Tiga Target MDG Indonesia Sulit Dicapai 2015
-
Upload
desty-friska-kurnia -
Category
Documents
-
view
9 -
download
0
Transcript of Tiga Target MDG Indonesia Sulit Dicapai 2015
![Page 1: Tiga Target MDG Indonesia Sulit Dicapai 2015](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082715/5695d2011a28ab9b0298bfac/html5/thumbnails/1.jpg)
Tiga Target MDG Indonesia Sulit Dicapai 2015
http://www.voaindonesia.com/content/tiga-target-mdg-indonesia-sulit-dicapai-
2015/1604198.html
Sang Ayu Kadek Widiari (1061050147)
Tiga target Tujuan Pembangunan Milenium sulit dicapai oleh Indonesia, yaitu menurunkan angka
kematian ibu melahirkan dan penyebaran virus HIV/AIDS, serta akses air bersih dan sanitasi dasar.
JAKARTA— Asisten Utusan Khusus Presiden Indonesia untuk tujuan pembangunan milenium (MDG),
Diah Saminarsih, kepada VOA, Jumat (15/2), mengatakan ada tiga target tujuan pembangunan
millennium yang sangat sulit dicapai pada tahun 2015, yaitu menurunkan angka kematian ibu
melahirkan, menurunkan penyebaran virus HIV/AIDS serta mengakses air bersih dan sanitasi dasar. Hal
tersebut, kata Diah, disebabkan oleh banyak faktor diantaranya pembangunan yang belum merata
sehingga infrastruktur maupun layanan kesehatan antara satu provinsi dengan provinsi lainnya berbeda.
Terkadang, lanjut Diah, satu daerah hanya memiliki satu puskesmas dan itu jaraknya sangat jauh serta
dengan kondisi jalan yang tidak baik. Selain itu pendidikan masyarakat untuk bisa hidup sehat juga masih
sangat kurang, ujarnya. Ia juga menjelaskan angka kematian ibu melahirkan selalu tinggi setiap
tahunnya. Masih kurangnya tenaga kesehatan di daerah terutama daerah terpencil di Indonesia, lanjut
Diah, juga merupakan salah satu penyebab masih tingginya angka kematian ibu melahirkan. Kebanyakan
dari mereka yang hidup di daerah terpencil masih percaya dukun beranak, ujarnya. Diah juga
menyayangkan tidak lagi berjalannya program Keluarga Berencana (KB) saat ini. “Pengendalian
penduduk itu menjadi salah satu penyebab utama kenapa angka kematian ibu terus bertambah karena
dengan tidak adanya KB ini sekarang, itu menyebabkan akses terhadap kontrasepsi juga menurun. Itu
membuat faktor resiko ibu kematian ibu saat melahirkan meningkat. Makin sering dia hamil dan
melahirkan, faktor resiko dia bertambah terus,” ujarnya. Untuk mencapai tujuan MDG mengenai
kesehatan ibu, Indonesia harus menurunkan angka kematian ibu saat melahirkan menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup pada 2015, dari angka saat ini yaitu 228 per 100.000 kelahiran. Pencapaian
target MDGs terkait HIV AIDS kata Diah juga sulit dicapai oleh Indonesia pada tahun 2015 karena dalam
lima tahun terakhir jumlah penderita HIV AIDS di Indonesia terus bertambah. Saat ini ada sedikitnya
6.300 kasus AIDS dan 20.000 kasus HIV sejak 1987, menurut data Kementerian Kesehatan. Angka-angka
ini menurut para ahli merupakan puncak gunung es karena jumlah sebenarnya diyakini lebih besar dari
itu. Meskipun pemerintah, kata Diah, menyakini ketiga taget MDGS itu tidak akan tecapai pada 2015,
tetapi pihaknya terus berupaya dan bekerjasama dengan sejumlah kementerian agar penurunan bisa
![Page 2: Tiga Target MDG Indonesia Sulit Dicapai 2015](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082715/5695d2011a28ab9b0298bfac/html5/thumbnails/2.jpg)
dicapai meski melebihi tahun 2015. “Kalau dari kantor kita saja, kita memilih intervensi kesehatan
primer jadi kita memperkuat level puskesmas baik dari sisi sumber daya maupun alat kesehatan dasar
yang harus ada di Puskesmas, kita berusaha untuk itu,” ujarnya. “Kita merekrut dan mengirim tim
profesional kesehatan dari dokter, bidan, perawat dengan pemerhati kesehatan untuk memperkuat
sistem kesehatan primer. Jadi dari level masyarakat edukasi mengenai kesehatan masyarakat dikuatkan
dulu. Sedangkan Kementerian Kesehatan juga banyak, dia ada perbaikan nutrisi, Jamkesmas, Jampersal.
Sedangkan Cipta Karya kementerian Pekerjaan Umum, dia juga buat untuk air.” Sehubungan dengan
tingginya angka kematian ibu melahirkan, Sekretaris Jenderal Koalisi Perempuan Indonesia Dian Kartika
Sari mengusulkan agar pemerintah memberikan beasiswa sekolah bidan untuk perempuan di desa.
“Biasanya bidan yang ditempatkan di daerah itu ada banyak masalah, mereka harus menyesuaikan diri,
mereka tidak kerasan lalu pulang. Tetapi kalau anak-anak di daerah itu setelah tamat SMA kemudian
mereka mendapatkan beasiswa untuk menjadi bidan, sehingga setiap desa ada bidan, saya kira juga itu
akan menolong mengurangi angka kematian ibu melahirkan,” ujarnya.