Tesis Imam Asyahari Murtadlo (085112024)eprints.walisongo.ac.id/422/5/Murtadlo_Tesis_Bab4.pdf ·...
Transcript of Tesis Imam Asyahari Murtadlo (085112024)eprints.walisongo.ac.id/422/5/Murtadlo_Tesis_Bab4.pdf ·...
61
BAB IV
PROSES PENDIDIKAN KETRAMPILAN TULIS-MENULIS DI PESA NTREN
MAHASISWA HASYIM ASY’ARI YOGYAKARTA
A. Materi Pendidikan Ketrampilan Tulis-menulis
Materi yang diberikan pada kegiatan pembelajaran tulis-menulis di
pesantren Mahasiswa Hasyim Asy’ari pada dasarnya berasal dari pengalaman
praktis dari pengasuh, pembimbing serta tutor yang mengampu kegiatan
pembelajaran. Salah satu materi yang dijadikan rujukan utama dalam
pembelajaran tulis-menulis adalah sebuah buku tentang teori serta motivasi untuk
menulis yang berjudul “ Aku Menulis Maka Aku Ada”. Buku yang merupakan
hasil karya dari pengasuh pertama merupakan teori-teori serta konsep yang
didapat dari hasil pengalaman praktis ketika menjadi penulis. Materi lain yang
disampaikan adalah hasil pengalaman praktis dari para santri senior maupun dari
para tokoh penulis yang sengaja didatangkan ke pesantren.
Secara garis besar materi ketrampilan tulis-menulis yang disampaikan
adalah sebagai berkut :
1. Dasar dan Tujuan Menulis
Materi utama dan pertama yang disampaikan dalam pendidikan
ketrampilan tulis-menulis adalah landasan ideologis yang menjadi dasar dan
tujuan dalam menulis. Oleh karena itu sebelum terjun ke dunia tulis-menulis
terlebih dahulu meluruskan niat. Dasar dan tujuan menulis yang diajarkan
61
62
tidak jauh dari visi dan misi pesantren itu sendiri yang mencita-citakan
“ terwujudnya manusia yang berilmu amaliyah dan beramal ilmiyah dengan
etos kemandirian dan kepedulian”. Maka secara spesifik dapat dikatakan
bahwa dasar serta tujuan menulis itu adalah sebagai bentuk ibadah kepada
Alloh SWT dan dakwah Islam (dakwah bi al-kitabah}.
Dengan menulis diharapkan akan dapat menyampaikan berbagai nilai-
nilai ajaran Islam yang telah didapatkan dari berbagai sumber pembelajaran
seperti kampus dan pesantren melalui media tulisan. Dengan landasan ibadah
dan dakwah tersebut berarti telah menginvestasikan kemampuan untuk bekal
hidup di alam baka, sebagaimana para penulis muslim pada zaman terdahulu
seperti al-Ghazali, al-Bukhari, Imam Muslim, Ibnu Katsir dan lain
sebagainya.( (Dokumentasi Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy’ari ).
Maka dengan menulis ditekankan sebagai amanah perjuangan yang
harus senantiasa dijunjung tinggi, sehingga profesionalisme, loyalitas dan
intgritas harus dikedepankan. Dengan menulis memang menghasilkan uang
guna memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga uang penting, namun itu
bukanlah tujuan utama, tetapi uang akan mengikuti dengan sendirinya
bersama profesionalisme. Dengan landasan ideologi yang kuat para santri
diharapkan memiliki semangat tinggi ulet serta pantang menyerah ketika
mengalami kegagalan dalam menulis ( Wawancara dengan Lukman Santoso,
Ustadz dan tutor di Pesantren Mahasiswa Hasyiom Asy'ari Yogyakarta pada
tanggal 11 Oktober 2010).
63
2. Teknik Praktis dan Etika Menulis
Materi ini merupakan gambaran umum dan teknik umum dalam dunia
tulis-menulis. Gambaran umum meliputi gambaran mengenai prospek
jurnalistik di masa depan di era globalisasi informasi dan komunikasi yang
tak terbatas. Selanjutnya juga dibahas bagaimana peluang menjadi penulis
sukses, serta bagaimana menjadikan aktivitas menulis sebagai profesi yang
menjanjikan bagi masa depan.
Teknik umum dalam tulis-menulis membahas mengenai bagaimana
cara menulis berbagai jenis tulisan yang baik dan benar. Dalam materi ini
dijelaskan bagaimana proses menulis dari awal sampai akhir. Proses menulis
tersebut adalah : pertama, mencari ide tulisan yang bisa didapatkan melalui
berbagai sumber di lingkungan sekitar baik melalui wawancara, penelitian,
observasi dan lain sebagainya. Kedua, memilih topik yang akan ditulis baik
pendidikan, sosial, hukum dan lain sebagainya yang sesuai dengan minat dan
yang lebih banyak bahan-bahanya. Ketiga, mengorganisir topik yaitu dibuat
menjadi terpola sebagai sarana untuk mempermudah sistematika
pembahasan. Keempat, adalah teknik menyiasati judul agar sesuai dengan
topik dan menarik pembaca. Kelima adalah membuat alur/kerangka tulisan
mulai dari awal tulisan, pokok/isi dan penutup.
Selanjutnya dalam materi teknik umum ini juga dijelaskan bagaimana
membuat berbagai jenis karangan yaitu narasi, eksposisi, argumentasi dan
deskripsi. Kemudian bagaimana membangun pola pikir isi tulisan sesuai
64
dengan kaedah yang ada, seperti deduktif, induktif, deduktif-induktif,
deskriptif, dan naratif.
Materi selanjutnya yang disampaikan dalam pendidikan ketrampilan
tulis-menulis adalah etika menulis. Sebagai sebuah profesi/pekerjaan penulis
memiliki etika yang dijadikan acuan dalam setiap perbuatan berkaitan dengan
profesi tersebut. Meskipun etika penulis belum baku sebagaimana profesi-
profesi lainya, namun sudah menjadi kesepakatan bersama, dan jika
melanggar etika tersebut akan dianggap menyimpang dan tidak loyal pada
profesinya.
Diantara etika penulis tersebut adalah sebagai berikut :
a. Materi tidak bertentangan dengan Pancasila, Undang Undang Dasar 1945
dan hukum yang berlaku.
b. Jujur dalam segala hal.
c. Tulisan rapi.
d. Menggunakan bahasa yang baik dan benar.
e. Tidak melanggar hak cipta orang lain.
f. Tidak mengirim tulisan yang sama kepada media lain.
Selain beberapa kode etik penulis tersebut, para santri juga ditekankan
untuk memegang teguh etika serta akhlak Islam dalam menjalankan kegiatan
kepenulisan. Akhlak Islam yang merupakan akhlak terpuji (akhlak al-
karimah) harus senantiasa dipegang teguh oleh para santri, karena para santri
adalah para penulis muslim yang bukan hanya mengejar keuntungan materi
65
dalam menulis tapi juga memiliki visi misi serta tanggung jawab dunia
akherat. Maka dari itu hendaknya para santri dapat menjadi contoh bagi para
penulis pada umumnya, dalam menghasilkan tulisan yang baik bermutu,
membangun serta mencerdaskan pembaca khususnya, dan masyarakat pada
umumnya. Karena pada masa sekarang banyak para penulis yang hanya
mengejar keuntungan pribadi dengan membuat tulisan atau buku yang laris
tetapi melupakan isi serta amanat yang terkandung di dalam tulisan atau buku
tersebut (Observasi dan wawancara dengan Lukman Santoso, Ustadz dan
tutor di Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy'ari Yogyakarta pada tanggal 11
Oktober 2010).
3. Teknik Praktis membuat Berbagai Macam Tulisan
Materi selanjutnya yang disampaikan dalam pendidikan ketrampilan
tulis-menulis adalah teknik praktis membuat berbagai macam tulisan yang
sebagian besar termasuk dalam kategori jurnalistik, yaitu ditulis untuk
dipublikasikan melalui media massa baik koran maupun majalah, adapun
jenis-jenis tulisan tersebut adalah :
a. Artikel dan opini, dalam kajian materi tentang artikel dan opini para
santri dianjurkan untuk mempelajari hal-hal yang sifatnya praktis dan
langsung bisa dipraktekkan oleh mereka. Salah satunya para santri yang
akan menulis harus lebih mengenal visi-misi serta karakter media yang
akan dikirimi hasil tulisan, agar visi misi penulis tidak akan jauh berbeda
dengan media tersebut, karena setiap media memiliki perbedaan visi-misi
66
serta karakter tertentu. Namun selain itu penulis juga harus mengerti
masalah yang akan dibahas secara mendalam serta kondisi dan keinginan
para pembaca. Hal lain yang ditekankan adalah para santri ketika
menuliskan artikel atau opini mengenai suatu masalah harus jelas
perspektif/sudut pandang dalam mengupas atau membahas suatu
permasalahan. Kemudian penulis juga harus memiliki spesialisasi atau
kekhususan dalam bidangnya sesuai dengan latar belakang, profesi
maupun pendidikanya. Di sini para santri dianjurkan agar tidak
melupakan dasar dan tujuan dari menulis, agar tulisan yang dihasilkan
tetap mengandung pesan kebaikan bagi masyarakat.
b. Puisi, dalam penulisan puisi para santri lebih ditekankan untuk
bereksplorasi sendiri dengan bakat serta minatnya. Para tutor hanya
mengenalkan para penyair dan penulis puisi serta menjelaskan aliran-
aliranya. Sehingga dengan cara seperti itu para santri akan lebih terpacu
untuk membaca sendiri berbagai macam buku tentang puisi serta
mengerti perbedaan diantara berbagai macam aliranya. Dengan banyak
membaca berbagai macam puisi yang ada di perpustakaan para saantri
diharapkan akan mendapatkan banyak kosa kata baru serta kaya akan
inspirasi-inspirasi. Kemudian tahap selanjutnya para santri disarankan
untuk membuat karya sebanyak-banyaknya dengan bimbingan para tutor
untuk dievaluasi dan dipublikasikan.
67
c. Resensi buku, maeri resensi buku dibahas dengan menunjukkan contoh
buku dan hasil resensinya. Kemudian buku tersebut dibaca dengan tuntas
agar dapat diketahui cara dan metode serta isi dari buku tersebut. Setelah
itu santri dipersilahkan memilih tiga macam cara meresensi buku yaitu :
pertama resensi deskriptif, yaitu resensi yang menjelaskan isi sebuah
buku apa adanya sesuai dengan buku tersebut. Kedua, adalah resensi
analitis kritis, yaitu sebuah cara meresensi buku dengan mengulas isi
sebuah buku kemudian setelah itu melakukan analisa kritis terhadapnya.
Dalam hal ini peresensi harus adil tidak hanya mengkritik buku tersebut
tetapi juga menunjukkan hal-hal positif dari buku (promosi). Ketiga
adalah resensi komparatif, yaitu mengulas sebuah buku kemudian
membandingkanya dengan buku lain, serta mengungkapkan kekurangan
dan kelebihan masing-masing buku.
d. Cerpen, mengenai cerpen, dalam pembelajaran tulis-menulis tidak
melakukan pembahasan mengenai definisi. Pembahasan lebih ditkankan
pada materi jenis-jenis cerpen, bagaimana alur cerita, serta bagaimana
penulis menyampaikan ide, gagasan serta amanat di dalam cerpen.
Selanjutnya para santri diinstruksikan untuk membaca berbagai macam
cerpen untuk memperkaya wawasan mengenai cerpen sehingga akhirnya
dapat mencrmati dan menemukan berbagai jenis cerpen. Di dalam
pembelajaran juga disampaikan mengenai jenis-jeenis cerpen yaitu
naratif, simbolik, dan filosofis. Cerpen naratif yaitu cerpen yang penulis
68
dalam menyampaikan gagasanya hanya menceritaqkan kisah dari awal
sampai akhir saja (secara naratif). Cerpen simbolik saitu cerpen yang
dalam penulisanya menggunakan simbol-simbol dalam menyampaikan
ide ceritanya. Sedangkan cerpen filosofis yaitu, cerpen yang di dalam
penyampaian ide ceritanya menggunakan bahasa-bahasa filsafat.Untuk
memperkaya wawasan mengenai cerpen serta agar para santri dapat
membuat cerpen yang memiliki alur variatif, maka disampaikan juga alur
cerpen berdasarkan konflik/puncak masalah. Peletakan konflik di dalam
cerpen terbagi menjadi tiga yaitu, pada awal, pada tengah, pada akhir,
serta pada awal kemudian diulang pada akhir cerita.
e. Menulis buku, pendidikan ketrampilan tulis-menulis yang diadakan di
Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy’ari juga melatih para santri untuk bisa
menulis buku. Kemampuan menulis buku ini menurut para tutor
merupakan kemampuan yang diharapkan dikuasai santri dalam jangka
waktu lebih panjang dibandingkan kemampuan menulis lainya. Hal ini
disebabkan menulis buku diperlukan kompetensi, pengalaman, serta
waktu yang lebih lama dibandingkan membuat tuilisan berupa puisi,
artikel serta berbagai jenis tulisan yang dipublikasikan ke media massa.
Guna mendorong serta memfasilitasi para santri yang hendak menlis buku
maka pihak pesantren menyediakan dua penerbit yaitu Penerbit Kutub
dan Penerbit Dua Mata Air. Meskipun pada prakteknya para santri
berkecenderungan lebih memilih membuat tulisan yang lebih singkat,
69
pendek tidak memerlukan waktu yang lama dalam menuliskanya seperti
berbagai tulisan yang dipublikasikan melalui media massa. Hal itu dapat
dimengerti karena para santri pada umumnya adalah mahasiswa yang
memiliki waktu terbatas di sela-sela jam kuliahnya, sehingga mereka
lebih cenderung menulis artikel, puisi, atau berbagai macam tulisan lainya
yang proses penulisanya tidak memerlukan waktu terlalu lama
(Dokumentasi dan wawancara dengan Lukman Santoso, ustadz dan tutor
di Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy'ari pada tanggal 11 Oktober 2010).
4. Publikasi
Setelah para santri dibekali berbagai kompetensi dalam dunia
kepenulisan, maka para santri juga dibekali pengetahuan cara
mempublikasikan hasil karyanya. Dalam hal publikasi karya tulisan lebih
ditekankan pada publikasi tulisan yang dikirimkan ke media massa. Hal ini
bukan berarti mengesampingkan publikasi karya yang berbentuk buku,
karena untuk untuk karya buku juga telah disediakan dua penerbit milik
pesantren yaitu Penerbit Kutub dan Penerbit Dua Mata Air. Penekanan materi
publikasai secara khusus kepada publikasi ke media massa ini dilakukan
karena ketrampilan menulis di media massa lebih cepat dapat dipraktekkan,
serta merupakan latihan guna mengasah kemampuan yang lebih tinggi yaitu
menulis buku.
Dalam materi publikasi ini dijelaskan bagaimana agar tulisan dapat
diterima dan dimuat oleh media massa. Hal pertama yang disampaikan yaitu,
70
kelengkapan tulisan seperti kerapian tulisan, penulisan alamat media massa,
alamat penerbit, alamat percetakan, kelengkapan identitas pengirim, serta
media pengiriman (langsung, via pos, atau email).
Hal selanjutnya yang disampaikan adalah strategi agar tulisan diterima
media massa yaitu, pertama, tulisan harus memenuhi kriteria penulisan yang
merupakan seleksi awal layak tidaknya tulisan dimuat. Kriteria tersebut
seperti keaslian tulisan, isi dan gagasan yang baru serta yang menarik,
memenuhi etika jurnalistik dan lain sbagainya. Kedua, Tulisan harus aktual
yaitu harus sesuai dengan kejadian yang masih aktual di tengah-tengah
masyarakat. Kemudian aktual sesuai dengan agenda rutin seperti hari-hari
besar nasional dan dunia yang monumental. Kemudian tulisan juga harus
menyesuaikan tajuk rencana suatu media. Ketiga, memahami visi misi suatu
media, karena setiap media massa, penerbit maupun percetakan didirikan
dengan sebuah idealisme dan cita-cita. Penerbit, koran atau majalah tertentu
memiliki idealisme berbeda-beda seperti kesehatan, ekonomi, olahraga,
politik dan lain sebagainya, sehingga masing-masing perusahaan surat kabar
mempunyai sasaran pembaca sesuai dengan idealisme yang dibangunya
(Dokumentasi dan wawancara dengan Lukman Santoso, ustadz dan tutor di
Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy'ari pada tanggal 11 Oktober 2010).
71
B. Upaya-upaya yang Dilakukan dalam Rangka Mewujudkan Tujuan
Pembelajaran Pendidikan Ketrampilan Tulis-menulis
Dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan
khususnya dalam bidang ketrampilan tulis-menulis pihak Pesantren Mahasiswa
Hasyim Asy’ari melakukan berbagai kegiatan sebagai berikut :
1. Diklat (pendidikan dan pelatihan) tulis-menulis
Diklat tulis menulis yang diadakan disebut dengan kajian ketrampilan
tulis-menulis. Kajian ketrampilan tulis-menulis dilaksanakan di ruang aula
pesantren dengan dibimbing oleh para tutor. Tutor diambil dari para santri
senior ataupun para asatidz. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan
pihak pesantren sesekali mendatangkan para penulis sukses ke pesantren guna
mengisi kegiatan ini. .
Kajian ini dilaksanakan empat kali dalam seminggu dengan berbagai
metode pembelajaran yaitu, ceramah, diskusi, penugasan. Materi diklat adalah
ketrampilan menulis buku dan ketrampilan menulis jurnalistik non reportase
seperti artikel, opini, puisi, cerpen, resensi dan lainya (jadwal terlampir)
2. Mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat di bidang tulis-menulis.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini mempunyai tujuan penting bagi
para santri dan juga bagi masyarakat. Tujuan yang diharapkan akan terwujud
bagi para santri adalah para santri diharapkan memiliki kepedulian dan
kecintaan terhadap budaya tulis-menulis, serta menyebarkan ketrampilan serta
budaya tersebut kepada masyarakat. Dengan mengadakan kegiatan ini
72
diharapkan bisa menjadi ajang mempraktekkan, mendalami serta
mengembangkan ketrampilan tulis-menulis yang didapatkan dari pesantren.
Tujuan lainya adalah terciptanya budaya baca tulis bagi santri dan masyarakat
yang merupakan bentuk pengabdian PP. M. Hasyim Asy’ari dalam rangka
pencerdasan dan pembelajaran bagi masyarakat.
Kegiatan pengabdian masyarakat tersebut tersebut dilaksanakan dengan
berbagai cara pertama yaitu, PP.M. Hasyim Asy’ari bekerja sama dengan
penerbit lain dengan menggelar acara perpustakaan keliling dan perlombaan
bagi anak-anak usia dini dengan maksud untuk meningkatkan ketrampilan
menulis serta etos membaca di kalangan masyarakat.
Cara yang kedua yaitu pelatihan tulis-menulis bagi selain santri.
Sasaranya adalah mahasiswa dari berbagai universitas di dalam maaupun
sekitar yogyakarta. Pelatihan ini sebelumnya dipandu oleh pengasuh namun
selanjutnya dipandu oleh para santri senior yang telah memiliki ketrampilan
praktis dalam bidang tulis-menulis.
Strategi yang digunakan dalam pendidikan ketrampilan tulis-menulis
adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan teori dan praktek dalam pembelajaran
Dalam pembelajaran tulis-menulis para santri dibekali berbagai
macam teori mengenai kepenulisan, namun praktek dalam pembelajaran lebih
ditekankan. Selain itu para tutor yang mengampu kegiatan pembelajaran juga
73
lebih banyak menyampaikan pengalaman praktis mereka dalam hal tulis-
menulis. Menurut para tutor untuk teori para santri bisa mendapatkanya secara
lebih mendalam melalui buku-buku tentang kepenulisan baik yang ada di
perpustakaan pesantren maupun dari sumber lainya. Secara khusus praktek
menulis dilaksanakan melalui tugas-tugas yang disampaikan oleh para tutor di
setiap akhir pertemuan. Kemudian pada pertemuan berikutnya hasil dari tugas
tersebut dievaluasi oleh para tutor untuk selanjutnya diberi pengarahan
mengenai kekurangan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para santri.
Dengan cara tersebut para santri diharapkan akan lebih memahami materi
serta mengerti kekurangan serta kelebihan masing-masing.
2. Peningkatan motivasi sebagai dasar utama pengembangan potensi tulis-
menulis
Guna memberikan dorongan kepada para santri untuk mempelajari
ketrampilan tulis-menulis maka dilakukan berbagai cara agar para santri
terpacu semangatnya untuk menekuni ketrampilan tersebut, salah satu cara
tersebut adalah pemberian motivasi. Motivasi adalah serangkaian usaha untuk
menjadikan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu, dan bila tidak suka maka ia akan berusaha untuk
meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu (Sardiman, 2001 : 73).
Pesantren berusaha menumbuhkan semangat dalam proses pendidikan
ketrampilan tulis-menulis melalui beberapa motivasi. Motivasi pertama yaitu,
melalui penanaman prinsip dasar dan tujuan menulis. Maka secara spesifik
74
dapat dikatakan bahwa dasar serta tujuan menulisyang ditekankan di
Pesantren Hasyim Asy’ari itu adalah sebagai bentuk ibadah kepada Alloh
SWT dan dakwah Islam (dakwah bilkitabah}. Dengan menulis diharapkan
akan dapat menyampaikan berbagai nilai-nilai ajaran Islam yang telah
didapatkan dari berbagai sumber pembelajaran seperti kampus dan pesantren
melalui media tulisan. Dengan landasan ibadah dan dakwah tersebut berarti
telah menginvestasikan kemampuan untuk bekal hidup di alam baka.
Motivasi kedua yaitu, dengan ketrampilan tulis-menulis merupakan
salah satu upaya pengembangan potensi ketrampilan personal, ketrampilan
sosial, ketrampilan akademik serta ketrampilan vocational para santri ketika
masih dalam proses pendidikan maupun kelak setelah selesai dari pendidikan
di pesantren agar dapat mandiri dan sukses menjalani kehidupan. Kemudian
dengan ketrampilan tulis-menulis tersebut para santri diharapkan juga
memiliki ketrampilan yang bernilai secara ekonomis sehingga tidak
mengandalkan lowongan pekerjaan lain yang semakin sempit. Hal ini bisa
menjadi salah satu alternatif guna menyikapi fenomena banyaknya angkatan
kerja yang belum mendapatkan pekerjaan layak.
3. Mendatangkan para penulis yang telah sukses
Guna memperkaya para santri dengan wawasan yang lebih luas maka
pihak pesantren sengaja mendatangkan para tokoh penulis ke pesantren.
Meskipun kegiatan ini tidak terjadwal, namun sangat bermanfaat bagi para
santri. Dengan didatangkanya para penulis sukses para santri dapat berdiskusi
75
serta tukar pengalaman dengan para penulis tersebut. Dengan mendapatkan
materi yang berasal dari pengalaman praktis dari para penulis tersebut, para
santri akan mendapatkan berbagai pengetahuan baru tentang tulis-menulis
yang lebih aplikatif untuk langsung diterapkan. Kemudian selanjutnya para
santri diharapkan dapat belajar dan termotivasi untuk mengikuti perjalanan
sukses mereka di bidang kepenulisan.
4. Pendampingan dan bimbingan personal
Guna menunjang dan menindaklanjuti pendidikan ketrampilan yang
dilaksanakan melalui diklat yang dipandu oleh para tutor dan diskusi dengan
para tokoh penulis, maka pihak pesantren mengadakan pembimbingan secara
personal kepada para santri. Seorang santri senior yang sekiranya sudah
menguasai ketrampilan tulis-menulis diberi tugas untuk mendampingi dan
membimbing beberapa santri dalam proses belajar menulis. Metode
pembimbingan dilaksanakan dengan berbagai cara.
Cara yang pertama yaitu, dengan memberi tugas tertentu kepada
santri, baik tugas terstruktur maupun tugas mandiri. Salah satu contoh tugas
tersebut adalah mencari dan membaca buku tertentu yang berkaitan dengan
tulis-menulis, kemudian tugas membuat kliping jenis tulisan tertentu dari
media massa. Dengan tugas tersebut para santri diharapkan bisa mendapatkan
pengetahuan serta ketrampilan baru dalam hal tulis-menulis melalui pencarian
sendiri. Dengan pencarian sendiri tersebut diharapkan pengetahuan dan
ketrampilan yang didapatkan para santri akan lebih berkesan.
76
Cara yang kedua yaitu, Memberikan motivasi secara personal kepada
para santri. Motivasi yang disampaikan secara santai dan non formal
diharapkan akan lebih mudah diterima oleh para santri. Motivasi yang
diberikan seperti mengarahkan para santri untuk memilih jenis tulisan yang
disukainya kemudian didorong untuk mengembangkanya selanjutnya juga
membantu para santri memilih media publikasi yang tepat. Bimbingan lain
yang sangat penting adalah support kepada para santri yang gagal atau belum
bisa mempublikasikan hasil tulisanya ke media massa atau penerbit buku.
Sehingga akhirnya para santri tidak patah semangat ketika belum berhasil dan
punya semangat tinggi untuk terus berusaha sampai berhasil.
5. Membangun kultur membaca dan menulis.
Sistem pengajaran tulis-menulis di Pesantren Mahasiswa Hasyim
Asy’ari yang dilaksanakan secara formal melalui diklat dan mendatangkan
para penulis sukses ditunjang dengan strategi pembentukan kultur membaca
dan menulis, yaitu kultur yang kondusif bagi pengembangan pengetahuan
dan wawasan melalui kebiasaan membaca serta upaya pengambangan
kretifitas menulis dalam kehidupan sehari-hari. Pembentukan suasana yang
kondusif bagi proses pembudayaan membaca dan menulis ini diupayakan
dengan berbagai cara.
Cara yang pertama yaitu menjadikan aktivitas membaca sebagai
sebuah kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan pesantren.
Sehingga disela-sela aktivitas para santri yang padat para santri dibiasakan
77
untuk membaca berbagai macam bacaan baik berupa buku, koran maupun
majalah. Guna menunjang proses pembentukan budaya membaca di
pesantren, maka pihak pesantren juga menyediakan perpustakaan untuk para
santri yang menyediakan berbagai macam koleksi. Dengan kebiasaan
membaca tersbut para santri diharapkan memiliki pengetahuan serta wawasan
yang luas, yang dengan pengetahuan serta wawasan yang luas tersebut para
santri diharapkan akan mampu menuangkan pengetahuan yang didapatkanya
dalam bentuk tulisan.
Cara yang kedua yaitu, pembiasaan budaya menulis di lingkungan
pesantren. Di dalam lingkungan pesantren para santri benar-benar didorong
untuk terbiasa mengisi waktunya dengan membuat tulisan baik tulisan
tersebut hanya untuk konsumsi bacaan pribadi, atau untuk dipublikasikan
kepada khalayak umum seperti media massa maupun buku. Kemudian pihak
pesantren juga menyediakan wadah berupa majalah dinding sebagai arena
publikasi hasil karya santri yang berupa tulisan yang telah dimuat maupun
belum dimuat di media massa.
Dengan dipublikasikanya hasil karya santri yang telah berhasil dimuat
dan menembus media massa merupakan kebanggaan tersendiri bagi mereka.
Sehingga akhirnya mendorong para santri yang telah berhasil menulis di
media massa untuk lebih giat lagi menulis. Sedangkan bagi para santri yang
tulisanya belum diterima dan dimuat di media massa akan merasa tertantang
untuk terus menulis agar bisa seperti para santri lain yang telah berhasil. Maka
78
akhirnya dengan adanya mading sebagai wahana publikasi hasil tulisan para
santri, dapat menjadikan motivasi serta persaingan yang sehat di dalam
pesantren.
6. Menyediakan akses terhadap berita dan informasi terbaru
Pihak pesantren mengusahakan agar para santri memiliki wawasan
kekinian serta tidak ketinggalan informasi serta berita terbaru. Karena dengan
wawasan dan pengetahuan yang luas khususnya hal-hal baru para santri akan
memiliki kretifitas dan inovasi dalam isi serta tema tulisan. Sehingga akhirnya
tulisan yang dihasilkan merupakan karya yang responsive dengan situasi dan
kondisi yang sedang terjadi.
Guna mewujudkan itu semua pihak pesantren mengusahakan agar para
santri dapat membaca dan mengetahui perkembangan informasi dan berita di
media massa secara kontinyu dengan jalan berlangganan beberapa Koran
harian. Koran harian yang disediakan pihak pesantrren antara lain Media
Indonesia, Suara Yogya, Kedaulatan Rakyat, Kompas dan beberapa surat
kabar lainya. Selain Koran-koran tersebut para santri yang berkeinginan
membaca majalah atau Koran tertentu diijinkan berlangganan dengan dana
pribadi atau kelompok (Observasi dan wawancara dengan Lukman Santoso,
Ustadz dan tutor di Psantren Mahasiswa Hasyim Asy'ari Yogyakarta pada
tanggal 11 Oktober 2010).
79
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Pendidikan
Ketrampilan Tulis-menulis
Dalam pelaksanaan pendidikan ketrampilan tulis-menulis terdapat banyak
faktor pendukung maupun penghambat atas tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan. Faktor-faktor tersebut tak bisa lepas dari keberadaan pesantren, para
santri, serta kondisi lingkungan sekitar. Beranjak dari hasil observasi, wawancara
serta data-data yang diperoleh dari sumber data, akhirnya dapat dirumuskan
beberapa faktor yang menjadi pendukung maupun penghambat terlaksananya
kegiatan tersebut yaitu :
1. Faktor-faktor pendukung
Beberapa hal yang menjadi faktor pendukung terlaksananya kegiatan
pendidikan ketrampilan di Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy’ari adalah :
a. Lingkungan sosial budaya sekitar pesantren, yaitu masyarakat
Yogyakarta yang merupakan “kota pelajar” sehingga komunitas pelajar
serta mahasiswa serta masyarakat yang ada pada umumnya terbiasa
dengan aktivitas baca tulis. Dengan lingkungan sosial budaya yang positif
tersebut menjadi pendorong terpupuknya budaya baca tulis di lingkungan
komunitas pesantren. Dengan adanya budaya tersebut para santri akhirnya
lebih mudah menerima serta menguasai materi ketrampilan tulis-menulis
sebagaimana yang diajarkan secara khusus di pesantren.
b. Iklim kepenulisan (kultur kepenulisan) di pesantren serta persaingan
dalam kepenulisan yang yang diciptakan sedemikian rupa dalam
80
kehidupan di pesantren. Dengan metode pembiasaan tersebut akhirnya
tercipta iklim yang kondusif bagi pengembangan penulisan kreatif
berbagai karya tulisan. Dengan kultur kepenulisan yang ada di pesantren
sangat mendukung terlaksananya tujuan pendidikan ketrampilan tulis-
menulis. Karena dengan kultur kepenulisan tersebut bisa mewarnai
seluruh aktivitas sehari-hari para santri di pesantren yang berlangsung
selama duapuluh empat jam. Maka dengan metode tersebut akan lebih
efektif dalam mencapai tujuan pendidikan yang bukan hanya mencakup
aspek kognitif semata dengan penguasaan materi tulis-menulis, akan
tetapi juga mencakup aspek afektif dan psikomotorik seperti sikap dan
ketrampilan yang dibutuhkan sebagai seorang penulis.
c. Perpustakaan pesantren yang relatif lengkap membantu para santri
mendapatkan literatur serta bahan bacaan yang dibutuhkan. Dengan
kelengkapan bahan bacaan tersebut maka para santri lebih mudah
mendapatkan berbagai macam bahan maupun materi yang berkaitan
dengan tentang tulis-menulis. Para santri tidak harus pergi ke luar
pesantren untuk mencari bahan serta materi yang dibutuhkan sehingga
akan lebih menghemat waktu dan biaya. Selain itu dengan kemudahan
dalam prosedur peminjaman menjadikan para santri bisa lebih mendalam
dalam mengkaji berbagai bahan bacaan yang berkaitan dengan materi
pendidikan ketrampilan tulis-menulis.
81
d. Kemudahan mendapatkan akses informasi serta ilmu pengetahuan melalui
berbagai media di lingkungan sekitar, seperti banyaknya perpustakaan-
perpustakaan yang tersebar di berbagai tempat di Yogyakarta. Kemudian
banyaknya toko buku -toko buku yang menyediakan bermacam-macam
buku baru maupun lama, serta sering diadakanya pameran buku maupun
bedah buku oleh para penerbit. Dengan kemudahan tersebut menjadikan
para santri bisa lebih dapat memperkaya wawasan serta pengetahuan
kekinian sehingga akhirnya tulisan yang dihasilkan akan lebih bermutu,
inovatif dan penuh kreativitas.
e. Adanya dukungan dari penerbit “Kutub” dan “Dua mata air” yang ikut
mendukung dan mewadahi kreativitas menulis para santri. Dengan
dukungan dua penerbit tersebut para santri mempunyai wahana publikasi
karya tulisan mereka. Kemudian selain itu para santri bisa mendapatkan
pengetahuan praktis proses produksi, editing sampai pemasaran sebuah
buku ataupun hasil tulisan lainya.
f. Para penulis, alumni santri, serta praktisi dalam bidang penerbitan serta
media massa yang ikut memberi motivasi dan pengarahan bagi para santri
dalam pendidikan ketrampilan tulis-menulis. Selain para astidz dan tutor
peranan dari para "tutor tamu" yang berasal dari alumni maupun relasi ini
sangat penting dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan
ketrampilan tulis-menulis. Karena dengan "tutor tamu" tersebut akan
melengkapi materi yang disampaikan oleh asatidz/tutor yang ada
82
sehingga memperkaya pengetahuan serta wawasan santri tentang tulis-
menulis. Dengan berbagai ilmu pengetahuan serta pengalaman praktis
dari para "tutor tamu" santri bisa lebih termotivasi untuk menjadi penulis
sukses.
2. Adapun hal-hal yang menjadi penghambat dalam kegiatan pendidikan
ketrampilan tulis-menulis di Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy’ari adalah :
a. Terbatasnya sarana dan prasarana serta fasilitas yang dimiliki pesantren
sehingga kurang bisa maksimal dalam mendukung kegiatan
pembelajaran. Seperti sarana ruang belajar dan ruang perpustakaan yang
belum tertata rapi sehingga kurang nyaman ketika digunakan dalam
proses kegiatan belajar mengajar. Kemudian belum tersedianya sarana
dan media pembelajaran modern yang memadai seperti media elektronik,
komputer dan internet yang mencukupi bagi para santri, sehingga proses
pembelajaran kurang optimal karena santri masih harus pergi ke luar
pesantren guna memenuhi kebutuhan tersebut.
b. Kurang maksimalnya penerbit “Kutub” dan “Dua Mata Air” dalam
publikasi hasil karya para santri. Kedua penerbit tersebut lebih banyak
menerbitkan karya tulisan yang berbentuk buku dari para penulis yang
sudah terkenal maupun tulisan dari para alumni yang sudah profesional.
Sehingga para santri yang pada umumnya merupakan para penulis
pemula kurang mendapat perhatian. Salah satu dampak dari kurang
maksimalnya dukungan dari kedua penerbit tersebut akhirnya para santri
83
lebih banyak terjun pada dunia jurnalistik yaitu menulis dengan media
publikasi berupa media massa baik lokal maupun nasional.
c. Regenerasi pihak pengelola pesantren terhadap para narasumber, ustadz
dan tutor yang kurang bisa berjalan dengan baik dikarenakan para santri
senior yang sudah selesai melaksanakan studi biasanya akan keluar dari
pesantren atau pulang ke kampung halaman. Nara sumber serta tutor
pertama dalam pendidikan ketrampilan tulis-menulis adalah K.H. Zaenal
Arifin Toha karena beliau selain pengasuh pesantren juga merupakan
seorang penulis professional, namun setelah beliau meninggal akhirnya
posisi narasumber dilanjutkan oleh para santri senior. Para santri senior
yang merupakan asatidz atau tutor yang merupakan narasumber dalam
pendidikan ketrampilan tulis-menulis setelah menyelasaikan studi di
kampus sebagian besar pindah tempat atau pulang ke kampung
halamanya, sehingga posisi narasumber diambil alih oleh para santri yang
masih ada. Kemudian yang menjadi masalah dan menghambat dalam
proses pembelajaran adalah regulasi posisi dan tugas narasumber di
Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy'ari kurang dipersiapkan sejak dini.
Padahal seharusnya para narasumber, ustadz dan tutor merupakan bagian
sentral dalam keberlangsungan serta tercapainya tujuan pembelajaran.
Sehingga perlu diaadakan regenerasi dengan cara tertentu agar dapat
menghasilkan para narasumber, ustadz dan tutor yang menguasai tidak
hanya materi ketrampilan tulis-menulis tetapi juga teori pembelajaran.
84
D. Hasil dan Manfaat Pendidikan Ketrampilan Tulis-menulis di Pesantren
Mahasiswa Hasyim Asy’ari Yogyakarta
1. Hasil Pendidikan Ketrampilan Tulis-menulis
Pendidikan ketrampilan tulis-menulis pada dasarnya merupakan
kegiatan yang memiiki tujuan pokok mengembangkan potensi para santri di
bidang kepenulisan. Dalam proses pendidikan serta pelaksanaan program
tersebut tentu akan terdapat hasil pencapaian, terlepas dari evaluasi hasil
yaitu tercapai ataupun tidaknya semua tujuan dari program tersebut. Maka
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada kegiatan pendidikan
ketrampilan tulis-menulis dapat disimpulkan beberapa hasil yang didapatkan
dari kegiatan tersebut.
Tujuan pokok dari pendidikan ketrampilan tulis-menulis adalah untuk
mencetak para santri agar memiliki ketrampilan tulis-menulis dan selanjutnya
bisa menjadi penulis. Tercapainya tujuan tersebut dapat diindikasikan dengan
eksistensi para santri dalam bidang kepenulisan beserta karya-karya tulisan
yang telah dihasilkanya. Kemudian bagaimana sebuah tulisan dapat
dipublikasikan serta diterima oleh penerbit, percetakan, redaktur, maupun
masyarakat pembaca pada umumnya.
Dalam upaya mencapai tujuan dari pendidikan ketrampilan tulis-
menulis tersebut pihak pesantren telah melakukan berbagai upaya agar para
santri dapat mendapatkan hasil serta manfaat dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Tujuan jangka pendek meliputi kemampuan menembus
85
media massa yang bertaraf lokal, maupun nasional. Karena sebuah tulisan
dapat diterima dan dimuat dalam sebuah mediua massa harus memilki sebuah
ketrampilan khusus dalam membuat sebuah tulisan yang berkualitas, serta
sesuai dengan tema/karakter tulisan yang dikehendaki oleh media massa
tersebut. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah terbentuknya jiwa
kepenulisan sehingga bisa menjadi penulis yang professional serta produktif.
Yang mana lingkup tulisan akan lebih luas bukan hanya pada media massa
tetapi bisa merambah pada bentuk penulisan buku dan tulisan pada berbagai
media lainya. Akhirnya tujuan jangka panjang ini membutuhkan
pengembangan sendiri oleh para santri berdasarkan keilmuan serta
ketrampilan yang telah didapatkanya sehingga akan menghasilkan
ketrampilan yang lebih variatif.
Adapun hasil dari kegiatan pendidikan ketrampilan tulis-menulis di
Pesantren Hasyim Asy’ari secara langsung (jangka pendek) dapat dilihat
adalah keberhasilan para santri menghasilkan berbagai bentuk tulisan yang
dimuat di berbagai media massa baik yang berskala lokal maupun nasional.
Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pendidikan ketrampilan yang dilakukan
melalui metode yang mengedepankan praktek secara langsung dengan
bimbingan para penulis praktis cukup efektif dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Hal ini berbeda dengan pembelajaran yang hanya sekedar
menyampaikan teori-teori terntang kepenulisan yang kadang kurang aplikatif
dengan kondisi serta kebutuhan media massa dan pembaca.
86
Kemudian untuk hasil pendidikan ketrampilan jangka panjang perlu
diadakan penelitian tersendiri, sehingga bisa diamati bagaimana keberadaan
para santri alumni Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy’ari setelah lulus dari
pendidikan pesantren. Namun dari pengamatan sebatas lingkup pesantren
khususnya para alumni yang masih aktif dalam kegiatan pendidikan di
pesantren, ternyata banyak alumni angkatan pertama yang berhasil serta
produktif dalam bidang kepenulisan.
Dari pemaparan tersebut dapat disiumpulkan bahwa ternyata
pendidikan ketrampilan tulis-menulis di Pesantren Hasyim Asy’ari
menghasilkan output yaitu peserta didik (santri maupun alumni) yang secara
praktis dapat menuliskan karyanya dalam bentuk buku maupun di media
massa. Kemudian hasil dari pendidikan ketrampilan tulis-menulis dapat
dilihat dari diterima dan dimuatnya karya tulisan dari para santri sebagaimana
terlihat dari tabel neraca kepenulisan para santri yang berhasil
didokumentasikan pihak pengurus pesantren periode tahun 2010 sebagai
berikut:
87
NERACA KEPENULISAN SANTRI
PESANTREN MAHASISWA HASYIM ASY’ARI
TAHUN 2010 (gambar 2)
NO
NAMA SANTRI MEDIA JENIS TULISAN JUM
LAH
1 A. Muhlis Amrin JS, MI, B O(3) 3
2 Ainurrasyid SM, B, dll. R(5), E(1) 6
3 Muhammadun AS
JS , SK, T, B, MB, SM, MI
O(21), R(10), E(1) 32
4 Fauzi Abdurrahman
JS, PIM Proyek dll. O(4), B 5
5 Salman Rusydi MP, M, B, JS dan Pim Proyek
C(1), O(3) 4
6 Lukman Santoso Proyek Buku PIM, dll. B(1), O(9), R(10), E(1)
21
7 Ahmad Hasan MS
PR, MI, dll. R(10), P(1), O(7) 18
8 M. Sanusi MI, KR , PIM Proyek, dll.
E(3), B C(4), R(9) 17
9 Muhibbuddien SM O(6) 6
10 Gugun El Guyanie
SP, B, KR, JS, O(21), E(3), R(2) 26
11 Bj Sujibto SM, KR, dll. R(8), O(7), E(3) 18
12 Miftahul A’la I, JS, dll. O(6), E(1), R(3) 10
88
13 Sungatno MI, SI, S, dll. R(16), O(4) 20
14 Fathul Anas M, MI, KR, dll. O(9), R(8), E(1) 18
15 Minan Nurirrahman
KR, SM R(2) 2
16 Fathurrahman MD
M, JP, dll. O(12) 12
17 Muhibbien Am SM, B, dll. O(6), R(3) 9
18 Zainuddin Zen JS, MI, KR, dll. O(2), P(1), E(2), R(1)
6
19 Wushtol Bahrie JS, MI, dll. O(1), E(3) 4
20 M Ali Faki Ar JS 2x, M O(4), R(1), E(1) 6
21 Yanuar Arifin SM, PR, MI, MI, dll. O(6), R(2), E(5) 13
22 M Fathullah K, PR, MI, dll. O(1), R(5) 6
23 Mustain Abd M, S Pos O(2) 2
24 Najanuddin M S Pos, SP, PIM Proyek O(2), B(1) 3
25 Heri Kurniawan SM, MI, KR , JS, dll. R(5), O(7) 12
26 Abd. Rachem MI, SM, K, dll. E(3),R(1), C(4) 8
27 Juma’ D. LP, MI, KR, dll. R(8),O(4), 12
28 Imam S. Arizal KU, dll. P(5), C(5) 10
29 Budi Prasetyo B, K, dll. O(3), E(3) 6
30 Matroni SI E 1
31 Ahmad Hasan JS O 1
32 Naja SP, SM, M O(2), R(1) 3
89
33 Ridwan SI, MI, M R 3
34 Fakih SM, I O(2) 2
35 Nurul Ikhsan SI R 1
36 Yunus BS KJ R 1
37 Rusdie B,SK,MI, M, KR O(3), E(3) 6
38 Fathurrasyid SM R(4) 4
39 Suyadi B O 1
40 Danuji SM R 1
41 Imam B, JS, MP, B, PR, K, SP, SM, R, SK, dll.
O(10), P(9), R(7), E(12), C(18)
56
42 Taufiqurrahman SN
S, R, R E(2), O(1) 3
43 Aris Hasyim KJ, JS, SK R(2), E(1) 3
44 Aris Abdulhadi JS, K E,O 2
45 Nurcholis Anwar SM, K, HJ, JS O(3), E 4
Jumlah 406
61 santri
Keterangan Media :
SM : Suara Merdeka
R : Republika
KJ : Koran Jakarta
SI : Seputar Indonesia
MI : Media Indonesia
I : Investor
S : Surya
T : Tempo
SU : Suluh
SPos : Solo Pos
90
B : Bernas Jogja
KP : Koran Pak Oles
JS : Joglo Semar
JP : Jawa Pos
MR : Merapi
MP : Minggu Pagi
KR : Kedaulatan Rakyat
PR : Pikiran Rakyat
LPos : Lampung Post
KM : Kuntum
KN : Kontan
BI : Bisnis
P : Panyingkul
SK : Suara Karya
SP : Suara Pembaruan
BP : Bali Post
DP : Diva Pers
K : Kompas
Keterangan Tulisan
O : Opini
C : Cerpen
E : Esay
B : Buku
R : Resensi
P : Puisi
91
1. Manfaat Pendidikan Ketrampilan Tulis-menulis
Sedangkan manfaat dari pendidikan ketrampilan tulis-menulis di
Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy’ari lebih luas dibandingkan hasil yang
sudah dibahas di depan. Manfaat ini mencakup berbagai dampak positif yang
didapatkan oleh para santri berkaitan dengan adanya pendidikan ketrampilan
tulis-menulis tesebut. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Mendapatkan ketrampilan kecakapan hidup (life skill)
Dengan pendidikan ketrampilan tulis-menulis yang tidak semua
lembaga pendidikan menyediakanya, para santri mendapatkan sebuah
ketrampilan khusus yaitu tulis-menulis. Dengan ketrampilan yang
didapatkan tersebut para santri dapat menggunakan langsung selama
masih menjadi santri, maupun kelak setelah lulus dari pendidikan guna
menghadapi persoalan kehidupan sehari-hari khususnya dalam bidang
ekonomi. Karena aktivitas tulis-menulis jika ditekuni bisa menjadi sebuah
profesi yang menjanjikan.
b. Percaya diri menghadapi masa depan
Dengan ketrampilan tulis-menulis para santri lebih siap
menghadapi realitas kondisi ekonomi dan sosial yang ada, seperti
banyaknya pengangguran, jumlah tenaga kerja produktif lulusan
perguruan tinggi yang belum bisa mendapatkan pekerjaan. Sehingga para
santri yang mengikuti dan mendapatkan ketrampilan tulis-menulis tidak
92
hanya mengandalkan ijazah yang didapatkan dari bangku pendidikan
formal atau kampus tempat kuliah, tetapi mereka bisa menggunakan
ketrampilan tersebut sebagai salah satu sumber mata pencaharian
(wawancara dengan santri Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy'ari pada
tanggal 11 Oktober 2010)
c. Memperluas wawasan
Aktivitas menulis berhubungan erat dengan aktivitas membaca,
karena tanpa dibekali dengan hasil bacaan yang cukup seorang penulis
tidak dapat menghasilkan tulisan yang berkualitas. Sehingga dengan
tuntutan membaca tersebut secara tidak langsung akan terbiasa dengan
aktivitas tersebut yang akhirnya akan menambah wawasan serta
pengetahuan (wawancara dengan santri Pesantren Mahasiswa Hasyim
Asy'ari pada tanggal 11 Oktober 2010)
d. Mandiri
Karena profesi penulis maupun aktivitas menulis bisa dilakukan
kapan saja dan tidak terikat oleh waktu, maka para santri maupun
mahasiswa bisa melakukanya di sela-sela aktivitas belajar tanpa
mengganggu kegiatan pembelajaran. Selain itu dengan ketrampilan
menulis bisa menghasilkan pendapatan dari honorarium tulisan yang
dimuat oleh media massa maupun penerbit atau percetakan. Sehingga para
santri yang juga mahasiswa bisa melatih kemandirian guna mencukupi
kebutuhan hidup dengan tidak hanya menggantungkan dari pemberian
93
orang tua wawancara dengan santri Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy'ari
pada tanggal 11 Oktober 2010)
e. Wahana aktualisasi diri
Dengan adanya ketrampilan menulis para santri dapat
mengaktualisasikan dirinya melalui aktivitas tersebut. Kebutuhan
aktualisasi diri merupakan level tertinggi manusia dalam keberadaanya
menurut Abraham Maslow disebut dengan teori kebutuhan. Menurut
Abraham Maslow aktualisasi diri adalah penggunaan secara penuh bakat,
kapasitas-kapasitas, potensi-potensi dan sebagainya ( Goble, 1992 : 48).
f. Wahana aplikasi dan pengembangan keilmuan
Dengan diadakanya pendidikan ketrampilan tulis-menulis, para
santri memiliki ketrampilan menuangkan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya melalui media tulisan. Sehingga ilmu pengetahuan yang
dimiliki para santri tidak hanya disimpan atau disampaikan dalam lingkup
yang sempit, tetapi dapat disampaikan kepada khalayak yang lebih luas.
Selain itu ilmu pengetahuan yang disampaikan lewat media tulisan itu
akan lebih berkembang, karena sebuah tulisan yang disampaikan kepada
khalayak sudah barang tentu akan menyesuaikan perkembangan serta pola
pemikiran terkini.
g. Pengembangan potensi
Pada dasarnya semua manusia memiliki berbagai macam potensi,
salah satu potensi tersebut adalah menulis. Potensi yang berupa bakat
94
tersebut akan terpendam tanpa ada sebuah wadah pengembangan. Maka
dengan pendiikan ketrampilan tulis-menulis bisa menjadi sarana
pengembangan potensi bakat kepenulisan. Sebagaimana diungkapkan oleh
Aep Kusnawan bahwa sebenarnya setiap orang yang bisa menulis pada
dasarnya telah memiliki potensi untuk menjadi penulis, hanya potensi itu
memang perlu dikembangkan, sehingga tulisan yang biasanya hanya
untuk dibaca sendiri atau dikonsumsi oleh kalangan terbatas bisa
dikonsumsi oleh kalangan umum (Kusnawan, 2004 : 27)