TGPL Jalan Semeru Bab III

17
Tata Guna Pengolahan Lahan 2013 1 BAB III DATA ANALISA 3.1 Gambaran Umum Jaringan Jalan Kota Malang Berdasar dari Profil Kota Malang, jaringan jalan merupakan unsur utama dalam pembangunan kota utamanya yang berhubungan dengan strategi pengembangan dan perluasan kota, selanjutnya klasifikasi sistem jalan utama di Kota Malang, menurut fungsinya terdiri dari jalan arteri primer dan sekunder yang merupakan poros utara-selatan dan sebagian besar untuk rute timur-barat merupakan jalan kolektor. 1. Pola Jaringan Jalan Pola jaringan jalan Kota Malang adalah radial, karena pusat kota merupakan daerah kegiatan utama dalam kota. Jalan besar menjadi titik pusat untuk menjangkau wilayah- wilayah sekitar pusat kota. 2. Tipe Jalan Kota Malang memiliki tipe jalan yang berbeda-beda. Mulai dari 2/1 UD, seperti pada jalan lingkungan dekat DAS Brantas. Tipe jalan 2/2 UD seperti Jalan Panjaitan, Jalan MT. Haryono, dan Jalan Gajayana. Alasannya, 2/2 UD adalah minimnya lebar jalan dan merupakan wilayah permukiman. Tipe jalan 4/2 D, terdapat di Jalan Bandung dan Jalan Ijen. Alasannya, wilayah tersebut memang diperuntukkan untuk kawasan elit. 3. Hirarki Jalan Hirarki jalan di Kota Malang terdiri dari empat hirarki, yaitu arteri sekunder, kolektor sekunder, lokal sekunder, dan lingkungan sekunder. B. Pola Pergerakan 1. Pola Pergerakan Pendidikan Pola pergerakan dipengaruhi oleh adanya sarana pendidikan. Pada saat tertentu pola pergerakan akan tinggi karena pengaruh sarana pendidikan,contohnya di Jalan Veteran terdapat Universitas Brawijaya dan deretan sekolah swasta. 2. Pola Pergerakan Perdagangan Perdagangan menjadi salah satu yang berpengaruh terhadap pola pergerakan. Contohnya, pola pergerakan akan tinggi pada waktu tertentu di pusat perbelanjaan seperti Malang Town Square dan Pasar Besar.

Transcript of TGPL Jalan Semeru Bab III

Tata Guna Pengolahan Lahan 2013

1

BAB III

DATA ANALISA

3.1 Gambaran Umum Jaringan Jalan Kota Malang

Berdasar dari Profil Kota Malang, jaringan jalan merupakan unsur utama dalam

pembangunan kota utamanya yang berhubungan dengan strategi pengembangan dan perluasan

kota, selanjutnya klasifikasi sistem jalan utama di Kota Malang, menurut fungsinya terdiri

dari jalan arteri primer dan sekunder yang merupakan poros utara-selatan dan sebagian besar

untuk rute timur-barat merupakan jalan kolektor.

1. Pola Jaringan Jalan

Pola jaringan jalan Kota Malang adalah radial, karena pusat kota merupakan daerah

kegiatan utama dalam kota. Jalan besar menjadi titik pusat untuk menjangkau wilayah-

wilayah sekitar pusat kota.

2. Tipe Jalan

Kota Malang memiliki tipe jalan yang berbeda-beda. Mulai dari 2/1 UD, seperti pada

jalan lingkungan dekat DAS Brantas. Tipe jalan 2/2 UD seperti Jalan Panjaitan, Jalan

MT. Haryono, dan Jalan Gajayana. Alasannya, 2/2 UD adalah minimnya lebar jalan

dan merupakan wilayah permukiman. Tipe jalan 4/2 D, terdapat di Jalan Bandung dan

Jalan Ijen. Alasannya, wilayah tersebut memang diperuntukkan untuk kawasan elit.

3. Hirarki Jalan

Hirarki jalan di Kota Malang terdiri dari empat hirarki, yaitu arteri sekunder, kolektor

sekunder, lokal sekunder, dan lingkungan sekunder.

B. Pola Pergerakan

1. Pola Pergerakan Pendidikan

Pola pergerakan dipengaruhi oleh adanya sarana pendidikan. Pada saat tertentu pola

pergerakan akan tinggi karena pengaruh sarana pendidikan,contohnya di Jalan Veteran

terdapat Universitas Brawijaya dan deretan sekolah swasta.

2. Pola Pergerakan Perdagangan

Perdagangan menjadi salah satu yang berpengaruh terhadap pola pergerakan.

Contohnya, pola pergerakan akan tinggi pada waktu tertentu di pusat perbelanjaan seperti

Malang Town Square dan Pasar Besar.

Tata Guna Pengolahan Lahan 2013

2

3. Pola Pergerakan Pemerintah

Pola pergerakan karena pusat pemerintah juga berpengaruh besar. Adapun letak dari

pusat pemerintah biasanya berada di pusat Kota Malang. Contohnya, kantor walikota yang

berada di Jalan Tugu.

4. Pola Pergerakan Kebudayaan

Pola pergerakan kebudayaan di Kota Malang, bisa disebabkan adanya sanggar budaya.

Contonya, Sanggar Tari Taruna yang berada di Jalan Sulfat, karena masyarakat yang ingin

mengenal tari tradisional dapat mengunjunginya.

Tata Guna Pengolahan Lahan 2013

3

Tata Guna Pengolahan Lahan 2013

4

3.2 Gambaran Umum Jaringan Jalan Kecamatan Klojen

Klojen adalah sebuah kecamatan di kota Malang, Propinsi Jawa Timur, Indonesia.

Kawasan ini disebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Lowokwaru dan Blimbing, timur

dengan Kecamatan Kedungkandang, selatan dengan Kecamatan Sukun dan barat dengan

Kecamatan Sukun dan Lowokwaru.

Perkerasan jalan di daerah sekitar Kecamatan Klojen kondisinya relatif baik, namun

masih ada jalan-jalan yang kondisinya kurang baik. Hal tersebut terlihat dari permukaan jalan

yang memburuk akibat kurangnya pemeliharaan dan air yang tergenang tidak dapat mengalir

karena kurangnya sistem drainase yang memadai.

A. Pola Jaringan Jalan

Pola jaringan jalan di Kecamtan Klojen adalah jaringan jalan tidak teratur, karena

lebar dan pola jalannya berbeda-beda.

1. Tipe Jalan

Tipe jalan di Kecamatan Klojen bertipe 2/2 UD, akan tatapi ada beberapa jalan yang

memiliki tipe 4/2 D seperti Jalan Veteran, Jalan Basuki Rahmat, Jalan Bandung, dan Jalan

Ijen.

2. Hirarki Jalan

Hirarki jalan di Kecamatan Klojen adalah kolektor sekunder, lokal sekunder, dan

lingkungan sekunder. Namun, secara umum jalan di Kecamatan Klojen adalah kolektor

sekunder, karena menghubungkan antara Kecamatan Lowokwaru dan Kecamatan Klojen.

B. Pola Pergerakan

1. Pola Pergerakan Perdagangan

Pusat perdagangan di Kecamatan Klojen menjadi salah satu pengaruh pola

pergerakan. Sebagai contoh adalah pusat perbelanjaan Malang Town Square. Dalam jangka

waktu tertentu pola pergerakan tersebut akan tinggi.

2. Pola Pergerakan Pendidikan

Pola pergerakan pendidikan di Kecamatan Klojen banyak terdapat di Jalan Veteran

dan Jalan Bandung yaitu Universitas Brawijaya dan sekolah sawata, selain itu terdapat juga

di Simpang Lima yaitu sekolah kompleks.

Tata Guna Pengolahan Lahan 2013

5

3. Pola Pergerakan Pelayanan Umum

Terdapat banyak tempat pelayanan umu dan jasa, seperti adanya bank dan grapari. Hal

tersebut juga dapat berpengaruh terhadap pola pergerakan, karena masyarakat masih sangat

bergantung terhadap pelayanan umum.

4. Pola Pergerakan Budaya

Salah satu penyebab terjadinya pola pergerakan budaya di Kecamatan Klojen adalah adanya

sanggar-sanggar budaya. Contohnya, Sanggar Senaputra Budaya Malang yang terletak Jalan

Kahuripan.

Tata Guna Pengolahan Lahan 2013

6

Tata Guna Pengolahan Lahan 2013

7

3.3 Gambaran Umum Jaringan Jalan Kelurahan Oro-Oro Dowo

Sistem jaringan jalan terjalin dalam hubungan hirarki, berdasarkan survei yang kami

lakukan di Kelurahan Oro-Oro Dowo, Kecamatan Klojen, Kota Malang jalan-jalan yang ada

di kawasan ini merupakan jalan yang berhirarki lingkungan sekunder II, lingkungan sekunder,

jalan khusus, lokal sekunder, kolektor sekunder, dan kolektor primer. Berdasarkan survey

tersebut jaringan jalan yang ada di Kelurahan Oro-Oro Dowo, Kecamatan Klojen, Kota

Malang merupakan jaringan jalan sekunder karena masih berada dalam kawasan perkotaan

dan lingkupnya menghubungkan antar wilayah dalam satu kota.

A. Pola Jaringan Jalan Kelurahan Oro-Oro Dowo

Pola jaringan jalan yang ada di Keluraharan Oro-Oro Dowo, Kecamatan Klojen, Kota

Malang adalah pola jaringan grid, berdasarkan survei penelitian yang dilakukan dan melihat

dari peta eksisting yang ada. Kelurahan Oro-Oro Dowo, Kecamatan Klojen, Kota Malang

memiliki pola jalan yang teratur dan tertata sehingga pola jaringan jalannya adalah grid.

B. Hirarki Jalan Kelurahan Oro-Oro Dowo

Berdasarkan UU No. 34 tahun 2006 tentang jalan, hirarki jalan adalah

pengelompokkan jalan berdasarkan fungsi dan kapasitasnya. Hirarki jalan juga terbagi

menjadi Jalan Arteri, Kolektor, Lokal dan Lingkungan. Pada Kelurahan Oro-Oro Dowo,

hirarki jalan didominasi oleh Jalan Lingkungan Sekunder II karena kawasan didominasi oleh

permukiman yang padat. Kemudian Jalan yang termasuk Kolektor Sekunder adalah Jl.

Semeru, Jl. B.S. Riadi, Jl. Bromo, Jl. Buring, Jl. Welirang, Jl. Simpang Ijen dan Jl. Pahlawan

Trip. Untuk hirarki yang tertinggi adalah Jalan Arteri Sekunder yaitu Jl. J.A. Suprapto dan Jl.

Basuki Rahmat.

Tata Guna Pengolahan Lahan 2013

8

Tata Guna Pengolahan Lahan 2013

9

3.4 Koridor Jalan Semeru

1. Letak Geografis

2. Karakteristik Jalan

a. Geometrik

Geometrik Jalan Semeru terdapat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Keadaan Eksisting Jalan Semeru

Aspek Keadaan

Rumaja 10,26 m

Rumija 20,52 m

Ruwasja 26,85 m

Kecepatan 30-60 km/jam

Sumber: Hasil survei, 2013

b. Kesesuaian dengan PP no.34 Tahun 2006

Tabel 3.2 kesesuaian keadaan eksisting Jalan Semeru dengan PP No.34 Tahun 2006

Aspek Standar Keadaan Eksisting Keterangan

Rumaja > 9m 10,26 m sesuai

Rumija > 11m 20,52 m sesuai

Ruwasja > 19m 26,85 m sesuai

Kecepatan > 40km/jam 30-60 km/jam sesuai

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa Jalan Semeru

telah memenuhi PP No. 34 Tahun 2006 dimana rumaja, rumija dan ruasja serta

kecepatan melebihi yang telah ditentukan oleh peraturan PP No.34 Tahun 2006.

c. Foto analisis kondisi eksisting Jalan

Gambar 3. 4 Kondisi bahu jalan untuk pejalan kaki

Sumber: Hasil survei, 2013

Tata Guna Pengolahan Lahan 2013

10

Gambar 3.5 Kondisi Jalan Semeru

Sumebr: Hasil survei, 2013

3.4 Kinerja Jalan

a. Volume Lalu Lintas

Volume lalu lintas merupakan jumlah kendaraan yang melewati suatu penampang

tertentu pada suatu ruas jalan tertentu dalam satuan waktu tertentu. Volume lalu lintas rata-

rata adalah jumlah kendaraan rata-rata dihitung menurut satu satuan waktu tertentu. Untuk

perhitungan volume lalu lintas dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut. Volume Jalan

dapat dihitung dengan cara nilai ekuivalensi dikalikan dengan traffic counting yang sudah

dilakukan perkelompok kendaraan. Untuk setiap kelompok terdapat nilai ekuivalensi yang

berbeda tergantung dari standar yang telah ditentukan. Berikut merupakan ekuivalensi dari

masing-masing jenis kendaraan.

HVekuivalensi = 1,2 x HV

LVekuivalensi = 1 x LV

MCekuivalensi = 0,35 x MC

Laju harian rata-rata kendaraan di Jalan Semeru terdapat pada tabel berikut.

Tata Guna Pengolahan Lahan 2013

11

Tabel 3.3 Laju Harian Rata-Rata Jalan Semeru Weekend

Sumber: Survei Primer, 2013

Volume Kendaraan yang terjadi pada saat weekend di Jalan semeru pada jam 07.00-

08.00 adalah sebesar 161 smp/jam jenis kendaraan LV. Pada saat pukul 07.00-08.00 untuk

jenis kendaraan MC adalah sebesar 167,3 smp/jam. Pukul 13.00-14.00 volume kendaraan

dengan kategori LV adalah sebesar 722 smp/jam. Untuk kategori MC volume kendaraan

adalah sebesar 480,2 smp/jam. Sedangkan untuk kategori HV volume kendaraan adalah

sebesar 7,2 smp/jam.

Tabel 3.4 Laju Harian Rata-Rata Jalan Semeru Weekday

No. Moda

Transportasi

JALAN SEMERU

07.00 - 08.00 13.00 - 14.00

1 Motor 2021 2105

2 Mobil 478 686

3 Angkutan Umum 60 86

4 Bus 5 2

5 Truk 1 31

6 Pick Up 13 51

7 Lain-lain 35 20

Sumber: Survei Primer, 2013

Volume kendaraan yang terjadi pada saat pukul 07.00-08.00 dengan jenis LV adalah

sebesar 551 smp/jam. Untuk jenis MC volume kendaraan adalah sebesar 719,6 smp/jam

sedangkan untuk jenis HV adalah sebesar 7,2 smp/jam. Untuk volume kendaraan pada pukul

13.00-14.00 dengan jenis MV adalah sebesar 823 smp/jam. Jenis kendaraan MC memiliki

volume sebesar 743,75 smp/jam. Sedangkan untuk jenis kendaraan HV sebesar 33,4 smp/jam.

NO MODA

TRANSPORTASI

JALAN SEMERU

07.00 - 08.00 13.00 - 14.00

1 Motor 429 1342

2 Mobil 94 605

3 Angkutan Umum 52 82

4 Bus - 2

5 Truk - 4

6 Pick Up 15 35

7 Lain-lain 49 30

Tata Guna Pengolahan Lahan 2013

12

b. Kapasitas Jalan

Kapasitas jalan adalah jumlah lalu lintaas kendaraan maksimum yang dapat ditampung

pada ruas jalan selama kondisi tertentu (desain geometri, lingkungan, dan komposisi lalu

lintas) yang dinyatakan dalam satuan massa penumpang (sm/jam). Menurut Indonesian

Highway Capacity Manual (IHCM) 1997, persamaan umum untuk menghitung kapasitas

suatu ruas jalan untuk daerah perkotaan sebagai berikut.

𝐶 = 𝐶0𝑥 𝐹𝐶𝑊𝑥 𝐹𝑆𝑠𝑝𝑥 𝐹𝐶𝑆𝐹𝑥 𝐹𝐶𝐶𝑆

Keterangan: C: Kapasitas (smp/jam)

C0: Kapasitas dasar (smp/jam)

FCW: Faktor koreksi kapasitas untuk lebar jalan

FCSP: Faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah (tidak berlaku

untuk jalan satu arah)

FCCS: faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota

1) Kapasitas Dasar (C0)

Berdasarkan MKJI 1997, ketentuan kapasitas dasar jalan perkotaan (C0)

sebagai berikut.

Tabel 3.5 Kapasitas Dasar Jalan Perkotaan (C0)

Jalan Co FCw FCsp FCsf C

Jalan Semeru Dua lajur

tidak terbagi

2900

Lebar lajur

lalu lintas total

dua arah

1,25

Pemisah

arah (%)

50:50

1,00

Lebar bahu

efektif

0,92

Kapasitas

smp/jam

3335

Sumber: MKJI, 1997

c. Tingkat Pelayanan Jalan

Tingkat pelayanan jalan (level of service) adalah suatu ukuran yang digunakan untuk

mengetahui kualitas suatu ruas jalan tertentu dalam melayani arus lalu lintas yang

melewatinya. Rumus perhitungan yaitu sebgai berikut :

Los = V/C

Keterangan :

Los : Level of Service (Tingkat Pelayanan Jalan)

V : Volume kendaraan (smp)

C : Kapasitas jalan (smp/jam)

Berikut adalah tingkat pelayanan jalan terdapat kriteria dari pelayanan jalan yaitu:

Tata Guna Pengolahan Lahan 2013

13

Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Pelayanan Jalan

Tingkat

Pelayanan Rasio V/C Karakteristik

A < 0,60 Arus bebas, volume rendah dan kecepatan tinggi, pengemudi dapat memilih

kecepatan yang dikehendaki

B 0,60 < V/C <

0,70

Arus stabil, kecepatan sedikit terbatas oleh lalu lintas, pengemudi masih

dapat bebas dalam memilih kecepatannya.

C 0,70 < V/C <

0,80

Arus stabil, kecepatan dapat dikontrol oleh lalu lintas

D 0,80 < V/C <

0,90

Arus mulai tidak stabil, kecepatan rendah dan berbeda-beda, volume

mendekati kapasitas

E 0,90 < V/C

<1

Arus tidak stabil, kecepatan rendah dan berbeda-beda, volume mendekati

kapasitas

F >1 Arus yang terhambat, kecepatan rendah, volume diatas kapasitas, sering

terjadi kemacetan pada waktu yang cukup lama.

Sumber: MKJI,1998

Tabel 3.7 Tingkat Pelayanan Jalan MT. Haryono

Jalan Tingkat

Pelayanan Rasio V/C Karakteristik

Jalan Semeru A 0,48

Arus stabil dengan kecepatan tinggi dan

tidak berubah-ubah, dan volume belum

mendekati kapasitas.

Sumber : Hasil Analisis, 2013

Tata Guna Pengolahan Lahan 2013

14

3.5 Analisis Fasilitas Pelengkap Jalan

Tabel 3.8 Analisis Fasilitas Pelengkap Jalan Semeru

Fasilitas Pelengkap Standar Analisis

Lampu penerangan

SNI 03-1733-2004

Tinggi > 5 m

Jarak antar lampu sepanjang 30 m

Berdasarkan standar, lampu penerangan yang tersedia sudah memenuhi

standar yakni tinggi lampu lebih dari 5m dan jarak antar lampu

penerangan yang tersedia 30 m, selain itu lampu penerangannya juga ada

yang berasal dari sarana setempat, sehingga penerangan lampu di JL.

Semeru sudah mampu memfasilitasi pengguna jalan dengan baik dan

lebih aman.

Bak sampah

SNI 03-1733-2004

Jarak antar bak sampah sejauh 20 m

Berdasarkan standar, bak sampah yang tersedia masih belum memenuhi

standar yakni, jarak antara bak sampah yang satu dengan yang lainnya

masih lebih dari 20 m. Namun untuk jumlah bak sampah yang tersedia

sudah relatif banyak sehingga mencukupi kebutuhan untuk menjaga

lingkungan sekitar Jl. Semeru tetap bersih.

Trotoar

SNI 03-1733-2004

Lebar.Trotoar min.1,20 m

Trotoar yang tersedia sudah memenuhi standar, dengan lebar trotoar

lebih dari 1,20 m, akan tetapi perlu adanya penambahan trotoar karena

belum adanya trotoar di sisi lain. Selain itu dengan dengan trotoar yang

memiliki elevasi tinggi membuat pejalan kaki merasa semakin aman.

Rambu lalu lintas

RPPRI tahun 2010 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan

Batangan Logam

Daun rambu berupa plat alumunium

Karakter dan latar belakang tulisan

dibuat tidak silau

Untuk rambu lalu lintas sudah memenuhi standart dengan batang trotoar

yang terbuat dari logam dan daun rambu terbuat dari plat alumunium.

Papan nama jalan

Adanya papan nama jalan sangat membantu pengguna jalan untuk

mencapai ke suatu tempat. Papan nama sudah terdapat di Jl. Semeru

sehingga masyarakat lebih mudah untuk mencapai tujuan.

Marka

Pemberian marka sangat membantu pengendara kendaraan dalam

menetukan lajur dan jalur di jalan selain itu dapat membagi jalan

berdasarkan arah jalannya. Jl. Semeru memiliki marka jalan yang baik

dan jelas terlihat serta tidak buram.

Lampu lalu lintas Lampu lalu lintas yang ada terdiri dari 3 warna lampu, sehingga jalur

lalu lintas yang ada sudah baik. Jl. Semeru tidak memiliki lampu lalu

lintas.

Tata Guna Pengolahan Lahan 2013

15

Fasilitas Pelengkap Standar Analisis

Parkir on street

SNI 03-1733-2004

Parkir diluar badan jalan

Berdasarkan kondisi eksisting yang ada di JL. Semeru terdapat parking

on street. Namun, juga perlu adanya pembuatan lahan parkir off street

untuk keamanan dan kenyamanan pengguna jalan yang berkepentingan

di tempat-tempat tertentu, akan tetapi terwujudnya sangat sulit sebab

lahan yang tersedia sangat minim, dimana mayoritas guna lahan sudah

digunakan oleh guna lahan sarana dan jasa.

Zebra cross Adanya Zebra cross sangat membantu pejalan kaki untuk memotong

jalan atau menyebarang jalan, pada Jl. Semeru sudah terdapat zebra

cross dengan kondisi yang baik sehingga terlihat jelas untuk digunakan

saat menyeberang ke sisi lain Jl. Semeru.

Sumber: Hasil Analisis, 2013

Tata Guna Pengolahan Lahan 2013

16

3.6 Analisis Potensi dan Masalah

Tabel 3.9 Analisis Potensi Masalah Jalan Semeru POTENSI MASALAH

Jalan akses yang menjadi jalan utama menuju Kota

Malang, seperti menuju balai kota dan alun-alun tugu.

Median jalan yang mengganggu kelancaran lalu lintas.

Kondisi jalan yang baik, dengan memiliki perkerasan

aspal hotmix dan pengguna jalan juga merasa nyaman.

Kurangnya lahan parkir sehingga sering terjadi parkir

ilegal.

Sumber: Hasil Analisis, 2013

1. Karakteristik Parkir

a. Durasi Parkir

Durasi parkir adalah waktu yang digunakan oleh suatu kendaraan pada waktu tertentu

tanpa berpindah-pindah, yang dinyatakan dalam satuan menit (Hobbs, 1995). Untuk

mengetahui durasi parkir di koridor Jalan Semeru, dilakukan sampel pada hari sabtu

pada jam 08.00 pagi hingga jam 09.00 pagi. Berdasarkan hasil survei didapatkan hasil

durasi parkir sebagai berikut

Tabel 3.10 Data Durasi Parkir No Jenis Kendaraan Jam Datang Jam Pergi Lama Parkir(menit)

1 Mobil 08.10 08.25 15

2 Mobil 08.15 08.45 30

3 Mobil 08.05 08.25 20

4 Motor 08.30 08.40 10

5 Mobil 08.30 08.50 20

6 Motor 08.25 08.40 15

7 Motor 08.20 08.30 10

8 Mobil 08.15 08.50 35

9 Motor 08.35 08.40 5

10 Motor 08.40 08.55 15

11 Mobil 08.45 09.00 15

12 Motor 08.15 08.25 10

13 Motor 08.40 09.00 20

14 Mobil 08.25 09.00 35

15 Mobil 08.35 08.50 15

Sumber : Survei Primer, 2013

Dari hasil survei yang telah dilakukan, durasi parkir dapat dihitung berdasarkan

kendaraan yang parkir selama berapa menit dibagi dengan jumlah kendaraan yang parkir.

Tata Guna Pengolahan Lahan 2013

17

Tabel 3.11 Pengelompokan Durasi Parkir

No Jam Jumlah kendaraan Lama waktu parkir

1 08.00—08.00 WIB 1 5 menit

2 08.00—09.00 WIB 3 10 menit

3 08.00—09.00 WIB 5 15 menit

4 08.00—09.00 WIB 3 20 menit

5 08.00—09.00 WIB 1 30 menit

6. 08.00—09.00 WIB 2 35 menit

Sumber : Hasil Analisis, 2013

Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang melakukan

parkir di sekitar Jalan Semeru rata-rata parkir selama 15 menit. Hal ini dikarenakan aktifitas

yang dilakukan sangat sedikit dan tidak berlangsung lama.

Tabel Karakteristik Jalan

Aspek Keterangan

Tipe Jalan 4/2 UD

Sistem Arah Dua arah

Jenis Perkerasan Aspal hotmix

Jumlah Lajur Dua

Panjang Jalan (L) 1,374 km

Lebar Jalur Lalu Lintas (Wc) 16 m

Pemisah Arah (SP) Marka jalan

Jarak kereb (tanpa bahu) –

Penghalang (Wk) 25 cm

Ukuran Kota (CS)

Kota besar (jumlah penduduk

841984 jiwa)

Guna Lahan

Pendidikan, perkantoran,

perdagangan dan jasa, serta

sarana RTH dan olahraga

Total frekuensi berbobot

hambatan

samping (per 200m/jam dua

sisi)

Parkir on street,

pemberhentian angkutan

umum, pangkalan becak,

Pejalan kaki, pedagang kaki

lima, dan keluar masuk

kendaraan pada parkir off

street.

Kelas Hambatan Samping Rendah