Tiang Dan Batang
-
Upload
ricky-ryu-hermawan -
Category
Documents
-
view
88 -
download
5
description
Transcript of Tiang Dan Batang
Tiang dan Batang
14.1. Pendahulan
Sebuah bagian inti mesin pada gaya tekan poros disebut sebagai batang.
Batang dapat horizontal, miring atau bahkan vertical. Tetapi batang vertikal lebih
dikenal dengan tiang. Bagian-bagian mesin yang harus diteliti untuk gaya-gaya
tiang adalah batang-batang piston, batang sambung, batang tekan katup, sekrup
dongkrak, batang melintang dongkrak dan lain-lain. Kita akan diskusikan dalam
bab ini, rancangan batang piston, batang sambung, dan batang tekan katup.
14.2. Kerusakan pada tiang atau batang
Telah diamati bahwa ketika tiang atau batang berdasarkan pada beban
tekan dan beban itu secara bertingkat ditambahkan, tingkatannya akan tercapai
ketika tiang difokuskan pada beban terbesar. Melebihi ini, tiang akan rusak karena
remuk dan beban itu dikenal sebagai beban remuk.
Telah diteliti juga, bahwa kadang-kadang bagian tekanan tidak seluruhnya
rusak karena remuk, tapi juga oleh tekukan/bengkokan. Hal ini terjadi dalam
kasus tiang yang panjang. Telah diamati juga bahwa semua tiang yang pendek
rusak karena remuk. Tetapi, jika tiang panjang berdasarkan pada beban tekan, itu
didasarkan pada tegangan tekan. Jika beban ditambah secara bertingkat, tiang itu
akan mencapai tingkatannya, ketika akan mulai pembengkokan. Beban pada tiang
yang bengkok disebut beban bengkok, beban kritis atau beban rapuh, dan tiang
dikatakan mempunyai ketidakstabilan elastis yang berkembang. Pertimbangan
kecil akan menunjukan, bahwa untuk tiang panjang, nilai beban bengkoknya akan
kurang dari beban remuk. Selain itu nilai beban bengkok adalah rendah untuk
tiang panjang, dan relatif tinggi untuk tiang pendek
14.3. Macam-macam kondisi ujung tiang
Dalam latihan sebenarnya, ada sejumlah kondisi ujung untuk tiang. Tetapi
kita akan belajar tentang teori tiang Euler pada empat macam kondisi ujung, yang
penting dari pokok pandangan:
1. Kedua ujungnya berengsel, Gam. 14.1 (a).
2. Kedua ujungnya menempel, Gam. 14.1 (b).
3. Satu ujungnya menempel dan yang satunya lagi berengsel,
Gam.14.1(c).
4. Satu ujungnya menempel dan yang satunya lagi bebas, Gam. 14.1 (d).
14.4. Teori tiang Euler
Percobaan pertama yang masuk akal, untuk belajar tentang kestabilan dari
tiang penjang, telah dibuat oleh Mr.Euler. Dia mengambil persamaan, untuk
beban bengkok dari tiang panjang berdasarkan pada tegangan bengkok. Ketika
mengambil persamaan ini, akibat dari tegangan langsung dilalaikan. Hal ini dapat
dibenarkan dengan pernyataan, bahwa tegangan langsung yang berpengaruh pada
tiang panjang dilalaikan, sebagai perbandingan pada tegangan bengkok. Hal itu
mungkin dapat dicatat bahwa rumus Euler tidak dapat digunakan pada kasus tiang
pendek, karena tegangan langsung dipertimbangkan dan tidak dapat diabaikan.
14.5. Anggapan teori tiang Euler
Ikuti anggapan sederhana yang dibuat dalam teori tiang Euler:
1. Tiang awalnya harus lurus sempurna, dan beban yang dipasang benar-
benar aksial.
2. Bagian menyilang dari tiang adalah seragam dengan panjangnya.
3. Beban tiang benar-benar elastis sejenis dan isotropic; dan mematuhi
hukum Hook.
4. Panjang tiang sangat besar sebagai perbandingan pada ukuran bagian
menyilangnya.
5. Tiang pendek, pada tekanan langsung (sangat kecil) diabaikan.
6. Kerusakan tiang terjadi karena pembengkokan dengan sendirinya.
14.6. Rumus Euler
Menurut teori Euler, kerapuhan atau beban bengkok dibawah kondisi
ujung yang bervariasi ditunjukan dengan persamaan umum
=
Dimana E = Modulus elastisitas bahan tiang
A = Daerah bagian menyilang
k = Radius terendah dari perputaran bagian menyilang
l = Panjang tiang
C= Konstan, penunjukan kondisi ujung tiang atau koefisien ujung
menempel.
Tabel yang tersedia menunjukan nilai koefisien ujung menempel (C) untuk
kondisi ujung yang bermacam-macam.
Tabel 14.1
S No. Kondisi akhir Koefisien ujung
menempel (C)
1 Kedua ujungnya berengsel 1
2 Kedua ujungnya menempel 4
3 Satu ujungnya menempel dan yang lainya berengsel 2
4 Satu ujungnya menempel dan yang lainya bebas 0,25
Catatan. 1. Tiang vertical akan mempunyai dua momen inersia (Ixx dan
Iyy). Karena tiang akan cenderung bengkok ke arah momen inersia yang paling
rendah, karena itu nilai terendah dari dua momen inersia digunakan saling
berhubungan.
2. Dari rumus diatas untuk beban rapuh, kita tidak mengambil kedalam
perhitungan tegangan langsung berpengaruh pada bahan beban yang dinaikan
secara bertingkat dari nol sampai nilai rapuh. Nyatanya, kombinasi tegangan,
tepatnya pada beban langsung dan bengkok sedikit, mencapai nilai yang diizinkan
pada beban lebih rendah dari pada yang diperlukan untuk pembengkokan dan
karena itu ini akan menjadi batas nilai dari beban aman.
14.7. Rasio ketidakrampingan
Dari penjelasan diatas rasio l/k dikenal dengan rasio ketidakrampingan.
Hal ini dapat ditentukan sebagai rasio panjang efektif tiang pada bagian
perputaran radius terendah.
Catatan. Ini mungkin dicatat, bahwa rumus untuk beban rapuh, dalam
artikel sebelumnya adalah berdasarkan pada anggapan bahwa rasio
ketidakrampingan l/k sangat besar, bahwa kerusakan tiang terjadi hanya pada
bengkok akibat dari tegangan langsung. (W/A) diabaikan.
14.8. Pembatasan rumus Euler
Kita telah mendiskusikan pada bab 14.6 bahwa persamaan umum untuk
beban rapuh,
Wer =
Jadi tegangan rapuh, fer = =
Pertimbangan kecil akan menunjukan bahwa tegangan rapuh akan tinggi
ketika rasio ketidakrampingannya kecil. Kita tahu bahwa tegangan rapuh untuk
tiang tidak dapat lebih dari tegangan remuk bahan tiang. Sangat jelas bahwa
rumus Euler akan memberi nilai tegangan rapuh tiang (sama dengan tegangan
remuk dari bahan tiang) sesuai dengan rasio ketidakrampingan. Sekarang
pertimbangkan sebuah baja lunak. Kita tahu bahwa tegangan remuk untuk baja
lunak adalah 3,300 kg/cm2 dan modulus young untuk baja lunak adalah 2·1×106
kg/cm2.
Sekarang samakan tegangan rapuh dengan tegangan remuk.
= 3,300
= 3,300
Dari situ jika rasio ketidakrampingan kurang dari 80, rumus Euler untuk
baja tiang lunak tidak berlaku.
Kadang-kadang tiang yang rasio ketidakrampingannya lebih dari 80,
dikenal dengan tiang panjang, dan tiang yang rasio ketidakrampingannya kurang
dari 80, dikenal dengan tiang pendek. Sudah jelas bahwa rumus Euler berperan
baik hanya untuk tiang panjang.
14.9. Persamaan panjang tiang
Kadang-kadang beban rapuh menurut rumus Euler dapat ditulis sbb:
Wer =
Dimana L adalah persamaan panjang atau panjang efektif tiang.
Persamaan panjang yang diberikan tiang dengan pemberian kondisi ujung adalah
panjang persamaan tiang dari bahan yang sama dan bagian menyilang dengan
ujung berengsel pada tiang yang diberikan. Hubungan antara persamaan panjang
dan panjang sebenarnya untuk pemberian kondisi ujung ditunjukan dalam tabel
berikut.
Tabel 14.2
S No. Kondisi ujung Hubungan antara
persamaan panjang (L)
dan panjang sebenarnya
(l)
1 Kedua ujungnya berengsel L = l
2 Kedua ujungnya menempelL =
3 Satu ujungnya menempel dan yang lainnya
berengselL =
4 Satu ujungnya menempel dan yang lainnya
bebas
L = 2 l
14.10. Rumus empiris untuk tiang
Kita pernah diskusikan dalam artikel sebelumnya bahwa rumus Euler
berlaku hanya untuk tiang panjang contohnya untuk tiang yang rasio
ketidakrampingannya lebih besar daripada nilai pasti untuk bahan khusus, karena
itu, hal itu tidak diambil dalam pertimbangan tegangan tekan langsung. Untuk
mengisi kekosongan ini, lebih banyak rumus dianjurkan oleh ilmuan yang berbeda
di seluruh dunia.
Rumus empiris berikut adalah penting dari titik pokok gambar.
1. Rumus Rankine, dan
2. Rumus Johnson
14.11. Rumus Rankine untuk tiang
Kita pernah diskusikan bahwa rumus Euler memberikan hasil yang benar
hanya untuk tiang yang sangat panjang. Walaupun rumus ini dapat diterapkan
pada tiang, jarak yang paling panjang ke pendek, tetapi tidak memberikan hasil
yang dapat diandalkan. Prof. Rankine, setelah beberapa percobaan, memberikan
rumus empiris untuk tiang sbb:
Dimana Wer = Beban rapuh oleh rumus Rankine
Wc = fe · A = Beban remuk penghabisan untuk tiang
WE = = Beban rapuh, diperoleh dari rumus Euler
Sebuah pertimbangan kecil akan menunjukan bahwa nilai C akan tetap
mengabaikan fakta apakah tiang panjang atau pendek. Dalam kasus ini tiang
pendek, nilai WE akan sangat tinggi, karena itu nilai akan tenang diabaikan
sebagai perbandingan untuk . Sangat jelas bahwa rumus Rankine akan
memberikan nilai dari beban rapuhnya (Wer) mendekati sama pada beban remuk
penghabisan (Wc). Dalam kasus tiang panjang, nilai WE akan sangat kecil, karena
itu nilai akan dipertimbangkan sebagai perbandingan pada . Sangat jelas
bahwa rumus Rankine akan memberikan nilai beban rapuhnya (Wer). Dapat kita
lihat bahwa rumus Rankine memberikan hasil yang benar-benar adil untuk semua
kasus tiang, jarak dari tiang pendek ke tiang panjang.
Dari persamaan (i) kita tahu bahwa
+ =
Wer = =
Sekarang subtitusikan nilai Wc dan WE dari persamaan diatas,
Wer = (I = AK²)
=
Dimana fe = Tegangan remuk atau hasil tegangan dalam tekanan
A = Daerah bagian menyilang tiang
a = Konstanta Rankine
L = Persamaan panjang tiang, dan
k = Radius perputaran terendah
Tabel berikut memberikan nilai tegangan remuk dan konstanta Rankine
untuk bahan yang bermacam-macam.
Tabel 14.3
S No. Bahan Fc dalam kg/cm2
A =
1 Besi tempa 2,500
2 Besi tuang 5,500
3 Baja lunak 3,200
4 Kayu 500
Catatan. Nilai diatas hanya untuk tiang yang kedua ujungnya berengsel,
untuk kondisi ujung yang lain, persamaan panjang harus digunakan.
14.12. Rumus Johnson untuk tiang
Prof. J.B. Johnson menganjurkan dua rumus berikut untuk tiang pendek.
1. Rumus garis lurus, dan
2. Rumus parabola
1. Rumus garis lurus
Menurut garis lurus yang dianjurkan oleh Johnson, beban kritis atau beban
rapuh adalah
Wer = A
= A
Dimana A = Daerah bagian menyilang tiang
Fy = Hasil tegangan titik
C1 =
= A konstan yang nilainya tergantung pada bahan yang jenis
ujungnya bagus.
Rasio ketidakrampingan
Jika tegangan aman dirancang bertentangan dengan rasio ketidak
rampingan , itu bekerja pada garis lurus, maka dikenal sebagai rumus garis
lurus.
2. Rumus parabola
Prof. Johnson setelah menganjurkan rumus garis lurus, menemukan bahwa
hasil yang berlaku oleh rumus ini sangat mendekati. Dia kemudian menganjurkan
rumus lain, Menurut beban kritis atau beban rapuh,
Wer = A . fy dengan notasi biasa
Jika kurva tegangan aman digambar bertentangan . itu bekerja pada
garis parabola. Maka itu dikenal sebagai rumus parabola.
Gambar 14.4 menunjukan hubungan tegangan yang aman dan rasio
ketidakrampingan sebagai pemberian oleh rumus Johnson dan rumus Euler
untuk tiang yang dibuat dari baja lunak dengan kedua ujungnya berengsel (C=1),
hasil kekuatan fy = 2,100 kg/cm2.. Kita lihat dari gambar bahwa titik A (titik
tangensial antara rumus garis lurus Johnson dan Rumus Euler) menggambarkan
kegunaan dari dua rumus. Dalam kata lain, rumus garis lurus Johnson mungkin
digunakan ketika < 180 dan rumus Euler digunakan ketika >180.
Persamaannya, titik B ( titik tangensial antara rumus parabola Johnson dan
rumus Euler) menggambarkan kegunaan dari dua rumus. Dalam kata lain, rumus
parabola Johnson digunakan ketika < 140 dan rumus Euler digunakan ketika >
140.
Catatan. Untuk tiang pendek yang dibuat dari bahan lentur,
menggunakan rumus parabola Johnson.
14.13. Tiang panjang berdasarkan pada pembebanan eksentrik
Dalam artikel sebelumnya, kita pernah diskusikan akibat pembebanan
pada tiang panjang. Kita selalu diarahkan pada kasus ketika beban poros bekerja
pada tiang (garis aksi dari beban coincides dengan poros tiang). Tetapi dalam
praktek sebenarnya hal itu tidak selalu memungkinkan untuk beban poros pada
tiang, dan pembebanan eksentrik mengambil tempat. Disinilah kita akan
diskusikan akibat dari pembebanan eksentrik pada rumus Rankine dan rumus
Euler untuk tiang panjang.
Pertimbangkan tiang panjang berengsel pada kedua ujungnya dan
berdasarkan pada beban eksentrik seperti terlihat pada gambar 14.5
Dimana W = Beban pada tiang
A = Daerah bagian menyilang
e = Eksentrisitas beban
Z = Modulus section
ye = Jarak dari serat ekstrim (pada tekanan sisi) dari poros tiang
k = Perputaran radius terendah
I = Momen inersia
E = Modulus young
L = Panjang tiang
Kita sudah diskusikan bahwa ketika tiang didasarkan pada beban
eksentrik, intensitas maksimum dari tegangan tekannya diberikan oleh hubungan
Fmax =
Momen bending maksimum untuk tiang berengsel pada kedua ujungnya
dan dengan pembebanan eksentrik diberikan
M = W.e.sec
= W.e.sec (I = AK²)
Jadi Fmax =
=
= +
=
14.14 Rancangan pada batang piston
Karena batang piston bergerak kedepan dan kebelakang dalam silinder
motor, karena itu berdasarkan pada pengganti tarik langsung dan gaya tekan. Itu
biasanya dibuat dari baja lunak, salah satu ujung batang piston diamankan dengan
cara menyediakan batang tirus dan mur. Ujung yang lain dari batang piston
disambungkan menyilang dengan cara dipasak.
Dimana P = Tekanan gaya pada piston
D = Diameter piston
d = Diameter batang piston
W = Beban aksi pada batang piston
Wer= Beban bengkok
= W × Faktor keamanan
ft = Tegangan tarik ijin untuk bahan batang
fc = Tekanan tagangan hasil
A = Daerah bagian menyilang batang
l = Panjang batang, dan
k = Perputaran radius terendah dari bagian batang
Diameter batang piston dapat didiskusikan dibawah
1. Ketika panjang batang torak kecil, ketika rasio ketidakrampingan (l/k)
kurang dari 40, kemudian diameter batang piston dapat berlaku dengan
persamaan beban aksi pada batang piston untuk kekuatan tariknya,
W = d² × ft
D² × p = d² ft
d = D
2. Ketika panjang batang piston besar, kemudian diameter batang piston
dapat berlaku dengan menggunakan rumus Euler atau rumus Rankine.
Karena batang piston aman dikencangkan pada batang dan kepala
menyilang, karena itu dapat dipertimbangkan sebagai ujung yang
menempel. Rumus Euler adalah
Wer =
Dan rumus Rankine adalah
Wer =
14.15. Rancangan batang penghubung
Batang penghubung adalah bagian mesin yang berdasarkan pada
penggantian tekanan langsung dan gaya tarik. Karena gaya tekan lebih tinggi dari
gaya tarik, maka bagian menyilang batang penghubung dirancang seperti batang
dan menggunakan rumus Rankine.
Batang penghubung berdasarkan pada beban poros W dapat bengkok
dengan poros x sebagai poros netral (gerakan dalam bidang batang penghubung)
atau poros y sebagai poros netral (gerakan dalam bidang tegak lurus). Batang
penghubung dipertimbangkan seperti dua ujung berengsel untuk
pembengkokanpada poros x dan kedua ujung menempel untuk pembengkokan
pada poros y. Batang penghubung seharusnya sama kuatnya dalam
pembengkokan pada poros juga,
Dimana A = Daerah bagian menyilang batang penghubung
l = Panjang batang penghubung
fc = Tekanan tagangan hasil
Ixx dan Iyy = Momen inersia pada masing-masing bagian poros x
dan poros y.
Kxx dan Kyy = Radius perputaran pada poros x dan poros y
Menurut rumus Rankine
Wer pada poros x = (untuk kedua ujung
berengsel, L = i)
Dan Wer pada poros y = = (untuk kedua ujung
menempel, L = )
Agar batang penghubung sama kuat dalam pembengkokan pada kedua
poros, beban bengkok harus sama,
=
Atau =
K²xx = 4K²yy
Atau Ixx = 4Iyy
Ini menunjukan bahwa batang penghubung empat kali lebih kuat dalam
pembengkokan pada poros y daripada poros x. Jika Ixx > 4 Iyy, kemudian
pembengkokan akan terjadipada poros y dan jika Ixx < 4 Iyy, pembengkokan
akan terjadi pada poros x. Dalam praktek sebenarnya Ixx tetap lebih sedikit dari 4
Iyy. Ini biasanya antara 3 dan 3,5 dan batang penghubung dirancang untuk
pembengkokan pada poros x. Rancangan ini akan selalu memuaskan untuk
pembengkokan pada poros y.
Bagian yang paling pantas untuk batang penghubung adalah bagian I
dengan perbandingan seperti pada gambar 14.7 (a).
Daerah bagian = 2(4t
+ 3t = 11t²
momeninersia pada
poros x,
Ixx = = t²
Dan momen inersia pada poros y
Iyy = 2 =
= = 3
Catatan. 1. Kadang-kadang batang penghubung berbentuk rectangular
untuk motor bertkecepatan rendah, berbentuk lingkaran dapat digunakan.
3. Karena batang penghubung dibuat dengan ditempa, maka sudut tajam
bagian I mengelilingi seperti ditunjukan pada gambar 14.7 (b) untuk
bagian yang mudah lepas dari peleburan.
14.16. Gaya aksi pada batang penghubung
Batang penghubung berdasarkan gaya berikut:
1. Gaya pada gas atau tekanan uap dan bagian timbal balik inersia
2. Gaya bengkok inersia
Kita akan menurunkan ungkapan untuk gaya aksi pada motor horizontal.
1. Gaya pada gas atau tekanan uap dan bagian timbale balik inersia.
Pertimbangan batang penghubung PC separti terlihat pada gambar 14.9.
Dimana P = Tekanan gas atau uap
A = Daerah torak
WR = Berat bagian timbal balik
= Berat piston, tap penjepit dll
𝝎 = Kecepatan sudut engkol
r = radius engkol
θ= Sudut kemiringan engkol dari dalam titik mati
l = Panjang batang penghubung
n = Rasio panjang batang penghubung dan radius engkol
Kita tahu bahwa gaya pada tekanan gas atau uap,
Fp = Tekanan × Daerah = P ·A
Dan gaya inersia dari bagian timbal balik,
FI = Massa × Percepatan
= 𝝎² r
Ini mungkin dicatat bahwa pada motor horizontal, bagian timbale balik
dipercepat dari istirahat selama setengah gerakan pertama (ketika piston bergerak
dari dalam pusat titik mati menuju keluar titik mati). Ini kemudian diperlambat
selama setengah gerakan selanjutnya (ketika piston bergerak dari pusat titik luar
ke pusat titik dalam). Gaya inersia pada percepatan bagian bolak balik,
berlawanan piston. Di tangan yang lain, gaya inersia pada perlambatan bolak balik
membantu gaya pada piston.
jaring gaya aksi pada piston atau tap penjepit
FN = Gaya pada tekanan gaya inersia
= FP
Tanda –Ve digunakan ketika piston dipercepat dan tanda +Ve digunakan
ketika piston diperlambat.
Gaya FN memberi kenaikan pada gaya FC dalam batang penghubung dan
mendorong FR pada sisi dinding silinder (atau reaksi normal pada kepala silang
antar). Dari gambar 14.9, kita lihat bahwa gaya di batang penghubung,
Fc = =
14.17. Gaya bengkok inersia
Pertimbangan batang penghubung PC dan engkol OC berputar dengan
kecepatan sudut seragam 𝝎 rad/sec. Agar menemukan percepatan titik yang
bervariasi pada batang penghubung, gambarlah diagram percepatan Klien CQNO
seperti ditunjukan pada gambar 14.10 (a). CO menggambarkan percepatan C
kearah O dan NO menggambarkan percepatan P kearah O. Percepatan di titik lain
separti D, E, F dan G dll, mungkin ditemukan dengan menggambar garis
horizontal dari titik ini ke titik potong CN pada d, e, f dan g. Sekarang do, eo, fo
dan go menggambarkan percepatan D, F, F dan G, semuanya kearah O. Gaya aksi
inersia pada setiap titik akan diikuti:
Gaya inersia pada C =
Gaya inersia pada D =
Gaya inersia pada E = dan selanjutnya
# Percepatan bagian bolak balik = 𝝎²r
# Untuk sumber lain, silahkan lihat buku pengarang terpupuler pada teori mesin
Gaya inersia akan bertentangan pada percepatan langsung atau gaya
sentrifugal. Gaya inersia dapat dipisahkan kedalam dua bagian, satu parallel pada
batang penghubung dan yang lainnya tegak lurus batang. Bagian parallel
ditambahkan aljabar terhadap gaya aksi pada sambungan FC dan menghasilkan
dorongan pada penjepit. Bagian tegak lurus menghasilkan gaya bengkok.
Sebuah pertimbangan kecil akan menunjukan bahwa bagian tagak lurus
akan maksimum, ketika engkol dan batang penghubung ada pada sudut yang tepat
satu sama lain.
Macam-macam gaya inersia pada batang penghubung memanjang dan
seperti balok penghubung sederhana dari beban variable seperti ditunjukan pada
gambar 14.10 (b) dan (c). Anggapan bahwa batang penghubung bagian menyilang
seragam dan berat W kg per panjang unit, karena itu:
Gaya inersia per panjang unit pada engkol penjepit
=
Dan gaya inersia per panjang unit pada pena silang
= 0
Gaya inersia pada panjang bagian kecil dx pada jarak x dari pena silang p,
dF1 = 𝝎²r
resultan gaya inersia,
Ft =
=
= (subtitusikan W = w l)
Resultan gaya aksi inersia ini pada jarak dari pena silang p,
Karena itu dianggap bahwa rd berat batang penghubung difokuskan pada
pena silang P (ujung batang penghubung kecil) dan pada engkol penjepit (ujung
batang penghubung besar), karena itu reaksi dari dua ujung ini akan sama
perbandingannya.
Rp = Ft, dan Rc = F1
Sekarang gaya aksi bengkok pada batang bagian x-x pada jarak x dari p,
Mx = Rp 𝝎²r
# B.M. pada beban variable dari 0 sampai adalah sama dengan daerah
segitiga yang dikalikan oleh jarak C.G. dari xx
=
= ...........(i)
Untuk momen bengkok maksimum
= l²
x =
Mmax = dari
persamaan (i)
=
=
=
=
Dari atas kita lihat bahwa maksimal B.M beda seperti kecepatan kuadrat,
karena itu, tegangan bengkok pada kecepatan tinggi akan berbahaya. Itu dicatat
bahwa gaya poros maksimum dan tegangan bengkok maksimum tidak terjadi
serempak. Pada mesin I.C. beban gas maksimum terjadi dekat dengan pusat
puncak mati dimana sebagai tegangan bengkok maksimum terjadi ketika sudut
engkol θ = 65
- 70 dari T.D.C. Tekanan gas jatuh dengan tiba-tiba separti piston bergerak dari
pusat mati. Pada mesin uap, meskipun tekanan dijaga hingga pemutusan terjadi,
kecepatan rendah dank karena itu tegangan bengkok inersia adalah kecil. Latihan
umum untuk merancang batang penghubung untuk gaya poros maksimum FC
mengabaikan piston, efek inersia dan kemudian diperiksa untuk tegangan
bengkok pada gaya inersia.