Tetes Mata Gentamisin Sulfat

23
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan, terletak dalam lingkaran bertulang berfungsi untuk member perlindungan maksimal dan sebagai pertahanan yang baik dan kokoh. Penyakit mata dapat dibagi menjadi 4 yaitu, infeksi mata, iritasi mata, mata memar dan glaucoma. Mata mempunyai pertahanan terhadap infeksi karena secret mata mengandung enzim lisozim yang menyebabkan lisis pada bakteri dan dapat membantu mengeleminasi organism dari mata. Obat mata dikenal terdiri atas beberapa bentuk sediaan dan mempunyai mekanisme kerja tertentu. Obat mata dibuat khusus. Salah satu sediaan mata adalah obat tetes mata. Obat tetes mata ini merupakan obat yang berupa larutan atau suspensi steril yang digunakan secara local pada mata. Karena mata merupakan organ yang paling peka dari manusia maka pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet, sterilisasi dan kemasan yang tepat. Hal-hal yang berkaitan dengan syarat tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini. 1.2 Rumusan Masalah a. Bagaimana cara membuat dan mengevaluasi hasil dari sediaan dari praformulasi suatu zat obat? 1

description

mata merupakan organ yang paling peka dari manusia maka pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet, sterilisasi dan kemasan yang tepat.

Transcript of Tetes Mata Gentamisin Sulfat

Bab 1PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan, terletak dalam lingkaran bertulang berfungsi untuk member perlindungan maksimal dan sebagai pertahanan yang baik dan kokoh. Penyakit mata dapat dibagi menjadi 4 yaitu, infeksi mata, iritasi mata, mata memar dan glaucoma. Mata mempunyai pertahanan terhadap infeksi karena secret mata mengandung enzim lisozim yang menyebabkan lisis pada bakteri dan dapat membantu mengeleminasi organism dari mata. Obat mata dikenal terdiri atas beberapa bentuk sediaan dan mempunyai mekanisme kerja tertentu. Obat mata dibuat khusus. Salah satu sediaan mata adalah obat tetes mata. Obat tetes mata ini merupakan obat yang berupa larutan atau suspensi steril yang digunakan secara local pada mata. Karena mata merupakan organ yang paling peka dari manusia maka pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet, sterilisasi dan kemasan yang tepat. Hal-hal yang berkaitan dengan syarat tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana cara membuat dan mengevaluasi hasil dari sediaan dari praformulasi suatu zat obat?b. Apa pengertian, pembagian, cara pembuatan, perhitungan dosis, sterilisasi dan penyerahan suatu sediaan obat parenteral, khususnya injeksi?

1.3. Tujuan a. Memperoleh gambaran mengenai praformulasi suatu zat obat serta membuat dan mengevaluasi hasil dari sediaan yang dibuat.b. Mengetahui mengenai pengertian, pembagian, cara pembuatan, perhitungan dosis, sterilisasi dan penyerahan suatu sediaan obat parenteral, khususnya injeksi.

Bab 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Teori

Guttae adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi, atau suspensi yang dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan dan menggunakan penetes.Obat tetes mata (guttae ophthalmicae) termasuk guttae untuk obat luar; untuk jenis yang lainnya ada juga tetes telinga (guttae auricularis), tetes hidung (guttae nasales), dan tetes mulut (guttae oris).Obat tetes mata atau Guttae Opthalmicae adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata. (FI III, hal 10). Maksud penggunaan obat tetes mata adalah untuk memudahkan penggunaan, hanya dengan meneteskan saja dan untuk efek lokal, misalnya peradangan pada konjungtiva mata.

Obat tetes mata harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Steril. Larutan tetes mata harus jernih dan bebas partikel. Sedapat mungkin isohidris dengan cairan mata yaitu pH 7,4. Sedangkan pH yang masih bisa ditolerir adalah 3,5 10,5. (The Pharmaceutical Codex, p. 163). Sedapat mungkin isotonis, yang masih bisa diterima adalah 0,7 1,5 %. Tetes mata yang berupa suspensi, bahan yang tidak larut haruslah sangat halus, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi rangsangan terhadap mata sehingga air mata tidak banyak keluar.

Sediaan obat tetes mata dapat mengandung obat dengan efek terapi: antiperadangan, antimikroba, miotik (menyempitkan pupil mata), midriatika (melebarkan pupil mata), dan anestesi (bius) lokal, serta dapat digunakan untuk diagnosis. Secara umum, obat tetes mata tidak boleh digunakan lebih dari satu bulan setelah tutup dibuka.Khusus untuk sediaan obat tetes mata yang berbentuk suspensi, sebelum digunakan haruslah dikocok terlebih dahulu. Cairan mata isotonik dengan darah dan nilai isotonisitasnya sama dengan larutan NaCl P 0,9 %. Tujuan penggunaan dapar pH adalah untuk mencegah kenaikan pH yang disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil dari wadah kaca.Kenaikan pH dapat mengganggu kelarutan dan stabilitas obat.Garam alkaloid paling efektif pada pH optimal untuk pembentukan basa bebas tidak terdisosiasi.Tetapi pada pH ini obat mungkin menjadi tidak stabil, sehingga pH harus diatur dan dipertahankan tetap dengan penambahan dapar.Air mata mempunyai kapasitas dapar yang baik. Obat mata akan merangsang pengeluaran air mata dan penetralan akan terjadi dengan cepat asalkan kapasitas dapar larutan obat tersebut kecil (jumlah mol asam dan basa konjugat dari pendapar kecil). Garam alkaloid bersifat asam lemah dan kapasitas daparnya lemah. Satu atau dua tetes larutan obat mata ini akan dinaikkan pHnya oleh air mata. Dalam menyiapkan dapar dengan pH yang diinginkan, harus dipilih sistem asam garam yang pKa-nya mendekati pH yang diinginkan agar angka banding asam terhadap garam mendekati satu dan diperoleh keefektifan maksimal terhadap penaikan dan penurunan pH. Sediaan tetes mata mempunyai banyak persamaan dengan sediaan parenteral.Formulasi sediaan tetes mata yang stabil memerlukan bahan-bahan yang sangat murni seperti bebas dari kontaminan kimia, fisik (partikel), dan mikroba.Sediaan tetes mata digunakan dalam jumlah yang besar, seperti irigan mata, atau dalam pemeliharaan peralatan seperti lensa kontak. Beberapa pertimbangan dalam pembuatan obat mata:1. SterilitasSediaan harus dikerjakan seaseptis mungkin dan dilakukan proses sterilisasi yangsesuai. Cara sterilisasi yang sering digunakan untuk obat tetes mata adalah pemanasan dengan otoklaf, pemanasan dengan bakterisida, dan penyaringan.2. IritasipH sediaan yang tidak cocok dengan air mata akan mengakibatkan iritasi yang disertai dengan keluarnya air mata. Difusi obat akan terhalang sehingga jumlah obat tidak efektif.

3. PengawetPengawet perlu ditambahkan khususnya untuk obat tetes mata dosis ganda. Syarat pengawet: efektif dan efisien, tidak berinteraksi dengan bahan aktif atau bahan pembantu lainnya, tidak iritan terhadap mata, dan tidak toksis.Pengawetan yang tepat dan konsentrasi maksimum dari pengawet untuk tujuan ini termasuk:a) 0,013% benzalkonium kloridab) 0,01% benzetonium kloridac) 0,5% klorobutanold) 0,004% fenilmerkuri asetate) 0,004% fenilmerkuri nitratf) 0,01% timerosal

4. KejernihanLarutan mata adalah dengan definisi bebas adari partikel asing dan jernih secara normal diperoleh dengan filtrasi, pentingnya peralatan filtrasi dan tercuci baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan untuk menghilangkannya. pengerjaan penampilan dalam lingkungan bersih. Penggunaan Laminar Air Flow dan harus tidak tertumpahkan akan memberikan kebersamaan untuk penyiapan larutan jernih bebas partikel asing. Dalam beberapa permasalahan, kejernihan dan streilitas dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini penting untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya untuk pembersihan wadah dan tutup. keduanya, wadah dan tutup harus bersih, steril dan tidak tertumpahkan. Wadah dan tutup tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak lama sepanjang penyimpanan. Normalnya dilakukan test sterilitas.

5. StabilitasStabilitas obat dalam larutan, seperti produk tergantung pada sifat kimia bahan obat, pH produk, metode penyimpanan (khususnya penggunaan suhu), zaat tambahan larutan dan tipe pengemasan. Obat seperti pilokarpin dan fisostigmin aktif dan cocok pada mata pada pH 6.8 namun demikian, pH stabilitas kimia (atau kestabilan) dapat diukur dalam beberapa hari atau bulan. Dengan obat ini, bahan kehilangan stabilitas kimia kurang dari 1 tahun. Sebaliknya pH 5, kedua obat stabil dalam beberapa tahun.

6. Buffer dan pH Idealnya, sediaan mata sebaiknya pada pH yang ekuivalen dengan cairan mata yaitu 7,4. Dalam prakteknya, ini jarang dicapai. Mayoritas bahan aktif dalam optalmologi adalah garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. Ini umumnya dapat dibuat dalam suspensi kortikosteroid tidak larut suspensi biasanya paling stabil pada pH asam.

7. TonisitasTonisitas berarti tekanan osmotik yang dihasilkan oleh larutan dari keberadaan padatan terlarut atau tidak larut. Cairan mata dan cairan tubuh lainnya memberikan tekanan osmotik sama dengan garam normal atau 0,9% larutan NaCl. Larutan yang mempunyai jumlah bahan terlarut lebih besar daripada cairan mata disebut hipertonik. Sebaliknya, cairan yang mempunyai sedikit zat terlarut mempunyai tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik. Mata dapat mentoleransi larutan yang mempunyai nilai tonisitas dalam range dari ekuivalen 0,5% sampai 1,6% NaCl tanpa ketidaknyamanan yang besar. Tonisitas pencuci mata mempunyai hal penting lebih besar daripada tetes mata karena volume larutan yang digunakan. Dengan pencuci mata dan dengan bantuan penutup mata, mata dicuci dengan larutan kemudian overwhelming kemampuan cairan mata untuk mengatur beberapa perbedaan tonisitas. Jika tonisitas pencuci mata tidak mendekati cairan mata, dapat, menghasilkan nyeri dan iritasi. Dalam pembuatan larutan mata, tonisitas larutan dapat diatur sama cairan lakrimal dengan penambahan zat terlarut yang cocok seperti NaCl. Jika tekanan osmotik dari obat diinginkan konsentrasi melampaui cairan mata, tidak ada yang dapat dilakukan jika konsentrasi obat yang diinginkan dipertahankan, ketika larutan hipertonik. Contohnya 10 dan 30% larutan natrium sulfasetamid adalah hipertonik, konsentrasi kurang dari 10% tidak memberikan efek klinik yang diinginkan. Untuk larutan hipotonik sejumlah metode disiapkan untuk menghitung jumlah NaCl untuk mengatur tonisitas larutan mata, salah satu metodenya adalah metode penurunan titik beku.

8. ViskositasUSP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metilselulosa, polivinil alkohol dan hidroksi metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas.Para peneliti telah mempelajari efek peningkatan viskositas dalam waktu kontak dalam mata. umumnya viskositas meningkat 25-50 cps range yang signifikan meningkat lama kontak dalam mata.

9. Additives/TambahanPenggunaan bahan tambahan dalam larutan mata diperbolehkan, namun demikian pemilihan dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya Natrium Bisulfat atau metabisulfat, digunakan dengan konsentrasi sampai 0,3%, khususnya dalam larutan yang mengandung garam epinefrin. Antioksidan lain seperti asam askorbat atau asetilsistein juga digunakan. Antioksidan berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi epinefrin. Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal yang sama. surfaktan nonionik, kelas toksis kecil seperti bahan campuran digunakan dalam konsentrasi rendah khususnya suspensi dan berhubungan dengan kejernihan larutan. Penggunaan surfaktan, khususnya pada beberapa konsentrasi sebaiknya disesuaikan dengan karakteristik bahan-bahan. Surfaktan nonionik, khususnya dapat bereaksi dengan adsorpsi dengan komponen pengawet antimikroba dan inaktif sistem pengawet. Surfaktan kationik digunakan secara bertahap dalam larutan mata tetapi hampir invariabel sebagai pengawet antimikroba. benzalkonium klorida dalam range 0,01-0,02% dengan toksisitas faktor pembatas konsentrasi. Benzalkonium klorida sebagai pengawet digunakan dalam jumlah besar dalam larutan dan suspensi mata komersial.

10. SterilisasiSterilisasi merupakan sesuatu yang penting. larutan mata yang dibuat dapat membawa banyak organisme, yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. infeksi mata dari organisme ini yang dapat menyebabkan kebutaan. Ini khususnya berbahaya untuk penggunaan produk nonsteril di dalam mata ketika kornea dibuka. bahan-bahan partikulat dapat mengiritasi mata, ketidaknyamanan pada pasien dan metode ini tersedia untuk pengeluarannya. Jika suatu batasan pertimbangan dan mekanisme pertahanan mata, bahwa sediaan mata harus steril. air mata, kecuali darah, tidak mengandung antibodi atau mekanisme untuk memproduksinya. Oleh karena itu, mekanisme pertahanan utama melawan infeksi mata secara sederhana aksi pertahanan oleh air mata, dan sebuah enzim ditemukan dalam air mata (lizozim) dimana mempunyai kemampuan untuk menghidrolisa polisakarida dari beberapa organisme ini. Organisme ini tidak dipengaruhi oleh lizozim. satu yang paling mungkin yang menyebabkan kerusakan mata adalah Pseudomonas aeruginosa (Bacillus pyocyneas).11. Bahaya Obat Non SterilPseudomonas aeruginase (B. Pyocyaneus; P.pyocyanea; blue pas bacillus) ini merupakan mikroorganisme berbahaya dan upportunis yang tumbuh baik pada kultur media yang menghasilkan toksin dan zat/produk antibakteri, cenderung untuk membunuh kontaminan lain dan membiaran Pseudomonas aeruginosa untuk tumbuh pada kultur murni. Bacillus obat gram negatif menjadi sumber dari infeksi yang serius pada kornea. Ini dapat menyebabkan kehilangan penglinghatan pada 24-48 jam. Pada konsentrasi yang ditoleransi oleh jaringan mata, menunjukkan bahwa semua zat antimikroba didiskusikan pada baggia berikut dapat tidak efektif melawan beberapa hari strain dari organisme ini.

2.2. Keuntungan dan Krugian Tetes Mataa. Keuntungan Tetes MataSecara umum larutan berair lebih stabil daripada salep, meskipun salep dengan obat yang larut dalam lemak diabsorbsi lebih baik dari larutan/salep yang obat-obatnya larut dalam air. Obat tetes mata tidak menggangu penglihatan ketika digunakan.

b. Kerugian Tetes MataKerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif singkat antara obat dan permukaan yang terabsorsi. Bioavailabilitas obat mata diakui buruk jika larutannya digunakan secara topical untuk kebanyakan obat kurang dari 1-3% dari dosis yang dimasukkan melewati kornea. Sampai ke ruang anterior. Sejak boavailabilitas obat sangat lambat, pasien mematuhi aturan dan teknik pemakaian yang tepat.

2.3. Penggunaan Tetes Mata1) Cuci tangan. Dengan satu tangan, tarik perlahan-lahan kelopak mata bagian bawah2) Jika penetesnya terpisah, tekan bola karetnya sekali ketika penetes dimasukkan ke dalam botol untuk membawa larutan ke dalam penetes3) Tempatkan penetes di atas mata, teteskan obat ke dalam kelopak mata bagian bawah sambil melihat ke atas jangan menyentuhkan penetes pada mata atau jari.4) Lepaskan kelopak mata, coba untuk menjaga mata tetap terbuka dan jangan berkedip paling kurang 30 detik. Jika penetesnya terpisah, tempatkan kembali pada botol dan tutup rapat. Jika penetesnya terpisah, selalu tempatkan penetes dengan ujung menghadap ke bawah. Jangan pernah menyentuhkan penetes denga permukaan apapun. Jangan mencuci penetes5) Ketika penetes diletakkan diatas botol, hindari kontaminasi pada tutup ketika dipindahkan. Ketika penetes adalah permanen dalam botol, ketika dihasilkan oleh industri farmasi untuk farmasis, peraturan yang sama digunkahn menghindari kontaminasi. Jangan pernah menggunakan tetes mata yang telah mengalami perubahan warna6) Jika anda mempunyai lebih dari satu botol dari tetes yang sama, buka hanya satu botol saja. Jika kamu menggunakan lebih dari satu jenis tetes pada waktu yang sama, tunggu beberapa menit sebelum menggunakan tetes mata yang lain. Sangat membantu penggunaan obat dengan latihan memakai obat di depan cermin.7) Setelah penggunaan tetes mata jangan menutup mata terlalu rapat dan tidak berkedip lebih sering dari biasanya karena dapat menghilangkan obat dari tempat kerjanya.

2.4. Analisa Mengenai Gentamisin1. Definisi GentamisinGentamicin adalah obat tetes mata, yakni utk mengobati infeksi mata yang disebabkan oleh bakteri, yang diproduksi oleh Indofarma.

Cara Kerja Obat :Gentamicin merupakan suatu antibiotika golongan aminoglikosida yang aktif menghambat kuman-kuman gram-postif maupun gram-negatif termasuk kuman-kuman yang resisten terhadap antimikroba lain seperti : Staphylococcus penghasil penisilinase; Pseudomonas aeruginosa; Proteus; Klebsiella; E. coli. Mekanisme kerja berdasarkan penghambatan sintesa protein.

Indikasi :Pengobatan topikal infeksi-infeksi mata yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif terhadap gentamicin, antara lain untuk infeksi-infeksi konjungtivitis, blefaritis, blefarokonjungtivitis, keratitis, keratokonjungtivis, dakriosititis, ulkus kornea, meibomianiatis akut, episkleritis.

Posologi :Tetes mata : 1 atau 2 tetes setiap 4 jam pada mata yang sakit. Pada infeksi berat, dosisi dapat ditingkatkan sampai 2 tetes setiap jam.

Peringatan dan Perhatian :Hentikan pengobatan bila terjadi iritasi atau sensitifasi. Dapat terjadi pertumbuhan yang berlebihan dari microorganisme yang tidak rentan pada pemakaian jangka panjang; begitu terjadi super-infeksi, hentikan pengobatan dan berikan terapi yang sesuai. Dapat terjadi adanya alergi-silang diantara aminoglikosida. Pemakaian pada anak-anak berusia kurang dari 6 tahun dan pada wanita hamil atau menyusui keamanannya belum diketahui. Bagi pasien yang memerlukan terapi antibiotika sistemik dan lokal, prioritas harus diberikan pada pengobatan sistemik. Untuk menghindari timbulnya resistensi tidak disarankan menggunakan antibiotika lokal bersama-sama dengan antibiotika sistemik sejenis. Dapat menyebabkan penglihatan kabur sementara. Bila menggunakan obat ini, jangan mengemudi atau menjalankan mesin.

Efek Samping :Terjadi iritasi ringan pada mata, rasa pedih, panas, gatal, dan dermatitis.

Kontraindikasi :Hipersensitif terhadap Gentamicin.

Bab 3 DATA PREFORMULASI

A. Data zat aktifGentamisin sulfat ( FI. IV hal.406; FI.III hal.266; Martindale hal. 1166) Pemerian: Serbuk putih sampai kekuning-kuningan Kelarutan : Larut dalam air, tidak larut dalam etanol, aseton, kloroform, eter dan benzena. Fungsi : zat aktif, anti bakteri Khasiat : Antibiotikum Kontraindikasi : kehamilan Efek samping: Gangguan vestibuler dan pendengaran, nefrotaksisitas. Dosis : 2 5 mg/kg/hari (dosis terbagi setiap 8 jam) untuk dosis parental. Stabilitas : Stabil pada suhu 40C dan 250C Inkompatibilitas:Amfoterisin, Sefalosporin, Eritromisin, Heparin,Penisilin, Sodium bikarbonat dan Sulfadiazin sodium. pH: 3,5-5,5 dan 6,5-7,5 (untuk tetes mata) Sterilisasi : filtrasi Konsentrasi: 0,3 % Wadah dan Penyimpanan : Wadah tertutup rapat dan terhindar dari panas. Catatan :

B. Data Zat Tambahan1. Benzalkonium Klorida (Farmakope Indonesia ed. IV hal. 130) Rumus Empiris: [C6H5CH2N(CH3)2R]cl Berat Molekul: Pemerian: gel kental atau potongan seperti gelatin, putih, atau putih kekuningan. Biasanya berbau aromatik lemah. Larutan dalam air berasa pahit jika dikocok sangat berbusa dan biasanya sedikit alkali. Kelarutan: sangat mudah larut dalam air dan etanol 95%, bentuk anhidrat mudah larutdalam benzene dan agak sukar larut dalam eter. Fungsi : Antimikroba,pengawet Khasiat : Anestetsia Stabilitas : bersifat higroskopis dan mungkin dipengaruh oleh cahaya, udara, dan bahan logam. Larutannya stabil pada rentang pH dan rentang tempratur yang lebar. Larutannya dapat disimpan pada periode waktu yang lama dalam suhu kamar. Inkompatibilitas: aluminium, surfaktan anionik, sitrat, kapas, fluoresin, H2O2, HPMC, Iodide, kaolin, lanolin, nitrat. pH: 5-8 (untuk 10% w/v larutan) Konsentrasi: dalam sediaan preparat mata, benzalkonium klorida digunakan sebagai pengawet dnegan konsentrasi 0, 01/0,02 %, biasanya dikombinasi dengan0,1% w/v disodium edetat. Wadah : tertutup rapat dapat terhindar dari cahaya.. Catatan : benzalkonium klorida tidak dapat dicampur dengan anastetikum lokal.

2. Natrium Edetat (Hand Book of Pharmaceutical Excipient hal 178) Pemerian: Serbuk kristal putih tidak berbau dengan sedikit rasa asam Kelarutan : Larut dalam air (1:11), Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, larut dalam etanol (95%) Fungsi : sebagai chelating agent(penghelat) Khasiat : Untuk mencegah kontaminasi dengan logam Stabilitas : Sangat higroskopis dan harus dilindungi dari kelembaban. Inkompatibilitas: dengan pengoksidasi kuat, dan ion logam polifalen seperti tembaga, nikel, Na EDTA merupakan asam lemah dan bereaksi dengan logam membentuk hidrogen. pH: 4,3-4,7 dalam larutan 1% air bebas CO2 Sterilisasi : autoklaf Konsentrasi: 0,005-0,1% w/w sebagai chelating agent Penyimpanan: harus disimpan diwadah bebas alkali, tertutup rapat dan ditempat sejuk dan kering.

3. Sodium MetabisulfitSumber HPE second editional p.451 Pemerian: Serbuk kristal tidak berwarna/ putih sampai putih krem, bau sulfur dioksida, rasa asin. % lazim: 0,01 1% % pakai: 0,05% pH: 3,5 5 Kelarutan: 1 : 1,9 atau 1 : 1,2 (1000C) Cara sterilisasi: autoklaf, dengan syarat sediaan telah dimasukkan ke dalam wadah yang telah dialiri gas inert seperti N2. OTT: obat-obat simpatomimetik, obat derivat orto/para hidroksi benzil alkohol, obat derivat asam sulfonat, obat-obat adrenalin, kloramfenikol, cisplatin, (dapat menurunkan efek farmakologis obat-obat tersebut). Fenil merkuri asetat pada sediaan tetes mata yang disterilisasi dengan autoklaf. Kegunaan: antioksidan

4. Dapar posfat Dibasic Sodium Phoshate (Dinatrium posfat dihidrat) Sumber HPE second editional p.455 Pemerian: Serbuk kristal tidak berwarna/ putih dan higroskopis, tidak berbau. % pakai : (Lihat perhitungan) pKa : 7,21 (250C) pH : 8,5 9,6 Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air. Cara sterilisasi: autoklaf OTT: alkaloid, antipirin, kloralhidrat, lead acetat, pirogalol, resorsinol, kalsium glukonat, dan kalsium. Kegunaan: pendapar

5. NaCl Sumber HPE second editional p.439 Pemerian: Serbuk/ kristal putih, tidak berbau, rasa asin. % pakai: up to 0,9% pH: 6,7 7,3 Kelarutan: 1 : 2,8 Cara sterilisasi: autoklaf OTT: korosif dengan besi, membentuk endapat dengan perak dan raksa, kelarutan metil paraben menurun. Kegunaan: larutan pengisotoni.

6. Aqua Pro Injeksi Pemerian: Cairan jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau. Penyimpanan: Dalam wadah dosis tunggal, dari kaca atau plastic, tidak lebih besar dari 1 L.

Bab 4Formulasi 4.1. Formula Standar

Martindale edisi 28 hlm.1173Eye-dropsGentamicin Sulphate Opthalmic Solution (USP):A sterile buffered solution of gentamicin sulphate with preservatives containing the equivalent of 3 mg gentamicin per ml. pH 6,5 7,5. Store at temperature not exceeding 400 in airtight containers.1,7g gentamisin sulfat setara dengan lebih kuran 1 g gentamisin

4.2. Formula RencanaTetes mata GentamisinTiap ml mengandung : Gentamisin 0,3%Benzalkonuim klorida 0,01%Disodium edetat0,02%Na metabisulfit0,05%Na2HPO4 (Lihat perhitungan)NaH2PO4 (Lihat perhitungan)NaCl (Lihat perhitungan)Aqua Pro Injeksi ad 10 ml

GentamisinPotensi gentamisin sulfat 1,7 setara dengan 1 mg per mg gentamisin.Gentamisin 0,3% = 0,3/ 100 10 ml = 0,03 gram = 30 mgGentamisin sulfat = 30 mg x 1,7 = 51 mg

4.3. Perhitungan TonisitasW = 0,44 ( 0,3.0,0505 + 0,01.0,16 + 0,02.0,23 + 0,05.0,67)= 0,44 (0,01515 + 0,0016 + 0,0046 + 0,0335 )= 0,44 0,05485= 0,38515 g/100mlDilebihkan 20% = 20/100 x 10 mlJadi, 10 + 2 = 12 mlg (NaCl)= 12/100 x 0,38515 = 0,046218 g Bahan yang diperlukan :1. Gentamsin sulfat = 0,3/100 ml x 12 ml= 0,036 g2. Benzalkonium klorida = 0,01/100 x 12 ml = 0,0012 g3. Disodium edetat = 0,02/100 x 20 ml = 0,0024 g4. Na. meta bisulfit = 0,05/100 x 20 ml = 0,06 g5. NaH2PO4= 0,8/100 x 20/100 x 12 ml= 0,0192 gNa2HPO4= 0,947/100 x 80/100 x 12 ml = 0,0909 g6. NaCl= 0,04622 g= 46,2 mg7. Aqua ad 12 ml

4.4. FORMULASI AKHIRFormula tetes mata Gentamisin untuk 1 botolGentamisin sulfat0,036 g Benzalkonuim klorida 0,0012 gDisodium edetat0,0024 gNa metabisulfit0,06 gNa2HPOt 0,0909 gNaH2PO4 0,0192 gNaCl 46,2 mgAqua pro injectionad 12 ml

4.5. Penimbangan BahanTetes mata untuk 6 botol Gentamisin sulfat =216 mg 220 mg Benzalkonuim klorida =7,2 mg Pengenceran (1:100)Benzalkonuim klorida50 mgAqua pro injeksi ad 5 mlUntuk resep : 7,2 mg / 50 mg x 5 ml = 0,72 ml 14 tetes Disodium edetat = 14,4 mg Pengenceran (1:100)Disodium edetat 50 mgAqua pro injeksi ad 5 mlUntuk resep : 14,4 mg / 50 mg x 5 ml = 1,44 ml Na metabisulfit =36 mg Pengenceran (1:100)Na metabisulfit50 mgAqua pro injeksi ad 5 mlUntuk resep : 36 mg / 50 mg x 5 ml = 3,6 ml Na2HPO = 545,4 mg NaH2PO4 = 115,2 mg NaCl = 277,2 mg Aqua pro injectionad 20 ml

4.6. Sterilisasi dan Pembuatana. Sterilisasi AlatNoAlat yang diperlukanCara SterilisasiParaf Pengawas

AwalParafAkhirParaf

1Gelas ukurAutoclave 30

2CorongAutoclave 30

3Kapas/PipetAutoclave 30

4Kertas saringAutoclave 30

5Kertas perkamenAutoclave 30

6Botol Infus Autoclave 30

7ErlenmeyerOven 30

8Beaker glassOven 30

9Sendok spatulaFlambeer 20

10Gelas arlojiFlambeer 20

11PinsetFlambeer 20

12Pengaduk kacaFlambeer 20

13Aqua pro injectDidihkan 15

14Karet pipet dan botolDididihkan 15

b. Prosedur Pembuatan1. Sterilkan alat dan bahan dengan cara masing-masing2. Beaker glass dikalibrasi 20 ml, botol berpipet dikalibrasi 10,5 ml.3. Dapar dilarutkan dengan aquadest secukupnya dalam beaker glass yang sudah dikalibrasi, dan kaca arloji bekas menimbang dibilas.(M1)4. NaCl 0,9% dimasukkan M1 dan dilarutkan dengan aquadest ad larut.5. Na2 EDTA dimasukkan ke dalam M1 dan dilarutkan dengan aquadest ad larut.6. Sodium metabisulfit dimasukkan ke dalam M1 dan dilarutkan dengan aquadest ad larut.7. Benzalkonium klorida dimasukkan ke dalam M1 dan dilarutkan dengan aquadest ad larut.8. Bahan aktif gentamisin sulfat dilarutkan dengan aquadest secukupnya sampai larut dalam beaker glass lain. (M2)9. M2 dicampurkan ke dalam M1 diaduk sampai larut kemudian pH sediaan dicek dengan pH indikator. (PH 6,5-7,5)10. Larutan tersebut disaring dengan kertas saring yang telah dijenuhkan dengan API sebelumnya dan kemudian menampungnya dalam beaker glass yang telah dikalibrasi.11. Aquadest ditambahkan sampai volume tepat 20 ml.12. masukkan ken botol berpipet ad 10,5 ml, kemudian sterilkan di autocale selama 30 menit.13. Sediaan jadi diberi etiket.

NoSediaanCaraParaf Pengawas

AwalParafAkhirParaf

1Tetes mata gentamisin Sterilisasi

4.7. EVALUASI1. Uji pHpH sediaan tetes mata harus isohidri dengan pH cairan mata, yaitu 7,4. pH ideal suatu obat tetes mata adalah 7,4 7,65. Namun sangat jarang dijumpai bahan aktif yang stabil pada pH tersebut, maka pemilihan biasanya mendahulukan masalah stabilitas dalam batasan pH terbaik yang dapat diterima oleh mata. Adanya perubahan pH sediaan mengindikasikan telah terjadi penguraian obat atau terjadi interaksi obat dengan wadah tang terbuat dari bahan gelas. Sediaan kami memiliki pH 6, diuji dengan dengan menggunakan pH indikator, padahal menurut monografi sediaan tetes mata gentamisin memiliki pH 6,5 7,5.2. Uji Organoleptisa. WarnaTidak terjadi perubahan warna pada sediaan yang kami, baik setelah dibuat maupun setelah evaluasi selama 1 minggu. Sediaan kami tetap tidak berwarna sama seperti pada saat sediaan baru dibuat, meskipun sediaan disterilisasi dengan autoklaf, namun tidak berubah warna menjadi coklat karena dalam formula kami menambahkan sodium metabisulfit. Perubahan warna umumnya terjadi pada sediaan steril yang disimpan pada suhu tinggi (> 40 oC).Suhu tinggi dapat menyebabkan penguraian.

b. Uji KejernihanSediaan harus bebas dari partikel-partikel yang tidak larut, seperti benda asing, terjadinya pengendapan atau pertumbuhan mikroorganisme.Karena keterbatasan alat, uji kejernihan dengan menggunakan alat Tyndal tidak dilakukan.Uji kejernihan hanya dilakukan secara visual dengan segala keterbatasan indera penglihatan kami dari partikel-partikel yang berukuran mikro.Dalam sediaan kami terlihat tidak adanya partikel bahan aktif maupun bahan tambahan yang tidak larut.

DAFTAR PUSTAKA

Department of Pharmaceutical Sciences. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia, twenty-eight edition. London : The Pharmaceutical Press.Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Ed III.Jakarta.Depkes RI. 1978. Formularium Nasional, Ed II. Jakarta.Wade, Ainley and Paul J Weller.Handbook of Pharmaceutical Excipients.Ed II.1994.London: The Pharmaceutical Press.Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Ed IV. Jakarta.

14