THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

25
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Karate Kata karate dibentuk oleh dua karakter, yang pertama adalah kara (kosong) dan lainnya te (tangan). Kata kosong berarti teknik beladiri karate tidak memerlukan senjata, hanya menggunakan anggota badan seperti tangan dan kaki sebagai pengganti senjata (Wahid, 2007). Karate merupakan sebuah metode khusus untuk mempertahankan diri melalui penggunaan anggota tubuh yang terlatih secara baik dan alami yang didasari dan bertujuan sesuai nilai filsafat timur. Karate-do merupakan sebuah seni bela diri yang aslinya berasal dari daerah Okinawa, kemudian dimodifikasi dan diubah menjadi suatu jalan kehidupan (way of life) oleh Gichin Funakoshi (Wahid, 2007). Karate-do menerapkan karate sebagai cara hidup yang lebih dari sekedar mempertahankan diri serta telah menjadi suatu pedoman dan jalan hidup bagi setiap praktisinya. Gerakan-gerakan tubuh yang sistematis serta mengikuti kaidah, arti, makna dan sasaran yang dikandungnya merupakan suatu inti dari aksi olahraga karate itu sendiri sehingga seluruh gerak dan jiwa ditunjukkan sebagai satu kesatuan. Kesatuan gerak dan spirit ini menjadi inti dari olahraga karate yang dikenal dengan nama Karate-do (Rudianto, 2010). Karate diciptakan sebagai suatu olahraga beladiri yang memegang teguh sifat kekesatriaan sehingga terbentuk manusia yang mampu dan berani dalam menghadapi tantangan hidup serta secara alamiah menciptakan tatanan kehidupan

Transcript of THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

Page 1: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Karate

Kata karate dibentuk oleh dua karakter, yang pertama adalah kara

(kosong) dan lainnya te (tangan). Kata kosong berarti teknik beladiri karate tidak

memerlukan senjata, hanya menggunakan anggota badan seperti tangan dan kaki

sebagai pengganti senjata (Wahid, 2007).

Karate merupakan sebuah metode khusus untuk mempertahankan diri

melalui penggunaan anggota tubuh yang terlatih secara baik dan alami yang

didasari dan bertujuan sesuai nilai filsafat timur. Karate-do merupakan sebuah

seni bela diri yang aslinya berasal dari daerah Okinawa, kemudian dimodifikasi

dan diubah menjadi suatu jalan kehidupan (way of life) oleh Gichin Funakoshi

(Wahid, 2007).

Karate-do menerapkan karate sebagai cara hidup yang lebih dari sekedar

mempertahankan diri serta telah menjadi suatu pedoman dan jalan hidup bagi

setiap praktisinya. Gerakan-gerakan tubuh yang sistematis serta mengikuti kaidah,

arti, makna dan sasaran yang dikandungnya merupakan suatu inti dari aksi

olahraga karate itu sendiri sehingga seluruh gerak dan jiwa ditunjukkan sebagai

satu kesatuan. Kesatuan gerak dan spirit ini menjadi inti dari olahraga karate yang

dikenal dengan nama Karate-do (Rudianto, 2010).

Karate diciptakan sebagai suatu olahraga beladiri yang memegang teguh

sifat kekesatriaan sehingga terbentuk manusia yang mampu dan berani dalam

menghadapi tantangan hidup serta secara alamiah menciptakan tatanan kehidupan

Page 2: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

8

bermasyarakat yang berbudaya dan beradab. Oleh karenanya, hakekat olahraga

karate tidak hanya sebatas keterampilan olah gerak beladiri tetapi secara

komprehensif membentuk manusia yang mampu mengendalikan jiwa dan spirit

bagi dirinya yang ditunjukkan dalam kehidupan bermasyarakat (Rudianto, 2010).

Teknik-teknik dalam karate terdiri dari teknik pukulan (tsuki waza), teknik

sentakan (ucki waza), teknik tendangan (ken waza), teknik tangkisan (uke waza),

dan teknik bantingan (nage wasa), (Gambar 2.1). Pada pertandingan kumite,

teknik yang berperan langsung untuk mendapatkan nilai teknik pukulan, teknik

sentakan, dan teknik tendangan (Suharno, 1985).

Gambar 2.1 Pengelompokan Teknik-Teknik Karate (Morris, 1982)

Dalam cabang olahraga karate terdapat beberapa teknik dasar (kihon)

yakni:

a. Tsuki (pukulan)

Pada umunya pukulan ini digunakan untuk teknik puluhan yang lurus kedepan

(chokuzuki), bila lawan berada langsung di depan, lengan disodok lurus ke

depan dan sasaran di pukul dengan buku jari-jari dari kepalan depan. Pada

Page 3: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

9

waktu melepaskan pukulan lengan yang memukul diputar kearah dalam.

Adapun tsuki tediri dari beberapa teknik sebagai berikut (Nakayama, 1978):

1) Seiken chokuzuki, adalah kepalan (tinju) bagian depan

2) Oi Zuki /Gyaku Zuki, Ippon adalah pukulan lurus

3) Nukite adalah pukulan dengan jari lurus kecuali ibu jari (tangan terbuka)

4) Tate zuki, adalah pukulan tinju ke atas

5) Age zuki, adalah hantaman (pukulan) naik keatas

6) Mawashi zuki adalah pukulan (tinju) memutar

7) Ura zuki, adalah pukulan (tinju) tertutup

8) Morotte zuki adalah pukulan sejajar (paralel)

9) Yama zuki adalah pukulan (tinju) melebar ”U”

10) Kagi zuki adalah pukulan berkait

b. Geri (tendangan)

Faktor-faktor teknik tendangan dalam karate adalah sebagai berikut

(Nakayama, 1978):

1) Angkat lutut dari kaki yang akan menendang setinggi mungkin dan

sedekat mungkin dengan dada. Lutut akan menekuk penuh, kemudian

pindahkan berat kaki ke pinggul.

2) Lentingkan, tekukkan dan pelurusan lutut. Terdapat 2 cara menendang:

Menggunakan daya pegas lutut yang dilentingkan sepenuhnya dan dengan

meluruskan kuat-kuat lutut kaki yang ditekuk, menyerupai gerakan

menyodok.

Page 4: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

10

3) Daya pegas pinggul dan pergelangan kaki. Di lain pihak, kekuatan kaki itu

sendiri tidak cukup. Harus diperkuat dengan tenaga yang dihasilkan oleh

pegas dan lutut.

Teknik tendangan adalah bentuk dari teknik kaki, dilakukan dengan

mengangkat lutut setinggi mungkin dan sedekat mungkin dengan dada,

kemudian melentingkan atau menyodokkan kaki yang akan digunakan untuk

menendang (Nakayama, 1977).

Gambar 2.2 Teknik Tendangan, Ahmad (1994)

Ada dua cara dalam melakukan teknik tendangan, cara pertama ialah

dengan melentingkan lutut (snap), sedang cara kedua ialah dengan menyodok

(thrust). Di dalam bela diri karate, teknik- teknik tendangan sama pentingnya

dengan teknik-teknik pukulan (Nishiyama dan Brown, 1975). Teknik

tendangan bahkan memiliki keunggulan yaitu memiliki jarak jangkauan lebih

Page 5: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

11

panjang dan mempunyai kekuatan yang lebih besar bila dibandingkan dengan

teknik pukulan. Teknik tendangan yang dilakukan dengan melentingkan kaki

terdiri atas tendangan ke depan (mae geri), tendangan mengangkat ke samping

(yoko geri keage), tendangan memutar (mawashi geri), tendangan melompat

ke depan (mae tobi geri), tendangan memutar ke belakang (ushiro mawashi

geri), tendangan bulan sabit ke dalam (mika zuku geri), dan tendangan bulan

sabit ke luar (ura mika zuku geri). Teknik tendangan dengan cara

menyodokkan kaki terdiri atas tendangan menyodok ke samping (yoko geri

kekomi), tendangan melompat ke samping (tobi yoko geri), dan tendangan

menyodok ke belakang (ushiro geri). Bagian kaki yang membentur terhadap

sasaran (striking point) adalah sebagai berikut kaki macan (koshi), kaki pedang

(shuto), tumit (kakato), punggung kaki (haisoku) dan ujung jari kaki

(tsumasaki). Penggunaan bagian kaki yang membentur terhadap sasaran

(striking point) tergantung dari kebutuhan setiap karateka yang

menggunakannya, arah sasaran tendangan dan keefektifan tendangan terhadap

sasaran yang di tuju.

c. Uke (tangkisan)

Teknik tangkisan pada cabang olahraga karate dapat dilakukan dengan

berbagai cara. Di samping itu dapat pula dilakukan dengan menggunakan alat

anggota tubuh yang ada,misalnya tangan atau lengan dan kaki atau tungkai.

Pada dasarnya tangkisan harus dilakukan pada saat lawan mulai menyerang.

Oleh karena itu sangat perlu memperkirakan lebih dahulu adanya serangan.

Adapun uke tediri dari beberapa teknik sebagai berikut (Nakayama, 1978):

Page 6: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

12

1) Age uke adalah tangkisan atas

2) Ude Uke adalah tangkisan depan

3) Shuto Uke adalah tangkisan samping,

4) Gedan Barai adalah tangkisan dari atas kebawah

5) Morote Uke adalah Meningkatkan tangkisan

6) Juji Uke adalah tangkisan bawah dengan posisi keduan telapak tangan

mengepal (menyilang)

7) Kawiwake Uke adalah Tangkisan langkah pertama dari kekalahan

Terdapat tiga bentuk latihan yang dilalui oleh setiap orang yang berlatih

karate. Bentuk latihan itu adalah bentuk latihan kihon (dasar), bentuk latihan kata

(jurus), dan bentuk latihan kumite (sparring).

1. Bentuk Latihan Kihon (Latihan Dasar)

Bentuk latihan kihon merupakan bentuk latihan dasar yang dilalui oleh

semua orang yang berlatih seni beladiri karate pada saat baru mulai berlatih.

Latihan dasar ini di praktekkan dalam kurun waktu yang cukup lama bahkan

dikatakan bahwa tidak ada batasan waktu dalam melatih kihon. Bentuk latihan

ini penting, karena latihan kihon menentukan kualitas seluruh teknik yang

akan dipelajari nantinya. Bentuk latihan ini yang akan membentuk karakter,

kekuatan, postur tubuh dan teknik-teknik yang dipelajari. Orang dengan

teknik dasar yang lemah akan memiliki teknik yang lemah, sama seperti

rumah yang memiliki pondasi yang tidak kuat, sebaliknya, orang yang teknik

dasarnya kuat akan memiliki teknik yang baik dengan kualitas yang jauh lebih

baik pada nantinya (Nakayama, 1978).

Page 7: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

13

Dalam latihan kihon ini, yang dipelajari adalah teknik-teknik dasar dari

karate seperti kuda-kuda (dachi), pukulan (tsuki), tendangan (geri) dan

tangkisan (uke). Namun tidak hanya teknik-teknik itu saja yang dipelajari.

Dalam bentuk latihan kihon, selain teknik-teknik dasar, yang juga dilatih

adalah pemahaman mengenai bentuk (katachi), pernapasan (kokyo), kiai, kime

(fokus), pinggang (koshi), kecepatan dan kekuatan, memperkuat otot, irama

dan ketepatan. Semua komponen ini penting untuk dilatih karena akan

menunjang teknik yang nanti akan dipelajari. Bentuk latihan kihon ini

merupakan latihan yang dilakukan sebelum masuk pada bentuk latihan kata

(Ahmad, 1994).

2. Bentuk Latihan Kata

Kata dalam bahasa Jepang secara harfiah memiliki arti gaya, bentuk,

model. Kata dalam karate adalah suatu rangkaian teknik yang dirangkai dalam

suatu urutan yang sudah ditentukan. Gerakan-gerakan di dalam kata terdiri

dari gerakan memukul, menangkis, menendang, berputar, dan melangkah.

Setiap kata memiliki karakternya masing-masing. Beberapa kata memiliki

karakter yang sangat keras, solid, dan berat. Kata merupakan satu-satunya cara

yang digunakan untuk mengajarkan karate sampai pada tahun 1930-an.

Kata, walaupun jika dilihat dari kumpulan gerakannya merupakan

kumpulan jurus-jurus karate yang merupakan suatu teknik untuk bertarung,

kata tidak pernah diperuntukkan sebagai suatu alat untuk menyerang. Seluruh

gerakan awal dari kata dalam seni beladiri karate adalah gerakan untuk

bertahan dan bukan gerakan untuk menyerang lawan terlebih dahulu. Tidak

Page 8: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

14

hanya itu, kata juga adalah suatu bentuk latihan yang sebenarnya ditujukan

untuk melatih tubuh dan pikiran suatu ritual spiritual yang membawa orang

yang berlatih kata kepada suatu jalan akan pertumbuhan dan pengertian. Kata

dilihat sebagai suatu urutuan gerakan yang sudah ditetapkan yang telah

dirancang untuk dapat bertahan secara efektif dalam menghadapi serangan

dari lawan, tetapi kata sebenarnya memiliki arti lebih dari itu, kata adalah jiwa

dari latihan dan perkembangan karate. Esensi pokok dalam memainkan sebuah

kata berupa tenaga, irama dan keindahan (Wahid, 2007). Basis dari kata

adalah “Kata ni sente nashi” yang artinya adalah “tidak ada serangan pertama

di dalam kata seni beladiri karate”. Melalui latihan kata, seorang karateka

(orang yang berlatih karate) dapat mempelajari bahwa seorang karateka sejati

tidak pernah menyerang duluan, dan tidak pernah menyerang karena dikuasai

oleh amarah (Nakayama, 1978).

Walaupun jumlah kata sebenarnya sangat banyak, Gichin Funakoshi

mengatakan bahwa menguasai seluruh kata yang ada membutuhkan waktu

seumur hidup, menguasai enam belas kata adalah cukup. Ia juga, dalam buku

“Karate-Do Kyohan” mengatakan bahwa tidak semua orang cocok dengan

seluruh kata yang ada, sehingga seseorang cukup mencari satu kata yang

cocok dengan dirinya dan pelajarilah seumur hidup.

Kata yang merupakan kumpulan teknik yang sudah dirancang dapat

dibagi ke dalam 3 kelompok, sesuai dengan 4 aliran karate yang pertama ada

di Okinawa, yakni Shotokan, Shito-ryu, Goju-ryu dan Wado-ryu (Wahid,

2007). Ada banyak jenis kata lainnya, yang dikatakan mencapai 1000 jenis,

Page 9: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

15

namun dari jumlah yang demikian hanya sedikit sekali yang masih tersisa,

kata tradisional yang dikembangkan di Okinawa pun sudah banyak

mengalami perubahan dan perkembangan. Kata yang tersisa dan masih

dipraktekkan oleh orang-orang yang berlatih karate hanyalah kata yang

dibawa ke luar dari Okinawa dan diperkenalkan oleh Gichin Funakoshi.

3. Bentuk Latihan Kumite

Kumite atau sparring merupakan suatu bentuk dari aplikasi teknik

pertahanan dan penyerangan yang dilatih dalam kata dan kihon dalam situasi

yang sebenarnya. Dalam karate aliran shotokan, bentuk latihan kumite yang

diajarkan untuk pertama kalinya adalah Yakusoku Kumite, secara harafiah

dapat diartikan sebagai kumite perjanjian. Dalam bentuk kumite ini, dua orang

berhadapan setelah menentukan teknik apa yang akan digunakan. Saat kumite

berlangsung, teknik yang boleh dilancarkan hanyalah teknik yang sudah

disepakati oleh kedua belah pihak. Bentuk kumite yang seperti ini disebut juga

sebagai kihon kumite. Ada enam tipe dari kihon kumite, yakni gohon kumite,

sanbon kumite, kihon ippon kumite, kaeshi ippon kumite, okuri ippon kumite,

dan jiyuu ippon kumite (Nishiyama dan Brown, 1975).

Gohon kumite, yakni kumite lima langkah. Dalam latihan gohon kumite

ini, lawan yang bertindak sebagai orang yang bertahan melangkah mundur

setiap kali penyerang bergerak maju, lalu pada gerakan terakhir, yang bertahan

melakukan serangan balasan setelah gerakan tangkisan terakhir. Serangan

balasan yang dilancarkan biasanya berupa satu pukulan kearah perut. Sanbon

kumite, prinsipnya sama seperti gohon kumite namun dalam sanbon kumite

hanya terdapat tiga langkah saja. Sanbon kumite ini berfungsi untuk melatih

Page 10: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

16

kecepatan, tenaga dan teknik. Kihon ippon kumite, adalah bentuk sparring

dimana seluruh gerakan menyerang dan bertahan diselesaikan dalam satu

langkah. Fungsinya adalah untuk melatih kemampuan bertahan. Kaeshi ippon

kumite merupakan inovasi dari kihon ippon kumite. Dalam bentuk kumite ini,

pihak yang bertahan maju selangkah penuh melancarkan serangan balasan dan

memaksa pihak penyerang untuk bertahan. Dalam Okuri ippon kumite,

penyerang melancarkan dua serangan, namun hanya serangan pertama yang

sudah disepakati dengan pihak yang bertahan. Serangan ke dua merupakan

serangan yang secara bebas ditentukan oleh pihak yang menyerang. Jiyuu

ippon kumite merupakan kumite dengan gaya semi bebas. Pihak penyerang

bebas menentukan serangan dan pihak bertahan bebas memilih teknik

pertahanan (Nishiyama dan Brown, 1975).

Keenam bentuk kumite diatas merupakan bentuk kumite dasar yang

dilatih oleh karateka mulai dari kyu 10 hingga kyu 4 (tingkatan dalam karate,

kyu 10 adalah yang paling dasar). Jiyuu Kumite merupakan bentuk latihan

kumite bebas. Bentuk ini dilatih oleh orang-orang yang sudah lebih senior

dalam karate seperti yang sudah menyandang kyu 4 atau dan 1. Bentuk kumite

ini tidak diajarkan sebagai latihan dasar. Dalam jiyuu kumite ini, terjadi

pertarungan satu lawan satu dimana kedua pihak mengadakan simulasi

pertarungan seperti dalam situasi yang nyata, dimana mereka melancarkan

teknik serangan seperti tendangan dan pukulan secara bebas dengan kekuatan

penuh dan harus dapat mempertahankan diri mereka. Dalam latihan kumite,

biasanya tidak diperbolehkan untuk mengenakan pukulan pada lawan dengan

kekuatan penuh. Pukulan harus dikurangi dan ditahan tenaganya sebelum

mengenai tubuh lawan (Morris, 1982).

Page 11: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

17

2.2 Mawashi Geri Jodan

Mawashi geri, atau tendangan berputar, adalah teknik tendangan dalam

karate yang dapat digunakan untuk menyerang hampir seluruh bagian dari tubuh.

Mulai dari menyerang lutut/bagian bawah (gedan), punggung/bagian tengah

(chudan) hingga menyerang kepala/bagian atas (jodan). Jika di eksekusi dengan

tepat, tendangan ini dapat menjadi suatu tendangan yang cepat dan efektif untuk

melumpuhkan lawan. Prinsip dari tendangan ini sama dengan mae geri, yang

membedakan adalah posisi tubuh. Dalam mae geri, posisi tubuh tegak dan lurus,

sedangkan dalam mawashi geri, posisi tubuh tegak namun agak sedikit

menyamping (Gambar 2.3).

Gambar 2.3 Posisi Mawashi geri

Ushiro mawashi geri atau tendangan belakang berputar ini merupkan

variasi dari mawashi geri. Prinsipnya sama dengan mawashi geri, namun bagian

yang di gunakan untuk menyerang adalah tumit. Daerah yang diincar pada saat

menyerang adalah daerah kepala dari lawan (Gambar 2.4).

Page 12: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

18

Gambar 2.4 Posisi Ushiro Mawashi geri

Tendangan mawashi adalah tendangan samping, sehingga lontaran yang

menendang membentuk jalur melengkung seperti busur dari luar ke dalam,

dengan sasaran yang ada di depan atau samping. Tendangan mawashi geri

menggunakan punggung kaki untuk mengenai sasaran seperti muka, leher dan

punggung (Putra, 2005), (Gambar 2.5).

Gambar 2.5 Tendangan Mawashi Geri

Page 13: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

19

Berdasarkan Gambar 2.5 terlihat bahwa mawashi geri adalah tendangan

lurus mengarah ke pipi/kepala (jodan), dan ke arah punggung (chudan). Mawashi

geri dapat dieksekusi dari berbagai sikap, dan ada beberapa metode pelaksanaan

yang tepat. Porsi pelaksanaannya yang selalu konsisten adalah bahwa tendangan

yang dieksekusi ke dalam dan pada sudut yang mana saja yang sejajar dengan

lantai ke arah 45 derajat ke atas. Secara umum, itu adalah tendangan lateral yang

menyerang dengan kaki. Jika Mawashi geri sedang dilakukan dengan kaki depan,

kaki datang langsung dari tanah, pindah ke posisi dengan lutut ditekuk ke

belakang dan menunju pada area target yang diinginkan pada lawan. Tanpa

berhenti, kaki bagian atas berputar ke dalam apa pun sudut tendangan akan

dilakukan, dan akhirnya, tungkai bawah keluar untuk menyerang lawan, dan

kemudian segera kembali masuk (Putra, 2005).

Tendangan mawashi ini melibatkan Otot-otot yang dominan, antara lain

quadriceps, glutes maximus, hamstring, calf muscle (Gambar 2.6).

Gambar 2.6 Otot yang Dominan

Page 14: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

20

2.3 Kecepatan Tendangan

Kecepatan merupakan kualitas kondisional yang memungkinkan seorang

olahragawan dapat melakukan gerakan sesingkat-singkatnya bila dirangsang.

Seperti yang dikatakan oleh Sukadiyanto (2002) kemampuan menjawab rangsang

dengan bentuk gerak atau serangkaian gerak dalam waktu secepat mungkin.

Kecepatan juga diartikan sebagai kemampuan untuk berjalan, berlari atau

bergerak dengan cepat (Rusli, 2000). Sedangkan menurut Brown (2001) yang

dimaksud dengan kecepatan adalah kemampuan bergerak dari satu titik ke titik

lain setelah mendapat rangsang.

Kecepatan termasuk komponen biomotor yang sangat berpengaruh pada

penampilan atlet karate. Kecepatan juga potensi tubuh yang digunakan sebagai

modal atau sangat menunjang dalam melakukan gerakan. Dalam pertandingan

karate kecepatan dapat dilihat dalam melakukan serangan baik tendangan,

pukulan, serta reaksi saat mendapat serangan dari lawan seperti menghindar,

menangkis atau membalas serangan lawan. Tendangan merupakan serangan yang

dominan dilakukan. Dengan itu kecepatan tendangan sangat dibutuhkan dalam

pertandingan karate untuk memperoleh nilai (Brown, 2001).

Teknik tendangan sama pentingnya dengan teknik pukulan, akan tetapi

tendangan mempunyai kekuatan yang lebih besar dibanding dengan kekuatan

pukulan. Pada saat menendang keseimbangan yang baik sangat diutamakan,

bukan hanya berat badan yang bertumpu pada satu kaki saja tetapi juga

disebabkan akibat guncangan tenaga balik pada saat benturan. Kaki memiliki

jangkauan panjang yang tidak terjangkau oleh tangan. Penggunaan teknik

Page 15: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

21

tendangan harus disertai dengan koordinasi yang baik antara sikap kaki, sikap

tangan, dan sikap badan (Rusli, 2000).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan tendangan diantaranya :

proses mobilitas syaraf, perangsangan-penghentian, kontraksi-relaksasi,

peregangan otot-otot, kontraksi kapasitas otot-otot, koordinasi otot-otot sinergis

dan antagonis, elastisitas otot, kekuatan kecepatan, ketahanan kecepatan, teknik

olahraga, dan daya kehendak. Seorang karateka harus mempunyai kualitas

kecepatan tendangan yang baik, agar dalam setiap tendangan yang dilakukan

tidak mudah ditangkap/ditepis oleh lawan kemudian dijatuhkan (Wahid, 2007).

Kecepatan ada dua macam yaitu kecepatan gerak dan kecepatan reaksi.

Kecepatan gerak adalah kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan dalam

waktu sesingkat mungkin. Kecepatan gerak dibedakan menjadi kecepatan gerak

siklus dan kecepatan gerak non-siklus. Gerak siklus adalah kemampuan sistem

neuromuskuler untuk melakukan serangkaian gerakan dalam waktu sesingkat

mungkin sebagai contoh sprint. Sedangkan kecepatan gerak non-siklus

merupakan kemampuan sistem neuromuskuler untuk melakukan gerak tunggal

dalam waktu sesingkat mungkin (Sukadiyanto, 2002).

Kecepatan reaksi adalah kemampuan seseorang dalam menjawab rangsang

dalam waktu sesingkat mungkin. Kecepatan reaksi dibedakan lagi menjadi

kecepatan reaksi tunggal dan kecepatan reaksi majemuk. Reaksi tunggal yaitu

kemampuan sesorang untuk menjawab rangsang yang telah diketahui arah dan

tujuannya, sedangkan reaksi majemuk adalah kemampuan seseorang untuk

menjawab rangsang sesingkat mungkin dimana arah dan sasaran dari rangsang

tersebut belum diketahui (Sukadiyanto, 2002).

Page 16: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

22

2.4 Pelatihan

Pelatihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratur guna

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan utama pelatihan dalam olahraga

prestasi adalah untuk mengembangkan kemampuan biomotorik ke standar yang

paling tinggi, atau dalam arti fisiologis atlet berusaha mencapai tujuan perbaikan

sistem organisme dan fungsinya untuk mengoptimalkan prestasi atau penampilan

olahraganya. Berkaitan dengan pelatihan, Suharno menyatakan bahwa dalam seri

bahan penataran pelatih tingkat muda/madya dikatakan, “Berlatih atau latihan

ialah suatu proses penyempurnaan kualitas atlit secara sadar untuk mencapai

prestasi maksimal dengan diberi beban latihan fisik dan mental secara teratur,

terarah, bertahap, meningkat, berkesinambungan dan berulang-ulang waktunya”

(Arifqi, 2011). Sudjarwo menyatakan bahwa, “pelatihan adalah suatu proses yang

sistematis secara berulang-ulang, secara ajeg dengan selalu memberikan

peningkatan beban latihan” (Arifqi, 2011). Hal senada dikemukakan Andi

Suhendro yang berpendapat “pelatihan (training) merupakan proses kerja yang

sistematis dan dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang makin

meningkat” (Arifqi, 2011).

Pengertian pelatihan yang dikemukakan tiga ahli tersebut pada prinsipnya

mempunyai pengertian yang hampir sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa,

pelatihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis dan

kontinyu, dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang semakin

meningkat. Pelatihan yang sistematis adalah program pelatihan direncanakan

secara matang, dilaksanakan sesuai jadwal menurut pola yang telah ditetapkan,

dan evaluasi sesuai dengan alat yang benar.

Page 17: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

23

Penyajian materi harus dilakukan dari materi yang paling mudah ke arah

materi yang paling sukar, dari materi yang sederhana mengarah kepada materi

yang paling kompleks. Pelatihan harus dilakukan secara berulang-ulang,

maksudnya pelatihan harus dilakukan menimal tiga kali dalam seminggu. Dengan

pengulangan ini diharapkan gerakan yang pada saat awal pelatihan dirasakan

sukar dilakukan, pada tahap-tahap berikutnya akan menjadi lebih mudah

dilakukan. Beban pelatihan harus meningkat maksudnya, penambahan jumlah

beban latihan harus dilakukan secara periodik, sesuai dengan prinsip-prinsip

pelatihan, dan tidak harus dilakukan pada setiap kali pelatihan, namun tambahan

beban harus segara dilakukan ketika atlit merasakan pelatihan yang dilaksanakan

terasa ringan.

Pelatihan adalah suatu aktifitas olahraga yang dilakukan secara sistematis

dalam waktu yang lama ditingkatkan secara progresif dan individual mengarah

kepada ciri- ciri fungsi fisiologis dan psikologis untuk mencapai sasaran yang

telah ditentukan (Bompa, 1994). Masih menurut Bompa latihan fisik yang

dilakukan dengan sistematis, berulang-ulang dan terprogram akan memberi

dampak positif bagi tubuh, sebagai berikut:

1. Jantung akan membesar, lebih kuat, penambahan volume dan curah jantung.

2. Bertambahnya jumlah pembuluh kapiler di sekitar otot.

3. Bertambahnya kemampuan darah membawa oksigen.

4. Bertambahnya kemampuan sel otot menghasilkan energi dengan penambahan

konsentrasi enzim penghasil energi.

5. Bertambahnya kemampuan sel otot untuk menetralisir dan menghancurkan

sisa-sisa pembakaran.

Page 18: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

24

6. Bertambahnya kemampuan sel otot dan hati untuk bahan bakar terutama

glikogen.

7. Bertambah besarnya ukuran otot.

Pelatihan atau training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau

bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah

beban pelatihannya. Proses sistematis pelatihan adalah pelatihan berencana

menurut jadwal yang telah ditentukan (Harsono, 2007), juga menurut pola dan

sistem tertentu, metodis dari mudah ke susah, teratur dari sederhana ke kompleks.

Berulang-ulang maksudnya agar gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan

menjadi semakin mudah karena terbiasa.

Tujuan utamanya adalah membantu atlet untuk meningkatkan

keterampilan prestasinya semaksimal mungkin, untuk mencapai tujuan utama

pelatihan, yakni peningkatan keterampilan dan penampilan seseorang, maka atlet

yang dituntut oleh pelatih harus memenuhi tujuan umum pelatihan (Arifqi, 2011).

Selanjutnya tujuan-tujuan itu dijelaskan sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan kemampuan fisik secara umum

2. Meningkatkan kemampuan khusus, sesuai dengan cabang olahraga yang

ditekuni

3. Menyempurnakan koordinasi gerakan dan teknik cabang olahraga yang

ditekuni

4. Mengembangkan keperibadian serta kemampuan yang keras, kepercayaan diri,

ketekunan, semangat serta disiplin.

5. Untuk menjamin dan mengamankan secara kesiapan tim secara optimal

Page 19: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

25

6. Mencegah terjadinya cedera

7. Untuk memelihara kesehatan

8. Untuk meningkatkan pengetahuan secara teori dengan memparhatikan dasar-

dasar fisiologis, psikologis dan gizi.

Tujuan pelatihan untuk membantu siswa meningkatkan keterampilan dan

prestasi agar semakin maksimal. Untuk mencapai hal tersebut ada beberapa aspek

latihan yang perlu diperhatikan, yaitu (Harsono, 2007) :

1. Latihan fisik (Physical training)

Latihan ditujukan untuk perkembangan fisik secara meenyeluruh, karena

olahraga sangat membutuhkan kondisi fisik yang prima.

2. Latihan Teknik (Technical Training)

Latihan untuk mempermahir teknik-teknik gerakan yang diperlukan pada saat

bertanding, baik teknik yang telah ada atau mempelajari teknik-teknik baru.

3. Latihan taktik (Tactical Training)

Latihan untuk menumbuh kembangkan daya tafsir siswa. Teknik-teknik

gerakan dengan baik haruslah dituangkan dan diorganisir dalam pola-pola

permainan, bentuk-bentuk dan formasi-formasi permainan serta strategi dan

taktik pertahanan dan penyerangan sehingga berkembang menjadi satu

kesatuan gerak yang sempurna.

4. Latihan Mental (Physcological Training)

Latihan untuk mempertinggi efisiensi mental siswa, terutama bila siswa

berada dalam posisi dan situasi stress yang kompleks. Tanpa memiliki mental

yang bagus dapat dipastikan akan sulit mengatasi kondisi tersebut.

Page 20: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

26

Tujuan pelatihan dapat dibagi dalam dua bagian yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus. Tujuan umum pelatihan adalah untuk menjuarai suatu kompetisi

sebagai sasaran terakhir berdasarkan kalender kompetisi yang ditetapkan. Tujuan

khusus pelatihan adalah untuk membentuk, meningkatkan dan mempertahankan

kondisi biomotor ability, fisiologis, psikologis dan keterampilan motorik dalam

teknik dan taktik berdasarkan fase-fase yang telah ditetapkan, tentunya sesuai

dengan prinsip-prinsip pelatihan (Arifqi, 2011).

Pelatihan akan memberikan hasil yang optimal apabila didasarkan pada

prinsip-prinsip pelatihan. Prinsip dasar pelatihan merupakan upaya untuk

meningkatkan suatu tingkat keterampilan dan prestasi, sedangkan penggunaan

prinsip pelatihan yang tepat bagi pelatih adalah dapat menghasilkan organisasi

latihan yang baik. Berikut ini beberapa prinsip pelatihan secara umum yang perlu

diperhatikan oleh pelatih diantaranya (Arifqi, 2011):

1. Prinsip Beban Lebih

Prinsip overload ini merupakan prinsip yang paling mendasar dan individual,

oleh karena itu tanpa prinsip ini sulit rasanya prestasi atlet dapat ditingkatkan.

Prinsip overload merupakan prinsip latihan yang paling mendasar, prinsip ini

mengatakan bahwa beban latihan yang di berikan kepada siswa haruslah

cukup berat, serta harus dilakukan berulang kali dengan intensitas yang cukup

tinggi dalam olahraga. Agar prestasi dapat ditingkatkan siswa harus selalu

berusaha untuk berlatih dengan beban kerja yang ada di atas ambang rangsang

kepekaannya. Kalau beban latihan terlalu ringan dan tidak ditambah maka

berapa lamapun kita berlatih, seringpun kita berlatih atau sampai

Page 21: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

27

bagaimanapun capeknya kita mengulang-ulang latihan tersebut tidak akan

mungkin meningkatkan prestasi. Jadi faktor beban atau overload dalam hal ini

merupakan faktor yang sangat menentukan (Harsono, 2007).

2. Prinsip Spesifikasi atau Kekhususan

Aktivitas motorik yang khusus mempunyai pengaruh yang baik terhadap

latihan, maka harus didasarkan pada dua hal yaitu : (1). Melakukan latihan

yang khas bagi cabang olahraga spesialisasi tersebut, (2). Melakukan latihan

untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan biomotorik yang dibutuhkan

oleh cabang olahraga tersebut. Spesialisasi berarti merupakan segala

kemampuan, baik fisik maupun psikis pada cabang olahraga tertentu.

Kekhususan adalah latihan untuk satu cabang olahraga, mengarah pada

perubahan harus ada kaitannya dengan keterampilan khusus (Harsono, 2007).

3. Prinsip Individual

Pemberian latihan yang akan diberikan hendaknya memperhatikan kekhususan

individu, karena pada dasarnya setiap orang mempunyai ciri yang berbeda,

baik secara fisik maupun mental. Adanya perbedaan anatomis dan fisiologis,

maka latihan yang diberikan juga secara perorangan sesuai dengan

kemampuan masing-masing. Setiap orang mempunyai perbedaan individu

masing-masing, demikian pula setiap siswa berbeda kemampuan, potensi dan

karakteristik belajarnya, oleh karena itu prinsip individualisasi yang

merupakan salah satu syarat yang penting dalam latihan kontemporer, harus

diterapkan kepada siswa, sekalipun mereka mempunyai tingkat prestasi yang

sama. Seluruh konsep latihan harus disusun sesuai dengan kekhasan setiap

individu agar tujuan latihan dapat sejauh mungkin tercapai (Harsono, 2007).

Page 22: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

28

4. Prinsip Beragam (Variety principle)

Latihan merupakan proses panjang yang dilakukan berulang kali, hal ini sering

menimbulkan kebosanan. Untuk mengatasinya perlu ciptakan suasana yang

menyenangkan serta membuat aneka bentuk latihan.

5. Prinsip perkembangan menyeluruh (Multilateral principle)

Prinsip perkembangan multilateral didasarkan pada fakta bahwa selalu ada

interpendensi (saling ketergantungan) antara semua organ dan sistem tubuh

manusia dan proses-proses lahiriah dengan psikologis (Harsono, 2007).

6. Prinsip latihan beraturan (The principle of progresissive resistance)

Latihan hendaknya dimulai dari kelompok otot yang besar, kemudian

dilanjutkan dengan otot yang kecil.

Pelatihan olahraga merupakan suatu pelatihan dalam upaya untuk

peningkatan fungsi sistem organ tubuh agar mampu memenuhi kebutuhan secara

optimal ketika berolahraga. Agar pelatihan olahraga mencapai hasil yang

maksimal, harus memiliki prinsip pelatihan. Tanpa adanya prinsip atau patokan

yang harus diikuti oleh semua pihak yang terkait, terutama pelatih dan atlet

pemula dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada evaluasi pelatihan akan sulit

untuk mencapai hasil yang maksimal.

Prinsip pelatihan adalah suatu petunjuk dan peraturan yang sistematis

dengan memberikan beban yang ditingkatkan secara progresif, yang harus ditaati

dan dilaksanakan agar tercapai tujuan pelatihan (Nala, 2011).

Adapun prinsip-prinsip pelatihan itu menurut Bompa (1994) adalah:

1. Prinsip aktif dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti pelatihan.

2. Prinsip pengembangan multilateral.

Page 23: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

29

3. Prinsip spesialisasi.

4. Prinsip individu.

5. Prinsip variasi dan keserbaragaman.

6. Prinsip mempergunakan model proses pelatihan.

7. Prinsip peningkatan beban progresif dalam pelatihan.

Jadi ketujuh prinsip tersebut merupakan satu kesatuan yang harus diikuti

serta ditaati oleh setiap pemain yang ingin mencapai prestasi optimal pada cabang

olahraga yang ditekuninya.

2.5 Pelatihan Pliometrik

Istilah Pliometrik adalah sebuah kombinasi kata yang berasal bahasa latin,

yaitu plyo dan metrics yang memiliki arti peningkatan yang dapat di ukur.

Menurut Radcliffe dan Farentinos (2002), dalam buku pliometrik untuk

meningkatkan power, dari sudut pandang praktis pliometrik relatif mudah

diajarkan dan dipelajari.

Power otot tungkai dapat ditingkatkan melalui latihan-latihan mengarah

pada hasil kecepatan. Latihan pliometrik memiliki ciri khusus yaitu kontraksi otot

yang sangat kuat yang merupakan respon dari pembebanan. Intensitas latihan pada

metode pliometrik adalah pengontrolan dari tipe latihan yang ditampilkan, gerak

pliometriknya dari yang sederhana ke gerakan yang komplek. Latihan pliometrik

adalah salah satu latihan yang dilakukan terutama pada cabang olahraga yang

membutuhkan daya ledak otot tungkai atau otot lengan (Radcliffe dan Farentinos,

2002).

Page 24: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

30

Pliometrik adalah latihan-latihan atau ulangan yang bertujuan

menghubungkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan gerakan-

gerakan eksplosif. Istilah ini sering digunakan dalam menghubungkan gerakan

yang berulang-ulang atau latihan reflek regang untuk menghasilkan reaksi yang

eksplosif.

Latihan pliometrik adalah metode latihan untuk meningkatkan daya ledak

otot dengan bentuk kombinasi latihan isometrik dan isotonik (eksentrik-kosentrik)

yang mempergunakan pembebanan dinamik. Regangan yang terjadi secara

mendadak sebelum otot berkontraksi kembali atau suatu latihan yang

memungkinkan otot-otot untuk mencapai kekuatan maksimal dalam waktu yang

sesingkat mungkin. Konsep latihan pliometrik menggunakan regangan awal pada

otot secara cepat sebelum kontraksi eksentrik pada otot yang sama (Johansyah

Lubis, 2005). Dalam latihan pliometrik terdapat prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Pemanasan dan Pendinginan

Latihan pliometrik ini fokus untuk menentukan satu gerak kerja yang aktif,

fleksibel dan fit maka gerakan ini dimulai dengan pemanasan yang sempurna

dan konsklusif. Kemudain di akhiri dengan pendinginan.

2. Intensitas Tinggi

Intensitas adalah faktor yang penting di dalam latihan pliometrik. Kebugaran

dengan kekuatan daya yang maksimal sangat perlu untuk mendapatkan efek

yang optimal dari latihan yang dilakukan. Penilaian ulangan regangan otot

adalah lebih penting dari latihan itu.

3. Beban Lebih Progresif

Setiap latihan pliometrik harus meliputi latihan ketahanan, temporal dan

kelebihan beban. Penambahan beban memaksa otot untuk bekerja dengan

Page 25: THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...

31

intensitas yang lebih. Kelebihan beban yang tidak sempurna akan berpengaruh

yang negatif pada atlet.

4. Memaksimalkan Gaya atau Meminimalkan Waktu

Pergerakan dan daya keduanya penting dalam latihan pliometrik. Dalam

banyak kondisi, kelajuan gerakan badan dititik beratkan.

5. Konstruksi Dasar yang Benar

Kekuatan merupakan dasar latihan pliometrik maka suatu program latihan

harus direncanakan dan diatur agar produksi energi terintegrasi secara

maksimal.

6. Program Latihan Individualitas

Setiap pelatih harus mengetahui jenis dan periode program latihan yang

mampu dan berguna untuk dilakukan oleh setiap individu atlet supaya

menghasilkan yang terbaik.