kualitas tenaga kerja,dalam hal ini produktivitas tenaga kerjadibandingkan dengan biaya tenaga kerja. Parapelaku usaha rela membayar lebih besar biayatenaga kerja, jika tenaga kerja memiliki kualitasdan produktivitas yang baik.

6. Bobot Variabel dan Indikator untuk FaktorInfrastruktur Fisik

Bobot Faktor Infrastruktur Fisik, yang terdiridari dua variabel (Ketersediaan InfrastrukturFisik dan Kualitas Infrastruktur Fisik),dibandingkan tahun sebelumnya mengalamipeningkatan dari 13% pada tahun 2002-

���� ������

������ ������

+'%

((%

n Patensi Ekonomil PDRB Perkapital Pertumbuhan Ekonomil Indeks Kemahalan

Konstruksi

Diagram 5Diagram 5Diagram 5Diagram 5Diagram 5Faktor Ekonomi DaerahFaktor Ekonomi DaerahFaktor Ekonomi DaerahFaktor Ekonomi DaerahFaktor Ekonomi Daerah

n Struktur Ekonomil Pertumbuhan Sektor Primerl Pertumbuhan Sektor

Sekunderl Pertumbuhan Sektor Tersier

����� ������ �����

����

������ ���������

����� �

����������

(+

%

(#%

#*%

n Ketersediaan Tenaga Kerjal Tenaga Kerja Usia Produktifl Tenaga Kerja Pencari Kerja

n Kualitas Tenaga Kerjal Produktivitas Tenaga Kerjal Pendidikan Tenaga Kerja

Diagram 6Diagram 6Diagram 6Diagram 6Diagram 6Faktor TFaktor TFaktor TFaktor TFaktor Tenaga Kerjaenaga Kerjaenaga Kerjaenaga Kerjaenaga Kerja

n Biaya Tenaga Kerjal Biaya Tenaga Kerja Formall Biaya Tenaga Kerja Aktual

Page 21: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

9

2004, menjadi sebesar 16.7% pada tahun2005. Hal ini menunjukkan bahwa persoalanyang terjadi pada infrastruktur fisik diIndonesia mendapat perhatian yang cukupserius bagi kalangan investor. Tampaknyamasalah krisis listrik yang dialami olehIndonesia dalam tahun belakangan ini, jugadirasakan cukup mengganggu kalangan duniausaha. Hal ini terlihat dari IndikatorKetersediaan Listrik yang mendapat bobotterbesar yakni 2.9% secara global, disusuldengan Indikator Ketersediaan Jalan Daratatau alternatifnya yakni sebesar 2.5% secaraglobal. Indikator Kualitas Jalan Darat danKualitas Tegangan Listrik juga mendapatbobot yang cukup besar yakni masing-masingsebesar 2.1% secara global.

Perubahan indikator yang digunakan untukpemeringkatan tahun 2005 dibandingkandengan tahun-tahun sebelumnya besertabobotnya, dapat dilihat pada bagian lampiranlaporan ini.

C. HASIL STUDI PEMERINGKATAN DAYASAING INVESTASI 228 KABUPATEN/KOTADI INDONESIA TAHUN 2005

Dari pemeringkatan tahun 2001 hinggatahun 2004, jumlah daerah yangdiperingkatkan terus bertambah, dari 90

daerah (68 kabupaten dan 22 kota), 134daerah (97 Kabupaten dan 37 Kota), 200daerah (156 Kabupaten dan 44 Kota) dan 214daerah (161 kabupaten dan 53 kota). Untuktahun 2005, jumlah ini bertambah menjadi228 daerah (169 kabupaten dan 59 kota).Perubahan ini juga diikuti dengan perubahanmetodologis pada indikator-indikator yangdigunakan untuk menilai daya saing investasidan bobot yang diberikan kepada setiap faktor,variabel, dan indikator. Karena alasan ini, hasilpemeringkatan tahun 2005 tidak dapatdibandingkan dengan hasil pemeringkatantahun-tahun sebelumnya. Untuk tahun 2005,hasil pemeringkatan dipaparkan secaraterpisah antara daerah kabupaten dan daerahkota. Pemisahan hasil pemeringkatan antaradaerah kota dan kabupaten semata-matauntuk mempermudah analisis perbedaan hasilyang dicapai oleh kedua kelompok daerah ini.Karenanya, pemisahan ini tidakmempengaruhi asumsi-asumsi dasar dalammenilai daya saing investasi antara kabupatendan kota.

Peringkat Daya Saing Investasi kabupatendan kota, secara umum maupun berdasarkantiap faktor, dikelompokkan menjadi 5 kategori.Secara berurutan peringkat tertinggi adalahkategori A, dan berurutan B, C, D, hinggaterendah kategori E. Cara pengelompokkanperingkat dapat dilihat pada lampiran 1.

1. Peringkat Umum

Peringkat Umum, atau total index dayasaing investasi, diperoleh dari penjumlahanseluruh skor indikator (47 indikator) yangdigunakan untuk menilai daya saing investasidaerah merupakan tersebar ke dalam 14variabel dan 5 faktor. Daerah-daerah yangmemperoleh skor tinggi secara umum adalahdaerah-daerah yang memperoleh skor tertinggiuntuk indikator-indikator yang memiliki bobotyang besar. Skor setiap variabel, faktor dan skorumum (total) dibuat dalam skala 1, untuk skorterendah, sampai dengan 9, untuk skortertinggi yang bisa diberikan kepada suatudaerah.

Hasil studi memperlihatkan perolehan skorrata-rata baik untuk kabupaten maupun kota

������

����� ������� ���

�������� ������� ���

#)%

,+%

n Ketersediaan InfrastrukturFisikl Ketersediaan Jalan Daratl Ketersediaan Pelabuhan Lautl Ketersediaan Pelabuhan Udaral Ketersediaan Sambungan Telp.l Ketersediaan Pasokan Listrik

Diagram 7Diagram 7Diagram 7Diagram 7Diagram 7Faktor Infrastruktur FisikFaktor Infrastruktur FisikFaktor Infrastruktur FisikFaktor Infrastruktur FisikFaktor Infrastruktur Fisik

n Kualitas Infrastruktur Fisikl Kualitas Jalan Daratl Kualitas Pelabuhan Lautl Kualitas Pelabuhan Udaral Kualitas Sambungan Telp.l Kualitas Tegangan Listrik

Page 22: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200510

masih jauh dari nilai sempurna yakni sebesar6.06 dan untuk rata-rata nilai terendah dantertinggi (A dan E) berada dalam rentangantara 6.71 sampai dengan 5.32. Hasil inimenunjukkan bahwa indeks daya sainginvestasi kabupaten dan kota pada tahun 2005ini masih cukup jauh dari nilai sempurna 9.Hal ini dapat diartikan bahwa secarakeseluruhan daya tarik iklim investasi daerah-daerah di Indonesia masih tergolong sedangsaja.

Rata-rata indeks daya saing investasi daerahkota sebesar 6.39, lebih tinggi dibandingkanindeks daya saing investasi daerah kabupaten(5.92). Hal ini menunjukkan bahwapersaingan diantara kelompok daerah kotalebih ketat dibandingkan dengan kelompokdaerah kabupaten. Kecenderungan bahwadaerah perkotaan dan daerah yangberdekatan dengan kota, memiliki indeks dayasaing investasi yang lebih baik dibandingkandengan daerah pedesaan (daerah kabupaten),menunjukkan terjadinya aglomerasi atau

klustering dayasaing investasi.Kota sebagaipusat kegiatanekonomi danke lengkapaninf rast rukturp e n d u k u n g ,menjadi lebihm e n a r i kdibandingkand a e r a h

Grafik 1Grafik 1Grafik 1Grafik 1Grafik 1Nilai Rata-rataNilai Rata-rataNilai Rata-rataNilai Rata-rataNilai Rata-rata

Daya Saing InvestasiDaya Saing InvestasiDaya Saing InvestasiDaya Saing InvestasiDaya Saing InvestasiKabupaten/kotaKabupaten/kotaKabupaten/kotaKabupaten/kotaKabupaten/kota

������������

������� � ���

������ ����!

�����������

"�#��� �����

$

%

����

&

���� ����

����

����

����

'���

kabupaten, sebagaimana terlihat dari Grafik2.1 Dari 59 Kota yang diperingkat, 37%berhasil memperoleh peringkat A dan 39%berada pada peringkat B. Berbeda dari kota,dari 169 yang diperingkat, hanya 14% yangmendapat peringkat A dan 16% mendapatperingkat B. Sebaliknya, kota-kota yangmemperoleh peringkat D dan E masing-masinghanya sebanyak 5% dan 3%. Sementara ada25% dan 5% berturut-turut daerah kabupatenyang memperoleh peringkat D dan E. Hasil inimenunjukkan keunggulan daerah kota dansekitar kota dalam hal daya saing terhadapinvestasi.

Secara teoritis, daerah dengan kombinasifaktor-faktor daya saing investasi yang baiklahyang berhasil berada dalam peringkat atas.Secara umum, studi ini memperlihatkan adadua karakteristik dari daerah-daerah yangmemiliki daya saing investasi yang tinggi.Pertama adalah, daerah-daerah dengankondisi perekonomian yang baik, dan keduaadalah daerah-daerah dengan kondisikeamanan, politik, sosial dan budaya yangkondusif. Kondisi perekonomian daerah yangbaik dan ditunjang oleh kondisi keamanan,politik, sosial budaya dan birokrasi yang ramahterhadap kegiatan usaha, akan menciptakandaya saing investasi daerah. Kondisi yang baikpada faktor-faktor tersebut akan semakinmempengaruhi daya saing investasi daerahjika didukung oleh ketersediaan tenaga kerjayang cukup dengan kualitas yang baik daninfrastruktur fisik pendukung kegiatan usahayang memadai. Hal inilah yang diperlihatkan

oleh daerah-daerah yang termasukdalam peringkat A secara umum,dimana mereka memiliki rata-rata skoryang tinggi untuk masing-masingfaktor, terutama untuk faktor yangmemiliki bobot besar.

Karena Faktor Ekonomi Daerahmemiliki bobot pengaruh yang besar(setelah Faktor Keamanan, Politik danSosial Budaya), wajar jika kemudianperingkat kota-kota lebih baikdibandingkan dengan kabupaten.Meski demikian, kelebihan kota secaraumum juga terlihat dari Faktor TenagaKerja dan Infrastruktur Fisik yang( � ) �

*

�*

�*

+*

,*

-��

���������������

��

��

��

$*

�*

%*

��

( � ) ��

+

,

$

-��

���%

&

�������� ����

����

Grafik 2.1Grafik 2.1Grafik 2.1Grafik 2.1Grafik 2.1Kelompok Peringkat KotaKelompok Peringkat KotaKelompok Peringkat KotaKelompok Peringkat KotaKelompok Peringkat Kota

dan Kabupaten Berdsarkandan Kabupaten Berdsarkandan Kabupaten Berdsarkandan Kabupaten Berdsarkandan Kabupaten BerdsarkanSeluruh Faktor (Umum)Seluruh Faktor (Umum)Seluruh Faktor (Umum)Seluruh Faktor (Umum)Seluruh Faktor (Umum)

(dalam %)

Grafik 2.2Grafik 2.2Grafik 2.2Grafik 2.2Grafik 2.2Nilai Rata-rataNilai Rata-rataNilai Rata-rataNilai Rata-rataNilai Rata-rata

Kategori PeringkatKategori PeringkatKategori PeringkatKategori PeringkatKategori PeringkatUmumUmumUmumUmumUmum

Page 23: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

11

memiliki bobot yang lebih kecil. Dilihat dariFaktor Ekonomi, daerah kota dan daerahsekitar perkotaan cenderung memiliki basisekonomi yang lebih baik jika dibandingkandengan daerah kabupaten yang jauh dari pusatkegiatan ekonomi. Penduduk perkotaanmemiliki daya beli yang lebih tinggidibandingkan dengan daerah pedesaaan. Halini dapat diukur dengan tingginya PDRBPerkapitanya. Daerah perkotaan juga memilikisarana dan prasarana pendukung kegiatanusaha yang lebih baik dibandingkan daerahkabupaten. Ketersediaan sarana jalan, listrikdan telekomunikasi, akan memperlancarkegiatan usaha. Daerah kota juga mampumenyediakan tenaga kerja yang lebihberkualitas dibandingkan daerah kabupaten.Karena disamping sebagai pusat kegiatanekonomi produktif, kota juga merupakan pusatkegiatan pendidikan yang mampumeningkatkan kualitas tenaga kerjanya. Hal-hal tersebut merupakan faktor utama mengapa

TTTTTabel 1.1abel 1.1abel 1.1abel 1.1abel 1.1Peringkat “A”Peringkat “A”Peringkat “A”Peringkat “A”Peringkat “A”

Berdasarkan Seluruh Faktor (Umum)Berdasarkan Seluruh Faktor (Umum)Berdasarkan Seluruh Faktor (Umum)Berdasarkan Seluruh Faktor (Umum)Berdasarkan Seluruh Faktor (Umum)

Batam 7,16Cilegon 7,09Padang 7,09Balikpapan 7,08Denpasar 7,07Tangerang 6,99Bandar Lampung 6,89Sibolga 6,85Sawahlunto 6,82Cirebon 6,80Makasar 6,78

Surakarta 6,74Surabaya 6,65Tanjung Pinang 6,64Medan 6,58Kediri 6,57Bandung 6,56Yogyakarta 6,56Manado 6,55Pekanbaru 6,55Semarang 6,54

Kota Skor Kota Skor

Gianyar 6,93Klungkung 6,92Musi Banyuasin 6,91Kolaka 6,81Kutai Kertanegara 6,77Sawahlunto Sijunjung 6,75Pasir 6,74Sidoarjo 6,70Bulungan 6,68Purwakarta 6,68Solok 6,66Tabalong 6,65

Bangli 6,65Maros 6,64Indragiri Hilir 6,64Jembrana 6,61Kutai Timur 6,58Pelalawan 6,58Tabanan 6,58Kudus 6,56Pangkajene Kepulauan 6,55Konawe Selatan 6,54Kerinci 6,54Karawang 6,53

Kabupaten Skor Kabupaten Skor

daya saing investasi kota menjadi lebih baikdibandingkan dengan daerah kabupaten.

Sebagian besar daerah-daerah yang beradadi peringkat A memiliki karakteristik sebagaidaerah yang memiliki basis ekonomi yang kuat.Ada dua jenis basis ekonomi dari daerah-daerah yang berada pada peringkat A, yaitudaerah-daerah dengan basis ekonomi sumberdaya bentukan dan ekonomi yang berbasispada sumber daya alam. Perekonomiandaerah yang berbasis sumber daya bentukanberkembang karena adanya kegiatan ekonomiproduktif yakni pada sektor sekunder(industrialisasi) dan sektor tersier. Untuk daerahkota, hal ini diperlihatkan oleh Kota Batam,Cilegon, Padang, Balikpapan, Denpasar,Tangerang dan lainnya. Sementara untukkabupaten, basis ekonomi sumber dayabentukan diperlihatkan oleh Kab. Gianyardengan industri pariwisatanya, Kab. Sidoarjo,Purwakarta, dan Karawang dengan kegiatanindustri manufaktur. Semuanya mampumendorong perekonomian daerah-daerahtersebut. Ekonomi berbasis sumber daya alamterbentuk oleh anugerah kekayaan alam yangdimilikinya daerah yang bersangkutan.Ekplorasi dan eksploitasi potensi sumber dayaalam, seperti pertambangan, kehutanan,perikanan, dan sebagainya, mampumendorong perekonomian daerah. Daerah-daerah dengan basis ekonomi sumber dayaalam (sektor primer), diperlihatkan oleh Kab.Musi Banyuasin, Kutai Kertanegara, KutaiTimur, Sawahlunto Sijunjung, dan sebagainya.

Tabel 1.1 memperlihatkan daerah-daerahyang berhasil memperoleh peringkat kategoriA (teratas). Terlihat bahwa skor tertinggidaerah kota sebesar 7.16 yang diperoleh KotaBatam lebih tinggi dibandingkan dengan skorKab. Gianyar (6.93) yang merupakan peringkatpertama pada kelompok kabupaten. Peringkatpertama yang disandang Kota Batam untuktahun 2005 ini sama dengan peringkat yangdiperoleh tahun 2003. Kota Batam mendapatskor tertinggi karena empat dari lima faktorpenentu daya saing investasi memiliki skortertinggi dan masuk dalam kategori A.Sementara untuk Faktor Keamanan, Politik danSosial Budaya mendapat kategori B. Di urutankedua dengan skor 7.09 diduduki oleh Kota

Page 24: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200512

Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Kelompok Peringkat KotaKelompok Peringkat KotaKelompok Peringkat KotaKelompok Peringkat KotaKelompok Peringkat Kota

dan Kabupaten Berdasarkandan Kabupaten Berdasarkandan Kabupaten Berdasarkandan Kabupaten Berdasarkandan Kabupaten BerdasarkanFaktor KelembagaanFaktor KelembagaanFaktor KelembagaanFaktor KelembagaanFaktor Kelembagaan

(dalam %)

Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Nilai Rata-rataNilai Rata-rataNilai Rata-rataNilai Rata-rataNilai Rata-rata

Berdasarkan FaktorBerdasarkan FaktorBerdasarkan FaktorBerdasarkan FaktorBerdasarkan FaktorKelembagaanKelembagaanKelembagaanKelembagaanKelembagaan

( � ) �*

�*

�*

+*

,*

-��

���������������

���

��

�� �

��

$*

�*

���

%*

( � ) ��

+

,

$

-��

���%

&

��������

��������

Cilegon dan Kota Padang. Kesamaan skor inihanyalah akibat pembulatan dengan 2 digitdi belakang koma. Sesungguhnya skor KotaCilegon sedikit lebih baik dibandingkandengan Kota Padang. Skor Kota Padang lebihlemah karena Faktor Kelembagaan-nya masukdalam kategori C. Sementara untuk KotaCilegon, kelima faktornya masuk dalamkategori A.

Dari kelompok daerah kabupaten,Kab. Gianyar menduduki peringkatpertama dengan skor 6.93, dan diikutioleh Kab. Klungkung dengan skor 6.92.Walaupun Kab. Gianyar memiliki skoryang lebih tinggi dari Kab. Klungkung,tetapi berdasarkan peringkat untukkelima faktornya, Kab. Klungkung lebihmerata. Kab. Klungkung kelima faktorpenentu daya saing investasi lebihmerata kedalam kategori A dan B. Kab.Gianyar mendapatkan kategori C hanyauntuk Faktor Tenaga Kerja. Perolehan

Tapanuli Utara 5,61Sanggau 5,60Natuna 5,60Kebumen 5,58Sangihe Talaut 5,56Bengkulu Utara 5,55Timor Tengah Selatan 5,54Pemalang 5,53Jeneponto 5,52Fakfak 5,50Badung 5,49Tulungagung 5,48Buleleng 5,48Situbondo 5,45Hulu Sungai Utara 5,45Bangka 5,44Bima 5,44Luwu Utara 5,43Mimika 5,42Sorong 5,40Poso 5,37Barito Selatan 5,36

Indramayu 5,35Sika 5,33Timor Tengah Utara 5,32Ngada 5,32Jember 5,30Lampung Timur 5,29Bengkulu Selatan 5,27Lombok Timur 5,26Manggarai 5,25Pasuruhan 5,24Ponorogo 5,23Tanjung Jabung Timur 5,23Lamongan 5,15Muna 5,13Wonosobo 5,12Rokan Hulu 5,11Bondowoso 4,97Pamekasan 4,95Sumba Barat 4,81Jayawijaya 4,81Buton 4,05

Kabupaten Skor Kabupaten Skor

Tanjung Balai 5,46

Kota Skor Kota Skor

Sorong 5,45

TTTTTabel 1.2abel 1.2abel 1.2abel 1.2abel 1.2Peringkat “E”Peringkat “E”Peringkat “E”Peringkat “E”Peringkat “E”

Berdasarkan Seluruh Faktor (Umum)Berdasarkan Seluruh Faktor (Umum)Berdasarkan Seluruh Faktor (Umum)Berdasarkan Seluruh Faktor (Umum)Berdasarkan Seluruh Faktor (Umum)

total skor Kab. Gianyar lebih tinggi daripadaKab. Klungkung disebabkan oleh FaktorInfrastruktur Fisik mendapat skor tinggi danmasuk dalam kategori A padahal faktor inimemiliki bobot besar yakni 16.7%, lebih baikdibandingkan dengan Kab. Klungkung yangmasuk kategori B untuk faktor yang sama. Dilain sisi, Kab. Klungkung lebih baik untukFaktor Kelembagaan, yakni masuk dalamkategori A. Sementara, Kab. Gianyar masukdalam kategori B untuk kategori yang sama,namun faktor ini memiliki bobot paling kecildibandingkan keempat faktor lainnya (15%).

2. Peringkat Faktor Kelembagaan

Indikator-indikator yang tergabung dalamfaktor kelembagaan merupakan indikator-indikator yang dibawah kendali pemerintahdaerah. Baik buruknya skor yang diperolehdaerah untuk setiap indikator dalam FaktorKelembagaan lebih banyak dipengaruhi olehkebijakan-kebijakan yang diambil olehpemerintah daerah yang bersangkutan. SkorFaktor Kelembagaan merupakan hasilpenjumlahan 15 indikator yangdikelompokkan dalam 4 variabel, yakniVariabel Kepastian Hukum, Aparatur danPelayanan, Kebijakan Daerah dan PeraturanDaerah, serta Kepemimpinan Lokal. Suatudaerah akan memperoleh skor FaktorKelembagaan yang tinggi jika indikator-indikator pembentuknya, yang juga memilikibobot tinggi, memperoleh skor tinggi pula.

Kondisi kelembagaan daerah-daerah di

Page 25: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

13

Indonesia sampai dengan tahun ke limapelaksanaan otonomi daerah masih belumcukup menggembirakan, terutama untukdaerah kota. Dari skala 1 – 9 untuk index dayasaing investasi, rata-rata skor daya sainginvestasi daerah berdasarkan FaktorKelembagaan masih jauh dari kondisisempurna yakni hanya sebesar 5.43. Perbedaanrata-rata skor untuk daerah kabupaten dankota juga tidak terlalu besar yakni 5.26 untukkota dan 5.48 untuk kabupaten. Hanya saja,terlihat bawah masih ada 32% daerah Kotaberada pada peringkat E. Skor rendah yangdiperoleh daerah-daerah untuk FaktorKelembagaan ini memper-lihatkan bahwapersoalan-persoalan yang terkait denganaspek kelembagaan masih banyak dijumpai didaerah-daerah di Indonesia. Persoalan-persoalan seperti pungutan liar, birokrasiperizinan, kepastian hukum, peraturan daerahdan sebagainya, masih banyak dijumpai olehdunia usaha sebagai kendala dalammenjalankan kegiatan usaha mereka. Namun

demikian dalam pembobotan faktor yangmempengaruhi daya saing investasi daerah,ternyata Faktor Kelembagaan justru mendapatbobot yang paling kecil dibanding keempatfaktor lainnya. Hal ini bisa terjadi karena didugadunia usaha sudah mulai menyesuaikan danberkompromi dengan kondisi kelembagaan didaerah yang masih kurang baik setelah 5tahun pelaksanaan otonomi daerah.Selanjutnya perhatian dunia usaha beralihpada faktor-faktor yang terukur, yakni ekonomidaerah, ketenagakerjaan, dan infrastrukturfisik. Secara metodologis, ketiga faktor inimemiliki bobot lebih besar dibandingkandengan Faktor Kelembagaan.

Pada Tabel 2.1, terlihat bahwa, peringkatpertama untuk Faktor Kelembagaan didudukioleh Kota Sawahlunto Sijunjung dengan skor6.50, diikuti oleh Kota Batam dan Kota Kupangpada posisi kedua dan ketiga. Sementarauntuk kelompok daerah kabupaten, Kab Barruberada pada peringkat pertama dengan skor7.65 dengan seluruh empat variabelpembentuknya mencapai kategori tertinggiyakni A. Peringkat kedua diduduki oleh Kab.Solok, diikuti oleh Kab. Lebak dan Kab.Jembrana.

Daerah-daerah yang menduduki peringkatA baik kabupaten maupun kota ini, dinilai olehsebagian besar pelaku usaha di daerahtersebut berhasil memperbaiki kinerjakelembagaannya. Adanya perbaikan disisikepastian hukum, pelayanan birokrasi yangbaik, peraturan daerah yang kondusif, sertakepemimpinan kepala daerah yang baik.Perbaikan dalam aspek pelayanan birokrasi,walau belum bisa dikatakan sempurnaditujukkan dengan mulai diterapkan sistembirokrasi perizinan usaha secara terpadu. KotaSawahlunto, Kota Tangerang, Batam, Kab.Jembrana, Gianyar, Purbalingga, merupakancontoh beberapa daerah yang telahmenerapkan sistem pelayanan perizinanusaha secara terpadu.Perbaikan jugadiperlihatkan dalam hal restrukturisasi birokrasipemerintahan, sebagaimana yang ditunjukkanoleh Kab. Jembrana. Restrukturisasi OrganisasiPemerintah Kab. Jembrana menyebabkanpengurangan jumlah dinas, badan dan kantordari yang semula 21 menjadi 9. Namun,

TTTTTabel 2.1abel 2.1abel 2.1abel 2.1abel 2.1Peringkat “A”Peringkat “A”Peringkat “A”Peringkat “A”Peringkat “A”

Berdasarkan Faktor KelembagaanBerdasarkan Faktor KelembagaanBerdasarkan Faktor KelembagaanBerdasarkan Faktor KelembagaanBerdasarkan Faktor Kelembagaan

Sawahlunto 6.50Batam 6.43Kupang 6.38Sukabumi 6.35

Kota Skor Kota Skor

Barru 7.06Solok 6.81Lebak 6.65Jembrana 6.59Belitung 6.57Hulu Sungai Tengah 6.56Hulu Sungai Selatan 6.54Tabalong 6.52Kolaka 6.51Purbalingga 6.46Gianyar 6.46Klungkung 6.44Bangli 6.39Sawahlunto Sijunjung 6.35Tanah Laut 6.34Lembata 6.34Indragiri Hilir 6.33Kerinci 6.32Musi Banyuasin 6.25

Kuningan 6.23Bulungan 6.22Cianjur 6.22Tabanan 6.2Pesisir Selatan 6.19Bangka Selatan 6.18Sukabumi 6.14Lahat 6.13Karangasem 6.12Lampung Barat 6.12Boyolali 6.1Bangka Barat 6.09Jepara 6.08Gunungkidul 6.07Pekalongan 6.05Bogor 6.05Maros 6.04Karimun 6.02

Kabupaten Skor Kabupaten Skor

Cilegon 6.27Denpasar 6.21Tangerang 6.14Gorontalo 6.07

Page 26: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200514

restrukturisasi organisasi itu juga telahmendorong efisiensi dan penghematananggaran APBN. Dengan restrukturisasiorganisasi itu, diperkirakan biaya rutin dapatdihemat sebesar Rp. 3 milyar setiap tahun.Restrukturisasi organisasi pemerintahan jugadiikuti oleh pemusatan kantor-kantor dinasdalam satu kawasan perkantoran - yangmemungkinkan pemerintah kabupatenmelakukan efisiensi dan penghematan dalammemberikan pelayanan kepada publik,

kepemimpinan kepala daerah yang kuat,merupakan salah satu faktor diyakini oleh parapelaku usaha akan mampu menciptakan ikliminvestasi yang kondusif di daerah. Banyakkebijakan-kebijakan daerah yang lahir dariinisiatif kepala daerah. Adanya transparansidan akuntabilitas dari kebijakan pem-bangunan daerah juga banyak lahir dariinisiatif kepala daerah dalam menjalinhubungan yang baik dengan kalangan pelakuusaha yang ada di wilayahnya.

Kab. Tanjung Timur merupakan daerahkabupaten yang berada pada peringkat palingbawah dengan skor 3.65. Sementara untukkelompok daerah kota, peringkat terbawahdiduduki oleh Kota Tanjung Balai dengan skor3.11, karena untuk seluruh variabel yangtergabung dalam Faktor Kelembagaanmendapat ketegori E. Peringkat buruk yangdiperoleh daerah-daerah yang berada padaperingkat E mencerminkan kondisi sebaliknyadari kondisi daerah-daerah yang berada padaperingkat A. Kategori E pada faktor inimemperlihatkan adanya kelemahan.Kepastian hukum merupakan variabel yangmendapat bobot terbesar dan menjadiperhatian utama bagi kalangan dunia usaha.Variabel ini merupakan ukuran dari kejelasandan kelangsungan hidup suatu kegiatan usahadi daerah. Variabel-variabel lain yang dinilaisabagai penghambat kegiatan usaha adalahperaturan daerah yang tidak kondusif,banyaknya penyimpangan di tubuh birokrasi,pungutan liar yang membebani pelaku usaha,serta pelayanan birokrasi perizinan usaha yangtidak jelas dan berbelit-belit. Kepemimpinankepala daerah yang lemah dan cenderungmenyimpang, sering dianggap sebagai satupenyebab mengapa kondisi kelembagaan didaerah menjadi tidak baik.

TTTTTabel 2.1abel 2.1abel 2.1abel 2.1abel 2.1Peringkat “E”Peringkat “E”Peringkat “E”Peringkat “E”Peringkat “E”

Berdasarkan Faktor KelembagaanBerdasarkan Faktor KelembagaanBerdasarkan Faktor KelembagaanBerdasarkan Faktor KelembagaanBerdasarkan Faktor Kelembagaan

Pontianak 4.87Bontang 4.82Kediri 4.78Surabaya 4.77Pekalongan 4.77Palembang 4.76Kendari 4.7Palangkaraya 4.68Probolinggo 4.65Mojokerto 4.62

Binjai 4.62Manado 4.58Medan 4.55Sorong 4.46Palu 4.45Madiun 4.44Samarinda 4.35Pematang Siantar 4.06Tanjung Balai 3.11

Kota Skor Kota Skor

Kapuas Hulu 4.89Kuansing 4.88Lombok Timur 4.87Mimika 4.86Tapanuli Utara 4.83Lampung Selatan 4.82Kendal 4.82Karo 4.82Bandung 4.80Karawang 4.77Mojokerto 4.77Tulungagung 4.73Ciamis 4.72Magetan 4.63

Situbondo 4.62Klaten 4.62Lampung Timur 4.62Natuna 4.56Deliserdang 4.47Bondowoso 4.43Sorong 4.36Sukoharjo 4.34Pasuruhan 4.28Bengkulu Selatan 4.20Ponorogo 4.15Barito Selatan 3.89Rokan Hulu 3.79Tanjung Jabung Timur 3.65

Kabupaten Skor Kabupaten Skor

Kepemimpinan Kepala Daerah (Kepda) yang kuat diyakini olehpara pelaku usaha akan mampu menciptakan iklim investasi yangkondusif di daerah. Banyak kebijakan-kebijakan daerah yang lahirdari inisiatif Kepda. Adanya transparansi dan akuntabilitas kebijakanpembangunan daerah, juga banyak lahir dari inisiatif Kepda dalammenjalin hubungan yang baik dengan kalangan pelaku usaha yangada di wilayahnya. Studi ini menemukan bahwa ada hubunganyang signifikan antara kualitas kepemimpinan Kepda dengan indeksdaya saing investasi daerah yang bersangkutan.

KEPEMIMPINANKEPALA DAERAH

Page 27: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

15

��������������������������������

�� ���� ��� ��������

� ��������������������� ����� ������������������

� �� ������������������ ����� ������������������������������

�� �������� �� ������������������������������ ���������������������

��������

!!"#$"%&"%

����'#"$'("�'("&

��)!"%))"&)*"$

�����!("*!%"&!&"&

���������

#"(%"##"#

�� ��������

%"�!!"�

!")

)� *� (� $� !��

����������������������������

�� +������,��� �� ����

��������+�����+-����������� ���,����������� �������� �����������.�����

� +������,��� ������������������� �������������/

�� ��������������+-������������������0����� �1��� ����� �����+-����2/

��������

����

��

�����

���������

�� ��������

)� *� (� $� !��

!!"*&"%!�")

*)"''&"�'$"&

)'"&)*"�)'"#

!("')�"�!&"'

*"$("*("%

!"*!")!"%

Hubungan yang positif diperlihatkan antara inisiatif Kepda dalammenciptakan iklim investasi yang kondusif, serta kualitaskepemimpinan Kepda dalam memimpin bawahannya terhadapindeks daya saing investasi Faktor Kelembagaan. Semakin tinggiinisiatif Kepda dalam menciptakan iklim investasi, akanmeningkatkan indeks daya saing investasi Faktor Kelembagaannya.Kepemimpinan Kepda bisa dilihat dari keteladanan yangditunjukkan kepada bawahannya, sikap disiplin terhadap bawahnya,upaya pemberantasan KKN dalam tubuh birokrasi, dan lainsebagainya. Sementara inisiatif Kepda terlihat dalam kebijakan-kebijakan yang dibuatnya baik secara informal maupun secaraterlembaga dalam kerangka peraturan daerah yang kondusif,promosi investasi, menciptakan forum dialog dengan dunia usahadan sebagainya. Hubungan diantara variabel-variabel tersebutdengan indeks daya saing investasi bisa dilihat dari persamaan hasilregresi seperti di bawah ini:

Dari ketiga Variabel Kepemimpinan Kepda, Indikator HubunganKepda dengan Pelaku Usaha mempunyai pengaruh paling besarterhadap indeks daya saing investasi daerah, kemudian disusul olehInisiatif Kepda dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif, danterakhir adalah keteladanan atau kepemimpinan (leaderships) Kepdaterhadap bawahannya. Secara langsung, kepemimpinan Kepdaakan mempengaruhi kualitas kelembagan pemerintah daerah.Dengan melakukan regresi antara skor Variabel Hubungan Kepdadan Dunia Usaha dengan Indeks Daya Saing Investasi FakorKelembagaan, diperoleh kesimpulan bahwa kualitas hubunganantara Kepda dengan pelaku usaha secara signifikan akanmemperbaiki kualitas kelembagaan di daerah. Setiap peningkatankualitas hubungan Kepda dengan pelaku usaha di daerah sebesarsatu satuan, akan meningkatkan kualitas kelembagaan di daerahsebesar 0.19 satuan indeks daya saing investasi untuk FaktorKelembagaan.

Walau dari uji ekonometri terbukti bahwa masing-masing variabeltersebut berpengaruh terhadap indeks daya saing investasi daerah,namun di berbagai daerah memperlihatkan kondisi yang kurangsignifikan. Dilihat dari indiktor-indikator pembentuk ketiga variabeltersebut di atas, terlihat bahwa menurut 20-30% pelaku usaha,kondisi kepemimpinan Kepda masih kurang baik hingga sangattidak baik. Berdasarkan uji ekonometri, indikator-indikator dalamvariabel hubungan antara Kepda dengan pelaku usaha memilikipengaruh paling besar terhadap indeks daya saing investasi.Namun ironisnya, indikator- indikator dalam varibael tersebut justrumemperlihatkan kondisi yang paling memprihatinkan. Lebih dari30% pelaku usaha menyatakan bahwa kualitas hubungan antaraKepda dengan pelaku usaha, serta penyalahgunaan Kepda dalammemberikan izin usaha berada dalam kondisi yang buruk hinggasangat buruk.

Peraturan Daerah (Perda), sebagai suatu kerangka acuanhukum dalam pelaksanaan kebijakan di daerah, merupakan aspekpenting yang diperhatikan oleh para pelaku usaha. Tidak sedikitkalangan dunia usaha merasa terbebani oleh ketentuan-ketentuanyang diatur dalam peraturan daerah ini. Hal ini barangkali telahdisadari benar oleh pemerintah daerah. Terbukti, hasil studi tahundemi tahun pelaksanaan otonomi daerah menunjukkan bahwa dari

PERATURANDAERAH

Page 28: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200516

hasil analisa perda semakin sedikit peraturan daerah yang dinilaimendistorsi kegiatan usaha.

Presentase perda yang berpotensi mendistorsi kegiatan usahadari tahun ke tahun semakin berkurang. Pada tahun 2004 terdapat30.15% perda yang berpotensi mendistorsi kegiatan usaha.Sementara tahun 2005 untuk kejelasan tarif yang mendistorsi turunmenjadi 10.1% dan untuk kejelasan prosedur turun menjadi 14.04%.Sementara jumlah perda yang bisa diterima tahun 2004 sebanyak57.85% tahun 2005 meningkat menjadi sebanyak 83.3% untukkejelasan tarif, dan 77.63% untuk kejelasan prosedur. Perda yangmendistorsi kegiatan usaha juga menjadi semakin berkurang,dimana untuk tahun 2004 terdapat 11.9% perda, untuk tahun 2005hanya ada 10.1% namun untuk kejelasan prosedur masih cukupbanyak yakni sebesar 14.4%.

� )� *� (� $� !��

������,

��������,

������������$'"'

##"(

!�"!!*"!

("($"'

�������������,������������� ��

�������������3����������)��%���������

)� *� (� $� !��

�"!

!!"&

%#"$

)&"*

�������������, �"$

����� ������,

��������,

������������

������,

�������������������3����������)��*����������

������������������������������������

���������

�� ���������.������������4�����

�������� �� ������������

�� �����������5�������� � ������������+6�������������

��������

("'$"�

����

��

�����

���������

�� ��������

)� *� (� $� !��

'%"�'%")

)%"#)*"%

)'"!)!"%

$"'$"!

!"()"$

PARTISIPASIMASYARAKATDALAMPENGAMBILANKEBIJAKAN

Tingkat keterlibatan dunia usaha dalam proses perumusanperda atau kebijakan daerah lainnya semakin meningkat daritahun ke tahun. Pada tahun 2004 jumlah responden yang tidakdilibatkan dalam perumusan kebijakan daerah sebanyak 82.5%.Dalam studi daya saing investasi daerah tahun 2005, partisipasimasyarakat dalam proses perumusan kebijakan daerah semakinbaik, terlihat dari berkurangnya jumlah responden yang tidakterlibat dalam proses perumusan perda menjadi hanya sebanyak61.3%.

Proses sosialisasi kebijakandaerah juga menunjukkan adanyapeningkatan partisipasi masyarakat.Secara umum, 52% para pelakuusaha di daerah menyatakanbahwa keterlibatan dunia usahadalam proses perumusan kebijakandaerah cukup baik hingga sangatbaik. Namun kualitas keterlibatandunia usaha ini perlu ditingkatkanlagi karena masih terdapat 39%pelaku usaha yang menyatakankualitas proses keterlibatan duniausaha dalam perumusan kebijakandaerah masih kurang baik, hinggatidak baik.� )� *� (� $� !��

�� ��������

�� �������

)*"%

)!"%

)$"*

'"(

���������������������������������������������������������������������

����������

7����

����

���������

!*"'

#"#

� )� *� (� $� !��

�� ��������

�� �������

)'"%

)!"#

'!")

'"(

������������������������������������������

�������������������������������������������

����������

7����

����

���������

!)")

#"$

Page 29: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

17

� )� *� (� $� !��

�� ��������

�� �����������

�����������������������

��� ��4�����

)"(

(!"*

)$"%

#"%

�����������������������������������

�����������������������

Selain proses keterlibatan, sosialisasi kebijakan yang dibuatoleh pemerintah daerah yang berpengaruh terhadap aktifitasusaha, juga perlu untuk disosialisasikan ke masyarakat secaraumum. Dari studi ini terlihat bawah 55% pelaku usahamenyatakan proses sosialisasinya sudah cukup baik hingga sangatbaik. Sementara masih ada 36% responden yang menyatakankurang baik dan tidak baik. Hal ini menunjukkan bahwa prosessosialisasi kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah masihbelum merata menyentuh lapisan masyarakat yang lebih luaslagi.

Masalah birokrasi perizinan usaha diyakini masih menjadi faktoryang sangat signifikan dalam menciptakan daya tarik investasi. Salahsatu bentuk kebijakan yang populer di tingkat daerah dalam rangkaotonomi daerah adalah perizinan. Sebagai instrumen pengendalian,perizinan dipandang oleh beberapa daerah (pemerintah daerah)memiliki posisi yang penting, yaitu: di satu sisi merupakan wujudnyata dari kewenangan daerah (otonomi politik), dan di sisi lainmerupakan sumber pendapatan daerah (otonomi ekonomi). Dalamkonteks ini, maka tidaklah mengherankan apabila salah satuperwujudan dari pelaksanaan otonomi daerah adalah semakinbanyaknya izin yang harus dikantongi oleh swasta dan masyarakatuntuk melakukan sesuatu. Konsekuensi dari banyaknya izin adalahbanyaknya beban yang harus ditanggung oleh masyarakat atauswasta untuk “melegalkan” kegiatan yang hendak mereka lakukan.Persoalan yang juga muncul terkait dengan perizinan adalah prosesbagaimana swasta atau masyarakat dapat memperoleh / mengurusperizinan tersebut. Prosedur yang panjang dan berbelit, kepastianwaktu, dan biaya, merupakan persoalan klasik yang dialami diIndonesia.

Pihak-pihak dan instansi birokrasi perizinan yang biasa dihadapioleh para pelaku usaha dalam mengurus perizinan usaha,diantaranya adalah Unit Pelayanan Terpadu (dengan berbagai namadan variansinya), dinas-dinas teknis sektoral, langsung kepadaKepala Daerah, dan lain-lain. Namun, menurut para pelaku usaha diberbagai daerah, sebagian besar (74.95%) proses perizinan usahamasih ditangani melalui dinas-dinas teknis sektoral yang ada diPemda. Baru 15.49% pelaku usaha yang mengurus perizinan usahamelalui sistem One Stop Service (OSS), bahkan ada 2.25% pelakuusaha yang langsung mengurus perizinan usaha kepada kepaladaerah.

Dari survei daya saing investasi daerah juga diketahui, bahwasebagian besar pelaku usaha telah mengurus perizinan usaha yangmereka lakukan (91% dari 8.727 pelaku usaha). Hanya 9% pelakuusaha yang tidak mengurus perzinan untuk kegiatan usaha mereka.

Meskipun sebagian besar pelaku usaha mengurus sendiri izinusaha mereka, yakni sebesar 55% dari 8.727 responden, sebagianlagi dilakukan oleh karyawan perusahaan (15%). Namun demikiandalam mengurus perizinan usaha masih ditemukan banyak pelakuusaha yang mengurus melakui jasa perantara, baik itu calo (7%responden), maupun melakui petugas/pegawai Pemda (12%). Halini tentu saja mengundang pertanyaan mengapa masih cukup

PERIZINANUSAHA

� )� *� (� $� !��

�� �������

���

�����������

4������������������

4����

*"%

!%"%

#%

)"'

)"#

����������� �����������!������������������

� )� *� (� $� !��

���������/��� �

%%

!%

#

!)

)

5����17���2

���������������

������ ���

�� ���������+6�

4����

&

���������� !����������������

Page 30: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200518

banyak pelaku usaha yang memanfaatkan jasa perantara,dibandingkan dengan mengurus sendiri, baik itu secara pribadimaupun oleh karyawan perusahaan.

Hal ini menunjukkan sejumlah persoalan yang dihadapi oleh parapelaku usaha dalam mengurus perizinan usaha kepada pemerintahdaerah yang biasanya terkait dengan kejelasan prosedur, kepastianbiaya, dan kepastian waktu. Lebih dari 20% mengeluhkan bawahpelayanan birokrasi perizinan usaha yang dilakukan oleh Pemdasecara rata-rata dibawah memuaskan. Aspek kepastian biayamerupakan persoalan yang banyak dikeluhkan oleh para pelakuusaha, yakni sebanyak 27.98% responden. Aspek berikutnya yangbanyak dikeluhkan oleh para pelaku usaha adalah kepastian waktu,yang dikeluhkan oleh 25.05% pelaku usaha. Sementara untukkemudahan prosedur dinilai kurang jelas hingga tidak jelas, oleh20,40% pelaku usaha.

Banyaknya keluhan terhadap kejelasan prosedur ini terkaitdengan ketersediaan informasi mengenai proses perizinan baikdalam hal prosedur, biaya, serta waktu untuk mengurus perizinanusaha. Yang ironis adalah begitu banyaknya keluhan para penggunajasa pelayanan perizinan, namun menurut 45.85% pelaku usaha,ternyata dalam birokrasi perizinan tidak tersedia adanya mekanismepengajuan keberatan terhadap ketidak-puasan mereka. Anehnyameskipun banyak pelaku usaha yang mengeluhkan kualitaspelayanan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam prosesperizinan, namun tidak banyak pelaku usaha yang mengajukankeberatan.

Secara keseluruhan, hanya 9% responden yang mengajukankeberatan atas ketidakpuasan pelayanan yang dilakukan oleh Pemda.Dilihat dari instansi yang menanganiperizinan usaha, ternyata respondenyang paling sedikit mengajukankeberatan adalah mereka yangmengurus perizinan melalui One StopService, yakni sebanyak 7.7%.Sementara pengajuan keberatanterbesar dilakukan oleh respondenyang dilayani oleh dinas-dinas teknisterkait, yaitu sebanyak 9.55%responden. Apakah hal inimengisyaratkan bahwa pelayananperizinan dengan sistem One StopService, lebih baik dibandingkandengan sistem yang lainnya?

� )� *� (� $� !��

��������

!�"&$"*$"$!!"'

����**"$*)")*�"&*%"#

7����))"$)'"!)!"))'"$

�����!%"%!&"')!"&!'"&

���������

*"&%"&("!*"�

�� ������

!"!!"!!"!!"'

� ��� �������� ��� ��������8����� �������������� ���������������

��������������������������!������������������

)� *� (� $� !����������������������� ����+,������

��������

����

7����

�����

���������

�� ������

"������������� �������������������!�������������

)"!$"%

)�"**)")

!*"%))")

!!"%!&"%

%"(("(

*%"&!

� )� *� (� $� !��

���

�����������

4������������������

4����$"%

��������������� ���������������������������

$'"$

$"#

#$"(

&"(

$)"*

#"#

$!")

���� �������������������

Perizinan usaha tampaknya menjadi persoalan yangmenjadi perhatian sebagian besar pelaku usaha. Persoalanyang muncul dalam perizinan adalah adanya ketidak sesuaianantara ketentuan yang telah ditetapkan dalam aturan formal,baik itu dalam peraturan daerah, SK Kepala Daerah, maupunperaturan formal lainnya. Penyimpangan yang sering kalimuncul adalah dalam hal tarif pungutan terkait dengan biayauntuk mendapatkan suatu jenis perizinan tertentu, proseduryang harus dilalui, maupun dalam hal ketepatan waktu.

PENYIMPANGANDALAMPERIZINANUSAHA

Page 31: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

19

Dalam hal kepastian biaya,, dari 8.727 pelaku usaha, 13%diantaranya menyatakan harus memberikan biaya tambahandiluar biaya resmi yang yang telah ditetapkan. Secara statistikbarangkali angka ini tidak terlalu besar, namun penting untukkita perhatikan. Besarnya tambahan biaya yang harus dikeluarkanoleh para pelaku usaha dalam mengurus perizinan usaha merekabervariasi tergantung dari besarnya biaya resmi yang telahditetapkan. Namun secara rata-rata besarnya tambahan biayatidak resmi adalah sebesar 109.36% dari biaya yang telahditetapkan secara resmi.

Jika dilihat dari prosentasenya, semakin besar biaya resmiyang harus dikeluarkan untuk mendapatkan izin, maka prosen-tase tambahan biaya tidak resmi menjadi lebih kecil. Namun jikadilihat dari nominalnya tetap saja cukup memberatkan bagipemohon izin. Yang paling besar menangung tambahan biayatidak resmi adalah para pelaku usaha yang mengajukanperizinan dengan biaya resminya dibawah Rp.50.000,- (rata-rataRp.15.124,-), yakni harus membayar tambahan rata-rata biayatidak resmi sebesar Rp.52.050,- atau 475.2% dari biaya resmi.

Persoalan tambahan beban biaya tidak resmi tersebut,diperberat dengan adanya ketidakpastian waktu untukpenyelesaian perizinan. 41% Para pelaku usaha yang pernahberpengalaman berhadapan dengan birokrasi perizinan,menyatakan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikanproses pengurusan izin lebih lama dari waktu yang telahditetapkan atau dijanjikan oleh pemda. Namun demikian,sebanyak 8% pelaku usaha yang menyatakan bahwa waktu yangdibutuhkan untuk menyelesaikan perizinan lebih cepatdibandingkan dengan waktu yang telah diatur, sementara 51%pelaku usaha yang lain menyatakan bahwa waktu untuk prosesperizinan sesuai dengan yang dijanjikan oleh pemda.

Untuk menyelesaikan proses perizinan di daerah-daerahpenelitian, dari permohonan diajukan hingga perizinandiperoleh, rata-rata waktu yang dibutuhkan adalah 32 hari,padahal waktu yang ditetapkan oleh pemda rata-rata adalah 17hari, artinya 15 hari lebih lama dari waktu yang telah ditetapkanoleh birokrasi yang menangani perizinan usaha. Waktu untukmenyelesaikan perizinan yang dijanjikan oleh pemda berkisarantara 31 hari hingga 180 hari atau rata-rata 81 hari kerja,tergantung dari jenis perizinan yang diajukan. Untukmenyelesaikan perizinan ini ternyata realisasi waktu yangdiperlukan adalah 177 hari kerja, atau 97 hari kerja lebih lama.

Bagi para pelaku usaha, ketidakpastian waktu untukmemproses perizinan yang harus mereka peroleh untuk kegiatanusaha mereka adalah adanya tambahan opportunity cost.Opportunity cost ini tentunya akan menghambat kegiatan usahamereka. Tambahan waktu juga berarti adanya tambahan biayajika mereka ingin segera memperoleh perizinan yang diinginkan.Karena biasanya untuk mempercepat waktu proses perizinan,para pelaku usaha harus mengeluarkan biaya ekstra, diluar biayaresmi. Hal ini belum ditambah dengan biaya transportasi danbiaya-biaya lainnya.

4����4���

4����7���

� )� *� (� $� !��

$

����

*!

%!

���������#��������������������������!�������������

� �

�� ���� �

� )� *� (� $� !��

$#

!'

�����$����������������!������������������

� !�� )�� '�� *�� %��

9�%�

(#"(

(&"*

&$"!

#$

!&)

*#%")

%�:!��

!��:%��

%��:!/���

!/���:%/���

;�%/���

������<����<�����

�����$����������������!������������������

)��

'!:!$�!##

!':'�

#:!)

!:(

!(�!)�$�*��

3���

#�������������������������!����

$!

'*)*

!!$

('

��<���:������<�������

Page 32: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200520

Citra bahwa pelaku usaha merupakan pihak yang memilikibanyak uang, tampaknya menjadikan para pelaku usaha sebagaiobyek pungutan dari berbagai pihak. Dengan berbagai alasanbanyak pihak yang kemudian melakukan pungutan terhadappelaku usaha, baik itu dalam kaitannya dengan kegitan usahamereka maupun dengan alasan lainnya. Persoalannya adalahpungutan-pungutan tersebut tidak diatur secara formal denganalasan yang kadang kala tidak masuk akal. Pihak-pihak yangsering melakukan pungutan bisa berasal dari pemerintahan didaerah, aparat keamanan maupun masyarakat secara umumdengan mengatasnamakan pribadi maupun organisasi tertentu.

Pungutan yang paling banyak dikenakan terhadap pelakuusaha adalah pungutan yang mengatasnamakan sumbangansosial kemasyarakatan, yakni dialami oleh 49% responden.Pungutan lainnya juga datang dari organisasi kepemudaan atauormas yang ada di sekitar lokasi usaha, yakni dialami oleh 19%,kemudian diikuti pungutan dari aparat keamanan (11%responden), pungutan oleh preman (8% responden). Sementarawalaupun tidak banyak responden yang mengalami pungutan,tetapi ternyata pungutan tidak resmi juga dilakukan oleh Pemda(6% responden), dan dari pihak DPRD (1% responden).

Dilihat dari pihak-pihak yang melakukan pungutan tidakresmi ternyata pungutan terbesar datang dari institusi-institusiresmi seperti DPRD, Pemda, dan Aparat Keamanan. Dilihat darirata-rata besarnya pungutan pungutan oleh DPRD secaranominal paling besar yakni Rp.1.176.885,- dalam satu bulan,diikuti oleh pungutan dari pihak pemda sebesar Rp.817.944,-,pihak lainnya Rp.816.158,- dan aparat keamanan sebesarRp.752.0.77,-.

Banyaknya pungutan tidak resmi yang dialami oleh parapelaku usaha di berbagai daerah ini, tentunya merupakantambahan biaya yang menyebabkan high cost economy.Tambahan biaya ini akan meningkatkan biaya operasional untukmelakukan kegiatan usaha mereka. Dibandingkan dengan biayaoperasional perbulan dari kegiatan usaha para responden, rata-rata tambahan biaya tidak resmi yang dipungut oleh berbagaipihak adalah sebesar 2.1% dari total biaya operasional. Semakinbesar biaya operasional dari sebuah kegiatan usaha ternyatasecara nominal jumlah pungutan tidak resmi juga semakin besar.Untuk biaya operasional diatas Rp.5 milyar, pungutan tidak resmirata-rata perbulan sebesar Rp.77.252.609,- atau rata-rata sebesar0.42%

Para pelaku usaha skala kecil dan mikro merupakan kelompokpengusaha yang paling besar menanggung pungutan tidakresmi ini. Untuk pelaku usaha yang biaya operasional perbulandibawah Rp.5.000.000,- rata-rata pungutan tidak resmi yangmenjadi beban rata-rata adalah sebesar Rp.252.196,- atau 6.90%dari biaya operasionalnya. Sementara untuk kegiatan usahadengan biaya operasional antara Rp.5 juta s/d Rp.50 juta, rata-rata pungutan tidak resminya sebesar Rp.776.600,- atau 2.57%dari biaya operasional. Persoalan pungutan-pungutan tidak resmiini harus segera diatasi karena jika dibiarkan terus berlangsungakan menghambat perkembangan usaha dan perekonomiansecara keseluruhan.

PUNGUTANTIDAK RESMI

)� *� (� $� !��

!!

*$"%

(

!"'

!&

������������<�

������������ �

������ �����

������������

�����������

0����������� ��0����

������������4��

$����

(")

��������� ����������������

� ) * ( $ !�

�"*

�"%

!"'

!"$

)"(

("&

!"'

%���&��������������������'�������������������

%:%�

%�:)%�

)%�:(��

(��:)/���

)/���:%/���

;�%/���

������5����<�����

9�%

Page 33: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

21

3. Peringkat Faktor Keamanan, Politik danSosial Budaya

Faktor Keamanan, Politik dan Sosial Budaya,merupakan faktor yang pada pemeringkatantahun 2005 memiliki bobot pengaruh terbesardalam membentuk daya saing investasidaerah, yakni sebesar 27.4%. Faktor ini terdiridari 3 variabel (Variabel Keamanan, VariabelPolitik dan Variabel Sosial Budaya), yangkemudian terbagi dalam 10 indikator.Indikator Keamanan Kegiatan Usahamerupakan indikator dengan bobot terbesardalam faktor ini (16.8%), dan terbesar keduasecara keseluruhan setelah Indikator PDRBPerkapita (17.5%) dalam Faktor EkonomiDaerah. Besarnya bobot faktor inilah yangsedikit banyak mempengaruhi hasil peringkatdaya saing investasi secara total. Daerah-daerah yang aman untuk kegiatan usahamerupakan daerah yang kemudian akanmemperoleh skor daya tarik investasi yangrelatif tinggi.

Secara umum sebenarnya kondisiKeamanan Politik dan Sosial Budaya berbagaidaerah di Indonesia cukup baik, terlihat darirata-rata indeks daya saing investasi untukfaktor ini yang cukup tinggi yakni sebesar 6.37.Dari hasil skor untuk faktor ini, walaupun tidakberbeda jauh, terlihat bahwa daerah-daerahkabupaten lebih kondusif dibandingkandengan daerah perkotaan. Untuk daerahkabupaten, indeks daya saing investasi FaktorKeamanan Politik dan Sosial Budaya adalahsebesar 6.41, sementara untuk daerah kota

sebesar 6.23. Terdapat 22% daerah kabupatenyang masuk dalam kategori A, sementaradaerah kota ada 14% yang berada dalamkategori A. Untuk kategori B terdapat 20%sementara daerah kota sebanyak 22%.

Daerah-daerah perkotaan yang mendapatrata-rata skor lebih rendahdibandingkan dengan daerahkabupaten lebih banyak dipengaruhioleh dampak kegiatan unjuk rasa didaerah perkotaan (buruh danmasyarakat secara umum), hubunganeksekutif dan legislatif, sertahubungan antar partai politik.Sementara untuk Variabel SosialBudaya relatif tidak ada perbedaanantara daerah kota dan daerahkabupaten. Untuk keamanankegiatan usaha, daerah kota jugatidak lebih jelek dibandingkandengan daerah kabupaten. Namun

Grafik 4.1Grafik 4.1Grafik 4.1Grafik 4.1Grafik 4.1Kelompok Peringkat KotaKelompok Peringkat KotaKelompok Peringkat KotaKelompok Peringkat KotaKelompok Peringkat Kota

dan Kabupaten Berdasarkandan Kabupaten Berdasarkandan Kabupaten Berdasarkandan Kabupaten Berdasarkandan Kabupaten BerdasarkanFaktor Keamanan, Politik danFaktor Keamanan, Politik danFaktor Keamanan, Politik danFaktor Keamanan, Politik danFaktor Keamanan, Politik dan

Sosial Budaya Sosial Budaya Sosial Budaya Sosial Budaya Sosial Budaya (dalam %)

Grafik 4.2Grafik 4.2Grafik 4.2Grafik 4.2Grafik 4.2Nilai Rata-rataNilai Rata-rataNilai Rata-rataNilai Rata-rataNilai Rata-rata

Berdasarkan FaktorBerdasarkan FaktorBerdasarkan FaktorBerdasarkan FaktorBerdasarkan FaktorKeamanan, PolitikKeamanan, PolitikKeamanan, PolitikKeamanan, PolitikKeamanan, Politikdan Sosial Budayadan Sosial Budayadan Sosial Budayadan Sosial Budayadan Sosial Budaya

( � ) �*

�*

�*

+*

,*

-��

���������������

��� �� ��

����

���

$*

�*

%*

( � ) ��

+

,

$

-��

����%

&

�������

��

���

Denpasar 7,55Sibolga 7,50Balikpapan 7,45Cilegon 7,29

TTTTTabel 3.1abel 3.1abel 3.1abel 3.1abel 3.1Peringkat “A”Peringkat “A”Peringkat “A”Peringkat “A”Peringkat “A”

Berdasarkan Faktor Keamanan,Berdasarkan Faktor Keamanan,Berdasarkan Faktor Keamanan,Berdasarkan Faktor Keamanan,Berdasarkan Faktor Keamanan,Politik dan Sosial BudayaPolitik dan Sosial BudayaPolitik dan Sosial BudayaPolitik dan Sosial BudayaPolitik dan Sosial Budaya

Kota Skor Kota SkorSawahlunto 7,20Sukabumi 7,19Bontang 7,12Kendari 7,08

Maros 8,09Bangli 8,07Gianyar 8,01Lingga 7,77Konawe Selatan 7,76Klungkung 7,72Karangasem 7,69Tabanan 7,64Kutai Timur 7,62Rejang Lebong 7,56Bulungan 7,55Nunukan 7,54Sawahlunto Sijunjung 7,52Lebak 7,49Musi Banyuasin 7,49Ciamis 7,45Ogan Ilir 7,37Jembrana 7,36Berau 7,34

Pekalongan 7,34Pesisir Selatan 7,33Kuningan 7,30Tebo 7,29Dairi 7,29Tabalong 7,28Kutai Kertanegara 7,28Takalar 7,25Pasir 7,18Sukabumi 7,18Tegal 7,17Majene 7,16Bantaeng 7,15Lampung Barat 7,14Kolaka 7,14Purbalingga 7,09Cianjur 7,09Pasaman 7,08

Kabupaten Skor Kabupaten Skor

Page 34: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200522

untuk kondisi keamanan lingkunganmasyarakat, daerah kota cenderung lebihburuk dibandingkan dengan daerahkabupaten. Hal ini wajar karena kompleksitaspermasalahan daerah perkotaanmengakibatkan kondisi keamanan dan sosialpolitik yang lebih buruk dibandingkandengan daerah pedesaan (kabupaten).Intensitas kegiatan unjuk rasa yang banyakmengganggu kegiatan usaha juga lebihbanyak terjadi di daerah perkotaan. Hal inidisebabkan karena daerah perkotaanmerupakan konsentrasi kegiatan industri yangmelibatkan banyak buruh, yang selama tahun2005 banyak melakukan kegiatan unjuk rasa.

Yang menarik dari hasil peringkat Faktor

TTTTTabel 3.2abel 3.2abel 3.2abel 3.2abel 3.2Peringkat “E”Peringkat “E”Peringkat “E”Peringkat “E”Peringkat “E”

Berdasarkan Faktor Keamanan,Berdasarkan Faktor Keamanan,Berdasarkan Faktor Keamanan,Berdasarkan Faktor Keamanan,Berdasarkan Faktor Keamanan,Politik dan Sosial BudayaPolitik dan Sosial BudayaPolitik dan Sosial BudayaPolitik dan Sosial BudayaPolitik dan Sosial Budaya

Palangkaraya 5,57Pekanbaru 5,52Malang 5,41Pontianak 5,39Bengkulu 5,37Pekalongan 5,33DKI Jakarta 5,32

Palu 5,21Tanjung Balai 5,05Kupang 4,99Sorong 4,88Bekasi 4,85Madiun 4,43

Kota Skor Kota Skor

Lampung Timur 5,66Tolitoli 5,63Sleman 5,63Mimika 5,57Sorong 5,48Situbondo 5,47Manokwari 5,42Wonosobo 5,41Bekasi 5,41Timor Tengah Selatan 5,37Jember 5,37Barito Selatan 5,37Ponorogo 5,36Bondowoso 5,32Serang 5,32Lombok Timur 5,32

Fakfak 5,22Bengkulu Selatan 5,18Buton 5,16Gresik 5,02Tulungagung 5,00Buleleng 4,98Lamongan 4,97Simalungun 4,97Donggala 4,89Sumba Barat 4,62Pamekasan 4,56Muna 4,50Poso 4,40Bangka 4,38Rokan Hulu 3,95

Kabupaten Skor Kabupaten Skor

Keamanan Politik Sosial Budaya ini adalah, 7dari 9 kabupaten di Pulau Bali masuk dalamperingkat A. Kota Denpasar merupakan satu-satunya daerah kota yang berhasil masukkategori A dalam peringkat Faktor Keamanan,Politik dan Sosial Budaya. Hal ini wajar, karenaDenpasar sebagai salah satu pusat kegiatanpariwisata membentuk masyarakatnyamenjadi sadar dalam menciptakan iklim yangkondusif dan aman bagi industri pariwisatayang ada di sana. Hal yang cukup menarikadalah hanya dua daerah di Pulau Jawa yangmasuk dalam kategori peringkat A untuk faktorini. Dalam kelompok daerah kabupaten,Maros menduduki peringkat teratas 8.09diikuti Kab. Bangli di posisi ke dua denganskor 8.07, dan Gianyar pada posisi ke tigadengan skor 8.01.

Terdapat beberapa daerah yang sedangdan sering dilanda konflik sosial yang beradadalam kategori E untuk Faktor Keamanan,Politik dan Sosial Budaya. Kab. Poso yangsampai saat ini masih dilanda konflik sosial,sama seperti hasil pemeringkatan tahun-tahunsebelumnya tetap menduduki peringkatbawah dengan kategori E. Daerah yang seringdilanda konflik lain yag berada dalamkelompok E adalah Kab. Donggala. Satudaerah di Bali yang dikenal mempunyaipotensi konfik yang tinggi adalah Kab.Buleleng, sehingga daerah ini juga beradadalam peringkat E. Beberapa daerah industridi Jawa Timur, seperti Gresik, Tulung Agung,Lamongan dan Pamekasan dan Madiun, danKota Bekasi di Jawa Barat juga berada padakategori E. Hal ini mempertegas bahwa faktormaraknya kegiatan unjuk rasa serta gangguankeamanan lingkungan dan kegiatan usahamerupakan faktor penentu peringkat untukfaktor ini. Hubungan antara eksekutif danlegislatif juga menjadi kendala utama dalammenciptakan iklim yang kondisif bagi kegiatanusaha. Faktor Budaya seperti keberadaan tanahulayat dan klaim-klaim masyarakat atas tanahuntuk kegiatan usaha, juga banyak dikeluhkandi daerah Sorong dan Rokan Hulu.

Page 35: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

23

������������������������

� )� *� (� $� !��

�� ������

4����

��� ������

������=��/4���������

���

� �� ���������� ���� 7��������� ��������

����������������=

�� ��������

!&"'*"'#"!

(&"'

!$"##"%("%

(#"'

!'")$"$&"!

($"$

!!"!!�"(!)

(("'

!)")!�"$!�")

(("&

!'!("#!*"$

%%"(

!'"!!�"'$")

($"%

Jika faktor keamanan usaha merupakan indikator palingmenentukan dalam membentuk daya saing investasi suatu daerah,dari studi ini diperoleh hasil bahwa secara umum kondisi keamanandaerah-daerah di Indonesia dinilai cukup kondusif untuk kegiataninvestasi. Hanya ada beberapa daerah tertentu yang dinilai masihkurang aman untuk kegiatan investasi. Dari studi ini diperoleh hasilbahwa hanya 9.6% menyatakan bahwa kondisi keamanan daerah-daerah di Indonesia kurang aman hingga tidak aman, yangmenyatakan tidak aman hanya sebesar 2.9% sementara 68.4%menyatakan aman dan sangat aman, dan 8.2% menyatakan cukupaman untuk kegiatan usaha.

Asal investor tampaknya berpengaruh terhadap persepsiresponden dalam menilai kondisi keamanan usaha di suatu daerah.Semakin jauh asal investor dari daerah tempat mereka melakukankegiatan usaha, maka rasa aman untuk melakukan kegiatan usaha disuatu daerah juga semakin rendah. Responden dari perusahaanPMA memiliki tingkat rasa aman melakukan kegiatan usaha palingrendah dibandingkan dengan responden lainnya, yakni 16.7% dariresponden PMA menyatakan kondisi keamanan di daerah kurang/tidak aman untuk kegiatan usaha. Sementara dibandingkan denganrata-rata keseluruhan responden yang menyatakan kurang amanhingga tidak aman, tampak bahwa responden dari perusahaan JointVenture, Swasta Nasional, Luar Daerah, dan PMA, mempunyaitingkat rasa aman yang lebih rendah dibandingkan dengan rasaaman keseluruhan responden (9.6% seluruh responden menyatakantidak/kurang aman). Hal yang menarik adalah bahwa investor yangberasal dari pemerintah cenderung mempunyai persepsi yang lebihbaik dalam menilai kondisi keamanan usaha, hal ini terlihat daribanyaknya responden yang berasal dari BUMN dan BUMD yanghanya sedikit yang menyatakan kondisi keamanan daerah kurangaman yakni masing-masing sebesar 4.3% (BUMN) dan 7.5% BUMD,lebih baik dibandingkan dengan investor yang berasal dari daerahyang bersangkutan (investor lokal).

KONDISIKEAMANANDAERAH-DAERAHDI INDONESIA

Dua unsur pemerintahan daerah yang berperan besarterhadap jalannya pembangunan di daerah adalah DPRD(Legislatif) dan Pemerintah Daerah (Eksekutif). Selain peranserta masyarakat dan kalangan dunia usaha, jalannyapembangunan di daerah sangat dipengaruhi hubunganantara kedua unsur tersebut, dalam menjalankan fungsimasing-masing. Namun dalam praktiknya hubungan keduaunsur pemerintahan tersebut seringkali justru menghambatkegiatan pembangunan. Pelayanan publik yang menjaditanggung jawab eksekutif, seringkali terhambat olehhubungan yang tidak harmonis dengan pihak legislatif.Menurut 20.81% pelaku usaha dalam survei daya sainginvestasi daerah, selama satu tahun terakhir ini sering bahkansangat sering terjadi konflik antara eksekutif dan legislatif.

Konflik antara eksekutif dan legislatif yang terjadi selamasatu tahun terakhir, diakui oleh 21.34% pelaku usahamengganggu bahkan sangat mengganggu proses pelayananbirokrasi terhadap dunia usaha, yang dilakukan olehpemerintah daerah. Hal ini tentu sangat disayangkan karena,semestinya kedua unsur pemerintah daerah ini dapat bekerjasama agar tercipta pelayanan publik yang lebih baik di

HUBUNGANEKSEKUTIF -LEGISLATIF

� )� *� (� $� !��

!'"!

�������(�����)����������*������������������$����

$�����������������

�����5����

*)")5����

)�"$ ��

!'"# ���

#"! ����� ���

'"��� ���������

Page 36: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200524

� )� *� (� $� !��

!)"(

����������������)��������&*��������������������������������������������$����

$�����������������

�� ����������

*)"#�������������

)�"%������ ���

!'"#������

#"# ������������

)"$�� ���������

� )� *� (� $� !��

�� ���������

��������������������������

�����5����

'"*'"'

("(("#

!'"&!'"#

)�"))!"(

*'"#*)"*

!)"'!)"'

����� ���

���

��

5����

� ��������������� ������������������������������������� �������������

�� �������������0��������������������� )� *� (� $� !��

!)"'

����������������������������������(���'���������������

����������������������(���+�������������������

�� ����������

*'"��������������

)!"% ��

!'"%������

("* ������������

'"'�� ���������

daerah, dalam hal ini dunia usaha, sehingga perekonomiandaerah dapat berkembang dengan baik.

Dilihat dari aspek politik, sebagaimana terlihat dalam tabeldi samping, tampaknya bukan hanya hubungan eksekutif danlegislatif yang menjadi kendala dalam kegiatan usaha didaerah-daerah. Konflik politik yang sering terjadi diantarapartai politik yang ada diparlemen, serta intensitas konflikpolitik antar organisasi masyarakatselain partai politik di berbagaidaerah, juga menjadi kendala bagijalannya kegiatan usaha. Selamasatu tahun terakhir konflik politikdiparlemen, dan konfik politikantar ormas selain partai politiksering terjadi di daerah.Banyaknya konflik politik yangterjadi di daerah juga diakui olehlebih dari 20% pelaku usaha, telahmengganggu aktivitas usahamereka. Kondisi politik dibeberapa daerah seperti di atas,menyebabkan mengapa VariabelPolitik mendapat bobot besardalam menentukan daya sainginvestasi suatu daerah.

4. Peringkat Faktor Ekonomi Daerah

Faktor Ekonomi Daerah terdiri dari VariabelPotensi Ekonomi dan Variabel StrukturEkonomi. Potensi ekonomi bisa dilihat daripotensi yang berbasis sumber daya alam,maupun potensi akibat bentukan karenadidorong oleh aktivitas usaha atau adanyainvestasi. Kedua aspek tersebut harus dapatberjalan selaras agar tercipta pertumbuhan

ekonomi yang tinggi, dan struktur ekonomiyang kuat sehingga dapat memacu kemajuanperekonomian daerah, peningkatan dayabeli, dan sikap mental masyarakat yangmendorong kearah kemajuan dan modern.

Faktor Ekonomi Daerah suatu daerah yangmerupakan pertimbangan yang sangatpenting dalam keputusan berinvestasi. Dalampemeringkatan tahun 2005, Faktor EkonomiDaerah mendapat bobot 22.6%. Peringkat

atas untuk Faktor Ekonomi Daerah,didominasi oleh daerah-daerah yangmemiliki daya beli tinggi yang diukurdengan PDRB Perkapita. IndikatorPDRB Perkapita ini mendapat bobotterbesar dalam membentuk dayasaing investasi daerah dibandingkandengan 47 indikator lainnya yanddigunakan KPPOD dalam menilai dayasaing investasi daerah, yakni sebesar17.5%. Pertumbuhan ekonomi jugadipandang sebagai indikasi akansebagai potensi keberhasilan kegiatanusaha di daerah. Pertumbuhanekonomi yang tinggi dipicu oleh

Grafik 5.1Grafik 5.1Grafik 5.1Grafik 5.1Grafik 5.1Kelompok Peringkat KotaKelompok Peringkat KotaKelompok Peringkat KotaKelompok Peringkat KotaKelompok Peringkat Kota

dan Kabupaten Berdasarkandan Kabupaten Berdasarkandan Kabupaten Berdasarkandan Kabupaten Berdasarkandan Kabupaten BerdasarkanFaktor Ekonomi DaerahFaktor Ekonomi DaerahFaktor Ekonomi DaerahFaktor Ekonomi DaerahFaktor Ekonomi Daerah

(dalam %)

Grafik 5.2Grafik 5.2Grafik 5.2Grafik 5.2Grafik 5.2Nilai Rata-rataNilai Rata-rataNilai Rata-rataNilai Rata-rataNilai Rata-rata

Berdasarkan FaktorBerdasarkan FaktorBerdasarkan FaktorBerdasarkan FaktorBerdasarkan FaktorFaktor EkonomiFaktor EkonomiFaktor EkonomiFaktor EkonomiFaktor Ekonomi

DaerahDaerahDaerahDaerahDaerah

( � ) �*

�*

�*

+*

,*

-��

���������������

��

��

��

$*

�*

��

%*

��

( � ) ��

+

,

$

-��

����

%

&

��������

��������

Page 37: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

25

aktivitas bisnis yang relatif modern yangditunjukkan dengan tingkat industrialisasiyang tinggi. Hasil pemeringkatan tahun 2005menunjukkan bahwa daerah perkotaan dandaerah-daerah sekitar perkotaan dengantingkat industrialisasi yang tinggi berada padaperingkat teratas.

Dibandingkan faktor-faktor lainnya, FaktorEkonomi Daerah memiliki index daya sainginvestasi yang paling baik, yakni dengan rata-rata sebesar 6.57 dari skala 1 sampai dengan9. Perbandingan antara rata-rata index dayasaing investasi berdasarkan Faktor Ekonomiantara daerah kota dan kabupatenmenunjukkan bahwa kondisi perekonomiandaerah perkotaan lebih baik dibandingkandengan daerah kabupaten. Rata-rata indeksekonomi daerah kota adalah 7.20 sementarakabupaten hanya 6.35. Dari kategori peringkatyang berhasil diraih oleh setiap daerah jugamemperlihatkan bawah daerah kota lebih baikdibandingkan dengan daerah kabupaten.

Mayoritas daerah kota (85% diantara daerahkota) berada pada kelompok peringkat Bhingga A (41% A dan 44% B), dan tidaksatupun yang memiliki peringkat E. Sebaliknya73% daerah kabupaten berada padaperingkat C hingga E. Hanya 13% kabupatenyang berada di peringkat A dan 14% beradapada peringkat B. Hal ini jelas memperlihatkanbahwa untuk Faktor Ekonomi Daerah, daerahkota mempunyai daya saing yang lebih tinggidibandingkan dengan daerah kabupaten.

Pada kelompok daerah yang berada padakategori A, Kota Samarinda mendudukiperingkat tertinggi dengan skor 8.30, disusuloleh Kota Pekanbaru (8.08), Kota Balikpapan(7.99) dan Kota Cilegon (7.94). Daerah kotayang berada pada kategori A ini rata-ratamerupakan daerah industri dan jasa yangmerupakan pusat pertumbuhan ekonomi diwilayahnya masing-masing. Kota Samarindadan Balikpapan merupakan pusat kegitatanekonomi di Propinsi Kalimantan Timur, yangmerupakan propinsi dengan pertumbuhanekonomi tinggi akibat aktivitas di bidangpertambangan dan industri ikutannya. KotaBatam dan Pekanbaru juga merupakan duadaerah di Riau dan Kepulauan Riau yang sudahsejak lama menjadi leader bagi pertumbuhanekonomi daerah tersebut.

Daerah-daerah yang berada di peringkat Auntuk Faktor Ekonomi Daerah, memilikikarakteristik sebagai daerah yang memilikibasis ekonomi yang kuat. Ada dua jenis basisekonomi dari daerah-daerah yang beradapada peringkat A, yaitu daerah-daerah denganbasis ekonomi sumber daya bentukan, danekonomi yang berbasis pada sumber dayaalam. Perekonomian daerah yang berbasissumber daya bentukan berkembang karenaadanya kegiatan ekonomi produktif yakni padasektor sekunder (industrialisasi) dan sektortersier. Dilihat dari kota-kota yang berada padaperingkat A, terlihat adanya pola bahwabeberapa kota mempunyai indikator ekonomiyang baik akibat dari kedekatan denganpotensi sumber daya alam yang melimpah.Riau dan Kalimantan Timur merupakan duadaerah di Indonesia yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Kegiataneksploitasi sumber daya alam di kedua daerah

TTTTTabel 4.1abel 4.1abel 4.1abel 4.1abel 4.1Peringkat “A”Peringkat “A”Peringkat “A”Peringkat “A”Peringkat “A”

Berdasarkan Faktor Ekonomi DaerahBerdasarkan Faktor Ekonomi DaerahBerdasarkan Faktor Ekonomi DaerahBerdasarkan Faktor Ekonomi DaerahBerdasarkan Faktor Ekonomi Daerah

Samarinda 8,30Pekanbaru 8,08Balikpapan 7,99Cilegon 7,94Batam 7,89Tarakan 7,85Tangerang 7,83Medan 7,77Makasar 7,75Semarang 7,71Cirebon 7,67Bandung 7,64

Kota Skor Kota SkorMalang 7,61Surabaya 7,60Tanjung Balai 7,59Padang 7,54Tanjung Pinang 7,52Denpasar 7,50Kediri 7,48DKI Jakarta 7,46Mojokerto 7,44Pematang Siantar 7,38Pontianak 7,34Palu 7,33

Kutai Timur 8,62Kuantan Singgigi 7,94Kutai Kertanegara 7,89Pelalawan 7,88Gresik 7,86Bekasi 7,72Sidoarjo 7,70Cilacap 7,68Rokan Hulu 7,66Pasir 7,63Indragiri Hilir 7,62

Tabalong 7,54Bengkalis 7,54Batanghari 7,51Deliserdang 7,44Berau 7,44Kudus 7,43Barru 7,42Kampar 7,40Barito Utara 7,40Musi Banyuasin 7,33Karimun 7,33

Kabupaten Skor Kabupaten Skor

Page 38: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200526

ini, mendatangkan berkah bagi kota-kotautama di kedua daerah tersebut. SementaraKota Cilegon, Tangerang, dan Medanmerupakan kawasan industri yang sangatmaju di Indonesia, wajar jika kemudianperekonomian kedua daerah ini juga menjadibaik. Daerah-daerah yang berada di pusatpertumbuhan, dan yang termasuk dalamwilayah metropolitan atau daerah penyanggakota-kota besar, biasanya memperlihatkanadanya kegiatan ekonomi modern, dari sektorsekunder hingga sektor tersier. Kegiatanindustri merupakan satu sektor yang memilikinilai tambah dan multiplier effects yang besarbagi perekonomian daerah. Kondisiperekonomian daerah kota yang jauh lebihbaik dibandingkan dengan daerah kabupatenkarena PDRB yang tinggi, serta pertumbuhanekonomi yang tinggi pula, yang dipicu olehindustrialisasi dan kegiatan ekonomi produktifdi daerah-daerah perkotaan.

Kelompok daerah kabupaten yang beradapada kelompok A juga menunjukkan polayang hampir sama dengan daerah kota.Pertama adalah daerah-daerah yang berbasisekonomi sumberdaya alam, dan kedua adalahdaerah-daerah industri. Kutai Timur, KuantanSenggigi, Kutai Kertanegara, Bengkalis, BaritoUtara, Berau dan Pelalawan, merupakandaerah pertambangan dan perkebunan yangmemiliki potensi yang sangat besar. Anugerahkandungan sumber daya alam mendorongpeningkatan PDRB Perkapita bagipenduduknya, serta dapat mendorongpertumbuhan ekonomi daerah secarakeseluruhan. Sementara kelompok daerahlainnya adalah kabupaten-kabupaten yangberbasis ekonomi sumber daya bentukan atauakibat proses industrialisasi yang maju didaerah yang bersangkutan. Kab. Bekasimerupakan daerah berbasis industri yangberdekatan dengan Jakarta yang merupakanpusat kegiatan ekonomi terbesar di Indonesia.Sementara Kab. Gresik dan Sidoarjo dipropinsi Jawa Timur, merupakan daerahindustri yang besar di Jawa Timur. Gresik danSidoarjo merupakan daerah penyangga bagiSurabaya, yang merupakan kota terbesarkedua di Indonesia. Jika kita lihat lebih detaillagi, maka terlihat bahwa daerah-daerah

industri yang berdekatan dengan kota-kotautama, juga memperoleh peringkat yangtinggi (B). Hasil selengkapnya bisa dilihat padabagian lampiran.

Disisi lain keterpurukan peringkatberdasarkan Faktor Ekonomi Daerah, jugadisebabkan paling tidak oleh dua hal. Pertamakarena daerah-daerah ini tidak mempunyaipotensi sumber daya alam yang cukupmemadai. Anugerah sumberdaya alam yangdimiliki oleh suatu daerah, merupakan suatumodal awal bagi terciptanya kegiatanekonomi, yang mampu meningkatkanperekonomian daerah. Apabila sumberdayaalam yang ada dapat dikelola secara baik,tentunya akan mendatangkan multiplier effectsbagi kegiatan ekonomi lainnya. Kedua, secarageografis tampak jelas bahwa daerah-daerahyang berada pada peringkat E ini merupakandaerah-daerah yang jauh dari pusatpertumbuhan ekonomi atau jauh dari Kota.Dari 13 kabupaten yang berada padaperingkat E, 8 diantaranya berada di PropinsiNusa Tenggara Timur, yakni Kab. Sika, Ende,Timor Tengah Selatan, Sumba Barat, Ngada,Timur Tengah Utara, Lembata, dan Manggarai.Selebihnya adalah kabupaten kota yang

TTTTTabel 4.2abel 4.2abel 4.2abel 4.2abel 4.2Peringkat “E”Peringkat “E”Peringkat “E”Peringkat “E”Peringkat “E”

Berdasarkan Faktor Ekonomi DaerahBerdasarkan Faktor Ekonomi DaerahBerdasarkan Faktor Ekonomi DaerahBerdasarkan Faktor Ekonomi DaerahBerdasarkan Faktor Ekonomi Daerah

Kuningan 5,73Sangihe Talaut 5,72Pekalongan 5,72Bengkulu Utara 5,71Lebak 5,71Gorontalo 5,68Tasikmalaya 5,68Selayar 5,67Tegal 5,66Hulu Sungai Tengah 5,65Maros 5,63Luwu Utara 5,63Majene 5,58Hulu Sungai Utara 5,57Lombok Barat 5,56Gowa 5,53Bondowoso 5,52Asahan 5,52Belitung 5,49Purbalingga 5,48

Pemalang 5,47Lombok Timur 5,46Tanah Toraja 5,43Jeneponto 5,43Pamekasan 5,42Kebumen 5,41Sika 5,39Ende 5,38Lampung Barat 5,37Timor Tengah Selatan 5,36Sumba Barat 5,35Ngada 5,31Wonosobo 5,28Timor Tengah Utara 5,27Lembata 5,13Manggarai 5,09Jayawijaya 4,87Rejang Lebong 4,11Buton 1,96

Kabupaten Skor Kabupaten Skor

Page 39: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

27

cukup terpencil yakni Lampung Barat,Jayawijaya, Rejang Lebong, dan Buton.Dengan melihat letak geografis ekonomi daridaerah-daerah yang berada pada peringkat Eini, semakin mempertegas bahwa, kondisiperekonomian suatu daerah sangatdipengaruhi oleh keberadaannya secarageografis diantara daerah-daerah lainnya.Kedekatan suatu daerah dengan pusatpertumbuhan ekonomi, akan memacupertumbuhan daerah yang bersangkutanakibat aglomerasi dan multiplier effects daripusat pertumbuhan ekonomi di dekatnya.Dalam hal ini, kota merupakan pusatpertumbuhan ekonomi dan pusat kegiatanekonomi produktif, yang mampu mendorongpertumbuhan ekonomi daerah-daerah disekitarnya.

Penyebab lainnya yang mungkin terjadiadalah bahwa daerah-daerah ini belummampu menemukan potensi ekonomi daerah

yang bisa dikembangkan untuk mempercepatpertumbuhan ekonomi. Banyak daerah yangsesungguhnya memiliki potensi ekonomiyang cukup baik, namun mereka tidak mampumenemukan potensi yang dimiliki, danmerumuskan kebijakan ekonomi yang tepatagar dapat mendatangkan kemajuan bagidaerah dan masyarakatnya. Sementara adajuga persoalan ketidakmampuan atauketidakberdayaan dalam mengelola potensiyang ada. Untuk itu peran swasta, baik daridalam daerah maupun dari luar daerahtentunya akan sangat mendukung. Yangmenjadi persoalan adalah, daerah tidakmampu menjual potensi yang dimilikinya.Sehingga potensi tersebut tetap tidur danterkubur tanpa bisa berkembang. Tampakbahwa masih sedikit daerah yang mampumemberikan informasi potensi ekonomi yangdimilikinya untuk dikembangkan oleh pihakluar.

Banyak daerah yang memiliki potensi ekonomi tetapi tidakmampu mengelola dengan baik. Di sisi lain, tidak banyakpihak swasta yang berperan untuk mengelola potensi yangada. Salah satu penyebab mengapa tidak banyak pihak swasta- baik dari daerah maupun dari luar daerah - yang berperandalam mengelola potensi daerah adalah kurangnyapengetahuan mereka akan keberadaan potensi investasi yangada di daerah-daerah. Dari studi pemeringkatan daya sainginvestasi daerah ditemukan, bahwa hanya 8.27% pelaku usahayang mengetahui secara baik mengenai potensi investasi didaerahnya, sementara 26.11% pelaku usaha menyatakankurang dan bahkan tidak mengetahui mengenai potensiinvestasi di daerah.

Cukup mengherankan jika hanya sedikit pelaku usaha(8.27%) yang mengetahui secara baik potensi investasi didaerah, karena sebagaian besar pelaku usaha (67.43%)menyatakan bahwa dilihat dari sarana yang digunakan olehpemda untuk promosi peluang investasi cukup tersedia dansangat tersedia. Perlu dipertanyakan bagaimana kualitassarana dan kegiatan yang dilakukan oleh pemda dalamrangka melakukan promosi investasi daerah.

Dari studi ini diketahi bahwa informasi mengenai potensiinvestasi yang diberikan oleh pemerintah daerah kurang jelasdan tidak jelas. Hal ini dinyatakan paling tidak oleh 28.4%responden. Dari sini tampak bahwa masih sedikit daerah yangmampu memberikan informasi potensi ekonomi yangdimilikinya untuk dikembangkan oleh pihak luar.

Para pelaku usaha menyatakan bahwa sumber informasimengenai potensi ekonomi daerah bukan diperoleh daripemerintah daerah. Sebanyak 53.93% pelaku usaha

INFORMASIPOTENSIINVESTASIDAERAH

� )� *� (� $� !��

)"$

����������������������)������� �+�������������

���������

�� �������

)'"'�����

������

(*"�

$"'

7�����������

!"(

�����������

�� ���������

� )� *� (� $� !��

'"$

��,������������������������������������������� �+�����������

���������

�������� ��

'$")��� ��

)%"%

)*"!

7����

#"!

������7����

�� ���7����

Page 40: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200528

memperoleh informasi mengenai peluang investasi di daerahdari rekan usaha, 37.17% berusaha mencari informasi sendiri,dan 35.94% pengusaha mendapat informasi dari mediamassa. Hanya 18.47% yang mengaku memperoleh informasipotensi investasi melalui acara promosi investasi yangdilakukan oleh pemda, dan 13.59% berasal dari brosur yangdibuat oleh pemda. Selebihnya, mereka memperolehinformasi dari situs internet yang dikelola oleh pemda (4.9%)dan dari pegawai pemda yang mendatangi mereka langsung(3.1%). Kondisi di atas menunjukkan bahwa pemda kurangmampu dalam mengemas potensi ekonomi yang dimilikinya,

hingga menjadi suatu informasisebagaimana yang dibutuhkan oleh parapelaku usaha. Belum banyak daerah yangmemiliki strategi investasi yang efektif danefisien dalam rangka promosi investasi.Akibatnya, potensi investasi yang ada didaerah tersebut tetap tidur dan terkuburtanpa bisa berkembang.

� )� *� (� $� !��

%"#

��������� �������� �������������� �+�����������

����������

�� �������

'$"&�����

������

)%"#

)!"(

7�����������

("$

�����������

�� ���������

1. Dari rekan usaha. 53,92. Berusaha sendiri mencari informasi karena tidak

tersedia informasi. 37,23. Melalui media masa (Surat kabar/Televisi/Radio) 35,94. Melalui acara promosi investasi daerah yang dilakukan

oleh Pemda. 18,55. Melalui brosur yang dibuat oleh Pemda. 14,06. Melalui Situs Internet Pemda. 4,97. Didatangi oleh Pemda. 3,1

Sumber Informasi Potensi Investasi Daerah %

5. Peringkat Faktor Tenaga Kerja

Dalam aktivitas usaha, selain kapital, daninput produksi, tenaga kerja dipandangsebagai salah satu faktor produksi yangmempunyai peran penting. Tenaga kerjamerupakan motor penggerak kegiatan usaha.Dari tiga variabel yang tergabung dalam FaktorTenaga Kerja, terlihat bahwa Variabel KualitasTenaga Kerja memiliki bobot terbesar dalampertimbangan keputusan berinvestasi olehpara pelaku usaha di suatu daerah yaknisebesar 49%. Variabel Kualitas Tenaga Kerja

Grafik 6.1Grafik 6.1Grafik 6.1Grafik 6.1Grafik 6.1Kelompok Peringkat KotaKelompok Peringkat KotaKelompok Peringkat KotaKelompok Peringkat KotaKelompok Peringkat Kota

dan Kabupaten Berdasarkandan Kabupaten Berdasarkandan Kabupaten Berdasarkandan Kabupaten Berdasarkandan Kabupaten BerdasarkanFaktor TFaktor TFaktor TFaktor TFaktor Tenaga Kerjaenaga Kerjaenaga Kerjaenaga Kerjaenaga Kerja

(dalam %)

Grafik 6.2Grafik 6.2Grafik 6.2Grafik 6.2Grafik 6.2Nilai Rata-rataNilai Rata-rataNilai Rata-rataNilai Rata-rataNilai Rata-rata

Berdasarkan FaktorBerdasarkan FaktorBerdasarkan FaktorBerdasarkan FaktorBerdasarkan FaktorFaktor TFaktor TFaktor TFaktor TFaktor Tenaga Kerjaenaga Kerjaenaga Kerjaenaga Kerjaenaga Kerja

( � ) �*

�*

�*

+*

,*

-��

���������������

�� ���

��

��

��

$*

�*

%*

( � ) ��

+

,

$

-��

����%

&

����

��������

����

terdiri dari dua indikator yang secara umumjuga memiliki bobot yang besar yakni IndikatorProduktivitas (5.7%) dan Pendidikan TenagaKerja (3.3%). Diluar kedua indikator tersebut,Indikator Ketersediaan Tenaga Kerja UsiaProduktif yang masuk dalam VariabelKetersediaan Tenaga Kerja juga memilikibobot yang besar yakni 3.5% terhadap dayasaing investasi daerah secara umum. Daripembobotan ini kita ketahui bahwa, padaakhirnya produktivitas tenaga kerja yang tinggimerupakan daya tarik yang besar bagiinvestasi. Hal inilah yang menjadi salah satu

penentu peringkat daya tarik investasisuatu daerah, di sampingketersediaan tenaga kerja usiaproduktif dan tenaga kerja yangberpendidikan.

Kondisi ketenagakerjaan daerah-daerah di Indonesia pada tahun 2005tampaknya cukup mengkhawatirkan,hal ini terlihat dari rata-rata skor yangdiperoleh untuk Faktor Ketenaga-kerjaan yang hanya 5.38 untuk skala1 s/d 9. Sementara dari hasil peme-ringkatan untuk Faktor Ketenaga-kerjaan diketahui bahwa daerah kotamemperoleh rata-rata skor 6.47 yang

Page 41: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

29

lebih baik dibandingkan dengan daerahkabupaten yang hanya 5.00. Sebanyak 64%daerah kota berhasil masuk dalam kategori A,dan 20% lainnya masuk dalam kategori B.Tidak satupun daerah kota yang masuk dalamkategori E. kondisi sebaliknya terjadi padadaerah kabupaten, dimana 73% diantaranyamasuk dalam kategori sedang hingga sangatkurang. Hanya 6% daerah kabupaten beradapada kategori peringkat A dan 20% padakategori B, kondisi ini mencerminkan petaketenagakerjaan daerah-daerah di Indonesiasecara keseluruhan. Daerah perkotaan dapatmenyediakan tenaga kerja yang lebihberkualitas, baik dilihat dari segi pendidikanmaupun produktivitasnya, dibandingkandengan daerah kabupaten. Dapat dimengertibahwa, terbatasnya lapangan kerja dipedesaan telah mendorong perpindahantenaga kerja dari desa ke kota. Lapanganpekerjaan di kota menuntut tenaga kerjanya

lebih produktif dan memiliki pendidikan yangbaik dibandingkan lapangan pekerjaan yangtersedia di pedesaan. Akibatnya daerahkabupaten yang sebagian besar merupakandaerah pedesaan menjadi kekurangan tenagakerja yang berkualitas. Sebaliknya kualitastenaga kerja di kota menjadi lebih baikdaripada di kabupaten.

Dilihat dari daerah-daerah yang berhasilmenduduki peringkat atas untuk FaktorTenaga Kerja, terlihat bahwa semuanyamerupakan daerah-daerah yang berbasisindustri serta perdagangan jasa. Kota Kediriberada pada peringkat pertama dengan skor7.67, disusul Kota Cirebon (7.61), kemudianKota Padang (7.34) pada peringkat ke-3. Padaperingkat ke-4 diduduki oleh 2 daerah denganskor 1.32, yakni Kota Jakarta dan Makasar.Industrialisasi di Kota Kediri telah mendorongpeningkatan produktivitas dan kualitas tenagakerja yang ada. Institusi-institusi pendidikanyang ada disana mampu menciptakan tenagakerja dengan kualitas yang memadai.Kemakmuran kota ini, menarik orang daridaerah lain untuk bermigrasi, sehinggamenambah ketersediaan tenaga kerja denganupah yang kompetitif. Kota Padang berhasilberada pada peringkat ke-3 karena dilihat dariketiga variabel pada faktor ini dinilai sangatbaik. Kota Padang memiliki ketersediaantenaga kerja yang besar dengan keterampilandan pendidikan yang memadai, sehinggamenghasilkan tingkat produktivitas yangtinggi. Selain itu upah tenaga kerja di KotaPadang juga lebih kompetitif dibandingkandengan daerah-daerah kota lainnya. Beberapakota besar seperti Jakarta, Makasar, Batam danTangerang, walau biaya tenaga kerjatergolong tinggi, namun produktivitas tenagakerjanya sangat tinggi.

Pada pemeringkatan tahun 2005 hanyaterdapat Kab. Pangkajene Kepulauan yangberada pada peringkat tertinggi untuk FaktorKetenagakerjaan pada kelompok daerahkabupaten dengan skor 7.19. Di daerah iniberhasil menduduki peringkat tertinggi lebihbanyak disebabkan oleh variabel biaya tenagakerja yang relatif murah. Di samping itu diPangkajene juga telah tersedia tenaga kerjadengan produktivitas dan keterampilan yang

TTTTTabel 5.1abel 5.1abel 5.1abel 5.1abel 5.1Peringkat “A”Peringkat “A”Peringkat “A”Peringkat “A”Peringkat “A”

Berdasarkan Faktor TBerdasarkan Faktor TBerdasarkan Faktor TBerdasarkan Faktor TBerdasarkan Faktor Tenaga Kerjaenaga Kerjaenaga Kerjaenaga Kerjaenaga Kerja

Kediri 7,67Cirebon 7,61Padang 7,34Tanjung Pinang 7,21Makasar 7,20DKI Jakarta 7,20Binjai 7,14Madiun 7,13Yogyakarta 7,13Bandar Lampung 7,12Batam 7,10Tangerang 7,01Pekanbaru 7,00Malang 6,99Pematang Siantar 6,97Surakarta 6,95Medan 6,94Pontianak 6,90Sibolga 6,89

Kota Skor Kota SkorPalembang 6,87Kendari 6,86Surabaya 6,85Sawahlunto 6,84Semarang 6,83Manado 6,74Bitung 6,65Bontang 6,64Cilegon 6,62Kupang 6,62Palu 6,60Palangkaraya 6,58Mataram 6,54Bandung 6,51Dumai 6,50Denpasar 6,45Magelang 6,41Bengkulu 6,39Samarinda 6,36

Pangkajene Kepulauan 7,19Bangka Barat 6,93Musi Banyuasin 6,83Kolaka 6,82Pesisir Selatan 6,76

Bekasi 6,75Kerinci 6,73Gresik 6,72Kampar 6,40Sidoarjo 6,38

Kabupaten Skor Kabupaten Skor

Page 42: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200530

tinggi karena telah terbiasa dengan kegiatanproduksi di bidang industri. Disamping ituPangkajene juga merupakan daerah yangmenyediakan tenaga kerja usia produktif.Standard upah tenaga kerja di Pangkajenejuga dinilai relatif bersaing dibandingkandengan daerah-daerah lainnya. Hal inilahyang membuat daerah ini berhasil mendudukiperingkat tertinggi dibandingkan daerahkabupaten lainnya. Daerah kabupaten lainyang mendapat peringkat yang A, jugadidominasi oleh daerah-daerah kabupatenyang kegiatan ekonominya berbasis industri,seperti yang diperlihatkan oleh Kab. Gresik,Bekasi, dan Sidoarjo. Kegiatan industri dariskala besar hingga kecil yang ada di daerahini saling beraglomerasi, hingga mampumenyediakan tenaga kerja terdidik danproduktif dalam jumlah banyak. Daerah-daerah yang memiliki jumlah tenaga kerjayang banyak juga berhasil menempati posisiteratas, seperti Kab. Pesisir Selatan, BangkaBarat, Musi Banyuasin, Kerinci dan Kab.Kampar. Di daerah-daerah tersebut upahtenaga kerja juga yang relatif murah, baikdilihat dari ketentuan formal (UMP/UMK)maupun upah riil yang biasa diberikan olehpemberi kerja. Dari sini terlihat bahwa disamping produktivitas tenaga kerja,ketersediaan tenaga kerja dan biaya tenaga

kerja yang kompetitif memberikan kontribusiterhadap tingkat daya saing investasi daerah.

Tampaknya ada hubungan yang kuatantara tingkat industrialisasi suatu daerahdengan peringkat Faktor Ketenagakerjaan. Halini diperlihatkan bahwa daerah-daerah yangmenduduki peringkat atas merupakan daerah-daerah yang telah mengalami industrialisasiyang relatif maju. Sementara daerah-daerahbelum banyak mengalami industrialisasi,cenderung memiliki peringkat daya sainginvestasi daerah yang rendah. Dilihat dari basiskegiatan ekonomi di daerah-daerah yangmenduduki peringkat bawah atau masukdalam kategori E, seluruhnya didominasi olehkegiatan ekonomi sektor primer yaknipertanian pangan, kehutanan, danperkebunan. Kab. Nunukan merupakandaerah yang perekonomiannya lebih banyakditopang oleh sektor Kehutanan, mendudukiperingkat terbawah dengan skor 2.33,demikian juga Kab. Jayawijaya yangdidominasi oleh sektor kehutanan danpertanian lainnya. Kegiatan sektor ekonomiprimer ini cenderung kurang memerlukantenaga kerja yang memiliki produktivitastinggi. Hal yang sama juga diperlihatkan olehdaerah lain yang berada pada peringkat E,dimana secara keseluruhan perekonomiandaerahnya didominasi oleh sektor pertanianpangan dalam skala kecil (pertanian rakyat).

Pada tahun 2005, secara keseluruhan,kondisi ketenagakerjaan di Indoneisamengalami penurunan kualitas. Dilihat dariproduktivitasnya, terjadi penurunan rata-ratayang cukup signifikan. Jika pada tahun 2004rata-rata produktivitas tenaga kerja sebesar Rp24.891.997, pada tahun 2005 angka ini turunmenjadi Rp 21.549.653. Penurunan upahformal juga terjadi secara proporsional selamamasa krisis ekonomi. Perkembangan paskakrisis menunjukkan upah di sektor formalmeningkat secara drastis, dan berdasarkan nilairiil saat ini telah meningkat lebih dari 30 persendibandingkan sebelum krisis. Perkembanganini didorong oleh kenaikan upah minimum.Peningkatan ini, sebagian dipicu olehpelaksanaan peraturan ketenagakerjaan, danlebih jauh lagi dengan pemberlakuan undang-undang jaminan sosial yang baru.

TTTTTabel 5.2abel 5.2abel 5.2abel 5.2abel 5.2Peringkat “E”Peringkat “E”Peringkat “E”Peringkat “E”Peringkat “E”

Berdasarkan Faktor TBerdasarkan Faktor TBerdasarkan Faktor TBerdasarkan Faktor TBerdasarkan Faktor Tenaga Kerjaenaga Kerjaenaga Kerjaenaga Kerjaenaga Kerja

Pasuruhan 4,15Jember 4,11Tasikmalaya 4,11Ogan Ilir 4,08Lamongan 4,07Banyuwangi 4,07Cianjur 4,07Lombok Barat 4,06Bantaeng 4,04Timor Tengah Utara 3,99Ngada 3,99Pekalongan 3,95Kebumen 3,93Blitar 3,9Kuningan 3,88Pemalang 3,88

Luwu Utara 3,87Hulu Sungai Utara 3,86Way Kanan 3,81Indramayu 3,8Lembata 3,65Bondowoso 3,63Jeneponto 3,63Jepara 3,57Buton 3,56Pamekasan 3,35Purbalingga 3,31Sumba Barat 3,15Manggarai 3,13Sika 3,11Jayawijaya 2,88Nunukan 2,33

Kabupaten Skor Kabupaten Skor

Page 43: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

31

Perbandingan dalam dua tahun terakhir, untukupah tenaga kerja baik berdasarkan aturanformal, maupun secara riil mengalamipeningkatan. Biaya formal pada tahun 2004secara rata-rata sebesar Rp.439.765,- padatahun 2005 meningkat menjadi Rp.532.659,-demikian juga untuk biaya aktual rata-rata

pada tahun 2004 sebesar Rp.718.194,-meningkat menjadi Rp.791.031,- pada tahun2005. Bagaimanapun, pemerintah perlumenjamin bahwa biaya- biaya tenaga kerjasejalan dengan peningkatan produkvifitasuntuk menghindari resiko hilangnya dayasaing dan lapangan kerja

PETA MASALAHKETENAGA-KERJAAN DI ERAOTONOMI

Faktor ketenagakerjaan, baik ketersediaan, produktivitas,besaran upah, dan lain sebagainya, menempati pengaruhpenting dalam membentuk iklim usaha dan kemajuan suatuperusahaan. Bahkan, dalam studi pemeringkatan daya tarikinvestasi Kabupaten/Kota KPPOD tahun ini, bobot pengaruhfaktor tersebut yang selama empat tahun sebelumnyamenyumbang angka 13%, kini muncul dengan bobot sebesar18%.

Namun patut dicatat, membesarnya bobot pengaruh faktorini, antara lain, justru karena derajat persoalan dalam faktor inijuga tinggi atau semakin tinggi. Dalam hal upah/biaya, misalnya.Berdasarkan studi Sarkenas (2005), biaya formal dan biaya aktualrata-rata tenaga kerja tahun 2004 dan 2005 mengalami kenaikan,yakni masing-masingnya adalah Rp 439.765 menjadi Rp 532.659dan Rp 718.194 menjadi Rp 791.031. Bagi para pelaku usaha,upah yang tinggi atau semakin tinggi sesungguhnya tidakmenjadi masalah sejauh hal itu berjalan paralel dengan tingkatproduktivitas. Sayang, hasil studi yang sama menunjukan arahsebaliknya, tingkat produktivitas rata-rata justru menurun dari Rp24.891.997 menjadi Rp 21.549.653.

Jenis permasalahan lainnya adalah, di lingkup daerah saat ini,bermasalahnya pungutan-pungutan terkait ketenagakerjaandiakui oleh para responden studi pemeringkatan KPPOD tahunini. Dari 8.722 responden yang diwawancarai, sekitar 14% diantaranya menjawab bahwa pungutan-pungutan tersebutbermasalah dan 18% lainnya menjawab cukup bermasalah.Penilaian serupa juga terdapat dalam hal keberpihakanberlebihan (proteksi) atas tenaga kerja lokal yang dianggapbermasalah dan cukup bermasalah oleh masing-masing 2,3%dan 11, 48% responden.

Dari kajian tekstual yang dilakukan KPPOD, dalam aspekkebijakan dan regulasi (Perda/SK Kepala Daerah), peta persoalanumum yang menandai distorsi kebijakan ketenagakerjaan disejumlah daerah dalam masa pelaksanaan otonomi daerahdewasa ini adalah: pertama, pelanggaran dalam hal perijinandan pungutan terkait penggunaan tenaga kerja asing. Hal iniantara lain terlihat dalam Perda Kabupaten Mimika No.14 Tahun2003 tentang Retribusi Pelayanan Ketenagakerjaan, PerdaKabupaten Musi Banyuasin No.19 Tahun 2002 tentang RetribusiPelayanan Bidang Ketenagakerjaan, Perda Kabupaten BitungNo.15 Tahun 2001 tentang Pemberian Ijin MempekerjakanTenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang, dll. Padahal,perijinan (menurut Pasal 42 UU No.13 Tahun 2003) maupunpungutan (menurut Pasal 3 PP No.92 Tahun 2002) yang terkaitdengan penggunaan TKA berada di pusat.

� )� *� (� $� !��

!!"%

)("%

!$"$

!'"&

#"$

)!"%

��������$������������������������������

�� ���5����

��� �������

����������

7����

����

���������

� )� *� (� $� !��

'"%

'�"!

)'"$

!'

#"$

)!"$

���������$��������������*�����������������

�� ���5����

��� �������

����������

7����

����

���������

� )� *� (� $� !��

!("#

*�")

!!"%

)"*

#"#

)!"%

��������������������������$����������*�������������

�� ���5����

��� �������

����������

7����

����

���������

Page 44: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200532

Kedua, pungutan yang tidak proporsionaldan amat lemah dalam acuan konsiderans.Contoh baik mengenai poin ini adalah PerdaKabupaten Serang No. 13 Tahun 03 tentangKewajiban Penyediaan Fasilitas Buruh/Pekerja.Melalui perda ini, dengan aturan tata carapenyeleng-garaannya dalam SK Bupati SerangNo. 04 dan 05 Tahun 2004, setiap perusahaanswasta wajib menyediakan sejumlah fasilitaskesejahteraan buruh/pekerjanya, sepertifasilitas pendukung kesehatan, peribadatan,tempat makan olahraga, pakaian seragamkerja, rekreasi, koperasi, dan asuransi jaminankecelakaan di luar jam kerja (Pasal 4 PerdaNo.13/03).

Ketiga, diskriminasi jender. Di sejumlahdaerah ditemukan cukup banyak perda yangmengatur jam kerja lembur atau ijin kerjalembur malam bagi wanita dan mengenakanpungutan (retribusi) tertentu atasnya. Sebagaicontoh, di Kabupaten Mamuju lewat PerdaNo.9 Tahun 2002 tentang Retribusi IjinKetenagakerjaan menetapkan besaran tarifsebanyak Rp25.000/tahun bagi ijin kerja malamwanita (Pasal 9 huruf F). Sementara di KotaTangerang, melalui Perda No.13 Tahun 2002tentang Retribusi Pelayanan di BidangKetenagakerjaan, menetapkan besaranretribusi secara variatif berdasarkan skalaperusahaan, yakni : perusahaan kecil sebesarRp 15.000/tahun, perusahaan sedang sebesarRp 25.000/tahun dan perusahaan besar sebesar

Rp 50.000/tahun sebagai biaya ijin kerjamalam.

Keempat, proteksionisme (perlindunganberlebihan) bagi tenaga kerja lokal. Tidakhanya terjadi dalam sektor pemerintahan, dimana muncul tuntutan preferensi berlebihanbagi putera daerah untuk duduk dalamjabatan-jabatan strategis (politik dan birokrasi),gejala serupa juga terjadi dalam dunia swasta(bahkan tidak sekedar sebagai tuntutanmasyarakat tapi sudah menjadi kebijakanpemerintah) terkait pemberian kesempatankerja, dimana perusahaan wajib memberikanjatah, yang bahkan dengan patokan kuotatertentu bagi putera daerah untuk sesuatupekerjaan dalam perusaahaan tesebut.

Begitu pentingnya posisi pengaruh FaktorKetenagakerjaan di satu sisi dan banyaknyapersoalan pada sisi lain menyebabkan efekserius bagi kelancaran berusaha di daerah.Semua itu menambah biaya tambahan(additional cost) dalam ongkos berbisnis (cost ofdoing business), baik biaya waktu (banyaknyawaktu untuk bernegosiasi dengan pihak buruhdan pemda) maupun biaya material karenaberbagai pungutan legal dan ilegal yang ada.Kekakuan dalam kebijakan ketenagakerjaan kitamaupun iklim kebijakan makro yang terkaitdengan pelaksanaan otonomi daerahmerupakan peta jalan ke mana arahmenelusuri persoalan.

6. Peringkat Faktor Infrastruktur Fisik

Suatu kegiatan usaha tidak akan berjalantanpa adanya dukungan infrastruktur fisik.Semakin besar skala usaha, makakebutuhan akan infrastruktur fisik jugasemakin besar. Infrastruktur fisikmerupakan pendukung bagikelancaran kegiatan usaha. Duavariabel penting dalam FaktorInfrasturktur Fisik adalah VariabelKetersediaan dan Kualitas InfrastrukturFisik. Kedua variabel ini sangatberpengaruh terhadap kelancarankegiatan usaha yang terjadi di daerah-daerah. Tidak heran jika pada tahun2005 ini, para pelaku usahamemberikan perhatian yang lebihbesar terhadap Faktor Infrastruktur

Fisik, dengan memberi bobot sebesar 16.7%terhadap pembentukan daya saing investasisuatu daerah. Indikator Ketersediaan danKualitas Sambungan Listrik merupakan dua

Grafik 7.1Grafik 7.1Grafik 7.1Grafik 7.1Grafik 7.1Kelompok Peringkat KotaKelompok Peringkat KotaKelompok Peringkat KotaKelompok Peringkat KotaKelompok Peringkat Kota

dan Kabupaten Berdasarkandan Kabupaten Berdasarkandan Kabupaten Berdasarkandan Kabupaten Berdasarkandan Kabupaten BerdasarkanFaktor Infrastruktur FisikFaktor Infrastruktur FisikFaktor Infrastruktur FisikFaktor Infrastruktur FisikFaktor Infrastruktur Fisik

(dalam %)

Grafik 7.2Grafik 7.2Grafik 7.2Grafik 7.2Grafik 7.2Nilai Rata-rataNilai Rata-rataNilai Rata-rataNilai Rata-rataNilai Rata-rata

Berdasarkan FaktorBerdasarkan FaktorBerdasarkan FaktorBerdasarkan FaktorBerdasarkan FaktorFaktor InfrastrukturFaktor InfrastrukturFaktor InfrastrukturFaktor InfrastrukturFaktor Infrastruktur

FisikFisikFisikFisikFisik

( � ) ��

+

,

$

-��

����%

&

�������

��������

( � ) �*

�*

�*

+*

,*

-��

���������������

����

��

��

$*

�*

��

%*

��

Page 45: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

33

indikator yang memiliki bobot terbesardiantara indikator-indikator lainnya dalamFaktor Infrastruktur Fisik ini.

Hasil pemeringkatan tahun 2005menunjukkan terjadinya perbedaan yangsignifikan skor daya saing investasi untukFaktor Infrastruktur Fisik antara daerahKabupaten dan daerah Kota. Secara rata-ratakondisi infrastruktur daerah kota lebih baikdibandingkan dengan kabupaten. Untukdaerah kota rata-rata indeks daya sainginvestasi untuk Faktor Infrastruktur Fisik adalahsebesar 6.47, sementara untuk kabupatensebesar 5.95 dari skala 1 s/d 9.

Daerah kota memiliki ketersediaan maupunkualitas infrastruktur yang lebih lengkap danbaik, hanya sebagian kecil kota yangketersediaan dan kualitas infrastruktur fisiknyaberada pada peringkat D dan E. Sebaliknyasebagian besar daerah kabupaten berada padaperingkat C, D dan E. Sebanyak 39% daerahkota, berada dalam kategori peringkat A dan24% berada pada peringkat B. Sementaradaerah kabupaten yang masuk dalam kategoriA hanya sebesar 14% dan masuk kategori Bsebanyak 19%. Kondisi sebaliknya terjadi padaperbandingan prosentase jumlah daerah Kotayang berada pada kategori D dan E. Daerahkabupaten yang berada pada ketegori Dsebanyak 24% , kota hanya 8%, dan untukkategori E kota hanya 8% sedangkankabupaten sabanyak 22%. Kota-kota utama diIndonesia, berhasil menduduki peringkatteratas berdasarkan Faktor Infrastruktur Fisik.Tidak diragukan lagi bahwa kota-kota sepertiKota Balikpapan menduduki peringkatpertama dengan skor 8.02, disusul oleh KotaPadang (7.83), Batam (7.69). Kota-kota sepertiSurabaya, Medan, dan Banjarmasin danJakarta juga berada pada peringkat atas,karena telah memiliki fasilitas yang telahlengkap, baik dari sisi ketersediaan jalan, saranatransportasi udara, laut, listrik, maupun saranakomunikasi seperti telepon.

Kota sebagai konsentrasi pendudukdengan aktivitas ekonomi yang kompleks,menuntut ketersediaan infrastrukturpendukung yang lebih lengkap dan lebih baikdibandingkan daerah kabupaten. Salah satupendorong kemajuan ekonomi kota-kota

tersebut adalah dukungan sarana infrastrukturfisik dengan kualitas terbaik. Dukungan saranatransportasi darat, laut, dan udara, membuatmobilitas manusia, barang dan jasa, intradaerah dan ke luar daerah, menjadi lebihlancar. Sarana telekomunikasi yang tersedia disetiap jengkal wilayah kota, membuat seolah-olah kota-kota tersebut tidak lagi berjarakdengan dunia lainnya. Hal inilah yangmembuat kota-kota tersebut menempatiperingkat teratas dilihat dari FaktorInfrastruktur Fisik. Namun perlu diperhatikanjuga bahwa, seiring dengan perkembangankota-kota tersebut, ada sejumlah persoalanyang dapat mengganggu dari sisi ketersediaaninfrastruktur fisik. Dengan beban pertumbuhanjumlah penduduk yang tinggi, kota-kotaseperti Jakarta, dan Surabaya, menghadapipersoalan kelancaran transportasi daratsebagai akibat kemacetan lalu lintas. Tidakheran jika kemudian kedua kota terbesar di

TTTTTabel 6.1abel 6.1abel 6.1abel 6.1abel 6.1Peringkat “A”Peringkat “A”Peringkat “A”Peringkat “A”Peringkat “A”

Berdasarkan Faktor Infrastruktur FisikBerdasarkan Faktor Infrastruktur FisikBerdasarkan Faktor Infrastruktur FisikBerdasarkan Faktor Infrastruktur FisikBerdasarkan Faktor Infrastruktur Fisik

Balikpapan 8,02Padang 7,83Batam 7,69Surabaya 7,34Medan 7,31Banjarmasin 7,25DKI Jakarta 7,21Denpasar 7,12Bekasi 7,12Bandung 7,05Tangerang 7,02Surakarta 6,96

Kota Skor Kota SkorMakasar 6,93Bandar Lampung 6,89Cilegon 6,89Sukabumi 6,88Manado 6,83Yogyakarta 6,82Semarang 6,78Pekanbaru 6,75Sibolga 6,74Depok 6,70Cirebon 6,68

Maros 8,08Gianyar 7,6Kediri 7,56Jembrana 7,4Karawang 7,23Purwakarta 7,21Bogor 7,13Bangli 7,07Tabanan 6,97Donggala 6,87Cianjur 6,8Solok 6,78

Sawahlunto Sijunjung 6,77Sukabumi 6,76Bantul 6,76Purbalingga 6,73Kuningan 6,73Klungkung 6,72Gresik 6,68Sidoarjo 6,68Ciamis 6,67Lombok Barat 6,66Bulungan 6,66Jepara 6,66

Kabupaten Skor Kabupaten Skor

Page 46: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200534

Indonesia tersebut tidak menduduki peringkatteratas untuk Faktor Infrastruktur Fisik ini.

Peringkat atas untuk kelompok kabupaten,diduduki oleh kabupaten-kabupaten yangberbasis industri dan merupakan penyanggaibukota propinsi, dengan peringkat pertamaadalah Kab. Maros dengan skor 8.08. Marosmerupakan merupakan daerah penyanggaKota Makasar yang merupakan kota utama diwilayah Indonesia bagian timur. Marosmemiliki kawasan industri yang cukup besar,yang terhubungkan dengan pelabuhan lautdan udara berskala internasional. Dua daerahdi Bali berhasil menduduki peringkat atasyakni Kab. Gianyar pada peringkat ke-2 denganskor 7.60 dan Kab. Jembrana pada peringkatempat dengan skor 7.40. Untuk hasilpemeringkatan tahun 2005 ini, dominasidaerah di Jawa dalam peringkat infrastrukturfisik sedikit bergeser, dimana tahun ini diwakilioleh Kab. Karawang dan Kab. Kediri, danPurwakarta, Bogor, dan beberapa daerah diJawa Tengah dan Jawa Barat. Daerah-daerah

ini merupakan pusat kegiatan industri moderndi Indonesia. Di Kab. Karawang, terdapatkawasan industri dan kota industri modernyang terbesar di ASEAN, selain puluhan zona-zona industri. Daerah yang berada padakategori A di atas, memiliki infrastruktur fisikyang memadai, dan akses yang lancar kepelabuhan laut maupun udara, sehinggamemudahkan mobilitas kegiatan usahapebisnis di daerah-daerah ini. Daerah-daerahini memiliki keuntungan sebagai dampakaglomerasi dengan pusat-pusat kegiatanekonomi dari daerah sekitarnya. Aglomerasiini memungkinkan terjadinya sharing fasilitassuatu daerah dengan daerah-daerah disekitarnya.

Berbeda dengan daerah-daerah yangberada di peringkat atas, daerah-daerah yangmenempati peringkat bawah, rata-rata adalahdaerah yang jauh dengan pertumbuhanekonomi dan aktivitas ekonomi. Hanya ada 5daerah kota yang berada pada kelompokperingkat E, yakni Kota Tanjung Balai diSumatera Utara, Kota Sorong di Papua, KotaSamarinda di Kaltim, Palangkaraya di Kalteng,dan Pekalongan di Jawa Tengah. Kota-kota inikurang berkembang karena lokasinya yangkurang strategis, dan tidak banyak kegiatanekonomi produktif yang dapat memacuperkembangan kota, sehingga perkembangansarana dan prasarana fisiknya juga kurangmaju. Kabupaten-kabupaten yang berada diluar Pulau Jawa, seperti Kalimantan, Papua,NTT, dan daerah pelosok lainnya mendominasiperingkat terbawah untuk Faktor InfrastrukturFisik. Kab. Kutai Timur dan Barito Selatan,meskipun memiliki potensi sumber daya alamyang melimpah, tetapi tidak didukung olehinfrastruktur fisik yang memadai, baik berupajalan darat, laut, maupun udara. Di daerah inijuga masih dinilai kekurangan sumber energilistrik maupun jaringan komunikasi. Hal yangrelatif sama terjadi pada Kab. Rokan Hulu,Bengkulu Selatan, Fak-fak di Papua, Sanggaudi Kalimantan Barat dan lainnya, serta dibeberapa daerah kepulauan terpencil sepertidi Natura. Tiga daerah di Jawa yang beradapada peringkat E yakni Lamongan,Kulonprogo, Pasuruan dan Kab. Magetan.Daerah-daerah ini jauh dari pusat kota,

TTTTTabel 6.2abel 6.2abel 6.2abel 6.2abel 6.2Peringkat “E”Peringkat “E”Peringkat “E”Peringkat “E”Peringkat “E”

Berdasarkan Faktor Infrastruktur FisikBerdasarkan Faktor Infrastruktur FisikBerdasarkan Faktor Infrastruktur FisikBerdasarkan Faktor Infrastruktur FisikBerdasarkan Faktor Infrastruktur Fisik

Pekalongan 5,38Sorong 5,29Palangkaraya 5,27

Kota Skor Kota SkorSamarinda 5,09Tanjung Balai 4,90

Luwu Utara 5,49Lampung Timur 5,49Lamongan 5,48Pasuruhan 5,48Bengkulu Utara 5,46Karo 5,43Kulonprogo 5,38Kapuas Hulu 5,35Majene 5,34Pelalawan 5,31Way Kanan 5,31Mimika 5,31Tapin 5,3Dairi 5,28Pontianak 5,27Bangka 5,26Sorong 5,24Kuansing 5,19Ngada 5,14

Poso 5,14Sambas 5,12Lingga 5,1Tapanuli Utara 4,94Magetan 4,9Bangka Selatan 4,86Sanggau 4,79Fakfak 4,78Natuna 4,72Muna 4,7Dompu 4,64Buton 4,62Kutai Timur 4,46Kampar 4,45Bengkulu Selatan 4,37Jayawijaya 4,37Barito Selatan 4,34Rokan Hulu 3,91Tanjung Jabung Timur 3,3

Kabupaten Skor Kabupaten Skor

Page 47: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

35

Pertumbuhan perekonomian Indonesia yang diukur denganmembandingkan antara Pendapatan Domestik Bruto (PDB)tahun 2005 dengan tahun 2004 mencapai 5,60%. Sementarapertumbuhan pada tahun 2004 sendiri jika dibandingkandengan tahun 2003 sebesar 5,13%. Namun demikianpertumbuhan pesat di bidang perekonomian ternyata tidakdiimbangi dengan peningkatan infrastruktur ketenagalistrikan.

Kondisi infrastruktur di sektor ketenagalistrikan selama initerjadi peningkatan yang tidak seimbang antara jumlahpermintaan dengan peningkatan kapasitas energi listrik,selain itu juga terjadi ketergantungan yang sangat tinggiterhadap pasokan dari bahan bakar minyak dan batu bara.Untuk memenuhi kebutuhan listrik hingga tahun 2013,pemerintah, menurut Badan Pengkajian Ekonomi, Keuangandan Kerja Sama Internasional (Bapekki) DepartemenKeuangan dan Center for Energy and Power Studies PT PLN(Persero), memperkirakan perlu ada tambahan kapasitaspembangkit sekitar 6.161 megawatt (MW), sudah termasukcommitted dan on going projects. Perinciannya, 5.338 MWproyek PLN dan 823 MW proyek swasta dan pemerintahdaerah (pemda).

Upaya peningkatan produksi energi listrik tentunya tidakdapat diselesaikan dalam hitungan satu atau dua bulan, tetapilebih merupakan proses yang harus dilakukan secarabertahap. Sementara kondisi ketersediaan energi listrik sendirisudah sangat kritis, pemadaman dapat terjadi apabila padasaat tertentu pasokan bahan bakar untuk pembangkit listrikmengalami hambatan dan apabila pada saat beban puncakterjadi pemakaian daya melebihi dari kapasitas yangterpasang.

Untuk mencegah terjadinya pemadaman listrik oleh PLNPemerintah melalui Intruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2005,menganjurkan penghematan terhadap instansi-instansipemerintah, badan usaha milik negara, badan usaha daerah,dan sektor swasta. Dalam pelaksanaannya instruksi ini tidakbanyak membantu dalam menyelesaikan kekurangan pasokanenergi oleh PLN. Sehingga perlu adanya partisipasimasyarakat (swasta), baik untuk menyediakan kebutuhanenergi listrik masyarakat umum ataupun kebutuhannya sendiri.Untuk mengundang pihak swasta dalam penyediaan energilistrik tersebut, pemerintah belum memberikan insentif bagipengusaha. Rendahnya harga jual energi listrik dan tingginyapungutan bagi pengusaha dalam menyelenggarakan produksienergi listrik, ikut menghambat pertumbuhan investasi dibidang ketenagalistrikan.

KONDISIKETENAGA-LISTRIKANINDONESIA

sehingga merika tidak memperoleh mafaatdari efek aglomerasi sharring infrastruktur fisikkota yang lebih baik. Kab. Magetanmerupakan daerah yang terletak di perbatasanJawa Timur dan Jawa Tengah bagian selatan.Persoalan infrastruktur fisik dasar seperti jalandarat dan tenaga listrik tampaknya masihmenjadi kendala utama bagi perkembangan

ekonomi di daerah-daerah ini. Walaupunsebagian dari daerah-daerah ini memilikipotensi ekonomi yang baik, namunketerisolasian akibat minimnya saranapendukung berupa infrastruktur fisik menjadipenghambat kegiatan ekonomi di daerah-daerah ini.

Page 48: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200536

Selain permasalahan mengenai rendahnya harga jualenergi listrik pengusaha juga menghadapai kendalaperpajakan ditingkat pusat dan Pajak Penerangan Jalan (PPJ)di daerah. PPJ dipungut atas dasar manfaat penerangan jalanyang diterima oleh masyarakat, dasar pengenaan tariff PPJdihitung berdasarkan pada penggunaan energi listrik baikyang disediakan oleh PLN maupun energi yang tidakdisediakan oleh PLN. Dasar hukum dari PPJ adalah Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah danRetribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun2001 Tentang Pajak Daerah. Tarif PPJ menurut UU dihitungberdasarkan pada nilai jual tenaga listrik, baik yang dihasilkanoleh Negara (PLN) maupun dihasilkan oleh swasta. Dalam haltenaga listrik yang bukan berasal dari PLN nilai jual tenagalistrik dihitung berdasarkan kapasitas yang tersedia atautaksiran penggunaan listrik, dan harga satuan listrik yangberlaku di daerah.

Pelaksanaan penetapan tarif yang didasarkan padapenaksiran dalam sejumlah perda, diatur lebih lanjut denganketetapan kepala daerah. Sementara, perda sendiri tidakmemberikan rumusan yang jelas bagi kepala daerah untukmenetapkan perhitungan penaksiran penggunaan energilistrik. Selain itu penghitungan tarif yang didasarkan padakapasitas terpasang bukan realisasi penggunaan energibertentangan dengan prinsip penerima manfaat yang lebihbanyak maka dia harus membayar pajak lebih besar, dan jugabertentangan dengan prinsip keadilan pajak, dimana bisa sajaterjadi mesin yang memiliki kapasitas lebih tinggi hanyamenggunakan energi yang lebih kecil.

Kebutuhan pengaturan perda PPJ sebagai saranapembiayaan oleh pemda memiliki dasar hukum yang kuatkarena merupakan amanat dalam UU 34/2000 dan PP 65/2001. Namun demikian dalam pembentukannya pemdasebaiknya tidak semata-mata hanya melihat pada aspeklegalitas, tetapi juga memperhatikan aspek-aspek filosofis dankebutuhan masyarakat. Karena itu Perda PPJ setidaknya jugamemperhatikan pada prinsip manfaat yang menyatakanbahwa siapa yang menikmati manfaat lebih banyak dariadanya pelayanan pemerintah maka dia harus membayarlebih banyak dan setiap orang harus kena pajak dalamproporsi penerimaan yang dinikmati atas perlindungannegara.

Karena itu pemungutan PPJ atas penggunaan energi listrikyang tidak disediakan oleh negara (PLN) menjadi tidak tepatdan harus ditinjau ulang kembali. Sedangkan untuk dapatmeningkatkan pendapatan daerah dan melindungi keamanan(lingkungan) terkait dengan penggunaan energi listrik olehswasta perlu ditetapkan dalam objek pajak yang berbeda,namun demikian penetapan pajak baru ini harusmemperhatikan pada aspek ekonomi biaya tinggi. Terutamauntuk mendukung pemerintah dalam memenuhi kebutuhanenergi listrik yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonominasional.

Page 49: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

IV. Penutup

Salah satu motivasi dibalik penerapankebijakan otonomi daerah adalah untukmemperbaiki kinerja pemerintahan daerahdalam melaksanakan pembangunan ekonomi.5 tahun pelaksanaan otonomi daerahmenunjukkan hasil yang beragam. Dibeberapa daerah, perbaikan kinerjapemerintah ini diikuti oleh kemajuan,sementara di beberapa daerah lain masihdijumpai persoalan akibat kebijakan yangtumpang tindih, rumit, dan tidak konsisten.Kondisi tersebut tergambar dalam laporantahunan studi pemeringkatan daya sainginvestasi daerah yang dilakukan oleh KPPOD.Hasil studi tahun 2005 memperlihatkanperlunya upaya untuk mendorong tumbuhnyakegiatan usaha baru untuk menciptakanlapangan pekerjaan bagi masyarakat di daerahyang dengan sendirinya penerimaan daerahdari sektor pajak akan meningkat, yang dapatdigunakan untuk pembiayaan pelayananpublik, seperti untuk pendidikan, kesehatandan perbaikan sarana transportasi. Dari hasilpemeringkatan dan penelusuran di lapangandapat diambil beberapa catatan pentingsebagai berikut:

A. TEMUAN

1. Sampai dengan tahun ke-5 pelaksanaanotonomi daerah Faktor Keamanan, Politikdan Sosial Budaya masih menjadiperhatian utama bagi para pelaku usaha,dan memiliki bobot pengaruh yang

terbesar dibandingkan dengan 4 faktorlainnya. Dibandingkan hasil pembobotanfaktor-faktor penentu daya saing investasitahun sebelumnya (2002-2004), hasilpembobotan faktor penentu daya sainginvestasi pada tahun 2005 mem-perlihatkan bawah Faktor Keamanan,Politik dan Sosial Budaya memiliki bobotterbesar dalam mempengaruhi dayasaing investasi suatu daerah, yakni sebesar27.4%, kemudian disusul Faktor EkonomiDaerah (22.6%), Faktor Tenaga Kerja(18.3%), Faktor Infrastruktur Fisik (16.7%),dan terakhir bobot terkecil diperolehFaktor Kelembagaan (15%);

2. Faktor Kelembagaan yang pada tahun2002-2004 memiliki bobot terbesar(31%), untuk pemeringkatan tahun 2005justru memiliki bobot terkecildibandingkan dengan keempat faktorlainnya, yakni hanya sebesar 15%. Hasilini secara positif dapat diartikan bahwaiklim investasi daerah-dareah di Indonesiakembali pada kondisi normal yakni lebihbanyak dipengaruhi oleh Faktor Ekonomi,Infrastruktur dan Tenaga Kerja.Sebaliknya, hasil ini juga dapat diartikanadanya apatisme dari para pelaku usahaterhadap kondisi kelembagaan di daerah-daerah, mengingat selama 5 tahunpelaksanaan otonomi daerah, ternyatabelum banyak terjadi perbaikan yangsignifikan dalam Faktor Kelembagaan;

Page 50: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200538

3. Secara umum, studi ini menemukanbahwa daya saing investasi daerahkabupaten/kota di Indonesia masihbelum memuaskan, terlihat dari rata-rata indeks daya saing investasi yangmasih rendah (6,04), masih jauh darinilai 9. Kelemahan daya saing investasidaerah di Indonesia terutama dari FaktorKelembagaan dan Tenaga Kerja. Rata-rata indeks daya saing kedua faktor inisangat rendah, yakni 5,43 dan 5,38.Daya saing investasi daerah secaraumum, bisa menjadi lebih baik jika rata-rata indeks daya saing untuk FaktorKeamanan, Politik dan Sosial Budaya,serta Faktor Ekonomi Daerah lebih baiklagi, karena kedua faktor ini memilikibobot pengaruh yang paling besardibandingkan dengan faktor lainnya;

4. Secara umum, studi pemeringkatan2005 ini memperl ihatkankecenderungan bahwa daerahperkotaan dan daerah-daerah yangberdekatan dengan kota, memiliki dayasaing investasi yang lebih baikdibandingkan dengan daerah pedesaan(kabupaten). Hal ini, bisa dijelaskanoleh perbedaan karakteristik antara kotadan kabupaten yang mempunyaipengaruh dalam upaya menciptakaniklim investasi. Beberapa kabupaten dankota yang berada dalam peringkat atasterutama karena daerah-daerah tersebutmemil ik i keunggulan pada FaktorEkonomi, Tenaga Kerja, dan InfrastrukturFisik;

5. Kondisi kelembagaan daerah-daerah diIndonesia sampai dengan tahun kelimapelaksanaan otonomi daerah belummenggembirakan. Peringkat berdasarkanFaktor Kelembagaan, terlihat rata-rata skordan peringkat kabupaten lebih baikdibandingkan dengan peringkat daerahkota, walau perbedaannya tidak terlalumencolok. Daerah-daerah yang beradapada peringkat atas untuk FaktorKelembagaan disebabkan oleh kuatnya

kepemimpinan kepala daerah, perbaikandalam prosedur pelayanan perizinanusaha, serta upaya mengurangi persoalanpungutan liar, kepastian hukum,peraturan daerah dan sebagainya;

6. Sejumlah daerah telah mulai melakukanperbaikan dalam birokrasi perizinanusaha dengan membentuk sistemperizinan secara One Stop Services (OSS).Sekitar 15% responden dalam penelitianini mengaku menggunakan OSS untukmengurus berbagai perijinan usaha.Namun demikian, belum banyakpemerintah daerah yang mendirikan OSSdengan fasilitas dan pelayanan yangdiharapkan oleh para pelaku usaha;

7. Aspek kepemimpinan daerah diyakinioleh para pelaku usaha dapatmeningkatkan daya saing investasidaerah. Hubungan yang baik antarapelaku usaha dengan kepala daerahmerupakan indikator yang palingberpengaruh dalam meningkatan dayasaing investasi daerah. Diyakini adanyahubungan antara intensitas kepala daerahdalam menciptakan iklim investasidengan tingkat indeks daya sainginvestasi baik secara keseluruhan maupundalam hal perbaikan kelembagaanpemerintah daerah. Keteladanan kepaladaerah juga merupakan faktorpendukung dalam peningkatan dayasaing investasi daerah;

8. Walaupun kepemimpinan daerahmemiliki pengaruh yang besar dalammenciptakan iklim investasi yangkondusif, namun ternyata menurut parapelaku usaha justru dalam praktiknyabanyak dijumpai persoalan yang terkaitdengan kualitas kepemimpinan kepaladaerah. Lebih dari 30% respondenmenyatakan bahwa kualitas hubunganantara kepala daerah, sertapenyalahgunaan kepala daerah dalammemberikan izin usaha dinilai buruk,bahkan sangat buruk;

Page 51: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

39

9. Terkait dengan Faktor Kelembagaan,terutama masalah kepastian hukum,meski ditemui adanya penurunan yangcukup signifikan, pungutan liar dariberbagai pihak (preman, organisasipemuda/ormas, aparat keamanan,sumbangan sosial, pungutan Pemda,DPRD, dll), diakui masih menjadi bebanpara pelaku usaha. Besarnya pungutanliar rata-rata diperkirakan sebesar 2.1%dari biaya produksi kegiatan usaha;

10. Besarnya beban pungutan tidak resmiberbanding terbal ik dengan skalausaha. Studi ini menemukan bahwasemakin keci l skala usaha, makaprosentase beban biaya tidak resmiterhadap biaya operasional usahasemakin besar. UKM menanggung biayatidak resmi paling besar dibandingkandengan pengusaha skala usaha yanglebih besar. Dalam satu bulan, UKMharus membayar biaya t idak resmisebesar rata-rata 6.9% dari biayaoperasional usaha. Sebal iknyaperusahaan dengan modal usahasampai dengan 50 juga mendapatbeban sebesar 2.57% dari biayaoperasional, dan skala usaha besardengan biaya operasional usaha diatas2 milyar beban biaya tidak resmi yangditanggung sebesar rata-rata 0.45%;

11. Pelaksanaan birokrasi pelayananperizinan usaha di daerah masih belumsesuai dengan harapan dunia usaha.Untuk mendapatkan izin usaha, parapelaku usaha harus mengeluarkantambahan biaya tidak resmi diluar biayayang telah ditetapkan oleh pemerintahdaerah, yang besarnya rata-rata109.4% dari biaya resmi. Semakin kecilbiaya resmi, semakin besar tambahanbiaya tidak resmi yang harus dibayaruntuk mendapatkan sebuah perijinanusaha. Untuk rata-rata biaya tidak resmisebesar Rp.15.000,- rata-rata tambahanbiaya t idak resmi yang harusditanggung sebesar Rp.52.000,- atau475%. Untuk rata-rata biaya resmi

diatas Rp.8.000.000,-rata-ratatambahan biaya tidak resmi sebesar67.6% dari biaya resminya;

12. Belum ada kepastian waktu untukmenyelesaikan perizinan usaha. Rata-rata waktu untuk menyelesaikan seluruhperizinan usaha yang ditetapkan olehpemerintah daerah adalah selama 17hari kerja. Dalam realisasinya, rata-ratawaktu yang dibutuhkan adalah selama32 hari kerja, atau ada tambahan 15hari kerja untuk menyelesaikanperizinan usaha di daerah. Waktu palingcepat yang dijanjikan oleh pemerintahdaerah adalah 3 hari kerja, sementararealisasinya adalah 6 hari kerja, atau adatambahan 3 hari kerja. Rata-rata waktupal ing lama yang di janj ikan olehpemerintah daerah 81 hari kerja, danrealisasinya selama 177 hari kerja atauadanya tambahan 97 hari kerja dariyang dijanjikan;

13. Masih ditemukan sejumlah perda diberbagai daerah yang mendistorsikegiatan usaha. Berdasarkanpenelusuran lapangan, 24.6% pelakuusaha yang menjadi responden dalampenel it ian ini menyatakan bahwakegiatan usaha mereka terdistorsi olehperda-perda yang dikeluarkan olehpemerintah daerah. Sementara dari hasilkaj ian terhadap 1.379 perda yangdisebarkan di 228 daerah, ditemukanbahwa dari sisi kejelasan tarif, 10,1%diantaranya berpotensi mendistorsikegiatan usaha. Dan dari sisi kejelasanprosedur periz inan, 14,04%diantaranya juga berpotensimendistorsi akt ivitas usaha. Meskidemikian, hasil penelitian tahun 2005ini lebih baik dibandingkan dengantahun 2004, dimana dari 1.025 Perdadi 214 daerah, 30,1% diantaranyaberpotensi mendistorsi kegiatan usaha;

14. Banyaknya perda yang bermasalah ini,terkait dengan proses perumusan perdayang kurang partis ipatif. Meskipun

Page 52: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200540

demikian hasil penelitian pada tahun2005 menunjukkan bahwa 61,3%responden menyatakan tidak pernahdilibatkan dalam proses perumusanperaturan daerah. Hasil ini lebih baikdibandingkan tahun 2004, dimana86.4% responden menyatakan tidakpernah dilibatkan dalam perumusankebijakan daerah. Kalaupun tingkatketerl ibatan pelaku usaha dalamperumusan perda meningkat, namunkualitas keterlibatan pelaku usaha initernyata masih kurang memuskan. Halini dinyatakan oleh 38,82% responden.Sementara itu, hanya 3.55% yangmenyatakan kualitas keterlibatan sudahmencapai kualitas yang sangat baik;

15. Selama tahun 2005, hanya adabeberapa daerah yang dinilai kurangaman untuk kegiatan investasi ,sehingga daya saing investasiberdasarkan Faktor Keamanan, Politikdan Sosial Budaya daerah-daerah diIndonesia memiliki rata-rata indeks yangcukup tinggi yakni 6,37 atau 6,23 untukkota dan 6,41 untuk kabupaten.Sementara perbandingan antarakabupaten dan kota, terlihat bahwaFaktor Keamanan Politik dan SosialBudaya, kabupaten sedikit lebihkondusif dibandingkan dengan kota.Kota yang memil ik i kompleksitasmasalah sosial yang tinggi, sepertit ingginya intensitas gangguandemonstrasi terhadap kegiatan usahadan kriminalitas. Kabupaten dan kotadengan keamanan, politik dan sosialbudaya yang stabi l , tercipta darikeberhasilan pemerintah daerah dalammemberikan perl indungan bagikegiatan usaha, hubungan yang baikdengan legis lat i f , dan jaminankebebasan mobilitas barang dan jasa,serta penggunaan tenaga kerja daridaerah atau negara lain;

16. Faktor Ekonomi memiliki indeks palingbaik dibandingkan 4 faktor lainnya, yaknirata-rata sebesar 6,57. Kota mempunyai

daya saing yang lebih tinggidibandingkan kabupaten. Pada tahun2005, secara umum kondisi ekonomidaerah perkotaan lebih baik dibanding-kan dengan daerah kabupaten. Kondisiekonomi daerah perkotaan di tahun 2005mengalami perbaikan, sementara untukdaerah kabupaten justru mengalamipenurunan. Hal ini ditunjukkan olehmayoritas daerah kota berada padaperingkat A dan B, dan tidak satupun kotayang berada pada peringkat E, sementaradaerah kabupaten lebih banyak padaperingkat D dan E. Faktor yangmenyebabkan ekonomi kota lebih baikadalah karena daya beli masyarakat kotalebih tinggi dibandingkan kabupaten.Pada tahun 2004, rata-rata PDRBPerkapita Kota adalah sebesar Rp.16,5juta, sementara rata-rata PDRB PerkapitaKabupaten hanya sebesar Rp.13,5 jutapertahun;

17. Daerah-daerah yang berada padaperingkat atas untuk Faktor EkonomiDaerah, merupakan daerah-daerah yangperekonomiannya didominasi oleh sektormodern seperti manufaktur danperdagangan jasa. Di sisi lain daerah-daerah pertanian tradisional danterpencil berada pada peringkat rendah.Perkembangan perekonomian daerah inibanyak dipengaruhi oleh biaya ekonomisebagaimana terepresentasikan olehindeks kemahalan konstruksi yangmerupakan salah satu indikator yangdigunakan dalam studi ini. Hal inimenyebabkan peringkat Faktor Ekonomikota lebih baik dibandingkan kabupaten;

18. Kondisi ketenagakerjaan daerah-daerahdi Indonesia pada tahun 2005 cukupmengkhawatirkan, hal ini terlihat darirata-rata skor yang diperoleh untuk FaktorKetenagakerjaan yang hanya 5,38.Kondisi ini, sedikit banyak mencerminkanpeta permasalahan ketenagakerjaan diIndonesia secara keseluruhan. Pada tahun2005 produktivitas tenaga kerjamengalami penurunan yang cukup

Page 53: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

41

signifikan, dari rata-rata Rp.25 juta padatahun 2004 menjadi Rp. 21,5 juta ditahun 2005. Pasca krisis 1998, upahminimum meningkat secara drastishingga lebih 30 persen dibandingkansebelum krisis;

19. Sementara perbandingan antara kota dankabupaten memperlihatkan ketenaga-kerjaan daerah perkotaan juga lebih baikdibandingkan dengan daerah kabupaten.Berdasarkan Faktor Tenaga Kerja danProduktivitas, daerah kota lebih banyakberada pada peringkat A dan B,dibandingkan dengan daerah kabupaten.Dari sisi ketersediaan dan kualitas tenagakerja, kota lebih baik dibandingkankabupaten. Hal ini disebabkan olehkualitas sistem pendidikan, industrialisasimendorong peningkatan produktivitasdan keterampilan pekerja, sertaketersediaan penduduk usia kerja.Adapun hal yang menyebabkan kualitasdan ketersediaan tenaga kerja kota lebihbaik dibandingkan dengan kabupatenadalah, terbatasnya lapangan kerja dipedesaan, yang kemudian mendorongperpindahan tenaga kerja dari desa kekota. Sementara kegiatan ekonomi kotamenuntut tenaga kerjanya lebih produktifdaripada di pedesaan;

20. Terlihat perbedaan yang signifikan padadaya saing investasi antara daerahkabupaten dan kota berdasarkan FaktorInfrastruktur Fisik. Infrastruktur kota lebihbaik dibandingkan dengan kabupaten,baik dari sisi ketersediaan maupunkualitas. Daerah-daerah yang berada dipusat kegiatan ekonomi dan industri dansekitarnya mendominasi peringkat atasberdasarkan Faktor Infrastruktur Fisik.Daerah-daerah ini memperoleh manfaatdari efek aglomerasi dengan pembagianinfrastruktur antar daerah yang salingberdekatan. Kota sebagai konsentrasipenduduk dengan aktivitas ekonomi yangkompleks, menuntut ketersediaaninfrastruktur pendukung yang lebihlengkap dan lebih baik dibandingkan

daerah kabupaten. Kota-kota besarseperti Jakarta dan Surabaya walaupunmemiliki skor tinggi untuk FaktorInfrastruktur Fisik, namun tidak diimbangidengan kebijakan kelembagaan yang baikdalam pengelolaan infrastruktur,sehingga menghadapi persoalan yangrumit terkait dengan penyediaaninfrastruktur fisik;

B. SARAN-SARAN

1. Daerah-daerah perlu mengenali faktor-faktor kelemahan dalam menarik investasidi daerahnya, agar dapat melakukanperbaikan. Selain itu juga perlu dilakukanpenelusuran lebih dalam faktor-raktor,variabel, atau indikator yang menjadikekuatan dari daerah lainnya, untukkemudian dikembangkan dalam rangkameningkatkan daya saing investasinya;

2. Perbaikan pelayanan publik perludilakukan oleh daerah-daerah dalamrangka meningkatkan kualitas pelayananbirokrasi terhadap dunia usaha, agartercipta pelayanan yang prima, mudah,murah dan cepat yang menggambarkanefektivitas dan efisiensi sebagaimanatuntutan dunia usaha. Pembentukanpelayanan birokrasi pelayanan publikdengan sistem OSS yang memberikemudahan dalam pelayanan perizinanusaha perlu direplikasikan di daerah-daerah otonom lainnya;

3. Keterlibatan dunia usaha dan stakeholderslainnya dalam setiap perumusankebijakan publik merupakan syarat mutlakagar tercipta sebuah pemerintahan yangbertanggung jawab dan transparan, sertaterwujutnya kebijakan publik yangberkualitas dan dapat diterima oleh setiappihak. Praktik-praktik positif dalampenyelenggaraan pemerintahan yang baikyang dilakukan oleh daerah lainnya,seperti transparansi dan partisipasi publikperlu direplikasikan dan dikembangkan didaerahnya sesuai dengan karakteristikmasyarakat di daerahnya;

Page 54: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200542

4. Untuk meningkatkan daya sainginvestasi daerah perlu di lakukankerjasama antar daerah danmembentuk ik l im investasi yangmencakup kawasan tertentu.Keuntungan dari kerjasama antardaerah ini adalah dapat memperolehefek aglomerasi yang salah satunyaadalah berbagi infrastruktur, berbagiinformasi dan keterkaitan ekonomi antardaerah;

5. Perbaikan sarana f is ik danpembangunan infrastruktur barusebagai pendukung kegiatan usahamutlak untuk terus di lakukan,mengingat bahwa ketersediaan dankualitas infrastruktur fisik ini mampumendorong tumbuhnya aktivitas usahabaru dan mendatangkan multipl ier-effects yang besar;

6. Kota maupun kabupaten yang memilikiskor tinggi untuk infrastruktur fisik, harusmelakukan perencanaan pembangunanjangka panjang dan terus melakukanpemeliharaan fasilitas yang sudah ada.Dalam jangka panjang, seiring per-kembangan perekonomian daerah, akandijumpai sejumlah persoalan terkaitdengan ketersediaan infrastruktur fisik;

7. Mengingat bahwa sebagian besar daerahyang memperoleh peringkat tinggiadalah daerah-daerah yang berada disekitar pusat-pusat pertumbuhanekonomi, maka perlu dikembangkanpusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru,untuk mendorong pertumbuhanekonomi daerah di kawasan tertentusecara terpadu. Upaya pembentukanpusat-pusat pertumbuhan ekonomitersebut akan dapat terwujud dengan baikapabila beberapa rekomendasi di atasdijalankan secara konsisten.

Page 55: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

LampiranPERINGKAT DAERAHPROFIL DAERAHBOBOT PEMERINGKAT

Page 56: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

43

1 KEPRI Batam 7,16 A

2 BANTEN Cilegon 7,09 A

3 SUMBAR Padang 7,09 A

4 KALTIM Balikpapan 7,08 A

5 BALI Denpasar 7,07 A

6 BANTEN Tangerang 6,99 A

7 LAMPUNG Bandar Lampung 6,89 A

8 SUMUT Sibolga 6,85 A

9 SUMBAR Sawahlunto 6,82 A

10 JABAR Cirebon 6,80 A

11 SULSEL Makasar 6,78 A

12 JATENG Surakarta 6,74 A

13 JATIM Surabaya 6,65 A

14 KEPRI Tanjung Pinang 6,64 A

15 SUMUT Medan 6,58 A

16 JATIM Kediri 6,57 A

17 JABAR Bandung 6,56 A

18 DIY Yogyakarta 6,56 A

19 SULUT Manado 6,55 A

20 RIAU Pekanbaru 6,55 A

21 JATENG Semarang 6,54 A

22 SULTRA Kendari 6,52 B

23 SUMUT Binjai 6,50 B

24 JAMBI Jambi 6,48 B

25 JABAR Sukabumi 6,46 B

26 RIAU Dumai 6,44 B

27 NTB Mataram 6,43 B

28 KALTIM Tarakan 6,43 B

29 DKI JAKARTA Jakarta 6,41 B

30 JABAR Depok 6,33 B

PERINGKAT DAERAHLampiran 1.1 : Peringkat 59 Kota Berdasarkan Seluruh Faktor (Umum)

No. Propinsi Kota Nilai Peringkat No. Propinsi Kota Nilai Peringkat

31 PAPUA Jayapura 6,33 B

32 KALSEL Banjarmasin 6,32 B

33 KALTIM Bontang 6,32 B

34 JATIM Malang 6,32 B

35 SUMUT Tebing Tinggi 6,32 B

36 JATENG Magelang 6,28 B

37 JATIM Mojokerto 6,28 B

38 SULSEL Parepare 6,27 B

39 SUMSEL Palembang 6,26 B

40 JATENG Tegal 6,25 B

41 SUMUT Pematang Siantar 6,22 B

42 BABEL Pangkal Pinang 6,21 B

43 SULUT Bitung 6,19 B

44 JABAR Tasikmalaya 6,15 C

45 NTT Kupang 6,14 C

46 KALTIM Samarinda 6,14 C

47 KALBAR Pontianak 6,13 C

48 JATIM Probolinggo 6,12 C

49 GORONTALO Gorontalo 6,10 C

50 JABAR Bogor 6,06 C

51 JABAR Banjar 5,99 C

52 BENGKULU Bengkulu 5,99 C

53 JABAR Bekasi 5,95 C

54 SULTENG Palu 5,95 C

55 KALTENG Palangkaraya 5,82 D

56 JATIM Madiun 5,66 D

57 JATENG Pekalongan 5,63 D

58 SUMUT Tanjung Balai 5,46 E

59 PAPUA Sorong 5,45 E

Page 57: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200544

1 BALI Gianyar 6,93 A

2 BALI Klungkung 6,92 A

3 SUMSEL Musi Banyuasin 6,91 A

4 SULTRA Kolaka 6,81 A

5 KALTIM Kutai Kertanegara 6,77 A

6 SUMBAR Sawahlunto Sijunjung 6,75 A

7 KALTIM Pasir 6,74 A

8 JATIM Sidoarjo 6,70 A

9 KALTIM Bulungan 6,68 A

10 JABAR Purwakarta 6,68 A

11 SUMBAR Solok 6,66 A

12 BALI Bangli 6,65 A

13 KALSEL Tabalong 6,65 A

14 RIAU Indragiri Hilir 6,64 A

15 SULSEL Maros 6,64 A

16 BALI Jembrana 6,61 A

17 KALTIM Kutai Timur 6,58 A

18 RIAU Pelalawan 6,58 A

19 BALI Tabanan 6,58 A

20 JATENG Kudus 6,56 A

21 SULSEL Pangkajene Kepulauan 6,55 A

22 JAMBI Kerinci 6,54 A

23 SULTRA Konawe Selatan 6,54 A

24 JABAR Karawang 6,53 A

25 KALTIM Berau 6,49 B

26 SUMBAR Pesisir Selatan 6,49 B

27 SULSEL Barru 6,47 B

28 JABAR Bogor 6,41 B

29 SULSEL Luwu 6,36 B

30 KEPRI Karimun 6,34 B

31 JAMBI Batanghari 6,29 B

32 BANTEN Lebak 6,29 B

33 SULSEL Pinrang 6,29 B

34 KALSEL Tanah Laut 6,29 B

35 JABAR Bekasi 6,28 B

36 DIY Bantul 6,26 B

37 SULSEL Bone 6,26 B

38 JATENG Cilacap 6,26 B

39 JATIM Gresik 6,26 B

40 JAMBI Tebo 6,26 B

41 JATENG Karanganyar 6,24 B

42 BABEL Bangka Barat 6,23 B

43 BABEL Belitung 6,23 B

44 BALI Karangasem 6,23 B

45 BANTEN Tanggerang 6,22 B

46 RIAU Bengkalis 6,21 B

47 SUMUT Dairi 6,18 B

48 KEPRI Lingga 6,18 B

49 KALSEL Hulu Sungai Selatan 6,17 C

Lampiran 1.2 : Peringkat 169 Kabupaten Berdasarkan Seluruh Faktor (Umum)

No. Propinsi Kabupaten Nilai Peringkat

50 JABAR Sukabumi 6,17 C

51 SUMSEL Lahat 6,16 C

52 SULUT Minahasa 6,16 C

53 JAMBI Bungo 6,15 C

54 JABAR Ciamis 6,15 C

55 RIAU Kampar 6,15 C

56 LAMPUNG Lampung Barat 6,15 C

57 SUMSEL Muaraenim 6,15 C

58 KALSEL Hulu Sungai Tengah 6,14 C

59 JABAR Subang 6,14 C

60 SUMUT Deliserdang 6,12 C

61 BABEL Bangka Selatan 6,11 C

62 SULSEL Bantaeng 6,11 C

63 JABAR Cianjur 6,11 C

64 SUMBAR Pasaman 6,09 C

65 JATIM Kediri 6,08 C

66 RIAU Kuansing 6,08 C

67 DIY Sleman 6,07 C

68 JABAR Kuningan 6,06 C

69 SULSEL Sinjai 6,06 C

70 DIY Gunungkidul 6,05 C

71 SUMUT Langkat 6,05 C

72 LAMPUNG Lampung Utara 6,03 C

73 JATENG Boyolali 6,02 C

74 JABAR Garut 6,02 C

75 JATENG Pekalongan 6,02 C

76 KALBAR Pontianak 6,01 C

77 JATENG Banyumas 5,99 C

78 SUMSEL Musi Rawas 5,99 C

79 KALTIM Nunukan 5,98 C

80 JATENG Tegal 5,97 C

81 SULSEL Selayar 5,95 C

82 KALSEL Tapin 5,94 C

83 JATENG Sukoharjo 5,93 C

84 GORONTALO Gorontalo 5,92 D

85 SULTENG Morowali 5,92 D

86 JABAR Sumedang 5,92 D

87 SUMUT Karo 5,92 D

88 JATENG Kendal 5,91 D

89 KALTENG Kapuas 5,90 D

90 KALBAR Ketapang 5,90 D

91 SUMSEL Ogan Ilir 5,90 D

92 KALTENG Barito Utara 5,88 D

93 JATENG Purbalingga 5,88 D

94 KALBAR Sambas 5,88 D

95 JATIM Banyuwangi 5,85 D

96 BENGKULU Rejang Lebong 5,85 D

97 JATIM Mojokerto 5,84 D

No. Propinsi Kabupaten Nilai Peringkat

Bersambung +

Page 58: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

45

134 JATENG Pemalang 5,53 E

135 SULSEL Jeneponto 5,52 E

136 PAPUA Fakfak 5,50 E

137 BALI Badung 5,49 E

138 BALI Buleleng 5,48 E

139 JATIM Tulungagung 5,48 E

140 KALSEL Hulu Sungai Utara 5,45 E

141 JATIM Situbondo 5,45 E

142 BABEL Bangka 5,44 E

143 NTB Bima 5,44 E

144 SULSEL Luwu Utara 5,43 E

145 PAPUA Mimika 5,42 E

146 PAPUA Sorong 5,40 E

147 SULTENG Poso 5,37 E

148 KALTENG Barito Selatan 5,36 E

149 JABAR Indramayu 5,35 E

150 NTT Sika 5,33 E

151 NTT Ngada 5,32 E

152 NTT Timor Tengah Utara 5,32 E

153 JATIM Jember 5,30 E

154 LAMPUNG Lampung Timur 5,29 E

155 BENGKULU Bengkulu Selatan 5,27 E

156 NTB Lombok Timur 5,26 E

157 NTT Manggarai 5,25 E

158 JATIM Pasuruhan 5,24 E

159 JATIM Ponorogo 5,23 E

160 JAMBI Tanjung Jabung Timur 5,23 E

161 JATIM Lamongan 5,15 E

162 SULTRA Muna 5,13 E

163 JATENG Wonosobo 5,12 E

164 RIAU Rokan Hulu 5,11 E

165 JATIM Bondowoso 4,97 E

166 JATIM Pamekasan 4,95 E

167 PAPUA Jayawijaya 4,81 E

168 NTT Sumba Barat 4,81 E

169 SULTRA Buton 4,05 E

Lanjutan...

No. Propinsi Kabupaten Nilai PeringkatNo. Propinsi Kabupaten Nilai Peringkat

98 SULSEL Takalar 5,84 D

99 SULTENG Tolitoli 5,84 D

100 JATIM Jombang 5,83 D

101 KALBAR Kapuas Hulu 5,82 D

102 NTB Lombok Barat 5,82 D

103 LAMPUNG Lampung Selatan 5,80 D

104 JATENG Magelang 5,80 D

105 SULSEL Gowa 5,79 D

106 JABAR Bandung 5,78 D

107 JATIM Bangkalan 5,78 D

108 JATENG Jepara 5,77 D

109 DIY Kulonprogo 5,76 D

110 JATENG Klaten 5,75 D

111 SULSEL Majene 5,75 D

112 BANTEN Serang 5,75 D

113 SULSEL Tanah Toraja 5,75 D

114 NTT Ende 5,74 D

115 NTB Dompu 5,73 D

116 PAPUA Manokwari 5,72 D

117 JABAR Tasikmalaya 5,72 D

118 JATIM Magetan 5,71 D

119 LAMPUNG Way Kanan 5,71 D

120 SULTENG Banggai 5,70 D

121 SULTENG Donggala 5,70 D

122 SUMUT Asahan 5,69 D

123 JABAR Cirebon 5,69 D

124 SUMUT Simalungun 5,69 D

125 JATIM Blitar 5,67 D

126 NTT Lembata 5,67 D

127 SUMUT Tapanuli Utara 5,61 E

128 KEPRI Natuna 5,60 E

129 KALBAR Sanggau 5,60 E

130 JATENG Kebumen 5,58 E

131 SULUT Sangihe Talaut 5,56 E

132 BENGKULU Bengkulu Utara 5,55 E

133 NTT Timor Tengah Selatan 5,54 E

Page 59: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200546

No. Propinsi Kota Nilai Peringkat No. Propinsi Kota Nilai Peringkat

Lampiran 2.1 : Peringkat 59 Kota Berdasarkan Faktor Kelembagaan

1 SUMBAR Sawahlunto 6,50 A

2 KEPRI Batam 6,43 A

3 NTT Kupang 6,38 A

4 JABAR Sukabumi 6,35 A

5 BANTEN Cilegon 6,27 A

6 BALI Denpasar 6,21 A

7 BANTEN Tangerang 6,14 A

8 GORONTALO Gorontalo 6,07 A

9 RIAU Dumai 5,96 B

10 LAMPUNG Bandar Lampung 5,89 B

11 JABAR Tasikmalaya 5,87 B

12 NTB Mataram 5,83 B

13 DIY Yogyakarta 5,83 B

14 JAMBI Jambi 5,81 B

15 JATENG Tegal 5,80 B

16 JATENG Surakarta 5,78 B

17 SULSEL Makasar 5,70 B

18 SUMBAR Padang 5,61 C

19 JABAR Depok 5,59 C

20 SULSEL Parepare 5,55 C

21 KALTIM Tarakan 5,55 C

22 PAPUA Jayapura 5,55 C

23 KALSEL Banjarmasin 5,55 C

24 JATENG Magelang 5,49 C

25 JATIM Malang 5,48 C

26 JABAR Bandung 5,40 C

27 JABAR Bogor 5,39 C

28 RIAU Pekanbaru 5,33 C

29 SUMUT Tebing Tinggi 5,26 C

30 BABEL Pangkal Pinang 5,25 D

31 JABAR Cirebon 5,24 D

32 JABAR Banjar 5,21 D

33 SUMUT Sibolga 5,19 D

34 KALTIM Balikpapan 5,17 D

35 KEPRI Tanjung Pinang 5,04 D

36 BENGKULU Bengkulu 5,02 D

37 SULUT Bitung 4,99 D

38 DKI JAKARTA Jakarta 4,98 D

39 JATENG Semarang 4,97 D

40 JABAR Bekasi 4,91 D

41 KALBAR Pontianak 4,87 E

42 KALTIM Bontang 4,82 E

43 JATIM Kediri 4,78 E

44 JATIM Surabaya 4,77 E

45 JATENG Pekalongan 4,77 E

46 SUMSEL Palembang 4,76 E

47 SULTRA Kendari 4,70 E

48 KALTENG Palangkaraya 4,68 E

49 JATIM Probolinggo 4,65 E

50 JATIM Mojokerto 4,62 E

51 SUMUT Binjai 4,62 E

52 SULUT Manado 4,58 E

53 SUMUT Medan 4,55 E

54 PAPUA Sorong 4,46 E

55 SULTENG Palu 4,45 E

56 JATIM Madiun 4,44 E

57 KALTIM Samarinda 4,35 E

58 SUMUT Pematang Siantar 4,06 E

59 SUMUT Tanjung Balai 3,11 E

Page 60: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

47

Lampiran 2.2 : Peringkat 169 Kabupaten Berdasarkan Faktor Kelembagaan

No. Propinsi Kabupaten Nilai Peringkat

1 SULSEL Barru 7,06 A

2 SUMBAR Solok 6,81 A

3 BANTEN Lebak 6,65 A

4 BALI Jembrana 6,59 A

5 BABEL Belitung 6,57 A

6 KALSEL Hulu Sungai Tengah 6,56 A

7 KALSEL Hulu Sungai Selatan 6,54 A

8 KALSEL Tabalong 6,52 A

9 SULTRA Kolaka 6,51 A

10 JATENG Purbalingga 6,46 A

11 BALI Gianyar 6,46 A

12 BALI Klungkung 6,44 A

13 BALI Bangli 6,39 A

14 SUMBAR Sawahlunto Sijunjung 6,35 A

15 KALSEL Tanah Laut 6,34 A

16 NTT Lembata 6,34 A

17 RIAU Indragiri Hilir 6,33 A

18 JAMBI Kerinci 6,32 A

19 SUMSEL Musi Banyuasin 6,25 A

20 JABAR Kuningan 6,23 A

21 KALTIM Bulungan 6,22 A

22 JABAR Cianjur 6,22 A

23 BALI Tabanan 6,20 A

24 SUMBAR Pesisir Selatan 6,19 A

25 BABEL Bangka Selatan 6,18 A

26 JABAR Sukabumi 6,14 A

27 SUMSEL Lahat 6,13 A

28 BALI Karangasem 6,12 A

29 LAMPUNG Lampung Barat 6,12 A

30 JATENG Boyolali 6,10 A

31 BABEL Bangka Barat 6,09 A

32 JATENG Jepara 6,08 A

33 DIY Gunungkidul 6,07 A

34 JATENG Pekalongan 6,05 A

35 JABAR Bogor 6,05 A

36 SULSEL Maros 6,04 A

37 KEPRI Karimun 6,02 A

38 SULSEL Luwu 5,96 B

39 SULSEL Sinjai 5,96 B

40 KALTIM Nunukan 5,95 B

41 NTT Ende 5,94 B

42 KALSEL Hulu Sungai Utara 5,91 B

43 GORONTALO Gorontalo 5,90 B

44 KALBAR Sambas 5,89 B

45 SULSEL Jeneponto 5,89 B

46 KALBAR Ketapang 5,89 B

47 SULSEL Gowa 5,88 B

48 JATENG Kudus 5,87 B

49 JATIM Sidoarjo 5,87 BBersambung +

50 BABEL Bangka 5,86 B

51 NTB Lombok Barat 5,86 B

52 JABAR Garut 5,86 B

53 JATIM Kediri 5,86 B

54 JATENG Tegal 5,84 B

55 NTT Manggarai 5,84 B

56 JABAR Purwakarta 5,81 B

57 JATENG Banyumas 5,80 B

58 KALTIM Pasir 5,79 B

59 NTT Timor Tengah Selatan 5,78 B

60 DIY Bantul 5,77 B

61 JATENG Kebumen 5,77 B

62 JAMBI Bungo 5,76 B

63 SULSEL Pinrang 5,76 B

64 SULSEL Bantaeng 5,75 B

65 KALTIM Berau 5,74 B

66 LAMPUNG Way Kanan 5,74 B

67 JAMBI Tebo 5,72 B

68 SUMUT Langkat 5,72 B

69 JABAR Subang 5,68 B

70 KALSEL Tapin 5,67 B

71 SULSEL Selayar 5,67 B

72 JABAR Tasikmalaya 5,64 B

73 SUMSEL Muaraenim 5,62 B

74 RIAU Pelalawan 5,61 C

75 JATIM Blitar 5,59 C

76 JATENG Magelang 5,58 C

77 BENGKULU Rejang Lebong 5,57 C

78 JATENG Karanganyar 5,56 C

79 JAMBI Batanghari 5,56 C

80 SULTENG Morowali 5,54 C

81 RIAU Bengkalis 5,54 C

82 JATENG Cilacap 5,54 C

83 SUMBAR Pasaman 5,52 C

84 SULSEL Bone 5,51 C

85 JATIM Lamongan 5,49 C

86 KALTIM Kutai Kertanegara 5,48 C

87 NTT Sumba Barat 5,45 C

88 SULTENG Tolitoli 5,44 C

89 SULUT Minahasa 5,44 C

90 NTT Ngada 5,43 C

91 SULTENG Banggai 5,42 C

92 KALTIM Kutai Timur 5,40 C

93 NTT Timor Tengah Utara 5,39 C

94 JABAR Cirebon 5,37 C

95 JATIM Pamekasan 5,37 C

96 BANTEN Serang 5,36 C

97 SUMSEL Musi Rawas 5,36 C

No. Propinsi Kabupaten Nilai Peringkat

Page 61: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200548

No. Propinsi Kabupaten Nilai Peringkat

98 LAMPUNG Lampung Utara 5,35 C

99 SULSEL Majene 5,34 C

100 SULSEL Tanah Toraja 5,34 C

101 JATIM Bangkalan 5,34 C

102 SULTRA Konawe Selatan 5,31 C

103 DIY Kulonprogo 5,30 C

104 NTB Dompu 5,30 C

105 JABAR Indramayu 5,28 C

106 BENGKULU Bengkulu Utara 5,28 C

107 JATENG Pemalang 5,25 D

108 SUMUT Asahan 5,25 D

109 NTT Sika 5,23 D

110 SULUT Sangihe Talaut 5,22 D

111 SULTENG Poso 5,21 D

112 RIAU Kampar 5,20 D

113 SULTRA Muna 5,17 D

114 KALBAR Pontianak 5,16 D

115 BANTEN Tanggerang 5,15 D

116 KEPRI Lingga 5,13 D

117 SULTRA Buton 5,13 D

118 KALTENG Kapuas 5,12 D

119 SUMSEL Ogan Ilir 5,12 D

120 SUMUT Dairi 5,11 D

121 KALBAR Sanggau 5,10 D

122 DIY Sleman 5,09 D

123 JATIM Gresik 5,06 D

124 SULSEL Luwu Utara 5,06 D

125 SULSEL Pangkajene Kepulauan 5,05 D

126 JABAR Sumedang 5,03 D

127 PAPUA Fakfak 5,03 D

128 SULSEL Takalar 5,02 D

129 BALI Badung 5,01 D

130 JATENG Wonosobo 4,99 D

131 JATIM Jombang 4,99 D

132 SULTENG Donggala 4,98 D

133 JABAR Bekasi 4,98 D

134 KALTENG Barito Utara 4,97 D

135 PAPUA Jayawijaya 4,97 D

136 PAPUA Manokwari 4,96 D

137 SUMUT Simalungun 4,95 D

138 BALI Buleleng 4,95 D

139 JATIM Banyuwangi 4,93 D

140 NTB Bima 4,92 D

141 JATIM Jember 4,90 D

142 KALBAR Kapuas Hulu 4,89 E

143 RIAU Kuansing 4,88 E

144 NTB Lombok Timur 4,87 E

145 PAPUA Mimika 4,86 E

146 SUMUT Tapanuli Utara 4,83 E

147 LAMPUNG Lampung Selatan 4,82 E

148 JATENG Kendal 4,82 E

149 SUMUT Karo 4,82 E

150 JABAR Bandung 4,80 E

151 JABAR Karawang 4,77 E

152 JATIM Mojokerto 4,77 E

153 JATIM Tulungagung 4,73 E

154 JABAR Ciamis 4,72 E

155 JATIM Magetan 4,63 E

156 JATIM Situbondo 4,62 E

157 JATENG Klaten 4,62 E

158 LAMPUNG Lampung Timur 4,62 E

159 KEPRI Natuna 4,56 E

160 SUMUT Deliserdang 4,47 E

161 JATIM Bondowoso 4,43 E

162 PAPUA Sorong 4,36 E

163 JATENG Sukoharjo 4,34 E

164 JATIM Pasuruhan 4,28 E

165 BENGKULU Bengkulu Selatan 4,20 E

166 JATIM Ponorogo 4,15 E

167 KALTENG Barito Selatan 3,89 E

168 RIAU Rokan Hulu 3,79 E

169 JAMBI Tanjung Jabung Timur 3,65 E

No. Propinsi Kabupaten Nilai Peringkat

Lanjutan...

Page 62: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

49

No. Propinsi Kota Nilai Peringkat No. Propinsi Kota Nilai Peringkat

Lampiran 3.1 : Peringkat 59 Kota Berdasarkan Faktor Keamanan, Politik dan Sosial Budaya

1 BALI Denpasar 7,55 A

2 SUMUT Sibolga 7,50 A

3 KALTIM Balikpapan 7,45 A

4 BANTEN Cilegon 7,29 A

5 SUMBAR Sawahlunto 7,20 A

6 JABAR Sukabumi 7,19 A

7 KALTIM Bontang 7,12 A

8 SULTRA Kendari 7,08 A

9 LAMPUNG Bandar Lampung 7,00 B

10 JABAR Banjar 6,94 B

11 JAMBI Jambi 6,90 B

12 SUMBAR Padang 6,89 B

13 SULUT Manado 6,86 B

14 SULSEL Parepare 6,84 B

15 SUMUT Binjai 6,77 B

16 JABAR Depok 6,73 B

17 BANTEN Tangerang 6,72 B

18 KEPRI Batam 6,66 B

19 JATENG Surakarta 6,64 B

20 JABAR Tasikmalaya 6,62 B

21 SUMUT Tebing Tinggi 6,62 B

22 JATENG Tegal 6,48 C

23 GORONTALO Gorontalo 6,48 C

24 JABAR Cirebon 6,46 C

25 KEPRI Tanjung Pinang 6,46 C

26 JATIM Surabaya 6,34 C

27 JATIM Probolinggo 6,33 C

28 NTB Mataram 6,32 C

29 PAPUA Jayapura 6,31 C

30 RIAU Dumai 6,28 C

31 JATIM Kediri 6,23 D

32 SULSEL Makasar 6,18 D

33 KALTIM Tarakan 6,13 D

34 JATENG Semarang 6,11 D

35 JATENG Magelang 6,11 D

36 BABEL Pangkal Pinang 6,07 D

37 JABAR Bogor 6,04 D

38 SUMUT Medan 6,03 D

39 JABAR Bandung 6,03 D

40 JATIM Mojokerto 6,02 D

41 SUMUT Pematang Siantar 5,96 D

42 KALSEL Banjarmasin 5,90 D

43 SULUT Bitung 5,85 D

44 DIY Yogyakarta 5,82 D

45 KALTIM Samarinda 5,81 D

46 SUMSEL Palembang 5,80 D

47 KALTENG Palangkaraya 5,57 E

48 RIAU Pekanbaru 5,52 E

49 JATIM Malang 5,41 E

50 KALBAR Pontianak 5,39 E

51 BENGKULU Bengkulu 5,37 E

52 JATENG Pekalongan 5,33 E

53 DKI JAKARTA Jakarta 5,32 E

54 SULTENG Palu 5,21 E

55 SUMUT Tanjung Balai 5,05 E

56 NTT Kupang 4,99 E

57 PAPUA Sorong 4,88 E

58 JABAR Bekasi 4,85 E

59 JATIM Madiun 4,43 E

Page 63: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200550

Lampiran 3.2 : Peringkat 169 Kabupaten Berdasarkan Faktor Keamanan, Politik dan Sosial Budaya

No. Propinsi Kabupaten Nilai Peringkat

1 SULSEL Maros 8,09 A

2 BALI Bangli 8,07 A

3 BALI Gianyar 8,01 A

4 KEPRI Lingga 7,77 A

5 SULTRA Konawe Selatan 7,76 A

6 BALI Klungkung 7,72 A

7 BALI Karangasem 7,69 A

8 BALI Tabanan 7,64 A

9 KALTIM Kutai Timur 7,62 A

10 BENGKULU Rejang Lebong 7,56 A

11 KALTIM Bulungan 7,55 A

12 KALTIM Nunukan 7,54 A

13 SUMBAR Sawahlunto Sijunjung 7,52 A

14 BANTEN Lebak 7,49 A

15 SUMSEL Musi Banyuasin 7,49 A

16 JABAR Ciamis 7,45 A

17 SUMSEL Ogan Ilir 7,37 A

18 BALI Jembrana 7,36 A

19 KALTIM Berau 7,34 A

20 JATENG Pekalongan 7,34 A

21 SUMBAR Pesisir Selatan 7,33 A

22 JABAR Kuningan 7,30 A

23 JAMBI Tebo 7,29 A

24 SUMUT Dairi 7,29 A

25 KALSEL Tabalong 7,28 A

26 KALTIM Kutai Kertanegara 7,28 A

27 SULSEL Takalar 7,25 A

28 KALTIM Pasir 7,18 A

29 JABAR Sukabumi 7,18 A

30 JATENG Tegal 7,17 A

31 SULSEL Majene 7,16 A

32 SULSEL Bantaeng 7,15 A

33 LAMPUNG Lampung Barat 7,14 A

34 SULTRA Kolaka 7,14 A

35 JATENG Purbalingga 7,09 A

36 JABAR Cianjur 7,09 A

37 SUMBAR Pasaman 7,08 A

38 SULSEL Pinrang 7,06 B

39 LAMPUNG Way Kanan 7,06 B

40 KALSEL Hulu Sungai Tengah 7,05 B

41 SULSEL Sinjai 7,05 B

42 JATIM Magetan 7,03 B

43 JABAR Purwakarta 7,02 B

44 RIAU Pelalawan 7,02 B

45 SULSEL Bone 7,00 B

46 JAMBI Bungo 6,99 B

47 DIY Gunungkidul 6,99 B

48 KALSEL Hulu Sungai Selatan 6,99 B

49 SUMBAR Solok 6,96 BBersambung +

50 JATIM Banyuwangi 6,95 B

51 JABAR Karawang 6,94 B

52 SULSEL Pangkajene Kepulauan 6,93 B

53 JABAR Garut 6,91 B

54 SULSEL Barru 6,90 B

55 RIAU Indragiri Hilir 6,90 B

56 GORONTALO Gorontalo 6,88 B

57 KALBAR Kapuas Hulu 6,86 B

58 NTT Lembata 6,85 B

59 SUMUT Langkat 6,82 B

60 SULSEL Selayar 6,78 B

61 JABAR Subang 6,76 B

62 SULSEL Luwu 6,75 B

63 JABAR Sumedang 6,75 B

64 JATENG Boyolali 6,74 B

65 NTB Lombok Barat 6,66 B

66 JAMBI Kerinci 6,64 B

67 BABEL Belitung 6,64 B

68 JABAR Tasikmalaya 6,63 B

69 JATENG Karanganyar 6,61 B

70 BABEL Bangka Selatan 6,61 B

71 SULSEL Jeneponto 6,61 B

72 JATIM Kediri 6,60 C

73 SULSEL Tanah Toraja 6,60 C

74 LAMPUNG Lampung Selatan 6,59 C

75 NTT Ende 6,54 C

76 JATENG Kudus 6,54 C

77 JATIM Sidoarjo 6,53 C

78 JATENG Sukoharjo 6,52 C

79 RIAU Kampar 6,52 C

80 SULSEL Gowa 6,50 C

81 SULSEL Luwu Utara 6,49 C

82 NTT Sika 6,49 C

83 KALSEL Tanah Laut 6,48 C

84 KEPRI Karimun 6,47 C

85 SUMSEL Musi Rawas 6,46 C

86 KALBAR Sambas 6,46 C

87 JABAR Cirebon 6,44 C

88 DIY Bantul 6,44 C

89 JATIM Blitar 6,43 C

90 SUMUT Tapanuli Utara 6,41 C

91 JATENG Pemalang 6,40 C

92 KALBAR Pontianak 6,40 C

93 JATENG Magelang 6,39 C

94 BANTEN Tanggerang 6,38 C

95 JATENG Kebumen 6,38 C

96 KALTENG Kapuas 6,36 C

97 SUMSEL Lahat 6,34 C

No. Propinsi Kabupaten Nilai Peringkat

Page 64: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

51

134 RIAU Bengkalis 5,77 D

135 BALI Badung 5,75 D

136 RIAU Kuansing 5,70 D

137 JATIM Pasuruhan 5,68 D

138 JABAR Indramayu 5,68 D

139 LAMPUNG Lampung Timur 5,66 E

140 SULTENG Tolitoli 5,63 E

141 DIY Sleman 5,63 E

142 PAPUA Mimika 5,57 E

143 PAPUA Sorong 5,48 E

144 JATIM Situbondo 5,47 E

145 PAPUA Manokwari 5,42 E

146 JATENG Wonosobo 5,41 E

147 JABAR Bekasi 5,41 E

148 NTT Timor Tengah Selatan 5,37 E

149 JATIM Jember 5,37 E

150 KALTENG Barito Selatan 5,37 E

151 JATIM Ponorogo 5,36 E

152 JATIM Bondowoso 5,32 E

153 BANTEN Serang 5,32 E

154 NTB Lombok Timur 5,32 E

155 PAPUA Fakfak 5,22 E

156 BENGKULU Bengkulu Selatan 5,18 E

157 SULTRA Buton 5,16 E

158 JATIM Gresik 5,02 E

159 JATIM Tulungagung 5,00 E

160 BALI Buleleng 4,98 E

161 JATIM Lamongan 4,97 E

162 SUMUT Simalungun 4,97 E

163 SULTENG Donggala 4,89 E

164 NTT Sumba Barat 4,62 E

165 JATIM Pamekasan 4,56 E

166 SULTRA Muna 4,50 E

167 SULTENG Poso 4,40 E

168 BABEL Bangka 4,38 E

169 RIAU Rokan Hulu 3,95 E

No. Propinsi Kabupaten Nilai Peringkat

98 DIY Kulonprogo 6,34 C

99 KALBAR Ketapang 6,32 C

100 JATENG Jepara 6,32 C

101 JAMBI Batanghari 6,31 C

102 JATENG Klaten 6,30 C

103 BENGKULU Bengkulu Utara 6,30 C

104 JATENG Banyumas 6,28 C

105 NTB Bima 6,26 C

106 JATENG Cilacap 6,26 C

107 JATIM Jombang 6,25 C

108 NTT Ngada 6,25 C

109 KALSEL Tapin 6,23 D

110 NTT Manggarai 6,23 D

111 PAPUA Jayawijaya 6,22 D

112 SULTENG Morowali 6,20 D

113 NTB Dompu 6,20 D

114 SUMUT Karo 6,17 D

115 SUMSEL Muaraenim 6,16 D

116 KALTENG Barito Utara 6,14 D

117 JABAR Bandung 6,13 D

118 SULTENG Banggai 6,08 D

119 SULUT Minahasa 6,06 D

120 JATIM Mojokerto 6,05 D

121 JABAR Bogor 6,04 D

122 JATENG Kendal 6,04 D

123 BABEL Bangka Barat 6,03 D

124 JAMBI Tanjung Jabung Timur 6,00 D

125 JATIM Bangkalan 5,96 D

126 LAMPUNG Lampung Utara 5,95 D

127 NTT Timor Tengah Utara 5,94 D

128 KALSEL Hulu Sungai Utara 5,91 D

129 SUMUT Deliserdang 5,90 D

130 SUMUT Asahan 5,86 D

131 KEPRI Natuna 5,83 D

132 KALBAR Sanggau 5,81 D

133 SULUT Sangihe Talaut 5,77 D

No. Propinsi Kabupaten Nilai Peringkat

Lanjutan...

Page 65: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200552

No. Propinsi Kota Nilai Peringkat No. Propinsi Kota Nilai Peringkat

Lampiran 4.1 : Peringkat 59 Kota Berdasarkan Faktor Ekonomi Daerah

1 KALTIM Samarinda 8,30 A

2 RIAU Pekanbaru 8,08 A

3 KALTIM Balikpapan 7,99 A

4 BANTEN Cilegon 7,94 A

5 KEPRI Batam 7,89 A

6 KALTIM Tarakan 7,85 A

7 BANTEN Tangerang 7,83 A

8 SUMUT Medan 7,77 A

9 SULSEL Makasar 7,75 A

10 JATENG Semarang 7,71 A

11 JABAR Cirebon 7,67 A

12 JABAR Bandung 7,64 A

13 JATIM Malang 7,61 A

14 JATIM Surabaya 7,60 A

15 SUMUT Tanjung Balai 7,59 A

16 SUMBAR Padang 7,54 A

17 KEPRI Tanjung Pinang 7,52 A

18 BALI Denpasar 7,50 A

19 JATIM Kediri 7,48 A

20 DKI JAKARTA Jakarta 7,46 A

21 JATIM Mojokerto 7,44 A

22 SUMUT Pematang Siantar 7,38 A

23 KALBAR Pontianak 7,34 A

24 SULTENG Palu 7,33 A

25 SULUT Bitung 7,32 B

26 DIY Yogyakarta 7,28 B

27 BENGKULU Bengkulu 7,22 B

28 LAMPUNG Bandar Lampung 7,22 B

29 SUMUT Binjai 7,21 B

30 SUMSEL Palembang 7,21 B

31 SUMUT Sibolga 7,20 B

32 JATIM Probolinggo 7,18 B

33 JATENG Surakarta 7,17 B

34 SUMUT Tebing Tinggi 7,16 B

35 SULUT Manado 7,14 B

36 PAPUA Jayapura 7,12 B

37 NTT Kupang 7,07 B

38 JABAR Sukabumi 7,04 B

39 JABAR Bekasi 7,00 B

40 SULTRA Kendari 6,98 B

41 SUMBAR Sawahlunto 6,95 B

42 BABEL Pangkal Pinang 6,95 B

43 JAMBI Jambi 6,93 B

44 NTB Mataram 6,89 B

45 RIAU Dumai 6,86 B

46 PAPUA Sorong 6,84 B

47 JATIM Madiun 6,83 B

48 JATENG Magelang 6,82 B

49 JATENG Pekalongan 6,81 B

50 KALSEL Banjarmasin 6,78 B

51 KALTENG Palangkaraya 6,68 C

52 SULSEL Parepare 6,66 C

53 JABAR Tasikmalaya 6,58 C

54 JATENG Tegal 6,45 C

55 KALTIM Bontang 6,36 C

56 JABAR Depok 6,26 D

57 JABAR Bogor 6,24 D

58 JABAR Banjar 6,00 D

59 GORONTALO Gorontalo 5,91 D

Page 66: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

53

Lampiran 4.2 : Peringkat 169 Kabupaten Berdasarkan Faktor Ekonomi Daerah

No. Propinsi Kabupaten Nilai Peringkat

1 KALTIM Kutai Timur 8,62 A

2 RIAU Kuansing 7,94 A

3 KALTIM Kutai Kertanegara 7,89 A

4 RIAU Pelalawan 7,88 A

5 JATIM Gresik 7,86 A

6 JABAR Bekasi 7,72 A

7 JATIM Sidoarjo 7,70 A

8 JATENG Cilacap 7,68 A

9 RIAU Rokan Hulu 7,66 A

10 KALTIM Pasir 7,63 A

11 RIAU Indragiri Hilir 7,62 A

12 KALSEL Tabalong 7,54 A

13 RIAU Bengkalis 7,54 A

14 JAMBI Batanghari 7,51 A

15 SUMUT Deliserdang 7,44 A

16 KALTIM Berau 7,44 A

17 JATENG Kudus 7,43 A

18 SULSEL Barru 7,42 A

19 RIAU Kampar 7,40 A

20 KALTENG Barito Utara 7,40 A

21 SUMSEL Musi Banyuasin 7,33 A

22 KEPRI Karimun 7,33 A

23 KEPRI Natuna 7,30 B

24 SUMUT Dairi 7,24 B

25 JATIM Tulungagung 7,18 B

26 JABAR Karawang 7,14 B

27 SUMSEL Muaraenim 7,14 B

28 SULTENG Morowali 7,12 B

29 BALI Klungkung 7,12 B

30 KALTIM Bulungan 7,09 B

31 SUMUT Karo 7,08 B

32 JABAR Purwakarta 7,07 B

33 BALI Gianyar 7,04 B

34 SULTENG Tolitoli 7,03 B

35 SUMBAR Sawahlunto Sijunjung 6,95 B

36 DIY Sleman 6,94 B

37 PAPUA Sorong 6,90 B

38 SUMUT Langkat 6,86 B

39 JABAR Bogor 6,86 B

40 SULTENG Donggala 6,86 B

41 DIY Bantul 6,80 B

42 KALTENG Barito Selatan 6,78 B

43 SULSEL Pangkajene Kepulauan 6,78 B

44 JATENG Banyumas 6,78 B

45 SULTRA Konawe Selatan 6,78 B

46 SULTENG Poso 6,77 C

47 KALSEL Tanah Laut 6,77 C

48 JATIM Banyuwangi 6,77 C

49 BALI Jembrana 6,76 C

50 SULTRA Kolaka 6,73 C

51 JATENG Karanganyar 6,72 C

52 JATIM Jombang 6,71 C

53 BALI Bangli 6,71 C

54 SULSEL Bantaeng 6,71 C

55 BANTEN Tanggerang 6,71 C

56 KALBAR Sanggau 6,70 C

57 KALTIM Nunukan 6,69 C

58 SULSEL Pinrang 6,69 C

59 SUMBAR Solok 6,67 C

60 SUMUT Simalungun 6,63 C

61 JAMBI Tanjung Jabung Timur 6,63 C

62 BALI Buleleng 6,61 C

63 KEPRI Lingga 6,61 C

64 SUMUT Tapanuli Utara 6,61 C

65 JAMBI Kerinci 6,61 C

66 JATIM Bangkalan 6,60 C

67 SULSEL Luwu 6,60 C

68 JATIM Mojokerto 6,59 C

69 BALI Tabanan 6,57 C

70 KALTENG Kapuas 6,56 C

71 SULUT Minahasa 6,54 C

72 KALBAR Sambas 6,53 C

73 KALSEL Tapin 6,52 C

74 BABEL Bangka Selatan 6,51 C

75 PAPUA Fakfak 6,46 C

76 PAPUA Manokwari 6,45 C

77 JATENG Kendal 6,44 C

78 JABAR Subang 6,41 C

79 PAPUA Mimika 6,40 C

80 KALBAR Pontianak 6,39 C

81 JAMBI Bungo 6,37 C

82 BABEL Bangka Barat 6,37 C

83 SUMBAR Pasaman 6,36 C

84 JATIM Blitar 6,34 C

85 JABAR Sumedang 6,31 C

86 JABAR Ciamis 6,31 C

87 SUMSEL Lahat 6,31 C

88 LAMPUNG Lampung Utara 6,31 C

89 BANTEN Serang 6,30 D

90 JATENG Sukoharjo 6,28 D

91 JABAR Garut 6,26 D

92 SULTRA Muna 6,26 D

93 JATIM Situbondo 6,26 D

94 JATIM Magetan 6,26 D

95 BABEL Bangka 6,24 D

96 NTB Dompu 6,23 D

97 BALI Karangasem 6,22 D

No. Propinsi Kabupaten Nilai Peringkat

Bersambung +

Page 67: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200554

134 BENGKULU Bengkulu Utara 5,71 E

135 BANTEN Lebak 5,71 E

136 GORONTALO Gorontalo 5,68 E

137 JABAR Tasikmalaya 5,68 E

138 SULSEL Selayar 5,67 E

139 JATENG Tegal 5,66 E

140 KALSEL Hulu Sungai Tengah 5,65 E

141 SULSEL Maros 5,63 E

142 SULSEL Luwu Utara 5,63 E

143 SULSEL Majene 5,58 E

144 KALSEL Hulu Sungai Utara 5,57 E

145 NTB Lombok Barat 5,56 E

146 SULSEL Gowa 5,53 E

147 JATIM Bondowoso 5,52 E

148 SUMUT Asahan 5,52 E

149 BABEL Belitung 5,49 E

150 JATENG Purbalingga 5,48 E

151 JATENG Pemalang 5,47 E

152 NTB Lombok Timur 5,46 E

153 SULSEL Tanah Toraja 5,43 E

154 SULSEL Jeneponto 5,43 E

155 JATIM Pamekasan 5,42 E

156 JATENG Kebumen 5,41 E

157 NTT Sika 5,39 E

158 NTT Ende 5,38 E

159 LAMPUNG Lampung Barat 5,37 E

160 NTT Timor Tengah Selatan 5,36 E

161 NTT Sumba Barat 5,35 E

162 NTT Ngada 5,31 E

163 JATENG Wonosobo 5,28 E

164 NTT Timor Tengah Utara 5,27 E

165 NTT Lembata 5,13 E

166 NTT Manggarai 5,09 E

167 PAPUA Jayawijaya 4,87 E

168 BENGKULU Rejang Lebong 4,11 E

169 SULTRA Buton 1,96 E

No. Propinsi Kabupaten Nilai Peringkat

98 DIY Gunungkidul 6,21 D

99 KALBAR Kapuas Hulu 6,19 D

100 SULTENG Banggai 6,18 D

101 JABAR Sukabumi 6,16 D

102 SULSEL Sinjai 6,16 D

103 JAMBI Tebo 6,13 D

104 KALSEL Hulu Sungai Selatan 6,12 D

105 SUMSEL Musi Rawas 6,12 D

106 JATENG Klaten 6,10 D

107 SUMSEL Ogan Ilir 6,09 D

108 JATIM Jember 6,09 D

109 SUMBAR Pesisir Selatan 6,08 D

110 DIY Kulonprogo 6,06 D

111 JATIM Pasuruhan 6,04 D

112 JATENG Jepara 6,02 D

113 JABAR Cianjur 6,00 D

114 SULSEL Bone 5,99 D

115 LAMPUNG Lampung Selatan 5,98 D

116 KALBAR Ketapang 5,97 D

117 JATENG Boyolali 5,93 D

118 BENGKULU Bengkulu Selatan 5,89 D

119 JABAR Indramayu 5,89 D

120 SULSEL Takalar 5,88 D

121 LAMPUNG Way Kanan 5,88 D

122 BALI Badung 5,83 D

123 JATIM Ponorogo 5,81 D

124 JABAR Bandung 5,81 D

125 JABAR Cirebon 5,81 D

126 JATENG Magelang 5,81 D

127 JATIM Kediri 5,78 D

128 NTB Bima 5,77 D

129 LAMPUNG Lampung Timur 5,76 D

130 JATIM Lamongan 5,75 D

131 JABAR Kuningan 5,73 E

132 SULUT Sangihe Talaut 5,72 E

133 JATENG Pekalongan 5,72 E

No. Propinsi Kabupaten Nilai Peringkat

Lanjutan...

Page 68: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

55

No. Propinsi Kota Nilai Peringkat No. Propinsi Kota Nilai Peringkat

Lampiran 5.1 : Peringkat 59 Kota Berdasarkan Faktor Tenaga Kerja

1 JATIM Kediri 7,67 A

2 JABAR Cirebon 7,61 A

3 SUMBAR Padang 7,34 A

4 KEPRI Tanjung Pinang 7,21 A

5 SULSEL Makasar 7,20 A

6 DKI JAKARTA Jakarta 7,20 A

7 SUMUT Binjai 7,14 A

8 JATIM Madiun 7,13 A

9 DIY Yogyakarta 7,13 A

10 LAMPUNG Bandar Lampung 7,12 A

11 KEPRI Batam 7,10 A

12 BANTEN Tangerang 7,01 A

13 RIAU Pekanbaru 7,00 A

14 JATIM Malang 6,99 A

15 SUMUT Pematang Siantar 6,97 A

16 JATENG Surakarta 6,95 A

17 SUMUT Medan 6,94 A

18 KALBAR Pontianak 6,90 A

19 SUMUT Sibolga 6,89 A

20 SUMSEL Palembang 6,87 A

21 SULTRA Kendari 6,86 A

22 JATIM Surabaya 6,85 A

23 SUMBAR Sawahlunto 6,84 A

24 JATENG Semarang 6,83 A

25 SULUT Manado 6,74 A

26 SULUT Bitung 6,65 A

27 KALTIM Bontang 6,64 A

28 BANTEN Cilegon 6,62 A

29 NTT Kupang 6,62 A

30 SULTENG Palu 6,60 A

31 KALTENG Palangkaraya 6,58 A

32 NTB Mataram 6,54 A

33 JABAR Bandung 6,51 A

34 RIAU Dumai 6,50 A

35 BALI Denpasar 6,45 A

36 JATENG Magelang 6,41 A

37 BENGKULU Bengkulu 6,39 A

38 KALTIM Samarinda 6,36 A

39 JATIM Mojokerto 6,31 B

40 PAPUA Jayapura 6,28 B

41 KALSEL Banjarmasin 6,19 B

42 KALTIM Balikpapan 6,11 B

43 JABAR Bekasi 6,11 B

44 JABAR Bogor 6,11 B

45 JABAR Depok 6,06 B

46 BABEL Pangkal Pinang 6,00 B

47 JATENG Tegal 5,86 B

48 JAMBI Jambi 5,86 B

49 SUMUT Tanjung Balai 5,85 B

50 KALTIM Tarakan 5,83 B

51 SULSEL Parepare 5,64 C

52 JATENG Pekalongan 5,53 C

53 PAPUA Sorong 5,53 C

54 JATIM Probolinggo 5,53 C

55 SUMUT Tebing Tinggi 5,50 C

56 GORONTALO Gorontalo 5,44 C

57 JABAR Tasikmalaya 5,38 C

58 JABAR Banjar 4,73 D

59 JABAR Sukabumi 4,37 D

Page 69: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200556

Lampiran 5.2 : Peringkat 169 Kabupaten Berdasarkan Faktor Tenaga Kerja

No. Propinsi Kabupaten Nilai Peringkat

1 SULSEL Pangkajene Kepulauan 7,19 A

2 BABEL Bangka Barat 6,93 A

3 SUMSEL Musi Banyuasin 6,83 A

4 SULTRA Kolaka 6,82 A

5 SUMBAR Pesisir Selatan 6,76 A

6 JABAR Bekasi 6,75 A

7 JAMBI Kerinci 6,73 A

8 JATIM Gresik 6,72 A

9 RIAU Kampar 6,40 A

10 JATIM Sidoarjo 6,38 A

11 RIAU Bengkalis 6,35 B

12 KALBAR Pontianak 6,33 B

13 LAMPUNG Lampung Utara 6,33 B

14 BENGKULU Bengkulu Selatan 6,31 B

15 RIAU Pelalawan 6,27 B

16 SUMUT Deliserdang 6,22 B

17 SULSEL Bone 6,19 B

18 BABEL Belitung 6,19 B

19 RIAU Kuansing 6,11 B

20 SUMUT Asahan 6,10 B

21 JATENG Kudus 6,10 B

22 SULUT Minahasa 6,09 B

23 DIY Sleman 6,08 B

24 JABAR Bandung 6,08 B

25 PAPUA Manokwari 6,08 B

26 SUMUT Simalungun 6,07 B

27 JABAR Bogor 6,05 B

28 KALTIM Pasir 6,03 B

29 BALI Klungkung 6,03 B

30 SULTRA Konawe Selatan 6,01 B

31 SULSEL Luwu 5,99 B

32 JABAR Karawang 5,99 B

33 SUMSEL Lahat 5,96 B

34 SUMBAR Solok 5,95 B

35 KALTIM Kutai Kertanegara 5,94 B

36 BABEL Bangka Selatan 5,93 B

37 JABAR Purwakarta 5,92 B

38 RIAU Rokan Hulu 5,90 B

39 BANTEN Tanggerang 5,90 B

40 BABEL Bangka 5,89 B

41 BANTEN Serang 5,79 B

42 PAPUA Fakfak 5,78 B

43 JAMBI Batanghari 5,77 B

44 NTB Dompu 5,77 B

45 JATENG Sukoharjo 5,77 B

46 KEPRI Karimun 5,73 C

47 KALTENG Barito Selatan 5,71 C

48 LAMPUNG Lampung Barat 5,71 C

49 SUMBAR Sawahlunto Sijunjung 5,65 C

50 SUMSEL Muaraenim 5,61 C

51 KALSEL Tapin 5,55 C

52 JATENG Karanganyar 5,52 C

53 SUMSEL Musi Rawas 5,51 C

54 JATENG Kendal 5,48 C

55 NTT Timor Tengah Selatan 5,47 C

56 SUMUT Karo 5,47 C

57 SULTENG Poso 5,46 C

58 SULSEL Selayar 5,43 C

59 KALTIM Kutai Timur 5,43 C

60 JAMBI Tanjung Jabung Timur 5,42 C

61 JAMBI Bungo 5,40 C

62 JATENG Klaten 5,37 C

63 RIAU Indragiri Hilir 5,37 C

64 SULSEL Tanah Toraja 5,30 C

65 KALTIM Bulungan 5,29 C

66 DIY Bantul 5,27 C

67 DIY Kulonprogo 5,23 C

68 SULUT Sangihe Talaut 5,20 C

69 BENGKULU Rejang Lebong 5,19 C

70 KALTIM Berau 5,18 C

71 SULTENG Tolitoli 5,14 C

72 JAMBI Tebo 5,11 C

73 KEPRI Lingga 5,10 C

74 KALBAR Sanggau 5,07 C

75 KALSEL Tanah Laut 5,05 C

76 SULTRA Muna 5,04 C

77 LAMPUNG Lampung Selatan 5,03 C

78 JABAR Subang 5,02 C

79 SULTENG Donggala 4,99 C

80 KALTENG Kapuas 4,97 C

81 KALBAR Kapuas Hulu 4,97 C

82 BALI Gianyar 4,95 C

83 JATENG Cilacap 4,94 C

84 KALSEL Tabalong 4,94 C

85 BALI Tabanan 4,94 C

86 SUMUT Dairi 4,92 C

87 KALBAR Sambas 4,90 C

88 SULSEL Maros 4,89 C

89 SULSEL Pinrang 4,88 C

90 SUMBAR Pasaman 4,84 D

91 JATIM Mojokerto 4,82 D

92 JATIM Ponorogo 4,79 D

93 KEPRI Natuna 4,79 D

94 JATIM Situbondo 4,78 D

95 NTT Ende 4,73 D

96 JATENG Magelang 4,72 D

97 KALSEL Hulu Sungai Tengah 4,72 D

No. Propinsi Kabupaten Nilai Peringkat

Bersambung +

Page 70: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

57

No. Propinsi Kabupaten Nilai Peringkat

98 KALBAR Ketapang 4,70 D

99 KALSEL Hulu Sungai Selatan 4,69 D

100 JABAR Ciamis 4,69 D

101 KALTENG Barito Utara 4,69 D

102 JATIM Magetan 4,68 D

103 SULSEL Gowa 4,68 D

104 BALI Badung 4,68 D

105 JATENG Boyolali 4,65 D

106 SULTENG Morowali 4,64 D

107 SULSEL Sinjai 4,62 D

108 BALI Jembrana 4,61 D

109 BANTEN Lebak 4,60 D

110 SUMUT Langkat 4,60 D

111 PAPUA Mimika 4,56 D

112 BENGKULU Bengkulu Utara 4,55 D

113 SULSEL Majene 4,55 D

114 SULTENG Banggai 4,54 D

115 JATENG Banyumas 4,53 D

116 LAMPUNG Lampung Timur 4,52 D

117 JATIM Kediri 4,51 D

118 JABAR Sumedang 4,51 D

119 JATIM Tulungagung 4,50 D

120 SULSEL Barru 4,49 D

121 BALI Buleleng 4,49 D

122 DIY Gunungkidul 4,47 D

123 PAPUA Sorong 4,44 D

124 SUMUT Tapanuli Utara 4,43 D

125 JABAR Garut 4,40 D

126 GORONTALO Gorontalo 4,38 D

127 SULSEL Takalar 4,32 D

128 JATIM Bangkalan 4,32 D

129 BALI Bangli 4,27 D

130 JATIM Jombang 4,26 D

131 NTB Lombok Timur 4,24 D

132 JABAR Cirebon 4,20 D

133 JATENG Wonosobo 4,20 D

No. Propinsi Kabupaten Nilai Peringkat

134 NTB Bima 4,19 D

135 BALI Karangasem 4,18 D

136 JABAR Sukabumi 4,16 D

137 JATENG Tegal 4,15 D

138 JATIM Pasuruhan 4,15 E

139 JATIM Jember 4,11 E

140 JABAR Tasikmalaya 4,11 E

141 SUMSEL Ogan Ilir 4,08 E

142 JATIM Lamongan 4,07 E

143 JATIM Banyuwangi 4,07 E

144 JABAR Cianjur 4,07 E

145 NTB Lombok Barat 4,06 E

146 SULSEL Bantaeng 4,04 E

147 NTT Timor Tengah Utara 3,99 E

148 NTT Ngada 3,99 E

149 JATENG Pekalongan 3,95 E

150 JATENG Kebumen 3,93 E

151 JATIM Blitar 3,90 E

152 JABAR Kuningan 3,88 E

153 JATENG Pemalang 3,88 E

154 SULSEL Luwu Utara 3,87 E

155 KALSEL Hulu Sungai Utara 3,86 E

156 LAMPUNG Way Kanan 3,81 E

157 JABAR Indramayu 3,80 E

158 NTT Lembata 3,65 E

159 JATIM Bondowoso 3,63 E

160 SULSEL Jeneponto 3,63 E

161 JATENG Jepara 3,57 E

162 SULTRA Buton 3,56 E

163 JATIM Pamekasan 3,35 E

164 JATENG Purbalingga 3,31 E

165 NTT Sumba Barat 3,15 E

166 NTT Manggarai 3,13 E

167 NTT Sika 3,11 E

168 PAPUA Jayawijaya 2,88 E

169 KALTIM Nunukan 2,33 E

Lanjutan...

Page 71: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200558

No. Propinsi Kota Nilai Peringkat No. Propinsi Kota Nilai Peringkat

Lampiran 6.1 : Peringkat 59 Kota Berdasarkan Faktor Infrastruktur Fisik

1 KALTIM Balikpapan 8,02 A

2 SUMBAR Padang 7,83 A

3 KEPRI Batam 7,69 A

4 JATIM Surabaya 7,34 A

5 SUMUT Medan 7,31 A

6 KALSEL Banjarmasin 7,25 A

7 DKI JAKARTA Jakarta 7,21 A

8 BALI Denpasar 7,12 A

9 JABAR Bekasi 7,12 A

10 JABAR Bandung 7,05 A

11 BANTEN Tangerang 7,02 A

12 JATENG Surakarta 6,96 A

13 SULSEL Makasar 6,93 A

14 LAMPUNG Bandar Lampung 6,89 A

15 BANTEN Cilegon 6,89 A

16 JABAR Sukabumi 6,88 A

17 SULUT Manado 6,83 A

18 DIY Yogyakarta 6,82 A

19 JATENG Semarang 6,78 A

20 RIAU Pekanbaru 6,75 A

21 SUMUT Sibolga 6,74 A

22 JABAR Depok 6,70 A

23 JABAR Cirebon 6,68 A

24 JATIM Mojokerto 6,59 B

25 KEPRI Tanjung Pinang 6,53 B

26 BABEL Pangkal Pinang 6,53 B

27 SUMUT Tebing Tinggi 6,53 B

28 RIAU Dumai 6,52 B

29 GORONTALO Gorontalo 6,49 B

30 JABAR Banjar 6,49 B

31 JAMBI Jambi 6,47 B

32 KALTIM Tarakan 6,46 B

33 JATENG Tegal 6,45 B

34 NTB Mataram 6,42 B

35 SUMSEL Palembang 6,41 B

36 JATENG Magelang 6,39 B

37 JABAR Bogor 6,38 B

38 JATIM Probolinggo 6,32 C

39 JATIM Kediri 6,29 C

40 SUMBAR Sawahlunto 6,28 C

41 SUMUT Pematang Siantar 6,21 C

42 SULTRA Kendari 6,21 C

43 SULSEL Parepare 6,11 C

44 JATIM Malang 6,08 C

45 PAPUA Jayapura 6,08 C

46 SUMUT Binjai 6,06 C

47 NTT Kupang 6,02 C

48 KALBAR Pontianak 5,99 C

49 KALTIM Bontang 5,93 C

50 SULTENG Palu 5,92 D

51 JABAR Tasikmalaya 5,90 D

52 BENGKULU Bengkulu 5,78 D

53 SULUT Bitung 5,78 D

54 JATIM Madiun 5,58 D

55 JATENG Pekalongan 5,38 E

56 PAPUA Sorong 5,29 E

57 KALTENG Palangkaraya 5,27 E

58 KALTIM Samarinda 5,09 E

59 SUMUT Tanjung Balai 4,90 E

Page 72: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

59

Lampiran 6.2 : Peringkat 169 Kabupaten Berdasarkan Faktor Infrastruktur Fisik

No. Propinsi Kabupaten Nilai Peringkat No. Propinsi Kabupaten Nilai Peringkat

1 SULSEL Maros 8,08 A

2 BALI Gianyar 7,60 A

3 JATIM Kediri 7,56 A

4 BALI Jembrana 7,40 A

5 JABAR Karawang 7,23 A

6 JABAR Purwakarta 7,21 A

7 JABAR Bogor 7,13 A

8 BALI Bangli 7,07 A

9 BALI Tabanan 6,97 A

10 SULTENG Donggala 6,87 A

11 JABAR Cianjur 6,80 A

12 SUMBAR Solok 6,78 A

13 SUMBAR Sawahlunto Sijunjung 6,77 A

14 JABAR Sukabumi 6,76 A

15 DIY Bantul 6,76 A

16 JATENG Purbalingga 6,73 A

17 JABAR Kuningan 6,73 A

18 BALI Klungkung 6,72 A

19 JATIM Gresik 6,68 A

20 JATIM Sidoarjo 6,68 A

21 JABAR Ciamis 6,67 A

22 NTB Lombok Barat 6,66 A

23 KALTIM Bulungan 6,66 A

24 JATENG Jepara 6,66 A

25 BANTEN Lebak 6,65 B

26 SULTRA Kolaka 6,63 B

27 BANTEN Tanggerang 6,61 B

28 KALSEL Tanah Laut 6,61 B

29 SULUT Minahasa 6,56 B

30 RIAU Indragiri Hilir 6,55 B

31 JATIM Mojokerto 6,54 B

32 JATENG Tegal 6,52 B

33 SULSEL Pinrang 6,52 B

34 JATENG Kudus 6,52 B

35 KALSEL Hulu Sungai Tengah 6,52 B

36 KALTIM Nunukan 6,51 B

37 KALTIM Kutai Kertanegara 6,50 B

38 JATENG Pekalongan 6,49 B

39 JAMBI Tebo 6,49 B

40 DIY Sleman 6,47 B

41 KALTIM Pasir 6,45 B

42 JATENG Cilacap 6,43 B

43 KALSEL Tabalong 6,42 B

44 KALBAR Ketapang 6,42 B

45 JABAR Bekasi 6,42 B

46 JATENG Kendal 6,42 B

47 JATIM Jombang 6,42 B

48 JABAR Subang 6,41 B

49 JATENG Boyolali 6,40 B

50 JATENG Karanganyar 6,39 B

51 JABAR Sumedang 6,38 B

52 JATIM Bangkalan 6,38 B

53 BENGKULU Rejang Lebong 6,37 B

54 GORONTALO Gorontalo 6,35 B

55 JATIM Pamekasan 6,34 B

56 NTB Lombok Timur 6,34 B

57 BALI Buleleng 6,33 C

58 BABEL Belitung 6,33 C

59 JAMBI Kerinci 6,29 C

60 JATENG Pemalang 6,26 C

61 SULSEL Pangkajene Kepulauan 6,25 C

62 JATENG Magelang 6,22 C

63 KALSEL Hulu Sungai Selatan 6,21 C

64 JABAR Cirebon 6,20 C

65 SULSEL Bantaeng 6,20 C

66 JATENG Banyumas 6,18 C

67 BALI Karangasem 6,18 C

68 SULSEL Bone 6,17 C

69 JABAR Garut 6,16 C

70 SULSEL Barru 6,14 C

71 JABAR Tasikmalaya 6,14 C

72 SULSEL Luwu 6,14 C

73 JATENG Kebumen 6,13 C

74 LAMPUNG Lampung Barat 6,12 C

75 SUMSEL Musi Rawas 6,12 C

76 SULSEL Gowa 6,10 C

77 JATENG Sukoharjo 6,08 C

78 NTT Lembata 6,08 C

79 SUMSEL Musi Banyuasin 6,07 C

80 SUMUT Deliserdang 6,06 C

81 LAMPUNG Lampung Utara 6,05 C

82 BANTEN Serang 6,01 C

83 LAMPUNG Lampung Selatan 6,00 C

84 KALTENG Kapuas 5,99 C

85 SULSEL Sinjai 5,99 C

86 DIY Gunungkidul 5,98 C

87 SUMBAR Pasaman 5,98 C

88 KALTIM Berau 5,93 C

89 SUMSEL Ogan Ilir 5,93 C

90 SUMSEL Lahat 5,92 C

91 NTT Timor Tengah Selatan 5,92 D

92 SULTENG Banggai 5,92 D

93 SULTRA Konawe Selatan 5,91 D

94 BALI Badung 5,90 D

95 KALSEL Hulu Sungai Utara 5,88 D

96 SUMSEL Muaraenim 5,87 D

97 SUMUT Simalungun 5,87 D

Bersambung +

Page 73: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200560

No. Propinsi Kabupaten Nilai Peringkat

98 JABAR Indramayu 5,86 D

99 NTT Sika 5,86 D

100 SULSEL Takalar 5,85 D

101 NTT Ende 5,83 D

102 JATIM Situbondo 5,82 D

103 SULSEL Selayar 5,80 D

104 JAMBI Batanghari 5,80 D

105 JATIM Jember 5,80 D

106 NTT Timor Tengah Utara 5,79 D

107 JATENG Klaten 5,78 D

108 KEPRI Karimun 5,76 D

109 JATIM Tulungagung 5,74 D

110 BABEL Bangka Barat 5,73 D

111 JATIM Ponorogo 5,71 D

112 JABAR Bandung 5,69 D

113 SULUT Sangihe Talaut 5,69 D

114 NTT Sumba Barat 5,67 D

115 SULTENG Tolitoli 5,67 D

116 NTT Manggarai 5,67 D

117 JAMBI Bungo 5,65 D

118 SUMBAR Pesisir Selatan 5,65 D

119 SULSEL Tanah Toraja 5,64 D

120 JATIM Bondowoso 5,62 D

121 SUMUT Asahan 5,60 D

122 RIAU Bengkalis 5,60 D

123 SUMUT Langkat 5,60 D

124 SULSEL Jeneponto 5,58 D

125 JATIM Banyuwangi 5,56 D

126 SULTENG Morowali 5,56 D

127 JATIM Blitar 5,55 D

128 JATENG Wonosobo 5,52 D

129 KALTENG Barito Utara 5,51 D

130 PAPUA Manokwari 5,51 D

131 NTB Bima 5,50 D

132 SULSEL Luwu Utara 5,49 E

133 LAMPUNG Lampung Timur 5,49 E

134 JATIM Lamongan 5,48 E

135 JATIM Pasuruhan 5,48 E

136 BENGKULU Bengkulu Utara 5,46 E

137 SUMUT Karo 5,43 E

138 DIY Kulonprogo 5,38 E

139 KALBAR Kapuas Hulu 5,35 E

140 SULSEL Majene 5,34 E

141 RIAU Pelalawan 5,31 E

142 LAMPUNG Way Kanan 5,31 E

143 PAPUA Mimika 5,31 E

144 KALSEL Tapin 5,30 E

145 SUMUT Dairi 5,28 E

146 KALBAR Pontianak 5,27 E

147 BABEL Bangka 5,26 E

148 PAPUA Sorong 5,24 E

149 RIAU Kuansing 5,19 E

150 NTT Ngada 5,14 E

151 SULTENG Poso 5,14 E

152 KALBAR Sambas 5,12 E

153 KEPRI Lingga 5,10 E

154 SUMUT Tapanuli Utara 4,94 E

155 JATIM Magetan 4,90 E

156 BABEL Bangka Selatan 4,86 E

157 KALBAR Sanggau 4,79 E

158 PAPUA Fakfak 4,78 E

159 KEPRI Natuna 4,72 E

160 SULTRA Muna 4,70 E

161 NTB Dompu 4,64 E

162 SULTRA Buton 4,62 E

163 KALTIM Kutai Timur 4,46 E

164 RIAU Kampar 4,45 E

165 BENGKULU Bengkulu Selatan 4,37 E

166 PAPUA Jayawijaya 4,37 E

167 KALTENG Barito Selatan 4,34 E

168 RIAU Rokan Hulu 3,91 E

169 JAMBI Tanjung Jabung Timur 3,30 E

No. Propinsi Kabupaten Nilai Peringkat

Lanjutan...

Page 74: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

61

Nilai Tahun 2005CCCCC

CBCB

CBACCACDBD

KABUPATEN ASAHAN

KABUPATEN DAIRI

KABUPATEN DELI SERDANG

PROPINSI SUMATERA UTARA

DCDDD

DDED

EDEBCBDDDE

DCEDD

AACD

BBBCECEEDE

EEEEE

DDDC

ABABCADCCD

1.028.4724.694,34Rp. 14.375.987

1.416.1682.175,91Rp. 10.154.774

2.042,624.329,00Rp. 10.154.774

KisaranJl. Jend. Sudirman No. 50623-41100, 41928, 43441/0623-42100, 41100www.pemkab_asahan.go.id

Sidi KalangJl. Sisingamangaraja No. 1270627-21022, 21763/0627-21001

Lubuk PakamJl. Negara Medan No. 1,061-7952000/061-7952007www.deliserdang.go.id

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������

� � � � � � � �

����

����

����

����

���

PROFIL DAERAHLampiran 7 : Profil Daya Saing Investasi 59 Kota dan 169 Kabupaten di Indonesia

Nilai Rata-rata228 Kabupaten/Kota

Tahun 2005

Page 75: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200562

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN KARO

KABUPATEN LANGKAT

KABUPATEN SIMALUNGUN

KABUPATEN TAPANULI UTARA

324.0012.127,27Rp. 10.096.780

971.2826.188,88Rp. 6.929.093

830.7454.386,35Rp. 6.869.688

267.4113.791,64Rp. 6.823.413

Kaban JaheJl. Jamin Ginting No. 170628-20220, 20120/0628-20130www.pemkabkaro.go.id

StabatJl. Proklamasi No. 41061-8910200, 8910101/061-8910603

Pematang RayaJl. Asahan Km 3,50622-51000, 50093/0622-51092, 51900

TaruntungJl. Letjen. Suprapto No. 10633-21220/0633-21440www.pemdataput.go.id

BACDC

BBDB

BCBDCDDDDE

DCEED

EEED

CECBBBDDCD

ECEDE

DDCC

BCBCEBEEED

ECEEE

CCCC

CCCDECDEEE

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

Page 76: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

63

Nilai Tahun 2005

KOTA BINJAI

KOTA MEDAN

KOTA PEMATANG SIANTAR

KOTA SIBOLGA

227.47832,44Rp. 8.613.925

2.122.57979,98Rp. 16.451.358

229.01127,78Rp. 11.178.847

89.62768,08Rp. 8.238.905

BinjaiJl. Jend. Sudirman No. 6061-8821736, 8821748/061-8824000, 8821736www.binjai.go.id

MedanJl. Kapten Maulana Lubis No. 2061-4512272, 4535179/061-4520782, 4570228www.pemkonedan.go.id

Pematang SiantarJl. Merdeka No. 60622-21000/0622-21058

SibolgaJl. Dr. Sutomo No. 26A0631-22000, 22376/0631-21143

ECEEE

BBBD

BCBAAADCCD

EDEEE

DDDD

ACAABAEAAA

EEEEE

DCEE

ADAABAECCB

DAEDE

ACAA

BCBABADABA

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

Page 77: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200564

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KOTA TANJUNG BALAI

KOTA TEBING TINGGI

KABUPATEN PASAMAN

KABUPATEN PESISIR SELATAN

PROPINSI SUMATERA BARAT

149.1459,03Rp. 10.604.665

138.377114,66Rp. 8.309.304

Tanjung BalaiJl. Jend. Sudirman No. 90623-92100, 92076/0623-93791

Tebing TinggiJl. Dr. Sutomo No. 140621-23444/0621-21273

Lubuk SikapangJl. Jend. Sudirman No. 400753-20020/0753-20281www.pasaman.go.id

PainanJl. H. agus Salim No. 10756-21000, 22155/0756-21414

EEEEE

EEEE

CCCCD

BBBC

CBBEC

ABAB

CCCDDCCCCC

AABAB

AABA

DCDABACDDD

ABABDAEEEE

BDBCEBEBBB

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

242.7893.947,63Rp. 5.334.449

411.2495.749,89Rp. 4.614.114

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

Page 78: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

65

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN SAWAHLUNTO SIJUNJUNG

KABUPATEN SOLOK

KOTA PADANG

KOTA SAWAHLUNTO

MuaroJl. Prof. Moh. Yamin, SH No. 170754-20002/0754-61011

SolokJl. Raya Koto Baru No. 70755-20127/0755-31333www.solok.go.id

PadangJl. Prof. Moh. Yamin, SH No. 700751-31800, 32386/0751-32386, 31806, 31800www.padang.go.id

SawahluntoJl. Prof. Moh. Yamin, SH0754-61063, 61011

AAAAA

AAAA

BBBCBCDAAA

AAAAA

BBBB

CBCBBBCAAB

CBEAB

BCAB

ABAAAADAAA

AAAAA

AAAB

BEBAAACCCB

181.0473.130,40Rp. 7.037.405

341.7023.738,00Rp. 6.005.960

774.748693,66Rp. 14.318.628

53.215273,45Rp. 10,832,022

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

Page 79: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200566

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN BENGKALIS PROPINSI RIAU

KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

KABUPATEN KAMPAR

KABUPATEN KUANTAN SENGINGI

637.16311.629,70Rp. 10.964.359

624.35912.614,78Rp. 12.676.253

532.23610.983,47Rp. 9.550.580

243.7727.659,03Rp. 17.362.904

CCBCC

DEDC

AAAAA

BCAA

DCDDD

CBCD

AABAAAEEEE

EDDDD

DDEE

AAABBBDEED

AAABDAEDEC

AAACEBDBBB

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

BengkalisJl. Jend. Ahmad Yani No. 450766-21001, 21258/0766-21667www.bengkalis.go.id

TembilahanJl. Swarna Bumi No. 10768-21002, 21010/0768-21555www.inhil.go.id

BangkinangJl. HR. Soebrantas0762-20358, 20207/0762-20630www.kampar.go.id

Teluk KuantanJl. Kuantan Sengingi0760-20142, 20729www.kuansing.go.id

Page 80: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

67

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN PELALAWAN

KABUPATEN ROKAN HULU

KOTA DUMAI

KABUPATEN PEKANBARU

220.83610.427,57Rp. 24.474.640

340.7016.283,10Rp. 12.805.420

215.7611.623,38Rp. 9.273.089

702.717632,27Rp. 15.869.473

CBCBD

BBAB

AAABEAEEEE

EEEEE

EEEE

AAABCBEEEE

BBADB

CDBB

BACAABEBAB

CDBEB

EEEE

AAAABAEABA

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

Pangkalan KerinciJl. Raya Lintas Timur No. 3790761-95017, 95018/0761-493172www.bkpmd.pelalawan.go.id

Pasir PangareanJl. Diponegoro Km. 60762-91029/0762-91352www.rokanhulu.go.id

DumaiJl. HR. Soebrantas0765-31070/0765-31179www.dumai.go.id

PekanbaruJl. Jend. Sudirman No. 4640761-33000/0761-32333, 43214, 43125www.pekanbaru.go.id

Page 81: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200568

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN BATANGHARI

KABUPATEN BUNGO

KABUPATEN KERINCI

KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PROPINSI JAMBI

217.85811.130,00Rp. 6.102.857

240.6376.161,00Rp. 5.466.761

305.3624.200,00Rp. 6.470.430

204.1425.445,00Rp. 6.094.150

CACBE

CBEB

BBCAC

BBBA

AAAAA

BBCB

CBCABABCCC

EEEEE

DCCE

CBCCECBEEE

ACABDCBDDC

CADCDCCDDD

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

Muara BulianJl. Jend. Sudirman No. 10743-21345/0743-21007www.batanghari.go.id

Muara BungoJl. R.M. Taher No. 5030747-21510, 21024www.bungo.go.id

Sungai PenuhJl. Jend. Basuki Rachmat No. 10748-21002/0748- 21011www.kerincijambi.go.id

Muaro SabakJl. Kapten Marzuki No. 10742-322966/0742-322966

Page 82: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

69

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN TEBO

KOTA JAMBI

KABUPATEN LAHAT

KABUPATEN MUARA ENIM

236.3446.461,00Rp. 4.608.429

489.289205,43Rp. 7.269.690

PROPINSI SUMATERA SELATAN

570.5576.528,70Rp. 5.740.977

641.2041.004,72Rp. 8.336.943

BBCAC

AAAA

DADCECBBBB

BBAEA

BBAB

BCBBDBCBCA

AAAAB

CCCC

CCDBDBDCCD

BCBBB

DDCD

BBBCEBDDDC

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

Muaro TeboJl. Lintas Bungo Tebo Km. 2,50744-21290/0744-21316www.tebo.go.id

JambiJl. Jend. Basuki Rachmat, Kota Baru0741-40827, 40263/0741-40032www.jambi.wasantara.net.id

LahatJl. Kol. Barlian Bandar Jaya0731-321021, 32512/0731-321512

Muara EnimJl. Ahmad Yani No. 160734-421001, 421019/0734-421080, 421019www.muaraenim.go.id

Page 83: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200570

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN MUSI BANYUASIN

KABUPATEN RAWAS

KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

KOTA PALEMBANG

474.21214.265,96Rp. 9.289.743

477.59821.456,58Rp. 4.873.865

656.8281.903,55Rp. 4.826.565

1.357.866369,22Rp. 9.929.457

AABBA

AAAA

CCDDC

CDAC

DCCED

AAAB

DCDEDDDCBE

EEEDC

DEBD

BCBAAADBAD

AABAAADCCC

DBDCEBDCBD

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

SekayuJl. Kol. Wahid Udin No. 2570714-321021, 321013/0714-321363www.muba.go.id

Lubuk LinggauJl. Yos. Sudarso Km. 7 No. 2 Taba Pingin0733-451565, 451233/0733-451000www.musi-rawas.go.id

Kayu AgungJl. Raya Lintas Timur Km. 35 Muara Baru0712-321025/0712-321701

PalembangJl. Merdeka No. 20711-311871/0711-372384www.palembang.go.id

Page 84: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

71

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN BANGKA

KABUPATEN BANGKA BARAT

KABUPATEN BANGKA SELATAN

KABUPATEN BELITUNG

PROPINSI BANGKA BELITUNG

232.3562.950,68Rp. 6.389.379

140.3552.820,61Rp. 16.631.207

149.1733.607,08Rp. 7.265.817

136.4512.293,69Rp. 822.496

BBBBB

EEED

DDDBCBDEEE

AADCA

DCEB

CCCABADDDD

AAAAB

BCBA

CACBACDEEE

AAAAA

BCBA

ECEBCBCCCC

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

Sungai LiatJl. Jend. Ahmad Yani0717-92016, 92554/0717-92534

MuntokJl. Jend. Sudirman No. 10716-22305/0716-22305

ToboaliJl. Jend. Ahmad Yani0718-41666/0718-41666

Tanjung PandanJl. Jend. Ahmad Yani0719-21001/0719-21339

Page 85: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200572

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN PANGKAL PINANG

KABUPATEN BENGKULU SELATAN

KABUPATEN BENGKULU UTARA

KABUPATEN REJANG LEBONG

141.96389,40Rp. 7.983.231

PROPINSI BENGKULU

136.3981.186,10Rp. 4.338.189

345.4555.548,34Rp. 3.685.112

2480001.516,00Rp. 5.699.600

DDCDB

DDCC

EEEEE

EEEE

CDCCC

CCCC

EEDDDDBEED

CBBBE

AAAA

EEECECBBBC

BBBBDBDBBB

DEDBBBBEEE

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

Pangkal PinangJl. Bukit Intan0717-421466, 43191/0717-422375

MannaJl. Raya Pdang Panjang No. 10739-21001/0739-21069

Arga MakmurJl. Jend. Sudirman No. 10737-521018/0737-521222

CurupJl. S. Sukowati No. 520732-21410/0732-21350

Page 86: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

73

Nilai Tahun 2005

KOTA BENGKULU

KABUPATEN KARIMUN

KABUPATEN LINGGA

KABUPATEN NATUNA

266.989144,52Rp. 8.184.216

PROPINSI KEPULAUAN RIAU

187.4574.257,00Rp. 10.869.650

77.078411,10Rp. 6.398.208

87.3541.511,88Rp. 10.999.386

DDDBE

EEEE

BBBAACBDCD

ABABA

CCBC

ABACCBDDDC

DBEED

AAAB

CACCADEEEE

EEDDE

DDDD

BBBDADEEEE

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

BengkuluJl. Letjen. S. Parman No. 10736-21450/0736-36992

Tanjung BalaiJl. Yos Sudarso No. 10777-21050/0777-21666

LinggaJl. Datuk Laksamana0776-322300

RanaiJl. Datuk Kayawan Muhammad Benteng0773-31446/0773-31001www.pemkab-natuna.go.id

Page 87: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200574

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KOTA BATAM

KOTA TANJUNG PINANG

KABUPATEN LAMPUNG BARAT

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

572.452969,00Rp. 46.781.689

160.918239,40Rp. 13.232.647

PROPINSI LAMPUNG

397.8774.950,40Rp. 2.809.867

1.226.0095.562,55Rp. 4.576.938

AAADA

BDAA

DCECE

CCDB

AAADA

AABB

EEECDCACCC

EEEDD

CBBD

DDDCDDACCC

AAAAAAEAAA

ABAAAADBBB

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

BatamJl. Engku Putri No. 1 Batam Centre0778-461164, 462217/0778-461813www.pemko-batam.go.id

Tanjung PinangJl. KH. Agus Salim No. 10771-21361, 22865www.tpi.go.id

LiwaJl. Raden Intan No. 10728-21101, 21122/0728-21026

KaliandaJl. Indra Bangsawan No. 10727-2069, 2068/0727-2334

Page 88: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

75

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

KABUPATEN LAMPUNG UTARA

KABUPATEN WAY KANAN

KOTA BANDAR LAMPUNG

927.6425.325,03Rp. 4.189.417

573.2532.724,81Rp. 4.789.383

375.8063.821,73Rp. 3.595.226

830.386192,93Rp. 7.855.234

EDEDE

EDED

DCEDDDAEDD

CCDCC

DDCD

CADBCBACCD

BACDB

BAAE

DAEEEEAEED

BBBBB

BBAA

BABAAABAAA

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

SukadanaJl. KH. A. Hanafiyah0725-42100, 42200/0725-42200

Kota BumiJl. Jend. Sudirman No. 10724-21087/0724-22708www.lampungutara.go.id

Blambangan UmpuJl. Radin Jambat No. 90828-722052, 724334/0828-722163

Bandar LampungJl. Dr. Susilo No. 2 Teluk Betung0721-252300, 254274/0721-254984www.bandarlampung.go.id

Page 89: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200576

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN LEBAK

KABUPATEN SERANG

KABUPATEN TANGERANG

KOTA CILEGON

PROPINSI BANTEN

AAAAA

AAAA

CCDDB

EDEE

DDDBD

CCCD

CBCBBBEBBA

AAAAA

AABA

ABAABAEAAA

EDEDCDDBAB

DCDBCBECCD

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

1.148.2693.044,72Rp. 3.702.256

1.816.3831.704,12Rp. 5.440.471

3.215.7371.160,41Rp. 6.435.320

331.924175,51Rp. 35.271.605

RangkasbitungJl. Abdinegara No. 30252-502626/0252-201102

SerangJl. Veteran No. 10254-200737, 200721/0254-201952

TangerangJl. Daan Mogot No. 53021-5524864, 5524002/021-5524001www.kabtangerang.go.id

CilegonJl. Jend. Sudirman No. 20254-380557/0254-398902www.cilegon.go.id

Page 90: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

77

Nilai Tahun 2005

KOTA TANGERANG

KOTA DKI JAKARTA

KABUPATEN BANDUNG

KABUPATEN BEKASI

AAABC

BCAA

ABAAAAEAAA

DDDCD

EEEE

AEAAAAEAAA

EDEDE

DCDD

DAEBABDDDD

DDCED

EEEE

ADAABAEBBB

PROPINSI DKI JAKARTA

PROPINSI JAWA BARAT

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

1.512.714186,97Rp. 17.565.066

9.111.651740,29Rp. 42.952.513

4.049.6313.073,69Rp. 6.606.516

1.951.0751.224,88Rp. 22.908.599

TangerangJl. Daan Mogot No. 69021-5527284, 5523677/021-5523676www.kotatangerang.go.id

JakartaJl. Merdeka Selatan

www.dki.go.id

BandungKomp. Pemda Tk. II, Jl. Soreang Km. 7022-5891004, 5891003/022-5891183www.kabbandung.go.id

BekasiJl. Ir. H. Juada No. 100021-8810119, 8841336/021-8841166www.kab-bekasi.go.id

Page 91: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200578

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN BOGOR

KABUPATEN CIAMIS

KABUPATEN CIANJUR

KABUPATEN CIREBON

ABAAB

DECB

EDEBE

AADA

ABAAA

ABBA

DDDECEAAAA

CCCCD

CCCC

DDDDCEBCDB

BEBBBBDAAA

CDDDBEAAAB

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

4.038.7643.357,92Rp. 7.773.702

1.550.5752.506,43Rp. 4.997.320

2.050.8233.217,89Rp. 4.512.257

2.056.992990,92Rp. 3.690.043

BogorDs. Tengah, Kec. Cibinong021-8754733, 87552528/021-8750747

CiamisJl. Jend. Sudirman No. 160265-771945, 771511/0265-772776www.ciamis.go.id

CianjurJl. Hj. Jenab No. 310263-261890, 261892/0263-263686www.cianjur.go.id

CirebonJl. Sunan Kalijaga No. 70231-321231, 321197/0231-321025www.kabcirebon.go.id

Page 92: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

79

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN GARUT

KABUPATEN INDRAMAYU

KABUPATEN KARAWANG

KABUPATEN KUNINGAN

BABCB

BBBB

DDDDCEACCC

CDCCC

DEDD

DBDECEBDDD

EBEEE

BAEA

BDBBBBEAAA

AAAAA

AAAA

EDEECEAABA

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

2.254.6713.065,21Rp. 5.155.079

1.687.4671.862,61Rp. 4.627.574

1.933.4121.753,17Rp. 9.803.678

1.056.093806,76Rp. 3.654.032

GarutJl. Pembangunan Tarogong No. 1990262-232225/0262-231118www.garut.go.id

IndramayuJl. Mayjen. Sutoyo No. 1/F0234-474252/0234-272797www.indramayu.go.id

KarawangJl. Jend. Ahmad Yani No.10267-422938www.karawang.go.id

KuninganJl. Siliwangi No. 880232-871040/0232-871068www.kuningan.go.id

Page 93: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200580

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN PURWAKARTA

KABUPATEN SUBANG

KABUPATEN SUKABUMI

KABUPATEN SUMEDANG

BBCBB

BBAB

BCBBB

BBCC

AAAEA

ABAA

DADDCEBAAB

DECCD

BBBB

CDCDDDDBBB

BCBBBBDAAA

CCCCBDCBBB

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

756.854825,74Rp. 8.861.376

1.375.3462.049,60Rp. 4.884.738

2.231.4313.947,83Rp. 4.148.710

1.034.5981.524,66Rp. 5.795.107

PurwakartaJl. Ganda Negara No. 250264-200435, 200187/0264-200037www.purwakarta.go.id

SubangJl. Dewi Sartika No. 20260-411005/0260-411003www.subang.go.id

SukabumiJl. R. Syamsudin No. 540266-222040/0266-221011www.kabsukabumi.go.id

SumedangJl. Prabu Geusan Ulun No. 360261-201670, 202001/0261-201606www.sumedang.go.id

Page 94: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

81

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN TASIKMALAYA

KOTA BANDUNG

KOTA BANJAR

KOTA BEKASI

BBCCC

BCAC

EDEEBEACCC

CDCAD

DCDD

ACAAAAEAAB

DDBCD

BBBC

DEDDBDBBCB

DECDD

EEEE

BCBBABEAAA

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

1.629.0412.904,78Rp. 3.553.165

2.232.8961.669,78Rp. 12.491.174

166.796113,49Rp. 4.779.829

2.052.210210,49Rp. 7.418.150

TasikmalayaJl. Mayor Utaraya No. 10265-333157, 333154/0265-333937www.tasikmalaya.go.id

BandungKomp. Pemda Tk. II, Jl. Soreang Km. 7022-5891004, 5891003/022-5891183www.bandung.go.id

Banjar

www.banjar-jabar.go.id

BekasiJl. Ir. H. Juada No. 100021-8810119, 8802834/021-88342723www.kotabekasi.go.id

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

Page 95: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200582

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KOTA BOGOR

KOTA CIREBON

KOTA DEPOK

KOTA SUKABUMI

CCCBC

DDDC

DCDCD

CCDC

CCBAC

BBDB

DBDBABEABA

AAAAA

ABAA

BABDCDBAAA

DBDBBBEBDA

ACAABACAAA

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

831.694118,50Rp. 4.464.147

284.93037,36Rp. 20.892.787

1.369.461200,29Rp. 4.780.683

273.86048,00Rp. 6.829.261

BogorJl. Ir. H. Juada No. 100251-328378, 321000/0251-321000www.kotabogor.go.id

CirebonJl. Siliwangi No. 840231-202051, 206013/0231-206011www.cirebon.go.id

DepokJl. Margonda Raya No. 54021-7521440, 7773610/021-7520721

SukabumiJl. R. Syamsudin SH. No. 250266-221124, 221125/0266-221125www.sukabumi.go.id

Page 96: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

83

Nilai Tahun 2005

KOTA TASIKMALAYA

KABUPATEN BANYUMAS

KABUPATEN BOYOLALI

KABUPATEN CILACAP

BABCB

BBBE

CDCCADADDC

BBBAC

CDCC

BBCDCDACCC

ABCAA

BBBB

DEDDEDABBB

CCCCB

CCDC

ABACBDBBBC

PROPINSI JAWA TENGAH

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

593.232171,56Rp. 6.574.862

1.543.2641.327,65Rp. 2.894.488

955.6161.015,10Rp. 4.874.324

1.714.6642.138,50Rp. 12.658.026

TasikmalayaJl. Woenoeng Saputra0265-322865www.kota-tasikmalaya.go.id

BanyumasJl. Kabupaten No. 1 Purwokerto0281-632283, 635308/0281-635332www.banyumas.go.id

BoyolaliJl. Merbabu No. 480276-321021, 321292/0276-321172www.boyolali.go.id

CilacapJl. Jend. Sudirman No. 320282-533-100/0282-535900www.cilacap.go.id

Page 97: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200584

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN JEPARA

KABUPATEN KARANGANYAR

KABUPATEN KEBUMEN

KABUPATEN KENDAL

AABAB

CDCB

AAAEA

AAAA

BCCAC

CCBC

EDEEDEACCC

EDDED

DCED

CECCDCBBCB

DDDEDEBAAC

DEDDEDBCDB

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

1.045.4501.162,61Rp. 4.392.683

822.041717,90Rp. 5.295.638

1.236.9451.306,80Rp. 2.631.713

909.6251.002,33Rp. 6.623.073

JeparaJl. Kartini No. 10291-591492/0291-591037www.jepara.go.id

KaranganyarJl. Lawu0271-495039/0271-495590www.karanganyar.go.id

KebumenJl. Veteran No. 20287-381728/0287-381423www.kebumen.go.id

KendalJl. Raya No. 1930294-381293, 381251/0294-381062www.kabupaten-kendal.go.id

Page 98: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

85

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN KLATEN

KABUPATEN KUDUS

KABUPATEN MAGELANG

KABUPATEN PEKALONGAN

EDDEE

CBED

DDDCCDADDC

BBABA

CBDC

AEABBCABBB

CCBCC

CCCC

DEDDCDACCC

AABBB

AAAB

EEEEEEABBB

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

1.150.379656,16Rp. 4.865.915

751.891425,15Rp. 16.501.202

1.215.7701.085,74Rp. 3.830.148

850.518861,41Rp. 4.268.289

KlatenJl. Pemuda No. 2940272-22303, 21046/0272-22567www.klaten.go.id

KudusJl. Simpang Tujuh No. 10291-437010, 439000/0291-437009www.kabupatenkudus.go.id

MagelangJl. Letnan Tukiyat, Kota Mungkit0293-788117/0293-788122www.kabmagelang.go.id

PekalonganJl. Nusantara No. 10285-424319, 424520/0285-424662www.kabpekalongan.go.id

Page 99: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200586

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN PEMALANG

KABUPATEN PURBALINGGA

KABUPATEN SUKOHARJO

KABUPATEN TEGAL

DDDCC

CBED

AAAAA

ABBA

EEEDE

CAEE

DEDBCCACCC

BBBBB

ABAA

EBEDDEABBA

EEEEDEACCC

EDEEEEAAAB

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

1.358.3481.115,31Rp. 3.273.195

870.247777,63Rp. 2.928.301

832.426466,66Rp. 5.747.036

1.465.664864,88Rp. 2,509,204

PemalangJl. Surohadikusumo No. 10284-321068, 321376/0284-322410www.pemalangikhlas.go.id

PurbalinggaJl. Onje No 1B0281-91271, 91012/0281-891475www.purbalingga.go.id

SukoharjoJl. Jend. Sudirman No. 1990271-593067, 593181/0271-593335www.sukoharjo.go.id

SlawiJl. Dr. Soetomo No. 10283-358149/0283-353673

Page 100: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

87

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN WONOSOBO

KOTA MAGELANG

KOTA PEKALONGAN

KOTA SEMARANG

DEEAE

EEDE

EEEDCEADDD

CCCCC

DDCC

BEBAACABBC

EEDDD

EEEE

BDBCDCAEED

DEDCD

DCDD

ADAABACABA

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

790.165987,84Rp. 2.775.507

123.64318,12Rp. 9.666.540

279.16145,25Rp. 8.018.880

1.416.522373,69Rp. 17.597.383

WonosoboJl. Merdeka No. 10286-321001, 321345/0286-21183www.wonosobo.go.id

MagelangJl. Panca Arga No. 20293-788117/0293-788122

PekalonganJl. Matraman No. 10285-23001, 421093/0285-24061www.pekalongan.go.id

SemarangJl. Pemuda No. 148024-3540001, 513366/024-542522www.semarang.go.id

Page 101: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200588

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KOTA SURAKARTA

KOTA TEGAL

KABUPATEN BANTUL

KABUPATEN GUNUNG KIDUL

BCCAB

BBBC

BBBBA

CCBB

BCBBA

CCBB

BACCDCAABA

AABBA

BBBC

DDDDEDACDC

BEBAEAAAAA

CCCBBCBBBB

PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

510.4843,97Rp. 9.951.180

246.13335,38Rp. 5.149.202

823.242508,13Rp. 5.094.733

695.6251.431,42Rp. 4.913.406

SurakartaJl. Jend. Sudirman No. 20271-644644, 662266/0271-44308www.surakarta.go.id

TegalJl. Ki Gede Sebayu No. 120283-355137/0283-353673www.kotategal.go.id

BantulJl. R. Wolter Monginsidi0274-367509, 367770/0274-589622www.bantul.go.id

GunungkidulJl. Brigjend. Katamso No. 10274-391531/0274-391001www.gunungkidul.go.id

Page 102: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

89

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN KULON PROGO

KABUPATEN SLEMAN

KOTA YOGYAKARTA

KABUPATEN BANGKALAN

CDCDC

CCCD

DDDCDCAEEE

DDDDC

EEDD

BBBBCCABBB

BBABB

DDDD

BEAABAAABA

CCDCC

DDDD

CDCDDDBBBC

PROPINSI JAWA TIMUR

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

386.707586,28Rp. 4.881.790

955.027574,82Rp. 7.025.602

421.10032,50Rp. 14.829.195

892.9871.001,44Rp. 4.099.098

KulonprogoJl. Perwakilan No. 1 Wates0274-773010/0274-773148www.kulonprogo.go.id

SlemanJl. Parasamya No. 10274-868448, 868405/0274-868945www.sleman.go.id

YogyakartaKomp. Balaikota Tomoho, Jl. Kenari No. 560274-515864, 564167/0274-562590www.jogja.go.id

BangkalanJl. Soekarno-Hatta No. 35031-3095505/031-3092179

Page 103: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200590

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN BANYUWANGI

KABUPATEN BLITAR

KABUPATEN BONDOWOSO

KABUPATEN GRESIK

DDEBD

BBAA

CCBBB

CCCC

EEEEE

EDEE

EDEEEEADDE

DDCCE

EEDE

CCCECADDD

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

1.582.3185.782,40Rp. 6.064.220

1.137.9641.336,48Rp. 5.140.911

724.4121.525,97Rp. 3.075.915

1.072.2731.211,25Rp. 20.291.317

CEBEDEADDD

ABAACADABA

BanyuwangiJl. Jend. Ahmad Yani No. 1000333-425001, 423555/0333-427445www.banyuwangi.go.id

BlitarJl. Sudanco Supriadi No. 170342-801745, 801490/0342-805494www.kabblitar.go.id

BondowosoJl. Letnan Amir Kusman No. 20332-421152, 421153/0332-423067www.bondowoso.go.id

GresikJl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 245031-3952829, 3952830/031-3952819www.gresik.go.id

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

Page 104: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

91

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN JEMBER

KABUPATEN JOMBANG

KABUPATEN KEDIRI

KABUPATEN LAMONGAN

DEDDD

EEDE

DCDECEADDD

DDDDD

CDCC

CACDCEABBB

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

2.252.3453.092,34Rp. 4.620.202

1.207.7831.115,09Rp. 4.047.982

1.513.5101.386,05Rp. 4.573.960

1.269.5161.782,05Rp. 4.021.501

BBCBB

CBDC

DEDDDDBAAA

CCBAD

EEEE

DCEECEAEDE

JemberJl. Jend. Sudirman No. 10331-487945, 481945/0331-422715www.pemdajember.go.id

JombangJl. KH. Wahid Hasyim No. 1370321-861945, 870530/0321-865468www.pemdajombang.go.id

KediriJl. Soekarno-Hatta No. 10354-689901, 689905/0354-686812www.kediri.go.id

LamonganJl. KH. Achmad Dahlan No. 10322-321007, 321481/0322-321003www.lamongan.go.id

Page 105: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200592

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN MAGETAN

KABUPATEN MOJOKERTO

KABUPATEN PAMEKASAN

KABUPATEN PASURUHAN

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

642.967688,84Rp. 5.358.496

981.887717,83Rp. 6.373.352

751.296792,24Rp. 3.314.412

1.444.4341.474,02Rp. 4.788.349

EEEEE

BABD

DDDDDDAEEE

EEEDE

DDCC

CCCDCDCBBB

CCCCC

EEDD

ECEEEEBBCB

EEEEE

DDEC

DDDECECEDE

MagetanJl. Basuki Rahmat Selatan No. 10351-895001, 895280/0351-895982www.magetan.go.id

MojokertoJl. Jend. Ahmad Yani No. 160321-321946, 321744/0321-327373www.pemkab-mojokerto.go.id

PamekasanJl. Pamong Praja No. 10324-322945/0324-322197www.pamekasan.go.id

PasuruhanJl. Hayam Wuruk No. 140343-424004, 421032/0343-424344www.kab-pasuruan.go.id

Page 106: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

93

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN PONOROGO

KABUPATEN SIDOARJO

KABUPATEN SITUBONDO

KABUPATEN TULUNG AGUNG

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

897.7841.305,70Rp. 3.656.347

1.737.977634,38Rp. 16.197.883

631.313559,76Rp. 5.881.227

991.6341.055,65Rp. 8.748.584

EEEEE

EEED

DCDDDDADDD

BAABE

CBDC

ADAAABDABA

EEEEE

EDEE

DDDDDDADCE

EEEAE

EEED

BCBDCEADDC

PonorogoJl. Alun-alun Utara No. 30352-482917, 481737/0352-481484www.ponorogo.go.id

SidoarjoJl. Gubernur Suryo No. 1031-8921945, 8921946/031-8921945www.sidoarjo.go.id

SitubondoJl. PB. Sudirman No. 10338-671176, 671915/0338-671176www.situbondo.go.id

TulungagungJl. Jend. Ahmad Yani No. 370355-321945, 323651/0355-325581www.tulungagung.go.id

Page 107: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200594

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KOTA KEDIRI

KOTA MADIUN

KOTA MALANG

KOTA MOJOKERTO

EECED

DDCB

EEDEE

EEEE

CDBCB

EEDE

AEAAAADCDB

EEDED

DDCB

AEABACCBAB

ACAAAACCCA

BEBAABADEC

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

258.51063,40Rp. 116.624.651

175.90833,92Rp. 7.169.601

791.571145,28Rp. 16.701.295

115.61016,47Rp. 13.200.093

KediriJl. Jend. Basuki Rahmat No. 150354-682885/0354-686813www.kotakediri.go.id

MadiunJl. Pahlawan No. 370351-458073, 495559/0351-457331www.madiunkota.go.id

MalangJl. Tugu No. 1A0341-366011, 362704/0341-352070www.pemkot-malang.go.id

MojokertoJl. Gajah Mada No. 1450321-321747, 321061/0321-397345www.mojokerto.go.id

Page 108: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

95

Nilai Tahun 2005

KOTA PROBOLINGGO

KOTA SURABAYA

KABUPATEN BADUNG

KABUPATEN BANGLI

EEEDE

CDBB

BCBCBCBCBC

EEECD

CCBB

AEAACADAAA

DDDCD

DDDE

DBEDDDBDDC

AABAB

AAAA

CBCDEDBAAA

PROPINSI BALI

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

206.00156,67Rp. 9.766.124

2.744.076350,54Rp. 29.479.726

423.712281,33Rp. 14.475.559

213.183490,71Rp. 5.606.378

ProbolinggoJl. PB. Sudirman No. 190335-421045/0335-421910www.probolinggo.go.id

SurabayaJl. Taman Surya No. 1031-5345687/031-5320108www.surabaya.go.id

DenpasarJl. Sangalangit No. 10361-461200, 461100/0361-464600www.badung.go.id

BangliJl. Brigjen. Ngurah Rai No. 300366-910011, 910032

Page 109: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200596

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN BULELENG

KABUPATEN GIANYAR

KABUPATEN JEMBRANA

KABUPATEN KARANGASEM

DDEDD

EEEE

AAAAA

AAAA

AAAAA

AAAA

CEBDDDBAAA

CCCBB

BCBB

CCCCDCBBCB

CCCDDDBCBC

BEBCECBAAA

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

615.4271.365,88Rp. 6.210.123

428.117368,00Rp. 8.941.717

254.070841,80Rp. 7.929.260

407.070839,54Rp. 6.075.833

SingarajaJl. Pahlawan No. 10362-21985/0362-22380www.buleleng.go.id

GianyarJl. Ngurah Rai No. 5-70361-943056/0361-943170www.gianyar.go.id

NegaraJl. Surapti No. 10365-41210/0365-41010www.jembrana.go.id

AmiapuraJl. Ngurah Rai No. 310363-21001/0363-21954www.karangasem.go.id

Page 110: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

97

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN KLUNGKUNG

KABUPATEN TABANAN

KOTA DENPASAR

KABUPATEN KAPUAS HULU

AAAAB

AAAB

BCBBDBCAAA

AABBB

AAAA

CDCCECBAAA

AAAAA

AAAA

ABAABBCAAA

EEDDC

BACE

DBDCCDCEEE

PROPINSI KALIMANTAN BARAT

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

174.498315,00Rp. 8.903.952

421.765821,33Rp. 5.932.436

551.922127,78Rp. 10.840.284

209.27529.841,70Rp. 5.126.310

KlungkungJl. Untung Surapati No. 2 Samarapura0366-21001/0366-21901www.klungkung.go.id

TabananJl. Pahlawan No. 170361-811471/0361-812703www.tabanan.go.id

DenpasarJl. Gajah Mada No. 10361-234831, 226163/0361-221534www.denpasar.go.id

PutisibauJl. P. Antasari No. 10567-25175, 21003/0567-21397

Page 111: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 200598

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN KETAPANG

KABUPATEN PONTIANAK

KABUPATEN SAMBAS

KABUPATEN SANGGAU

BCABA

CDCB

DDBEC

CCDD

BBCCA

CCCC

CCCCDDBEED

DDCDD

DDDE

CDCCECCEEE

DCDDCDBBCB

CECBCBBEEE

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

465.23335.809,00Rp. 4.884.434

712.1508.235,12Rp. 7.712.288

482.1106.706,52Rp. 6.761.428

370.71612.840,70Rp. 7.773.598

KetapangJl. Jend. Sudirman No. 370534-32080/0534-32090www.ketapang.go.id

MempawahJl. DG. Manambon0561-691003/0561-691509www.mempawah.go.id

SingkawangJl. Firdaus No. 10562-631300/0562-392443www.sambas.go.id

SanggauJl. Ahmad Yani No. 10564-21001, 21002/0564-21009www.sanggau.go.id

Page 112: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

99

Nilai Tahun 2005

KOTA PONTINAK

KABUPATEN BARITO SELATAN

KABUPATEN BARITO UTARA

KABUPATEN KAPUAS

EEDCC

EEEE

ACAAABBCCC

EEEEE

EEED

BEBCCBDEEE

DDDED

DDCB

ADADECDDED

DDDCC

CCCC

CBCCDCDCCC

PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

518.223107,81Rp. 14.622.208

120.5938.830,00Rp. 9.167.529

122.9768.300,00Rp. 10.381.763

334.29314.999,00Rp. 6.525.340

PontianakJl. Rahadi Usman0561-733040/0561-736029www.pontianak.go.id

BuntokJl. Pelita Raya No. 10525-21001/0525-21446

Muara TewehJl. Jend. Ahmad Yani No. 760519-21120/0519-21234 www.barito-utara.go.id

Kuala KapuasJl. Pemuda0513-21002/0513-21732

Page 113: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005100

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KOTA PALANGKARAYA

KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

EEECC

EEDD

AAAAA

BBAB

AAAAA

BBBA

ECEDCDCBAB

BBBBA

DDDD

EDEEEDCDDC

CCCACADEEE

DDDDCDDCBC

PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

169.0512.399,50Rp. 7.750.330

203.9281.804,94Rp. 5.118.710

234.0021.472,00Rp. 4.074.310

211.117832,70Rp. 3.757.173

PalangkarayaJl. Tjilik Riwut Km. 5,50536-323487, 31488/0536-31422

KandanganJl. Pangeran Antasari No. 10517-21043/0517-21017

BarabaiJl. Perwira No. 10517-41045/0517-41052

AmuntaiJl. Jend. Ahmad Yani No. 120527-61666/0527-612888

Page 114: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

101

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN TABALONG

KABUPATEN TANAH LAUT

KABUPATEN TAPIN

KOTA BANJARMASIN

AAAAA

AABA

AAACADDBCA

CCDDC

CBED

EBECBCCDDD

BBBCB

DCCD

CCCCACDEEE

CDBCB

DDCC

BDBBEACAAA

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

186.1003.946,95Rp. 11.101.263

256.8323.632,35Rp. 2.903.973

152.6022.700,82Rp. 6.063.283

575.27572,00Rp. 7.725.298

TanjungJl. Pangeran Antasari No. 10526-21017/0526-21510www.kabupatentabalong.go.id

PelaihariKomp. Perkantoran Gagas, Jl. A. Syairani0512-21002/0512-21300

RantauJl. H. Hasan Basri No. 220517-31006/0517-31435www.kabtapin.go.id

BanjarmasinJl. RE. Martadinata No. 20511-53933/0511-53633www.banjarmasin.go.id

Page 115: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005102

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN BERAU

KABUPATEN BULUNGAN

KABUPATEN KUTAI KERTANEGARA

KABUPATEN KUTAI TIMUR

BBBBB

AAAB

ABBAB

AAAA

CCBEA

AABA

AAABBAEBAB

CBDCD

AAAA

AAACACEEEE

AEACDBECDC

BDBCEAEAAB

PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

148.7692.325,21Rp. 23.637.034

108.12118.010,50Rp. 12.368.856

517.38428.927,98Rp. 18.528.782

177.21435.747,00Rp. 54.719.906

Tanjung RedepJl. Atipi Pranoto0554-21001/0554-21068www.berau.go.id

BulunganJl. Skip Tanjung Selor0552-21010/0552-21001www.bulungan.go.id

TenggarongJl. Wolter Monginsidi0541-661085,661029/0541-661030,661490www.kutaikertanegara.go.id

SanggataJl. Bumiayu No. 10549-23108/0549-23468www.kutaitimur.go.id

Page 116: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

103

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN NUNUKAN

KABUPATEN PASIR

KOTA BALIK PAPAN

KOTA BONTANG

BACBB

AAAA

CACEEEEBBB

BAAEB

AABB

ABABAAEBBB

DDBED

AABA

AAABABEAAA

ECDEE

ABAB

CECACAECCD

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

122.2114.585,70Rp. 6.782.043

187.72211.603,94Rp. 18.335.806

478.175503,31Rp. 19.524.522

132.934406,70Rp. 310.583.100

NunukanJl. P. Antasari No. 880556-21088/0556-21088

PasirJl. RM. Noto Sunardi0543-21002/0543-21079

BalikpapanJl. Jend.Sudirman No. 1000542-421-500/0542-425-412www.balikpapan.go.id

BontangJl. Awang Long0548-21790/0548-21790www.bontang.go.id

Page 117: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005104

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KOTA SAMARINDA

KOTA TARAKAN

KABUPATEN MINAHASA

KABUPATEN SANGIHE TALAUT

EEEEE

DDCE

CCCBB

DDCD

CCBDC

DDBB

CBCBCADBBB

DDDCC

DDEE

EBECBCDDDD

AAAABAEEEE

AAABCAEBBB

PROPINSI SULAWESI UTARA

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

580.766781,25Rp. 20.270.213

161.977507,10Rp. 15.025.209

299.492982,55Rp. 6.124.510

213.587997,68Rp. 3.110.796

SamarindaJl. Kesuma Bangsa No. 820541-741593,731324/0541-731455www.samarinda.go.id

TarakanJl. Kalimantan Kampung Satu Skip0551-21623,34301/0551-21622www.kotatarakan.go.id

TondanoJl. Sam Ratulangi0431-321411/0431-323258www.minahasa.go.id

TahunaJl. Makaampo No. 220432-21032,21001/0432-21510www.sangihe.go.id

Page 118: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

105

Nilai Tahun 2005

KOTA BITUNG

KOTA MANADO

KABUPATEN GORONTALO

KOTA GORONTALO

DDCEC

DDED

BCAABADDDD

EEEED

BBBB

BBBABADAAA

BBBAA

BBBA

EBEDBEBBCB

ABAAA

CCCB

DDDCBCBBBB

PROPINSI GORONTALO

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

165.624302,89Rp. 4.515.026

401.493157,27Rp. 11.485.913

424.3163.354,67Rp. 3.667.831

151.41464,79Rp. 10.084.329

BitungJl. Sam Ratulangi No. 450438-21003/0438-21008

ManadoJl. Balai No. 10431-851103/0431-863003www.kotamanado.go.id

GorontaloJl. DI Panjaitan0435-821001/0435-830412www.kabgtlo.go.id

GorontaloJl. Jend. Ahmat Yani No. 30435-821001,821012/0435-821001www.gorontalo.go.id

Page 119: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005106

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN BANGGAI

KABUPATEN DONGGALA

KABUPATEN MOROWALI

KABUPATEN POSO

CBDDC

DCDE

DCDDE

EEEE

CBCDC

DDBD

BABDCDBDDD

DDBCD

EEEC

CDCCDCCEED

DADDEDBDDC

BACCECCAAC

PROPINSI SULAWESI TENGAH

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

297.97910.641,70Rp. 5.716.343

444.5159.471,10Rp. 6.424.918

171.41615.489,98Rp. 6.903.725

171.2188.711,85Rp. 7.689.861

BanggaiJl. Ahmat Yani No. 120461-21053/0461-21014

DonggalaJl. Pelabuhan Donggala No. 390457-71770/0457-71740www.donggala.go.id

MorowaliKolonodale0465-21011/0465-21031

PosoJl. Pulau Sumba No. 10452-21888/0452-23638

Page 120: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

107

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN TOLI TOLI

KOTA PALU

KABUPATEN BUTON

KABUPATEN KOLAKA

CBCDC

EECD

BABCDCCDDD

EEEAE

EECE

AABABACDCD

DCEDD

EEEE

EEEEDECEEE

AAACA

ABAA

CEBACACBBA

PROPINSI SULAWESI TENGGARA

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

219.4434.079,77Rp. 2.675.298

293.111395,06Rp. 8.446.372

262.5462.648,08Rp. 2.463.153

266.7146.928,58Rp. 9.671.640

TolitoliJl. Moh. Bantilan No. 10453-21281,21001/0453-22364

PaluJl. Balai Kota No. 10451-421666,425580/0451-428222

ButonJl. Balai Kota No. 10402-21010/0402-21221

KolakaJl. Pemuda No. 1180405-21335/0405-21301,21010www.kolaka.go.id

Page 121: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005108

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN KONAWE

KABUPATEN MUNA

KOTA KENDARI

KABUPATEN BANTAENG

CCCEB

AAAA

DDBCD

EEEE

EEDDD

AAAC

BABADACCCC

BCCCA

AACE

CBCEBECCCC

BACBACCDDB

DADCDCCEEE

PROPINSI SULAWESI SELATAN

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

259.10810.045,30Rp. 5.405.482

296.5064.037,83Rp. 4.390.987

225.598300,89Rp. 7.090.266

171.134395,83Rp. 4.170.690

BantaengJl. Mannapiang No. 50413-21001/0413-22765 www.banteang.go.id

MunaJl. MH. Thamrin No. 80403-21011,21016/0403-22025

KendariJl. Letjend S. Parman0401-321-402/0401-323-593

Page 122: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

109

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN BARRU

KABUPATEN BONE

KABUPATEN GOWA

KABUPATEN JENEPONTO

AAAAA

BBDA

ACADDDBCCC

CCCBB

BACB

DBDBACDCAD

BCBAC

CBDD

EBEDADCCCD

BBABB

BBBD

EBEEEECDED

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

159.3161.174,71Rp. 4.441.289

691.9624.559,00Rp. 4.328.925

554.3911.883,32Rp. 3.224.436

325.432706,52Rp. 2.873.613

BarruJl. Sultan Hasannudin0427-21042/0427-322045

BoneJl. Jend. Ahmad Yani, Watampone0481-21350/0481-21361www.bone.go.id

GowaJl. Mesjid Raya, Sunggu minasa0411-861006/0411-866440

JenepontoJl. Lanto Dg. Pasewang No. 430419-21022/0419-21222www.jeneponto.go.id

Page 123: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005110

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN LUWU

KABUPATEN LUWU UTARA

KABUPATEN MAJENE

KABUPATEN MAROS

BBACB

BCBB

DDDCD

CBDC

CCCCC

AADC

EEEDBDCEED

ABDBA

AAAA

ECECCCDAAA

CACBEBCCBD

EDEEDECEED

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

307.4423.092,58Rp. 4,932,762

274.4257.502,58Rp. 4,252,485

120,918947.84Rp. 4,175,862

296.5741.621,12Rp. 3.645.518

LuwuJl. Jend. Sudirman No. 660471-21001/0471-22004

Luwu UtaraKota Masamba0473-21003/0473-21003www.luwuutara.go.id

MajeneJl. Gatoto Subroto No. 590422-21001, 21363/0422-21799www.majene.go.id

MarosJl. Jend. Ahmad Yani No. 60411-371051, 372100/0411-371139www.maros.go.id

Page 124: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

111

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN

KABUPATEN PINRANG

KABUPATEN SELAYAR

KABUPATEN SINJAI

DDDCD

BADC

BBCAAACCBC

BBCBB

BBBA

CACCBDCBAB

BBCBB

BAEC

ECECACDDDC

BACCB

BACE

DADDBDCCCD

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

284.7261.132,08Rp. 7.725.784

332.9591.961,77Rp. 6.586.147

111.1711.357,03Rp. 3.994.490

221.129798,96Rp. 4.853.119

PangkepJl. Beringin No. 50410-21001/0410-21111

PinrangJl. Jend. Sokawati No. 400421-921001/0421-921222

SelayarJl. Kemiri No. 27 Banteng0414-21004, 21001/0414-21465www.selayar.go.id

SinjaiJl. Jend. Ahmad Yani0482-21029, 21002/0482-21500www.sinjai.go.id

Page 125: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005112

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN TAKALAR

KABUPATEN TANA TORAJA

KOTA MAKASAR

KOTA PAREPARE

DDDDD

AAAC

ABAAA

CDBA

BDABA

DDCC

ABAAAACAAA

CCACC

BADC

CCCCEBDCCC

DADDBECDCD

CDBCECCBBA

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

244.899566,51Rp. 3.502.134

430.1153.010,93Rp. 7.811.757

1.207.592199,26Rp. 11.220.006

118.41799,33Rp. 5.952.403

TakalarJl. Jend. Sudirman No. 260418-21186/0418-21105www.takalar.go.id

MakaleJl. Pongtiku No. 1200423-22120, 22091/0423-22688

MakasarJl. Jend. Ahmad Yani No. 20411-317007/0411-317720www.makassar.go.id

ParepareJl. Jend. Sudirman No. 780421-21000/0421-24330www.parepare.go.id

Page 126: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

113

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN BIMA

KABUPATEN DOMPU

KABUPATEN LOMBOK BARAT

KABUPATEN LOMBOK TIMUR

DEDCD

CCDC

DBEDEDBDDD

CDBCC

DCDC

DBDBCCBEEE

BBBBC

BCBB

EBEEEEBAAB

EDDDE

EEEE

EDEDDEABBC

PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

426.0343.475,38Rp. 3.952.616

200.4012.391,54Rp. 4.966.170

736.6601.672,81Rp. 3.460.926

1.042.7652.142,78Rp. 2.892.461

Bima RabaJl. Soekarno-Hatta0374-43228/0374-43300

DompuJl. Beringin No. 10373-21027, 21418/0373-21504www.dompu.go.id

GirimenangJl. Soekarno-Hatta0370-681311/0370-640655

MataramJl. Prof. HM. Yamin No. 900370-634319www.lomboktimur.go.id

Page 127: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005114

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KOTA MATARAM

KABUPATEN ENDE

KABUPATEN LEMBATA

KABUPATEN MANGGARAI

BBBBB

CDCB

BBBBA

CCBD

AAAAA

BBBA

EEEEEDCCCC

BBABB

DDBC

EEEEEEADDD

BACAABBBBB

EDEDECCDDC

PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

350.68961,30Rp. 5.562.112

239.6111.566,30Rp. 3.291.883

100.7331.266,48Rp. 1.914.906

482.3394.739,37Rp. 2.182.664

MataramJl. Pejanggik0370-634319, 634320/0370-634321

EndeJl. Raya Eltari No. 120381-21001/0381-21139www.ende.go.id

LewolebaJl. Trans Lembata No. 10383-41001, 41038/0383-41002

RutengJl. Motang Rua No. 10385-21001/0385-21195www.pemkab-manggarai.go.id

Page 128: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

115

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN NGADA

KABUPATEN SIKKA

KABUPATEN SUMBA BARAT

KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

CCDCB

CCDD

EDEEDEBEEE

DDCDD

CCCC

EDEEEEBDDC

CDBCC

EEEC

EDEEEEADDE

BBBBC

EECB

EEECEBBDCD

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

238.7003.062,64Rp. 3.198.845

277.9921.731,90Rp. 3.220.045

387.0464.587,00Rp. 2.075.757

207.5642.277,29Rp. 6.147.048

BajawaJl. Soekarno-Hatta No. 10384-21001, 21013/0384-21008

MaumereJl. Jend. Ahmad Yani0382-21700/0382-21003

WaikabubakJl. Basuki Rahmat0387-21095/0387-21093

SoeJl. Hayam Wuruk0388-21001, 21176/0388-21131

Page 129: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005116

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

KOTA KUPANG

KABUPATEN FAKFAK

KABUPATEN JAYAWIJAYA

CCCBC

DDDD

AAABB

EEEB

DDDDC

EEEE

CECBABEEEE

DCDCE

DCDD

EAEEAEEEEE

EEEEDECDCE

BDBAABBCCD

PROPINSI PAPUA

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

404.4263.947,00Rp. 2.697.194

267.636180,27Rp. 9.011.901

54.96814.320,00Rp. 8.923.834

209.8816.585,00Rp. 3.739.415

KefamenanuJl. Basuki Rahmat0388-31027, 31003/0388-31222www.pemkab-ttu.go.id

KupangJl. Perintis Kemerdekaan0380-833106/0380-826755

FakfakJl. Yos Sudarso0956-22100/0956-22118

WamenaJl. Yos Sudarso0969-31001/0969-31079

Page 130: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

117

Nilai Tahun 2005

KABUPATEN MANOKWARI

KABUPATEN MIMIKA

KABUPATEN SORONG

KOTA JAYAPURA

DEDDD

EECE

CBCBAAEDDE

EDDEC

EDEE

CADDACEEEE

EEEDE

EEDE

BABDEBEEEE

CCBBC

CCCD

BABBABECDB

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

142.66913.476,00Rp. 7.040.926

126.04418.708,77Rp. 1.117.466.148

66.7817.246,00Rp. 9.366.621

219.790738,62Rp. 10.833.579

ManokwariJl. Sudjarwo Condronegoro, SH.0986-211667/0986-211219www.manokwari.go.id

MimikaJl. SP. Lima

SorongJl. Klamono Aimas II Km. 240951-325852, 325853/0951-327986www.sorong.go.id

JayapuraJl. Balaikota No. 1 Entrop0967-536201, 535216/0967-534109

Page 131: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Jumlah Penduduk 2004 :Luas Wilayah (Km2) :PDRB perkapita 2004 :

KELEMBAGAANl Kepastian Hukuml Aparatur & Palayananl Perdal Kepemimpinan Lokal

KEAMANAN, POLITIK& SOSIAL BUDAYA

l Keamananl Politikl Sosial Budaya

EKONOMI DAERAHl Potensi Ekonomil Struktur Ekonomi

TENAGA KERJAl Ketersediaan TKl Kualitas TKl Biaya TK

INFRASTRUKTUR FISIKl Ketersediaanl Kualitas

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Ibu Kota :Alamat :Telp./Fax. :Web :

Nilai Tahun 2005

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005118

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

Nilai Tahun 2005

KOTA SORONG

KABUPATEN PASAMAN

KABUPATEN PASAMAN

KABUPATEN PASAMAN

EEEDE

EEDE

BACCBBEEEE

�����������

����������� � ������� ��������

������ ������

�����������

�������������� � �

� � � � � � � �

141.839717,90Rp. 7.192.419

SorongJl. Burung Kurana No. 30951-326300, 326660/0951-333087

Page 132: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

119

BOBOT PEMERINGKATANLampiran 8 : Bobot Faktor - Variabel - Indikator Pemeringkatan Daya Saing Investasi Daerah Tahun 2005

A. KELEMBAGAAN 0.150 0.150

1. Kepastian Hukum 0.396 0.059

l Konsistensi Peraturan 0.358 0.021

l Penegakan Keputusan Peradilan 0.209 0.012

l Kecepatan Aparat Keamanan 0.137 0.008

l Pungutan Liar d Luar Birokrasi 0.296 0.018

2. Aparatur & Palayanan 0.184 0.028

l Respon Pemda terhadap PermasalahanDunia Usaha 0.318 0.009

l Birokrasi Pelayanan Dunia Usaha 0.282 0.008

l Informasi Potensi Ekonomi Daerah 0.229 0.006

l Penyalahgunaan Wewenang oleh Aparat 0.170 0.005

3. Kebijakan Daerah & Perda 0.230 0.034

l Kejelasan Tarif 0.267 0.009

l Kejelasan Prosedur 0.268 0.009

l Proses Perumusan Perda 0.174 0.006

l Kebijakan Ketenagakerjaan 0.291 0.01

4. Kepemimpinan Lokal 0.190 0.028

l Kepemimpinan Kepala Daerah 0.187 0.005

l Inisiatif Kepala Daerah 0.454 0.013

l Hubungan Kepala Daerah dgn. Pengusaha 0.359 0.01

B. KEAMANAN, POLITIK & SOSIAL BUDAYA 0.274 0.274

1. Keamanan 0.612 0.168

l Kemanan Usaha 0.487 0.082

l Keamanan Masyarakat 0.351 0.059

l Dampak Unjuk Rasa 0.159 0.027

2. Politik 0.176 0.048

l Hubungan Eksekutif – Legislatif 0.628 0.03

l Hubungan Antar Partai Politik 0.372 0.018

3. Sosial Budaya 0.212 0.058

l Keterbukaan Masyarakat thd. Dunia Usaha 0.277 0.016

l Keterbukaan Masyarakat thd. Tenaga Kerjadari Luar Daerah 0.173 0.01

l Etos Kerja Masyarakat 0.188 0.011

l Kemudahan MemperolehHak Penguasaan Tanah 0.192 0.011

l Potensi Konflik di Masyarakat 0.170 0.01

C. EKOMOMI DAERAH 0.226 0.226

1. Patensi Ekonomi 0.775 0.175

l PDRB Perkapita 0.479 0.084

l Pertumbuhan Ekonomi 0.340 0.06

l Indeks Kemahalan Konstruksi 0.182 0.032

2. Struktur Ekonomi 0.225 0.051

l Pertumbuhan Sektor Primer 0.285 0.014

l Pertumbuhan Sektor Sekunder 0.309 0.016

l Pertumbuhan Sektor Tersier 0.406 0.021

D. TENAGAKERJAAN 0.183 0.183

1. Ketersediaan Tenaga Kerja 0.260 0.049

l Tenaga Kerja Usia Produktif 0.715 0.035

l Tenaga Kerja Pencari Kerja 0.285 0.014

2. Kualitas Tenaga Kerja 0.492 0.09

l Produktivitas Tenaga Kerja 0.631 0.057

l Pendidikan Tenaga Kerja 0.369 0.033

3. Biaya Tenaga Kerja 0.241 0.044

l Biaya Tenaga Kerja Formal 0.505 0.022

l Biaya Tenaga Kerja Aktual 0.495 0.022

E. INFRASTRUKTUR FISIK 0.167 0.167

1. Ketersediaan Infrastruktur Fisik 0.573 0.096

l Ketersediaan Jalan Darat 0.260 0.025

l Ketersediaan Pelabuhan Laut 0.119 0.011

l Ketersediaan Pelabuhan Udara 0.103 0.010

l Ketersediaan Sambungan TeIepon 0.213 0.020

l Ketersediaan Pasokan Listrik 0.306 0.029

2. Kualitas Infrastruktur Fisik 0.427 0.071

l Kualitas Jalan Darat 0.288 0.021

l Kualitas Pelabuhan Laut 0.117 0.008

l Kualitas Pelabuhan Udara 0.114 0.008

l Kualitas Sambungan Telepon 0.187 0.013

l Kualitas Tegangan Listrik 0.293 0.021

Faktor - Variabel - Indikator Lokal Global Faktor - Variabel - Indikator Lokal Global

Page 133: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005120

Lokal GlobalFaktor - Variabel - Indikator 2002 - 2004 Lokal GlobalFaktor - Variabel - Indikator 2005

I. KELEMBAGAAN 0.310 0.310 I. KELEMBAGAAN 0.150 0.150

1. Kepastian Hukum 0.390 0.121 1. Kepastian Hukum 0.396 0.059

2. Keuangan Daerah 0.140 0.043 2. Kepemimpinan Lokal 0.190 0.028

3. Aparatur 0.220 0.068 3. Aparatur & Palayanan 0.184 0.028

4. Peraturan Daerah 0.250 0.078 4. Kebijakan Daerah & Perda 0.230 0.034

II. SOSIAL POLITIK 0.260 0.260 II. KEAMANAN, POLITIK SOSIAL, BUDAYA 0.274 0.274

1. Sosial Politik 0.270 0.070 1. Politik 0.176 0.048

2. Keamanan 0.600 0.156 2. Keamanan 0.612 0.168

3. Budaya 0.130 0.034 3. Sosial Budaya 0.212 0.058

III. EKONOMI DAERAH 0.170 0.170 III. EKOMOMI DAERAH 0.226 0.226

1. Potensi Ekonomi 0.710 0.121 1. Patensi Ekonomi 0.775 0.175

2. Struktur Ekonomi 0.290 0.049 2. Struktur Ekonomi 0.225 0.051

IV. TENAGA KERJA & PRODUKTIVITAS 0.130 0.130 IV. TENAGAKERJAAN 0.183 0.183

1. Biaya Tenaga Kerja 0.240 0.031 1. Biaya Tenaga Kerja 0.241 0.044

2. Ketersediaan Tenaga Kerja 0.350 0.046 2. Ketersediaan Tenaga Kerja 0.260 0.049

3. Produktivitas Tk 0.410 0.053 3. Kualitas Tenaga Kerja 0.492 0.090

V. INFRASRUKTUR FISIK 0.130 0.130 V. INFRASTRUKTUR FISIK 0.167 0.167

1. Ketersediaan Infrastruktur Fisik 0.540 0.070 1. Ketersediaan Infrastruktur Fisik 0.573 0.096

2. Kualitas Infrastruktur Fisik 0.460 0.060 2. Kualitas Infrastruktur Fisik 0.427 0.071

Keterangan

n Tidak mengalami perubahan

n Variabel yang dihapus / diganti

n Variabel baru

n Bobot yang menalami penurunan

n Bobot mengalami peningkatan

Lampiran 9 : Perbandingan Bobot Faktor - Variabel - Indikator Pemeringkatan Tahun 2002 - 2005

Page 134: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

121

Lampiran 10 : Perubahan Bobot Faktor - Variabel - Indikator Pemeringkatan Tahun 2002 - 2005

I. KELEMBAGAAN 0.150 0.150

A. KEPASTIAN HUKUM 0.396 0.0591. Penegakan Keputusan Peradilan 0.209 0.0122. Konsistensi Peraturan 0.358 0.0213. Pungutan Liar di Luar Birokrasi 0.296 0.0184. Kecepatan Aparat Keamanan 0.137 0.008

B. APARATUR & PELAYANAN 0.184 0.0281. Penyalahgunaan Wewenang oleh Aparat 0.170 0.0052. Birokrasi Pelayanan Dunia Usaha 0.282 0.0083. Informasi Potensi Ekonomi Daerah 0.229 0.0064. Respon Pemda thd Permasalahan Dunia Usaha 0.318 0.009

C. KEBIJAKAN DAERAH & PERDA 0.230 0.0351. Kejelasan Tarif 0.267 0.0092. Kejelasan Prosedur 0.268 0.0093. Proses Perumusan Perda 0.174 0.0064. Kebijakan Ketenagakerjaan 0.291 0.003

D. KEPEMIMPINAN LOKAL 0.190 0.0291. Kepemimpinan Kepala Daerah 0.187 0.0052. Inisiatif Kepala Daerah 0.454 0.0133. Hubungan Kepala Daerah dgn Pengusaha 0.359 0.010

II. KEAMANAN, POLITIK DAN SOSIAL BUDAYA 0.274 0.274

A. KEAMANAN 0.612 0.1681. Kemanan Usaha 0.487 0.0822. Keamanan Masyarakat 0.354 0.0593. Dampak Unjuk Rasa 0.159 0.027

B. POLITIK 0.176 0.0481. Hubungan Eksekutif - Legislatif 0.628 0.0302. Hubungan Antar Partai Politik 0.372 0.018

C. SOSIAL BUDAYA 0.212 0.0581. Keterbukaan Masyarakat thd Dunia Usaha 0.277 0.0162. Keterbukaan Masyarakat thd Tenaga Kerja dari Luar Daerah 0.173 0.0103. Etos Kerja Masyarakat 0.188 0.0114. Kemudahan Memperoleh Hak Penguasaan Tanah 0.192 0.0115. Potensi Konflik di Masyarakat 0.170 0.010

III. EKONOMI DAERAH 0.226 0.226

A. POTENSI EKONOMI 0.775 0.1751. PDRB Perkapita 0.479 0.0842. Pertumbuhan Ekonomi 0.340 0.0603. Indeks Kemahalan Konstruksi 0.182 0.032

B. STRUKTUR EKONOMI 0.225 0.0511. Pertumbuhan Sektor Primer 0.285 0.0142. Pertumbuhan Sektor Sekunder 0.309 0.0163. Pertumbuhan Sektor Tersier 0.406 0.021

Faktor - Variabel - Indikator 2002 - 2004 Lokal Global Faktor - Variabel - Indikator 2005 Lokal Global

I. KELEMBAGAAN 0.310 0.310

A. KEPASTIAN HUKUM 0.390 0.1211. Penegakan Hukum 0.170 0.0532. Konsistensi Peraturan 0.110 0.0063. Pungli di luar Birokrasi 0.060 0.0034. Hubungan Eksekutif - Legislatif 0.050 0.003

B. KEUANGAN DAERAH 0.140 0.0431. % Anggaran Pembangunan - APBD 0.040 0.0022. Rasio Retribusi - Pajak 0.100 0.004

C. APARATUR 0.220 0.0681. Pelaksanaan Wewenang 0.150 0.0102. Pelayanan Birokrasi 0.070 0.005

D. PERATURAN DAERAH 0.250 0.0781. Peraturan Daerah 1.000 0.078

II. SOSIAL POLITIK DAN BUDAYA 0.260 0.260

A. KEAMANAN 0.600 0.1561. Gangguan Usaha 0.200 0.0312. Gangguan Masyarakat 0.120 0.0193. Kecepatan Aparat 0.280 0.044

B. SOSIAL POLITIK 0.270 0.0701. Stabilitas Politik 0.110 0.0082. Konflik Masyarakat 0.070 0.0053. Unjuk Rasa 0.040 0.0034. Partisipasi Masyarakat 0.050 0.004

C. BUDAYA 0.130 0.0341. Keterbukaan 0.030 0.0012. Non Diskriminasi 0.020 0.0013. Etos Kerja 0.050 0.0024. Adat Istiadat 0.030 0.001

III. EKONOMI DAERAH 0.170 0.170

A. POTENSI EKONOMI 0.710 0.1211. PDRB Perkapita 0.290 0.0352. Pertumbuhan Ekonomi 0.280 0.0343. Indeks Pembangunan Manusia 0.140 0.017

B. STRUKTUR EKONOMI 0.290 0.0491. Nilai Tambah Primer 0.130 0.0062. Nilai Tambah Sekunder 0.090 0.0043. Nilai Tambah Tersier 0.070 0.003

Page 135: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005122

IV. TENAGA KERJA 0.183 0.183

A. KETERSEDIAAN TENAGA KERJA 0.267 0.0491. Tenaga Kerja Usia Produktif 0.715 0.0352. Tenaga Kerja Pencari Kerja 0.285 0.014

B. KUALITAS TENAGA KERJA 0.492 0.0901. Produktivitas Tenaga Kerja 0.631 0.0572. Tenaga Kerja Minimal Berpendidikan SLTA 0.369 0.033

C. BIAYA TENAGA KERJA 0.241 0.0441. Biaya Tenaga Kerja Formal (UMP / UMK) 0.505 0.0222. Biaya Tenaga Kerja Aktual 0.495 0.022

V. INFRASRUKTUR FISIK 0.167 0.167

A. KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR FISIK 0.573 0.0961. Ketersediaan Jalan 0.260 0.0252. Ketersediaan Pelabuhan Laut 0.119 0.0113. Ketersediaan Pelabuhan Udara 0.103 0.0104. Ketersediaan Sambungan Telepon 0.213 0.0205. Ketersediaan Pasokan Listrik 0.306 0.029

B. KUALITAS INFRASTRUKTUR FISIK 0.427 0.0711. Kualitas Jalan Darat 0.288 0.0212. Kualitas Pelabuhan Laut 0.117 0.0083. Kualitas Pelabuhan Udara 0.114 0.0084. Kualitas Sambungan Telepon 0.187 0.0135. Kualitas Tegangan Listrik 0.293 0.021

Faktor - Variabel - Indikator 2005 Lokal GlobalFaktor - Variabel - Indikator 2002 - 2004 Lokal Global

IV. TENAGA KERJA & PRODUKTIVITAS 0.130 0.130

A. KETERSEDIAAN TENAGA KERJA 0.350 0.0461. Tenaga Kerja Usia Produktif 0.080 0.0042. Tenaga Kerja Pencari Kerja 0.190 0.0093. Tenaga Kerja Manufaktur SLTP Berpengalaman 0.080 0.001

B. PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA 0.410 0.0531. Produktivitas Tenaga Kerja Manufaktur 1.000 0.053

C. BIAYA TENAGA KERJA 0.240 0.0311. UMP / UMK 0.110 0.0032. Upah Aktual 0.130 0.004

V. INFRASRUKTUR FISIK 0.130 0.130

A. KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR FISIK 0.540 0.0701. Ketersediaan Jalan 0.110 0.0082. Ketersediaan Pelabuhan Laut 0.110 0.0083. Ketersediaan Pelabuhan Udara 0.050 0.0044. Ketersediaan Sambungan Telepon 0.130 0.0095. Ketersediaan Pasokan Listrik 0.140 0.010

B. KUALITAS INFRASTRUKTUR FISIK 0.460 0.0601. Kualitas Jalan Darat 0.070 0.0042. Kualitas Pelabuhan Laut 0.070 0.0043. Kualitas Pelabuhan Udara 0.060 0.0044. Kualitas Sambungan Telepon 0.110 0.0075. Kualitas Tegangan Listrik 0.150 0.009

Keterangan: Indikator - Variabel yang dihapuskan

Cetak Miring : Indikator - Variabel Baru / Penyempurnaan

: Reposisi Pengelompokan Indikator ke Variabel - Faktor Lain

Page 136: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

123

Lampiran 11

Metodologi

A. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Fokus penelitian ini adalah daerah tingkatkabupaten dan kota. Hal ini berdasarkan UUNo.22 tahun 1999 yang kemudian direvisidengan UU No.32 tahun 2004 yangmeletakkan titik tekan otonomi daerah padadaerah Kabupaten dan Kota. Oleh karenanya,otonomi daerah menempatkan daerahKabupaten/Kota sebagai ujung tombak dalampelayanan kepada masyarakat danpembangunan. Desentralisasi kewenangan dibidang pemerintahan menempatkankabupaten/kota untuk aktif dalam upayapenciptaan iklim yang kondusif bagi investasiyang bertujuan untuk mendukungpertumbuhan perekonomian daerah.Karenanya, penelitian ini mendefinisikankabupaten/kota sebagai obyek pemeringkatandaya tarik investasi daerah.

Penentuan daerah-daerah yangdiperingkatkan, pada prinsipnya dilakukandengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Keterwakilan daerah berdasarkan strukturekonomi (daerah Kabupaten dan Kota,daerah berbasis ekonomi sektor primer,sekunder dan tersier, dan subsektorperekonomian – daerah manufaktur,perdagangan dan jasa, pertanian,perkebunan, kehutanan, perikanan, dansebagainya);

2. Ketersediaan data indikator yangdibutuhkan dari masing-masing daerahuntuk melakukan pemeringkatan;

3. Ketersebaran atau keterwakilan daerah dimasing-masing bagian wilayah di Indonesia(wilayah Indonesia Bagian Barat, Tengah,dan Indonesia Bagian Timur);

4. Keterjangkauan atau aksesibilitas untukmelakukan penelitian lapangan;

5. Penambahan daerah yang diperingkatuntuk tahun-tahun berikutnya, jugamempertimbangkan prinsip-prinsip padabutir 1 – 4 di atas.

Jumlah daerah kabupaten/kota yangdiperingkat dari tahun ke tahun terusmengalami peningkatan. Pertama kalipemeringkatan dilakukan oleh KPPOD padatahun 2001, jumlah daerah kabupaten/kotayang diperingkat adalah sebanyak 90 daerah(68 kabupaten, 22 kota di 21 propinsi). Padatahun 2002, jumlah ini bertambah menjadi134 daerah (97 kabupaten, 37 kota di 26propinsi). Kemudian bertambah lagi menjadi200 daerah (156 kabupaten, 44 kota di 29propinsi pada tahun 2003. Selanjutnya, tahun2004 daerah yang diperingkat menjadi 214daerah (163 kabupaten, 51 kota di 29propinsi). Jumlah ini bertambah terus padaPemeringkatan Daya Saing InvestasiKabupaten/Kota di Indonesia untuk Tahun2005 menjadi sebanyak 228 Kabupaten/Kota,terdiri dari 169 Kabupaten dan 59 Kota.Seluruhnya tersebar di 29 Propinsi diIndonesia. Jumlah ini merupakan 52,4% dariseluruh jumlah kabupaten/kota yang ada di

Page 137: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005124

Indonesia, yang pada tahun 2005 berjumlah435 kabupaten/Kota. Pada tahun 2005 ini ada4 (empat) propinsi yang tidak terwakili, yakniPropinsi Nanggroe Aceh Darusalam, Maluku,Maluku Utara dan Propinsi Sulawesi Barat.Daerah-daerah ini tidak masuk sebagai daerahpenelitian dengan pertimbangan bahwadaerah-daerah ini merupakan daerah konflik.Sementara untuk Propinsi Sulawesi Baratkarena merupakan daerah baru yangadministrasi pemerintahannya belumterbentuk secara stabil.

B. PENDEKATAN PENELITIAN

Pendekatan penelitian yang digunakanuntuk pemeringkatan ini adalah The AnalyticHierarchy Proccess (AHP). AHP merupakansalah satu model untuk pengambilankeputusan yang dapat membantu kerangkaberpikir manusia. Peralatan utama darimodel ini adalah sebuah hirarki fungsionaldengan input utamanya persepsi manusia.Pada dasarnya AHP adalah metode yangdigunakan untuk memecahkan suatumasalah yang kompleks dan tidak terstrukturke dalam kelompok-kelompoknya;menempatkan kelompok-kelompok tersebutke dalam suatu hirarki; menentukan danmemasukkan ni lai numerik sebagaipengganti persepsi manusia dalammelakukan perbandingan relat i f ; danakhirnya dengan suatu sintesa, ditentukanelemen mana yang mempunyai prioritastertinggi.

Dalam konteks pemeringkatan daya sainginvestasi daerah, selain untuk membangunhirarki pemeringkatan, pendekatan AHPjuga digunakan untuk melakukan

pembobotan faktor, variabel, dan indikatoryang mempengaruhi daya saing investasisuatu daerah. Prinsip metode AHPdigunakan untuk memberikan bobot tiapfaktor, variabel, dan indikator denganperbandingan antar faktor, variabel,indikator satu dengan lainnya. Bobot yanglebih besar dari suatu indikator,menunjukkan suatu indikator tertentumengandung ni lai lebih pentingdibandingkan indikator lainnya dalammenentukan daya saing investasi suatudaerah.

Berdasarkan identif ikasi t ingkat danelemen-elemen untuk tujuan pemeringkatandaya saing daerah Kabupaten/Kotaterhadap investasi, dari pemahaman studiliteratur, opini para pelaku usaha, masukanpara ahli dan hasil pemeringkatan yangdilakukan KPPOD sebelumnya; variabel-variabel yang mempengaruhi daya sainginvestasi daerah dapat dikelompokkankedalam 5 ( l ima) faktor. Denganmenggunakan pendekatan AHP, ditentukan5 faktor untuk menilai daya saing investasisuatu daerah yakni sebagai berikut: (1).Kelembagaan, (2). Sosial Pol it ik, (3).Perekonomian Daerah, (4). Tenaga Kerja danProduktivitas, dan (5). Infrastruktur Fisik.

Kelima Faktor tersebut diuraikan lagi kedalam variabel-variabel (14 variabel) danindikator- indikator (47 indikator).Berdasarkan pendekatan AHP, faktor,variabel, dan indikator disusun dalan sebuahhirarkhi fungsional. Hirarki fungsional yangdigunakan untuk melakukan pemeringkatandaya saing investasi daerah pada tahun2005 adalah sebagai berikut :

���������������������� � ���� ��������

������ ������ ����������� ������������� � �

�������������

���!���!"��#�$����

��%�&�������!�'

���� � ������(��#

�(#����

��� ����

��)�$�

������������������������

��!����!��(�( �

�(�������(�( �

���#������

����!��)������

���$���

����!��)���� �*!���!����!�����

���#���� �*!���!����!�����

Page 138: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

125

1.Konsistensi Pelaksanaan Rencana Tata Ruangdan Wilayah (RTRW) (Tidak berubah-ubah),

2.Kesesuaian penetapan harga tanah (NJOP)dengan (berdasarkan) harga pasaran tanah.

Konsistensi pemberlakuan dan pelaksanaankeputusan peradilan terkait kasus kasus bisnis:1.Sengketa antar pengusaha dengan tenaga kerja

menyangkut pengupahan, pesangon, dansebagainya,

2.Sengketa pengusaha dengan masyarakatmengenai status kepemilikan tanah dan gantirugi atas pembebasan tanah untuk kegiatanusaha,

3.Sengketa usaha.

1.Rasio besarnya pungli diluar birokrasi terhadapbiaya produksi,

2.Persepsi pelaku usaha terhadap upaya pemdadalam memberantas pungutan liar.

1.Kecepatan respon aparat keamanan terhadaplaporan gangguan keamanan,

2.Koordinasi yang dilakukan antara pemda danaparat keamanan dalam menanggulangigangguan keamanan,

3.Upaya pemda menggurangi keberadaangangguan keamanan yang ada di daerah.

1.Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemdadalam mengatasi persoalan-persoalan yangbiasa dihadapi oleh dunia usaha,

2.Penyediaan lahan usaha,3.Kemudahan perizinan,4.Pemberantasan pungutan liar dalam birokrasi

perizinan usaha,5. Fasilitasi / Pengembangan UKM.

Data Primer /Persepsi Dunia Usaha

Data Primer /Persepsi Dunia Usaha

Data Primer /Persepsi Dunia Usaha

Data Primer /Persepsi Dunia Usaha

Data Primer /Persepsi Dunia Usaha

No. Faktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-Indikator Sumber DataKeteranganKeteranganKeteranganKeteranganKeterangan

A. FAKTOR KELEMBAGAAN

1. Variabel Kepastian Hukum

1 Konsistensi Peraturan yang MengaturKegiatan Usaha :Indikator ini digunakan mengukur apakah suatuperaturan/kebijakan daerah diterapkan secarakonsisten atau tidak, dan apakah suatu perubahankebijakan dapat diprediksi oleh para pelaku usaha.

2 Penegakan Keputusan Peradilan:Mengukur kepastian bahwa suatu keputusanperadilan dapat dijalankan sebagaimana yang sudahditetapkan. Indikator juga digunakan mengukurpengaruh dari pemda dan DPRD terhadap penegakankeputusan peradilan atas kasus sengketa hukumdunia usaha dengan pihak-pihak lainya.

3 Pungli di luar Birokrasi terhadap KegiatanUsaha:Mengukur besarnya pungutan liar di luar birokrasiyang merupakan salah satu sumber ekonomi biayatinggi yang membebani dunia usaha, serta untukmengukur keseriusan pemda dalam mengatasimasalah pungutan liar yang berkembang di daerah.Dengan asumsi bahwa tingginya pungutan liar diluar birokrasi merupakan indikasi bahwa pemda tidakmampu atau kurang serius dalam mengatasipermasalahan yang membebani aktivitas usaha didaerahnya.

4 Respon Pemda dan Aparat KeamananMenanggulangi Gangguan Keamanan:Mengukur jaminan keamanan yang diberikan olehpemda kepada dunia usaha dalam melakukankegiatan usahanya. Respon pemerintah dan aparatkeamanan dalam mengatasi gangguan keamananyang dialami oleh para pelaku usaha di daerah.Melihat bagaimana pemda berkoordinasi denganaparat keamanan dalam mengatasi gangguankeamanan. Dari sisi aparat keamanan dilihatbagaimana respon aparat keamanan terhadaplaporan kegiatan usaha maupun terhadap lingkunganmasyarakat.

2. Variabel Aparatur dan Pelayanan

5 Respon Pemda terhadap Persoalan DuniaUsaha:Mengukur keseriusan pemda dalam meresponpermasalahan yang dihadapi oleh dunia usaha, daninisiatif pemda dalam menyelesaikan persoalandunia usaha tanpa menunggu persoalan tersebut dikeluhkan (disampaikan) kepada pemda.

Penjelasan dari setiap faktor, variabel, danindikator secara lengkap berdasarkan hirarkitersebut di atas adalah sebagai berikut:

Page 139: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005126

1. Kejelasan informasi mengenai proses perizinan,2. Kemudahan dan kejelasan prosedur per-izinan,3. Biaya perizinan,4. Ketepatan dan kecepatan waktu penyelesaian

sebuah perizinan,5. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh aparat/

petugas pelayanan yakni dari keramahtamahan,kecakapan,

6. Sistem pelayanan prima (Satu Atap) untukperizinan usaha,

7. Pelayanan pajak /retribusi daerah, dansebagainya.

1. Ketersediaan informasi mengenai potensiinvestasi yang ada di daerah,

2. Sarana promosi investasi,3. Inovasi promosi investasi.

1. Transparansi tender-tender proyek pemda, baikdari sisi informasi mengenai tender, maupunkeadilan,

2. Obyektivitas dalam memutuskan pemenangtender-tender proyek pemda,

3. Juga dilihat pungutan / kutipan-kutipan untukmemenangkan sebuah tender oleh pengusaha,

4. Dilihat juga besarnya biaya-biaya ilegal dalamproses perizinan oleh petugas atau aparatpelaksana,

5. Tingkat korupsi aparat pelayanan publik.

1. Dasar pengenaan tarif pungutan (pajak/retribusi),2. Struktur tarif pungutan.

1. Kejelasan prosedur dalam Perda, SK KepalaDaerah tentang Pajak; Retribusi dan PerizinanUsaha,

2. Kejelasan waktu penyelesaian perizinan,3. Kejelasan Biaya

1. Keberadaan ketentuan kewajiban penggunaantenaga kerja lokal (Proteksi tehadap tenaga kerjalokal),

2. Analisa Perda / SK Kepala Daerah tentangKetenagakerjaan.

1. Keterlibatan dunia usaha dalam proses perumusankebijakan daerah,

2. Kualitas dan media sosialisasi kebijakanpemerintah daerah.

Data Primer / PersepsiDunia Usaha

Data Primer / PersepsiDunia Usaha

Data Primer / PersepsiDunia Usaha

Analisis Perdabersumber dari: DataSekunderPemda & Depdagri

Analisis Perdabersumber dari: DataSekunder /Pemda & Depdagri

Data Primer / PersepsiDunia Usaha

Data Primer / PersepsiDunia Usaha

6 Birokrasi Pelayanan terhadap Dunia Usaha:Mengukur kualitas birokrasi pelayanan terhadap usaha,khususnya dalam hal perizinan usaha.

7 Informasi Potensi Investasi Daerah:Mengukur ketersediaan informasi mengenai potensiinvestasi di daerah yang dibutuhkan oleh investor, sertaketersediaan sarana-sarana yang digunakan untukmelakukan promosi potensi investasi daerah.

8 Penyalahgunaan Wewenang Aparat Pemda:Mengukur tingkat penyelewengan kewenangan pejabatdan aparat Pemda dalam berhubungan dengan duniausaha.

3. Variabel Kebijakan Daerah

9 Kejelasan Biaya / Tarif dalam Peraturan Daerah:Mengukur kejelasan besaran biaya dan struktur tarifuntuk menentukan besarnya pajak dan retribusi daerahsebagai kepastian dan kemudahan dalam menetapkanbiaya-biaya resmi yang diatur dalam Perda/SK Kepaladaerah, yang harus dikeluarkan oleh pengusaha dalammenjalankan aktivitasnya.

10 Kejelasan Prosedur Pelayanan dalam PeraturanDaerah:Mengukur kejelasan prosedur pelayanan birokrasiterhadap dunia usaha yang tertuang dalam aturan formalberupa Perda atau SK Kepala Daerah.

11 Kebijakan Pemda tentang Mobilitas TenagaKerja/Penggunaan Tenaga Kerja:Mengukur hambatan mobilitas tenaga kerja dankebebasan untuk menggunakan tenaga kerja daridaerah-daerah lain di Indonesia akibat adanya kebijakandari pemda.

12 Kualitas proses perumusan kebijakan daerah(keterlibatah dunia usaha dalam perumusankebijakan):Mengukur keterbukaan birokrasi terhadap partisipasimasyarakat/dunia usaha dalam proses perumusankebijakan yang menyangkut kepentingannya (duniausaha), serta peluang masyarakat untuk mengawasipelaksanaan kebijakan dan sosialisasi kebijakankepada kalangan pengusaha.

No. Faktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-Indikator Sumber DataKeteranganKeteranganKeteranganKeteranganKeterangan

Page 140: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

127

4. Variabel Kepemimpinan Lokal

13 Kepemimpinan Kepala Daerah:Mengukur pengaruh kepemimpinan kepala daerah dalamketeladanan terhadap bawahannya dalam halkedisiplinan, serta upaya-upaya kepala daerah dalammendisiplinkan / menindak bawahannya yangmelakukan pelanggaran.

14 Inisiatif Kepala Daerah dalam PengembanganIklim Investasi:Mengukur inisiatif yang dilakukan oleh Kepala Daerahdalam menciptakan iklim investasi yang kondusif dantertuang dalam kebijakan daerah secara formal. Dilihatpula bagaimana inisiatif Kepala Daerah dalam menjalinkomunikasi / dialog dengan pelaku usaha di daerah,dan peran Kepala Daerah dalam melakukan promosipeluang investasi (upaya menarik investasi) daerah.

15 Hubungan Kepala Daerah dengan Pelaku Usaha:Mengukur pengaruh hubungan antara Kepala Daerahdengan dunia usaha dalam rangka terciptannya iklimusaha yang sehat.

B. FAKTOR KEAMANAN, POLITIK & SOSIAL BUDAYA

1. Variabel Keamanan

16 Keamanan Kegiatan Usaha:Mengukur rasa aman dan pengaruh tingkat kriminalitasterhadap terhadap aktivitas usaha mereka.

17 Keamanan Masyarakat Lingkungan SekitarTempat Kegiatan Usaha:Mengukur tingkat kriminalitas yang dialami masyarakatdi lingkungan sekitar kegiatan usaha, yang secara tidaklangsung mempengaruhi kenyamanan dalam melakukankegiatan usaha.

18 Dampak Kegiatan Unjuk Rasa di Daerah:Mengukur pengaruh kegiatan unjuk rasa yang terjadi didaerah terhadap aktivitas usaha, baik unjuk rasa yangsecara langsung ditujukan oleh kalangan dunia usaha(unjuk rasa buruh, masyarakat sekitar, dll), maupunkegiatan unjuk rasa yang tidak secara langsung ditujukankepada kegiatan usaha, yang pada akhirnya berpengaruhterhadap aktivitas perekonomian daerah (unjuk rasamahasiswa, masyarakat dan lain-lain).

2. Variabel Politik

19 Hubungan Eksekutif – Legislatif:Mengukur intensitas konflik antara eksekutif (pemda)dan Legislatif (DPRD) dalam satu tahun terakhir, danpengaruhnya terhadap palayanan terhadap dunia usaha.

20 Hubungan antar parpol, ormas, dan lainsebagainya:Mengukur pengaruh kualitas hubungan antar partaipolitik, organisasi sosial kemasyarakatan di daerahterhadap aktivitas usaha.

1.Kemampuan Kepala Daerah (Bupati / Walikota)menertibkan aparat pemda,

2.Sikap disiplin Kepala Daerah terhadap bawahannya,3.Tindakan-tindakan yang diambil kepala daerah

terhadap penyimpangan yang dilakukan olehbawahannya,

4.Upaya Kepala Daerah dalam memberantas praktik-praktik KKN dilingkungan Pemda.

1. Inisiatif untuk membuat kebijakan (formal/informal)dalam pengembangan iklim investasi,

2. Inisiatif dalam melakukan promosi investasi,3. Inisiatif dalam menjalin/membuat forum

komunikasi dengan kalangan pengusaha.

1.Kualitas hubungan dan dialog yang terjalin antaraKepala Daerah dengan para pelaku usaha,

2.Tingkat penyalahgunaan kewenangan dan jabatanyang dilakukan oleh Kepala Daerah terhadap duniausaha.

1. Intensitas gangguan keamanan terhadap aktivitasbisnis,

2.Rasa aman dari gangguan keamanan usaha.

1.Jenis-jenis gangguan kriminalitas di masyarakat,2.Rata-rata kejadian / intensitas kriminalitas di

lingkungan masyarakat,3.Rasa aman masyarakat di lingkungan kegiatan

usaha.

1.Banyaknya kegiatan unjuk rasa terhadapperusahaan yang mengganggu aktivitas usaha,

2.Banyaknya kegiatan unjuk rasa selain terhadapkegitan usaha, yang mengganggu aktivitas usaha,

3.Pengaruh kegiatan usaha terhadap kegiatan usaha.

Pengaruh hubungan eksekutif dan legislatif di daerahterhadap pelayanan terhadap dunia usaha.

1. Intensitas konfik antar partai politik di parlemen.2. Intensitas konfik politik antar organisasi

kemasyarakatan.

Data Primer / PersepsiDunia Usaha

Data Primer / PersepsiDunia Usaha

Data Primer / PersepsiDunia Usaha

Data Primer / PersepsiDunia Usaha

Data Primer / PersepsiDunia Usaha

Data Primer / PersepsiDunia Usaha

Data Primer / PersepsiDunia Usaha

Data Primer / PersepsiDunia Usaha

No. Faktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-Indikator Sumber DataKeteranganKeteranganKeteranganKeteranganKeterangan

Page 141: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005128

3. Variabel Sosial Budaya

21 Sikap Keterbukaan Masyarakat terhadapKegiatan Usaha:Mengukur bagaimana sikap keterbukaan masyarakatterhadap suatu kegiatan usaha baru di daerah, danketerbukaan masyarakat terhadap pelaku usaha yangdatang dari luar daerahnya.

22 Sikap Keterbukaan Masyarakat terhadapTenaga Kerja dari Luar Daerah:Mengukur bagaimana sikap keterbukaan masyarakatdaerah terhadap penggunaan tenaga kerja dari luardaerah, serta keinginan masyarakat daerah untukmendapat prioritas dan diproteksi dalam pasartenaga kerja di daerah.

23 Etos Kerja Masyarakat Daerah:Mengukur profesionalitas masyarakat (tenaga kerjadari daerah) yang dilihat dari kedisipinan waktudan semangat bekerja, juga dari keterampilan dankecakapan dalam menjalankan pekerjaan. Selainitu juga mengukur daya dukung penduduk,masyarakat, pelaku usaha, dan pekerja di daerahyang menunjukkan semangat kerja keras dan dapatbersaing secara sehat.

24 Kemudahan Memperoleh Hak atasPenguasaan Tanah di Daerah:Mengukur hambatan dan kemudahan dalammemperoleh hak pengunaan/penguasaan lahan untukkegiatan usaha, baik hambatan yang ditimbulkanoleh persoalan keberadaan tanah ulayat/adat didaerah tersebut, maupun yang ditimbulkan olehfaktor diluar keberadaan tanah ulayat serta upayapemda dalam masalah penyediaan lahan untukkegiatan usaha, baik yang ditimbulkan olehkeberadaan tanah ulayat, maupun karena faktorlainya terkait dengan masyarakat.

25 Potensi Konflik antar Anggota Masyarakat:Mengukur apakah struktur sosial masyarakat didaerah dilihat dari segmentasi agama, ras, dandistribusi pendapatan yang berpotensi memicuterjadinya konfik sosial. Dilihat juga apakah konfliksosial yang terjadi di daerah berpengaruh terhadapaktivitas usaha di daerah yang bersangkutan.

C. FAKTOR EKONOMI DAERAH

1. Variabel Potensi Ekonomi (Input)

26 Daya Beli Masyarakat (PDRB Perkapita):Mengukur daya beli / kemampuan berkonsumsipenduduk di daerah, yang merupakan pasar lokaldari output kegiatan usaha

27 Pertumbuhan Ekonomi Daerah:Mengukur proyeksi perkembangan perekonomiandaerah untuk prospek kegiatan usaha dalam jangkapanjang.

1.Resistensi masyarakat terhadap keberadaanaktivitas usaha,

2.Pelaku usaha dari luar daerah:

Resistensi masyarakat tehadap penggunaantenaga kerja dari luar daerahnya: Keinginanmasyarakat (tenaga kerja lokal) untuk diproteksi(mendapat prioritas) dalam persaingan di pasartenaga kerja.

Semangat bekerja keras, dan bersaing secarasehat dari masyarakat daerah: Profesionalitastenaga kerja (masyarakat) di daerah.

Keberadaan tanah ulayat, yang menjadi hambatanpenguasaan tanah akibat ketentuan tanah adat:Hambatan status kepemilikan / hak pengelolaanatas tanah / lahan usaha yang ditimbulkan olehketentuan tanah adat / tanah ulayat (nilai budayalokal)

Tingkat kesenjangan sosial ekonomi masyarakat:1.Struktur sosial masyarakat,2.Distribusi pendapatan berdasarkan latar

belakang sosial masyarakat (etnis, kelassosial, dan sebagainya).

PDRB Perkapita: PDRB Perkapita Kab/Kota tahunterakhir (2004), atau PDRB ADH Berlaku &Jumlah Penduduk

Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi tiga tahunterakhir: PDRB Kab/Kota Atas Dasar HargaKonstan selama 3 Tahun Terakhir

Data Primer /Persepsi Dunia Usaha

Data Primer /Persepsi Dunia Usaha

Data Primer /Persepsi Dunia Usaha

Data Primer /Persepsi Dunia Usaha

Data Primer /Persepsi Dunia Usaha

Data Sekunder dari: BPS Daerah/BPSPusat (PDRB) Tahun2004

Data Sekunder dari:BPS Daerah/BPSPusat (PDRB Atasdasar harga KonstanTahun 2000-2004)

No. Faktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-Indikator Sumber DataKeteranganKeteranganKeteranganKeteranganKeterangan

Page 142: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

129

28 Tingkat Kemahalan Investasi:Mengukur tingkat kesulitan dan kemahalan untukmelakukan kegiatan usaha di daerah yang diukur denganIndeks Kemahalan Harga Konstruksi.

2. Variabel Struktur Ekonomi (Output)

29 Pertumbuhan Kontribusi Ekonomi Sektor Primer(Agrikultur):Mengukur arah perkembangan perekonomian dilihatdari pertumbuhan sektor primer. Arah pergeseran peransektoral terhadap perekonomian suatu daerah adalahdari sektor primer ke arah tersier.

30 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Sekunder (IndustriPengolahan / Manufaktur):Mengukur tingkat perkembangan perekonomian daerahyang bergeser dari peran sektor primer menuju yanglebih modern, dengan digantikannya sektor primermenuju sektor moderen yakni pada peningkatan peransektor sekunder (industrialisasi).

31 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Tersier(Perdagangan, Jasa, Keuangan, dll):Mengukur tingkat perkembangan perekonomian daerahyang mengarah pada sektor yang lebih modern lagi.Peningkatan yang pesat pada sektor tersiermenunjukkan bahwa perkembangan daerah tersebuttelah mencapai tahapan modernisasi

D. FAKTOR KETENAGAKERJAAN

1. Variabel Ketersedaiaan Tenaga Kerja

32 Ketersediaan Tenaga Kerja Pencari Kerja:Mengukur ketersediaan tenaga kerja yang dilihat darijumlah tenaga kerja dari angkatan kerja yang belumtersalurkan dalam lapangan pekerjaan.

33 Ketersediaan Tenaga Kerja Usia Produktif:Mengukur ketersediaan tenaga kerja yang berasal daripenduduk yang berusia produktif.

2. Variabel Kualitas Tenaga Kerja

34 Ketersediaan Tenaga Kerja Terdidik.:Mengukur kualitas tenaga kerja di daerah dilihat daritingkat pendidikannya. Tingkat pendidikan berpengaruhpada tingkat keterampilan dan kemampuan dalammenyerap teknologi modern sebagai tuntutan lapangankerja modern yang lebih efisien dan profesional.

35 Produktivitas Tenaga Kerja:Mengukur tingkat produktivitas tenaga kerja di daerahsebagai daya dukung kegiatan ekonomi yang produktif.

3. Variabel Biaya Tenaga Kerja

36 Biaya Tenaga Kerja berdasarkan Aturan Formal:Mengukur tingkat kompensasi untuk pekerja secarakeseluruhan berdasarkan aturan formal sebagai biayayang dikeluarkan oleh pengusaha

Indeks Harga Kemahalan Konstruksi:Indeks Kemahalan Konstruksi

Pertumbuhan PDRB Sektor Sekunder:Pertumbuhan PDRB Sektor Primer : PDRB Kab/Kota Atas Dasar Harga Konstan selama 3 TahunTerakhir

Pertumbuhan PDRB Sektor Tersier:PDRB Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstanselama 3 Tahun Terakhir

PDRB Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstanselama 3 Tahun Terakhir

Rasio Penduduk Pencari Kerja terhadap PendudukAngkatan Kerja: Penduduk Umur 15 Tahun Keatasmenurut Kegiatan Utama

Diukur dari rasio antara jumlah penduduk usiaproduktif (15-60th) terhadap jumlah penduduk didaerah secara keseluruhan

Rasio tenaga tenaga kerja berpendidikan minimalSLTA dibandingkan dengan Total Tenaga Kerjayang ada di daerah.

Rasio antara Jumlah Tenaga Kerja SektorManufaktur terhadap Kontribusi PDRB SektorManufaktur.

Tingkat Upah Tenaga Kerja Umur 15 Tahun KeatasBerdasarkan Lapangan Kerja Utama

Data Sekunder dariBPS Daerah /BPSPusat

Data Sekunderdari: BPS Daerah/BPSPusat (PDRB ADHKonstan) Tahun 2001-2004

Data Sekunderdari: BPS Daerah/BPSPusat (PDRB ADHKonstan) Tahun 2001-2004

Data Sekunderdari: BPS Daerah/BPSPusat (PDRB ADHKonstan) Tahun 2001-2004

Data Sekunderdari: BPS Daerah/BPSPusat (Sakernas)

Data Sekunder dari:BPS Daerah/BPSPusat (Kependudukan)

Data Sekunderdari: BPS Daerah/BPSPusat (Sakernas)

Data Sekunder dari:BPS Daerah/BPSPusat (PDRB ADHBerlaku & Sakernas)

Data Sekunder dari: BPS Daerah/BPSPusat (Sakernas)

No. Faktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-Indikator Sumber DataKeteranganKeteranganKeteranganKeteranganKeterangan

Page 143: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005130

37 Biaya Tenaga Kerja Aktual:Mengukur biaya tenaga kerja berdasarkan sektor-sektorusaha yang sesungguhnya akan dikeluarkan olehpengusaha. Diukur dari rata-rata upah tenaga kerjaberbagai sektor yang ada di daerah.

E. FAKTOR INFRASTRUKTUR

1. Variabel Ketersediaan Infrastruktur

38 Ketersediaan Jalan (dan/atau Alternatif JalanDarat = Sungai):Mengukur ketersediaan jalan darat yang dapatmenghubungkan pusat-pusat kegiatan ekonomi di daerahbaik intra daerah sendiri maupun ke daerah lainnya.Selain jalan darat juga dilihat alternatif saranatransportasi sungai.

39 Ketersediaan Pelabuhan Laut:Mengukur ketersediaan Pelabuhan laut sebagaipenunjang kegiatan ekonomi yang memperlancarkegiatan perdagangan dengan dengan daerah-daerah lainmaupun ke manca negara.

40 Ketersediaan Pelabuhan Udara:Mengukur ketersediaan pelabuhan udara sebagaipenjunjang kegiatan ekonomi yang memperlancarhubungan perekonomian dan bisnis dengan daerah-daerah pusat kegiatan ekonomi lainnya dan ke mancanegara.

41 Ketersediaan Saluran (sambungan) Telpon:Mengukur ketersediaan sarana komunikasi sebagaipenunjang kegiatan bisnis.

42 Ketersediaan Saluran (sambungan) Listrik:Mengukur ketersediaan energi listrik sebagai sumberenergi untuk kegiatan usaha produktif.

2. Variabel Kualitas Infrastruktur

43 Kualitas Jalan (dan/atau Alternatif Jalan Darat =Sungai):Mengukur kualitas dan daya dukung jalan darat dansungai yang tersedia di daerah yang akan memperlancarkegiatan usaha.

44 Akses & Tipe Pelabuhan Laut:Mengukur kemudahan mencapai pelabuhan laut sertakemampuan/kapasitas pelabuhan laut untuk melayanikegiatan perkonomian yang semakin besar.

45 Akses & Tipe Pelabuhan Udara:Mengukur kemudahan mencapai pelabuhan udara dankelancaran penerbangan yang memperlancar hubungandengan daerah-daerah yang menjadi pusat kegiatanbisnis lainnya.

Upah Minimum Propinsi atau Upah MinimumKabupaten/kota Tahun Terakhir

Rasio Panjang Jalan terhadap Luas Wilayah:1. Data Panjang Jalan di Kab/Kota;2. Data Luas Wilayah Kab/Kota

Keberadaan Pelabuhan Laut dan Tipe Pelabuhan Laut:1. Jarak dan waktu tempuh ke Pelabuhan Laut

Terdekat,2. Daftar Pelabuhan Laut dan Tipe Pelabuhan.

Keberadaan Pelabuhan Udara dan Tipe PelabuhanUdara:

1. Jarak dan waktu tempuh ke Pelabuhan UdaraTerdekat,

2. Daftar Pelabuhan Udara dan Tipe Pelabuhan Udara.

Rasio Antara Telpon Tersambung terhadap KapasitasTerpasang:1. Jumlah Kapasitas Terpasang,2. Jumlah Sambungan Terpakai (Pelanggan Telpon).

Rasio Antara Listrik Terpasang terhadap KapasitasTerpasang di Daerah:1. Jumlah Kapasitas Terpasang,2. Jumlah Sambungan Terpakai (Pelanggan Listrik)

Rasio Panjang Jalan Berkualitas Baik dan Sedangdengan Total Panjang Jalan:1. Data Panjang Jalan Menurut Kualitas,2. dan Jenis Permukaan.

Jarak dan waktu tempuh ke Pelabuhan Laut Terdekat;atau Jumlah Pelayaran (Bongkar Muat Barang)Perbulan di Pelabuhan laut Terdekat:1. Jarak Ibukota Kab/Kota ke Pelabuhan Laut,2. Jumlah Pelayaran Kapal (Bongkar dan Muat Barang

Perbulan/Tahun di Pelabuhan Laut).

Jarak dan waktu tempuh ke Pelabuhan Udara UdaraTerdekat; atau Rata-rata Penerbangan Pesawat UdaraPerbulan/Pertahun:1. Jarak Ibukota Kab/Kota ke Pelabuhan Udara,2. Tipe Pelabuhan Udara,3. Rata-Rata Keberangkatan dan Kedarangan Pesawat

Perbulan /Tahun.

Data Sekunder dari:APINDO (UMP/UMK)

Data Sekunderdari: BPS Daerah-BPSPusat Atau data PrimerPersepsi Dunia Usaha

Data Sekunderdari: BPS Daerah-BPSPusat, Dephub; Ataudata Primer PersepsiDunia Usaha

Data Sekunderdari: BPS Daerah-BPSPusat, Dephub; Ataudata Primer PersepsiDunia Usaha

Data Primer PersepsiPelaku Usaha

Data Primer PersepsiPelaku Usaha

Data Sekunderdari: BPS Daerah-BPSPusat Atau data PrimerPersepsi Dunia Usaha

Data Primer PersepsiPelaku Usaha

Data Primer PersepsiPelaku Usaha

No. Faktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-Indikator Sumber DataKeteranganKeteranganKeteranganKeteranganKeterangan

Page 144: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

131

No. Faktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-IndikatorFaktor-Variabel-Indikator Sumber DataKeteranganKeteranganKeteranganKeteranganKeterangan

46 Kualitas Sambungan Telpon:Mengukur kualitas kelancaran berkomunikasi keberbagai pusat kegiatan bisnis, kualitas sambungankomunikasi telepon yang tersedia di daerah.

47 Kualitas Pasokan Listrik:Mengukur kualitas suplai listrik yang tersedia di daerah,yang dapat memenuhi kebutuhan sumber energi yangbaik bagi kegiatan usaha.

Rata-rata intensitas Gangguan Telepon per bulan;Kemudahan Mengakses Telpon:1. Intensitas gangguan telpon,2. Kemudahan melakukan sambungan telpon.Rata-rata Intensitas Gangguan Listrik Perbulan:1. Rata-rata lamanya pemadaman listrik perbulan,2. Kualitas tegangan listrik (stabil tidaknya)

sambungan tenaga listrik di daerah.

Data Primer PersepsiPelaku Usaha

Data Primer PersepsiPelaku Usaha

C. DATA INDIKATOR PEMERINGKATAN

C.1. Jenis Data

Data-data yang digunakan untuk penelitianini merupakan gabungan antara data primerberupa data kualitatif yang diperoleh denganmelakuan survei lapangan kepada nara sumberpelaku usaha di daerah dan data sekunderberupa data-data statistik daerah yang ada.

a. Data PrimerData primer terdiri dari dua macam,yakni:

l Data primer berupa bobot faktor,variabel, dan indikator yangmempengaruhi daya saing terhadapinvestasi, berdasarkan persepsi duniausaha,

l Data primer berupa persepsi dunia usahaberkaitan dengan kondisi indikator-indikator daya saing investasi suatudaerah. Data primer persepsi duniausaha ini untuk memperoleh nilaiintensitas indikator-indikator daya sainginvestasi suatu daerah.

b. Data SekunderData-data stastistik daerah (existingstatistic data) diantaranya adalah Perda,Statistik Ekonomi, Ketenagakerjaan,Infrastruktur, Demografi dan sebagainya.Data dan jenis data yang digunakanuntuk pemeringkatan tahun 2005 sepertiterlihat pada tabel di atas.

C.2. Teknik Pengumpulan Data

a. Pengumpulan data yang berupa data-data statistik daerah yang ada (datasekunder) di lakukan dengan

mengumpulkan data-data statistikdaerah yang berasal dari berbagailaporan yang diberikan oleh lembagapemerintah dan non pemerintah (sepertiBPS, BI, Depdagri, Pemda, KADIN,APINDO dll), serta berbagai laporanpenelitian sebelumnya.

b. Data Bobot Faktor, Variabel, danIndikator. Bobot pengaruh masing-masing faktor, variabel, dan indikatorterhadap daya saing investasi suatudaerah adalah bervariasi / berbeda.Pembobotan faktor, variabel, danindikator pemeringkatan dilakukandengan menggunakan metode The Ana-lytic Hierarchy Proccess (AHP). Hal inidimaksudkan untuk menentukan bobotpengaruh tiap variabel dan indikatortersebut dalam membentuk daya sainginvestasi daerah. Data pembobotanmasing-masing faktor, variabel danindikator dilakukan melalui wawancaralangsung dengan responden (face to faceinterviews) dengan menggunakanbantuan kuesioner The Analytic HierarchyProccess (AHP) kepada 2 sampai dengan3 orang responden pengusaha daerahdi setiap daerah penelitian dari 43wilayah penelitian daerah penelitian.

c. Pengumpulan data persepsi dunia usahatentang daya saing investasi daerah.Data persepsi dunia usaha diperolehdengan metode survei wawancaralangsung (face to face interviews).Wawancara dilakukan denganmenggunakan kuesioner yangdirumuskan secara terstruktur dansistematis. Responden untuk penelitianini adalah para pelaku usaha di setiap

Page 145: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005132

daerah penelitian yang representatifsehingga memungkinkan data yang diisidalam kuesioner merupakan suatu datayang telah mempunyai nilai obyektivitasyang tinggi sesuai dengan pengetahuan/pengertian/kepercayaan individutentang obyek sikap (kognitif) karenapengalaman, lamanya seseorangmengalami aktivitas (bekerja) ataumenghadapi persoalan yang diteliti.

C.3. Teknik Pengambilan Sampel Responden:

a. Sampling Responden Pembobotan(AHP)

Berdasarkan pendekatan AHP, yangmenjadi narasumber untuk melakukanpembobotan adalah seorang ahli(expert). Yang dimaksud dengan expertdisini tidak harus seseorang yang pakarpada satu bidang keilmuan tertentu,melainkan orang yang tahu betul akanpermasalahan yang hendak diteliti.Dalam konteks pemeringkatan dayasaing investasi daerah, expert yangdimaksud dalam penelitian ini adalahorang-orang yang paham benarmengenai seluk beluk kegiatan investasi,dan sering terlibat atau berpengalamandalam melakukan kegiatan investasi.Dengan demikian, mereka dapatmemberikan pendapat mengenaipertimbangan-pertimbangan yangmelandasi seorang investor maumenanamkan modalnya di suatu daerah.Untuk itu, pelaku usaha merupakanorang yang tepat untuk dijadikanresponden dalam menentukan bobotpengaruh faktor, variabel, dan indikatoryang digunakan untuk pemeringkatandaya saing investasi daerah. Jumlahresponden menjadi tidak penting dalammenentukan bobot. Yang lebih pentingadalah kualitas atau pengetahuanresponden akan permasalahan yangdimaksud. Untuk itu, pengambilansampel responden dilakukan secarapurposif, dengan melibatkan parapelaku usaha yang berpengalaman

dalam hal melakukan kegiatan investasi.Karena kegiatan usaha mencakupbeberapa sektor, maka pelaku usaha yangmenjadi responden untuk pembobotanini diwakili juga oleh para pelaku dariberbagai sektor kegiatan usaha.

b. Sampling Responden IntensitasPemeringkatan

Berbeda dengan penelitian tahun-tahunsebelumnya (2001 – 2004) yangmengunakan metode purposive sampling,untuk penelitian tahun 2005 dilakukandengan teknik pengambilan samplingsecara Random Sistematis atau yang jugasering disebut dengan RandomSistematik Sampling. Sampling denganmenggunakan metodologi ini adalahsampel yang diperoleh dari suatu daftarsemua unit dalam populasi sesuaidengan suatu pola pengambilan yangsistematis yang telah ditentukansebelumnya. Alat bantu yang seringdigunakan (dan juga digunakan untukpenelitian ini) adalah memilih sampeldengan interval atau selang yang teraturdari daftar semua unit dalam populasi.Populasi dari obyek penelitian ini adalahperusahaan/pengusaha yang ada disuatu daerah penelitian (kabupaten/kota). Untuk itu diperlukan adanya daftarseluruh perusahaan/pengusaha yangada di daerah penelitian. Tahapan-tahapan dalam pengambilan samplingresponden dengan cara sistematis acakadalah sebagai berikut:

1) Mencari dan membuat daftarpengusaha/perusahaan yang ada didaerah. Daftar pengusaha/perusahaan di daerah dapat diperolehdari instansi pemerintah, dan/ataudari lembaga-lembaga (asosiasipengusaha yang ada di daerah :KADINDA; APINDO; dan sebagainya),dan ditambah dengan databaseresponden KPPOD pada penelitiantahun-tahun sebelumnya (2001-2004).

Page 146: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

133

2) Menggabungkan seluruh daftarresponden yang diperoleh dariberbagai sumber tersebut. Gabungandari seluruh daftar perusahaan/pengusaha yang diperoleh dariberbagai sumber tersebut dianggapsebagai populasi pengusaha/perusahaan yang ada di daerah yangbersangkutan.

3) Menentukan selang/interval sebagaidasar pengambilan sampel. Selanginterval diperoleh dengan rumussebagai berikut:

dimana;

S: Selang/Interval untuk menentukanresponden yang akan dipilih/diwawancarai

N: Jumlah populasi pengusahaan/perusahaan yang ada didaerah.Adalah gabungan seluruh daftarpengusaha/perusahaan yangdiperoleh dari berbagai sumber(instasi pemerintah, lembaga lainnyadi daerah, KPPOD).

X: Jumlah/Besarnya Sampel respondenyang akan diwawancarai. Besarnyasampel minimal 30 dan maksimal 40.

4) Menentukan dan memilihpengusaha/perusahaan sebagaisampel/responden. Dilakukandengan memilih perusahaan/pelakuusaha berjumlah 40 dari daftarperusahaan/pengusaha (point 2)yang ada di setiap daerah dengan in-terval/selang yang teratur dalamdaftar tersebut.

D. PROFIL RESPONDEN

Penelitian lapangan dilakukan dalam kurunwaktu 2 (dua) bulan yakni dari September s/dawal Nopember 2005. Ada dua kelompokresponden yang diwawancarai untukpemeringkatan tahun 2005.

1. Profile Responden AHP

Kelompok pertama adalah respondenuntuk memperoleh bobot faktor, variabeldan indikator pemeringkatan, yangkemudian disebut dengan responden AHP.Jumah responden AHP secara keseluruhanberjumlah 130 orang, yang tersebar di 43wilayah penelitian, yang tersebar di 25propinsi di Indonesia. Responden AHP terdiridari para pelaku usaha yang bergerak diberbagai sektor usaha. Profil responden AHPadalah sebagai terlihat pada tabel di bawahini.

2. Responden Intensitas Indikator Rating

Kelompok responden kedua adalahresponden yang dimintakan data mengenaiintensitas indikator daya saing investasidaerah. Dalam pemeringkatan tahun 2005,jumlah responden yang berhasil diwawancariadalah sejumlah 8.727 pelaku usaha (baikpemilik usaha maupun pengelola usaha levelmanajer) yang tersebar di 228 daerahKabupaten dan Kota di Indonesia, atau rata-rata 38 responden untuk setiap daerah.Pengumpulan data melibatkan kurang lebih276 Pewawancara yang dikoordinir oleh 43Koordinator Penelitian Lapangan.

S = N/X�������������

����������������

��������� ���������������

���������������������� ��������

������������ �����������������

���������� �������

����� �������� ����������������������������������������� ����� ��������

! " #! #" $!

#

#

$

%

&

&

"

"

"

#!

##

#$

#"

#'

$

$

$

$

��������������� ���������������������

Page 147: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005134

Gambaran responden yang berhasildiwawancari adalah sebagai berikut :

Dilihat dari komposisi antara pemilik usahadan pengelola usaha, responden yangterwakili untuk pemeringakatan tahun 2005cukup seimbang yaitu 52.72% pemilik usahadan 43.44% pengelola usaha level manajerial.Lebih besarnya rasio pemilik usaha yangberhasil diwawancarai dalam penelitian inikarena sebagian besar perusahaan yang adadi daerah didominasi oleh skala usaha mikrodan UKM yang umumnya tidak memiliki hirarkimanajemen yang lebih kompleksdibandingkan dengan perusahaan skala besar.Sehingga, pemilik usaha sekaligus merangkapsebagai pengelola usaha. Secara teknis,kelompok ini lebih mudah untukdiwawancarai. Banyaknya pelaku usaha dalamarti pemilik usaha yang langsung menjadiresponden untuk pemeringkatan ini jugamengindikasikan bahwa mereka memilikipengetahuan responden akan seluk belukusaha dan situasi iklim investasi daerah yangcukup baik.

Skala usaha dilihat dari jumlah tenaga kerjayang dipekerjakan di perusahan didominasioleh skala usaha kecil dengan jumlah tenagakerja kurang dari 20 orang yaitu sebanyak82% perusahaan (responden). Sementarauntuk perusahaan skala menengah dan besarhanya berjumlah 17.32% (14.13%perusahaan dengan jumlah tenaga kerjaantara 20 sampai dengan 100 orang, dan3.19% perusahaan skala besar dengan jumlahtenaga kerja diatas 100 orang).

Dilihat dari tingkat pendidikan responden,terlihat bahwa responden untuk penelitian inimemiliki pendidikan yang cukup baik yakni

43.38% diantaranya lulus pendidikan tinggidari jenjang diploma hingga S3 (Doktor).Komposisi yang sedikit lebih besar adalahresponden dengan pendidikan lulus SLTAsederajat yakni sebesar 44.68% atau 3,899orang pengusaha. Mereka yang tidakmenamatkan pendidikan SLTA hanya sebesar12.01% responden. Komposisi respondenberdasarkan asal modal usaha didominasi olehpelaku usaha lokal, yakni sebesar 45.36% daritotal responden. Namun sayangnya cukupbanyak atau sekitar 40,63% responden yangtidak bersedia menyebutkan dari mana asalmodal usaha perusahaan mereka.

Dilihat dari bentuk badan hukum usaha,responden penelitian didominasi olehPerusahaan Perorangan (PO) atau UsahaRumah Tangga, yakni sebanyak 56.9%responden. Badan hukum perusahaanterbanyak ke dua adalah Perseroan Terbatas(PT), kemudian diikuti dengan CV sebanyak

�����()% !

! $! &! *! +! #!!

�����()$ #

)�,���()# $+

������� ##

�����)-�� &"

�����������)-�� #$

���������� %

�����������������������������

�����.���� "

! $! &! *! +! #!!

�� #

����(/0�1 $

����(/0��

#

)������1��2-������� *

-���� &"

���������� &!

������������������������

! $! &! *! +! #!!

�(��"����

#

#

*

#+

&'"�����3"!����

"!�����3$"!����

$"!�����3*!!����

*!!�����3$������

$�������3"������

$%

������"������

%

���������� $

���������������

! $! &! *! +! #!!

4�5 �3������(��6

%

#

!

#*

#' �

7.

8���

�������

9������

"'

-������

%

���������� %

��������������������

���������

! $! &! *! +! #!!

�������� &%

������

����������

"%

&

�����������������������������������

���������

! $! &! *! +! #!!

-��������#!!�4��� %

#:��(��#!!4���

$��(��#:4���

����������

#&

+$

#

���������������������������������

���������

Page 148: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

135

16.17%, dan paling sedikit adalah perusahaanyang berbentuk Badan Hukum Firma.

Kesulitan terbesar dalam mendapatkaninformasi skala usaha responden adalahberdasarkan modal usaha dan biayaoperasional perusahaan. Sebagian besarresponden beranggapan bahwa modal usahaperusahaan dan biaya operasional merupakankerahasiaan perusahaan, sehingga banyakdiantara mereka yang tidak bersediamemberikan informasi mengenai hal ini. Untukmodal usaha, sebanyak 26.11% respondentidak bersedia menjawab, sementara untukbiaya operasional lebih banyak lagi respondenyang tidak bersedia menjawab, yakni sebesar45.57% diantaranya.

Dilihat dari perputaran usaha, perusahaan-perusahaan yang diperingkat juga tetapdidominasi oleh perusahaan-perusahaanberskala kecil dan menengah, yakni denganmodal usaha antara Rp.5 juta hingga Rp.250

�(��"����

!

#

*

&*

"�����3"!����

"!�����3$"!����

$"!�����3*!!����

*!!�����3$������

$�������3"������

#:

������"������

$

����������

! $! &! *! +! #!!

��� ����������������������

$*

!

�(��"����

$

$

$#

$+"�����3"!����

"!�����3$"!����

$"!�����3*!!����

*!!�����3$������

$�������3"������

+

������"������

"

���������� $*

! $! &! *! +! #!!

�������������������

+

juta. Komposisi responden berdasarkanjumlah omset usaha, modal usaha, serta biayaoperasional tersebut mendekati komposisiperusahaan-perusahaan di Indonesia secaranasional yang memang didominasi olehperusahaan kecil dan menengah.

Page 149: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005136

Lampiran 12

Formula Penghitungan Bobot

Formulasi penghitungan skor Daya SaingInvestasi Daerah oleh KPPOD dilakukan dalamkerangka kerja yang menggunakanpendekatan AHP. Kerangka kerja pendekatanAHP ini dilakukan dengan menguraikan tujuanatau sasaran yang hendak dicapai ke dalamelemen-elemen pembentuknya secarasistematis dengan cara menyusun suatuhirarki fungsional. Sasaran yang hendakdicapai tersebut dipengaruhi atau dibentukoleh beberapa faktor. Setiap faktor terdiri daribeberapa variabel, dan setiap variabel terukurdalam beberapa indikator. Dalam hal ini,indikator merupakan elemen terkecil yangberpengaruh terhadap tujuan yang hendakdicapai.

Sasaran atau tujuan dari studi ini adalahmemperolah indeks atau skor daya sainginvestasi suatu daerah. Dengan pendekatanAHP, elemen-elemen pembentuk daya sainginvestasi daerah tersebut disusun secaraberurutan dari level paling atas hingga palingbawah (terkecil) dalam suatu bentuk hirarkifungsional. Level paling atas adalah tujuanyang hendak dicapai dalam studi ini, yakniIndeks Daya Saing Investasi Daerah. Leveldibawahnya (level 2) adalah faktor-faktor yangmempengaruhi daya saing investasi daerah (5faktor), dan level ke-3 dibawah faktor adalahvariabel (14 variabel), dan dibawah variabelpada level paling bawah (ke-4) adalahindikator-indikator (47 indikator) yangmembentuk daya saing investasi daerah.Hirarki yang tersusun ini adalah yangdijadikan pedoman dalam mengukur indeks

daya saing investasi daerah. Untuk lebihjelasnya lihat Hirarki Daya Saing InvestasiDaerah.

A. BOBOT FAKTOR, VARIABEL DANINDIKATOR

Setelah hirarki fungsional daya sainginvestasi daerah terbentuk, langkahselanjutnya adalah menentukan bobotpengaruh setiap elemen terhadap hirarki diatasnya (setiap elemen pada suatu levelterhadap level hirarki yang lebih tinggi).Pertama kali yang dilakukan adalah denganmembobot pengaruh setiap faktor terhadapsasaran, setelah itu membobot pengaruhsetiap variabel terhadap faktor, dan teakhiradalah membobot setiap indikator terhadapvariabel.

Dalam pendekatan AHP ini dikenal duajenis bobot setiap eleman, yakni bobot lokaldan bobot global. Bobot lokal adalah bobotpengaruh setiap elemen dalam satu levelterhadap level di atasnya. Yaitu bobotpengaruh faktor (level ke-2) terhadap sasaranyang hendak dicapai (level ke-1), bobotvariabel (level ke-3) terhadap faktornya (levelke-2), dan bobot indikator (level ke-4)terhadap variabelnya (level ke-3). Bobot globaladalah bobot pengaruh setiap indikator, atauvariabel terhadap tujuan (Indeks Daya SaingInvestasi Daerah). Untuk faktor tidak dikenalbobot lokal dan bobot global, karena faktorberada pada level ke-2 sehingga bobot lokalfaktor sama dengan bobot globalnya).

Page 150: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

137

Bobot global variabel diperoleh dari hasilperkalian antara bobot lokal suatu variabeldengan bobot faktornya, sementara bobotlokal indikator diperoleh dari hasil perkaliansetiap bobot lokal indikator dengan bobotlokal variabel dan bobot faktor. Artinya bahwadengan diketahui bobot lokal setiap elemenhirarki akan dapat dihitung bobot global darimasing-masing elemen (lihat hasil pembobotanfaktor, variabel, indikator daya saing investasidaerah). Pada studi Daya Saing InvestasiDaerah tahun 2005 ini, pembobotan setiapelemen (faktor, variabel dan indikator dayasaing investasi daerah) dilakukan oleh 130pelaku usaha di daerah.

B. INTENSITAS INDIKATOR DAYA SAINGINVESTASI

Dalam penelitian ini, ada dua sumber datayang digunakan sebagai indikator daya sainginvestasi daerah, yakni indikator yang berasaldari data primer yang merupakan persepsidunia usaha, dan indikator data sekunderyang merupakan data-data kuantitatif statistikdaerah. Dalam studi ini, setiap indikator dibuatdalam intensitas dengan skala 1 s/d 9.Intensitas indikator data primer, diperoleh darirata-rata jawaban responden atas pertanyaanmengenai indikator-indikator pemeringkatan.Untuk intensitas indikator-indikator datasekunder, diperoleh dengan merubah/mengolah setiap data sekunder ke dalam skala1 s/d 9 juga. Cara untuk mengelompokkan

Bobot Global Variabel =Bobot Lokal Variabel x Bobot Faktor

Contoh 1:Bobot Global Variabel Kepastian Hukum = Bobot Lokal VariabelKepastian Hukum x Bobot Faktor Kelembagaan= 0.40 x 0.15= 0.059

Bobot Global Indikator =Bobot Lokal Indikator x Bobot Lokal Variabel x Bobot Faktor

Contoh 2:Bobot Global Indikator Keamanan Usaha = Bobot Lokal IndikatorKonsistensi Peraturan x Bobot Lokal Variabel Kepastian Hukum xBobot Faktor Kelembagaan= 0.36 x 0.40 x 0.15= 0.021

indikator data sekunder ke dalam intensitasdengan skala 1 s/d 9 adalah sebagai berikut:

1. Indikator data sekunder dengan distribusidata normal/cenderung normal:

lllll Intensitas Indikator Positif:

lllll Intensitas Indikator Negatif:

2. Indikator data sekunder dengan distribusidata tidak normal:(Indikator PDRB Perkapita; IndikatorKetersediaan Tenaga Kerja Pencari Kerja;Indikator Produktivitas Tenaga Kerja; IndikatorPendidikan Tenaga Kerja)

Pengelompokan indikator ke dalamintensitas dengan skala 1 s/d 9 dengan cara:Mengurutkan data indikator seluruh sampel(228 daerah) dari nilai terbesar hinggaterkecil, kemudian membagi menjadi 9kelompok dengan jumlah anggota himpunansetiap kelompok sama banyak. Karena jumlah

IntensitasIndikator =

Positif

(Nilai Daerah X - Nilai Minimal Sampel)

(Nilai Maks. Sampel - Nilai Min. Sampel)8 x + 1

Contoh 3 :Intensitas Indikator Pertumbuhan Ekonomi Kab.XDari 228 daerah yang diperingkat, nilai pertumbuhan ekonomitertinggi sebesar 10% dan nilai terendah sebesar 3%, sedangkanIndikator Pertumbuhan Ekonomi Kab. X sebesar 7%. Maka intensitasIndikator Pertumbuhan Ekonomi untuk Kabupaten X adalah:

X = 5.6

Intensitas Pertumbuhan Ekonomi X = (7 - 3)

(10 - 3)8 x + 1

Contoh 4:Intensitas Indikator Upah Tenaga Kerja FormalDari 228 daerah yang diperingkat, nilai upah tertinggi sebesarRp.750.000,- dan nilai terendah sebesar Rp.300.000,-, sementaraIndikator Upah Tenaga Kerja Formal Kabupaten Y sebesar Rp.450.00,-Maka intensitas Indikator Upah Tenaga Kerja Formal dari KabupatenY adalah:

Y = 6.3

IntensitasIndikator = 10 -

Positif

(Nilai Daerah X - Nilai Minimal Sampel)

(Nilai Maks. Sampel - Nilai Min. Sampel)8 x + 1

(450.000 - 300.000)

(750.000 - 300.000)8 x + 1Intensitas Upah Tenaga Kerja Formal = 10 -

Page 151: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005138

sampel daerah sebanyak 228, maka setiapkelompok berjumlah 25 s/d 26 daerah, ataumasing-masing 11% dari jumlah sampel.Karena semua indikator yang memilikidistribusi data tidak normal adalah indikatorpositif, maka intensitas 9 adalah daerah yangberada dalam kelompok 11% nilai tertinggi,kemudian 11% daerah di bawahnya adalahuntuk intensitas 8, dan seterusnya hingga 11%terbawah adalah untuk intensitas 1.

D. SKOR INDIKATOR, VARIABEL, FAKTOR,DAN SKOR TOTAL

Setelah diperoleh intensitas setiap indikatordengan skala 1 s/d 9, langkah selanjutnyaadalah menghitung skor setiap indikator. Padapenjelasan bobot indikator, variabel danbobot faktor, dijelaskan bahwa ada dua jenisbobot, yakni bobot lokal dan bobot global.Untuk menghitung skor indikator, variabel,faktor dan skor total juga dapat dilakukandengan dua pendekatan, yakni dengan bobotglobal atau dengan bobot lokal.

1) Perhitungan Skor dengan PendekatanBobot Global

a. Skor Indikator:Penghitungan skor dengan pendekatanbobot global pertama-tama dilakukandengan menghitung skor indikatordengan formula sebagai berikut:

atau

Intensitas Indikator x Bobot Global Indikator

Intensitas Indikator x (Bobot Lokal Indikator xBobot Lokal Variabel x Bobot Faktor)

Indikator Keamanan Usaha), maka skor Indikator KeamananUsaha untuk Kabupaten Q adalah:

Skor Indikator Keamanan Usaha Kab. Q: = 4.5 x (0.49 x 0.61 x 0.27) = 4.5 x 0.08 = 0.36

Contoh 6:Skor Indikator Pertumbuhan Ekonomiã Bobot Global Indikator Pertumbuhan Ekonomi = 0.06 (bobot

indikator ini terhadap daya saing investasi daerah)ã Jika diketahui intensitas Indikator Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten X adalah 5.6 (seperti pada contoh 3 di atas), makaskor Indikator Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten X adalah:

Skor Indikator Pertumbuhan Ekonomi Kab. X = 5.6 x 0.006 = 0.34

b. Skor Variabel, Skor Faktor, Skor Total:Skor Variabel diperoleh daripenjumlahan skor seluruh indikator yangtergabung dalam variabel yangbersangkutan. Skor Faktor diperoleh daripenjumlahan skor variabel yangtergabung dalam faktor yangbersangkutan. Dan Skor Total adalahhasil penjumlahan seluruh skor limafaktor, atau jumlah dari seluruh indikatordaya saing investasi (47 indikator). SkorTotal memiliki skala 1 sampai dengan 9.Dengan metode ini, skala skor masing-masing Indikator, Variabel, atau Faktorberbeda-beda tergantung dari besarbobot globalnya. Artinya adalah skalaIndikator Kemanan Kegiatan Usahaberbeda dengan skala skor IndikatorPertumbuhan Ekonomi, dan skala skorVariabel Keamanan berbeda denganskala skor Variabel Potensi Ekonomi,serta skala skor Faktor Keamanan, Politikdan Sosial Budaya juga berbeda denganskala skor Faktor Ekonomi Daerah danseterusnya. Dengan demikian besarnyaskor setiap indikator, variabel, dan faktormencerminkan besar pengaruhnyaterhadap daya saing secara keseluruhan(skor total).

Contoh 5:Skor Indikator Keamanan Kegiatan Usahaã Indikator Kemanan Kegiatan Usaha merupakan bagian dari

Variabel Keamanan dan Faktor Kemanan, Politik dan SosialBudaya.

ã Bobot Faktor Keamanan, Politik dan Sosial Budaya = 0.27 (bobotfaktor ini terhadap daya saing investasi)

ã Bobot Lokal Variabel Keamanan = 0.61 (bobot indikator initerhadap Faktor Keamanan)

ã Bobot Lokal Indikator Keamanan Kegiatan Usaha = 0.49 (bobotindikator ini terhadap Variabel Keamanan)

ã Jika diketahui rata-rata jawaban responden di Kabupaten Q untukIndikator Keamanan Usaha adalah sebesar 4.5 (intensitas

Page 152: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

139

2) Penghitungan Skor dengan PendekatanBobot Lokal:

Penghitungan skor dalam studi ini adalahdengan menggunakan Pendekatan BobotLokal. Dengan pendekatan bobot lokal, akandiperoleh Skor Variabel, Faktor, dan Skor Totalmasing-masing dengan skala 1 sampai dengan9. Dengan pendekatan ini, besarnya skorIndikator, Variabel, dan skor Faktor tidakmencerminkan bobot pengaruhnya terhadapdaya saing investasi secara keseluruhan,karena masing-masing mempunyai skala 1sampai dengan 9. Penghitungan skor denganpendekatan bobot lokal adalah sebagaiberikut:

a. Skor Indikator:

dimana:Ii : Skor Indikator i ;Xi : Intensitas Indikator i ; danBIi : Bobot Lokal Indikator i.

Skor yang diperoleh dengan rumus (1)tersebut di atas, merupakan skor lokalindikator dalam suatu variabel.

b. Skor Variabel:Skor Variabel merupakan hasilpenjumlahan seluruh skor indikatordalam variabel yang bersangkutan.Atau:

dimanaV : Skor Variabel;Xi : Intensitas Indikator i ; danBIi : Bobot Lokal Indikator i.

Dengan perhitungan berdasarkan rumusini akan diperoleh skor variabel denganskala 1 sampai dengan 9. Skor Variabelini selanjutnya kita sebut dengan skorLokal.

Dengan metode in i skor Var iabe lmempunyai skala 1 sampai dengan 9.

c. Skor Faktor:Untuk mendapatkan skor faktor denganskala 1 sampai dengan 9, terlebihdahulu skor setiap variabel yang adadalam faktor yang bersangkutan harusdikalikan dengan bobot lokal masing-masing variabel (bobot Variabelterhadap Faktor) dengan rumus sebagaiberikut:

Masing-masing skor variabel dikalikandengan bobotnya masing-masingdengan rumus (3). Skor suatu faktormerupakan hasil penjumlahan dari

Ii = Xi x BIi ............(1)

Contoh 7:Skor Indikator Keamanan Usaha Kabupaten Q(seperti contoh 5)ã Intensitas Indikator Keamanan Usaha = 4.5ã Bobot Lokal Indikator Keamanan Usaha terhadap Variabel

Keamanan = 0.49

Skor Indikator Keamanan Usaha Kabupaten Q= 4.5 x 0.49= 2.21

V = ∑(Xi X BIi).........(2)i = 1

n

Contoh 8:Skor Variabel Keamanan Kabupaten QVariabel Keamanan terdiri dari 3 Indikator yakni:(1) Indikator Keamanan Kegiatan Usaha;(2) Keamanan Lingkungan Masyarakat; dan(3) Dampak Kegiatan Usaha.Jika dari hasil perhitungan skor masing-masing indikator telahdiketehui, masing-masing besarnya adalah sebagai berikut:

Indikator KeamananKegiatan Usaha

I1 BI1 I1 = X1 x BI1

Indikator KeamananLingkungan Masyarakat

6,03 0,49 2,94

I2 BI2 I2 = X2 x BI2

6,28 0,35 2,22

Indikator DampakKegiatan Unjuk Rasa

I3 BI3 I3 = X3 x BI3

Variabel Keamanan

5,18 0,16 0,82 5,98

V = ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ (Xi x BIi)i=1

n

V = ∑(Xi X BIi) X BVi .......(3)i = 1

n

Contoh 9:Skor Variabel Keamanan untuk Kabupaten Q .Seperti pada contoh 8 di atas adalah 5.98. Bobot lokal VariabelKeamanan terhadap Faktor Keamanan adalah 0.61,Dengan menggunakan rumus (3)= 5.98 x 0.61= 3.66

Page 153: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

Daya Saing Investasi228 Kabupaten/Kota

di Indonesia, Tahun 2005140

seluruh variabel dengan dalam faktoryang bersangkutan yang terlebih dahuludihitung ulang dangan rumus (3)di atas.Atau dapat dirumuskan sebagai berikut:

d. Skor Total:Rumus (3) dan (4) digunakan juga untukmenghitung Skor Total Daya SaingInvestasi Daerah (Indeks Daya SaingInvestasi Daerah). Hanya saja skorVariabel diganti dengan skor Faktor.Artinya, skor total adalah hasilpenjumlahan skor 5 (lima) Faktor (rumus4) yang telah dikalikan dengan bobotmasing-masing faktor. Skor yangdiperoleh dengan cara ini juga memilikiskala 1 sampai dengan 9. PerhitunganSkor dengan Pendekatan Bobot Lokalmaupun dengan Pendekatan Globalakan menghasilkan skor Total yangsama. Hasil yang berbeda hanya padaskor Indikator, Skor Variabel dan SkorFaktor, sementara Skor Total tetapmemiliki hasil yang sama.

E. KATEGORI/KLASIFIKASI PERINGKAT

Seperti pemeringkatan tahun 2004,peringkat daya saing investasi dikategorikandalam 5 kelompok yakni A, B, C, D dan E.Kategori A adalah peringkat teratas (sangattinggi), berturut-turut B, C, D, dan terakhiradalah kategori E yang merupakan peringkat

terendah (terburuk). Pengelompokandilakukan secara sederhana, yakni denganmembagi seluruh daerah menjadi 5kelompok, atau masing-masing 20% darijumlah daerah yang diperingkat atau kuranglebih 45 daerah.

Untuk mendapatkan 5 kelompok ini,pertama-tama adalah dengan mengurutkanskor per faktor dan skor Total seluruh daerahyang diperingkat (228 kabupaten dan kota)dari yang tertinggi hingga terendah.Selanjutnya secara proporsional dibagimenjadi 5 kelompok, atau masing-masing20% untuk setiap kategori. 20% daerah yangberada pada peringkat tertinggi adalah masukdalam kategori A, 20% selanjutnya masukkategori B, dan seterusnya hingga 20% daerahyang mendapat skor terendah masuk kategoriE. Dengan asumsi, setiap daerah memiliki skoryang berbeda (tidak ada daerah yang memilikiskor sama), maka daerah yang masuk kategoriA adalah daerah yang skornya berada padaurutan 1 s/d 45; B (46 s/d 91); C (92 s/d137);

F = ∑ Vi ..........(4)i = 1

n

Contoh 11:Skor Faktor Keamanan Politik dan Sosial-Budaya untukKabupaten QFaktor Keamanan Politik dan Sosial-Budaya terdiri dari 3 Variabel,yakni Variabel Keamanan, Variabel Politik, dan Variabel Sosial-Budaya.ã Variabel Keamanan : 5,98ã Variabel Politik : 4,97ã Variabel Sosial-Budaya : 6,00dengan rumus (4) maka diperoleh skor Faktor Keamanan Politik danSosial-Budaya untuk Kabupaten Q sebesar :

F = (5.98 x 0.61) + (4.97 x 0.18) + (6.00 x 0.21)= 3.66 + 0.89 + 1.27= 5.82

1234567890123456789012345678901234567890123456789012345678901234567890123456789012345678901234567890123456789012345678901234567890123456789012345678901234567890

No.Urut

Daerah

NilaiTotal

Peringkat

1 7,16 A2 7,09 A

44 6,54 A45 6,53 A46 6,52 B47 6,50 B

91 6,18 B92 6,18 B93 6,18 B94 6,17 C95 6,17 C

138 5,94 C139 5,93 C140 5,92 D141 5,92 D

184 5,66 D185 5,63 D186 5,61 E187 5,60 E

227 4,81 E228 4,05 E

Daerah yang masukkategori B, seharusnyaadalah daerah yangberada pada urutan 46 s/d 91, yakni dengan skor6.52 s/d 6.18. Akan tetapi,batas kelas bawahkategori B terdapat 3daerah yang memilikiskor yang sama yakni6.18., yaitu daerah yangberada pada urutan 91 s/d 93. Untuk kasus sepertiini, maka 2 daerah lainnyayang berada pada urutan92 dan 93 dimasukkandalam kategori yang B.

Untuk kelompokperingkat berikutnya (C)kembali diperoleh denganmenambahkan 20% (45)daerah, yaitu dari urutan94 s/d 139. Demikian puladengan kategori D padaurutan 140 s/d 185 danterakhir sisa daerahsebanyak 42 daerah (186s/d 228) yang berada padaperingkat terendah masukdalam kategori E.

20%

( 45

daer

ah)

+ 20,

6%( 4

7 da

erah

) +

20%

( 45

daer

ah)

+ 20%

( 45

daer

ah)

Sisa

daer

ah

Page 154: Tim Peneliti - kppod.org · proses desentralisasi ini banyak mengalami kendala yang besar. Banyak pemerintah daerah yang tidak konsisten, antara tujuan pembangunan daerah dengan realitas

141

D (138 s/d 183) dan E (184 s/d 228). Namundalam kenyataan, dari hasil penelitiandijumpai ada beberapa daerah yang memilikiskor yang sama, untuk itu pembagiankelompok tidak secara tepat 20% dari totaldaerah yang diperingkat. Untuk lebih jelasnyabisa dilihat pada contoh di atas.

Pengelompokan atau pengkategorianperingkat dengan cara ini tidak secaralangsung menggambarkan kinerja dari tiapdaerah, karena sangat pengelompokkannyayang sangat tergantung kepada distribusikeseluruhan data yang dihasilkan. Kategoriperingkat hanya dapat digunakan untuk

melihat perbandingan relatif antara satudaerah dengan daerah lainnya dalam satuwaktu (tahun) yang sama. Apabila distribusidata berubah dari tahun ke tahun, makakategori peringkat yang diperoleh daerah padasatu tahun tertentu tidak dapat dibandingkandengan hasil yang diperoleh pada tahun yanglain. Pada studi pemeringkatan ini, kinerjadaerah hanya dapat dari skor yang diperolehdaerah yang bersangkutan. Semakin tinggiskor suatu daerah (semakin mendekati nilai 9),maka kinerja daya saing investasi daerahtersebut semakin baik.