Tht

6
Timpanometri dilakukan untuk mengetahui keadaan di telinga tengah. Misalnya, apakah ada cairan, gangguan rangkaian tulang pendengaran (ossicular chain), kekakuan gendang telinga atau bahkan gendang telinga terlalu lentur. Timpanometer adalah alat yang digunakan dalam pemeriksaan timpanometri, bagian-bagiannya yaitu: A. Oscilator : Alat yang menghasilkan bunyi (biasanya 220 Hz), suara yang dihasilkan tersebut masuk ke earphone dan diteruskan ke liang telinga. B. Pompa Udara : Menghasilkan udara bertekanan -200 mmHg sampai dengan 200 mmHg C. Compliancemeter : untuk menilai bunyi yang diteruskan melalui mikrofon. Energi akustik tinggi dihantarkan pada telinga melalui suatu tabung bersumbat, sebagian diabsorbsi dan sisanya dipantulkan kembali ke kanalis dan dikumpulkan oleh saluran dari kedua tabung tersebut. Timpanogram adalah suatu penyajian berbentuk grafik dari kelenturan relatif sistem timpano osikular sementara tekanan udara di liang telinga diubah-ubah. Kelenturan maksimal diperoleh pada tekanan udara normal, dan berkurang jika tekanan udara ditingkatkan atau diturunkan. Individu dengan pendengaran normal atau dengan gangguan sensorineural akan memperlihatkan sistem timpano osikular yang normal. Gambaran hasil timpanometri tersebut adalah: - tipe A mengindikasikan bahwa kondisi telinga tengah normal; - tipe B terdapat cairan di telinga tengah; - tipe C terdapat gangguan fungsi tuba eustachius; - tipe AD terdapat gangguan rangkaian tulang pendengaran; dan - tipe AS terdapat kekakuan pada tulang pendengaran (otosklerosis) Pada telinga normal, memperlihatkan bahwa besar energi yang di pantulkan tersebut lebih kecil dari energi insiden. Sebaliknya, bila telinga terisi cairan atau bila gendang telinga menebal, atau sistem osikular menjadi kaku, maka energi yang dipantulkan akan lebih besar dari telinga normal,

description

hjgghghbj

Transcript of Tht

Timpanometri dilakukan untuk mengetahui keadaan di telinga tengah. Misalnya, apakah ada cairan, gangguan rangkaian tulang pendengaran (ossicular chain), kekakuan gendang telinga atau bahkan gendang telinga terlalu lentur.Timpanometer adalah alat yang digunakan dalam pemeriksaan timpanometri, bagian-bagiannya yaitu:A. Oscilator : Alat yang menghasilkan bunyi (biasanya 220 Hz), suara yang dihasilkan tersebut masuk ke earphone dan diteruskan ke liang telinga.B. Pompa Udara : Menghasilkan udara bertekanan -200 mmHg sampai dengan 200 mmHgC. Compliancemeter : untuk menilai bunyi yang diteruskan melalui mikrofon.Energi akustik tinggi dihantarkan pada telinga melalui suatu tabung bersumbat, sebagian diabsorbsi dan sisanya dipantulkan kembali ke kanalis dan dikumpulkan oleh saluran dari kedua tabung tersebut.Timpanogram adalah suatu penyajian berbentuk grafik dari kelenturan relatif sistem timpano osikular sementara tekanan udara di liang telinga diubah-ubah. Kelenturan maksimal diperoleh pada tekanan udara normal, dan berkurang jika tekanan udara ditingkatkan atau diturunkan. Individu dengan pendengaran normal atau dengan gangguan sensorineural akan memperlihatkan sistem timpano osikular yang normal.Gambaran hasil timpanometri tersebut adalah:- tipe A mengindikasikan bahwa kondisi telinga tengah normal;- tipe B terdapat cairan di telinga tengah;- tipe C terdapat gangguan fungsi tuba eustachius;- tipe AD terdapat gangguan rangkaian tulang pendengaran; dan- tipe AS terdapat kekakuan pada tulang pendengaran (otosklerosis)Pada telinga normal, memperlihatkan bahwa besar energi yang di pantulkan tersebut lebih kecil dari energi insiden. Sebaliknya, bila telinga terisi cairan atau bila gendang telinga menebal, atau sistem osikular menjadi kaku, maka energi yang dipantulkan akan lebih besar dari telinga normal, sehingga jumlah energi yang dipantulkan makin setara dengan energi insiden.Timpanometri dilakukan untuk mengetahui keadaan di telinga tengah. Misalnya, apakah ada cairan, gangguan rangkaian tulang pendengaran (ossicular chain), kekakuan gendang telinga atau bahkan gendang telinga terlalu lentur.Timpanometer adalah alat yang digunakan dalam pemeriksaan timpanometri, bagian-bagiannya yaitu:A. Oscilator : Alat yang menghasilkan bunyi (biasanya 220 Hz), suara yang dihasilkan tersebut masuk ke earphone dan diteruskan ke liang telinga.B. Pompa Udara : Menghasilkan udara bertekanan -200 mmHg sampai dengan 200 mmHgC. Compliancemeter : untuk menilai bunyi yang diteruskan melalui mikrofon.Energi akustik tinggi dihantarkan pada telinga melalui suatu tabung bersumbat, sebagian diabsorbsi dan sisanya dipantulkan kembali ke kanalis dan dikumpulkan oleh saluran dari kedua tabung tersebut.@@@@Tes Pendengaran Tes pendengaran adalah suatu cara menguji fungsi pendengaran seseorang yang dimulai dari tes sederhana hingga tes canggih. Tujuan tes pendengaran :1. Menentukan pendengaran seseorang normal atau tidak.2. Menentukan derajat kekurangan pendengaran.3. Menentukan lokalisasi penyebab gangguan pendengaran

Tes Pendengaran Non Konvensional1) Tes TimpanometriTimpanometri dilakukan untuk mengetahui keadaan di telinga tengah. Misalnya, apakah ada cairan, gangguan rangkaian tulang pendengaran (ossicular chain), kekakuan gendang telinga atau bahkan gendang telinga terlalu lentur.Alat yang digunakan dalam pemeriksaan timpanometri adalah timpanometer.

Gambar 2. Tes Timpanometri

Timpanogram adalah suatu penyajian berbentuk grafik dari kelenturan relatif sistem timpano osikular sementara tekanan udara di liang telinga diubah-ubah. Kelenturan maksimal diperoleh pada tekanan udara normal, dan berkurang jika tekanan udara ditingkatkan atau diturunkan. Individu dengan pendengaran normal atau dengan gangguan sensorineural akan memperlihatkan sistem timpano osikular yang normal.

Gambaran hasil timpanometri tersebut adalah: tipe A mengindikasikan bahwa kondisi telinga tengah normal. tipe B terdapat cairan di telinga tengah. tipe C terdapat gangguan fungsi tuba eustachius. tipe AD terdapat gangguan rangkaian tulang pendengaran. tipe AS terdapat kekakuan pada tulang pendengaran (otosklerosis)2) Tes BERA (Brainsteem Evoked Response Audiometry)Tes BERA ini dapat menilai fungsi pendengaran bayi atau anak yang tidak kooperatif, yang tidak dapat diperiksa dengan cara konvensional. Reaksi yang timbul sepanjang jaras-jaras saraf pendengaran dapat dideteksi berdasarkan waktu yang dibutuhkan (satuan milidetik) mulai dari saat pemberian impuls sampai menimbulkan reaksi dalam bentuk gelombang. Gelombang yang terjadi sebenarnya ada 7 buah, namun yang penting dicatat adalah gelombang I, III dan V.

Pemeriksaan BERA yang lengkap dapat memberikan informasi mengenai:a. Masa latensi absolut gelombang I, III, V pada intensitas yang berbedab. interpeak latency intervals yaitu dari gelombang I - III, I-V, III-Vc. Beda masa laten absolut telinga kanan dan kiri (interaural latency)d. Perubahan masa latensi gelombang apabila intensitasnya diturunkan (latency intencity function)e. Perubahan masa latensi gelombang dengan perubahan kecepatan stimulusf. Rasio amplitudo gelombang (absolute dan relative)3) Auditory Steady State Response (ASSR) Pemeriksaan elektrofisiologis lain untuk menilai AEP adalah Auditory Steady State Response (ASSR), atau kadang-kadang dikenal juga sebagai Steady-State Evoked Potential (SSEP). ASSR adalah salah satu metode pemeriksaan terbaru yang dapat digunakan oleh para audiologis untuk menentukan prediksi ambang pendengaran pada anak-anak. Tujuan ASSR adalah untuk membuat estimasi audiogram statistik yang akurat. Pada respons dari ABR diukur dalam microvolts, sedangkan pada ASSR diukur dalam nanovolts. Pada dasarnya, cara pemeriksaan pada tes ASSR ini sama dengan pemeriksaan pada BERA. Yang membedakan adalah frekuensi yang diperiksa serta gambaran hasil tes. Hasil tes BERA gambarannya berupa gelombang-gelombang sedangkan hasil tes ASSR berupa audiogram. Biasanya, jika dalam pemeriksaan BERA tidak ditemukan gelombang V di intensitas 80 dB, maka disarankan untuk melakukan tes ASSR untuk mengetahui berapa derajat gangguan pendengaran bayi atau anak. Hasil tes ASSR ini sangat penting digunakan dalam pemilihan dan pengaturan alat bantu dengar, terutama pada alat bantu dengar digital programmable. Ketepatan gain atau amplifikasi yang diberikan harus sesuai dengan hasil tes ASSR dan hasil tes pendengaran subyektif yang mendukung, yaitu Free Field Test.

4) Tes OAE (Otoacoustic Emission)Pemeriksaan OAE untuk menilai apakah koklea berfungsi normal merupakan pemeriksaan objektif , mudah, otomatis, non infansif, tidak terganting perilaku anak, cepat, sensivitas dan spesifitas mendekati 100 %. Kelemahannya dipengaruhi oleh bising lingkungan, kondisi telinga luar dan luar, kegagalannya pada 24 jam kelahiran pertama cukup tinggi, serta alat relative mahal.