Test Garputala surya

12
Test Garputala DASAR TEORI Fisiologi Pendengaran Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasikan getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getaran yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga perilimfe pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfe sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran taktoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis. Penghantaran (konduksi) gelombang bunyi ke cairan di telinga dalam melalui membran timpani dan tulang-tulang pendengaran, yang merupakan jalur utama untuk pendengaran normal, disebut hantaran osikular. Gelombang bunyi juga menimbulkan getaran membran timpani kedua yang menutupi fenestra rotundum. Proses ini yang

description

Praktikum Fisiolagi Garputala

Transcript of Test Garputala surya

Page 1: Test Garputala surya

Test Garputala

DASAR TEORI

Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam

bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut

menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang

pendengaran yang akan mengamplifikasikan getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan

perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getaran yang telah

diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga perilimfe

pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong

endolimfe sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran

taktoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi

stereosilia sel-sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik

dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan

neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius

lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus

temporalis.

Penghantaran (konduksi) gelombang bunyi ke cairan di telinga dalam melalui membran

timpani dan tulang-tulang pendengaran, yang merupakan jalur utama untuk pendengaran normal,

disebut hantaran osikular. Gelombang bunyi juga menimbulkan getaran membran timpani kedua

yang menutupi fenestra rotundum. Proses ini yang tidak kalah penting untuk pendengaran normal

disebut hantaran udara. Hantaran jenis ketiga adalah hantaran tulang yang menyalurkan gataran

dari tulang-tulang tengkorak ke cairan telinga dalam. Hantaran tulang yang cukup besar terjadi

apabila kita menempelkan garpu penala atau benda lainnya yang bergetar langsung ke tengkorak.

Jaras ini juga berperan dalam penghantaran bunyi yang sangat keras.

Frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh manusia adalah sekitar 20-20000 Hz. Ambang

telinga manusia beragam sesuai nada bunyi dengan kepekaan tertinggi dalam rentang 1000-4000

Hz. Nada bunyi pria rata-rata dalam percakapan adalah sekitar 120 Hz dan untuk wanita adalah

250 Hz.

Page 2: Test Garputala surya

Gangguan Fisilogi Pendengaran

Kelainan telinga dapat menyebabkan tuli konduktif atau tuli sensorineural ataupun tuli

campuran. Tuli konduktif terjadi karena gangguan penghantaran bunyi di telianga luar atau

tengah. Sedangkan tuli sensorineural terjadi apabila ada kerusakan sel rambut atau jaras saraf.

Tuli campuran merupakan kombinasi dari kedua tuli tersebut. Jadi, jenis ketulian dibedakan

berdasarkan letak dari kelainan.

Telinga luar yang menyebabkan tuli konduktif adalah atresia liang telinga, sumbatan oleh

serumen, otitis eksterna sirkumskripta dan osteoma liang telinga.

Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif adalah sumbatan tuba

eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanosklerosis, hemotimpanum dan dislokasi tulang

pendengaran.

Tuli sensorineural dibagi dalam tuli sensorineural koklea dan retrokoklea. Tuli

sensorineural koklea disebabkan oleh aplasia, labirintitis, intoksikasi oleh streptomisin,

kanamisin, garamisin, dll. Sedangkan tuli sensorineural retrokoklea disebabkan oleh neuroma

akustik, mieloma multiple, cedera otak, dll.

Cara Pemeriksaan Pendengaran

Secara fisiologis, manusia dapat mendengar suara 20-18000 Hz, bunyi yang paling

efektif adalah 500-2000Hz, oleh karena itu digunakan garpu suara frekuensi 128, 256, 512, 1024,

2048 Hz, dibunyikan dengan cara tertentu lalu disuruh mendengarkan pada orang yang dites. Bila

penderita banyak tak mendengar pada frekuensi rendah berarti tuli konduksi. Bila banyak tak

mendengar pada frekuensi tinggi berarti tuli sensorineural. Kemudian dengan garpu penala

frekuensi 256, 512, 1024, dan 2048 Hz dilakukan tes-tes Rinne, Weber dan Schwabach sehingga

lebih jelas lagi apakah tuli penderita di bagian konduksi atau sensorineural.

Page 3: Test Garputala surya

Metode Tes

Garputala

Rinne Weber Schwabach

Pangkal garpu

penala yang

bergetar diletakan

pada prosesus

mastoideus sampai

subjek tidak dapat

lagi mendengarnya

lalu garpu penala

diletakan di dekat

telinganya.

Pengkal garpu

penala yang

bergetar diletakan di

verteks tengkorak.

Hantaran tulang

pasien dibandingkan

dengan hantaran

tulang pemeriksa.

Normal Mendengar getaran

di udara setelah

hantaran tulang

selesai.

Mendengar sama

keras di kedua sisi.

Sama dengan

pemeriksa.

Tuli konduktif Getaran di udara

tidak terdengar

setelah hantaran

tulang selesai.

Bunyi lebih keras di

telinga yang sakit

kerana efek masking

oleh bunyi

lingkungan tidak

ada.

Hantaran tulang

lebih baik daripada

normal (gangguan

hantaran ini

menyebabkan efek

bising masking

tidak ada)

Tuli saraf Getaran terdengar di

udara setelah

hantaran tulang

selesai selama tuli

sarafnya bersifat

sebagian.

Bunyi lebih keras di

telinga normal.

Hantaran tulang

lebih buruk daripada

normal.

Page 4: Test Garputala surya

1. Tes Rinne

Tujuan : membandingkan hantaran melalui udara dan tulang pada telinga yang diperiksa.

Cara Kerja :

Digetarkan dan tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus. Setelah tidak terdengar,

penala dipegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm. Bila masih terdengar disebut Rinne positif, bila

tidak terdengar disebut Rinne negatif. Dalam keadaan normal hantaran melalui udara lebih

panjang daripada hantaran tulang. Interpretasi tes Rinne dapat false Rinne baik pseudo positif dan

pseudo negatif. Hal ini dapat terjadi manakala telinga pasien yang tidak kita tes menangkap bunyi

garpu penala karena telinga tersebut pendengarannya jauh lebih baik daripada telinga pasien yang

kita periksa.

Kesalahan pemeriksaan pada tes Rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun

pasien. Kesalahan dari pemeriksa misalnya meletakkan garpu tala tidak tegak lurus, tangkai garpu

tala mengenai rambut pasien dan kaki garpu tala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena

jaringan lemak planum mastoid pasien tebal. Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat

memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak mendengar bunyi garpu penala saat kita menempatkan

garpu tala di planum mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garpu tala sudah berhenti saat

kita memindahkan garpu tala di depan meatus akustikus eksterna.

2. Tes Weber

Page 5: Test Garputala surya

Tujuan : membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan.

Cara : penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah dahi atau kepala. Bila

bunyi terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut lateralisasi ke telinga tersebut. Bila

terdengar sama keras atau tidak terdengar disebut tidak ada lateralisasi. Bila pada telinga yang

sakit (lateralisasi pada telinga yang sakit) berarti terdapat tuli konduktif pada telinga tersebut, bila

sebaliknya (lateralisasi pada telinga yang sehat) berarti pada telinga yang sakit terdapat tuli saraf.

3. Tes Schwabach

Tujuan : membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang

pendengarannya dianggap normal.

Cara : penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak

terdengar bunyi kemudian dipindahkan ke prosesus mastoideus pemeriksa yang pendengarannya

dianggap normal. Bila masih dapat mendengar disebut memendek atau tuli saraf, bila pemeriksa

tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya. Bila pasien masih dapat

mendengar, disebut memanjang atau terdapat tuli konduktif. Jika kira-kira sama mendengarnya

disebut sama dengan pemeriksa. Kesalahan pemeriksaan pada tes Schwabach dapat saja terjadi.

Misalnya tangkai garpu penala tidak berdiri dengan baik, kaki garpu penala tersentuh, atau pasien

lambat memberikan isyarat tentang hilangnya bunyi.

ALAT DAN BAHAN

Penala berfrekuensi 512 Hz.

Kapas/gabus untuk menyumbat telinga.

CARA KERJA

Tes Rinne

1. Getarkan penala berfrekuensi 512 Hz dengan cara memukulkan salah satu ujung jari penala

ke telapak tangan. Jangan sekali-sekali memukulnya pada benda keras.

Page 6: Test Garputala surya

2. Tekankan ujung tangkai penala pada prosesus mastoideus salah satu telinga OP. Tangan

pemeriksa tidak boleh menyentuh jari-jari penala.

3. Tanyakan kepada OP apakah ia mendengar bunyi penala mendengung di telinga yang

diperiksa. Bila mendengar, OP disuruh mengacungkan jari telunjuk. Begitu tidak mendengar

lagi, jari telunjuk diturunkan.

4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari prosesus mastoideus OP dan kemudian ujung

jari penala ditempatkan sedekat-dekatnya ke depan telinga OP. tanyakan apakah OP

mendengar dengungan itu.

5. Catat hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut:

1. Rinne positif (+): Bila OP masih mendengar dengungan melalui hantaran aerotimpanal.

2. Rinne negative (-): Bila OP tidak lagi mendengar dengungan melalui hantaran

aerotimpanal.

Tes Weber

1. Getarkan penala berfrekuensi 512 Hz dengan cara memukulkan salah satu ujung jari penala

ke telapak tangan. Jangan sekali-sekali memukulkannya pada benda keras.

2. Tekankan ujung tangkai penala pada dahi OP di garis meridian.

3. Tanyakan kepada OP, apakah ia mendengar dengungan bunyi penala sama kuat di kedua

telinganya atau terjadi lateralisasi.

4. Pada OP yang tidak mengalami lateralisasi, saudara dapat mencoba menimbulkan lateralisasi

buatan dengan menutup telinga OP dengan kapas/gabus dan mengulangi pemeriksaannya.

Tes Schwabach

1. Getarkan penal berfrekuensi 512 Hz seperti cara di atas.

2. Tekankan ujung tangkai penala pada prosesus mastoideus slah satu telinga OP.

3. Suruh OP mengacungkan jarinya pada saat dengungn bunyi menghilang.

4. Pada saat itu, dengan segera pemeriksa memindahkan penal dari prosesus mastoideus OP ke

prosesus mastoideus sendiri. Bila dengungan penala masih dapat didengar oleh si pemeriksa,

maka hasil pemeriksaan ialah SCHWABACH MEMENDEK.

Catatan: pada pemeriksaan menurut Schwabach, telinga pemeriksa dianggap normal.

5. Apabila dengungan penala yang te;ah dinyatakan berhenti oeh OP, juga tidak terdengar oleh

pemeriksa, maka hasil pemeriksaan mungkin SCHWABACH NORMAL ATAU

SCHWABACH MEMANJANG. Untuk memastikan, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:

Page 7: Test Garputala surya

Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekankan ke prosesus mastoideus pemeriksa

sampai tidak terdengar lagi dengungan.

Kemudian, ujung tangkai penala segera ditekankan ke prosesus mastoideus OP.

Bila dengungan masih dapat didengar oleh OP, hasil pemeriksaan ialah SCHWABACH

MEMANJANG.

Bila dengungan setelh dinyatakan berhenti oleh pemeriksa, juga tidak dapat didengar oleh OP

maka hasil pemeriksaan ialah SCHWABACH NORMAL.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Telinga Kanan

OP Tes Rinne Tes Weber Tes Weber tanpa efek

masking

Tes Schwabach

OP1 + Tidak terdapat

lateralisasi

Terdapat lateralisasi ke

arah telinga yang

disumbat oleh gabus

(telinga kanan)

Terdapat kesamaan

antara si pemeriksa

dengan OP1

OP2 + Tidak terdapat

lateralisasi

Terdapat lateralisasi ke

arah telinga yang

disumbat oleh gabus

(telinga kanan)

Terdapat kesamaan

antara si pemeriksa

dengan OP2

Telinga Kiri

Tes Rinne Tes Weber Tes Weber tanpa

efek masking

Tes

Schwabach

OP1 + Tidak

terdapat

Terdapat

lateralisasi ke

arah telinga yang

Terdapat

kesamaan

antara si

Page 8: Test Garputala surya

lateralisasi disumbat oleh

gabus (telinga

kiri)

pemeriksa

dengan OP1

OP2 + Tidak

terdapat

lateralisasi

Terdapat

lateralisasi ke

arah telinga yang

disumbat oleh

gabus (telinga

kiri)

Terdapat

kesamaan

antara si

pemeriksa

dengan OP2

Dari pemeriksaan tes Rinne, pada kedua OP didapatkan hasil yang sama yaitu Tes Rinne

positif. Berarti pada kedua OP setelah bunyi dengung tidak terdengar lagi di prosesus mastoideus

dan sewaktu dipindahkan ke depan telinga, bunyi dengung masih terdengar. Hal ini menunjukan

bahwa hantaran udara lebih panjang dibandingkan hantaran tulang. Kedua OP tersebut dapat

dikatakan normal.

Sedangkan pada tes Weber, tidak terdapat lateralisasi. Hal ini menunjukan tidak terdapat

perbedaan hantaran tulang antara telinga kanan dan telinga kiri. Maka, kedua OP tersebut dapat

dikatakan normal.

Pada tes Weber dengan ditiadakan efek masking (telinga kiri disumbat oleh gabus)

didapatkan bunyi lateralisasi ke arah telinga yang disumbat. Hal ini sesuai dengan teori yang

mengatakan bahwa akan terjadi peningkatan ambang pendengaran dengan besar yang cukup

untuk dapat diukur. Percobaan ini menunjukan simulasi terjadinya tuli konduktif pada telinga

kiri.

Pada tes Schwabach didapatkan kesamaan antara pemeriksa dengan OP begitupun

sebaliknya. Hal ini munujukan tidak terdapat perpanjangan ataupun perpendekan bunyi. Maka,

kedua OP dapat dinyatakan normal karena hantaran tulang antara OP dan pemeriksa itu sama.